Manajemen Pemasaran Bab3 Analisis Kepuasaan Pelangan
Manajemen Pemasaran Bab3 Analisis Kepuasaan Pelangan
PENDAHULUAN
Kepuasan pelanggan merupakan suatu konsep yang telah lama dikenal dalam ilmu
Pemasaran. Peta persaingan bisnis semakin meningkat tajam, preferensi dan perilaku
pelnaggan berubah, teknologi informasi berkembang dengan cepat mendorong organisasi
bisnis untu lebih fokus menanggapi kepuasan pelanggan untuk menjamin pengembangan
bisnis. Di saat persaingan semakin ketat, produsen berusaha memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen dengan menawarkan berbagai jenis produknya;dampannya konsumen
memiliki banyak pilihan, kekuatan tawar menawar konsumen semakin besar, yang mendorong
setiap perusahaan harus menempatkan oorientasinya pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan
utamanya. Produsen semakin yakin bahwa kunci sukses untuk memenangkan persaingan
terletak pada kemampuannya memberikan total customer value yang dapat memuaskan
pelanggan melalui penyampaian produk yang berkualitas dengan harga bersaing.
Pandangan terhadap kepuasan pelanggan sangat bervariasi; keragaman itu akan
memberikan pembaca pemahaman yang lebih luas.
1. Wilton (1998) menjelaskan bahwa kepuasan/ketidakpuasan pelanggan sebagai respon
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang di persepsikan antara harapan
sebelum pembelian dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya..
2. Engel (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggaan merupakan evaluasi purnabeli
dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan
3. Oliver (1980) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purnabeli, dimana
persepsi terhadap kinerja produk yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan
sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan,
56
maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Ketidakpuasan menciptakan ketidakpuasan.
4. Park (1997) menjelaskan kepuasan konsumen merupakan suatu perasaan konsumen
sebagai respon terhadap produk barang atau jasa yang telah dikonsumsi.
5. Walker (1995) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perbandingan
antara produk yang dirasakan dengan yang dipredisi sebelum produk
dibeli/dikonsumsi. Jika yang dirasakan konsumen melebihi dugaannya, konsumen
akan merasa puas, sebaliknya jika yang dirasakan lebih rendah daripada harapannya,
konsumen akan merasa tidak puas.
6. Hunt (1991) menjelaskkan kepuasan pelanggan berdasarkan lima pendekatan sebagai
berikut :
DEFINISI KEPUASAN
PERSPEKTIF
PELANGGAN
Nommitive Perbandingan antara hasil actual
deficit dengan hasil yang secara kultural
dapat diterima.
Equity Perbandingan perolehan/keuntungan
yang didapatkan dari pertukaran
social bila perolehan tersebut tidak
sama, maka pihak yang dirugikan
akan tidak puas.
Normative Perbandingan antara hasil actual dan
standard harapan standar pelanggan (yang
dibentuk dari pengalaman dan
keyakinan mengenai tingkat kinerja
yang seharusnya ia teria dari merek
tertentu).
Procedural Kepuasaan merupakan fungsi dari
Fairness keyakinan/persepsi konsumen bahwa
ia telah diperlakukan secara adil.
Attributional Kepuasaan tidak hanya ditentukan
oleh ada tidaknya diskonfirmasi
harapan, namun juga oleh sumber
penyebab diskonfirmasi.
57
Produk
Perusahaan X
Harapa akan
Kualitas Produk
Evaluasi Atribut
Kinerj Produk
Respon kognitif
Pemakaian Produk Kesesuaian atau
Ketidaksesuaian
Respon Emosional
Kepuasaan/ketidak
puasaan
Dari berbagai konsep diatas, dapat dipahami bahwa kepuasan pelanggan timbul dari
adanya respon emosional terhadap produk yang digunakan, khususnya ketika mereka
membandingkan kinerja yang ia rasakan dibandingakan dengan harapannya, yang prosesnya
seperti dalam gambar 3.1.
