Makalah Jiwa Kelompok 1 HDR Semester 5
Makalah Jiwa Kelompok 1 HDR Semester 5
Desen Pembimbing :
Lilik Ma’rifatul Azizah
D i s u s u n o l e h : K e l o m p o k 1
K e l a s : I I B
3. Mulyadi (201601045 )
S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHATPPNI MOJOKERTO
Tahun Ajaran
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul harga diri
rendah tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa. Makalah ini mungkin tidak
dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Sadjidin, selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
2. Ibu Ifa Ro’ifah, selaku ketua progam studi S1 Keperawatan Stikes Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
3. Ibu Lilik Ma’rifatul Azizah, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa yang telah memberikan tugas kepada kami.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah
ini akan kami terima dengan lapang dada. Semoga makalah ini dapat memberikan
konstribusi positif dan bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran, serta dapat
menambah wawasan pembaca tentang apa itu harga diri rendah dan hal-hal yang
mempengaruhi harga diri seseorang.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari harga diri rendah.
b) Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya harga diri rendah.
c) Untuk mengetahui dan memahami etiologi harga diri rendah.
d) Untuk mengetahui dan memahami rentang respon harga diri rendah.
e) Untuk mengetahui dan memahami patopsikologi pada klien harga diri rendah.
f) Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala pada klien dengan harga
diri rendah.
g) Untuk mengetahui dan memahami konsep askep secara teori pada klien dengan
harga diri rendah.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan kepada pembaca
mengenai harga diri rendah, proses terjadinya harga diri rendah sampai dengan
proses keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah.
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
stresor
Gangguan/Ketidakseimbangan
Self affirmative
EFEK
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
8
D. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (2003: 352):
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera kerumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternative tindakan.
5) Ekspesi malu atau meraa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6) Perasaan tidak mampu.
7) Pandangan hidup yang pesimistis.
8) Tidak berani menatap lawan bicara.
9) Lebih banyak menunduk.
10) Penolaka terhadap kemampuan diri.
11) Kurang meperhatikan perawatan diri.
12) Data objektif:
a. Produktivitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi.
h. Tampak mudah tersinggung.
9
Perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien, No.
RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
b) Keluhan utama/alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di RS,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah biasanya
klien akan menyendiri dan tidak mampu menatap lawan bicara.
c) Faktor predisposisi
Tanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal.
d) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien harga diri rendah terjadi
peningkatan tekanan darah, dan frekuensi nadi.
e) Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung
merendahkan dirinya sendiri, perasaan tidak mampu dan rasa
bersalah terhadap diri sendiri.
Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya
dan posisinya. Klien dengan harga diri rendah lebih banyak
10
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan
bicara.
Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat. Pada
klien dengan harga diri rendah tidak mampu melaksanakan perannya
secara meksimal, hal ini ditandai dengan kuranng percaya diri dan
motivasi yang kurang dari individu tersebut.
Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan dan penyakitnya, bagaimana jika kenyatan tidak
sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah
cenderung percaya dirinya kurang, selalu merendahkan martabat,
dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
Harga diri
Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap dirinya
sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, dan percaya diri kurang.
3) Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang bisa dilakukan bila ada masalah, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam
hal ini orang dengan harga diri rendah cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitarnya.
4) Spiritual
Pada klien harga diri rendah cenderung berdiam diri dan tidak
melaksanakan fungsi spiritualnya.
f) Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
11
2. Diagnosa keperawatan
a) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
b) Isolasi Sosial : menarik diri
c) Koping individu tidak efektif
Prioritas Masalah:
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Pohon Masalah
Isolasi sosial
12
3. Perencanaan
Perencanaan
Tujuan umum:
Klien mampu
meningkatkan
harga diri
Tujuan khusus kriteria evaluasi: 1.1 Bina Hubungan saling
1 : klien dapat 1. Klien dapat hubungan percaya akan
membina hubu mengungkapkan saling menimbulkan
percaya
ngan saling per perasaanya kepercayaaan
a. Sapa klien
caya 2. Ekspresi wajah dengan klien pada
bersahabat ramah, baik perawat
verbal sehingga akan
3.Ada kontak maupun non memudahkan
verbal. dalam
mata
b. Perkenalkan pelakasanaan
4.Menunjukkan diri dengan
tindakan
sopan
c. Tanya nama selanjunya
rasa senang
lengkap
5.Mau berjabat klien dan
nama
tangan panggilan
d. Jelaskan
6.mau menjawab tujuan
pertemuan,
salam jujur dan
menepati
7.Klien mau dudu janji.
e. Tunjukan
k berdampingan
sikap empati
8.Klien mau men dan
menerima
ngutaraka masala klien apa
adanya
h yang di hadapi f. Beri
perhatian
pada klien
13
Perencanaan Intervrensi
Rasional
Tujuan Kriteria
evaluasi
Tujuan khusu Kriteria evalu 2.1 Diskusikan kemampuan dan Pujian akan
aspek positif yangbb dimiliki klien meningkatkan
2 asi : dan beri pujian atau reinforcement harga diri
Klien dapat 1. Klien mam atas kemampuan mengungkapkan kilen
perasaan
mengidentifi pertahankan
2.2 Saat bertemu klien, hindarkan
kasi kemam aspek yang member penilaian nigatif, utamakan
member pujian yang realistis.
puan dan asp positif
ek positif ya
ng dimiliki
14
Tujuan khusus dan kriteria 3.1 Diskusikan kemmpuan yang Peningkatan
evaluasi masih dapat digunakan selama sakit kemampuan
dorong klien
3. klien dapat menilai ke untuk mandiri
mampuan yang dapat
digunakan, kebutuhan klien 3.2Diskusikan juga kemampuan
terpenuhi, klien dapat yang dapat dilanjutkan penggunaan
melakukan aktivitas terarah di rumah sakit dan di rumah nanti.
15
SP 2 SP 2
a) Evaluasi kegiatan a) Evaluasi kemampuan Sp 1.
yang lalu (Sp 1). b) Latih keluarga langsung ke
b) Memilih kemampuan pasien.
kedua dapat c) Menyusun RTL
dilakukan. keluarga/jadwal keluarga
c) Melatih kemampuan untuk merawat pasien.
yang dipilih.
d) Masukkan dalam
jadwal kegitan
pasien.
SP 3 SP 3
a) Evaluasi kegiatan a) Evaluasi kemampuan
yang lalu (Sp 1). keluarga.
b) Memilih kemampuan b) Evaluasi kemampuan
ketiga yang dapat pasien.
dilakukan. c) RTL kelurga:
c) Melatih kemampuan Follow up.
3 yang dipilih. Rujukan.
d) Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
16
4. Pelaksanaan dan Evaluasi
Pendekatan dengan
baik, menerima klien
apa adanya
Mengidentifikasi
perasaan dan reaksi
perawatan diri sendiri
Menyediakan waktu
untuk bina hubungan
yang sopan
Memberikan
kesempatan untuk
merespon
24 februari 2017 3.mengidentifikasi
Jam 08:00 kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
17
dengan :
Membantu
mengidentifikasi
dengan aspek yang
positif
Mendorong agar
berpenilaian positif
Membantu
mengungkapkan
perasaannya
18
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Tn. X usia 40 tahun seorang atliet bulu tangkis, memiliki seorang istri dan 3
orang anak, yang masing-masing berusia 12 tahun, 10 tahun, dan 6 tahun. Tn. X
dirawat di RS Kanker Dharmais karena menderita kanker tulang dan telah
diamputasi pada kaki kirinya. Semenjak diamputasi, Tn. X lebih sering diam dan
sering kali melamun. Setelah kurang lebih 1 minggu di rawat di RS akhirnya Tn. X
diijinkan untuk pulang.
