Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

Desen Pembimbing :
Lilik Ma’rifatul Azizah

D i s u s u n o l e h : K e l o m p o k 1

K e l a s : I I B

Anggota : 1. Suhindra (201601042)

2. Aristina Evardian D. (201601044)

3. Mulyadi (201601045 )

4. Mardiana Ovie A. (201601050 )

5. Dzurorin Khumairoh (201601062 )

6. Erna Dwi Rakhmawati (201601074 )

S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHATPPNI MOJOKERTO
Tahun Ajaran
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul harga diri
rendah tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa. Makalah ini mungkin tidak
dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Sadjidin, selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
2. Ibu Ifa Ro’ifah, selaku ketua progam studi S1 Keperawatan Stikes Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
3. Ibu Lilik Ma’rifatul Azizah, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa yang telah memberikan tugas kepada kami.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah
ini akan kami terima dengan lapang dada. Semoga makalah ini dapat memberikan
konstribusi positif dan bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran, serta dapat
menambah wawasan pembaca tentang apa itu harga diri rendah dan hal-hal yang
mempengaruhi harga diri seseorang.

Mojokerto, 14 Maret 2018

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harga diri rendah merupakan evaluasi dan perasaan tentang diri atau
kempuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Herman, 2011). Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).

Perawatan masalah dengan Harga Diri Rendah sangat memerlukan perhatian


yang sungguh-sungguh, karena seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan
harga diri rendah pasti akan merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu
mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu
seseorang mengalami stress.

Kesehatan jiwa merupakan suatu kebutuhan tiap individu yang sangat


penting. Oleh karena itu kesehatan jiwa harus juga diperhatikan. Selain hal ini
merupakan peran petugas kesehatan, tetapi merupakan hal yang menuntut adanya
keselarasan dan kerja sama dari berbagai pihak selain individu itu sendiri, keluarga
maupun lingkungan.
Dari berbagai masalah kesehatan jiwa, gangguan konsep diri dengan harga
diri rendah banyak mengiringi penyakit-penyakit gangguan jiwa. Bila hal ini
terjadi, terkadang dapat menimbulkan dampak yang buruk pada diri pasien sendiri
maupun orang lain di sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apakah pengertian harga diri rendah?
b) Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah?
c) Apa saja etiologi harga diri rendah?
d) Bagaimana rentang respon harga diri rendah?
e) Bagaimana patopsikologi pada klien harga diri rendah?
f) Apa saja tanda dan gejala klien dengan harga diri rendah?
g) Bagaimana konsep askep secara teori pada klien dengan harga diri rendah?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari harga diri rendah.
b) Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya harga diri rendah.
c) Untuk mengetahui dan memahami etiologi harga diri rendah.
d) Untuk mengetahui dan memahami rentang respon harga diri rendah.
e) Untuk mengetahui dan memahami patopsikologi pada klien harga diri rendah.
f) Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala pada klien dengan harga
diri rendah.
g) Untuk mengetahui dan memahami konsep askep secara teori pada klien dengan
harga diri rendah.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan kepada pembaca
mengenai harga diri rendah, proses terjadinya harga diri rendah sampai dengan
proses keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah.
BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Masalah Keperawatan


Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2.2 Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan evaluasi dan perasaan tentang diri atau
kempuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Herman, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan (Fitria, 2009).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat
evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal
dalam mencapai keinginan.

2.3 Proses Terjadinya Masalah


A. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif,
disfungsi sistem keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal
(Townsend, M.C. 1998: 366).
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
- Kerusakan lobus frontal
- Kerusakan hipotalamus
- Kerusakan system limbic
- Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
- Penolakan orang tua
- Harapan orang tua tidak realistis
- Orang tua yang tidak percaya pada anak
- Tekanan teman sebaya
- Kurang reward system
- Dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
- Kemiskinan
- Terisolasi dari lingkungan
- Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
- Tuntutan peran
- Perubaha kultur
2) Faktor Precipitasi
Kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional
misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, seperti harus di
operasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat di rumah
sakit juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Penyebab lainnya adalah
harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan
yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
B. Patopsikologi

stresor

Faktor predisposisi: Faktor presipitasi :


- Penolakan orang tua - Hilangnya sebagian anggota
- Harapan orang tua yang tubuh
tidakrealistis - Berubahnya penampilan atau
- Kegagalan yang bentuk tubuh
berulangkali - Mengalami kegagalan
- Kurang mempunyai - Menurunnya produktivitas
tanggung jawab personal
- Ketergantungan pada
orang lain

Gangguan/Ketidakseimbangan

Self image Self ideal

Self affirmative

Tanda Gejala Spesifik :


Mekanisme koping individu tidak Pengungkapan diri negatif, tidak
efektif berani menatap lawan bicara, Lebih
banyak menunduk, Bicara lambat
dengan nada suara lemah, Ekspresi
HDR malu atau merasa bersalah dan
( Low Self Esteem) khawatir,menolak diri sendiri,
Perasaan tidak mampu, pesimistis.

EFEK

PerilakuKekerasan IsolasiSosial Waham


C. Rentang respon

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancauan Dipersonalisai


diri positif rendah identitas

Rentang respon harga diri rendah sebagai berikut :


1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan
sesuai dengan kenyataan.
3. Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa
gagal mencapai keinginan.
4. Kerancauan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa
dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain-
lain.
5. Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedih karena orang lain.
Respon adaptif merupakaan respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma social dan budaya yang secaraa umum berlaku dimasyarakat. Respon
maladaptive adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma kebudayaan, sedangkan posisi
harga diri rendah berada diantara respon adaptif dan mal adaptif ( Stuard and
Sudeen, 1998

8
D. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (2003: 352):
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera kerumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternative tindakan.
5) Ekspesi malu atau meraa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6) Perasaan tidak mampu.
7) Pandangan hidup yang pesimistis.
8) Tidak berani menatap lawan bicara.
9) Lebih banyak menunduk.
10) Penolaka terhadap kemampuan diri.
11) Kurang meperhatikan perawatan diri.
12) Data objektif:
a. Produktivitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi.
h. Tampak mudah tersinggung.

