Anda di halaman 1dari 66

SERI GENRE

BERENCANA
MENJADI
ORANGTUA
POSITIF
BERENCANA
MENJADI
ORANGTUA
POSITIF
Drs. Danny I. Yatim, M.A., Ed.M.
Laurike Moeliono, M.A., M.Si.
Agatha N. Ardhiati, M.Psi.
Berencana Menjadi Orangtua Positif
SERI GENRE - Buku 4

Tim Penulis:
Drs. Danny I. Yatim, M.A., Ed.M.
Laurike Moeliono, M.A., M.Si.
Agatha N. Ardhiati, M.Psi.

Penyunting: Prof. Irwanto


Ilustrasi: Dila Difakuma
Tata Letak: Agatha N. Ardhiati
Penanggung Jawab: Drs. Temazaro Zega, M.Kes.
Penasihat: Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.

Hak Cipta © 2015 Direktorat Bina Ketahanan Remaja - BKKBN

Diterbitkan oleh:
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur
(+62-21) 800 9029, 800 8548
ceria.bkkbn.go.id
Daftar Isi
Bab 1.
Menjadi Orangtua 6

Bab 2.
Memahami Remaja 12

Bab 3.
Kekhawatiran & Tantangan Remaja 30

Bab 4.
Membantu Remaja Hadapi Tantangan 40

Referensi 
64

5
Bab 1.
Menjadi
Orangtua
Orangtua memiliki peran
penting dalam menciptakan
orang-orang dewasa yang
baik, dengan memberikan pen-
gajaran dan pendampingan
yang baik pula.

6
Menjadi orangtua bagi
Anak-anak membutuh-
remaja bukan hanya
kan orangtua untuk menyenangkan teta-
membekali mereka pi juga menantang.
dengan pengetahuan Menyenangkan kare-
dan keterampilan yang na mengamati mere-
cukup. ka berkembang ada-
lah suatu keasyikan
Keduanya diharapkan tersendiri, tetapi juga
dapat membantu mere- menantang karena men-
ka agar lebih siap meng- dampingi perkemban-
hadapi hidup mereka gan mereka bukan hal
yang mudah.
sendiri di kemudian
hari.

Di sisi lain, orangtua


juga memiliki tang-
gung jawab untuk
mendampingi serta
mengantar anak-anak
mereka hingga mereka
sungguh-sungguh de-
wasa dan mandiri.

7
Masa Remaja
= Penuh Badai?
Menurut sejumlah teori, masa remaja
(usia 10-24 tahun) seperti badai. Remaja
yang sedang penuh gejolak, emosi yang
naik turun atau tidak stabil, moody,
sikap memberontak, dan sebagainya.

Yang dimaksudkan
dengan badai
sebenarnya hanya
sikap uring-
uringan, yang
berlaku semen-
tara akibat berbagai
perubahan dras-
tis yang dialami.
Perubahan fisik,
psikis, maupun
hubungan dengan
orang lain.

Sikap ini justru menunjukkan bahwa mereka berada pada


tahap yang normal.

8
Menemukan sikap remaja yang seperti ini, kadang membuat
orangtua kemudian menyalahkan anak mereka.

Tidak jarang kemudian menyebut mereka sebagai anak yang


nakal, bandel, menyimpang, dan sebagainya, karena sikap
mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan orangtua.

Satu hal yang harus diingat,


di balik tumbuh kembang
remaja, ada peran
orangtua. Orangtua
berperan penting
Gejolak dan badai justru sehingga anak remaja
sebuah proses normal di mereka berkembang
setiap masa transisi, ter- menjadi demikian.
masuk pada remaja.
Remaja akan menjadi
“baik-baik” atau “na-
kal-nakal,” ada orangtua
di belakang mereka.

Remaja tidak berkembang dengan


sendirinya.

Orangtua berperan sangat besar untuk membantu


mereka menghadapi berbagai gejolak yang dialami selama
melalui masa ini. Orangtua yang berperan memberikan arah
dan pendampingan ketika dibutuhkan.

9
Orangtua perlu
bertanya kepada
diri sendiri,

“Apa peran dan


pengaruh saya dalam
pembentukan sikap
dan perilaku anak
remaja saya sampai
saat ini?”

Sehingga, bukannya merasa menyesal karena menemu-


kan anak remaja mereka yang kehilangan arah, tetapi just-
ru merasa bangga karena berhasil membantu mereka
menjalani proses tumbuh-kembang dengan baik.

Salah satu cara orangtua membantu remaja menghadapi


masa remaja yang menantang adalah dengan memahami
kehidupan remaja.

10
Pahami kehidupan remaja.
* Baca buku tentang remaja
* Baca panduan bagi orangtua yang memiliki
anak remaja
* Ikuti hati nurani, niatkan untuk melakukan
yang terbaik bagi remaja

Orangtua bisa membantu anak-anak remaja mereka menjadi


GenRe, Generasi Remaja yang Berencana.
Tahap pertamanya adalah dengan berperan menjadi
orangtua yang berencana.

Buku ini merupakan satu dari enam seri buku yang dapat
digunakan oleh orangtua untuk meRENCANAkan pendam-
pingan bagi anak remaja mereka secara positif.

11
Bab 2.
Memahami
Remaja
Pada masanya, orangtua juga
pernah menjadi remaja. Tetapi
ketika berperan sebagai orang-
tua, pengalaman terdahulu
tidak cukup untuk membantu
memahami anak mereka.