Dan sejak saat itu klien syok dan bersikap lebih pendiam serta sering
mengurung diri di kamar. Keluarga sudah berulang kali membujuk Tn. X agar tidak
bersikap seperti itu tapi Tn. X tidak mau mendengarkan, keluarga sudah binggung
dengan kondisi Tn. X, sehingga keluarga klien memutuskan untuk membawanya ke
RSJ.
Keluarga mengatakan sejak 1 minggu yang lalu klien susah diatur tidak mau
mandi dan ganti baju, malas makan, dan melukai diri dengan memukul-mukul
kakinya yang sakit, menangis, mau bicara jika diajak bicara tapi dengan suara
pelan, klien juga sering bicara sendiri dan berkata “aku pincang, aku jelek sekarang,
kenapa tidak sekalian aku mati saja”. Saat dilakukan pengkajian pada Tn. X, Tn. X
terlihat kurang terurus bajunya kotor, kusut, rambut kotor, bicara sangat pelan dan
menunduk saat bicara, ada luka memar di kaki kirinya. Dari hasil pemeriksan
didapatkan TD=110/90 mmHg, N=80x/mnt, S=36C, RR=20x/mnt.
Saat dilakukan pengkajian lebih dalam lagi kepada klien. Klien mengatakan
bahwa dirinya tidak berguna lagi, dirinya malu karena kurang bisa menerima
perubahan fisiknya tersebut. Klien malu dan takut diejek teman-temannya
karena sekarang ia pincang dan tidak bisa menjadi atlet kembali.
19
3.2 Model Keperawatan
1) Model Eksistensi(Perls, Rogers, Glasser, Ellis dll)
a. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Hidup ini akan sangat berarti apabila seseorang dapat mengalami dan
menerima Self(diri) sepenuhnya. Penyimpangan perilaku terjadi jika
individu gagal dalam upayanya menemukan dan menerima diri.
b. Proses terapeutik
Individu dibantu untuk mengalami kemurnian hubungan. Terapi dilakukan
didalam kelompok dan klien dianjurkan untuk menggali dan menerima diri
dan dibantu mengendalikan perilakunya.
c. Peran klien dan terapis
Klien bertanggungjawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam
suatu pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang dirinya. Terapis
membantu klien mengenal nilai diri dan mengklarifikasi realitas situasi dan
mengenalkan pada klien dengan perasaan tulus
2. Model Interpersonal (Sullivan, Peplau)
a. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Ansietas timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut yang mendasar
adalah takut terhadap penolakan. Seseorang membutuhkan rasa aman dan
kepuasan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal yang positif.
b. Proses terapeutik
Hubungan antara terapis dan klien yang penuh rasa percaya dan aman untuk
mencapai kepuasan interpersonal. Klien dibantu untuk mengembangkan
hubungan akrab diluar suasan situasi terapi.
c. Peran klien dan terapis
Klien menceritakan ansietas dan perasaannya pada terapis. Terapis menjalin
hubungan akrab dengan klien, menggunakan empati untuk merasakan
perasaan klien dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman
interpersonal korektif.
Dalam kasus diatas klien mengalami harga diri rendah sehingga takut untuk
berinteraksi dengan orang lain karena pemikiran / persepsi dirinya yang negatif
terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu. Dengan dilakukannya model
20
keperawatan extensial diharapkan terapis mampu untuk mengupayakan agar klien
bisa berinteraksi dengan orang lain dengan menghilangkan rasa pesimis dan
negatif terhadap dirinya sendiri, seperti dengan memahami riwayat orang lain
yang dianggap sukses agar dijadikan panutan oleh klien.
1) Pencegahan tersier
PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama : Tn. X
Umur : 40 tahun
Alamat : Mojokerto
Status perkawinan : Sudah menikah
21
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : atlet bulu tangkis
No. RM : 012487
B. Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Mojokerto
C. Keluhan utama
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering memukul-mukul kakinya
yang diamputasi sehingga timbul memar.
