Anda di halaman 1dari 46

MATERI ANATOMI DAN UROGENITAL PADA

TERNAK

PROF. DR. IR. GUSTI AYU MAYANI KRISTINA DEWI, MS

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017
DAFTAR ISI

BAB I Organ Urogenetalia ....................................................................................................... 1

1.1 Anatomi Perkembangan system urogenital ........................................................................... 1

1.2 Perkembangan Sistem Uropoetika ........................................................................................ 1

1.3 Perkembangan System Genitalia .......................................................................................... 2

1.4 Anatomi Komparasi Organ Genital Betina pada Vertebrata ................................................ 3

BAB II Sistem Urogenital Pada Hewan ................................................................................... 6

2.1 Organ Urinaria ....................................................................................................................... 6

BAB III Organ Genitalia Masculina ....................................................................................... 9

3.1 Bagian Organ Genitalia Masculina ....................................................................................... 9

BAB IV Organ Genitalia Feminina .......................................................................................... 14

4.1 Bagian Organ Genitalia Feminina ......................................................................................... 14

BAB V Anatomi Organ Kelamin Jantan ................................................................................. 18

5.1 Anatomi Organ Reproduksi Ayam Jantan ............................................................................. 18

5.2 Fertilisasi ............................................................................................................................... 23

BAB VI Anatomi Dan Fisiologi Reproduksi Ternak Jantan ................................................. 26

BAB VII Anatomi Dan Fisiologi Reproduksi Ternak Betina ................................................ 36

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 44


BAB I
ORGAN UROGENITAL

1.1 Anatomi Perkembangan system urogenital


Perkembangan diawali dengan terbentuknya lapisan mesoderm di kedua sisi bumbung
neural, notokorda dan endoderm pada periode tubulasi. Mesoderm tersebut terdiri atas 3 bagian:
a. Epimere di bagian dorsal mioselom
b. Mesomere di bagian tengah nefroselom
c. Hypomere di bagian latero ventral splangnoselom
Pada mesomer akan terpisah membentuk genital ridge yang bakal menjadi organ genitalis dan
akan membentuk nefrotom yang bakal menjadi organ ginjal dan memiliki rongga yang disebut
nefroselom.
1.2 Perkembangan Sistem Uropoetika
Pada perkembangan ini akan dimulai dari perkembangan system uropoetika. Pada saat
mesomer sudah membentuk nefrotom, maka nefrotom akan tersegmentasi secara metamerik dari
anterior tubuh sampai posterior tubuh (seperti somet). somit ini nanti akan membentuk pada
bagian dorsal sklerotum yang akan menjadi skleroton, pada bagian lateral dermotom yang akan
menjadi kulit sedangakan pada bagian medial miotom yang akan menjdi otot skelet. Nefroselom
(rogga nefrotom) akan berhubungan dengan rongga tubuh (selom) melalui saluran sempit.
Pertumbuhan pada ginjal menempuh tiga tahap
1. Pronefros, ginjal primitive atau pertama, tersusun sevara metamerik, berfungsi pada
berudu dan pisces. Berasal dari nefrotom segmen paling anterior, yang letaknya dekat
jantung. Setiap nefron memiliki nefrostom untuk menerima ampas metabolisme dari
selom dan tubulus yang menyalurkan zat buangan menuju ke dorso lateral tubuh. Setiap
tubulus bermuara pada sepasang saluran pronefros (= spr) yang terdapat di sisi dorsal
tubuh. Saluran kemih tersebut bermuara ke kloaka bagian posterior. Terdapat glomus
(=gl) yang merupakan glomerulus primitif dan letaknya menjorok mendekati nefroselom.
Glomus mengandung jalinan arteri namun tidak dibungkus kapsul Bowman. Pronefros
kemudian beratropi sampai hilang dan digantikan oleh mesonefros yang tumbuh di
posteriornya. Saluran kemihnya berubah menjadi saluran kemih mesonefros.