12
Tumbuh
Bersama Di balik setiap rema-
Orangtua ja “baik-baik” ada
orangtua yang berperan,
demikian sebaliknya,
Setiap orangtua pasti
hal yang sama berlaku
mengharapkan anak-nya di balik setiap remaja
menjadi orang dewasa “tidak baik-baik”.
yang “baik-baik,” mandi-
ri, dan bertanggung
jawab.

Remaja tidak tumbuh sendirian.

Orangtua lah yang merupakan pihak pertama


dan utama dalam menciptakan lingkungan untuk tum-
buh-kembang anaknya. Orangtua bisa menciptakan lingku-
ngan yang mendukung, maupun tidak.

Dengan demikian, orangtua pun ikut bertanggung


jawab atas hasil penciptaan lingkungan itu.

Lingkungan tumbuh kembang ini antara lain adalah


suasana di rumah sehari-hari, komunikasi orangtua dengan
anak, hubungan anak dengan sekolah, hubungan dengan
teman-temannya, serta orang lain.

13
Suasana rumah yang nyaman, di mana mereka mera-
sa senang berada di rumah, tidak perlu sering pergi keluar
rumah, akan membuat mereka merasa betah.

Lingkungan nyaman juga berupa sekolah yang aman dan


hubungan pertemanan yang terkontrol.

14
Perasaan nyaman dan aman untuk menyampaikan
pikiran dan perasaannya tanpa takut, bisa mengajak
teman-temannya berkunjung tanpa merasa selalu diawasi
dan khawatir akan ditegur oleh orangtua, juga membuat
mereka merasa senang berada di rumah.

Dorongan orangtua agar remaja mengikuti kegiatan-ke-


giatan kreatif dan sehat seperti olahraga serta keter-
sediaan makanan yang sehat di rumah juga penting sebagai
bagian dari upaya untuk menciptakan lingkungan nyaman
bagi remaja.

Orangtua bertanggung jawab dalam


menciptakan kenyamanan lingku-
ngan di sekitar anak remaja, teruta-
ma lingkungan di rumah.

15
Perubahan yang Normal
Salah satu cara bagi orangtua untuk memahami remaja
adalah dengan melakukan introspeksi dan
berefleksi mengenai masa-masa ketika
orangtua masih remaja.

Mungkin hal yang sama juga pernah


dialami dulu. Masalah, kebutuhan,
berbagai tindakan yang dinilai aneh
dari remaja saat ini, bisa jadi adalah
hal yang sama yang pernah dialami
juga oleh orangtua mereka.

Setelah mengingat kembali pengalaman sema-


sa remaja, beru kemudian tersadar bahwa peruba-
han adalah hal yang wajar.

Orangtua tidak perlu


terlalu khawatir
dan terburu-buru
menyebut anak Perubahan pikiran,
mereka sebagai perasaan, tingkah laku
anak yang aneh atau remaja terjadi sebagai
nakal. akibat dari kematangan
fisik dan psikis yang ber-
langsung secara alamiah.

16
Pada masa ini, remaja justru sedang me-
ngalami kebingungan dengan berbagai
perubahan yang mereka alami dan seringka-
li terjadi dalam waktu yang relatif cepat.

Mereka justru membutuhkan orangtua


untuk membantu mereka menghadapi masa ini
agar tidak mengalami terlalu banyak kesulitan.

Namun demikian, mereka kadang ter-


lalu segan atau malu untuk meminta
bantuan orangtua. Oleh karenanya,
menjadi tugas orangtua lah untuk
mengenali kebutuhan anak mereka
akan adanya pendampingan ini.

Orangtua tetap harus mengontrol dan


menentukan batas yang cukup tegas,
tetap menjaga kewibawaan sebagai
orangtua, agar perilaku remaja tetap
normal dan tidak sampai merugikan diri
sendiri dan orang lain.

17
Setiap Remaja Unik

Di setiap tahap tum-


buh kembang rema-
Remaja
ja ada kekhasan
tidak sama.
atau ciri-ciri
yang umum dan
Perkembangan yang dialami oleh
terjadi tidak berlaku sama setiap remaja.
untuk setiap remaja, Namun demiki-
sekalipun mereka be- an, tidak setiap
rada pada tahap usia remaja mengalami
yang sama. ciri-ciri umum yang
sama.

Setiap remaja unik dan bisa mengalami ciri yang ber-


beda dengan saudara atau teman-teman mereka. Memban-
dingkan dengan saudara atau teman mereka seringkali ha-
nya membuat mereka sedih, atau bahkan membuat mereka
merasa ada yang salah dengan diri mereka.

Penting bagi orangtua untuk bisa menerima perkemba-


ngan anak remaja mereka sebagaimana adanya.

18
Orangtua perlu mempersiapkan anak remaja mereka untuk
menghadapi perubahan yang menyertai masa pubertas.

Perubahan kimiawi dan hormonal secara alami pada masa


pubertas terlihat menyolok pada fisik, emosi, dan ke-
hidupan sosial.

Sebagian perubahan yang terjadi karena perkembangan


hormon dan biologis ada di luar kontrol remaja itu sendiri.
Sehingga remaja seringkali tidak mengerti apa yang
terjadi pada dirinya sendiri.

