Anda di halaman 1dari 14

ANGGARAN DASAR

&
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GP. FARMASI INDONESIA
ANGGARAN DASAR

Mukadimah

Bahwa Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan


pada tanggal 17 Angustus 1945 adalah merupakan
perwujudan dari keinginan luhur Bangsa Indonesia untuk
mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur.

Bahwa pembangunan nasional adalah pembangunan


Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia dimana pembangunan Kesehatan sebagai bagian
tak terpisahkan dari Pembangunan Nasional yang bertujuan
demi tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk.

Sadar akan fungsi farmasi, khususnya obat sebagai salah


satu unsur penting dan mutlak diperlukan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan, maka dengan rasa tanggung
jawab yang tinggi, usaha-usaha farmasi di Indonesia terpanggil
untuk memberikan dharma baktinya dalam penyediaan dan
pelayanan obat yang cukup, merata, dan bermutu.

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan di dorong oleh keinginan
luhur untuk mencapai cita-cita bersama, maka usaha-usaha farmasi
di Indonesia menyatukan diri dalam suatu wadah untuk persatuan,
kemajuan, dan perkembangan kegiatan usaha, yang Anggaran
Dasarnya disusun sebagai berikut :

BAB I
Nama, Waktu dan Kedudukan

Pasal 1 :
Organisasi ini bernama : " Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia"
disingkat "GP Farmasi Indonesia"

Pasal 2 :
Gp. Farmasi Indonesia didirikan pada tanggal 19 Agustus 1969 di
Lembang, Jawa Barat untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
Pasal 3 :
Pimpinan Pusat GP. Farmasi Indonesia berkedudukan di Ibukota
Negara Republik Indonesia

BAB II
Azas dan Landasan

Pasal 4 :
GP. Farmasi Indonesia berazaskan Pancasila sebagai satu-satunya azas.

Pasal 5 :
1. GP. Farmasi Indonesia berfungsi sebagai wadah komunikasi dan
konsultasi agar pengusaha farmasi dengan Pemerintah dan pihak-
pihak yang lain terkait mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
masalah produksi, distribusi dan pelayanan.

2. GP. Farmasi bertujuan :


a. Brsama-sama pemerintah secara aktif melakukan usaha-usaha
bagi pembangunan Nasional khususnya dalam bidang farmasi
b. Membina, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan,
kegiatan dan kepentingan para anggota.
c. Ikut serta dalam peningkatan derajat kesehatan rakyat.

Pasal 6 :
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, GP Farmasi
Indonesia melakukan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan antara lain
sebagai berikut :
(1) Mengadakan kerjasama secara aktif engan pemerintah, KADIN Indonesia,
Organisasi-organisasi profesi Kesehatan, Badan-badan dan pihak lain
(2) Menginformasikan kebijaksanaan pemerintah dan permasalahan ekonomi
dunia.
(3) Melakukan komunikasi aktif dengan organisasi-organisasi farmasi tingkat
regional maupun Internasional
(4) Menetapkan sikap / Pendirian-pendirian, menyalurkan aspirasi dan
kepentingan memajukan pendapat-pendapat, menyampaikan saran-saran
kepada pemerintah dan KADIN Indonesia.
(5) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan memajukan
pengetahuan, keterampilan, serta kesejahteraan anggota, termasuk
pendidikan dan seminar-seminar dalam rangka peningkatan ilmu dan
tehnologi menuju pada kemandirian pengadaan serta penyebaran obat
yang bermutu.
(6) Mengadakan kerjasama yang erat antara sesama anggota dibidang
usaha-usaha kefarmasian.
(7) Memberikan pembinaan dan bimbingan kepada para anggota untuk
menjalankan usahanya dengan baik.
(8) Menerbitkan majalah-majalah, buku dan lain-lain usaha yang sah.
(9) Memelihara, menegakkan dan mengawasiterlaksananya Kode Etik
Usaha Farmasi Indonesia.
(10) Memberikan jasa-jasa yang baik antara lain dalam bentuk hukum,
pemberian surat keterangan, rekomendasi, termasuk legalisasi
surat-surat yang diperlukan bagi kelamcaran usaha.
(11) Ikut serta dalam pemeliharaan lingkungan hidup.
(12) Tugas-tugas lain yang diberikan pemerintah.