1
2. Mesonefros, ginjal kedua atau trnsisi, tersusun secara metamerik, berfungsi pada pisces
dan amphibi dewasa. Setiap nefron memiliki glomerulus dan nefrostom. Glomerulus
berada dalam kapsul Bowman. Pada segmen-segmen paling posterior, nefron-nefron
tidak memiliki nefrostom lagi, tinggal glomerulus. Saluran kemih sepasang disebut
duktus Wolffi. Pada Pisces dan Amphibia, duktus ini sekaligus sebagai epididimis dan
vas deferens. Pada Mammalia, mesonefros bekerja sama dengan placenta sebagai alat
pembuangan.
3. Metanefros, ginjal ketiga atau definitive, tersusun secara non metamerik, berfungsi pada
reptilia, aves dan mamalia. Pada ayam berkembang sejak hari ke-5 pengeraman,
sedangkan pada manusia ketika panjang embrio 6 mm. Tumbuh setelah mesonefros
beratrofi; berada di posterior mesonefros. Nefron tidak mengandung nefrostom lagi,
hanya glomerulus. Perkembangan saluran uropoetika berasal dari 2 daerah:
a. Evaginasi duktus Wolffi daerah kaudal ke latero anterior membentuk duktus baru
yang akan menjadi ureter, pelvis dan saluran kemih
b. Nefrotom yang berada di posterior bekas mesonefros, membentuk nefron dan
tubulus, kemudian bertemu dengan saluran kemih yang tumbuh dari divertikulum
duktus Wolffi
Duktus Wolffi pada jantan berubah fungsi menjadi duktus genitalis yaitu duktus epididimis dan
vas deferens. Pada betina, duktus Wolffi beratropi, sisanya pada waktu dewasa dijumpai dekat
ovarium, disebut epoophoron dan paroophoron
Pada Amfibia, vesika urinaria berkembang sebagai divertikulum ventral kloaka,
sedangkan pada Pisces berasal dari evaginasi bagian kaudal duktus Wolffi. Reptilia dan Aves
tidak memiliki vesika urinaria. Pada Mammalia, karena berkembangnya septa maka kloaka
terbagi menjadi vesica urinaria, rektum dan sinus ourogenitalis. Vesika urinaria menerima urin
dari ureter. Pada betina, vesika urinaria bermuara sendiri ke luar tubuh, sedangkan pada jantan
uretra bergabung dengan vas deferens membentuk duktus urogenitalis yang berada dalam penis.
1.3 Perkembangan System Genitalia
Pada Perkembangan system Genitalia berasal dari genital ridege yang terdiri tas sel-sel
germinatif primitive, epitel germinal, serta jaringan rete dari mesonefros. Pada awalnya gonad
bersifat bipotensi atau indiferen sehingga tidak bisa dibedakan antara ovarium dan testis. Genital
ridge tersusun atas gamet (sel induk benih), sel interstitial yang bersal dari mesenkim mesoderm,

2
dan epitel mesoderm yang merupakan pelapis genital ridge yang berbentuk sex cord. Genital
ridge terbagi atas Korteks yang pada jantan mengalami degenerasi sedangkan pada betina
korteks berkembang dan mengandung sel germinal betina (oogonium) membentuk ovarium.
yang kedua adalah Medula yang pada jantan membentuk tubuli seminiferi yang terisi sel
germinal jantan (spermatogonia) dan jartingan interstitiel testis, sedangkan pada betina tidak
berkembang.
Salura genital pada jantan terbentuk dari duktus wolffi atau duktus mesonefros yang
bagian anterior menjadi duktus epididimis dan bagian posterior sampai di kloaka menjadi vas
deferens. Sedangkan Kelenjar prostata dan kelenjar Cowperi (glandula bulbo urethralis) berasal
dari divertikulum endoderm urethra yang dibungkus oleh jaringan pengikat dan otot dari
mesenkim disekitarnya. Untuk Kelenjar vesikula seminalis berasal dari divertikulum duktus
Wolfii. Dan Penis berasal dari evaginasi ektoderm yang terbentuk bersama dengan terbawanya
sinus urogenitalis dari kloaka sehingga penis mengandung duktus urogenitalis.
Saluran genital betina berasal dari duktus mulleri yang berasal dari perkembangan ductus
paramesonephridicus, kemudian menjadi saluran sendiri yang membentuk oviduk, uterus dan
vagina dengan dilapisi oleh jaringan pengikat dan sel mesenkim disekitarnya. Duktus Mulleri
mempunyai ostium di ujung anterior untuk menampung ovum pada saat ovulasi, disebut ostium
tubae abdominal. Pada Euteria, sebagian vagina berasal dari endoderm yang berdelaminasi dari
kloaka. Duktus Mulleri kiri-kanan bersatu dibagian posterior membentuk bagian uterus dan
vagina. Pada vertebrata lain kedua duktus tetap terpisah satu sama lain. Sedangkan Clitoris
berasal dari evaginasi ektoderm.
1.4 Anatomi Komparasi Organ Genital Betina pada Vertebrata
1. Pisces
Organ Genitalia pada pisces sepasang, Terletak didalam abdomen bagian lateral, atau
diantara usus dan pneumatocyst. Ovariumnya berbentuk seperti agar-agar jernih
berbintik-bintik putih yang sebenranya adalah sel-sel telur/ovum. Pembuahan pada pisces
terjadi secara eksterna.
2. Amphibi
Pada ovarium amphibi Terdapat ova dan corpus adiposum, ova merupakan sel penghasil
kelamin, sedangakan corpus adiposum merupakan jaringan lemak yang berwarna kuning.
Ovarium dan corpus adiposum sama-sam berasal dari plika genitalis. Penggantung