19
Perubahan yang terjadi pada fisik, produksi minyak tubuh
dan keringat akan meningkat. Hal ini mengakibatkan aro-
ma tubuh yang terasa tidak enak. Pola makan dan asupan
juga berpengaruh terhadap aroma tubuh.

Remaja perlu dibantu untuk lebih memperhatikan ke-


bersihan tubuh (mandi, sikat gigi), kebugaran (olahraga
teratur), serta menjaga pola makan (makan dan jajan
sehat).

Jika kebiasaan ini


sudah diterapkan
sejak kanak-kanak,
itu adalah hal yang
baik. Orangtua han-
ya tinggal melanjut-
kan saja.

Bila belum,
ini saat yang
tepat untuk
memulai.

Kebiasan ini akan


terbawa sampai
mereka dewasa.

20
Sikap dan temperamen tidak hanya dipengaruhi oleh hor-
mon saja tetapi dengan belajar dari lingkungan ter-
dekatnya, terutama keluarga sendiri.

Anak remaja yang


mempelajari nilai-
Perubahan hormonal nilai yang baik
yang dialami bukan ha- dari lingkungan
nya perkembangan fisik, rumahnya, akan
tetapi juga hasil belajar mengembangkan
dari lingkungannya. perilaku yang jujur,
percaya kepada diri
sendiri dan orang
lain, memiliki harga
diri, serta disiplin.

Mereka akan cenderung lebih mampu menerapkan sikap


hidup yang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun da-
lam keluarganya nanti.

Sebaliknya, remaja yang lebih banyak mempelajari nilai-


nilai yang kurang baik dari keluarganya, juga akan
mengembangkan nilai yang sama di dalam keluarga mereka
kelak ketika mereka dewasa.

21
Seksualitas
pada Remaja
Seks adalah topik yang menarik bagi
remaja. Pada masa remaja awal, orang
tua hendaknya sudah mulai mengajar-
kan anak remaja mereka cara me-
ngontrol diri terkait seksualitas.

Perkembangan hormon di
usia remaja juga mendorong ke-
matangan seksual serta kegaira-
han seksual yang lebih tinggi,
sehingga ketertarikan
mereka terhadap seksu-
alitas adalah hal yang
wajar.

Pada masa ini, mereka seringka-


li mendapat pengaruh dan
tekanan, baik dari dalam maupun
luar diri (teman, media, dan sumber
lain) untuk melakukan hubungan
seksual sebelum menikah.

22
Dorongan itu didasari oleh berbagai alasan.

Mereka ingin membuktikan diri yang hebat, membuktikan


cinta kepada kekasih, dan berbagai alasan lainnya.

Remaja harus memahami bahwa cinta dan gairah pada


manusia adalah hal yang normal. Na-
mun demikian, ada sejumlah hal yang
membedakan manusia dengan
binatang terkait dengan cinta dan
gairah itu.

Dorongan seksual mirip dengan


dorongan untuk makan dan minum,
di mana dalam hal ini berasal
dari pikiran. Oleh karena itulah,
dorongan-dorongan ini pada dasarnya
bisa dikendalikan.

Mengendalikan gairah seksual dapat


dilakukan dengan berbagai cara yang
normal dan berlaku alamiah.

Karena baru pertama kalinya me-


ngalami dan merasakan pengalaman
ini, menjadi wajar jika remaja merasa
bingung dengan apa yang harus mere-
ka lakukan.

23
Penyaluran dorongan seksual secara alamiah adalah antara
lain melalui mimpi basah atau berolahraga.

Menyalurkan gairah seks melalui


masturbasi memang tidak berbahaya
secara fisik, tetapi dapat mengganggu
mental dan konsentrasi bila menjadi
kebutuhan yang harus terus-menerus
dipenuhi dan membuat pikiran remaja
terfokus pada kegiatan itu.

Lebih baik mendorong anak sejak dini untuk mengendalikan


dorongan-dorongan tersebut dengan cara-cara yang sehat,
tanpa harus melakukan hubungan seksual sebelum me-
nikah.

Terdengar klise?

Tidak!

24
Orangtua justru harus berlomba dengan pengaruh
dari teman dan media untuk memberikan informasi yang
benar mengenai seks.

Keinginan orangtua
untuk memberikan
pemahaman bah-
wa anak remaja
mereka tidak
boleh melakukan
hubungan seksual
sebelum menikah
adalah hal yang
normal.

Namun demikian, bukan berarti tidak memberikan


pengetahuan dan pemahaman kepada anak mengenai
kontrasepsi, pencegahan HIV dan Infeksi Menular Seksual
(IMS).

Membicarakan hal ini memang tidak mudah. Tetapi perlu


diingat bahwa komunikasi positif antara anak remaja dan
orangtua akan membantu mereka membangun nilai-nilai
individu yang baik dan membuat mereka membuat keputu-
san-keputusan yang sehat.

25
Bila merasa kesulitan menjelaskan, orangtua bisa menye-
diakan di rumah buku-buku yang baik, benar, mudah
dibaca, tidak menggurui, dan faktual bagi remaja.

Buku-buku ini bisa menjadi salah satu sarana bagi


orangtua untuk memulai percakapan. Orangtua
bisa bertanya kepada anak remaja mereka mengenai buku
yang dibaca, kemudian bisa mengajak berbicara senormal
mungkin agar remaja tidak sungkan untuk menyampaikan
pikiran dan pertanyaan-pertanyaan mereka.