2.4 Konsep Askep


1. Pengkajian
a) Identitas klien

9
Perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien, No.
RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
b) Keluhan utama/alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di RS,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah biasanya
klien akan menyendiri dan tidak mampu menatap lawan bicara.
c) Faktor predisposisi
Tanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal.
d) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien harga diri rendah terjadi
peningkatan tekanan darah, dan frekuensi nadi.
e) Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
 Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung
merendahkan dirinya sendiri, perasaan tidak mampu dan rasa
bersalah terhadap diri sendiri.
 Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya
dan posisinya. Klien dengan harga diri rendah lebih banyak

10
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan
bicara.
 Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat. Pada
klien dengan harga diri rendah tidak mampu melaksanakan perannya
secara meksimal, hal ini ditandai dengan kuranng percaya diri dan
motivasi yang kurang dari individu tersebut.
 Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan dan penyakitnya, bagaimana jika kenyatan tidak
sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah
cenderung percaya dirinya kurang, selalu merendahkan martabat,
dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
 Harga diri
Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap dirinya
sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, dan percaya diri kurang.
3) Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang bisa dilakukan bila ada masalah, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam
hal ini orang dengan harga diri rendah cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitarnya.
4) Spiritual
Pada klien harga diri rendah cenderung berdiam diri dan tidak
melaksanakan fungsi spiritualnya.
f) Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

11
2. Diagnosa keperawatan
a) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
b) Isolasi Sosial : menarik diri
c) Koping individu tidak efektif

Prioritas Masalah:
Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Pohon Masalah

Resiko tinggi (resti) perilaku kekerasan

Effect Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Core problem Harga diri rendah

Causa Koping individu tidak efektif

12
3. Perencanaan

Perencanaan

Tujuan krtitreria evaluasi Intervensi Rasional

Tujuan umum:
Klien mampu
meningkatkan
harga diri
Tujuan khusus kriteria evaluasi: 1.1 Bina Hubungan saling
1 : klien dapat 1. Klien dapat hubungan percaya akan
membina hubu mengungkapkan saling menimbulkan
percaya
ngan saling per perasaanya kepercayaaan
a. Sapa klien
caya 2. Ekspresi wajah dengan klien pada
bersahabat ramah, baik perawat
verbal sehingga akan
3.Ada kontak maupun non memudahkan
verbal. dalam
mata
b. Perkenalkan pelakasanaan
4.Menunjukkan diri dengan
tindakan
sopan
c. Tanya nama selanjunya
rasa senang
lengkap
5.Mau berjabat klien dan
nama
tangan panggilan
d. Jelaskan
6.mau menjawab tujuan
pertemuan,
salam jujur dan
menepati
7.Klien mau dudu janji.
e. Tunjukan
k berdampingan
sikap empati
8.Klien mau men dan
menerima
ngutaraka masala klien apa
adanya
h yang di hadapi f. Beri
perhatian
pada klien

13
Perencanaan Intervrensi
Rasional

Tujuan Kriteria

evaluasi

1.2 Beri kesempatan untuk


mengungkapkan perasaan
tentang penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
1.4 Katakanlah pada klien bahwa
dia adalah seorang yang
berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri

Tujuan khusu Kriteria evalu 2.1 Diskusikan kemampuan dan Pujian akan
aspek positif yangbb dimiliki klien meningkatkan
2 asi : dan beri pujian atau reinforcement harga diri
Klien dapat 1. Klien mam atas kemampuan mengungkapkan kilen
perasaan
mengidentifi pertahankan
2.2 Saat bertemu klien, hindarkan
kasi kemam aspek yang member penilaian nigatif, utamakan
member pujian yang realistis.
puan dan asp positif

ek positif ya

ng dimiliki

14
Tujuan khusus dan kriteria 3.1 Diskusikan kemmpuan yang Peningkatan
evaluasi masih dapat digunakan selama sakit kemampuan
dorong klien
3. klien dapat menilai ke untuk mandiri
mampuan yang dapat
digunakan, kebutuhan klien 3.2Diskusikan juga kemampuan
terpenuhi, klien dapat yang dapat dilanjutkan penggunaan
melakukan aktivitas terarah di rumah sakit dan di rumah nanti.

Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Diagnosa Pasien Keluaga


Keperawatan
Harga Diri Rendah SP 1 SP 1
a) Mengidentifikasi a) Mengidentifikasi masalah
kemampuan positif yang dirasakan dalam
yang dimiliki. merawat pasien.
b) Menilai kemampuan b) Menjelaskan proses
yang dapat dilakukan terjadinya HDR.
saat ini. c) Menjelaskan tentang cara
c) Memilih kemampuan merawat pasien.
yang akan dilatih. d) Bermain peran dalam
d) Melatih kemampuan merawat pasien HDR.
pertama yang telah e) Menyusun RTL
dipilih. keluarga/jadwal keluarga
e) Masukkan dalam untuk merawat pasien.
jadwal kegiatan
pasien.

15
SP 2 SP 2
a) Evaluasi kegiatan a) Evaluasi kemampuan Sp 1.
yang lalu (Sp 1). b) Latih keluarga langsung ke
b) Memilih kemampuan pasien.
kedua dapat c) Menyusun RTL
dilakukan. keluarga/jadwal keluarga
c) Melatih kemampuan untuk merawat pasien.
yang dipilih.
d) Masukkan dalam
jadwal kegitan
pasien.

SP 3 SP 3
a) Evaluasi kegiatan a) Evaluasi kemampuan
yang lalu (Sp 1). keluarga.
b) Memilih kemampuan b) Evaluasi kemampuan
ketiga yang dapat pasien.
dilakukan. c) RTL kelurga:
c) Melatih kemampuan  Follow up.
3 yang dipilih.  Rujukan.
d) Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien.

