Luka Bakar
Oleh:
I Komang Rama Mahendra Wisnu Wardhana
Preseptor:
dr. Afrimadhona
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report yang berjudul “Luka Bakar” sebagai
salah satu syarat dalam program internsip dokter indonesia RSUD Sejiran Setason.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Afprimadhona sebagai pendamping dalam
program dokter internsip dan seluruh pihak pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Case Report ini.
Penulis menyadari bahwa Case Report ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat
diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaan Case Report ini. Penulis berharap agar Case
Report ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetauan terutama bagi penulis sendiri dan
bagi teman-teman sejawat yang menjalaani program dokter internsip di RSUD Sejiran
Setason.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk rusaknya atau hilangnya lapisan kulit dan lapisan di
bawahnya, yang disebabkan paparan sumber panas secara langsung dan tidak langsung, forst
bife (suhu dingin), bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar yang berat dapat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase
lanjut. Akibat langsung luka bakar dapat terjadi syok, kematian, kontraktur dan akibat
lainnya.
2.2 Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan sumber panas, baik secara langsung maupun
tidak langsung, misalnya akibat terkena api terbuka atau tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
suhu dingin maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan terjadinya luka bakar. Secara
garis besar, penyebab terjadinya luka bakar terbagi menjadi:
1. Sumber panas
Paparan sumber panas dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
a. Sumber panas secara langsung:
Paparan api
Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera
langsung ke jaringan tersebut. Dapat diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar
seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit.
Scalds (air panas)
Akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau
akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,
luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulih yang
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
Sunburn atau sinar matahari, terapi radiasi.
b. Sumber panas secara tidak langsung:
Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap
bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke
saluran napas distal di paru.
Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera termal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan
nafas akibat edema. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap.
Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan
gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal “Rumus 10” untuk bayi, dan
“Rumus 10-15-20” untuk anak.
Gambar
6. Lund and Browder Chart
b. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral dilakukan sejak dini dan
pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat
melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15%
protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan
demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya
SIRS dan MODS.
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar pasien.
Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang berasal dari
tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari
pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft
adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat
dilakukan secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari
teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk
memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess
grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan
grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin ‘dermatome’
ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan
pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari eksisi luka
bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga
pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan sangat
diperlukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit
donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
- Kulit donor setipis mungkin
- Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan grafting),
hal ini dapat dilakukan dengan cara :
o Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan)
o Drainase yang baik
o Gunakan kasa adsorben
2.14 Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor
letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepatan penyembuhan. Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien, seperti gagal ginjal
akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Air Belo
Status perkawinan : Janda
Negeri Asal : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2019
KELUHAN UTAMA
Luka bakar pada sebagian besar tubuh sejak 15 jam yang lalu. Pasien merupakan rujukan
dari Puskesmas Muntok.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik umum
● Kesadaran : CM
● Keadaan umum : Sakit Berat
● Tekanan Darah : 100/70 mmHg
● Nadi : 102 kali/menit
● Pernapasan : 24 kali/menit
● Suhu : 37,60 C
Kulit : Terdapat luka bakar pada area punggung, tangann, dan kaki
Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada nyeri tekan KGB
pada daerah leher dan submandibular JVP 5-2 cm H2O.