Indicator dari sebuah produk adalah paket nilai (value package) yang dideteksi dari
perasaan subyektif pelanggan atau calon pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan yang sukses
adalah apabila mampu menciptakan dan menghantarkan paket nilai produk yang dapat
dinikmati pelanggan sebagai sesuatu yang unggul dibanding pesaing.
Gambar 3.2 memperlihatkan kepuasan pelanggan dibentuk oleh harapan dan persepsi
pelanggan terhadap sebuah produk yang memiliki nilai unggul. Kepuasan pelanggan
merupakan fungsi dasar dari sejumlah value produk (kinerja) yang di persepsikan oleh
pelanggan dibanding dengan harapan pelanggan sebelum menggunakan. Rumusan ini dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Kepuasan = f (Harapan terhadap produk : Kinerja produk yang dirasakan)
58
Dari persamaan itu, kemungkinan pelanggan akan menyatakan kepuasan dalam berbagai
tingkatan sebagai berikut :
1. Apabila pelanggan mempersepsikan bahwa kinerja produk yang dinikmatinya lebih
besar atau lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan
menyatakan bahwa mereka sangat puas (kinerja > harapan → sangat puas).
2. Apabila pelanggan mempersepsikan bahwa kinerja produk yang dinikmatinya sama
dengan yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan bahwa
mereka puas (kinerja = harapan → puas).
3. Apabila pelanggan mempersepsikan bahwa kinerja produk yang dinikmatinya lebih
kecil atau lebih rendah dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan
menyatakan bahwa mereka kecewa (kinerja < harapan → kecewa).
59
Kebutuhan
Pelanggan
Psychic Cost
PERUSAHAAN PRODUK
Dua dimensi respon afektif, yaitu serangkaian perasaan positif (positive feelings) dan
serangkaian perasaan negates (negative feelings). Kedua tipe perasaan ini independen, artinya
konsumen dapat merasa positif sekaligus negative terhadap pembelian tertentu, lihat saja di
saat direktur membeli sebuah mobil, merasa bangga dan gembira,
60
tetapi dalam waktu yang bersamaan merasa kesal dan jengkel terhadap staf penjualannya di
perusahaan.
Pengalaman Produk
Merek Sebelumnya
Pemakaian merek tertentu tau merek lainnya dala kelas produk yang sama, pelanggan
membentuk harapan mengenai kinerja seharusnya dari merek bersangkutan. Harapan atas
kinerja dibandingkan dengan kinerja actual produk (yakni persepsi terhadap kualitas produk,
lihat table 3.1), ada tiga kmungkinan yang terjadi :
Apablia kualitas lebih rendah dari harapan, yang terjadi adalah ketidakpuasan emosional
(negative disconfirmation).
Apabila kinerja lebih besar dibandingkan harapan, terjadi kepuasan emosional (positive
disconfirmation).
Apabila kinerja sama dengan harapan, maka yang terjadi adalah konfirmasi harapan
(simple disconformation atau non satisfication).
61
Tabel 3.1 Harapan, Kinerja, dan Kepuasan
HARAPAN PELANGGAN
Harapan atas kinerja produk berlaku sebagi standar perbandingan terhadap kinerja actual
produk. Beberapa pakar mengidentifikasi konsep harapan pra pembelian (Wilton, 1988;
Spreng, 1996), sebagai berikut :
Harapan pelanggan akan terus berkembang sesuai perubahan lingkungan yang member
informasi dan bertambahnya pengalaman pelanggan yang akan berpengaruh terhadap tingkat
kepuasann yang dirasakan pelanggan.
Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas
poduk dan kepuasan pelanggan. Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan
kualitas dan kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan menggunakan
harapannya sebagai standar atau acuan. Harapan pelanggan menjadi latar belakang mengapa
dua organisasi bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Menurut Zeithaml
62
(1993), dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan keyakinan
pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Harapan merupakan standar prediksi dan
standar ideal.
