Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sehat

1. Menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri dari

ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan

sarana pembinaan keluarga.10

2. Menurut Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan Tahun 2001,

rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana

lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya

baik demi kesehatan keluarga dan individu.4

3. Menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik,

mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan

kelemahan (kecacatan).5

4. Menurut UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman,

perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan.. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.

Rumah dapat menjadi :10

a. Tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar

b. Menyatukan sebuah keluarga

c. Meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia

d. Menjadi bagian dari gaya hidup manusia.

4
5

5. Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk

beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani

maupun social

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan

tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang

menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh

anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan

perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan

kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.4,10

B. Fungsi Rumah

Fungsi rumah bagi manusia yang diposkan oleh Suhadi (2007) yang dikutip

dari Azwar adalah :2

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat

melasanakan kewajiban sehari-hari.

2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa

kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.

3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.

4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat

ini.

5. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga

yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.


6

C. Manfaat Rumah Sehat

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari rumah sehat, antara lain :1

1. Untuk tempat beristirahat,

2. Tempat tinggal dan kegiatan hidup harian.

3. Melindungi manusia dari cuaca baik / buruk.

4. Mencegah penyebaran penyakit menular.

5. Melindungi penghuninya dari bahaya-bahaya dari luar.

6. Meningkatkan hubungan sosial diantara penghuninya.

D. Syarat-Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang

wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim

di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan

perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan

karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan

derajat kesehatan individu, keluarga dan masyrakat.3

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut

keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999

meliputi parameter sebagai berikut:5,8

1. Lokasi
7

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,

aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan

sebagainya.

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

atau bekas tambang

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas Udara

Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beradun

dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm

d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3. Kebisingan dan Getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A

b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik

4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman

a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg


8

c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg

5. Prasarana dan Sarana Lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan

konstruksi yang aman dari kecelakaan.

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor

penyakit

c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak

mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan

kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,

lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi

persyaratan kesehatan

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi

syarat kesehatan

f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat

kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.

g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.


9

6. Vektor Penyakit

Keberadaan vektor di dalam dam di luar rumah perlu diawasi karena

serangga/ binatang pengerat seperti tikus mempunyai peran penting di dalam

penularan berbagai jenis penyakit.

Adapun jenis vektor dan penyakit ditularkan adalah sebagai berikut :

a. Nyamuk : Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

- aedes aegypty > demam berdarah

- culex quinques > filaria

b. lalat : musca domestica > dysentri, diare, typhoid (lalat rumah)

Indeks lalat harus memenuhi syarat

c. kecoa : blatella germanica > dysentri, diare, typhoid, cholera (kecoa jerman)

d. tikus : rattus-rattus diardi > pes, murine typhus (tikus rumah).

7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung

dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut (PPM & PL, 2002) :8

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.


10

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,

bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup

sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,

disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan

jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak

cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan

seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus

diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain :

1. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat

2. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api

3. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun

dan gas

4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan

kecelakaan mekanis dapat terhindari.


11

E. Komponen Rumah Sehat

Komponen rumah sehat meliputi:

1. Langit-langit

Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang

disebut langit-langit yang tujuannya antara lain

a. untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar

tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih

b. untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan

tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap

c. untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga

panas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.

Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :

a. langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari

atap,

b. langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga

dengan konstruksi bebas tikus

c. tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai

kecuali,

d. dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya

mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik

terendah titik kurang dari 1,75 m, dan

e. ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya

sampai 2,40 m.
12

2. Dinding

Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :

a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan

angin dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban

diatasnya,

b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air

sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di

atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas,

sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak

bersih tidak berlumut, dan

c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m

dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak

di atas lubang harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu

awet.

Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang

terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.

3. Lantai

Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai

biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak

licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata

dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai :


13

a. Lantai tanah stabilitas.

Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh :

tanah tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam

rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah

b. Lantai papan

Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu

diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :

1) Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus

ada aliran tanah yang baik.

2) Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga

tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih

baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga

berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah.

3) Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan

rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah

dikeringkan dan diawetkan.

c. Lantai ubin

Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan

perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan

tidak dapat mudah dirusak rayap.


14

4. Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu

Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan udara

dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit

infeksi. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal

sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling

sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi 20%

dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil

dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.

Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak

jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-

rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangya sama

1/10 dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus

dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi

minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluran angin pada

ban atau dekat permukaan langit-langit ( ceiling ) yang luas bersihnya sekurang-

kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran

angin dekat dengan langit-langit beguna sekali untuk mengeluarkan udara panas

dibagian atas dalam ruangan.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang

umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk

daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk

daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas

jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan.
15

Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan

basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat

mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.

5. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan

pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara

buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang

dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup

atau kurang ventilasi.

Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah:8,9

a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,

b. Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,

c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia

d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan

oleh badan manusia dan

e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan

air dan kulit pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya

gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan

kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di

dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di

dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu
16

besar dan keras karena gerak angina atau udara angin yang berlebihan meniup

badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara mendadak dan

menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga mengurangi daya

tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit

berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara

lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini

terutama terjadi pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari

akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak,

tetapi jangan pula terlalu sedikit.

Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang

memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga

udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem

pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system

mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan.

Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara

mekanis adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air

conditioning.

6. Sarana pembuangan asap dapur

Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap atau

terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak di dapur.
17

7. Pencahayaan

Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan

kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahay

buatan dan cahaya alam.9,10

a. Pencahayaan alamiah

Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam

ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar

sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar

yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi syarat kesehatan

untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara

untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah,

adalah sebagai berikut :

1) baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;

2) cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;

3) kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan

4) buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan

oleh letak dan lebar jendela.

b. Pencahayaan buatan

Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem

penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat

menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen (

neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena


18

pada kuat penerangan yang relative rendah mampu menghasilkan cahaya yang

bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan

lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan

beberapa lampu neon.

Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca dan

ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu

TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

F. Sarana Sanitasi Rumah

Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala

yangmenyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air

bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat

besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia,

keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan

perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain yang

juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus

menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu

sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di

perkotaan akibat urbanisasi.11,12

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat

dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare

merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat

mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah,


19

disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria,

pes, dan filariasis .

1. Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

Kesadahan (maks 500 mg/l)

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml

air)

2. Jamban dan Pembuangan Tinja

Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu

penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang

memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum memadai.

Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di

Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat

antara lain sebagai berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi


20

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki

mata air atau sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat

lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber

air.

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia

yang dibuang harus tertutup rapat.

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benarbenar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:

a. Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di

atas permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan

sebagainya. Cara demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena

dapat mengganggu kesehatan.

b. Kakus lubang gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang paling

mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam

tanah dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak di bawah ±

90 cm = kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya diperkuat dengan batu,

dapat ditembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan di

tempat di mana air tanah letaknya dalam.


21

c. Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali,

hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air,

terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan

peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah

untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari

lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat persegi

panjang diletakkan vertikal dengan diameter antara 90 – 120 cm.

d. Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan

diantara pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari

tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan

mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama

1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.

Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya

penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian ini

akan berakibat terhadap serta mempersukar penilaian peranan masing-masing

komponen dalam transmisi penyakit namun sudah diketahui bahwa terhadap

hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan keduanya dapat bersifat

langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden

penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja, misalnya

thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung dari

pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan

komponen-komponen lain dalam sanitasi lingkungan.


22

3. Sarana Pembuangan Air Limbah

Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase

penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag system).

Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap

pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai

daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena

pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai

kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu

dibuang.

Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:

a. Pengenceran

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,

kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin

bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan

manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan

diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat

dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,

diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap

ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap

badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.

Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.

b. Kolam Oksidasi
23

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,

ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan

alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat

dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu

diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman,

dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan

sirkulasi angin dengan baik.

c. Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan

merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit

tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk

pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi

untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari

rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-

lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang

diperlukan oleh tanam-tanaman.

4. Sarana Pembuangan Sampah

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak

menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan

cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi

kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkanpengotoran udara.

Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan


24

sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola

dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.

Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah

organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada tingkat

rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari

sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan

pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.

Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-

aktor sebagai berikut :

a. Penimbulan sampah

b. Penyimpanan sampah

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali

d. Pengangkutan

e. Pembuangan.

Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu

pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat

penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk diangkut

serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup

1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur,

karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak

tikusnya.

Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :


25

a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak

mudah bocor, kedap air.

b. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat

sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta

mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat

dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat

oleh satu orang atau ditutup.

d. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-

binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

G. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Keadaan Perumahan

Ada perbedaan corak, bentuk atau keadaan perumahan antara satu masyarakat

dengan masyarakat lainnya, umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:

1. Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan yang menyangkut tata guna

tanah, program perumahan yang dimiliki dan lain

sebagainya.

2. Status sosial ekonomi masyarakat

Ditandai dengan pendapatan masyarakat, tersedianya bahan bangunan yang

dapat dimanfaatkan masyarakat. Masyarakat yang lebih makmur, secara relative

akan mempunyai perumahan yang lebih baik, dibandingkan dengan masyarakat

yang miskin.
26

3. Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, baik lingkunagn fisik, biologis

ataupun sosial.

