Anda di halaman 1dari 63

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA PERILAKU KEKERASAN DAN DIAGNOSA
MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID EPISODIC BERULANG F 20.03
DI RUANG JIWA SEJAHTERA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh
KELOMPOK C2-2
Nama Anggota Kelompok:
Dewi Anggraini Nurjanah 131713143047
Defi Lutpiana 131713143048
Yuliati Nur Hidayah 131713143049
Ni Kadek Dwi Kristiani 131713143010
Desy Mustika Anggraini 131713143011
Sri Puastiningsih 131713143050
Novia Ardiyanti 131713143051
Nur Jazilah Hemadiyan, S.Kep 131713143052
Nourma Aulia Ulfa, S.Kep 131713143053
Indah Fatma Sari, S.Kep 131713143054
Febrina Putri Raoef, S.Kep 131713143055
A’ida Fitriyah, S.Kep 131713143056
Febyana Dwi Cahyanti, S.Kep 131713143057
Ratih Pravitasari, S.Kep 131713143012
Yunita Fauziah, S.Kep 131713143058

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi

ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam

dua bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku

kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). (Keliat, Keperawatan

kesehatan jiwa komunitas, 2012)

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi

oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan,

baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun

nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

(Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011). Perilaku kekerasan (PK)

adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang

lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol.

WHO (2013) menyatakan lebih dari 450 juta orang dewasa secara global

diperkirakan mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah itu hanya kurang dari

separuh yang bias mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Menurut data

Kementerian Kesehatan tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa di

Indonesia lebih dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan

14,3% dan 17% atau 1000 orang menderita gangguan jiwa berat. Di banding
rasio dunia yang hanya satu per mil, masyarakat Indonesia yang telah

mengalami gangguan jiwa ringan sampai berat telah mencapai 18,5% (Depkes

RI, 2009).

Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan

memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan

keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada pasien

perilaku kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada setiap

pertemuan pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi

masalah kedalam jadwal kegiatan. Diharapkan pasien akan berlatih sesuai

jadwal kegiatan yang telah dibuat dan akan dievaluasi oleh perawat pada

pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan akan dinilai

tingkat kemampuan pasien dalam mengatasi masalahnya yaitu mandiri,

bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika pasien

melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh, bantuan, jika

pasien sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan dengan bantuan

pasien dapat melaksanakan dengan baik, tergantung, jika pasien sama sekali

belum melaksanakan dan tergantung pada bimbingan perawat. (Medikal

Record, 2009). Menyadari pentingnya tindakan keperawatan pada pasien jiwa

dengan klien yang mengalami perilaku kekerasan, penulis terdorong untuk

menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama

isolasi sosial: menarik diri di Ruang Sejahtera RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2 RumusanMasalah

Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama

perilaku kekerasan?

1.3 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan masalah
utama perilaku kekerasan

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan tinjauan pustaka dari perilaku kekerasan

2. Menjelaskan gambaran kasus dan asuhan keperawatan jiwa pada

klien dengan masalah utama perilaku kekerasan.

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada

pasien jiwa dengan diagnose keperawatan perilaku kekerasan

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dan pedoman bagi pembuatan makalah

atau penulisan berikutnya.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi

ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua

bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku

kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). (Keliat, Keperawatan

kesehatan jiwa komunitas, 2012)

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi

oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan,

baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun

nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

(Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011).

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang

dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada

dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah

yang tidak terkontrol (Wati, 2010).

2.2 Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku

kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural

yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh

terhadap perilaku:

a) Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls

agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.

Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau

menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem

informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada

sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial

perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka

individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,

perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem

neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat

impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi

timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi

dengan pusat agresif.

b) Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,

asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau

menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight

atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons

terhadap stress.
c) Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku

agresif dengan genetik karyotype XYY.

d) Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku

agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang

sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan

perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,

khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku

agresif dan tindak kekerasan.

2) Teori Psikologik

a) Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk

mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak

berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan

tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat

meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.

Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan

secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga

diri.

b) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,

biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena

dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku


tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi

ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.

Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai

meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang

dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang

mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung

untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.

c) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur

sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara

umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk

menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada

perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa

kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara

konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut

dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial

dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

b. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering

kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.


2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap

2.3 Rentang Respon Marah

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal

adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :

(Keliat, 1997).

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan

orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau

keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.

Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan

perasaan yang dialami.


d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat

dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak

orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk

mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama

dari orang lain

e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya

sendiri maupun terhadap orang lain.

Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif

Respon adaptif Respon maladaptive

Asertif frustasi pasif agresif amuk

2.4 Tanda dan Gejala

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku

kekerasan adalah sebagai berikut:

a. Fisik

Muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan

mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, dan jalan mondar-mandir

b. Verbal

Bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara

verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras, dan

ketus
c. Perilaku

Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,

melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, dan amuk/ agresif

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut.

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

h. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

2.5 Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang sering muncul pada perilaku kekerasan

menurut Keliat (2009), yaitu sebagai berikut :

a. Displecement : Pemindahan emosi dari seseorang atau objek dengan

mengarahkan yang netral atau yang kurang berbahaya.

b. Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat

diterima pada lingkungan sosial dengan perilaku yang bisa ditekan.


c. Projeksi : Memindahkan pikiran atau dorongan atau impuls emosional

atau keinginan yang dapat diterima orang lain.

d. Represi : Secara tidak sadar menimbulkan ingatan pengalaman-

pengalaman, pikiran, impuls yang menyakitkan dari alam sadarnya.

e. Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang

berlawanan dengan dorongan yang diingikan oleh seseorang.

2.6 Mekanisme Terjadinya Perilaku Kekerasan

Kemarahan diawali oleh adanya stresor yang berasal dari internal/

eksternal. Stresor internal seperti penyakit, hormonal dendam. Sedangkan

stresor eksternal bisa berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian.

Hal tersebut akan mengakibatkan gangguan pada sistem individu. Dan hal

yang terpenting adalah bagaimana cara individu memaknainya.


Bila seseorang memaknainya dengan hal negatif maka akan memicu

timbulnya kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan dengan kegiatan

dekstruktif dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal.

Kemarahan yang dipendam akan menimbulkan gejala psikomatis.

2.7 Pengobatan Medik

a. Anti ansietas dan hipnotik sedatif: Diazepam (valium)

b. Anti depresan: Amitriptum

c. Mood stabilizer: Lithium, carbomazepin


d. Antipsikotik: Chloipromadine, haloperidol, steladine

2.8 Penatalaksanaan

Menurut Stuart dan Laria (2005) manajemen perilaku kekerasan terdiri dari 3

strategi, diantaranya:

a. Strategi pencegahan: self awareness perawat, pendidikan kesehatan

dan latihan asertif

b. Strategi antisipasi: teknik komunikasi, perubahan lingkungan,

perubahan perilaku, dan pemberian obat antipsikotik

c. Strategi pengekangan: manajemen krisis, pengikatan, dan pembatasan

gerak.