D. Alasan masuk
Keluarga mengatakan sejak 1 minggu yang lalu klien susah diatur tidak
mau mandi dan ganti baju, malas makan, dan melukai diri dengan
memukul-mukul kakinya yang sakit, menangis, mau bicara jika diajak
bicara tapi dengan suara pelan.
E. Faktor predisposisi
Karena klien menderita kanker tulang dan di amputasi
F. Pemeriksaan fisik
a. TTV:
- TD=110/90 mmHg
- N=80x/mnt
- S=36C
- RR=20x/mnt.
b. Kondisi fisik
Klien mengeluh nyeri pada kaki bagian kiri, karena bekas pukulan yang
memar.
G. Psikososial
a. Genogram
Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
22
Klien merasa anggota tubuhnya tidak lagi berguna.
2) Identitas diri
Klien mengatakan mempunyai seorang istri dan tiga orang anak.
3) Peran diri
Klien mengatakan di dalam keluarganya sebagai kepala keluarga.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera pulang dan dapat berkumpul
dengan keluarga.
5) Harga diri
Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain
selain istrinya, klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang
lain terutama teman-teman atletnya.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang dekat dengan klien adalah istri dan
anaknya.
2) Peran serta kelompok/masyarakat:
Sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong di desanya.
3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:
Selama klien sakit temannya berkurang karena
klien malu berkomunikasi.
d. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5 kali sehari, Jika sholat, klien
sehabis berdoa agar cepat sembuh.
H. Status mental
a. Penampilan
Penampilan klien terlihat kurang terurus, bajunya kotor, kusut, rambut
kotor.
b. Pembicaraan
Klien berbicara pelan tetapi dapat dipahami.
c. Aktivitas motorik
Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan, dan klien
merasa malu.
d. Afek dan emosi
Bicara klien lambat dan raut wajah cenderung datar.
e. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang karena menunduk, sesekali klien menengadah.
23
f. Proses pikir
- Pikiran rendah diri: klien merasa bersalah pada
dirinya dan penolakan terhadap kemampuan diri.
- Rasa bersalah: pengungkapan negative klien
terhadap dirinya sendiri.
- Pesimis: klien berpandangan bahwa masa depan
dirinya suram.
g. Tingkat kesadaran
Klien sadar hari, tanggal, dan waktu saat pengkajian. Hari senin,
tanggal 20 februari 2017, jam 08.00 WIB.
h. Memori
Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
i. Tingkat konsentrasi
Klien berhitung lancar, contoh 15-4=11
j. Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau
membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.
k. Daya tilik
Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di Rumah Sakit Jiwa.
24
a. Klien jika ada masalah tidak menceritakan kepada
orang lain, lebih suka diam dan tertutup.
Analisa Data
DIAGNOSA
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
Pohon Masalah
25
ISOS PERILAKU KEKERASAN
RENCANA KEPERAWATAN
26
sikap empati
dan penuh
perhatian
pada klien.
TUK 2: Klien dapat 1. Diskusikan Pujian akan
Klien dapat mengidentifik kemampuan meningkatkan
mengidentif asi dan aspek harga diri klien.
positif yang
ikasi kemampuan
dimiliki
kemampuan dan aspek klien.
dan aspek positif yang 2. Bantu klien
positif yang dimiliki mengekspres
dimiliki. ikan dan
menggambar
kan perasaan
serta
pikirannya.
3. Tekankan
bahwa
kekuatan
untuk
berubah
tergantung
pada klien
sendiri.
4. Identifikasi
stresor yang
relevan dan
penilaian
klien
terhadap
stresor
tersebut.
5. Dukung
kekuatan,
ketrampilan
dan respon
koping yang
efektif.
6. Utamakan
memberi
pujian
therapeutik.