16
4. Pelaksanaan dan Evaluasi

Tanggal / jam Implementasi Evaluasi

22 februari 2017 1. Bina hubungan saling S:


Jam: 08.00 percaya dengan : Klien manjawab salam dan
 Menyapa klien mengatakan selamat pasgi,
dengan ramah menyebutkan nama dan
 Memperkenalkan alamat.
diridengan sopan O:
 Menyakan nam Klien mau berjabat tangan
lemgkap serta alamat Klien mau duduk
klien berdampingan dengan
 Menunjukkan sikap perawat
empati, jjujur dan Klien mau mengutarakan
menempati janji masalahnya
 Mennyakan masalah A: SP 1 tercapai
yang dihadapi Pp:
Lanjutkan sp 2 adakan
kontrak waktub pertemuan
berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk
dapaat menyapa perwata
jika bertemu dan percaya
jika prawat aakan
membantu masalah yang
dihadapi

23 februari 2017 2.Bina hubungan


Jam 08:00 terapeutik dengan
perawat dengan :

 Pendekatan dengan
baik, menerima klien
apa adanya
 Mengidentifikasi
perasaan dan reaksi
perawatan diri sendiri
 Menyediakan waktu
untuk bina hubungan
yang sopan
 Memberikan
kesempatan untuk
merespon
24 februari 2017 3.mengidentifikasi
Jam 08:00 kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki

17
dengan :
 Membantu
mengidentifikasi
dengan aspek yang
positif
 Mendorong agar
berpenilaian positif
 Membantu
mengungkapkan
perasaannya

18
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Tn. X usia 40 tahun seorang atliet bulu tangkis, memiliki seorang istri dan 3
orang anak, yang masing-masing berusia 12 tahun, 10 tahun, dan 6 tahun. Tn. X
dirawat di RS Kanker Dharmais karena menderita kanker tulang dan telah
diamputasi pada kaki kirinya. Semenjak diamputasi, Tn. X lebih sering diam dan
sering kali melamun. Setelah kurang lebih 1 minggu di rawat di RS akhirnya Tn. X
diijinkan untuk pulang.

Dan sejak saat itu klien syok dan bersikap lebih pendiam serta sering
mengurung diri di kamar. Keluarga sudah berulang kali membujuk Tn. X agar tidak
bersikap seperti itu tapi Tn. X tidak mau mendengarkan, keluarga sudah binggung
dengan kondisi Tn. X, sehingga keluarga klien memutuskan untuk membawanya ke
RSJ.

Keluarga mengatakan sejak 1 minggu yang lalu klien susah diatur tidak mau
mandi dan ganti baju, malas makan, dan melukai diri dengan memukul-mukul
kakinya yang sakit, menangis, mau bicara jika diajak bicara tapi dengan suara
pelan, klien juga sering bicara sendiri dan berkata “aku pincang, aku jelek sekarang,
kenapa tidak sekalian aku mati saja”. Saat dilakukan pengkajian pada Tn. X, Tn. X
terlihat kurang terurus bajunya kotor, kusut, rambut kotor, bicara sangat pelan dan
menunduk saat bicara, ada luka memar di kaki kirinya. Dari hasil pemeriksan
didapatkan TD=110/90 mmHg, N=80x/mnt, S=36C, RR=20x/mnt.

Saat dilakukan pengkajian lebih dalam lagi kepada klien. Klien mengatakan
bahwa dirinya tidak berguna lagi, dirinya malu karena kurang bisa menerima
perubahan fisiknya tersebut. Klien malu dan takut diejek teman-temannya
karena sekarang ia pincang dan tidak bisa menjadi atlet kembali.

19
3.2 Model Keperawatan
1) Model Eksistensi(Perls, Rogers, Glasser, Ellis dll)
a. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Hidup ini akan sangat berarti apabila seseorang dapat mengalami dan
menerima Self(diri) sepenuhnya. Penyimpangan perilaku terjadi jika
individu gagal dalam upayanya menemukan dan menerima diri.
b. Proses terapeutik
Individu dibantu untuk mengalami kemurnian hubungan. Terapi dilakukan
didalam kelompok dan klien dianjurkan untuk menggali dan menerima diri
dan dibantu mengendalikan perilakunya.
c. Peran klien dan terapis
Klien bertanggungjawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam
suatu pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang dirinya. Terapis
membantu klien mengenal nilai diri dan mengklarifikasi realitas situasi dan
mengenalkan pada klien dengan perasaan tulus
2. Model Interpersonal (Sullivan, Peplau)
a. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Ansietas timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut yang mendasar
adalah takut terhadap penolakan. Seseorang membutuhkan rasa aman dan
kepuasan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal yang positif.
b. Proses terapeutik
Hubungan antara terapis dan klien yang penuh rasa percaya dan aman untuk
mencapai kepuasan interpersonal. Klien dibantu untuk mengembangkan
hubungan akrab diluar suasan situasi terapi.
c. Peran klien dan terapis
Klien menceritakan ansietas dan perasaannya pada terapis. Terapis menjalin
hubungan akrab dengan klien, menggunakan empati untuk merasakan
perasaan klien dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman
interpersonal korektif.

Dalam kasus diatas klien mengalami harga diri rendah sehingga takut untuk
berinteraksi dengan orang lain karena pemikiran / persepsi dirinya yang negatif
terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu. Dengan dilakukannya model

20
keperawatan extensial diharapkan terapis mampu untuk mengupayakan agar klien
bisa berinteraksi dengan orang lain dengan menghilangkan rasa pesimis dan
negatif terhadap dirinya sendiri, seperti dengan memahami riwayat orang lain
yang dianggap sukses agar dijadikan panutan oleh klien.

1) Pencegahan tersier

Kebutuhan perencanaan pulang


a. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore. Minum ± 6 gelas/hari,
mandiri.
b. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore gosok gigi setiap kalli mandi,
mandiri.
d. Berpakaian
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
e. Istirahat dan tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30-15.00 WIB, tidur malam
20.00-04.30 WIB.
f. Penggunanaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan

3.5 Proses Keperawatan


Tanggal pengkajian : 20 Februari 2017
Tanggal masuk: 20 februari 2017
Ruang: cempaka

PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama : Tn. X
Umur : 40 tahun
Alamat : Mojokerto
Status perkawinan : Sudah menikah