2.9 Fase

a. Triggering incidents

Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.

Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi,

respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang

menyebabkan frustrasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan

harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru

datang.

b. Escalation phase

Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan

dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien

memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku

agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi,


gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat, kerusakan

neurologi/kognitif, bunuh diri dan koping tidak efektif.

c. Crisis point

Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de

escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan

tindakan kekerasan.

d. Settling phase

Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya.

Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan berisiko kembali ke fase

awal.

e. Post crisis depression

Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan

berfokus pada kemarahan dan kelelahan.

f. Return to normal functioning

Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas,

depresi, dan kelelahan.

2.10 Pohon Masalah

Efek Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Care Problem Perilaku Kekerasan

Cause Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


2.11Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan

a. Tanda-tanda yang ditemui

1) Muka marah dan tegang

2) Pandangan tajam

3) Mengatupkan rahang dengan kuat

4) Mengepalkan tangan

5) Jalan mondar-mandir

6) Bicara kasar

7) Suara tinggi, menjerit dan berteriak

8) Mengancam secara verbal/ fisik

9) Memukul benda/ orang lain

10) Merusak barang/ benda

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa resiko perilaku kekerasandirumuskan jika saat ini tidak

melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku

kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah atau

mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.

c. Tindakan keperawatan pada klien

1) Tujuan umum: tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

2) Tujuan khusus:

a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan


c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukan

d) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan yang

dilakukan

e) Klien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengendalikan

perilaku kekerasan

d. Intervensi

SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab

marah, tanda dan gejala yang dirasakan, apa yang dilakukan, akibat

dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara pertama

(latihan nafas dalam).

SP 2: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

dengan cara kedua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan

mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik dengan memukul

kasur atau bantal)

SP 3: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

secara verbal (evaluasi jadwalharian tentang 2 cara fisik). Latihan

mengungkapkan perasaan marah secara verbal (menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik). Susun

jadwallatihan mengungkapkan rasa marah secara verbal.

SP 4: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

secara spiritual (diikutkan hasillatihan mengendalikan perilaku

kekerasan secara fisik dan verbal atau sosial). Latihan beribadah dan

berdoa. Buat jadwal latihan ibadah atau berdoa.


SP 5: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

dengan obat (bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5

benar, disertai penjelasan kegunaanobat dan akibat henti obat). Susun

jadwal minum obat secara teratur.

e. Tindakan keperawatan pada keluarga

1) Tujuan: Keluarga dapat merawat klien dirumah

2) Tindakan keperawatan:

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga

b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan

(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat

dari perilaku tersebut)

c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi klien yang perlu

segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau

memukul benda atau orang lain

d) Bantu latihan keluarga dalam merawat klien perilaku

kekerasan: anjurkan keluarga untuk memotivasi klien

melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.


BAB 3

GAMBARAN KASUS

Ruangan Rawat: Ruang Sejahtera Tanggal Dirawat : 6 Januari 2018

3.1 IDENTITAS KLIEN


Inisial : Ny. P (L/P) Tanggal Pengkajian : 09 Januari 2018
Umur : 23 Tahun RM No : 12.56.xx.xx.xx
Informan :Pasien dan Keluarga Pasien

3.2 ALASAN MASUK


Tanggal 06 januari 2018, pasien datang bersama ibu dan suami, pasien
tampak gelisah, tidak bisa menahan keinginan bila sudah terlintas
dipikirannya. Bila tidak dituruti pasien memukul ibu, suami dan pamannya,
marah-marah dan teriak-teriak. Pasien saat di wawancara berkali-berkali
keluar masuk ruangan, dirumah tidak ada perubahan satu minggu ini. Dengan
informed consent ibu, pasien di fiksasi mekanik dan injeksi haloperidol 1 amp
im, keluarga setuju untuk MRS. Pada saat pengkajian klien tidak banyak
bicara, menjawab seperlunya dan kontak mata kurang.

3.3 FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? √ Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil √ Kurang berhasil Tidak


Berhasil
3.

Pengalaman Pelaku/ Korban Saksi


usia /usia /usia

Aniaya Fisik √ 23 th - - - -

Aniaya Seksual - - - - - -

Penolakan - - - - - -

Kekerasan dalam - - - - - -
Keluarga
Tindakan criminal - - - - - -
Jelaskan no 1,2,3 :

- pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada saat SMA kelas 3 usia
16 tahun karena tidak bisa mengerjakan ujian nasional Commented [L1]: Jelaskan gejala yang muncul saat itu

- Pasien pertama kali sakit saat SMA, karena tidak bias mengerjakan
ujian nasional, saat itu MRS di BDH lalu kontrol tidak sampai setahun
karena merasa sudah sembuh.
- pasien pernah memukul ibu dan suami jika ytidak menuruti
keinginannya
- √ Commented [L2]: Tambahkan pengobatan pasien

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Ya Tidak

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat


Pengobatan/perawatan
Tidak ada tidak ada tidak ada

Jelaskan: tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Dulu ketika SMA usia 16 tahun pasien tidak bias mengerjakan ujian
nasional dan teriak-teriak sehingga pasien MRS di BDH. Pada bulan
desember 2017 klien mengalami keguguran anak pertama

Masalah Keperawatan: Perilaku kekerasan

3.4 FISIK
1. Tanda vital : TD:120/80 Nadi:82x/menit Suhu:36,4oC
RR:18x/menit
2. Ukur : TB:155 BB : 60 kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan : Tidak ada kelainan pada kepala, leher, dada, ekstremitas
atas dan bawah

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


3.5 PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

Keterangan

: Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan
: Serumah
: Pasien
: Dekat dengan pasien

Jelaskan : pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, pasien sudah


mempunyai suami dan anak tetapi anaknya meninggal didalam kandungan, pasien
tinggal bersama suami dan kedua orang tua dari pasien, bapak pasien telah
meninggal

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : pasien mengatakan mensyukuri dengan semua anggota
tubuhnya
b. Identitas : pasien sudah menikah
c. Peran : pasien mengatakan sebagai istri dan sebagai anak ke 2 dari
orang tuanya
d. Ideal diri : pasien mengatakan ingin mempunyai anak
e. Harga diri :pasien mengatakan tidak berguna karena gagal mempunyai
seorang anak yang dinginkan Commented [L3]: Tambahkan repsonny
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : pasien mengatakan paling dekat dengan ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: pasien mengatakan
setip hari harus selalu bersama ibunya dan jarang bersama orang sekitar
rumahnya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien selalu tidak sabar
dalam hal apapun, keinginan selalu harus terpenuhi

Masalah Keperawatan: Gangguan interaksi sosial

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan tidak ada kendala dalam
beribadah
b. Kegiatan beribadah : pasien melakukan tidak melakukan ibadah

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan Commented [L4]: Tambahkan jika todak beribadah knp tdak
ada masalah?