26
Potensi Remaja
Pada usia 10 sampai 24
tahun, remaja tum-
buh dengan pesat.
Pada usia 10-24 ta- Perkembangan otak dan
hun, remaja mulai
otot pun terjadi secara
berpikir kritis, te-
rampil menggu- pesat.
nakan teknologi
komunikasi dan Potensi remaja secara
teknologi informa- fisik, psikologis, maupun
si serta menjuarai sosial dapat berkem-
bidang-bidang ilmu bang optimal di masa
dan olahraga. tersebut.

Keterampilan dan po-


tensi ini tidak boleh
disia-siakan, tetapi justru
dipupuk dan dikembangkan secara optimal.

Potensi yang ada perlu diarahkan dan


dikembangkan melalui berbagai kegiatan
remaja yang bermutu.

27
Hargai dan pujilah presta-
si-prestasi dan jangan
mengabaikan capaian atau
prestasi yang dibanggakan
anak.

Dengan bantuan orangtua, potensi yang dimiliki anak


remaja ini dapat lebih dipupuk dan dikembangkan secara
optimal. Potensi yang terarah membantu remaja mencapai
berbagai prestasi dan menjadi orang-orang yang berkualitas.

Selalu ada orangtua yang mengatakan kepada anak mereka,


“Ah, masa hanya dapat segitu, temen kamu bisa dapat lebih
dari itu?!” Atau, “Tidak perlu bangga dengan prestasi kecil itu,
itu ‘kan biasa-biasa saja”.

Nilai bagus di sekolah memang baik, tetapi sebaiknya


disadari bahwa masih banyak pilihan lain yang juga dapat
dibanggakan.

28
Pertanyaannnya adalah apakah anak rema-
ja diberi kesempatan atau peluang untuk
mengembangkan potensi optimalnya itu?

Kesempatan dan peluang tidak datang dengan


sendirinya, tetapi harus diciptakan dan dipelihara. Di sini
lah peran orangtua, untuk menyediakan dan menciptakan
peluang ini.

Upayakan dan dorong anak remaja terlibat dalam


sebuah kegiatan sejak dini, sehingga mereka mempu-
nyai satu keterampilan dan potensi yang dapat ditekuni dan
dibanggakan ketika memasuki masa remaja.

Keterampilan dan kegiatan ini akan menghindarkan mereka


dari perasaan kekosongan, yang kemudian justru diisi de-
ngan hal-hal yang belum tentu berguna.

29
Bab 3.
Kekhawatiran
& Tantangan
Remaja
Kekhawatiran remaja kadang
terkesan sepele bagi orangtua,
tetapi tidak demikian halnya
dengan remaja.

30
Setiap tahap dalam perkembangan seseorang mengandung
gejolak. Pada remaja, gejolak itu terasa lebih besar
dan sering muncul.

Gejolak yang dirasakan ini dapat muncul dalam beberapa


bentuk, seperti perasaan tidak nyaman terhadap citra tubuh,
konflik dengan orangtua atau teman, tekanan dari teman
sebaya, maupun perilaku berisiko.

Sekalipun situasi ini normal


bagi remaja, tetapi tetap
perlu disikapi dengan
hati-hati.

Lebih bijak bila


tidak menye-
pelekan kekha-
watiran yang dira-
sakan oleh remaja,
tetapi tanggapi
dengan baik.

Orangtua bisa mengingat kem-


bali perasaan dan kekhawatiran mereka ketika berusia
remaja agar dapat lebih mengerti perasaan anak mereka.

31
Citra Tubuh
Masa pubertas mengakibatkan ban-
yak perubahan pada tubuh remaja.
Hal ini berdampak pada muncul-
nya rasa khawatir terhadap
bentuk tubuh dan penampilan
mereka. Dengan kata lain, kekhawati-
ran mereka sebenarnya terkait dengan
citra tubuh mereka.

Remaja tentunya membandingkan


tubuhnya sendiri dengan tubuh yang
dianggap ideal di masa itu.

Bila penilaian mereka terhadap tubuh


yang dimiliki berbeda jauh dengan gam-
baran tubuh yang ideal, maka memung-
kinkan remaja untuk memiliki citra
tubuh negatif dan merasa tidak puas
dengan tubuh mereka sendiri.

Sebaliknya, bila penilaian tersebut tidak


jauh berbeda, maka mereka akan memiliki
citra tubuh positif dan merasa puas
terhadap tubuh mereka sendiri.

32
Kekhawatiran terhadap citra tubuh yang dialami
remaja dapat berakibat buruk bila tidak dia-
tasi dengan baik.

Berbagai dampak buruk yang mungkin


terjadi antara lain, melakukan berbagai upa-
ya diet yang tidak sehat dan menggunakan
obat-obatan yang membahayakan kesehatan.
Remaja dapat mengisolasi diri, tidak mau ber-
gaul, menutup diri, merusak diri, atau kehila-
ngan semangat dan motivasi.

Di sini lah peran orangtua dibutuhkan, untuk


membantu anak remaja merasa nya-
man terhadap diri sendiri.

Citra tubuh atau pe-


nilaian terhadap tubuh
sendiri biasanya dipen-
garuhi oleh diri sendiri,
orang lain, maupun
budaya.

33
Penilaian dan harga diri yang tinggi terhadap diri
sendiri akan membantu remaja supaya tidak memiliki citra
tubuh yang terlalu negatif. Dengan demikian, mereka dapat
menjalani kehidupan sehari-hari dengan bahagia.