21
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : atlet bulu tangkis
No. RM : 012487
B. Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Mojokerto
C. Keluhan utama
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering memukul-mukul kakinya
yang diamputasi sehingga timbul memar.
D. Alasan masuk
Keluarga mengatakan sejak 1 minggu yang lalu klien susah diatur tidak
mau mandi dan ganti baju, malas makan, dan melukai diri dengan
memukul-mukul kakinya yang sakit, menangis, mau bicara jika diajak
bicara tapi dengan suara pelan.
E. Faktor predisposisi
Karena klien menderita kanker tulang dan di amputasi
F. Pemeriksaan fisik
a. TTV:
- TD=110/90 mmHg
- N=80x/mnt
- S=36C
- RR=20x/mnt.
b. Kondisi fisik
Klien mengeluh nyeri pada kaki bagian kiri, karena bekas pukulan yang
memar.
G. Psikososial
a. Genogram
Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
22
Klien merasa anggota tubuhnya tidak lagi berguna.
2) Identitas diri
Klien mengatakan mempunyai seorang istri dan tiga orang anak.
3) Peran diri
Klien mengatakan di dalam keluarganya sebagai kepala keluarga.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera pulang dan dapat berkumpul
dengan keluarga.
5) Harga diri
Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain
selain istrinya, klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang
lain terutama teman-teman atletnya.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang dekat dengan klien adalah istri dan
anaknya.
2) Peran serta kelompok/masyarakat:
Sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong di desanya.
3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:
Selama klien sakit temannya berkurang karena
klien malu berkomunikasi.
d. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5 kali sehari, Jika sholat, klien
sehabis berdoa agar cepat sembuh.

H. Status mental
a. Penampilan
Penampilan klien terlihat kurang terurus, bajunya kotor, kusut, rambut
kotor.
b. Pembicaraan
Klien berbicara pelan tetapi dapat dipahami.
c. Aktivitas motorik
Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan, dan klien
merasa malu.
d. Afek dan emosi
Bicara klien lambat dan raut wajah cenderung datar.
e. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang karena menunduk, sesekali klien menengadah.
23
f. Proses pikir
- Pikiran rendah diri: klien merasa bersalah pada
dirinya dan penolakan terhadap kemampuan diri.
- Rasa bersalah: pengungkapan negative klien
terhadap dirinya sendiri.
- Pesimis: klien berpandangan bahwa masa depan
dirinya suram.
g. Tingkat kesadaran
Klien sadar hari, tanggal, dan waktu saat pengkajian. Hari senin,
tanggal 20 februari 2017, jam 08.00 WIB.
h. Memori
Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
i. Tingkat konsentrasi
Klien berhitung lancar, contoh 15-4=11
j. Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau
membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.
k. Daya tilik
Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di Rumah Sakit Jiwa.

I. Kebutuhan perencanaan pulang


g. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore. Minum ± 6 gelas/hari,
mandiri.
h. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
i. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore gosok gigi setiap kalli mandi,
mandiri.
j. Berpakaian
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
k. Istirahat dan tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30-15.00 WIB, tidur malam
20.00-04.30 WIB.
l. Penggunanaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan
J. Mekanisme koping

24
a. Klien jika ada masalah tidak menceritakan kepada
orang lain, lebih suka diam dan tertutup.

Analisa Data

No. Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif

1. Gangguan konsep diri: harga a) Klien mengungkapkan a) Klien tampak


diri rendah dirinya tidak lagi memukul-mukul kaki
berguna. bagian kiri.
b) Klien mengungkapkan b) Klien tampak
dirinya tidak bisa menunduk.
berbuat apa-apa. c) Klien tidak mau
makan dan tidur,
2. Koping individu tidak efektif a) Klien mangungkapkan a) Klien tampak sedih
malu dengan kondisinya dan tidak melakukan
saat ini. aktivitas yang
b) Klien mengungkapkan seharusnya dapat
tidak berdaya dan tidak dilakukannya.
ingin hidup lagi. b) Wajah klien tampak
murung.
3. Isolasi sosial a) Klien mengungkapkan a) Ketika diajak bicara
enggan berbicara dengan suara klien pelan
orang lain. dan hanya memberi
b) Keluarga klien jawaban singkat
mengtakan bahwa klien (ya/tidak).
sering mengurung diri. b) Klien menghindar
ketika didekati.

DIAGNOSA
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Koping individu tidak efektif

Prioritas Masalah: Harga Diri Rendah

Pohon Masalah

25
ISOS PERILAKU KEKERASAN

DEFISIT HARGA DIRI RENDAH


PERAWATAN DIRI

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan TUM: klien Ekspresi 1. Sapa klien Hubungan saling


konsep diri: tidak dengan percaya akan
wajah
harga diri menarik diri ramah baik menimbulkan
bersahabat, verbal kepercayaan klien
rendah dan mampu
maupun non pada perawat
berhubunga tidak acuh, ada
verbal. sehingga akan
n dengan kontak mata, 2. Perkenalkan memudahkan
orang lain diri dengan dalam pelaksanaan
mau berjabat
secara sopan. tindakan
optimal. tangan, mau 3. Tanyakan selanjutnya.
TUK 1: nama lengkap
menyebutkan
klien dan
Klien dapat
nama, mau nama
membina panggilan
hubungan bercakap-
yang disukai
saling cakap dan klien.
percaya 4. Jelaskan
mengutarakan
tujuan
masalah yang pertemuan.
5. Jujur dan
dihadapi.
menepati
janji.
6. Selalu kontak
mata selama
interaksi.
7. Tunjukan

26
sikap empati
dan penuh
perhatian
pada klien.
TUK 2: Klien dapat 1. Diskusikan Pujian akan
Klien dapat mengidentifik kemampuan meningkatkan
mengidentif asi dan aspek harga diri klien.
positif yang
ikasi kemampuan
dimiliki
kemampuan dan aspek klien.
dan aspek positif yang 2. Bantu klien
positif yang dimiliki mengekspres
dimiliki. ikan dan
menggambar
kan perasaan
serta
pikirannya.
3. Tekankan
bahwa
kekuatan
untuk
berubah
tergantung
pada klien
sendiri.
4. Identifikasi
stresor yang
relevan dan
penilaian
klien
terhadap
stresor
tersebut.
5. Dukung
kekuatan,
ketrampilan
dan respon
koping yang
efektif.
6. Utamakan
memberi
pujian
therapeutik.
7. Tingkatkan
keterlibatan
keluarga
dan
kelompok
untuk
memberikan

27
dukungan
untuk
mempertaha
nkan
kemajuan
dan
perkembang
an klien.