Suatu daerah dengan lingkungan fisik berupa pegunungan, tentu saja

perumahannya berbeda dengan perumahan di daerah pantai, demikian pula

perumahan di daerah beriklim panas, berbeda dengan perumahan di daerah beriklim

dingin. Demikian pula lingkungan sosial, seperti adat istiadat, kepercayaan dan lain

sebagainya banyak memberikan pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.

4. Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan.

Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan

yang lebih komplek dibandingkan dengan masyakat yang masih sederhana.

5. Kebudayaan

Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan beraneka ragam kebudayaan

sehingga menyebabkan corak model rumah dari tiap daerah berbeda sesuai dengan

adat - istiadatnya.

H. Hubungan rumah dengan kesehatan

Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu usaha

untuk memperbaiki kesehatan. Di Indonesia terutama di pedesaan, soal perumahan

masih belum memenuhi syarat syarat perumahan sehat. Tetapi di kota besar hal ini

sudah ada kemajuan, walaupun di berbagai tempat masih terdapat pula perumahan

yang sama sekali tidak memenuhi syarat, yang lazimnya disebut slum (gubug -

gubug).
27

Pada umumnya di kota - kota besar terdapat masalah-masalah perumahan

yang sulit dipecahkan yaitu:

1. Kepadatan Penghuni (overcrowding)

Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk berkembang lebih pesat daripada

jumlah rumah.

2. Perumahan Liar (wild occupancy)

Terjadinya rumah - rumah liar ini menimbulkan aspek yang sangat merugikan,

baik dari segi keindahan kota, maupun dari segi timbulnya penyakit menular, sebab

pada umumnya rumah - rumah liar ini dibuat sembarangan. Hal inilah yang

menyebabkan daerah perumahan liar menjadi sumber penyakit.

I. Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit

a) Kebersihan udara

Karena rumah yang terlalu sempit, maka ruangan akan kekurangan oksigen

sehingga menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit.

b) Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang

Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang karena harus dibagi

dalam jumlah yang banyak.

c) Memudahkan terjadinya penularan penyakit

d) Privasi dari tiap anggota keluarga terganggu

Karena rumah yang terlalu sempit, maka tidak semua anggota keluarga

mempunyai kamar sendiri, sehingga privasinya akan terganggu. Hal ini akan

menyebabkan anggota keluarga, terutama anak muda tidak suka tinggal di rumah,
28

sehingga akan menimbulkan kejahatan dan kenakalan remaja, serta kehidupan

rumah tangga yang tidak harmonis.

J. Beberapa Cara Penyakit Dapat Menular Di Rumah

1. Melalui air minum

Air yang tidak bersih mengandung bibit penyakit. Bila air tersebut diminum
tanpa dimasak, maka bibit penyakit tersebut akan masuk ke perut dan dapat
menyebabkan sakit perut seperti diare, disentri, typhus, dan lain-lain.

2. Melalui makanan

Makanan yang disiapkan di rumah dapat dikotori oleh bibit penyakit dengan
berbagai cara. Misalnya dicuci dengan air kotor, dikotori oleh lalat, oleh kecoa, oleh
tikus, dipegang tangan kotor, dan lain-lain. Bila makanan yang kotor tersebut
dimakan, maka bibit penyakit itu akan masuk keperut dan dapat menimbulkan sakit
perut atau keracunan.

3. Melalui udara

Udara di dalam rumah dapat dikotori oleh kuman-kuman yang


berterbangan. Kuman-kuman tersebut berasal dari orang batuk-batuk yang tidak
menutup mulut. Bila udara yang kotor ini terhisap oleh orang lain, maka dia akan
dapat tertular batuk. Seperti influenza, tbc paru, bronchitis, dan lain-lain.

4. Melalui gigitan nyamuk

Jenis nyamuk tertentu dapat menularkan penyakit dari orang sakit ke orang
sehat. Seperti penyakit malaria, demam berdarah, dan kaki gajah. Nyamuk-nyamuk
tersebut suka menggigit pada siang hari, yaitu yang dapat menularkan penyakit
demam berdarah. Nyamuk-nyamuk tersebut berkembang biak digenangan-
genangan air, di dalam maupun di luar rumah, seperti di gentong, tempayan, bak
mandi, selokan, dan lain-lain yang airnya tidak mengalir.
29

5. Melalui kaki

Cacing tambang didalam usus penderita, melepas telur-telurnya. Bila


kotoran manusia dibuang sembarangan, tidak di jamban yang sehat, maka telur-
telur tersebut dapat menetas dan menjadi anak cacing tambang. Anak-anak cacing
tersebut bila diinjak akan dapat menembus kulit kaki dan masuk kedalam tubuh,
yang akhirnya orang tersebut menderita kecacingan.