7. Tingkatkan
keterlibatan
keluarga
dan
kelompok
untuk
memberikan
27
dukungan
untuk
mempertaha
nkan
kemajuan
dan
perkembang
an klien.
28
kegiatan
dengan
bantuan
sebagian,
kegiatan
dengan
bantuan
total).
3. Tingkatkan
kegiatan
sesuai
dengan
toleransi
kondisi
klien.
4. Beri contoh
cara
pelaksanaa
n kegiatan
yang boleh
dilakukan.
5. Libatkan
keluarga
dalam
perawatan
klien
29
nnya.
4. Libatkan
keluarga
dalam
perawatan
klien.
30
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS: klien mengatakan dirinya sudah tidak punya harapan
Klien sering kali menolak tindakan yang akan dilakukan
Klien sering tampak diam dan melamun, serta nafsu makan menurun
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
4. Tindakan keperawatan SP 1 Pasien
31
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
f. Evaluasi/ Validasi
c. Kontrak
Topik : “ senang ya bisa berkenalan dengan bapak pagi ini.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar utuk saling
mengenal?” agar nanti saya dapat membantu bapak untuk melakukan
kegiatan yang bapak ingin lakukan”
Waktu :“kira-kira bapak minta waktu berapa lama untuk saya bantu
melakukan kegiatan yang bapak inginkan?
2.Fase Kerja
Kalau di rumah bapak menyukai kegiatan seperti apa pak?” sekarang keinginan
apa saja yang bapak ingin lakukan?” bagus apalagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang bapak lakukan? Bagaimana dengan merapikan
kamar? Mencuci piring? Menyapu? menyiram tanaman? Mencuci baju?.” Wah
bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki.
32
“ dari 5 kegiatan tadi mana yang msih bisa dikerjakan di rumah sakit? Coba kita
lihat, yang pertama bisakah, yang kedua sampai 5... Bagus sekali ya pak ada 3
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit.
Coba sekarang bapak pilih kegiatan yang masih bisa dilakukan di rumah sakit. Oh
yang nomor 1 ya pak merapikan tempat tidur. Mari kita lihat tempat tidurnya
sudah rapikah tempat tidurnya.
“ nah ketika kita mau merapikan tempat tidur kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. “nah
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang
sebelah kiri, tarik dan masukkan , lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapikan dan letakkan disebelah atas. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah.
Sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba bapak lihat dan
bedakan dengan sebelum dirapikan? Bagus”
3. Terminasi
c.Rencana tindak lanjut: “ Baiklah, cukup sampai di nsini dulu pertemuan kita
hari ini. Sudah banyak hal yang saya tau dari bapak hari ini, nanti bapak bisa
lanjutkan dilain waktu, semuga bapak membaik.
a. Waktu : “ Pak, bagaimana kalau besok kita ketemu lagi jam 8 pagi,
bagaimana apakah bapak bersedia ? ’’
33
c. Topik : “ Besok kita lakukan pengembangan kemampuan bapak. Sampai
besok ya pak, terima kasih atas waktunya.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
Klien sudah mampu menjelaskan hobi dan kemampuan yang dimilki yaitu 5
kemmapuan dan sudah berlatih merapikan tempat tidur. Klien masih sering menunduk
dan nada suranya pelan.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat menilai kemmapuan yang dapat digunakan
b. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
c. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
4. SP 2 Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1)
b. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien
c. Melatih kemampuan yang dipilih
d. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
”Assalamu’alaikum Bapak,? Saya suster Ovie yang akan menemani dan merawat bapak
hari ini.”
Evaluasi / Validasi
“Bagaimana keadaan dan perasaan bapak pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
Apakah bapak sudah merasa lebih baik dibandingkan kemarin?“ bagaiman bapak sudah
dicoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Bagus sekali
Kontrak :
34
“Sekarang kita akan melakukan kegiatan yang kedua ya pak. Masih ingat apa kegiatan
itu? Ya benar kita melaukan mencuci piring “
Tempat : “ kita alan melakukan mencuci piring di dapur ruangan ini ya pak.”