3.6 STATUS MENTAL


1. Penampilan: Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
Tidak sesuai tidak seperti

Biasanya

Jelaskan: penampilan pasien rapi, rambut disisir setiap hari, pakaian yang
digunakan sesuai dan rapi pasien juga memakai sandal ketika jalan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu

Memulai
pembicaraan

Jelaskan: pasien kadang diam dan kadang berbicara dengan pelan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

TIK Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : pasien tidak ada masalah motorik, pasien selalu aktif mengikuti
kegiatan tetapi harus didampingi oleh ibunya atau oleh suaminya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

4. Alam Perasaan:

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Agitasi

Jelaskan: pasien kemana-mana selalu bersama ibunya

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Afek:

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : emosi klien sering berubah ubah

Masalah keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

6. Interaksi selama wawancara:

Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan : pasien kooperatif, menjawab pertanyaan sesuai tetapi kontak mata


kurang, selama diwawancarai selalu menghadap kearah ibunya

Masalah Keperawatan : Gangguan interaksi sosial


7. Persepsi
Halusinasi

Pendengaran Penglihatan Perabaan


Pengecapan Penghidu

Jelaskan: pasien pernah mengalami halusinasi pendengaran seperti


mendengar bisikan

Masalah keperawatan: Resiko Gangguan persepsi sensori : Halusinasi


8. Proses pikir

Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of Ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi

Jelaskan : saat ditanya pasien dapat menjawab sesuai tujuan pembicaraan


dan tidak berbelit
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham:

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip Pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan: pasien tidak mengalami waham

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Jelaskan: tingkat kesadaran pasien menetap, tidak ada gangguan, pasien


tidak mengalami disorientasi

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


11. Memori
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek

Gg daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan: pasien mampu mengingat alamat rumahnya, usianya dan nama


usia pernikahannya

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: Pasien dapat berhitung 5+4 = 9, 2x5 = 10, pasien dapat


konsentrasi dengan pertanyaan yang diajukan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan: pasien dapat mengambil keputusan saat diberikan pilihan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan: Pasien mengatakan tidak terima jika dirinya dikatakan gila.

Masalah keperawatan: Resiko terapi rejimen terapetik tidak efektif Commented [L5]: Tidak nyambung

3.7 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ya Tidak Ya Tidak

Makanan √ Pakaian √
Keamanan √ Transportasi √

Tempat tinggal √ Uang √

Perawatan kesehatan √

Jelaskan: Kebutuhan pasien dibantu oleh ibu dan suaminya,

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Commented [L6]: Semua ya tpi kok tdak ada masalah?

2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi √

BAB/BAK √

Kebersihan √

Ganti Pakaian √

Makan

Jelaskan: selama aktivitas pasien selalu meminta ibunya


mendampinginya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien √ Ya Tidak

Apakah klien memisahkan diri √ Ya Tidak

Jika ya, jelaskan alasannya: klien makan selalu dikamar bersama ibunya

Frekuensi makan perhari : 3 kali


Frekuensi kudapan perhari : Tidak tentu
Nafsu makan : baik
Diet khusus : tidak ada
Jelaskan : setiap makan sudah disediakan di
kamar masing masing
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur
Ya Tidak

Apakah ada masalah √

Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur √

Apakah ada kebiasaan tidur siang √

Apa yang membantu klien untuk tidur √

Waktu tidur malam, jam: 20.00 Waktu bangun, jam:05.00

Beri tanda “V” sesuai dengan keadaan klien:

Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur

Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur √


Somnabulisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan: pasien tidur dengan ditemani ibunya

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan klien dalam


Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri √
Mengatur penggunaan obat √
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) √

Jelaskan: pasien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari namun harus


bersama ibunya

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

4. Klien memiliki sistim pendukung


Ya Tidak Ya Tidak

Keluarga √ Teman sejawat √


Profesional/terapis √ Kelompok sosial

Jelaskan: pasien mengatakan system pendukungnya adalah ibu
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan


atau hobi
Ya Tidak

Jelaskan: Pasien senang bekerja di SPBU

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.8 MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik reloksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga √ Mencederai diri dan orang lain
Lainnya

Jelaskan: klien sering kali marah bila apa yang diinginkan tidak dituruti

Masalah keperawatan: Koping Individu inefektif

3.9 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan tidak
ada masalah , semua berjalan normal
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: pasien mengatakan
kurang berkumpul dengan teman-temannya dan warga sekitar
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien mengatakan tidak ada
masalah dengan pendidikan karena bias menyelesaikan sampai SMA
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik Pasien mengatakan bekerja di SPBU
sejak tahun 2011
e. Masalah dengan rumah tangga, spesifik pasien mengalami keguguran
anak pertama, setelahnya klien merasa belum menjadi istri yang
sempurna
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik : pasien mengatakan keadaan
ekonomi cukup
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien berhenti control
karena merasa sudah sembuh
h. Masalah lainnya, spesifik : tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


3.10 PENGETAHUAN KURANG TENTANG
√ Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya: tidak ada

Masalah keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa

3.11 DATA LAIN-LAIN


Hasil Lab
- WBC = 10,6
- SGOT = 44 u/l
- SGPT = 37U/L
- BUN =4
- Kreatinin serum = 6,5 mg/dl
- Kalium = 3,2 mmol/l
- Klorida = 1,3 mmol/l

3.12 ASPEK MEDIS


Diagnosa medis: Skizofrenia paranoid episodic berulang F 20.03
Terapi medis:
Tanggal 9 Januari 2018
1. Tryfluoperazine 2x5 mg (5mg – 0 – 5mg)
2. Clozapin 25 mg (25mg – 0 – 0)
3. Tryhexyphenidyl 2x2 mg (2mg – 0 – 2mg)
4. Donperidon 3x10mg (10mg – 10mg – 10mg)
5. Psikoterapi suportif (Terapi Okupasi dan Terapi Aktivitas Kelompok)

3.13 DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Koping individu inefektif
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Gangguan interaksi sosial
4. Resiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi
5. Perilaku kekerasan
6. Kurang pengetahuan
7. Resko penatalaksanaan rejimen terapeutik inefektif
8. Resiko mencederai diri sendi, orang lain, dan lingkungan
ANALISA DATA

Nama: Ny. P No. RM: 12.56.xx.xx Ruangan: Sejahtera

DATA-DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
Data subyektif: keluarga klien Koping individu inefektif Perilaku Kekerasan
mengatakan klien sering marah
dan memukul bila
keinginannya tidak dituruti Gangguan konsep diri:
harga diri rendah

Data obyektif : Gangguan interaksi sosial


- Pasien sering terlihat
memukul ibunya bila
keinginannya tidak dituruti Resiko gangguan persepsi
- Emosi klien terlihat sering sensori: Halusinasi
berubah-ubah