TUK 3: 1. kebutuhan 1. Diskusikan Peningkatan


dengan kemampuan
Klien dapat klien
klien mendorong klien
menilai terpenuhi kemampuan untuk mandiri
yang masih
kemampua 2. klien dapat
dapat
n yang melakukan digunakan.
2. Dukung
digunakan aktifitas
kekuatan,
terarah ketrampilan
dan respon
koping yang
adaptif.
3. Utamakan
memberi
pujian
therapeutik.
4. Libatkan
keluarga
dalam
perawatan
klien.

TUK 4: Klien mampu 1. Dukung Pelaksanaan


beraktifitas klien untuk kegiatan secara
Klien
sesuai dengan merencana mandiri modal
dapat kan awal untuk
kegiatan yang
kegiatan meningkatkan
merenca direncanakan harian. harga diri.a
nakan 2. Rencanaka
n kegiatan
kegiatan
bersama
harian klien,
aktivitas
yang dapat
dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampua
n (kegiatan
sendiri,

28
kegiatan
dengan
bantuan
sebagian,
kegiatan
dengan
bantuan
total).
3. Tingkatkan
kegiatan
sesuai
dengan
toleransi
kondisi
klien.
4. Beri contoh
cara
pelaksanaa
n kegiatan
yang boleh
dilakukan.
5. Libatkan
keluarga
dalam
perawatan
klien

TUK 5: Klien mampu 1. Beri Dengan aktivitas


Klien dapat beraktivitas kesempatan klien akan
melakukan sesuai pada klien mengetahui
untuk kemampuannya.
kegiatan kemampuan
mencoba
sesuai kegiatan
kondisi dan yang telah
kemampuan direncanaka
nya n.
2. Beri pujian
atas
keberhasila
n klien.
3. Beri
dukungan
yang sesuai
dan positif
untuk
mempertah
ankan
kemajuan
dan
pertumbuha

29
nnya.
4. Libatkan
keluarga
dalam
perawatan
klien.

TUK 6: 1. Klien 1. Berikan Perhatian kelurga


Klien dapat mampu pendidikan dan pengertian
memanfaatk melakukan kesehatan kelurga akan
apa yang kepada dapat membantu
an sistem
diajarkan. keluarga meningkatkan
pendukung 2. Klien mau tentang cara hrga diri klien.
yang ada memberikan merawat
dukungan. klien
dengan
harga diri
rendah.
2. Bantu
keluarga
memberi
dukungan
selama klien
dirawat.
3. Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan
di rumah
sesuai
dengan
keadaan
klien.

30
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR

Pertemuan : Ke-1 Tanggal : 20 Februari 2017


Nama : Tn. X Jam : 08.00WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS: klien mengatakan dirinya sudah tidak punya harapan
Klien sering kali menolak tindakan yang akan dilakukan

DO: Klien menderita kanker tulang stadium lanjut

Klien sering tampak diam dan melamun, serta nafsu makan menurun

2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
4. Tindakan keperawatan SP 1 Pasien

a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilki klien

b. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini

c. Memimilih kemampuan yang akan dilatih

d. Melatih kemampuan pertama yang dipilih

e. Memasukkan dalam jadwal klien

31
B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“ Assalamu’alaikum bapak, perkenalkan saya perawat suhindra widiyanto


dari stikes bina sehat ppni mojokerto,disini saya akan merawat bapak daari
pukul 08.00 sampai pukul 14.00”. “ Siapa nama bapak? Senang dipanggil
apa?”

f. Evaluasi/ Validasi

”Bagaimana perasaan bapak hari ini?”

c. Kontrak
Topik : “ senang ya bisa berkenalan dengan bapak pagi ini.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar utuk saling
mengenal?” agar nanti saya dapat membantu bapak untuk melakukan
kegiatan yang bapak ingin lakukan”

Tempat :“ Bapak, mau minta dimana tempatnya untuk melakukan


kegiatanya?

Waktu :“kira-kira bapak minta waktu berapa lama untuk saya bantu
melakukan kegiatan yang bapak inginkan?

2.Fase Kerja
Kalau di rumah bapak menyukai kegiatan seperti apa pak?” sekarang keinginan
apa saja yang bapak ingin lakukan?” bagus apalagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang bapak lakukan? Bagaimana dengan merapikan
kamar? Mencuci piring? Menyapu? menyiram tanaman? Mencuci baju?.” Wah
bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki.

32
“ dari 5 kegiatan tadi mana yang msih bisa dikerjakan di rumah sakit? Coba kita
lihat, yang pertama bisakah, yang kedua sampai 5... Bagus sekali ya pak ada 3
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit.
Coba sekarang bapak pilih kegiatan yang masih bisa dilakukan di rumah sakit. Oh
yang nomor 1 ya pak merapikan tempat tidur. Mari kita lihat tempat tidurnya
sudah rapikah tempat tidurnya.
“ nah ketika kita mau merapikan tempat tidur kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. “nah
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang
sebelah kiri, tarik dan masukkan , lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapikan dan letakkan disebelah atas. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah.
Sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba bapak lihat dan
bedakan dengan sebelum dirapikan? Bagus”

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif: “ Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-


bincang denga dengan saya? Apakah ada prubahan pada diri bapak?”

b. Evaluasi Obyektif: “ Apakah bapak dapat mengerti perbincangan kita hari


ini tentang kegiatannya ? ”

c.Rencana tindak lanjut: “ Baiklah, cukup sampai di nsini dulu pertemuan kita
hari ini. Sudah banyak hal yang saya tau dari bapak hari ini, nanti bapak bisa
lanjutkan dilain waktu, semuga bapak membaik.

4. Kontrak yang akan datang

a. Waktu : “ Pak, bagaimana kalau besok kita ketemu lagi jam 8 pagi,
bagaimana apakah bapak bersedia ? ’’

b. Tempat : “Bagaimana kalau pertemuan berikutnya, waktunya bisa


disesuaikan? ”

33
c. Topik : “ Besok kita lakukan pengembangan kemampuan bapak. Sampai
besok ya pak, terima kasih atas waktunya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


PADA KLIEN HDR

Pertemuan : Ke-2 Tanggal : 23 Februari 2018


Nama : Tn. X Jam : 08:00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :

Klien sudah mampu menjelaskan hobi dan kemampuan yang dimilki yaitu 5
kemmapuan dan sudah berlatih merapikan tempat tidur. Klien masih sering menunduk
dan nada suranya pelan.