Situasi darurat pada saat pelanggan sangat embutuhkan jasa dan ingin perusahaan bisa
membantunya (misalnya jasa asuransi mobil pada saat terjadi kecelakaan lalu lintas).
Jasa terakhir yang dikonsumsi pelanggan dapat pula menjadi acuannya untuk menentukan
baik-buruknya jasa berikutnya.
Personal Needs
Kebutuhabn fisik, social, dan psikologis yang dirasakan seseorang akan menjadi dasar
bagi kesejahteraannya yang sekaligus akan menentukan harapannya.
63
Situational Factors
Faktor situasional meupakan segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi kinerja jasa,
yang berada di luar kendali penyedia jasa. Misalnya, pada setiap awal bulan biasanya sebuah
bank ramai dipenuhi para nasabahnya yang akan menyebabkan seorang nasabah menjadi
relative lama menunggu. Untuk sementara waktu, nasabah tersebut akan menurunkan tingkat
pelayanan minimal yang bersedia diterimanya karena nasabah memahami keadaan tersebut
bukan karena kesalahan penyedia jasa.
Positive word of mouth (rekomendasi positif) yang bersumber dari orang lain yang
terpercaya (para ahli, teman, keluarga, dan publikasi media massa) lebih cepat diterima
sebagai referensi, karena pelanggan jasa sering mengalami kesulitan mengevaluasi jasa yang
belum dirasakannya sendiri, kecuali pelanggan telah memiliki past experience, yaitu
pengalaman masa lampau diketahui pelanggan yang pernah dterimanya.
Pembentukan Harapan
Performance (Kinerja)
a. Performance memiliki dua dimensi, yaitu (1) instrumental performance (daya tahan),
berkaitan dengan fungsi fisik ustau produk; (2) expensive symbolic performance (corak
model), berkenaan dengan kinerja estetis atau peningkatan citra diri.
b. Tingkat kinerja yang diharapkann dari produk tertentu dipengaruhi oleh karakteristik
produk, yaitu pengalaman sebelumnya dimiliki pelanggan berkenaan dengan produk,
harga, dan karakteristikfisiknya mempengaruhi harapannya terhadap kinerja produk
bersangkutan. Jika produk itu mahal harganya, atau kinerjanya sangat baik dalam
pengalaman konsumsi yang lalu, makan pelanggan bersangkutan mungkin memiliki
standar kinerja yang tinggi.
64
TEORI KEPUASAAN PELANGGAN
Equity Theory
Sejumlah peneliti berpendapat bahwa setiap orang menganalisis pertukaran antara dirinya
(A) dan pihak lain (B) guna menentukan sejauh mana pertukaran tersebut adil atau fair. Equity
theory beranggapan bahwa orang menganalisis rasio input dan hasilnya dengan rasio input dan
hasil mitra pertukarannya. Jika orang merasa bahwa rasionya unfavorable dibandingkan
lainnya dalam pertukaran tersebut, orangcenderung akan merasakan adanya ketidakadilan.
Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Hasil A Hasil B
Kepuasan = =
Input A Input B
Dengan demikian, hasil yang diperoleh A dari pertukaran dibagi dengan input yang
diberikan harus sama dengan hasil yang dihaapkan B dar pertukaran tersebut dibagi input B.
Apabila rasio tersebut dipersepsikan tidak sama (tidak sembang). Terutama jika dirasakan
unfavorable bagi pelanggan yang melakukan evaluasi, maka yang terjadi adalah
ketidakpuasan.
Berdasarkan equity theory, perasaan tidak puas disebabkan keyakinan bahwa norma
social telah dilanggar. Menurut teori ini, berlaku norma yang menegaskan bahwa setiap pihak
dalam pertukaran harus mendapatkan perlakuan adil atau fair. Kepuasan terbentuk:
Kepuasan terjadi bila rasio hasil dan input dalam pertukaran kurang lebih sama.
