Sektor
Sektor
Sumber: kaltimpost
Sektor transportasi merupakan salah satu subsektor dari sektor infrastruktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Infrastruktur merupakan salah satu faktor penentu pembangunan ekonomi yang
sama pentingnya dengan faktor-faktor produksi umum lainnya seperti modal dan tenaga kerja.
Sejak krisis ekonomi 1998, perhatian pemerintah terhadap penyediaan infrastruktur sangatlah
minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah
harus fokus terhadap hal-hal yang lebih mendesak seperti menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
dan perekonomian secara keseluruhan, mencegah pelarian modal, menanggulangi hutang luar
negeri, serta menstabilkan kembali situasi politik dan sosial. Akibatnya kondisi infrastruktur
terpuruk. Terutama infrastruktur jalan yang merupakan salah satu faktor yang memperlancar
perekonomian dimana akan meningkatkan kemajuan suatu daerah karena akan mempermudah
dalam menghasilkan barang serta pendistribusiannya. Hal tersebut akan menarik para investor
untuk menanamkan modal sehingga sangat dibutuhkan keadaan jalan yang baik. Sebagai Negara
kepulauan, maka transportasi merupakan aspek penting dari infrastruktur Indonesia, sehingga
cukup menguras anggaran Negara akibat kebutuhan yang sangat besar akan pembaruan
infrastruktur. Secara teknis, antar subsektor transportasi terdapat hubungan komplementer. Akan
tetapi, secara ekonomis hubungannya bersifat substitusi atau kompetitif. Misalnya , angkutan
ekspor-impor pada umumnya melewati laut dan udara untuk mendistribusikan barangnya, namun
secara teknis memerlukan angkutan darat untuk mengantarkan barang tersebut ke pelabuhan
bongkar muat.
Sektor transportasi di Indonesia baik sebagai infrastruktur maupun layanan jasa adalah
suatu urat nadi utama kegiatan perekonomian yang pada gilirannya akan menentukan tingkat
keunggulan daya saing suatu perekonomian. Ketersediaan prasarana dan sarana yang mencukupi
dan efektif, serta tumbuhnya industri jasa yang efisien dan berdaya saing tinggi pada setiap
sektor perhubungan, baik darat, laut maupun udara, akan menentukan kecepatan pertumbuhan
perekonomian Indonesia mengatasi persaingan global yang makin ketat dan berat. Infrastruktur
sektor transportasi Indonesia menurut survey World Economic Forum (WEF) menempati
peringkat 91 dari 131 negara yang disurvey.
Sebagai gambaran luas, kondisi transportasi di Indonesia saat ini masih mengalami
hambatan yang belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Hal-hal tersebut antara lain
karena terbatasnya dukungan pembiayaan dari dunia perbankan maupun lembaga keuangan non-
bank dalam memberi pinjaman kredit yang mengakibatkan industri transportasi saat ini sulit
berkembang. Menurut Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, hal itu karena industri
transportasi masih dianggap sebagai sektor usaha high risk (risiko tinggi) dan slow and low
yielding (hasil lambat dan rendah).Selain itu tingkat keamanan dan keselamatan transportasi
nasional belum memenuhi persyaratan atau standar internasional. Kondisi infrastruktur
perhubungan Indonesia dewasa ini pada setiap sektor jasa transportasi tidak memadai untuk
kelancaran arus transportasi penumpang dan barang.
Gejolak ekonomi dunia yang dimulai dari krisis harga minyak global ini telah banyak
memakan korban dari berbagai sektor perekonomian yang ada di setiap negara. Hal ini semakin
diperburuk dengan terjadinya krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) yang dipicu subprime
mortgage buble crisis yang terus berlarut. Bagi Indonesia, krisis ini akan memiliki dampak yang
saling terkait di berbagai sektor, dimana salah satunya adalah sektor transportasi yang
merupakan urat nadi perekonomian Indonesia. Kenaikan biaya transportasi akibat krisis
perekonomian global diprediksi menyulitkan industri logistik di Indonesia dalam menjalankan
usahanya di tengah permintaan pasar akan penurunan tarif layanan. Ketua Umum Asosiasi
Logistik Indonesia Zaldi Masita mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah dalam jangka
pendek akan berdampak pada kenaikan beberapa komponen impor yang terkait dengan sarana
transportasi.