2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat menilai kemmapuan yang dapat digunakan
b. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
c. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
4. SP 2 Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1)
b. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien
c. Melatih kemampuan yang dipilih
d. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :

”Assalamu’alaikum Bapak,? Saya suster Ovie yang akan menemani dan merawat bapak
hari ini.”

Evaluasi / Validasi

“Bagaimana keadaan dan perasaan bapak pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
Apakah bapak sudah merasa lebih baik dibandingkan kemarin?“ bagaiman bapak sudah
dicoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Bagus sekali

Kontrak :
34
“Sekarang kita akan melakukan kegiatan yang kedua ya pak. Masih ingat apa kegiatan
itu? Ya benar kita melaukan mencuci piring “

Waktu : waktunya 15 menit ya pak. mari kita kedapur!”

Tempat : “ kita alan melakukan mencuci piring di dapur ruangan ini ya pak.”

2.Fase kerja
Bapak X sebelum kita mencuci piring kita perlu menyiapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas, kita bisa menggunakna air yang mengalir dikran ini.”
“sekarang saya perlihatkan dulu ya pak contohnya”
“ setelah semua perlengkapan suda tersedia kita buang dulu sisa makanan yang ada
di piring. kemudian bersihkan piring dingan sabut yang sudah diberikan sabun. Setelah
selesai disabuni bilas dengan air yang mengalir dikran sampai tidak ada busa. Setelah itu
kita bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak pirig.
“Sekarang coba bapak melakukan”
“Bagus sekali, bapak dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Klien ( subyektif ) :

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan mencuci piring?” bagaimana kalau


kegiatan mencuci piring kita masukkan ke dalam kegiatan sehari-hari

Evaluasi perawat ( obyektif ) :

Klien sudah dapat melakukan latihan kegiatan harian yaitu mencuci piring.

b. Kontrak

Topik: Bagaimana kalau besok pagi kita ketemu lagi dan bapak juga bisa
menceritakan hal-hal yang membuat bapak tidak nyaman. Dan besok saya juga akan
membantu bapak melakukan kegiatan yang 3

Waktu: bapak mau besok kita ketemu jam beapa? Bagaimana kalau jam 08.00 pagi
saja pak? Iya baiklah kalau begitu besok saya akan menemui bapak jam 08.00 pagi ya
pak.

Tempat: besok pagi saya akan datang ke kamar bapak ya pak. Besok bapak bisa
memilih tempat untuk kita mengobrol, terserah bapak saja nyamannya dimana.

35
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR

Pertemuan : Ke-3 Tanggal : 25 Februari 2018


Nama :Tn. X Jam : 08:00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien:
klien sudah berlatih beberapa kemampuan dan aktifitas di rumah sakit,
keluarga mengunjungi klien dan terlihat sedih dan bingung dengan kondisi
klien
2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus
a. klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
4. SP 1 Keluarga:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinya
c. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah
d. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
e. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN

1. Fase Orientasi
“Assalamualaikum ibu, saya perawat erna yang mendampingi bapak X.
“bagaimana keadaan ibu pagi hari ini?”

36
“bagaiman kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak X? 30
menit ya bu kita bercakap-caka, mari bu kita duduk di ruang tamu!”
2. Fase Kerja
“Apa yang ibu ketahui tentang masalh Bapak x
“ Ya memang benar sekali bu, bapak X itu kmemang terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Bapak X sering mengatakan dirinya
sudah tidak berguna lagi. Dengan kata lain bapak x memiliki masalah harga diri
rendah yang ditandai dengan mengurung diri di kamar dan berfikiran bahwa
dirinya sudah tidak berguna lagi. Bila keadaan ini terus menerus seperti itu ,
Bapak X bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi.
“sampai disini ibu mengerti apa yang dimaksut dengan harga diri rendah?”
“bagus ibu sudah mengerti.”
“Setelah kita mengerti masalah yang dialami Bapak x dapat menjadi masalah
yang serius, maka kita perlu memberikan perawtan yang baik untuk Bapak X.”
“ibu apa saja kemampuan yang dimiliki bapak X?” “merapikan tempat tidur,
mencuci piring, menyapu,menyiram tanaman,mencuci baju.” Ya benar bu bapak x
juga mengatakan seperti itu.”
Bapak X sudah dilatih 2 kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur, mencuci piring.
Untuk itu ibu tolong bantu menyiapkan alat-alatnya ya bu. Dan jangan lupa
memberika pujian agar hharga diri bapak X meningkat. Ajak pula memberi tanda
cek list pada jadwal kegiatannya.”
“Selain itu, bila Bapak X tidak lagi dirawat di rumah sakit, ibu tetap perlu
memantau perkembangan Bapak X. Jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani lagi ibu dapat membawanya ke Puskesmas.
“nah bagaiman jika sekarang kita mempraktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak X?”
“temui Bapak X dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian dengan mengatakan: bagus sekali pak, kamu suddah semakin terampil
dalam mencuci piring.”
“coba ibu praktekkan sekarang, bagus”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Evaluasi Subyektif: “bagaimana perasaan ibu setelah percakapn kita ini?”
Evaluasi obyektif: keluarga dapat menjelaskan kembali masalh yang dihadapi bapak
X, dan juga dapat mempraktikkan kembali kegiatan yang sudah dipraktekkan
b. Kontrak
Topik :bagaiman kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada bapak x?”
Waktu: untuk waktunya pagi jam 08.00 ya bu.”
Tempat : tempatnya di ruangan Bapak X ya bu.”. saya tunggu ya bu. Sampai
jumpa.”

37
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR

Pertemuan : Ke-4 Tanggal : 26 Februari 2018


Nama : Tn X Jam : 08:00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

Keluarga sudah mendapatkan kejelasan tentang kondisi klien dan cara merawatnya
di rumah.