BAB IV
Keanggotaan

Pasal 7 :
Yang wajib dan dapat diterima menjadi anggota GP. Farmasi Indonesia,
ialah : Semua usaha-usaha farmasi yang melaksanakan pekerjaan prod-
duksi , distribusi dan pelayanan obat/bahan obat yang telah memenuhi
persyaratan dan memiliki surat keputusan sebagaimana ditentukan hu-
kum dan ketentuan/perundangan yang berlaku dan berkedudukan di
Indonesia.

BAB V
Hak dan Kewajiban Anggota

Pasal 8 :
Hak dan kewajiban anggota :
(1) Setiap anggota berhak menyatakan pendapatnya dalam rapat-rapat
dimana anggota hadir.
(2) Setiap anggota berhak memilih dan dipilih serta mendapat penbela-
an organisasi.
(3) Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi nama dan kehorma-
tan organisasi.
(4) Setiap anggota berkewajiban melaksanakan dan mentaati Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta segala peraturan dan di-
siplin organisasi.
(5) Setiap anggota berkewajinan secara aktif untuk melaksanakan prog-
ram organisasi.

BAB VI
Organisasi dan Susunan Organisasi

Pasal 9 :
(1) Organisasi GP. Farmasi Indonesia terdiri dari :
a. Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda),
dan Musyawarah Cabang (Muscab) atau rapar anggota, yang
memegang wewenang tertinggi sesuai dengan tingkat kedudu-
kan kepengurusan.
b. Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, dan Pengurus Cabang, yang
melaksanakan seluruh kegiatan dan roda organisasi sesuai de-
ngan tingkat kedudukan organisasi.
(2) Dewan Penasehat yang ditetapkan oleh Munas.
(3) Majelis Pembina Kode Etik Usaha Farmasi Indonesia yang ditetapkan
oleh Munas
(4) Badan-badan khusus lain bila dipandang perlu dibentuk oleh Pengu-
rus untuk melaksanakan amanat Munas.

Pasal 10 :
(1) Kedudukan organisasi :
a. Tingkat Pusat di Ibukota Republik Indonesia
b. Tingkat Daerah di Ibukota propinsi
c. Tingkat Cabang di Karesidenan, Kabupaten/Kotamadya

Dalam hal Gp. Farmasi Daerah/ GP. Farmasi Cabang tidak dapat didirikan
karena terlalu sedikitnya usaha-usaha farmasi disuatu tempat atau karena
sebab-sebab lain maka, usaha-usaha farmasi ini langsung dalam koordinasi
GP. Farmasi Indonesia ditngkat yang lebih tinggi atau bergabung dengan
GP. Farmasi Indonesia cabang lain di propisi yang sama.

(1) Dalam setiap tingkat diatas, GP. Farmasi Indonesia mempunyai bidang-
bidang yaitu Bidang Industri Farmasi (yang terdiri dari Sub Bidang In -
dustri Farmasi Nasional , Industri Farmasi PMA dan Industri Bahan
Baku Obat), Pedagang Besar Farmasi, Apotik, Toko Obat dan Bidang
Umum & Pengembangan.

BAB VII
Pengurus dan Wewenang

Pasal 11 :
(1) Pengurus dalam semua tingkat harus berkewarganegaraan Indonesia
(2) Semua tingkat pengurus harus dipilih oleh anggota
a. Tingkat Pusat
a.1. Pengurus Pusat dipilih dan disahkan oleh Musyawarah Nasio-
nal untuk masa bakti 3 (tiga) tahun

a.2. Pengurus Pusat terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal, Ketua-ketua Bidang dan seorang Sekretaris
dan Bendahara, dan bisa ditambah menurut kebutuhan, serta
beberapa orang anggota.
b. Tingkat Daerah
b.1. Pengurus Daerah dipilih oleh Musyawarah Daerah untuk masa
bakti 3 (tiga) tahun
b.2. Pengurus Daerah terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum,
Sekretaris Umum, Ketua-ketua menurut bidang yang ada, seku-
rang-kurangnya seorang Bendahara, serta beberapa anggota.