2.Fase kerja
Bapak X sebelum kita mencuci piring kita perlu menyiapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas, kita bisa menggunakna air yang mengalir dikran ini.”
“sekarang saya perlihatkan dulu ya pak contohnya”
“ setelah semua perlengkapan suda tersedia kita buang dulu sisa makanan yang ada
di piring. kemudian bersihkan piring dingan sabut yang sudah diberikan sabun. Setelah
selesai disabuni bilas dengan air yang mengalir dikran sampai tidak ada busa. Setelah itu
kita bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak pirig.
“Sekarang coba bapak melakukan”
“Bagus sekali, bapak dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Klien sudah dapat melakukan latihan kegiatan harian yaitu mencuci piring.
b. Kontrak
Topik: Bagaimana kalau besok pagi kita ketemu lagi dan bapak juga bisa
menceritakan hal-hal yang membuat bapak tidak nyaman. Dan besok saya juga akan
membantu bapak melakukan kegiatan yang 3
Waktu: bapak mau besok kita ketemu jam beapa? Bagaimana kalau jam 08.00 pagi
saja pak? Iya baiklah kalau begitu besok saya akan menemui bapak jam 08.00 pagi ya
pak.
Tempat: besok pagi saya akan datang ke kamar bapak ya pak. Besok bapak bisa
memilih tempat untuk kita mengobrol, terserah bapak saja nyamannya dimana.
35
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
klien sudah berlatih beberapa kemampuan dan aktifitas di rumah sakit,
keluarga mengunjungi klien dan terlihat sedih dan bingung dengan kondisi
klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
a. klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
4. SP 1 Keluarga:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinya
c. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah
d. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
e. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
1. Fase Orientasi
“Assalamualaikum ibu, saya perawat erna yang mendampingi bapak X.
“bagaimana keadaan ibu pagi hari ini?”
36
“bagaiman kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak X? 30
menit ya bu kita bercakap-caka, mari bu kita duduk di ruang tamu!”
2. Fase Kerja
“Apa yang ibu ketahui tentang masalh Bapak x
“ Ya memang benar sekali bu, bapak X itu kmemang terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Bapak X sering mengatakan dirinya
sudah tidak berguna lagi. Dengan kata lain bapak x memiliki masalah harga diri
rendah yang ditandai dengan mengurung diri di kamar dan berfikiran bahwa
dirinya sudah tidak berguna lagi. Bila keadaan ini terus menerus seperti itu ,
Bapak X bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi.
“sampai disini ibu mengerti apa yang dimaksut dengan harga diri rendah?”
“bagus ibu sudah mengerti.”
“Setelah kita mengerti masalah yang dialami Bapak x dapat menjadi masalah
yang serius, maka kita perlu memberikan perawtan yang baik untuk Bapak X.”
“ibu apa saja kemampuan yang dimiliki bapak X?” “merapikan tempat tidur,
mencuci piring, menyapu,menyiram tanaman,mencuci baju.” Ya benar bu bapak x
juga mengatakan seperti itu.”
Bapak X sudah dilatih 2 kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur, mencuci piring.
Untuk itu ibu tolong bantu menyiapkan alat-alatnya ya bu. Dan jangan lupa
memberika pujian agar hharga diri bapak X meningkat. Ajak pula memberi tanda
cek list pada jadwal kegiatannya.”
“Selain itu, bila Bapak X tidak lagi dirawat di rumah sakit, ibu tetap perlu
memantau perkembangan Bapak X. Jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani lagi ibu dapat membawanya ke Puskesmas.
“nah bagaiman jika sekarang kita mempraktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak X?”
“temui Bapak X dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian dengan mengatakan: bagus sekali pak, kamu suddah semakin terampil
dalam mencuci piring.”