Harga diri adalah keadaan nyaman dengan diri sendiri,


dan hal ini penting bagi remaja.

Tips untuk OrangTua:

1. Hindari canda, mengejek atau mencela


tampilan tubuh dan wajah anak remaja Anda
2. Jangan memuji tanpa alasan
3. Dengarkan keluhannya dan upayakan
anak remaja Anda tidak terlalu fokus pada
penampilan dan bagian-bagian tubuh yang
tidak memuaskannya
4. Arahkan perhatiannya pada kesehatannya,
prestasinya, dan kelebihan-kelebihan lainnya

34
Konflik Keluarga
Konflik terjadi di setiap keluarga.

Kesenjangan antara orangtua dan anak seringkali muncul


ketika anak mencapai usia remaja. Hal ini wajar karena
adanya perbedaan pikiran, pendapat, dan perasaan an-
tara mereka. Remaja yang marah bisa bersikap mengancam,
sebaliknya, remaja bisa merasa terancam dengan kemarah-
an orangtua mereka.

Walaupun tidak mudah, orangtua perlu menahan diri agar


tetap terkendali. Dalam suasana konflik, orangtua perlu
tetap merasa percaya diri.

35
Tips untuk OrangTua:

1. Ketahui apa yang akan dikatakan dan berbi-


caralah dengan jelas
2. Hindari membahas hal “tetek-bengek,”
pusatkan pembicaraan pada pemecahan
masalah
3. Katakan bahwa Anda ingin membantu
4. Ajak anak untuk ikut menyelesaikan masalah
bersama-sama
5. Setelah konflik selesai, pikirkan pemicunya
dan berbicaralah dengan anak pada waktu
yang baik
6. Bersikap konsisten pada keputusan penting
7. Kedua orangtua harus bersatu, jangan berse-
lisih di depan anak

Orangtua tidak perlu ragu atau malu meminta maaf jika


melakukan kesalahan kepada anak remaja mereka.

Hal ini justru dapat menjadi kesempatan untuk memperbai-


ki dan meningkatkan hubungan dengan anak.

36
Perilaku Berisiko
Perilaku berisiko bisa bermacam-macam. Perilaku yang
sering dianggap berisiko pada remaja antara lain begadang,
pergi dan pulang malam, merokok, menggunakan narko-
ba, perilaku seksual pra-nikah, “ugal-ugalan” mengendarai
kendaraan, dan sebagainya.

Kebanyakan perilaku
berisiko itu ha-
nya berumur
pendek, tetapi
dapat mengaki-
batkan masalah
yang serius dan
memiliki dampak
yang bersifat jang-
ka panjang.

Orangtua perlu menjelaskan secara jelas, tegas, dan konsis-


ten mengenai perilaku mana saja yang tidak dapat
diterima dan mana yang tidak.

37
Salah satu topik yang sulit untuk dibicarakan dengan anak
remaja mengenai perilaku berisiko adalah tentang hubu-
ngan seksual pranikah.

Orangtua bisa menyampaikan


kepada anak laki-la-
ki seperti, “Begitu kamu
mengalami mimpi basah, Penting bagi orang
kamu sudah dapat meng- tua untuk mem-
hamili perempuan, dan bicarakan mengenai
hubungan seksual pran-
kehamilan pada remaja
ikah, khususnya terkait
dapat berakibat panjang, dampaknya di masa
terancam putus sekolah, depan.
kehilangan waktu ber-
main, dan sebagainya.”

Atau kepada anak perem-


puan, “Begitu kamu mengalami haid, kamu bisa hamil. Ini
bisa berakibat panjang, karena kamu bisa kehilangan masa
remaja yang indah karena mengurus bayi, dan terganggu
sekolahnya.”

Orangtua jangan putus asa mendampingi anak


remaja mereka walaupun mungkin perlu bantuan orang
lain. Perlu diingat bahwa remaja membutuhkan duku-
ngan, pengertian, dan terutama cinta orang tua, sekalipun
orangtua sedang merasa kecewa.

38
Tips untuk OrangTua:

1. Bersikap terbuka untuk membahas


apapun yang dilakukan oleh anak
2. Cari waktu yang tepat untuk berbicara
pada nak mengenai berbagai akibat
dari perilaku berisiko
3. Bila mereka tidak mau bicara dengan
Anda sebagai orangtua, minta mereka
bicara dengan orang lain yang mereka
percaya seperti paman, bibi, sepupu

39
Bab 4.
Membantu
Remaja Hadapi
Tantangan
Di tengah kebingungan atas
berbagai tantangan yang dih-
adapi remaja, orangtua justru
bisa menjadi pihak pertama
dan utama yang mengulurkan
tangan kepada mereka.

40
Pahami Tantangan Remaja
Tantangan remaja dulu dan sekarang mungkin berbeda,
mungkin juga sama. Membandingkan jaman dulu dan
sekarang boleh saja selama bertujuan
positif dan bukan dimaksudkan
untuk menyindir atau me-
rendahkan remaja saat ini.

Tantangan yang dihadapi


remaja umumnya berasal
dari aspek internal yaitu
perkembangan diri sendiri,
maupun aspek eksternal
yaitu lingkungan di luar diri
mereka.