3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
4. Tujuan kusus:
a. klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
5. SP 2 Keluarga:
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah
c. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien

1. Fase Orientasi:
“Selamat pagi Pak?Bu”
“Bagaimana perasaan Bapak?ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak ibu seperti yang kita pelajari
dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini akan mempratekkannya langsung kepada S.”
“Waktunya 20 menit”
“Sekarang mari kita temui S”

2. Fase Kerja:
“Selamat pagi Pak X . Bagaimana perasaan bapak hari ini?”

38
“Hari ini saya datang bersama istri bapak . Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, istri bapak juga ingin merawat bapak agar bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut )
“Nah Buk, sekarang ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari yang lalu, yaitu memberikan terhadap perkembangansuami ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemua n sebelumnya ).
“Bagaimana perasaan setelah berbincang-bincang dengan istri bapak? ”
“Baiklah, sekarang saya dengan istri bapak ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melalukan terminasi dengan
keluarga )

3. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Bapak X”
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Bu”
Selamat pagi

39
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR

Pertemuan : Ke-5 Tanggal : 27 Februari 2018


Nama : Tn X Jam : 08:00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah dirawat langsung
ke klien. Klien sudah mampu memulai berinteraksi aktif dengan orang lain, sudah
mampu mengikuti kegiatan harian di ruangan dan latihan beberapa kemampuan

3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah

3.tujuan kusus: klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

4. SP 3 keluarga

a. evaluasi kemampuan keluatga (SP 1)

b. evaluasi kemampuan klien

c. rencana tindakan lanjut keluarga dengan folloe upp dan rujukan.

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Fase Orientasi:
“”selamat pagi Pak/Bu”
“karena hari ini S sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal
Bapak x selama di rumah”
“berapa lama Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor.”
2. Fase Kerja:

40
“Bu ini jadwal kegiatan bapak X selama di rumah sakit. Coba di perhatikan,
apakah semua dapat di laksanakan di rumah? ”Pak/Bu?, jadwal yang telah
dibuat selama bapak x dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di
tampilkan oleh bapak X selama di rumah. misalnya bapak x terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negative terhadap diri sendiri,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segara hubungi perawat K di puskesmas …,
Puskesmas terdekat di rumah Ibu, ini nomor telpon puskesmasnya : (0321)
554xxx
“selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S
selama di rumah.

3. Fase Terminasi:
“Bagaimana Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian bapak X
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM …. Jangan
lupa control ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silahkan selesaikan administrasinya!”

41
EVALUASI

Nama Pasien : Tn. X

Ruangan : Cempaka

Nama Perawat : Suhindra

Petunjuk pengisian

1. Beri tanda() jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini


2. Tulis tanggal setiap dilakukan supervise

No Kemampuan Tanggal (tahun 2017)


A Pasien 20 21 22 23 24 25
februari februari februari februari februari februari


1 Menyebutkan
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki


2 Menilai
kemampuan
yang akan
masih dapat
digunakan
3 Memilih
kegiatan yang 
akan dilatih
sesuai dengan
kemampuan
yang dimiliki


4 Melatih
kemampuan
yang telah
dipilih


5 Melaksanakan
kemampuan
yang telah
dilatih


6 Melalukan
kegiatan

42
sesuai jadwal

B Keluarga 25 26 27
februari februari februari
1 Menjelaskan
pengertian dan
tanda-tanda
orang dengan 
HDR
2 Menyebutkan
tiga cara 
merawat pasien
HDR (
memberikan
pujian ,
menyediakan
fasilitas untuk
pasien , dan
melatih pasien
melakuan
kemampuan )
3 Mampu
mempraktekkan 
merawat pasien
4 Melakukan
follow up
sesuai rujukan

43
Terapi Modalitas yang cocok untuk pasien Harga Diri Rendah:

1. Terapi Spiritual : keterkaitan klien dengan tuhannya harus lebih di tingkatkan


untuk menemukan kebermaknaan dalam hidup klien.
2. Terapi kelompok: melibatkan klien dengan orang lain untuk meningkatkan
kesadaran diri klien dan meningkatkan hubungan interpersonal serta mengubah
perilaku yang maladptif klien menjadi perilaku yang adaptif
3. Terapi kognitif: mengubah pola berfikir rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan
informasi yang actual
4. Terapi individu: suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat
dan klien untuk mengubah perlilaku klien. Hubungan terstruktur dalam terapi
individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya
5. Terapi bermain: bermain merupakan terapi yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantuk kepada usia
tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenagan yang diperoleh

Peran dan Fungsi Perawat Jiwa dalam terapi Psikofarmaka dan ECT

Untuk pasien HDR tidakmemerlukan terapi psikofarmaka dan ECT.dikarenakan


pada pasien HDR yang mengalami gangguan atau penyimpangan adalah pada perseptual
diri yang negatif bukan pada neurotransmiternya sehingga diberikat terapi aktifitas
kelompok dan terapi modalitas
Tetapi terkadang pasien HDR juga diberikan terapi psikofarmaka jika HDR dengan
skizofrenia

44
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI (TAKSP)

PENINGKATAN HARGA DIRI

SESI I : Identifikasi positif pada diri

a. Tujuan:

1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan

2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

b. Setting

1) Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran

2) Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1) Spidol sebnayak sejumlah klien yang mengikuti TAK

2) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK

d. Metode

1) Diskusi

2) Permainan

e. Langkah Kegiatan

1) Persiapan

a) memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien deng gangguan konsep diri:
harga diri rendah.

b) membuat kontrak dengan klien

c) memprsiapkan alat dna tempat pertemuan

2) Orientasi
a. salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien

45
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).

b. evaluasi dan validasimenanyakan perasaan klien saat ini

c. kontrak

1) Terpais menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri
sendiri.

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

a. jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,Harus meminta izin kepada
terapis

b. Lama kegiatan 45 menit

c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3) Tahap kerja

a. Terapis memperkenalkan diri : NAma lengkap dan nama panggilan serta


memakai papan nama

b. Terapis membagi kertas dan spidol pada klien.

c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan

d. Terapis meminta pujian atas peran serta klien

e. Terapis membagikan kertas yang kedua

f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri


sendiri:Kemampuan yang dimiliki,Kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan
dirumah sakit

g. Terapis memintan klien membaca hal posistif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendpat giliran.Terapis memberi pujian pada
setiap peran serta klien

4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak Lanjut

Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis

46
c. Kontrak yang akan dating

1) Menyepakati TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri yang dapat
diterapkan dirmah sakit dan dirumah.

2) Menyepakati waktu dan tempat.

3) Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi :
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK harga diri
rendah sesi 1,Kemampuan klien yang diharapkan adalh menuliskan pengalaman yang
tidak menyenangkan aspek positif (Kemampuan) yang dimiliki.