Perilaku Kekerasan
POHON MASALAH

(Bisa dikembangkan sesuai kondisi klien)

Effect Resiko Mencederai Diri sendiri, Orang lain,


Lingkungan

Perilaku Kekerasan
Core problem (CP)
Resiko
Penatalaksanaan rejimen
terapeutik inefektif

Causa
Kurang Pengetahuan

Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Gangguan Interaksi Sosial

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Koping Individu Inefektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

1. Perilaku Kekerasan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Inisial Klien: Ny P Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.56.xx.xx

Diagnosis Rencana Tindakan Intervensi Rasional


Keperawatan
Tujuan Tujuan jangka
jangka pendek
panjang
Perilaku Klien dapat 1. Bina a. Mengucapkan salam Membangun rasa
kekerasan mengotrol / hubungan terapeutik percaya klien pada
mencegah saling b. Berjabat tangan perawat. Sehingga
perilaku percaya c. Menjelaskan tujuan perawat dapat
kekerasan interaksi menggali informasi
secara fisik d. Membuat kontrak, yang adekuat
topik, waktu dan
tempat

2. Diskusikan a. Diskusikan tanda dan Mengurangi pola pikir


bersama gejala PK secara yang salah serta
klien fisik melatih mengontrol
penyebab PK b. Diskusikan tanda dan perilaku kekerasan
saat ini dan gejala secara
yang lalu psikologis
c. Diskusikan tanda dan
3. Diskusikan gejala PK sosial
perasaan d. Diskusikan tanda dan
klien jika gejala PK spiritual
terjadi e. Diskusikan PK
penyebab PK intelektual

4. Diskusikan a. Secara verbal Melatih klien


bersama b. Terhadap orang lain mengontrol perilaku
klien PK c. Terhadap diri sendiri kekerasan
yang biasa d. Terhadap lingkungan
dilakukan
pada saat
marah

5. Diskusikan a. Fisik: Tarik nafas Melatih klien untuk


bersama dalam, dan pukul mengontrol perilaku
klien akibat bantal kekerasan dan akibat
perilaku b. Verbal: menyatakan dari perilaku
kekerasan secara asertif rasa kekerasan
marahnya
6. Diskusikan c. Spiritual: sholat dan
bersama berdoa
klien cara d. Penggunaan obat
mengontrol secara teratur
PK

7. Latih klien a. Latihan nafas dalam Mempermudah klien


mengontrol dan memukul bantal mengontrol perilaku
PK secara b. Susun jadwal latihan kekerasan
fisik nafas dalam dan
memukul bantal

8. Latih klien a. Latih Mengurangi perilaku


mengontrol mengungkapkan kekerasan yang
secara sosial marah dengan baik dialami klien
dan verbal (menolak dan
meminta sesuatu
dengan baik)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Klien: Ny P Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.56.xx.xx
DIAGNOSA/ TUK IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) TTD
Resiko Perilaku 1. Menyampaikan salam terapeutik S: Klien mengatakan namanya adalah Ny. P
Kekerasan 2. Menyebutkan nama dan berjabat tangan suka dipanggil P
1. Membina hubungan 3. Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi O: Klien berbicara lancer, intonasi berubah-
saling percaya 4. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat) ubah sesuai topik
A: Klien mampu memperkenalkan diri,
mampu BHSP
P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
2. Identifikasi 1. Memberi kesempatan klien untuk S: Ibu klien mengatakan bahwa klien sering
penyebab perilaku mengungkapkan perasaannya marah saat keinginannya tidak dikalbulkan
kekerasan 2. Membantu klien untuk mengungkapkan O: Kontak mata tajam
penyebab marah A: Klien mampu mengungkapkan penyebab
3. Mengobservasi tanda perilaku kekerasan marah
pada klien P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
3. Identifikasi tanda- 1. Menganjurkan klien mengungkapkan apa S: Ibu klien mengatakan klien sering diam
tanda perilaku yang dilakukan saat marah dirumah dan jarang keluar rumah
kekerasan 2. Mengobserasi tanda perilaku kekerasan O: Kontak mata tajam
3. Mengumpulkan bersama klien tanda-tanda A: Klien mampu mengutarakan tanda-tanda
marah yang dialami klien marah
P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
4. Mengontrol 1. Melatih napas dalam S: Klien mengatakan melakukan teknik napas
perilaku kekerasan 2. Menyusun jadwal latihan napas dalam dengan teknik yang benar dan sesuai jadwal
secara fisik: latihan 3. Mengevaluasi tanda-tanda perilaku kekerasan O: Klien terlihat melakukan teknik napas
napas dalam ada klien dalam dengan benar
A: Klien mampu menggunakan teknik napas
dalam dengan benar
P: Evaluasi SP 2, lanjut SP 3
5. Mengontrol 1. Mengevaluasi latihan napas dalam klien S: Klien mengatakan melakkan teknik pukul
perilaku kekerasan 2. Melatih teknik memukul bantak saat marah bantal sesuai jadwal
fisik: memukul 3. Menyusun jadwal kegiatan harian klien O: Klien terlihat melakukan teknik memukul
bantal bantal sesuai jadwal
A: Klien mampu menggunakan teknik
memukul bantal
P: Evaluasi SP 2, lanjut SP 3
6. Mengontrol 1. Mengevaluasi latihan teknik memukul bantal S: Klien mengatakan sudah berdoa dan
perilaku kekerasan saat marah terkadang melakukan shalat
secara spiritual 2. Melatih shalat/ berdoa dan menganjurkan O: Klien terlihat melakukan shalat dan berdoa
saat klien marah A: Klien mampu menggunakan teknik
3. Menyusun jadwal harian shalat / berdoa klien spiritual yaitu shalat dan berdoa
P: Evaluasi SP 3, lanjut SP 4
7. Mengontrol 1. Mengevaluasi jadwal harian untuk mencegah S: Ibu klien mengatakan obat klien selalu
perilaku kekerasan marah yang sudah dilatih diminum teratur
dengan obat 2. Melatih pasien minum obat secara teratur O: Klien terlihat tenang
3. Menyusun jadwal minum obat secara teratur A: Klien mampu menggunakan obat teratur
dalam mencegah marah
P: Evaluasi SP 4
BAB 4

PEMBAHASAN

Individu yang sehat jiwa menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya.


Mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama
dengan orang lain (Keliat, dkk. 2012). Apabila seseorang didalam jiwanya
terdapat hal seperti itu maka dapat dikatakan dengan sehat jiwa, sedangkan
apabila seseorang merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang ada pada
dirinya, tidak mampu bekerja produktif, dan tidak mamenuhi kebutuhan hidupnya
maka individu dikatakan dengan jiwa yang tidak sehat atau gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan


gangguan fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat,dkk. 2012). Gangguan jiwa
dapat menimbulkan berbagai macam masalah keperawatan, salah satunya adalah
perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara
fisik maupun psikologis (Keliat, dkk. 2012).