Orangtua perlu mengenali berba-


gai tantangan tersebut dan men-
jadi pendamping untuk membantu
mereka mengatasinya.

41
Tantangan Internal:
1. Pergeseran hubungan dengan orangtua,
yang sebelumnya bergantung penuh pada
orangtua, sekarang menuju kemandirian
2. Pencarian peran-peran baru, baik secara sek-
sual maupun sosial
3. Pengalaman–pengalaman intim dengan
teman atau pacar
4. Proses pembentukan identitas, baik di tingkat
personal maupun sosial
5. Memperoleh berbagai keterampilan hidup
dan nilai yang diperlukan dalam proses tran-
sisi menjadi orang dewasa (pekerjaan, per-
nikahan, menjadi orang tua, kegiatan kemas-
yarakatan)

42
Tantangan Eksternal:
1. Menghadapi dan menyikapi perubahan dunia
yang cepat, termasuk media
2. Dorongan dan tekanan untuk melakukan
hubungan seks beserta risiko-risikonya (IMS,
HIV, kehamilan tak diharapkan)
3. Penyalahgunaan narkoba di sekolah atau
lingkungan bergaul
4. Orangtua yang sibuk dan kurang waktu bagi
anak mereka
5. Orangtua yang malu atau kesulitan untuk
berbicara mengenai masalah-masalah remaja
dengan anak mereka
6. Kejahatan, kriminalitas, dan pengangguran

43
Bila remaja berhasil
melewati dan mengha-
dapi berbagai tantangan
internal dan eksternal
dengan baik, mereka
akan menjadi pribadi
dewasa yang tang-
guh.

Sebaliknya bila gagal,


remaja tidak akan men-
jadi pribadi dewasa yang
tangguh, bahkan mung-
kin menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat
di sekitarnya.

Karena itu, lingkungan turut bertang-


gungjawab untuk membentuk remaja men-
jadi pribadi-pribadi tangguh.

Jangan hanya menyalahkan


remaja!

Salah satu tantangan yang sangat pent-


ing pada masa remaja adalah untuk
membentuk identitas pribadi
yang kokoh.

44
Erik Erikson, seorang psikolog yang mengem-
bangkan salah satu teori perkembangan, menya-
takan bahwa remaja pada usia 12 sampai 18 tahun,
seseorang memasuki tahap Identity vs. Role
Confusion, yaitu tahap pembentukan identitas.

Pada usia 12-18


tahun remaja mem-
pertanyakan,
“Siapa saya?”
“Mau jadi apa saya?”
“Mau ke mana
saya?”

Bila berhasil membangun identitas diri, maka


remaja akan menjadi pribadi yang tangguh, percaya
pada diri sendiri dan kemampuan mengendalikan
diri yang baik. Tetapi bila gagal, maka mereka akan
mengalami kebingungan peran dan keraguan mengenai
nilai-nilainya sendiri, tidak yakin dan tidak memiliki kendali
atas dirinya sendiri, serta merasa tidak yakin mengenai diri
sendiri dan masa depannya.

45
Pada masa ini lah orangtua perlu lebih serius membantu
remaja menemukan nilai-nilai hidup yang baik dan benar
untuk pembentukan identitasnya.

Adalah hal yang wajar bahwa remaja justru tidak mengiden-


tifikasikan diri dengan orangtua mereka sendiri, melainkan
dengan idolanya.

Mereka justru sering memberontak melawan orangtua.


Mereka seolah-olah ingin memisahkan identitas mereka
dari keluarga mereka.

46
Tantangan terbesar bagi
remaja dalam proses
pembentukan iden-
titas ini seringkali
justru berasal
Keberhasilan me-
menuhi tahap ini akan
dari orangtua,
membantu remaja
keluarga dan menyesuaikan diri de-
lingkungan. ngan standar dan hara-
pan masyarakat.
Membentuk identitas
yang jelas dan stabil di
tengah perubahan dan
keberagaman nilai, ideologi,
dan budaya tidaklah mudah.

Keterbatasan komunikasi dan hubungan akrab


dengan orangtua yang sibuk bekerja juga mengurangi
kesempatan remaja belajar nilai-nilai baik dari lingkungan
terdekatnya.

Remaja memerlukan sebuah sistem nilai yang diyaki-


ni dan dapat diandalkan seperti keya-kinan religius, tujuan
pekerjaan, filsafat hidup, maupun peran sosial.

47
Masih menurut Erik Erikson, setelah usia 19 tahun remaja
memasuki tahap intimacy vs isolation yaitu sebuah
tahap di mana remaja perlu mengembangkan hubungan
yang dekat dan berkomitmen dengan orang lain.

Mereka yang berha-


sil akan membentuk
Remaja biasanya hubungan yang aman,
belajar dari pe- akrab, dan bertang-
ngamatan terha- gung jawab.
dap hubungan dan
keintiman kedua Rasa identitas yang kuat
orangtua maupun juga akan sangat mem-
keluarga besarnya. bantu remaja memba-
ngun hubungan akrab
dengan orang lain.

Bila gagal memban-


gun hubungan akrab yang
sehat dan bertanggungjawab, maka mereka menghadapi
perasaan kesepian dan kesendirian.

48
Apa yang dilihat remaja pada kedua orang tua dan orang-
orang lain di lingkungan mereka dapat memengaruhi
dalam proses membangun hubungan dekat yang sehat dan
bertanggung jawab.