3
ovarium adalh plika genitalis. Sedangkan pada oviduk merupakan saluran yang berkelok-
kelok, dimulai dari infundibulum dengan lubang yang disebut ostium abdominale.
Terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan secret yang menjadi selubung telur tertier.
Pelebaran oviduk disebut uterus, tetepi uterus ini belum sempurna.
3. Reptil
Ovariumnya sepasang dan berbentuk ovoid. Oviduck terletak di lateral dari ovarium.
Oviduk dimaulai disebelah cranial dengan pelebaran sebagai corong “Ostium
Abdominale” dan bermuara ke kloaka.
4. Aves
Pada aves oragn yang berkembang hanya sebelah kiri saja. Sedangkan bagian kanan
rudimenter. Ovarium yang berkembang hanya sebelah kiri saja, kecuali pada burung
elang. Oviduk bentuk yang masih muda berupa saluran lurus yang bermuara ke kloaka.
Oviduk terdiri dari, Infundibulum tubae yang berbentuk corong dengan lubangnya yang
disebut ostium abdominal. Yang kedua adalah tuba yang banyak terdapat kelenjar –
kelenjar. Dan yang ketiga adalah uterus yang merupakan bagian tuba yang membesar
(Anonim, 2009).
5. Mamalia
Ovarium pada kuda, sapi, dan anjing seperti buah kacang. Sedangkan pada babi seperti
benjolan-benjolan buah anggur. Letak ovarium pada Kuda di ventral L4 atau L5, Sapi
pada :margo lateralis apertura pelvis cranialis, pada Babi bervariasi, margo lateralis
apertura pelvis cranialis atau sebelah dari ren, sedangkan pada anjing caudal atau
menyentuh ujung caudal ren atau ventral L3 atau L4 atau antara costae terakhir dan crista
iliaca.

Oviduk terdiri dari infundibulum, ampula, dan istmus. Pada ujung cranial berbentuk corong
disebut infundubulum tubae uterine. Terdapat fimbria seperti rambut-rembut yang berfungsi
sebagi penangkap folikel. Di Infundibulum juga terdapat lubang pada bagian cranial disebut
ostium abdominal tubae, sedangkan pada bagian caudal disebut ostium uterinum tubae.
Uterus sebagian besar terletak pada cavum abdominis, dan sebagian kecil pada cavum pelvis.
Uterus terdiri dari