(3) Segala keputusan dari Pengurus pada tingkat yang lebih tinggi, mengi-
ngat pada pengurus pada tingkat dibawahnya dan kepada seluruh ang-
gota.
(4) Disiplin, ketaatan dan etik anggota kepada organisasi diatur lebih lanjut,
dalam anggaran rumah tangga dan/atau Kode Etik Usaha Farmasi Indo-
nesia.

Pasal 12 :
Wewenang dalam organisasi diatur sebagai berikut :
(1) Wewenang Legeslatif
a. Kedaulatan organisasi berada ditangan anggota dan dilakukan dalam
rapat dan Musyawarah Cabang/Musyawarah Daerah dan Musyawa-
rah Nasional.
b. Musyawarah Cabang atau rapat anggota adalah pemegang wewenang
legeslatif tertinggi pada tingkat cabang.
c. Musyawarah Daerah adalah pemegang wewenang legeslatif tertnggi
pada tingkat daerah.
d. Musyawarah Nasional adalah pemegang wewenang legeslatif tertinggi
pada tingkat Nasional.
(2) Wewenang Eksekutif
a. Pengurus Cabang adalah pemegang wewenang eksekutif ditingkat
cabang.
b. Pengurus Daerah adalah pemegang wewenang eksekutif ditingkat
daerah.
c. Pengurus Pusat adalah pemegang wewenang eksekutif dari seluruh
tingkat organisasi.
(3) Dewan Penasehat berwenang memberikan saran dan nasehatnya kepada
pengurus Pusatdiminta atau tidak diminta.
(4) Wewenang, tugas dan tanggung jawab badan-badan khusus sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat 2,3 dan 4 ditentukan oleh Pengurus Pusat.

BAB VIII
Musyawarah dan Rapat

Pasal 13 :
(1) Tingkat Pusat
a. Musyawarah Nasional (MUNAS) diadakan 3 (tiga) tahu sekali dengan
ketentuan bahwa Pengurus Pusat dapat memperpanjang waktu tersebut
apabila keadaan terpaksa setelah berkonsultasi dengan Pengurus Daerah.
Pengunduran waktu ini tidak boleh melebihi 1/2 (setengah) tahun
b. MUNAS dihadiri oleh wakil-wakil/utusan-utusan GP. Farmasi Indonesia,
Dewan Penasehat dan Majelis Pembina Kode Etik Usaha Farmasi Indonesia.
c. MUNAS luar biasa diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari jumlah GP. Farmasi Indonesia Daerah yang ada.
d. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS), sekurang-kurangnya sekali diantara
dua MUNAS, yang dihadiri oleh Pengurus Pusat GP. Farmasi Indonesia
Daerah.
e. Rapat pengurus Pleno diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
f. Rapat Pengurus Harian diadakan jika diperlukan.
g. Rapat-rapat lain ditentukan oleh Pengurus Pusat GP. Farmasi Indonesia.
(2) Tingkat Daerah
a. Musyawara Daerah (Musda) diadakan 3 (tiga) tahun sekali dengan ke-
tentuan bahwa Pengurus Daerah dapat memperpanjang waktu tersebut
apabila keadaan terpaksa setelah berkonsultasi dengan Pengurus Cabang.
Pengunduran waktu ini tidak boleh melebihi 1/2 (setengah) tahun.
b. MUSDA dihadiri oleh wakil-wakilGP. Farmasi Indonesia Cabang dan
Pengurus GP. Farmasi Indonesia Daerah. Apabila tidak/belum ada cabang,
MUSDA dihadiri langsung oleh anggota.
c. MUSDA luar biasa diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari jumlah GP. Farmasi cabang yang ada.
d. Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) diadakan sekurang-kurangnya sekali
diantara dua MUSDA, yang dihadiri oleh Pengurus GP. Farmasi Indonesia
Daerah dan dari GP. Farmasi Indonesia Cabang. Apabila belum ada cabang,
dihadiri langsung oleh wakil bidang sesuai kebutuhan yang ada.
e. Rapat Pengurus Pleno diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali
f. Rapat Pengurus Harian diadakan jika diperlukan.
g. Rapat-rapat lain ditentukan oleh Pengurus Daerah.