Keberhasilan mengelola berbagai tantangan sangat ter-


gantung pada kemampuan kognitif, fisik, dan psikososial
masing-masing, yang dibangun sejak kanak-kanak,
remaja, sampai pada masa dewasa akhir.

49
Berkomunikasi dengan Benar
Terdengar klise, tetapi komunikasi yang baik memang
merupakan hal terpenting yang dapat dilakukan
orangtua selama mendampingi anak mereka
dalam menghadapi berbagai tantangan
di masa remaja.

Orangtua dapat mempenga-


ruhi sikap dan perilaku remaja
secara positif atau negatif, tergan-
tung bagaimana orang tua sendiri
bersikap dan berperilaku.

Cara orangtua mengungkapkan


emosi seperti marah dan cinta
akan menjadi contoh
bagi anak remaja.

Karena itu orangtua perlu


memberi contoh yang te-
pat ketika mengungkapkan
emosi.

50
Bagi orangtua, mendengarkan anak remaja akan mem-
bantu remaja untuk berbicara mengenai isu penting yang
mereka alami atau hadapi dalam perkembangannya.

Komunikasi yang baik menjadi dasar hubu-


ngan yang baik. Jalur komunikasi harus terus
dibuka agar remaja dapat mengaksesnya
setiap saat.

Mendengar ketika anak ber-


bicara, mencoba untuk ti-
dak menginterupsi, apalagi
langsung bereaksi secara
emosional, adalah sejumlah
cara yang bisa dilakukan oleh
orangtua.

51
Komunikasi yang baik, harus dijalin sejak dini, ketika
anak-anak masih kecil dan terus dipelihara. Komunikasi
tidak dapat diciptakan secara tiba-tiba ketika anak itu sudah
remaja.

Kita tidak hanya berkomunikasi


secara lisan tetapi juga melalui
bahasa tubuh.

Senyum misalnya, adalah bahasa yang


sangat mudah dimengerti dan dirasakan
oleh remaja.

Bersikap tenang, karena ketika


suasana menjadi panas, maka wa-
jah marah dan nada tinggi paling
berpengaruh, kata-kata dan pesan
menjadi kurang berpengaruh.

Berbicaralah, karena berbica-


ra baik bagi siapapun.

52
Penghambat komunikasi antara
orangtua dan anak remaja:

• Lebih banyak berbicara daripada


mendengar
• Merasa tahu lebih banyak
• Memberi arahan dan nasihat/mendikte
• Tidak berusaha untuk mendengar
terlebih dulu apa yang sebenarnya
terjadi dan yang dialami oleh remaja
• Tidak memberi kesem-
patan pada remaja
untuk mengemukakan
pendapat
• Tidak mencoba me-
nerima dan memahami
kenyataan yang dialami
remaja
• Merasa putus asa dan
marah karena tidak
tahu harus bertindak
bagaimana kepada
anak remaja

53
Tips untuk orangtuA:

Mendengarkan den- Mendikte dan


gan baik dan serius ceramah
Memahami Tidak mendengarkan
masalahnya
Menghakimi perilaku
Memberi fakta dan tanpa alasan
informasi yang benar
Memerintah tanpa
Bila tidak tahu, akui pilihan dan solusi
ketidak-tahuan itu
Tidak menghargai
Berbagi nilai, keyaki-
nan, dan pandangan Marah

Sabar dan tidak Menertawakan


marah pandangan anak
mereka
Membangun keper-
cayaan dan menjamin Membohongi
kerahasiaan
Membuat anak
Bahas pilihan-pilihan merasa buruk
mengenai diri sendiri
Bangun kepercayaan
diri dan harga diri Membeberkan rahasia

54
Menjaga dan Merawat
Hubungan dengan Remaja
Pada masa remaja, biasanya terjadi pergeseran hubungan
antara remaja dengan orangtua mereka. Remaja seolah-olah
beralih pada temannya. Hal ini normal.

Bagaimanapun, orangtua tetap penting


bagi remaja.

Karena itu, orangtua perlu melakukan upaya-upaya aktif


untuk menjaga dan merawat hubungan baik dengan anak
remaja mereka.

55
Tips untuk Orangtua:

Menjadi role model atau panutan bagi anak


remaja dengan memberi contoh pikiran dan
tindakan yang benar. Anak akan belajar dari
pengamatan terhadap orangtua dan
lingkungan. Mereka akan belajar
mengenai rasa hormat, em-
pati, cara positif menyele-
saikan masalah.

Upayakan hubungan
yang positif dengan
anak remaja dan
teman-teman mer-
eka. Hubungan ini
akan meningkatkan
rasa percaya anak
pada orangtua.

Orangtua lalu dapat


memberi umpan
balik mengenai
hubungan perte-
manan mereka.

56
Dengarkan perasaan anak remaja
Anda. Bila mereka mau berbicara,
maka berhentilah mengerjakan apa
yang sedang Anda kerjakan, dan den-
garkan mereka dengan sepenuh hati.

Orangtua perlu menghormati dan memahami perasaan dan


pikiran anak remaja mereka, walaupun mungkin pandan-
gannya berbeda.

“Sepertinya kamu merasa kecewa karena tidak


pergi ke acara itu.”

Orangtua perlu mengatakan dengan jelas dan terus terang


mengenai perasaan dan pikiran mereka tentang perilaku
sang anak.
“Ayah/ibu kecewa karena kamu tidak mau ikut
latihan.”