“coba ibu praktekkan sekarang, bagus”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Evaluasi Subyektif: “bagaimana perasaan ibu setelah percakapn kita ini?”
Evaluasi obyektif: keluarga dapat menjelaskan kembali masalh yang dihadapi bapak
X, dan juga dapat mempraktikkan kembali kegiatan yang sudah dipraktekkan
b. Kontrak
Topik :bagaiman kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada bapak x?”
Waktu: untuk waktunya pagi jam 08.00 ya bu.”
Tempat : tempatnya di ruangan Bapak X ya bu.”. saya tunggu ya bu. Sampai
jumpa.”
37
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Keluarga sudah mendapatkan kejelasan tentang kondisi klien dan cara merawatnya
di rumah.
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
4. Tujuan kusus:
a. klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
5. SP 2 Keluarga:
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah
c. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
1. Fase Orientasi:
“Selamat pagi Pak?Bu”
“Bagaimana perasaan Bapak?ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak ibu seperti yang kita pelajari
dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini akan mempratekkannya langsung kepada S.”
“Waktunya 20 menit”
“Sekarang mari kita temui S”
2. Fase Kerja:
“Selamat pagi Pak X . Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
38
“Hari ini saya datang bersama istri bapak . Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, istri bapak juga ingin merawat bapak agar bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut )
“Nah Buk, sekarang ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari yang lalu, yaitu memberikan terhadap perkembangansuami ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemua n sebelumnya ).
“Bagaimana perasaan setelah berbincang-bincang dengan istri bapak? ”
“Baiklah, sekarang saya dengan istri bapak ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melalukan terminasi dengan
keluarga )
3. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Bapak X”
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Bu”
Selamat pagi
39
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN HDR
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah dirawat langsung
ke klien. Klien sudah mampu memulai berinteraksi aktif dengan orang lain, sudah
mampu mengikuti kegiatan harian di ruangan dan latihan beberapa kemampuan
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah
4. SP 3 keluarga
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi:
“”selamat pagi Pak/Bu”
“karena hari ini S sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal
Bapak x selama di rumah”
“berapa lama Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor.”
2. Fase Kerja:
40
“Bu ini jadwal kegiatan bapak X selama di rumah sakit. Coba di perhatikan,
apakah semua dapat di laksanakan di rumah? ”Pak/Bu?, jadwal yang telah
dibuat selama bapak x dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di
tampilkan oleh bapak X selama di rumah. misalnya bapak x terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negative terhadap diri sendiri,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segara hubungi perawat K di puskesmas …,
Puskesmas terdekat di rumah Ibu, ini nomor telpon puskesmasnya : (0321)
554xxx
“selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S
selama di rumah.
3. Fase Terminasi:
“Bagaimana Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian bapak X
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM …. Jangan
lupa control ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silahkan selesaikan administrasinya!”
41
EVALUASI
Ruangan : Cempaka
Petunjuk pengisian
1 Menyebutkan
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki
2 Menilai
kemampuan
yang akan
masih dapat
digunakan
3 Memilih
kegiatan yang
akan dilatih
sesuai dengan
kemampuan
yang dimiliki
4 Melatih
kemampuan
yang telah
dipilih
5 Melaksanakan
kemampuan
yang telah
dilatih
6 Melalukan
kegiatan
42
sesuai jadwal
B Keluarga 25 26 27
februari februari februari
1 Menjelaskan
pengertian dan
tanda-tanda
orang dengan
HDR
2 Menyebutkan
tiga cara
merawat pasien
HDR (
memberikan
pujian ,
menyediakan
fasilitas untuk
pasien , dan
melatih pasien
melakuan
kemampuan )
3 Mampu
mempraktekkan
merawat pasien
4 Melakukan
follow up
sesuai rujukan
43
Terapi Modalitas yang cocok untuk pasien Harga Diri Rendah:
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa dalam terapi Psikofarmaka dan ECT
44
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI (TAKSP)
a. Tujuan:
b. Setting
c. Alat
2) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
d. Metode
1) Diskusi
2) Permainan
e. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
a) memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien deng gangguan konsep diri:
harga diri rendah.