(3) Tingkat Cabang


a. Musyawarah Cabang (MUSCAB) diadakan 3 (tiga) tahun sekali dengan
ketentuan bahwa Pengurus Cabang dapat memperpanjang waktu tersebut
apabila keadaan terpaksa setelah berkonsultasi dengan anggota.
Pengunduran ini tidak boleh melebihi 1/2 (setengah) tahun.
b. MUSCAB dihadiri oleh anggota dan pengurus GP. Farmasi Indonesia
Cabang.
c. MUSCAB Luar Biasa diadakan atas permintaan oleh sekurang-kurangnya
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota yang ada.
d. Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB) diadakan sekurang-kurangnya sekali
diantara dua MUSCAB yang dihadiri oleh Pengurus GP. Farmasi Indonesa
Cabang dan anggota bidang-bidang yang ada sesuai kebutuhan.
e. Rapat Pengurus Pleno diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali
f. Rapat Pengurus Harian diadakan jika diperlukan.
g. Rapat-rapat lain diadakan oleh Pengurus Cabang.

Pasal 14 :
(1) MUNAS memutuska / menetapkan perubahan/penyempurnaan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi dan
naska-naskah lainnya.
(2) MUNAS menerima pertanggungjawaban Pengurus Pusat, termasuk
laporan dari Badan-badan kelengkapan lainnya dan mendiskusikan
serta memberikan pengesahannya.
(3) MUNAS menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan organisasi
untuk dilaksanakan setiap periode kepengurusan.
(4) MUNAS memilih dan menetapkan personalia Pengurus Pusat,
Dewan Penasehat serta Majelis Pembina Kode Etik Farmasi Indonesia.

Pasal 15 :
MUSDA/MUSCAB dilaksanakan diwilayah sesuai dengan tingkat
kepengurusan organisasi dan mencerminkan pasal 14 di atas kecuali
perubahan Anggaran dasar/Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
Quorum, Hak Suara dan Keputusan

Pasal 16 :
Penentuan quorum diatur sebagai berikut :
(1) MUNAS diakui sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah GP. Farmasi Indonesia
Daerah yang ada dan sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu dari jumlah suara yang ada.
(2) MUSDA diakui sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah GP. Farmasi Indonesia
Cabang yang ada dan sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu dari jumlah suara yang ada.
(3) MUSCAB diakui sah bila dihadiri sekurang-kurangnya setengah
ditambah satu dari jumlah anggota yang ada.
(4) Untuk sahnya rapat-rapat lainnya quorum adalah sekurang-
kurangnya separo/setengah dari jumlah anggota.
(5) Jika Quorum tidak tercapai :
a. Musyawarah ditundah selambat-lambatnya 12 (dua belas) jam
dan seteh itu musyawarah tersebut dinyatakan sah tanpa per-
syaratan quorum
b. Rapat ditunda selambat-lambatnya 1/2 (setengah) jam dan setelah
itu rapat tersebut dinyatakan sah tanpa persyaratan quorum.

Pasal 17 :
Penentuan hak suara diatur sebagai berikut :
(1) Tiap GP. Farmasi Indonesia Daerah di MUNAS mempunyai suara
sesuai dengan utusan bidang-bidang yang hadir, masing-masing
1 (satu) suara per bidang.
(2) Tiap GP. Farmasi Cabang di MUSDA mempunyai jumlah suara sesuai
dengan utusan yang hadir. Dalam hal bukan GP> Farmasi Indonesia
Cabang yang hadir vide pasal 13 ayat 2b, utusan bidang yang hadir
mempunyai suara per bidang.
(3) Pada rapat-rapat lain, tiap anggota mempunyai satu suara.