Sesi I
Stimulasi persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan Menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No Nama Klien Menulis pengelaman Menulis hal
yang tidak positif diri sendiri
menyenangkan

Petunjuk:

 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

 Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang


tidakmenyenangkan dan aspek positif diri sendiri.Beri tanda cawang jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh: klien mengikuti sesi 1,TAK stimulasi persepsi harga diri
rendah. Klien mampu menulis 3 hal pengalaman yang tidak mnyenangkan, mengalami
kesulitan menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal
positif dirinya dan tingkatkan reinforcement

47
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI (TAKSP)

PENINGKATAN HARGA DIRI

SESI II: Menghargai positif orang lain

a. Tujuan
1. Klien dapatmemahami pentingnya menghargai orang lain.

2. Klien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain.

3. Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain.

b. Setting

1. Klien duduk melingkar

2. Tempat tenang dan nyaman

c. Alat

1. Spidol sejumlah klien yang menjadi peserta TAK

2. Kertas sejumlah klien yang menjadi peserta TAK

d. Metode

1. Diskusi

2. Permainan

e. Langkah-lanmgkah kegiatan

1. Persiapan

a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat

b. Terapis mengigatkan kontrak dengan klien

2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam

b. Evaluasi atau validasi:

1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.

48
2) Terapis mennayakan apakah klien pernah menghargai orang lain.

c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan TAK.

2.Terapi menjelaskan aturan main

 Masing-masing klien mengukkuti TAK dari awal sampai akhir

 Jika ada klien yang akan keluar dari kelompok, harus meminta izin
kepada terapis

 Kegiatan akan berlangsung selamaa 60 menit.

3. Kerja

a. Terapis membagikan kertas dan spidol, masing-masing sebuah untuk setiap klien

b. Terapis meminta klien untuk membagi kertas menjadi sejumlah klien yang ikut
TAK

c. Terapis meminya klien menulis nama klien yang lain di sudut kanan atas kertas.
Satu kertas untuk satu klien

d. Terapis meminta klien menuliskan hal-hal positif temannya, sebanyakbanyaknya


yang bisa ditulis.

e. Terapis meminta klien menyerahkan hasuil tulisannya ke klien sesuai nama


dimasing-masing kertas

f. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah jarum jam, dimulai
dari klien yang ada dikiri terapis membacakan kertas yang telah diberikan dan
mengungkapkan perasaaan klien setelah membaca kertas tersebut.

g. Terpais memberikan pujian, dan meminta klien bertepuk tangan, setiap satu klien
selesai membacakan kertas yang ada ditangannya.

4. Terminasi
a. Evaluasi:

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas pencapaian kelompok.


b. Tindak lanjut
1. Meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan membaca ulang ika
sedang muncul rendah dirinya

c. Kontrak yang akan datamg


1 Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya

49
2. Terapis menyepakati tempat, dan waktu TAK.

5. Evaluasi
no Aspek yang dinilai Nama peserta Nama peserta Nam peserta

Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
Membagi kertas menjadi
sejumlah klien yang ikut TAK
Menulis nama klien lain
dimasing-masing kertas
Menyerahkan kertas yang diisi
keteman sesuai namanya
Membaca kertas yang telah
dibagikan
Mengungkap perasaan setelah
membaca hal-hal positif diri

Petunjuk : Dilakukan 1 tidak dilakukan: 0

50
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI (TAKSP)

PENINGKATAN HARGA DIRI

SESI III: Menetapkan tujuan hidup yang realistis

a. Tujuan

1. Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup

2. Klien menetapkan tjuan hidup yang realistis

b. Setting

1. Klien duduk melingkar

2. Klien berada diruangan yang tenang dan nyaman

c. Alat

1. Spidol sebanyak klien yang ikut TAK.

2. Kertas HVS sebanyak klien yang ikut TAK.

d. Metode

1. Diskusi

2. Tanya Jawab

e. Langah-langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Terapis menyiapkan alat dan tempat.

b. Terapis meningkatkan kontrak dengan klien.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam.

b. Evaluasi/validasi: terapis menanyakan perasaan klien hari ini,

c. Kontrak:

51
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.

2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:

 Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

 Apabila klien akan meninggalkan kelompok,harus meminta izin


kepada terpis.

 Lama kegiatan 60 menit.

3. Kerja

a. Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing satu buah untuk
setiap klien.

b. Terapis menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup; agar bersemangat


berusaha mewujudkan dan optimistis.

c. Terapis meminta klien menuliskan masing-masing tujuan hidup klien di kertas


yang telah dibagikan.

d. Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup yang telah ditulisnya,
berurutan dari klien yang beradadisebelah kiri terapis, searah jarum jam samapai
semua mendapat giliran.

e. Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien lain jika satu orang
klien telah selesai membacakan.

f. Terapis meminta klien melihat tujuan hidupnya, mencoret tujuan yang sulit (tidak
mungkin) dicapai.

g. Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup yang benar-benar realistis
(seperti langkah d).

h. Terapis memberikan pujian kepada klien seperti selesai membacakan tujuan


hidupnya.

4. Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai TAK.

2) Terapis memberikan pujian pada kelompok.

b. tindak lanjut: terapis menganjurkan klien menuliskan lagi tujuan hidup yang
mungkin masih ada.

52
c. kontrak yang akan datang:

1) Terapis membutuan kesepakatan kegiatan TAK berikutnya.

2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.

6. Evaluasi dan Dokumentasi


no Aspek yang dinilai Nama Peserta TAK
1 Menyebutkan pentingnya tujuan hidup
2 Menuliskan tujuan hidup
3 Membacakan tujuan hidup
4 Memilih tujuan hidup yang realistis

Petunjuk Dilakkan : 1 tidaak dilakukan :0

53
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam malakukan perawatan jiwa sangat
penting sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan
kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawata), keluarga dan juga
lingkungan (tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan
klien dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.
4.2 Saran
1) Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negatif
2) Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement

54
Daftar Pustaka

Azizah, Lilik Marifatu. (1995) Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta.
Graha Ilmu
Keliat, Budi Anna, dkk. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Editor Yasmin
Asih. Skp. Jakarta: penerbit EGC
Amar, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik
Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka

55

Anda mungkin juga menyukai