2) Orientasi
a. salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
45
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
c. kontrak
1) Terpais menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri
sendiri.
a. jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,Harus meminta izin kepada
terapis
3) Tahap kerja
g. Terapis memintan klien membaca hal posistif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendpat giliran.Terapis memberi pujian pada
setiap peran serta klien
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
46
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri yang dapat
diterapkan dirmah sakit dan dirumah.
Evaluasi :
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK harga diri
rendah sesi 1,Kemampuan klien yang diharapkan adalh menuliskan pengalaman yang
tidak menyenangkan aspek positif (Kemampuan) yang dimiliki.
Sesi I
Stimulasi persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan Menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No Nama Klien Menulis pengelaman Menulis hal
yang tidak positif diri sendiri
menyenangkan
Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh: klien mengikuti sesi 1,TAK stimulasi persepsi harga diri
rendah. Klien mampu menulis 3 hal pengalaman yang tidak mnyenangkan, mengalami
kesulitan menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal
positif dirinya dan tingkatkan reinforcement
47
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI (TAKSP)
a. Tujuan
1. Klien dapatmemahami pentingnya menghargai orang lain.
b. Setting
c. Alat
d. Metode
1. Diskusi
2. Permainan
e. Langkah-lanmgkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
48
2) Terapis mennayakan apakah klien pernah menghargai orang lain.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan TAK.
Jika ada klien yang akan keluar dari kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
3. Kerja
a. Terapis membagikan kertas dan spidol, masing-masing sebuah untuk setiap klien
b. Terapis meminta klien untuk membagi kertas menjadi sejumlah klien yang ikut
TAK
c. Terapis meminya klien menulis nama klien yang lain di sudut kanan atas kertas.
Satu kertas untuk satu klien
f. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah jarum jam, dimulai
dari klien yang ada dikiri terapis membacakan kertas yang telah diberikan dan
mengungkapkan perasaaan klien setelah membaca kertas tersebut.
g. Terpais memberikan pujian, dan meminta klien bertepuk tangan, setiap satu klien
selesai membacakan kertas yang ada ditangannya.
4. Terminasi
a. Evaluasi:
49
2. Terapis menyepakati tempat, dan waktu TAK.
5. Evaluasi
no Aspek yang dinilai Nama peserta Nama peserta Nam peserta
50
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI (TAKSP)
a. Tujuan
b. Setting
c. Alat
d. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
e. Langah-langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
c. Kontrak:
51
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
3. Kerja
a. Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing satu buah untuk
setiap klien.
d. Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup yang telah ditulisnya,
berurutan dari klien yang beradadisebelah kiri terapis, searah jarum jam samapai
semua mendapat giliran.
e. Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien lain jika satu orang
klien telah selesai membacakan.
f. Terapis meminta klien melihat tujuan hidupnya, mencoret tujuan yang sulit (tidak
mungkin) dicapai.
g. Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup yang benar-benar realistis
(seperti langkah d).
4. Terminasi
a. Evaluasi
b. tindak lanjut: terapis menganjurkan klien menuliskan lagi tujuan hidup yang
mungkin masih ada.
52
c. kontrak yang akan datang:
53
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam malakukan perawatan jiwa sangat
penting sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan
kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawata), keluarga dan juga
lingkungan (tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan
klien dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.
4.2 Saran
1) Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negatif
2) Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement
54
Daftar Pustaka
Azizah, Lilik Marifatu. (1995) Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta.
Graha Ilmu
Keliat, Budi Anna, dkk. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Editor Yasmin
Asih. Skp. Jakarta: penerbit EGC
Amar, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik
Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
55