Memberikan contoh dalam mengatasi persoalan dan emosi.


“Ayah/ibu sangat lelah dan akan cepat marah. To-
long jangan ganggu ayah/ibu sebentar.”

57
Gunakan kesempatan yang baik untuk membicarakan berb-
agai isu sulit seperti pacaran, cinta, seks, dan isu lainnya.
Bicaralah dengan santai tetapi serius. Cari tau apa yang su-
dah diketahui dan koreksilah pengetahuan yang salah.
“Kamu suka film dengan tema percintaan seperti
yang baru saja kamu tonton? Apa yang menarik
buat kamu dari film itu?”

Anak remaja perlu diyakinkan bahwa mereka dapat membi-


carakan isu apapun dengan orangtua.

Perhatikan dan hargai semua kelebihan dan keberhasilan


yang dilakukan oleh anak di rumah, sekolah, maupun di
tempat lain.
“Ayah/ibu bangga melihat permainan kamu dalam
pertandingan bola tadi.”

58
Menentukan Aturan
dan Batasan
Walaupun di usia ini remaja sering terlihat menentang
aturan dan batasan, termasuk yang diberikan oleh orang tua,
bukan berarti mereka tidak membutuhkannya.

Hanya memerintahkan apa yang boleh dan tidak boleh


dilakukan pada remaja biasanya menjadi kurang efektif.

Aturan-aturan dapat diu-


bah ketika usia remaja
bertambah.

Batasi jumlah atu- Peraturan akan


ran pada beberapa lebih ditaati jika
hal penting saja, dipahami dan disepa-
khususnya yang kati bersama antara
berkaitan dengan orang tua dan anak
kesehatan dan ke- remaja.
selamatan mereka.

Orangtua perlu memastikan bahwa aturan yang dibuat me-


mang memiliki dasar yang jelas, bukan sekedar untuk
membatasi atau melarang anak-anak mereka saja.

59
Mempertahankan Hubungan
Orangtua – Anak
Banyak tulisan yang menyatakan bahwa hubungan
orangtua dan anak terancam menjauh bahkan putus
ketika anak memasuki masa remaja. Remaja akan mening-
galkan orang tua dan beralih pada teman-temannya. Hubun-
gan orang tua dengan anak seolah-olah sedang diper-
taruhkan.

Faktanya adalah anak remaja justru menginginkan


hubungan yang berbeda. Remaja tidak lagi merasa
cocok dengan hubungan yang selama ini terjalin antara
anak kecil dengan orangtua yang mengatur kehidupan se-
hari-hari.

60
Orangtua justru jangan
sampai “membiarkan”
anak remaja mereka
Mempertahan-
kan hubungan yang menjalani kehidupan
sudah baik, sekaligus sendiri karena orangtua
mengembangkan hubu- merasa putus asa dengan
ngan dengan cara yang sikap dan perilaku yang
lebih sesuai menjadi dianggap aneh atau tidak
sangat penting. sesuai dengan harapan.

Anak justru akan sangat


menderita ketika dibiarkan.

Walaupun pada masa


remaja, anak lebih
banyak mengalihkan
perhatian pada
teman-teman se-
baya, mereka
tetap mem- Hubungan
butuhkan orangtua dan anak
dukungan dan adalah hubu-
hubungan ngan yang abadi. Cinta
baik dengan
kasih orangtua tidak
orangtua.
akan pernah habis.

61
Ketika mengalami kebingungan orientasi, yang sebenarnya
wajar dialami, remaja tidak dapat mengandalkan
teman-teman sebaya yang sama bingungnya.

Ruang kosong dan peluang inilah yang


perlu diisi oleh orangtua. Orangtua
yang perlu menjangkau anak
mereka dan mengisi kekosongan
yang dirasa, dengan mencari minat
dan kegiatan bersama seperti olah
raga, makan, nonton, atau rekreasi.

62
Hubungan yang terjaga baik antara orangtua dengan anak
sejak anak masih kecil, menjadi modal yang penting
ketika mereka beranjak remaja.

Ketika anak memasuki masa remaja, hubungan ini dapat


tetap dipertahankan, walaupun dibutuhkan cara-cara
baru yang berbeda dari sebelumnya.

63
Referensi
Inter-departmental group on positive parenting. Your
guide to positive parenting. Top tips for parents of teen-
agers. Family Policy Unit DHSSPS, Belfast

A parent’s guide. Chapter 5: teaching adolescents: from


twelve to eighteen years. A parent’s guide, (1985), 34–43
[https://www.lds.org/manual/a-parents-guide/chap-
ter-5-teaching-adolescents-from-twelve-to-eighteen-
years?lang=eng]

Wirdhana, I. (2012). Komunikasi efektif orangtua dengan


remaja. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Ber-
encana Nasional Direktorat Bina Ketahanan Remaja

McNeely, C. & Blanchard, J. (2009). The teen years ex-


plained: A guide to healthy adolescent development.
Baltimore: Center for adolescent Health at John Hopkins
Bloomberg School of Public Health.

Stages of psychosocial development [http://psychology.


about.com/od/psychosocialtheories/a/psychosocial_3.
htm]

Family Health International (2007). Participant Handbook.


Family Life Education: Teaching Adults to Communicate
with Youth from a Muslim Perspective.

64
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Direktorat Bina Ketahanan Remaja

Anda mungkin juga menyukai