Pasal 18 :
Keputusan diambil atas dasar hikmah kebijaksanaan dalam permusyawa-
ratan untuk mufakat sesuai dengan demokrasi pancasila. Jika terpaksa di-
adakan pemungutan suara, kecuali yang ditentukan dalam pasal 29 (1)
mengenai perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga pada
pasal 23 mengenai pembubaran dan likuidasi, maka keputusan diambil
dengan suara yang terbanyak. Jika suaranya sama, ketua sidang yang
bersangkutan yang akan menentukan/memberikankeputusan, kecuali
mengenai pemilihan orang.
BAB X
Perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan
Peraturan Organisasi.

Pasal 19 :
GP. Farmasi Indonesia mempunyai naskah-naskah organisasi sebagai berikut :
(1) Anggaran Dasar
(2) Anggaran Rumah Tangga
(3) Kode Etik Usaha Farmasi Indonesia.

Pasal 20 :
(1) Perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga ditetapkan dan
disahkan oleh MUNAS, keputusan untuk mengubah Anggaran Dasar/
Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diambil dalam suatu MUNAS,
jika Pengurus Pusat menentukan acara mengenai perubahan ini paling
sedikit 2 (dua) bulan sebelum MUNAS diadakan. Jika diperlukan pemu-
ngutan suara, keputusan dianggap sah jika sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari jumlah suara yang menyetujuinya.
(2) Perubahan Kode Etik Usaha Farmasi Indonesia ditetapkan oleh Pengu-
rus Pusat dan disahkan dalam MUNAS.

Pasal 21 :
Peraturan-peraturan dan keputusan pimpinan yang dibawah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan-peraturandan keputusan pimpinan lebih
tinggi tingkatannya yang telah ada.

BAB XI
Harta Benda dan Keungan

Pasal 22 :
(1) Harta benda organisasi termasuk badan-badan dan lembaga-lembaga
yang dibentuk terdiri dari :
a. Uang
b. Surat-surat berharga
c. Inventaris dan alat-alat perlengkapan
d. Dokumentasi
e. Atribut-atribut organisasi
f. Benda bergerak maupun tidak bergerak

(2) Perolehan barang-barang tersebut dalam ayat 1 diatas, harus didapat


melalui usaha-usaha yang sah.
(3) Besarnya uang pangkal dan uang iuran anggota termasuk prosentase
pembagian hasil pungutan tersebut untuk organisasi pada tingkat pusat,
Daerah dan Cabang akan ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga
dan/atau Peraturan/ketentuan Organisasi tersendiri.

BAB XII
Pembubaran dan Likuidasi

Pasal 23 :
Organisasi ini hanya dapat dibubarkan berdasarkan :
(1) Keputusan MUNAS yang diselenggrakan khusus untuk itu,
MUNAS tersebut harus dihadiri sekurang-kurangnya 3/4
(tiga per empat) dari jumlah GP. Farmasi Indonesia Daerah
yang ada dan usul tersebut disetujui oleh sekurang-kurangnya
3/4 (tiga per empat) dari jumlah suara yang ada (hadir).
Panggilan untuk MUNAS itu sekurang-kurangnya dilakukan
3 (tiga) bulan sebelum MUNAS diadakan.
(2) Keputusan pemerintah sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 24 :
Dalam hal organisasi dibubarkan Pengurus diwajibkan untuk
melakukan likuidasi

BAB XIII
Lain-lain

Pasal 25 :
Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran Dasar ini akan diatur
kemudian dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau peraturan
organisasi, yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

Pasal 26 :
Anggaran Dasar ini disempurnakan, ditetapkan dan disahkan
Musyawarah Nasional ke X/1996 di Semarang.

ANGGARAN RUMAH TANGGA


GABUNGAN PERUSAHAAN FARMASI INDONESIA

BAB I
Keanggotaan

Pasal 1 :
(1) Yang wajib dan dapat diterima menjadi anggota Gabungan Perusahaan
Farmasi Indonesa adalah usaha-usaha farmasi sebagai berikut :
a. Industri farmasi dan Bahan baku farmasi
b. Pedagang Besar Farmasi (PBF)
c. Apotik, dalam hal ini pemilik sarana apotik
d. Toko Obat
(2) Usaha-usaha farmasi yang dimaksud pada ayat 1 tersebut diatas, yang
ketentuan pengaturannya dilakukan oleh pemerintah
(3) Keanggotaan GP. Farmasi Indonesia dinyatakan diterima sejak tanggal
pemberian tanda anggota oleh GP. Farmasi Indonesia setelah terlebih
dahulu memenuhi persyaratan dan prosedur pemerintah anggota.