Melihat kondisi krisis financial global saat ini, tampaknya masih akan berlanjut selama
beberapa waktu ke depan. Ini berarti, nilai tukar rupiah terhadap dollar masih akan terus
fluktuatif dan harga BBM juga belum dapat disinyalir untuk stabil. Maka dari itu harus dilakukan
beberapa upaya untuk membantu sektor transportasi agar dapat terus bertahan. Untuk
mengurangi dampak krisis, pemerintah perlu menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM)
atau mencabut subsidi BBM untuk kendaraan pribadi dengan memanfaatkan momentum
turunnya harga minyak dunia.
Krisis finansial global dan lumpuhnya sistem perbankan global yang berlarut akan
berdampak sangat negatif terhadap Indonesia, karena pembiayaan kegiatan investasi di Indonesia
(baik oleh pengusaha dalam maupun luar negeri) akan terus menciut, penyerapan tenaga kerja
melambat dan akibatnya daya beli masyarakat turun-yang akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi seperti ini tentunya yang biasa dilakukan adalah efisiensi.
Bisa jadi itu dilakukan dengan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Itu sudah
menjadi konsekuensi kalau daya saing produk kita terus berkurang sementara biaya produksi
meningkat. Jika industri transportasi terkena imbas dari krisis global, maka akan mengakibatkan
macetnya perpindahan barang dan jasa. Tidak terjadinya perpindahan barang dan jasa akan
mengakibatkan kekacauan pada bagian produksi. Produksi terpaksa harus dihentikan karena
barang belum terjual habis. Karena produksi terhenti dalam jangka waktu yang lama, maka
industri akan melakukan PHK kepada karyawan-karyawannya, dan akibatnya industri itu
menjadi lebih kecil dan pendapatnya semakin berkurang. Jika produksi terhenti, barang tidak
bisa didistribusi, karyawan dan biaya operasional akan berjalan terus, akibatnya perusahaan akan
jatuh bangkrut.
Keterangan Foto:
Dubes RI (kiri) bersama dengan Menteri Amar Tou.
http://www.deplu.go.id/?hotnews_id=5000
“ KINERJA PELAYANAN PUBLIK SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR
KESEHATAN DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD
GOVERNANCE)” (Studi pada Pemerintah Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan)
ARTICLE with 4141 READS
Source: OAI
Pembaharuan penyelenggaraan palayanan publik dapat digunakan sebagai entry point dan
penggerak utama (prime mover) untuk mendorong perubahan praktik governance di Indonesia.
Pelayanan publik dipilih sebgai penggerak utama karena upaya mewujudkan nilai-nilai seperti
efisiensi, transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dapat diterjemahkan secara relatif mudah
alam pelayanan publik. Program yang dilakukan Kabupaten Barito Kuala berkaitan dengan
pelaksanaan pelayanan publik untuk mencapai tata pemerintahan yang baik khususnya dalam
bidang kesehatan dan pendidikan, yaitu mewujudkan visi Barito Kuala Sehat 2008 dan
terwujudnya sumber daya manusia berkualitas melalui pendidikan di Barito Kuala. Sesuai
dengan latar belakang tersebut maka pokok permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana
Strategi Pemerintah Kabupaten Barito Kuala dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik
melalui kinerja pelayanan publik sektor Pendidikan dan Kesehatan dan Bagaimana pencapaian
strategi dalam perwujudan tata pemerintahan yang baik melalui pengukuran kinerja pelayanan
publik sektor Pendidikan dan Kesehatan. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif
kualitatif. Penelitian dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala. Adapun yang
menjadi unit analisis dalam penelitian ini yaitu Bupati Kabupaten Barito Kuala; Sekretaris
Daerah Kabupaten Barito Kuala; Kepala Dinas dan Kepala Bagian Dinas Pendidikan Kabupaten
Barito Kuala; Kepala Dinas dan Kepala Bagian Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala;
masyarakat yang terdiri dari masyarakat umum, guru dan wali murid. Penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, interview, dan dokumentasi.
Analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari analisa data yang diperoleh
bahwasanya dalam strategi yang dimiliki, Kabupaten Barito Kuala dalam bidang pendidikan
menetapkan kebijakan pendidikan berupa mengembangkan setiap unsur pendukung sistem
pendidikan formal dan pendidikan masyarakat. Sedangkan program yang dilakukan adalah
Pembinaan pendidikan pra sekolah, dasar & menengah; Pengembangan sarana & prasarana
pendidikan; dan Pembinaan pendidikan & pelatihan tenaga kerja. Dalam sektor kesehatan
kebijakan yang dihasulkan berupa mengembangkan setiap unsur pendukung pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Sedangkan program yang dilakukan adalah Peningkatan pelayanan kesehatan;
Pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan; Usaha perbaikan gizi masyarakat; Peningkatan
status kesehatan masyarakat; Peningkatan kesehatan lingkungan; dan Peningkatan pemanfaatan
obat. Adapun faktor yang mempengaruhi strategi pemkab Batola dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik yaitu: pertama, faktor internal meliputi: Kemauan Aparatur di Kab.