Kepala : normocephal
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Karies gigi tidak ada
Paru
● Inspeksi : simetris kiri dan kanan (statis dan dinamis)
● Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
● Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
● Auskultasi : suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
● Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
● Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
● Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
● Auskultasi : S1-S2 irama reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
● Inspeksi : Perut tidak membuncit
● Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, NT (-), NL (-)
● Perkusi : timpani
● Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung
● Inspeksi : Simetris kiri dan kanan (statis dan dinamis), terdapat luka
bakar pada punggung sampai pinggang belakang
● Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
● Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
● Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rektum : tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota gerak : edem (-/-), akral hangat CRT <2 detik, terdapat luka bakar
pada lengan dan kaki kanan
Status lokalis:
Look :
o terdapat luka bakar pada area punggung sampai pinggang, berukuran 70cm x
40cm, terdapat bula yang sudah mengental, dan terdapat permukaan kulit yang
terkelupas berwarna putih kemerahan, Luas 18%
o Terdapat luka bakar pada area lengan kanan dan kiri, berukuran 20x5 cm dan
15x 7cm, terdapat bula yang sudah mengental, dan terdapat permukaan kulit
yang terkelupas berwarna putih kemerahan, luas 4,5%
o Terdapat luka bakar pada kaki kanan berukuran 1m x 10cm, 15cm x 10cm,
terdapat bula yang sudah mengental, dan terdapat permukaan kulit yang
terkelupas berwarna putih kemerahan, luas 9%
Feel : teraba hangat, teraba bula dengan isi yang sudah mengental
Move : pergerakan aktif +, pergerakan pasif +
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
13 April 2019
● Hemoglobin : 12,9 g/dl
● Leukosit : 19.810/mm3
● Trombosit : 375.000/mm3
● Hematokrit : 32%
● GDS : 101 mg/dl
Kesan: leukositosis
Foto luka
DIAGNOSA KERJA
Luka bakar grade IIA luas 31,5%
TINDAKAN PENGOBATAN
➢ Loading 1L RL + 1 kolf koloid
➢ Inj. Tetagam IM
➢ Inj. Ceftizoxime 1gr IV
➢ Inj. Ketorolac 2x30mg IV
➢ Inj. ranitidine 2x50mg IV
➢ Puasa
➢ Wound toilet
DISKUSI
Luka bakar atau combustio adalah luka yang disebabkan oleh api, dan oleh penyebab lain
dengan akibat serangan. Dapat juga disebabkan oleh air panas, listrik, bahan kimia dan
radiasi. diagnosis luka bakar ditegakkan berdasarkan kedalaman, luas, penyebab dan lokasi
dari luka bakar tersebut. Luka bakar akibat arus listrik dapat terjadi karena kontak dengan
sumber tenaga bervoltase tinggi. Anggota gerak merupakan tempat kontak yang terlazim,
dengan tangan dan lengan yang lebih sering cedera daripada tungkai dan kaki. Pada kasus,
dari anamnesis didapatkan keluhan luka dan nyeri pada punggung, lengan dan kaki yang
diderita pasien sejak ±14 jam SMRS.
Penyebab luka bakar atau combustio adalah paparan api, scalds (air panas), aliran listrik,
frost bife (suhu dingin), zat kimia (asam dan basa), dan radiasi. pada penderita ini, luka bakar
terjadi akibat paparan api yang diawali oleh bensin. Awalnya penderita sedang berhubungan
dengan kekasih di dalam gubuk, lalu sang istri dari kekasih menyiram bensin dan segera
membakar keduanya.
Pada pemeriksaan fisik area punggung,tampak luka bakar berukuran ± 70cmx40cm
dengan dasar dermis, terdapat kulit mati yang mengelupas, serta bulae yang berisi cairan
kental dan berwarna kuning jernih. Pada extremitas superior, regio brachii dextra terdapat
luka bakar berukuran ±20cmx5cm dengan dasar dermis, terdapat kulit mati yang mengelupas
serta bulae minimal yang berisi cairan kental dan berwarna kuning jernih.pada region
antebrachii sampai manus dextra terdapat luka bakar berukuran ±15cmx7cm dengan dasar
dermis, terdapat kulit mati yang mengelupas serta bulae yang berisi cairan kental dan
berwarna kuning jernih, pada digiti 3 sudah terlihat krusta. Pada extremitas inferior region
femur terdapat luka bakar berukuran 40cmx15cm dengan dasar dermis, terdapat kulit mati
yang mengelupas serta bulae yang berisi cairan kental dan berwarna kuning jernih, pada area
pedis terdapat luka bakar berukuran 10cmx 5cm dengan dasar kulit mati yang mengelupsa
serta bulae yang berisi cairan kental dan berwarna kuning jernih.