Ketidakpuasan terjadi jika pelanggan meyakini bahwa rasio hasil dan inputnya lebih jefek
daripada perusahaan / penyedia jasa.
Kepuasam pelanggan terhadap transaksi tertentu dipengaruhi oleh perbandingan terhadap
rasio hasil dan inout pelanggan lain.
Evaluasi terhadap keadilan keseluruhan (overall equity) dalam transaksi pembelian
produk berpengaruh terhadap keuasan/ketidakpuasan pelanggan.
Attribution Theory
65
Causal Attribution
Bila terjadi kesalahan, pelanggan segera menilai siapa yang patut disalahkan. Jika
pelanggan menyimpulkan bahwa perusahaanlah yang salah, maka mereka akan sangat
mungkiin merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila pelanggan membebankan sebagian
kesalahan pada diri mereka sendiri, maka ketidakpuasan mereka cenderung akan berkurang.
Control Attribution
Pelanggan menilai apakah ketidakpuasan berada dalam kendali pemasar atau tidak.
Sebagai contoh, penumpang pesawat cenderung akan sangat tidak puas terhadap
keterlambatan penerbangan bila mereka yakin bahwa penyebabnya adalah kelalaian pihak
penyedia jasa dan bukan akibat gangguan cuaca yang berada di luar kendali mereka.
Atability Attribution
Bila service encounter yang tidak memuaskan, pelanggan akan menilai apakah kejadiann
itu mungkin akan terulang lagi atau tidak. Jika pelanggan menilai bahwa kejadian tersebut
cenderung terulang, maka ketidakpuasan pelanggan akan bertambah besar.
Dalam teori ekonomi, dasar yang digunakan oleh seorang konsumen dalam melakukan
alokasi sumber yang langka adalah kondisi di mana perbandingan antara kegunaan marginal
(marginal utility) dan harga masing-masing prosuk akan menjadi sama.
Dalam pasar yang tidak didiferensiasi, semua konsumen akan membayar harga yang
sama, individu yang sebenarnya bersedia membayar harga lebih tinggi akan meraih manfaat
subyektif (disebut sebagai surplus konsumen).
Surplus konsumen pada hakikatnya merupakan perbeda anntara kepuasan yang diperoleh
seseorang dalam mengonsumsi sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat
untuk memperoleh barang tersebut.
Surplus konsumen mencerminkan kepuasan pelanggan, dimana semakin besar surplus
konsumen, maka semakin besaar pula kepuasan pelanggan dan sebaliknya.
Surplus konsumen dapat dideteksi dari sejumlah pemuasan yang diperoleh dari
penambahan pembelian sebelumnya.
Surplus konsumen dengan konsep kepuasan pelanggan, mempertimbangkan faktor harga
dan kuantitas, kualitas, kemasan, dan lain-lain.
66
MANFAAT KEPUASAAN PELANGGAN
67
PENGUKURAN KEPUASAN PELANGGAN
Dalam pengukuran kepuasaan pelanggan, setidaknya ada tiga aspek penting yang
saling berkaitan: (1) apa yang diukur; (2) metode dan skala pengukuran. Mengingat kepuasan
pelanggan merupakan ukuran yang relatif, maka pengukurannya tidak boleh hanya bersifat
“on time, single shot studies”. Justru sebaiknya pengukuran kepuasan pelanggan harus
dilakukan secara reguler agar dapat menilai setiap perubahan yang terjai dalam kaitannya
dengan jalinan relasi dengan setiap pelanggan. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan
patok duga (benchmarking) dengan kinerja masa lalu dan kinerja para pesaing (Keith Hunt,
1991 dan Ralph Day, 1994)
Konfirmasi Harapan
Dalam konsep ini,kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan
kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dan kinerja aktual produk perusahaan.
68
Ketidakpuasan Pelanggan
Pandi (1999) menganjurkan aspek-aspek yang ditelaah guna mengetahui
ketidakpuasanpelanggan adalah (a) komplain; (b) pengembalian produk; (c) biaya garansi; (d)
word of mouth negatif (rekomendasi negatif).