Pasal 2 :
(1) Keanggotaan dalam GP. Farmasi Indonesia dinyatakan gugur/batal bila :
a. Berhenti atas permintaan sendiri
b. Diberhentikan
c. Ijin usahanya dicabut oleh yang berwenang
(2) Tata cara pembatalan atau pengangguran keanggotaan diatur lebih lanjut
dalam dalam peraturan organisasi

Pasal 3 :
Prosedur penerimaan anggota Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia adalah
sebagai berikut :
(1) Permintaan menjadi anggota dilakukan pada GP. Farmasi Indonesia cabang
ditempat usaha farmasi yang bersangkutan. Apabila belum ada GP. Farmasi
Indonesia Cabang atau GP. Farmasi Daerah ditempat tersebut, permintaan
menjadi anggota dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi.
(2) Rekomendasi untuk menjadi anggota diberikan oleh GP. Farmasi Indonesia
Daerah kepada GP. Farmasi Indonesia, sedangkan tanda anggota dikeluarkan
GP. Farmasi Indonesia sebagai bukti penerimaan dan pengesahan akan
keanggotaan tersebut.
(3) Permintaan menjadi anggota diajukan secara tertulis dengan mengisi formulir
pendaftaran anggota yang disediakan oleh GP. Farmasi Indonesia Cabang/
Daerah dengan disertai salinan ijin dari yang berwenang dan/atau keterangan
lain yang diperlukan.
(4) Bentuk formulir pendaftaran anggota, surat keterangan dan tanda anggota
ditentukan oleh GP. Farmasi indonesia.
(5) Permohonan menjadi anggota selambat-lambatnya sudah harus diberikan
kepastian penerimaan/penolakannya oleh Pengurus Pusat GP. Farmasi
Indonesia dalam waktu 60 (enam puluh) hari kerja setelah ada rekomendasi
dari GP. Farmasi Indonesia Daerah.
(6) Dalam rangka memproses permintaan dan pendaftaran keanggotaan dari
suatu usaha farmasi, GP. Farmasi Indonesia Daerah berhak dan wajib men-
gadakan penelitian tentang kelayakan usaha farmasi tersebut untuk diterima
menjadi anggota Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia.
(7) Kepada pemohon yang diterima menjadi anggota, diberikan surat tanda
anggota GP. Farmasi Indonesia.

BAB II
Kewajiban dan Hak Anggota

Pasal 4 :
Kewajiban setiap anggota GP. Farmasi Indonesia adalah sebagai berikut :
(1) Mengakui GP. Farmasi Indonesia sebagai satu-satunya wadah dan sebagai
organisasi induk seluruh usaha kefarmasian Indonesia.
(2) Menyetujui, melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga GP. Farmasi Indonesia, Kode Etik Usaha Farmasi Indonesia
dan segala ketentuan, peraturan dan keputusan organisasi.
(3) Menjunjung tinggi dan membela nama dan kohormatan organisasi serta
memperteguh kesetiakawanan.
(4) Secara aktif melaksanakan program organisasi
(5) Memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan yang ditetapkan oleh organisasi

Pasal 5 :
Hak Anggota adalah sebagai berikut :