(A) (B)
(C) (D)
Dari pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar di daerah punggung yaitu (18%)
ekstremitas atas yaitu pada tangan kanan (4,5%) sedangkan pada ekstremitas
bawah yaitu pada kaki kanan (9%). Luas luka ditentukan menurut diagram rules
of nine atau rumus 9 dari Wallace. Pada penderita ini total luas bakar mencapai
31,5% dengan kedalaman derajat IIA.
Luka bakar pada penderita ini digolongkan derajat IIA sebab kerusakan
meliputi bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea masih banyak. Gejala yang timbul adalah
sangat nyeri, terdapat lepuhan yang timbul beberapa menit, bula atau blister yang
berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah akibat permeabilitas
dindingnya meningkat. Komplikasi jarang terjadi, terkadang timbul infeksi
sekunder pada luka. Dari pemeriksaan laboratorium darah lengkap ditemukan
adanya peningkatan leukosit. Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh reaksi
inflamasi pada fase akut luka bakar.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita ini adalah eksisi dini atau
debridement, merupakan tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris.
Tujuannya adalah mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.
dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris, eskar, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia.
Tujuan lain dari debridement adalah untuk memuts rantai proses inflamasi
yang dapat berlanjut. Semakin lama penundaan tindakan eksisi (debridement),
semakin banyak proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka.
Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya cairan yang keluar. Tindakan ini disertai
dengan anestesi baik loka maupun general dan pemberian cairan melalui infus.
Pada penderita ini, disertai dengan anestesi general dan pemberian cairan berupa
RL.
Setelah dilakukan debridement, luka dicuci menggunakan NaCl 0,9%, ,
kemudian luka dioleskan salep Burnazine dan ditutup menggunakan kasa steril
untuk selanjutnya dilakukan perawatan luka tiap harinya. Perawatan luka bakar
tiap harinya adalah dengan membersihkan luka bakar dengan cairan atau salep
Burnazine sampai terjadinya epitelisasi. Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam.
Pada penderita ini, perawatan luka bakar dibersihkan menggunakan cairan
NaCl 0,9% untuk membersihkan jaringan nekrotik dan yang lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Setelah dibersihkan, luka bakar penderita
diberikan salep burnazineyang mengandung komponen pengobatan yang
mempunyai efek berupa analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi dan mampu
mengurangi pembentukan jaringan parut. Selain komponen pengobatan, salep
burnazine ini juga mengandung komponen nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan
kulit yang terbakar. Kemudian luka bakar penderita ditutup menggunakan kasa
steril.
Prognosis pada pasien ini yaitu baik karena penyakit telah didiagnosis dan
saat ini tidak mengancam nyawa, serta luka bakar telah dilakukan pengobatan
yang adekuat, faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka rekurensi.
2
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat-de Jong / editor, R.
Sjamsuhidajat et al. Edisi 3. Jakarta. EGC, 2010. Hal. 103-15.
2. Georgiade GS, Pederson WC, Luka bakar. Dalam: Sabiston DC, Jonatan O,
editors. Buku ajar bedah. Jakarta. EGC, 1995. Hal 151-63.
3. M Sjaifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlanga University Press, 2006.
4. Reksoprodjo S et al, editors. Kumpuluan kuliah ilmu bedah. Jakarta. Bagian
Bedah Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Hal.
435-42.
5. Schwartz, Seymour I, Intisari prinsi-prinsip ilmu bedah / Seymour I. Schwartz
; editor, G. Tom Shires, Frank C. Spenser, Wendy CH ; alih bahasa, Laniyati
et al ; editor bahasa Indonesia, Linda C. Jakarta. EGC, 200.
6. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2: Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2003.
7. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005. h. 73-5.
8. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F,
Hirshon JM, Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari:
http://www.emedicinehealth.com. 30 Januari 2014.
10. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Edisi 6. Jakarta. Badan Penerbit FKUI. 2011. Hal. 3-4.