Pada tanggal 06 januari 2018, Ny. P datang bersama ibu dan suami, pasien
tampak gelisah, tidak bisa menahan keinginan bila sudah terlintas dipikirannya.
Bila tidak dituruti Ny. P memukul ibu, suami dan pamannya, marah-marah dan
teriak-teriak. Pada saat di wawancara Ny. P berkali-berkali keluar masuk ruangan,
dirumah tidak ada perubahan satu minggu ini. Dengan informed consent ibu,
pasien di fiksasi mekanik dan injeksi haloperidol 1 amp im, keluarga setuju untuk
MRS. Fiksasi mekanik dan kimiawi dilakukan karena Ny. P menunjukkan gejala-
gejala perilaku kekerasan.

Pada saat pengkajian tanggal 9 Januari 2018 Ny. P tidak banyak bicara,
menjawab seperlunya dan kontak mata kurang. Ny. P menunjukkan gejala-gejala
seperti merasa tidak aman berada bersama orang lain, menjawab pertanyaan
dengan pelan dan singkat (hanya "ya" dan "tidak"), berpikir sesuatu menurut
pikirannya sendiri, apatis, tidak merawat diri dan kontak mata klien kurang. Klien
sering terlihat memukul ibunya bila keinginannya tidak dituruti, emosi klien
terlihat sering berubah-ubah. Hal-hal tersebut menunjukkan terjadinya perilaku
kekerasan yang dialami Ny.P. Faktor predisposisi perilaku kekerasan pada Ny. P
salah satunya disebabkan oleh stressor psikologi berupa kecemasan menghadapi
ujian nasional yang dialami klien saat SMA. Saat itu pasien berteriak-teriak
sehingga keluarga membawa pasien MRS di BDH. Selain itu terdapat faktor
presipitasi eksternal berupa kehilangan orang yang dicintai karena pasien pernah
mengalami keguguran anak pertama (meninggal di dalam kandungan) pada bulan
Desember 2017.

Perilaku kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling maladaptif


dalam respon emosional seseorang, karena perilaku kekerasan dapat
membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional/sexualitas
(NANDA,2009). Pada pasien dengan masalah perilaku kekerasan dapat muncul
beberapa masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan
berhubungan dengan harga diri rendah. Pada kasus Ny. P memiliki riwayat harga
diri rendah dan resiko halusinasi yang menyebabkan timbulnya masalah perilaku
kekerasan. Ny. P merasakan gejala tidak aman saat berinteraksi dengan orang lain
dan beresiko mencederai orang yang tidak dikenalnya.

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah utama yang dialami Ny. P adalah


perilaku kekerasan, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan
untuk dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Rencana
intervensi yang sudah diimplementasikan pada Ny.N dengan masalah
keperawatan perilaku kekerasan antara lain SP1, membina hubungan saling
percaya dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan kedatangan perawat, dengan
adanya kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien merasa nyaman.
kemudian mengidentifikasi perilaku kekerasan dan tanda-tanda perilaku
kekerasan.
Pada SP2 mengajarkan klien untuk mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik dengan latihan napas dalam dan memukul bantal. Pada saat evaluasi, klien
dapat mempraktekkan teknik nafas dalam dan memukul bantal dengan benar dan
kemudian menganjurkan supaya hal ini dimasukkan ke dalam buku harian. Pada
saat SP3 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual, yaitu dengan menganjurkan klien untuk beribadah atau shalat. Yang
terakhir adalah SP4 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat secara teratur dan mengevaluasi jadwal kegiatan pasien untuk
menilai keberhasilan dalam strategi pelaksanaan.
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan
kasus Ny.P dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan di ruang Jiwa
Sejahtera RSUD.Dr. Soetomo Surabaya.

5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon dan perilaku manusia untuk
merusak dan berkonotasi sebagai agresi fisik yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain atau sesuatu (Vinick, 2011). Respon ini dipengaruhi oleh
penilaian terhadap situasi, penerimaan lingkungan, kognisi dan komunikasi
stress, sehingga apabila lingkungan diinterpretasikan sebagai bermusuhan
maka akan berespon bermusuhan dan menyebabkan timbulnya perilaku
agresif kekerasan (Hidayati, 2011).

Perilaku kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling


maladaptif dalam respon emosional seseorang, karena perilaku kekerasan
dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik,
emosional/sexualitas (NANDA,2009). Pada pasien dengan masalah perilaku
kekerasan dapat muncul beberapa masalah keperawatan seperti resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah. Pada kasus Ny. P memiliki riwayat harga diri rendah dan resiko
halusinasi yang menyebabkan timbulnya masalah perilaku kekerasan. Ny. P
merasakan gejala tidak aman saat berinteraksi dengan orang lain dan beresiko
mencederai orang yang tidak dikenalnya. Perilaku kekerasan yang muncul
pada pasien disebabkan karena munculnya kecemasan pada saat klien
menghadapi Ujian Nasional, mulai saat itu klien sering berteriak, marah
bahkan sering memukul ibu dan suaminya apabila keinginannya tidak segera
dituruti.
5.2 Saran
Sebagai perawat sebaiknya lebih aktif dan tidak mengintrogasi dalam
menggali informasi tentang perawatan pada pasien yang perilaku kekerasan
hingga berisiko untuk menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Terapi harus bersifat suportif dan solutif terhadap masalah yang sedang
dihadapi oleh klien. Perawat juga harus memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi terapeutik, dan dapat mengobservasi dengan akurat agar dapat
menegakkan diagnosis dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Ah.Yusuf,dkk. 2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba


Medika
Damaiyanti, Mukhripah.2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika
Aditama.
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2012. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC
Prabowo, Eko.2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa.Medan: USU Press
Riyadi & Purwanto.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Graha Ilmu
Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama
Yosep. I dan Sutini. T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika
Aditama
Lampiran 1

LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
SETIAP HARI

Hari/ Tanggal : Selasa/ 09 Januari 2018


Waktu : 14:00
Pertemuan ke- : 1 (TUK 1)