Metode Pengukuran
Menurut Kotler (2000), metode yang dapat digunakan mengukur kepuasan pelanggan
adalah sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan
pelanggan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ghost Shopping
Metode ini efektif jika para manajer perusahaan bersedia sebagai ghost shopping untuk
mengetahui secara langsung bagaimana karyawannya berinteraksi dan memperlakukann
pelanggan. Caranya karyawan tidak tahu kalau atasannya sedang melakukn penelitian atau
penilaian (misalnya dengn cara menelepon perusahaannya sendiri dan melontarkan berbagai
keluhan atau pertanyaan). Bila karyawan tahu bahwa dirinya sedang dinilai, tenntu saja
perilakunya akan menjadi “sangat manis” dan hasil penilaian akan menjadi bias.
Skala 3 poin
Berdasar pengalaman Anda, seberapa puas Anda dengan kunjungan ke pusat rekreasi CB?
1 2 3
69
Skala 4 poin
Berdasarkan pengalaman Anda, seberapa puas Anda dengan layanan PT MM?
1 2 3 4
Sangat Tidak Puas Tidak Puas Puas Sangat Puas
Skala 5 poin
Secara keseluruhan, bagaimana penilaian Anda terhadap kualitas layanan PT ABC selama tiga
bulan terakhir?
1 2 3 4 5
Sangat Tidak memuaskan Tidak Netral Memuaskan Sangat Memuaskan
Skala 7 poin
Bagaimana penilaian Anda terhadap kualitas layanan Bank ABC?
1 2 3 4
Sangat Tidak Puas Tidak Puas Agak Tidak Puas Biasa-biasa saja
5 6 7
Agak Puas Puas Sangat Puas
Peneliti tentu saja dapat mengembangkan skala lain sepanjang didukung oleh teori dan
asumsi yang digunakan dapat diterima secara luas.
Diterminasi Kepuasan
Berbagai faktor yang memengaruhi kepuasan pelanggan sering digunakan dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap produk (barang dan jasa). Dalam realitas bisnis dapat
mengevaluasi kombinasi dari faktor-faktor penentu kepuasan pelanggan (lihat tabel 3.2).
70
produk beroperasi bahasa konsumen
Conformance Kesesuaian Competence Tingkat keterampilan
spesifikasi produk menyelesaian masalah
yang diharapkan
Durability Ukuran usia operasi Courtesy Sikap sopan dan
dalam kondisi bersahabat dengan
normal konsumen
Reliability Ukuran produk tidak Reliability Kemampuan
akan rusak-gagal mewujudkan
dalam periode waktu pelayanan sesuai
tertentu - tokcer promosi
Repairability Ukuran kemudahan Security Keamanan,
memperbaiki keterjaminan dan
legalitas
Style Penampilan dan Tangibles Wujud fisik, gedung,
perasaan produk peralatan-peralatan
Design Totalitas Understanding Pemahaman
keistimewaan dari Customer kebutuhan dan
produk keinginan pelanggan
71
Strategi Superior Kualitas Produk
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus memiliki
produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak, secara teknis harus menyamai
pesaing utama dalam industri. Prinsipnya “kualitas nomor satu”. Biasanya perusahaan yang
tingkat kepuasan [elanggannya tinggi menyediakan tingkat layanan pelanggan yang tinggi
pula. Kerap kali itu merupakan cara mereka membenarkan harga yang lebih mahal.
72
barriers)
Evaluasi kegagalan - Komparasi dengan pesaing Melalui customer retention
kesuksesan
Lakukan riset konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap
dan tingkah lakunya.
Libatkan partisipasi secara aktif lintas fungsional dalam mengelola kepuasan dan
mempertahankan pelanggan.