(1) Menghadiri rapat atau musyawarah menurut ketentuan-ketentuan tersendiri


(2) Menyatakan pendapat dalam rapat/musyawarah yang dihadirinya
(3) Memilih dan dipilih sebagai pengurus didalam jabatan organisasi.
(4) Memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi
(5) Mengajukan secara tertulis : Usul, keterangan, kasus, kritik membangun,
proses insident atau pengaduan kepada pengurus pada tingkat cabang.
Pengajuan ini juga dapat dilakukan pada Pengurus pada tingkat daerah
atau pusat asalkan tindasannya dikirimkan kepada pengurus pada tingkat
yang lebih bawah.
(6) Meminta turut hadir pada waktu pengurus organisasi yang bersangkutan
menetapkan tindakan disiplin atau penilaian atas watak dan hasil pekerjaan
suatu anggota.
(7) Mempertahankan pendiriannya atau menbela diri jika tidak menyetujui suatu
keputusan.
(8) Mendapat bantuan dan layanan informasi tentang peraturan-peraturan dan
kebijaksanaan pemerintah yang menyangkut dunia usaha farmasi, serta
tanggapan-tanggapan GP. Farmasi Indonesia terhadap kebijasanaan dan
peraturan-peraturan pemerintah maupun masalah-masalah yang dihadapi
oleh dunia usaha farmasi
(9) Menerima informasi-informasi dari GP. Farmasi Indonesia berupa penerbitan
berkala, brosur, kalawarta, dan lain-lain, maupun informasi dari dalam dan
luar negeri.
(10) Memperoleh perlindungan, pembelaan dan bimbingan dari organisasi.

BAB III
Status dan susunan Oganisasi

Pasal 6 :
(1) GP. Farmasi Indonesia adalah suatu organisasi yang merupakan satu-satunya
wadah persatuan dan kesatuan tempat berhimpun usaha-usaha farmasi
di Indonesia, yang meliputi segala usaha yang melakukan kegiatan :
Produksi, distribusi, dan pelayanan obat jadi dan bahan baku obat, dimana
ketentuan pengaturan usaha-usaha farmasi tersebut dilakukan oleh Republik
Indonesia.
(2) GP. Farmasi Indonesia merupakan satu-satunya wadah/organisasi induk
usaha-usaha farmasi sebagaimana dmaksud pada ayat 1 diatas, yany telah
mendapat pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia.

Pasal 7 :
Susunan Organisasi diatur sebagai berikut :
a. Pada Tingkat Pusat disebut GP. Farmasi Indonesia, dengan susunan
pengurus adalah sebagai berikut : Ketua Umum, Wakil Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal, Ketua Bidang Industri, Ketua Bidang Pedagang Besar
Farmasi, Ketua Bidang Apotik, Ketua Bidang Toko Obat, Ketua Bidang
Umum dan pengembangan, Sekretaris Bidang Industri, Sekretaris Bidang
Pedagang Besar Farmasi, Sekretaris Bidang Apotik, Sekretaris Bidang Toko
Obat, Sekretaris Bidang Umum & Pengembangan, Bendahara Umum, Bendahara
Anggota-anggota untuk masing-masing bidang yang ada menurut kebutuhan.

b. Dewan Penasehat terdiri dari tokoh-tokoh dari unsur kefarmasian yang


memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi, berbobot, berwibawa dan reputasi
baik serta mampu di Tingkat Daerah yang jumlahnya sebanyak-banyaknya
15 orang untuk tingkat pusat, untuk tingkat daerah disesuaikan dengan
kebutuhan.

c. Majelis Pembina Kode Etik Usaha Farmasi Indonesia terdiri dari tokoh-tokoh
kefarmasian yang memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi, berbobot, berwibawa
dan reputasi baik swasta atau dipemerintahan yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya 9 orang.

d. Pada tingkat propinsi/daerah Tingkat I disebut GP. Farmasi Indonesia Daerah.


Pada tingkat karesidenan, Kabupaten/Kotamadya disebut GP. Farmasi
Indonesia Cabang.

e. Susunan Pengurus GP. Farmasi Indonesia Daerah dan GP. Farmasi Indonesia
Cabang bersifat luwes dan disesuaikan dengan potensi kebutuhan masing-
masing.