I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien : (Penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Pasien berpenampilan rapi, dengan mengenakan baju lengan pendek
dan celana selutut, saat ini pasien sedang duduk didepan ruangannya
bersama dengan ibunya.
b. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Tujuan khusus : membina hubungan saling percaya
d. Tindakan keperawatan :
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menyebutkan nama perawat
3. Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak (topik, waktu dan tempat) dengan klien
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik : “selamat siang mbak, saya boleh duduk
disini?”
2. Evaluasi
3. Kontrak :
a. Topik : “Apakah mbak tidak keberatan mengobrol dengan
saya?”
b. Waktu : “kita mengobrol kurang lebih 10 menit”
c. Tempat : “biar enak ngobrolnya, mbak mau dimana
tempatnya?”
B. KERJA
1. “perkenalkan nama Nurjazilan Hemadiyan, biasanya dipanggil
Diyan”
2. “saya mahasiswa dari unair, magang disini selama 2 minggu”
3. “kalau boleh tau nama lengkap mbak siapa? Dan biasanya
dipanggil siapa?”
4. “mbak P, apakah hari ini ada yang dikeluhkan? Badan ada yang
sakit?”
5. “mbak P, tau ini berada dimana? Siapa yang membawa mbak P
kesini?”
6. “disini ditemani oleh siapa saja mbak P? Mbak P asli dari mana?”
7. “mbak P berapa bersaudara? Tinggal serumah dengan siapa?”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasiresponsklienterhadaptindakankeperawatan)
Subyektif : “setelah bercakap-cakap dengan saya, bagaimana
perasaan mbak P?”
Obyektif : “tadi kan sudah berkenalan dengan saya, coba mbak P
sebutkan lagi siapa nama saya?
2. Tindaklanjut (PR untukklien)
“baiklah karena waktunya sudah habis, kita sudahi pertemuan kali
ini ya mbak P”
3. Kontrak yang akandatang :
a. Topik : “ besok kita akan mengobrol tentang alasan mbak
P dirawat disini”
b. Waktu: “ tidak lama cukup 10 menit seperti hari ini, jam 3
sore ya?”
c. Tempat: “mbak P ingin mengobrol dimana besok?
Bagaimana kalau di gazebo? Baik mbak sampai bertemu
besok, saya permisi dulu”
Lampiran 2
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
SETIAP HARI

Hari/ Tanggal : Rabu/ 10 Januari 2018


Waktu : 16:00
Pertemuan ke- : 2 (TUK 1)

I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien : (Penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Pasien berpenampilan rapi, tampak baru saja selesai mandi dan
mengenakan kaos pendek dan celana panjang tipis , saat ini pasien
sedang duduk didekat gazebo
b. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Tujuan khusus : membina hubungan saling percaya
d. Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Beri kesempatan klien untuk menceritakan mbakalahnya
3. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaanya
4. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik : “selamat sore mbak, saya boleh duduk
disini?”
2. Evaluasi (Pertemuansebelumnya):“ bagaimana perasaan mbak
P hari ini? apakah mbak P sore ini sudah mandi dan sholat?
Kemaren tidur berapa jam?
3. Kontrak :
a. Topik : “hari ini kita akan mengobrol tentang alasan mbak
P di rawat disini?”
b. Waktu : “ sama seperti kemarin kita mengobrol kurang
lebih 10 menit”
c. Tempat : “biar enak ngobrolnya, mbak mau dimana
tempatnya?”
B. KERJA
1. Mbak P apakah masih ingat nama saya?
2. Apakah mbak masih ingat mengapa mbak sampai dirawat
disini?
3. Jadi penyebabnya mengapa mbak sampai dirawat disini ya?
4. Apakah selama disini perasaan marah itu kembail muncul?
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan)
Subyektif : “saya senang karena mbak P mau menceritakan
mengapa mbak P sampai dirawat disini, bagaimana perasaan
mbak P setelah kita bercakap-cakap tadi?”
Obyektif : “coba sebutkan lagi penyebab mbak dirawat
disini?”
2. Tindak lanjut (PR untuk klien)
“baiklah waktu kita sudah habis, kita sudahi pertemuan kali ini
ya mbak P, jangan lupa diingat penyebab mbak P sampai
dirawat disini”
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : “ besok kita akan mengobrol tentang penyebab
perasaan marah mbak P”
b. Waktu: “ tidak lama cukup 10 menit seperti hari ini, jam 10
pagi ya?”
c. Tempat: “mbak P ingin mengobrol dimana besok?
Bagaimana kalau di gazebo? Baik mbak sampai bertemu
besok, saya permisi dulu”
Lampiran 3
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
SETIAP HARI

Hari/ Tanggal : Kamis/ 11 Januari 2018


Waktu : 10:00
Pertemuan ke- : 3 (TUK 2)

I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien : (Penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Pasien berpenampilan rapi, tampak berkeringat, pasien
mengenakan kaos pendek dan trining, pasien selesai melakukan
senam pagi kemudian duduk di ruang makan
b. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Tujuan khusus : mendiskusikan bersama pasien penyebab
perilaku kekerasaan
d. Tindakan keperawatan :
1. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaanya
2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan
marah
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik : “selamat pagi mbak P, habis olahraga ya
mbak kok berkeringat gitu?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):“ bagaimana perasaan mbak
P hari ini? Masih ingat kenapa mbak P dirawat disini? Tolong
ceritakan kembali.
3. Kontrak :
d. Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tantang hal-hal penyebab mbak P marah?”
e. Waktu : “waktunya seperti biasa 10 menit ya mbak P?
Bagaimana?”
f. Tempat : “Dimana tempat yang menurut mbak P cocok
untuk berbincang-bincang?”
B. KERJA
1. Apakah yang membuat mbak P marah-marah?
2. Apakah ada yang membuat mbak P kesal?
3. Apakah mbak P sebelumnya pernah marah?
4. Apa penyebabnya? Apa sama dengan yang sekarang?
5. Baiklah jadi ada 2 penyebab mbak P marah ya?
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan)
Subyektif : “saya senang karena mbak P mau menceritakan
mengapa penyebab mbak P marah, bagaimana perasaan mbak P
setelah kita bercakap-cakap tadi??”
Obyektif : “coba sebutkan lagi penyebab yang membuat mbak
P marah?”
2. Tindak lanjut (PR untuk klien)
“baiklah waktu kita sudah habis, nanti coba mbak P ingat lagi
penyebab marah yang belum kita bicarakan”
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : “ besok kita berbincang-bincang lagi ya mbak P,
nanti kita akan membicarakan tanda dan gejala marah yang
dialami mbak P.”
b. Waktu: “ Jam berapa besok? Bagaimana kalau jam 10:00
selama 15 menit, mbak P setuju?”
c. Tempat: “Bagaimana kalau besok berbincang-bincang di
kursi depan ruangan mbak P?”
Lampiran 4
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
SETIAP HARI
Hari/ Tanggal : Jumat/ 12 Januari 2018
Waktu : 10:00
Pertemuan ke- : 4 (TUK 3,4,5)

I. PROSES KEPERAWATAN.
a. Kondisi klien : (Penampilan, pakaian, apa yang dilakukanklien)
Pasien berpenampilan rapi, tampak berkeringat, pasien
mengenakan kaos pendek dan trining, pasien sedang duduk
b. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Tujuan khusus :
TUK 3: klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
TUK4: klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
TUK5: klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d. Tindakan keperawatan :
TUK 3:
1. Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2. Mendiskusikan tanda dan gejala perilakukekerasan secara
psikologis
3. Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
sosial
TUK 4: diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:

1. Verbal
2. Terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
TUK 5: mendiskusikan dengan klien akibat dari perilakunya

II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN


D. ORIENTASI
1. Salam terapeutik : “selamat pagi mbak P, apakah sudah mandi
pagi ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):“ bagaimana perasaan mbak
P hari ini? Apakah ada penyebab marah yang lain?.
3. Kontrak :
g. Topik : “seperti janji kita kemarin, hari ini kita akan
membicarakan perasaan mbak P saat sedang marah-marah”
h. Waktu : “mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
i. Tempat : “bagaimana kalau duduk didepan kamar mbak P?
E. KERJA
1. Apakah yang mbak rasakan saat marah-marah dirumah?
2. Apakah mbak merasa kesal, dada berdebar-debar dan mata
melotot?
3. Lalu apa yang biasa mbak lakukan?
4. Apakah sampai memukul? Atau memecahkan barang-barang?
5. Bagaimana perasaan mbak P setelah memukul ibu dan suami?
6. Apakah dengan begitu masalah bisa selesai?
7. Mbak P tau akibat dari perilaku mbak tadi?
8. Betul, mbak P menyakiti perasaan orang lain, membuat orang
lain takut, masalahnya tidak selesai malah menambah msalah”
F. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan)
Subyektif : “bagaimana perasaan mbak P setelah kita
berbincang-bincang tadi?”
Obyektif : “apa saja tadi yang kita bicarakan? Benar, tanda dan
gejala marah. Apa saja tadi? Lalu marah yang selama
dilakukan? Coba sebutkan. Dan akibat marah apa saja? Yah
betul”
4. Tindak lanjut (PR untuk klien)
“baiklah sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba ingat-
ingat lagi tanda dan gejala marah, cara mbak P marah dan
akibatnya. Baik waktunya sudah habis”
5. Kontrak yang akan datang :
d. Topik : “ besok kita berbincang-bincang lagi ya mbak P,
nanti kita akan membicarakan bagaimana cara mengontrol
marah.”
e. Waktu: “ Jam berapa besok? Bagaimana kalau jam 11:00
setelah badminton?”
f. Tempat: “Bagaimana kalau besok berbincang-bincang di
gazebo? Setuju?
Lampiran 5
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
SETIAP HARI

Hari/ Tanggal : Sabtu / 13 Januari 2018


Waktu : 10:30
Pertemuan ke- : 5 (TUK 6)

I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien : (Penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Pasien berpenampilan rapi, pasien mengenakan babydol, saat ini
pasien sedang duduk di ruang makan.
b. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Tujuan khusus : klien mengetahui cara mengontrol marah
yang sehat.
d. Tindakan keperawatan :
1. Secara fisik, misalnya pukul kasur dan bantal, tarik napas
dalam
2. Sosial/verbal, yaitu dengan menyampaikan marah dengan
cara berbicara yang baik
3. Secara spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai dengan
keyakinan.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik : “selamat pagi mbak P, dari pagi melakukan
kegiatan apa saja?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):“ bagaimana perasaan mbak
P hari ini? bagaimana dengan tanda dan gejala, cara marah dan
akibat marah mbak P ada tambahan?.
a. Kontrak :
b. Topik : “mbak P ingat apa yang akan kita bicarakan hari
ini? Benar kita akan membahas cara mengontrol marah”
c. Waktu : “mau berapa lama mbak? 15 menit ya?
d. Tempat : “mau berbincang dimana mbak? Iya disini saja?
B. KERJA
1. Mbak P tau ada berapa cara marah yang sehat? Hari ini kita
pelajari 3 cara
2. Kita mulai bicarakan cara mengontrol marah sehat secara
fisik seperti nafas dalam atau dengan cara memukul bantal.
3. Cara mengontrol marah yang sehat kedua adalah secara
sosial/verbal yaitu dengan menyampaikan marah dengan
cara berbicara yang baik.
4. Cara marah yang sehat yang ketiga adalah secara spiritual
yaitu dengan sholat atau berdoa sesuai dengan keyakinan
5. Apakah mbak P sudah paham?
6. Coba sebutkan lagi cara marah yang sehat yang sudah kita
pelajari bersama tadi.
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan)
Subyektif : “bagaimana perasaan mbak P setelah kita pelajari
cara marah yang sehat?”
Obyektif : “coba sebutkan apa yang sudah kita pelajari tadi
2. Tindak lanjut (PR untuk klien)
“baiklah waktu kita sudah habis, nanti coba mbak P ingat lagi
cara marah yang sehat ya?”
3. Kontrak yang akandatang :
a. Topik : “ besok kita akan belajar cara mengontrol marah
ya?.”
b. Waktu: “ Jam berapa besok? Bagaimana kalau jam
11?selama 15 menit ya?”
c. Tempat: “di gazoba ya mbak? Sampai besok
Lampiran 6
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
SETIAP HARI

Hari/ Tanggal : Senin / 15 Januari 2018


Waktu : 11:00
Pertemuan ke- : 6 (TUK 7)

I. PROSES KEPERAWATAN
a) Kondisi klien : (Penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Pasien berpenampilan rapi, tidak berbau, baju sesuai, pasien sedang
duduk bersama dengan ibunya

b) Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan


c) Tujuan khusus : melatih pasien cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
d) Tindakan keperawatan :
1. Mendiskusikan mengontrol marah secara fisik
2. Latih klien memperagakan cara mengontrol marah seacara
fisik
3. Anjurkan klien menerapkann cara yang sudah dilatih saat
muncul perasaan marah
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik : “selamat pagi mbak P, apa kabar hari ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):“ bagaimana perasaan mbak
P hari ini? Masih ingat tentang cara marah yang sehat yang
sudah kita pelajari kemaren?.
3. Kontrak :
j. Topik : “hari ini kita akan latihan cara mengontrol
PK/marah yang sehat”
k. Waktu : “sesuai janji kemarin selama 15 menit ya?”
l. Tempat : “mbak maunya dimana? Baiklah didepan kamar”
D. KERJA
1. Mbak P masih ingat ada berapa cara marah yang sehat yang
sudah kita pelajari?
2. Bagaimana kalau hari ini kita belajar cara mengontrol marah
secara fisik terlebih dahulu
3. Pertama kita akan latih cara fisik dengan cara nafas dalam.
Kalau mbak P merasakan tanda-tanda marah mbak P bisa tarik
nafas dalam, caranya seperti ini: mari berdiri, tarik nafas dari
hidung, tahan, lalu tiup dari mulut, ulangi 3x. Bagus.
4. Cara kedua. Jika sudah tarik nafas dalam tapi rasa marahmasih
ada dan ingin memukul, maka mbak P bisa mencoba cara
kedua ini yaitu memukul bantal atau kasur, lakukan sampai
mbak P merasa tenang. Ini saya bawakan bantal, coba mbak P
lakukan. Bagus.
5. Jangan lupa tetap lakukan nafas dalam sampai lega, dengan
begitu mbak P tidak menyakiti orang lain.
E. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan)
Subyektif : “bagaimana perasaan mbak P setelah latihan, ada
perasaan lega?”
Obyektif : “coba sebutkan apa yang sudah dipelajari tadi?
Benar.
2. Tindaklanjut (PR untuk klien)
i. “nah berapa kali dalam sehari mbak P mau latihan?
Bagaimana kalau 2 kali? Mau kapan latihannya? Baik
setiap pagi jam 8 dan sieng jam 12 ya?”
3. Kontrak yang akan datang :
g. Topik : “ waktu kita sudah habis, besok kita pelajari cara
mengontrol marah dengan cara lain ya?.”
h. Waktu: “ Jam berapa besok? Bagaimana kalau jam 10:00
selama 15 menit, mbak P setuju?”
i. Tempat: “di gazebo aja ya mbak? Baik saya permisi dulu.”
Lampiran 7
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama : Ny P Tanggal : 09 Januari 2018