Buat agar konsumen mau dan mudah dalam menyampaikan kebutuhan, harapan,
persepsi bahkan komplainnya sekalipun ke perusahaan.
Manfaatkan informasi (data base) kebutuhan, preferensi, frekuensi pembelian, dan
kepuasan pelanggan terhadap produk.
Tentukan kebutuhan pokok pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
Ciptakan produk yang memiliki nilai superior untuk target pasar yang akan dilayani.
Beri kepuasan yang tinggi, untuk menciptakan rintangan beralih ke pemasok lain,
dengan cara biaya modal dan biaya pencarian yang rendah, potongan harga lebih dari
pemasok lain, dan pelayanan yang memuaskan.
Miliki kelompok pembeli sebagai sasaran dalam penjualan.
Laksanakan strategi yang paling beda, pilih : mutu yang tinggi, atau harga yang murah,
atau kombinasikan keduanya.
73
Asumsi yang dibangun dalam strategi ini adalah bahwa pelanggan perlu mendapat
perhatian khusus, terus-menerus dalam sepanjang hidup konsumen :
Membutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia, dan usaha gigih
agar dapat tercipta suatu pelayanan yang superior.
Sering kali (tetapi tidak harus) perusahaan yang menawarkan customer service yang
lebih baik akan membebankan harga yang lebih tinggi pada produk-produknya, tetapi
biasanya pelanggan memperoleh manfaat besar dari pelayanannya.
Strategi Jaminan Tanpa Syarat
Strategi unconditional guarantees – jaminan tanpa syarat (Hart, 1988), berintikan :
74
Pemberian garansi harus dibangun dari kekuatan dan komitmen antardivisi agar proses
kerja bisnis berjalan dalam kecepatan yang dapat dipikirkan dalam membuat jaminan
yang disampaikan kepada para pelanggan, seperti servis unggul, produk handal dan
berkualitas tinggi.
Jaminan yang baik harus dinyatakan, misalnya :
Perusahaan harus benar-benar berusaha menepati janji itu, jika tidak perusahaan anda
akan panen masalah.
Pelanggan lebih suka berurusan dengan orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk
mengambil keputusan dan tindakan untuk memecahkan masalah mereka.
Pelanggan akan merasa diperhatikan oleh perusahaan pada setiap masalah dari
pelanggannya, dan selalu berusaha memperbaiki kekurangannya.
Kalau strategi penanganan keluhan itu efisien, maka strategi ini dapat mengubah
pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang puas (Schnaars,
1991).
Agar strategi menangani keluhan dapat efektif, maka perusahaan perlu :
75
Mengidentifikasi dan menentukan sumber masalah yang menyebabkan pelanggan
mengeluh dan tidak puas (lihat gambar 3.4), atasi segera serta hentikan sumber
penyebab masalahnya.
Mengupayakan secara sungguh-sungguh agar di masa mendatang tidak timbul masalah
yang sama. Dengan cara :
Melatih dan memberdayakan semua karyawan perusahaan untuk mengambil
keputusan dalam rangka menangani situasi-situasi yang menyebabkan timbulnya
keluhan dan ketidakpuasan.
Mengembangkan sistem informasi marketing yang mencatat setiap keluhan yang
disampaikan dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Menciptakan kemudahan konsumen untuk menghubungi perusahaan, seperti
penyediaan saluran telepon khusus (hot line service), email dan sebagainya agar
konsumen dapat menyampaikan komentar,saran,kritik,pertanyaan,maupun
keluhannya tanpa hambatan.
Strategi Empati
Dalam menghadapi pelanggan yang mungkin kecewa, emosi atau bahkan marah,
maka :
76
KELUHAN Sistem Informasi Manajemen
Menanggapi
Menyerahkan
Menyelesaikan
Catatan keluhan, sifat tindakan
Menyelesaikan
Mendistribusikan
Proses pembuatan kebijakan
Data keluhan ke pihak lain
(manajemen, gugus kendali
mutu, dan lainnya)