BAB IV
Pimpinan

Pasal 8 :
(1) Ketua Umum pada semua timgkat adalah pemilik da/atau pemimpin
perusahaan/usaha farmasi yang telah menjadi anggota GP. Farmasi
Indonesia.
(2) Anggota Pengurus pada tingkat Pusat, Daerah, dan Cabang dapat dibebas
tugaskan baik seterusnya maupun sementara oleh rapat pengurus pleno
yang bersangkutan, karena :
a. Mendapat tugas dari negara/dinas atau hal-hal lain yang menyebabkan
yang bersangkutan tidak dapat aktif
b. Dianggap menghambat pelaksanaan pengembangan organisasi,
melalaikan tugas kewajibannya.
c. Meninggal dunia
d. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
e. Melanggar disiplin organisasi atau menodai nama dan kehormatan
organisasi.
(3) Jika terjadi lowongan dalam kepengurusansebagaimana diatur dalam
ayat 2 diatas, maka pengurus pleno mempunyai wewenang untuk menetapkan
orang-orang untuk mengisi lowongan-lowongan-lowongan itu dengan status
sebagai pejabat.
(4) Pedoman yang mengatur tata kerja, wewenang dan tanggung jawab pengurus
akan diatur dalam suatu peraturan organisasi tersendiri.
(5) Jika Ketua Umum, para Wakil Ketua Umum berhalangan menjalankan tugas-
tugas maka penggantinya ditunjuk dari salah seorang diantara Ketua-ketua
Bidang.

Pasal 9 :
Pimpinan Organisasi mengatur dan mengawasi tata tertib dan disiplin seluruh
anggota.

BAB V
Rapat, Hak Bicara, Hak Suara

Pasal 10 :
(1) Rapat Pengurus Pleno ialah yang dihadiri oleh anggota-anggota pengurus
lengkap.
(2) Rapat Pengurus Harian ialah rapat yang dihadiri anggota-anggota pengurus
terdiri dari Ketua Umum/para Wakil Ketua Umum, Ketua-ketua Bidang,
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum/Sekretaris Bidang, serta Bendahara
Umum/Bendahara.
(3) Rapat pengurus Bidang ialah rapat yang dihadiri oleh anggota-anggota
pengurus bidang yang bersangkutan, terdiri dari Ketua Bidang, Sekretaris
Bidang, dan Para anggota pengurus bidang yang bersangkutan.

Pasal 11 :
(1) Hak bicara dan hak suara dalam MUNAS, MUSDA, MUSCAB, dan RAKERNAS/
RAKERDA sebagaimana yang dimaksud dalam BAB VIII Anggaran dasar GP.
Farmasi Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Hak bicara pada azasnya menjadi hak perorangan yang penggunaannya
diatur oleh tata tertib sidang.
b. Hak suara yang dipergunakan dalam pengambilan keputusan pada azasnya
dimiliki oleh anggota yang penggunaannya dilakukan melalui kelompok
peserta sesuai dengan tata tertib.

BAB VI
Keuangan

Pasal 12 :
(1) Keuangan GP. Farmasi Indonesia bersumber dari :
a. Uang Pangkal
b. Uang iuran anggota
c. Usaha-usaha lain yang sah
(2) Besarnya uang pangkal dan uang iuran anggota diatur dalam peraturan
sendiri.
(3) Dua puluh persen (20 %) dari hasil ayat 2 di atas diserahkan pada GP. Farmasi
Indonesia tingkat pusat.
(4) Penunggakan lebih dari 1 (satu) tahun terhadap kewajiban sebagaimana
diatur dalam ayat 2 dan 3 diatas akan dikenakan tindakan organisasi.

Pasal 13 :
(1) Pengurus Berkewajiban membuat laporan pertanggungjawaban tahunan
mengenai keuangan.
(2) Penilaian Pendahuluan terhadap laporan tersebut dapat dilakukan oleh auditor
sebelum disahkan dalam suatu rapat yang diadakan khusus untuk itu.

BAB VII
Lain-lain

Pasal 14 :
Hal-hal yang belum diatur atau masih belum jelas diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga GP. Farmasi Indonesia ini, akan diatur oleh Pengurus GP. Farmasi Indonesia,
GP. Farmasi Indonesia Daerah dan GP. Farmasi Cabangsesuai dengan wewenang
masing-masing dalam peraturan dan ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak ber-
tentangan dengan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 15 :
Anggaran Rumah Tangga ini disempurnakan, ditetapkan dan disahkan pada
Musyawarah Nasional ke-X/1996 di Semarang.

Anda mungkin juga menyukai