Barito Kuala untuk berkembang dan belum mengikuti program Pelatihan dan diklat Pendidikan;
Potensi sumber daya manusia yang dapat dikembangkan; Komitmen pemimpin pemerintah
kabupeten dalam pembangunan daerah; Struktur organisasi pemerintah daerah yang cukup baik;
Komitmen dan loyalitas AparaturPemerintah dalam Pelayanan Publik; Kompetensi dan etos kerja
aparatur pemerintah belum memadai; Terbatasnya sumber-sumber pembiayaan; Terbatasnya
penyediaan infrastruktur pelayanan masyarakat; Kurang optimalnya mekanisme penyelengaraan
pelayanan; Belum adanya sistem informasi berbasis komputer yang dapat. memberikan
informasi secara mudah kepada masyarakat. Kedua, faktor Eksternal meliputi: Ketersediaan
teknologi pengelolaan sumber daya dalam setiap bidang / sektor pembangunan; Tuntutan
terselenggaranya pemerintahan yang baik; Tingginya tingkat tututan masyarakat akan pelayanan
Publik; Otonomi yang luas memungkinkan pemerintah daerah mengembangkan, mengelola, dan
meningkatkan daya saing daerah; Terbukanya peluang kerjasama dengan pihak swasta, lembaga
penelitian dan perguruan tinggi ataupun pemerintah daerah lainnya; Tuntutan masyarakat
semakin tinggi terhadap kualitas pelayanan;Tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat
rendah; Sarana transportasi kurang memadai. Untuk mengukur pencapaian strategi yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabuapten Barito Kuala penulis menggunakan pengukuran
dengan menggunakan prespektif Masyarakat, prespektif Internal, Prespektif Finansial, serta
prespektif pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum dari pengukuran kinerja yang
dilakukan, pencapaian progran secara rata-rata sudah berhasil. Hanya saja ada beberapa
kekuarang dan kendala dalam pelaksanaannya, yaitu antaralain: pembiayaan pelayanan publik
dari PAD yang terbatas, adanya kendala geografis dan sarana transportasi dalam melakukan
pelayanan publik. Serta berkaiatn dengan kuantitas dan kualitas SDM pemberi pelayanan.
Kasimpulan dari penelitian ini ada beberapa kekurangan dan kendala dalam pelaksanaannya
strategi di Kab. Barito Kuala antaralain: pembiayaan pelayanan publik dari PAD yang terbatas,
adanya kendala geografis dan sarana transportasi dalam melakukan pelayanan publik. Salain
biaya dan transportasi kekurangan yang ada berkaiatn dengan kuantitas dan kualitas SDM
pemberi pelayanan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan berdasarkan kesimpulan
yang didapat, untuk meningkatkan kinerja Kabuapten Barito Kuala dalam upaya mencapai visi,
misi dan tujuan. selalu mengedepankan perencanaan yang matang, dan terkoordinasi, dengan
pelaksanaan yang tepat dan obyektif serta bertanggung jawab.