K. Upaya Agar Rumah Menjadi Sehat :

1. Membuka jendela kamar setiap pagi dan siang.

2. Membersihkan rumah dan halaman rumah setiap hari.

3. Kamar mandi dijaga kebersihannya setiap hari.

4. Membuang sampah pada tempatnya.

5. Mendapat penerangan yang cukup.

6. Dinding diusahakan terang.

7. Menata rapi barang di rumah.

8. Melakukan penghijauan pada halaman.

9. Menguras bak mandi.

10. Mengubur barang bekas.

L. Cara Penilaian Rumah Sehat

1. Penilaian rumah4
30

Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi kriteria

sehat dan bobot pada kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku

penghuni.

Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter

adalah sebagai berikut :

a. Nilai minimum dari kelompok komponen rumah adalah :

1) Langit-langit = 2

2) Dinding = 2

3) Lantai = 2

4) Jendela kamar tidur = 1

5) Jendela ruang keluarga = 1

6) Ventilasi = 1

7) Sarana pembuangan asap dapur = 2

8) Pencahayaan = 2

b. Nilai minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :

1) Sarana air bersih ( SGL/SPT/PP/KU/PAH) = 3

2) Jamban ( sarana pembuangan kotoran ) = 2

3) Sarana pembuangan air limbah ( SPAL ) = 2

4) Sarana pembuangan sampah = 2

c. Perilaku

Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan

untuk mencapai rumah sehat.


31

2. Pemberian Nilai

a. Komponen rumah

1) Langit-langit

0 = Tidak ada

1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan

2 = Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan

2) Dinding

1 = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )

2 = Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak

kedap air

3 = Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester), papan

kedap air.

3) Lantai

0 = Tanah

1 = Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/

berdebu

2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung

4) Jendela kamar tidur

0 = Tidak ada

1 = Ada

5) Jendela ruang keluarga

0 = Tidak ada

1 = Ada
32

6) Ventilasi

0 = Tidak ada

1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai

2 = Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai

7) Sarana pembuangan asap dapur

0 = Tidak ada

1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur

2 = Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% luas lantai dapur ( asap keluar dengan

sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )

8) Pencahayaan

0 = Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca

1 = Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal

2 = Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca dengan

normal

b. Sarana Sanitasi

1) Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )

0 = Tidak ada

1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan


33

4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

2) Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )

0 = Tidak ada

1 = Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam

2 = Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke sungai/kolam

3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank

4 = Ada, leher angsa, septic tank

3) Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )

0 = Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah

1 = Ada, diresapkan mencemati sumber air ( jarak dengan sumber air < 10 m)

2 = Ada, dialirkan ke selokan terbuka

3 = Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air ≥

10 m)

4 = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih lanjut

4) Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)

0 = Tidak ada

1 = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup

2 = Ada, kedap air dan tidak tertutup

3 = Ada, kedap air dan bertutup

c. Perilaku Penghuni
34

1) Membuka jendela kamar tidur

0 = Tidak pernah dibuka

1 = Kadang-kadang

2 = Setiap hari dibuka

2) Membuka jendela ruang keluarga

0 = Tidak pernah dibuka

1 = Kadang-kadang

2 = Setiap hari dibuka

3) Membersihkan rumah dan halaman

0 = Tidak pernah

1 = Kadang-kadang

2 = Setiap hari

4) Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan

1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban

2 = Setiap hari di buang ke jamban

5) Membuang sampah pada tempat sampah

0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan

1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban

2 = Setiap hari di buang ke jamban

Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:


35

Hasil Penilaian Rumah = Nilai x Bobot

Hasil penilaian rumah didapat :

1. Rumah Sehat = 1068 – 1200

2. Rumah Tidak Sehat = < 1068

3. Pembobotan

Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan

kelompok perilaku penghuni berdasarkan teori Bloom, dimana diinterpretasikan

terhadap :

a. Lingkungan = 45%

b. Perilaku = 35%

c. Pelayanan Kesehatan = 15%

d. Keturunan = 5%

Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan

diabaikan, sedangkan untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat dijelaskan

sebagai berikut.

Pemberian bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator :

a. Bobot komponen rumah = 31 (25/80 x 100% = 31,25)

b. Bobot Sarana Sanitasi = 25 (20/80 x 100% = 25)

c. Bobot Perilaku Penghuni = 44 (35/80 x 100% = 43,75)

Anda mungkin juga menyukai