Usia :23 tahun Jam : 14:00
Interaksi : ke 1 Ruangan : Sejahtera
Deskripsi Klien : Klien sedang duduk di kursi yang
berada didepan ruangannya,
bersama dengan ibunya
Tujuan Interaksi : Membina hubungan saling percaya
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Analisa Berfokus pada Analisa Berfokus pada Rasional
Verbal Klien Perawat
P: Selamat Siang mbak, P: Tersenyum, berdiri K tampak tenang sehingga P dalam kondisi tenang Pada awal interaksi harus
Saya boleh duduk disamping tempat proses interaksi lancar dan dalam memulai didahului atau dimulai
disini? duduk K. kooperatif memulai pembicaraan atau dengan membina
interaksi interaksi hubungan saling percaya
K: Menatap P dan diam

K: Selamat Siang.
P: Tetap tersenyum
kemudian duduk
disamping K

K:menatap P dengan
sinis

P: Perkenalkan nama P: Kontak mata K mulai mempercayai P P merasa bahwa K harus Perkenalan diharapkan
sayaNurjazilan bersahabat, dan dengan mau berkenalan diberikan penjelasan dapat meningkatkan
Hemadian mengulurkan tangan tentang kedatangan P hubungan saling percaya
biasadipanggil Diyan, untuk berjabat tangan.
saya mahasiswa
K: menoleh seedikit ke
Fakultas Keperawatan
arah P dan menjabat
Universitas Airlangga,
tangan P.
selama 2 minggu
kedepan saya praktek
disini, kalau mbak
siapa namanya?
P: Kontak mata,
memperhatikan K.
K: Nama saya P.

K: menjawab dengan
suara yang pelan dan
tatapan mata mengarah
ke tembok.

P: mbak P, kalau tidak P: tetap tersenyum, K menunjukkan P memulai pembecaraan Kontrak awal sangat
keberatan bisakah kita memperhatikan K, kesediaannya untuk dengan K disertai penting dalam interaksi
cerita-cerita sebentar dengan sikap terbuka terbuka dan berinteraksi kontrak terlebih dahulu untuk menunjang
sekitar 10 menit? hubungan saling percaya

K: iya.
K: menatap ke arah P

P: maunya mbak p kita


P: mempertahankan
ceritanya dimana? kontak mata

K: menundukkan kepala

K: disini saja.

P: tersenyum dan
menatap K
P: jadi hari ini kita akan
membicarakan apa
yang di rasakan oleh
mbak P.

P: mas P, saya praktek P: tersenyum dan K Tidak merasa keberatan Perawat berusaha Menjelaskan tujuan
disini setiap hari selama menggunakan nada dengan permintaan P menjelaskan tujuan sangat penting untuk
2 minggu dari jam suara sedang tapi kedatangannya. mendapat persetujuan
07:00-14:00. Nanti kita jelas dari K
akan sama-sama
K: mendengarkan dan
membahas masalah
menatap ke arah
yang mbak P rasakan.
tembok
Mudah-mudahan saya
dapat membantu
mengatasi masalahnya,
untuk itu saya sangat
berharap mbak P mau
menceritakan masalah
dan apa yang dirasakan
atau dipikirkan
sekarang ini, biar saya
tahu. Saya akan
menjaga kerahasiaan.
Apakah mas A setuju?

K: iya.
P: menoleh kearah K
sambil tersenyum

K: menatap tembok.
P: mbak P, bagaimana P: tetap tersenyum dan K mau mengungkapkan Perawat berusaha Eksplorasi perasaan klien
perasaanya hari ini, mempertahankan apa yang ia rasakan mengeksplorasi apa penting untuk
apakah semalam tidurnya kontak mata kepada P. yang dirasakan K. mengetahui apa yang
nyenyak atau tidak? dirasakan klien.
K: menoleh ke arah P

K: iya.
P: memperhatikan K

K: dengan suara pelan


dan sedikit menatap
sinis.

P: bisakah mbak P cerita, P: sikap terbuka, dan K tampak terbuka dan mau P menggali alasan Daya ingat pasien dapat
mulanya kenapa sampai sambil mengungkapkan kronologi masuk K dan menggali dikaji dengan
mbak P dibawa ke rumah memperhatikan K K masuk ke RS daya ingat K menanyakan data-data
sakit? pasien yang sederhana
K: mendengarkan P dan
menoleh sedikit ke
arah P
K: saya marah2. P: mempertahankan
kontak mata dan
mendengarkan apa
yang di alami K

K: ekspresi datar

P: Jadi sebab mbak P P: tersenyum dan Klien memahami apa yang P menyadari bahwa K Klien sepakat untuk
sampai kerumah sakit mempertahankan disampaikan perawat dan mulai lelah dan kontrak selanjutnya , hal
karena marah-marah kontak mata berespon untuk mengahiri kontrak, ini menunjukkan adanya
dirumah. Baiklah mungkin mengakhiri interaksi kemudian membuat hubungan saling percaya.
K: tampak lelah dan
mbak P mau beristirahat dengan baik. kontrak baru untuk
mengantuk
dan makan, pertemuan kita pertemuan selanjutnya
cukup dulu, besok kita
lanjutkan pembicaraan kita
sekitar jam 10:00, tentang
mengapa sampai mbak P
bisa marah-marah.
P: mendengarkan
Bagaimana apakah mbak jawaban K dan
setuju? melihat ke arah K

K: menganganggukan
kepala
K: iya sus.

P: tersenyum sambil
menjabat tangan K dan
mulai berdiri

P: bagus sekali, sudah mau P: perawat berjabat


bercerita dengan saya. tangan dan tersenyum
Selamat siang
K: berdiri menjabat
Terima kasihmbak tanagan P dan menuju
P.selamat siang kamar.

Anda mungkin juga menyukai