Pengembangan sumber daya manusia Indonesia
Pengembang sumber daya manusia Indonesia adalah bagian dari proses dan tujuan dalam
pembangunan nasional Indonesia.[1] Oleh karena itu, pikiran-pikiran pembangunan yang
berkembang di Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran yang makin kuat akan
tidaknya terhindarnya keikutsertaan bangsa Indonesia dalam proses global yang sedang
berlangsung itu. Diharapkan proses ini membawa keuntungan dan mendorong proses
pembangunan nasional.[1] Hal yang ingin dicegah adalah bahwa bangsa Indonesia hanyut tanpa
kendali dalam arus globalisasi itu dan tenggelam didalamnya, dan bahwa proses globalisasi akan
berwujud proses dehumanisasi.[1] Pada waktu yang bersamaan, bangsa Indonesia juga
menghadapi tantangan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang telah lebih
dahulu maju. Oleh karena itu, pembangunan bangsa yang maju dan mandiri, untuk mewujudkan
kesejahteraan, mengharuskan dikembangkannya konsep pembangunan yang bertumpu pada
manusia dan masyrakatnya.[1] Atas dasar itu untuk mencapai tujuan pembangunan yang
demikian, titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi dengan kualitas sumber
daya manusia.[1]
Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani, dan
kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang sehat,
Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya,
Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan
menguasai iptek yang berwawasan lingkungan, serta
Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan peran hukum yang mendukung upaya
peningkatan kualitas SDM.[3]
Kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan yang bersifat lintas sektoral serta menjadi dasar
keterpaduan kebijaksanaan dan program yang bersifat sektoral.[3] Secara operasional upaya
peningkatan kualitas SDM dilaksanakan melalui berbagai sektor pembangunan, antara lain
sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, kependudukan, tenaga kerja, dan sektor-
sektor pembangunan lainnya.[3]
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, maka koordinasi antar lembaga pemerintah,
maupun antara lembaga-lembaga dimasyarakat dalam pengembangan SDM perlu lebih
dikembangkan.[3] Masyarakat, termasuk dunia usaha (swasta), koperasi dan organisasi
kemasyarakatan lainnya didorong untuk lebih partisipatif dalam berbagai upaya peningkatan
kualitas SDM.[3]
peningkatan nilai produksi dari sektor pertanian unggulan yang dimiliki Propinsi Sulawesi Tengah. Sesuai sistem
pengairan lahan persawahan dapat dibedakan antara lain lahan sawah irigasi teknis seluas 54.314 ha, irigasi
setengah teknis seluas 36.241 ha, irigasi sederhana seluas 13.410 ha, irigasi desa / Non PU seluas 22.929 ha dan
lahan sawah non irigasi teknis seluas 23.518 ha. Dari luas lahan tersebut jumlah produksi padi sawah yang
dihasilkan setiap tahunnya dihasilkan setiap tahunnya mencapai 726.714 ton/ha. Luas lahan palawijaya, holtikultura
dan sayur mayor 57.320 ha, luas buah-buahan 14.029,92 ha dan luas lahan tanaman obat 667.272 ha.
Bidang sektor pertanian merupakan yang terpenting dalam perekonomian karena merupakan penyumbang terbesar
yaitu sekitar 48,79% bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sementara tanaman bahan kedua (14,74% dari
PDRB) setelah perkebunan (24,09%). Secara umum pertumbuhan produksi berasal dari dua sumber yaitu
peningkatan luas panen dan peningkatan hasil per hektar yang ditunjang dengan perbaikan saluran irigasi,
Pencapaian produksi tanaman pangan bagi penduduk Sulawesi Tengah utamanya beras, jagung, kacang tanah,
kacang hijau dan ubi jalar dipenuhi dari produksi sendiri, dan hanya beberapa komoditi dari daerah lain sebagai
tambahan. Dari potensi unggulan perkebunan yang menjadi unggulan, antara lain:
BIJI KAKAO
Potensi unggulan biji kakao yang menjadi potensi unggulan Propinsi Sulawesi Tengah diperdagangkan dalam bentuk
bahan mentah (raw material export) dan untuk mendapatkan hasil yang berwujud barang setengah jadi atau barang
jadi perlu diolah melalui sentuhan teknologi maju sehingga mempunyai nilai kompetitif yang sangat tinggi. Produksi
kakao tahun 2004 sebesar 129.372,40 ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 179.683,00 ton.
Potensi Kakao tersebar diseluruh kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Parigi
Moutong dengan luas area kakao sebesar 62.543,00 ha dan hasil produksi 66.746,00 ton, di kabupaten Donggala
degnan luas 37.817,00 ha dengan hasil produksi 36.631,00 ton, di kabupaten Poso dengan luas 31.473,00 ha
dengan hasil produksi 29.188,00 ton, kabupaten Morowali luas 18.724,00 ha dengan hasil produksi 9.747,00, di
kabupaten Buol
13.536,00 ha dengan hasil produksi 11.605,00 ton, di kabupaten Banggai 12.206,00 ha dengan hasil produksi
7.361,00 ton, di kabupaten Toli-toli dengan besar area 12.518,00 ha dengan hasil produksi 9.515,00 ton, di
kabupaten Banggai Kepulauan dengan luas area 7.007 ha dengan hasil produksi 2.982,00 ton, di kabupaten Tojo
Una-una 10.460,00 ha dengan hasil produksi 5.861,,00 ton, dan di kota Palu dengan luas area sebesar 97,00 ha
KELAPA SAWIT
Salah satu potensi yang diunggulkan dari sektor perkebunan di Propinsi Sulawesi Tengah yaitu Kelapa Sawit dengan
luas areal tanam sebesar 66.595,00 ha dan hasil produksi mencapai 6623.293,00 ton.
KARET
Untuk potensi unggulan karet di Sulawesi Tengah dengan luas areal tanam 6.520,00 ha dan yang dapat