4
1. Cornue uteri yang tereletak pada cavum abdomis. pada sapi spiral, babi panjang,
berkelok-kelok, kuda cekung ke dorsal, sedangkan anjing pendek.
2. Corpus Uteri, terletak sebagian besar di dalam cavum abdominis. Pada endometrium
ruminansia terdapat caruncula.
3. Cervik uteri, Berdiniding tebal, terdapat saluran yang disebut canalis sevicis Kuda dan
babi terletak di sentral, ruminansia di ventral, carnivora di dorsal. juga terdapat dua
lubang yaitu orificium uteri internum dan orificium uteri externum. Sedangkan bagian
yang menonjol ke vagina disebut portio vaginalis uteri.
Uterus terdapat empat tipe yaitu 1. Dupleks yang merupakn uterus kanan dan kiri terpisah dan
bermuara secara terpisah ke vagian, 2. Bipartil antara uterus kanan dan kiri bersatu yang
bermuara ke vagian dengan satu lubang. 3. Bikornuat uterus kanan dan kiri lebih banyak yang
bersatu dan bermuara ke vagina dengan satu lubang. 4. Simpleks semua uterus bersatu, sehingga
hanya memiliki badan uterus.
Vagina merupak sluran reproduksi bagian interna yang paling caudal. pda bagian dorsal
berbatasan dengan rectum, bagian ventral berbatsan dengan vesika urinaria, sedangkan pada
bagian lateral berbatasan dengan dinding cavum pelvis. Runga sekitar Portio vagianalis uteri
disebut dengan fornix uteri, pada fornix uteri ini terkdang saat IB terjadi kesalahan masuk ke
tempat ini. Sedangkan untuk batasa vagina dan vulva terdapat selaput hymen. Pada vagian juga
teradapat lubang muara uretra yang disebut dengan orificium uretra externum. (Wendo, 2009).
Vulva dengan batas dorsal rectum, bats ventral dasar caum pelvis, dan batas lateral m.
semimembranosus. Pada vulva terdapat celah yang disebut rima vulvae. Vulava merupakan
bagian ekternal dari oragan reproduksi betina. Selain vulva juga terdapat, mons pubis yang
merupakn daerah teratas dari vulve yang benyak mengandung jaringan lemak, pada masa
pubertas mulai ditumbuhi rambut. Juga teradat labium mayor dan minor. Terdapat juga
commisura ventral yang berbentuk seperti tonjolan, terdapat juga klitoris yang merupakn
homolog dengan penis. Dan terdapat vestibulum yang merupakn derah dengan batas atas klitoris
(Soepardiman, 2009).

5
BAB II
SISTEM UROGENITAL PADA HEWAN

Apparatus urogenitalis terdiri atas dua grup organ yaitu grup organ urinaria dan grup
organ genitalia. Keduanya, secara anatomis berkembang dari bagian mesoderm saat embrio. Ia
berkembang di sepanjang caudal cavum abdominal dan ductus excretoriusnya keluar dari daerah
cloaca.
2.1 Organ Urinaria
Organ ini disebut juga organ uropoetika atau alat sistem perkencingan terdiri dari
 Sepasang ginjal kiri dan kanan
 Dua buah ureter
 Sebuah vesica urinaria dan
 urethra
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ utama dalam grup organ urinaria, karena ginjal merupakan organ
yang memproduksikan urine, sedangkan organ-organ lainnya hanya berfungsi sebagai penyalur
atau tempat penampungan sementara urine. Ginjal berjumlah sepasang,kiri dan kanan. Letaknya
di cavum abdomen di luar peritoneum, di daerah sub lumbal. Bentuknya seperti kacang,
berwarna merah kecokltan. Pada sapi bentuknya berlobus-lobus.
Kedudukan ginjal kanan lebih cranial dibanding ginjal kiri, kecuali pada babi. Pada kuda,
ginjal kanan berkedudukan pada 2 atau 3 costae terakhir samapai 2 lumbal pertama. Pada sapi an
kambing kedudukan ginjal kanan pada costae terakhir samapi 2 atau 3 lumbar pertama.
Sedangkan ginjal kiri terletak apda lumbar 3,4 dan 5. Pada anjing, ginjal kanan terletak pada
lumbar pertama, dan ginjal kirinya terletak pada 2, 3 dan 4. Namun pada babi terletak 4 lumbar
pertama, namun sering ginjal kirinya sedikit di cranial dan ginjal kanannya.
Ginjal memiliki :
 facies (ventral dan dorsal0
 2 margo (medial dan lateral)
 2 extremitas (cranial dan caudal)
 Facies ventralis yang berhadapan dengan isi cavum abdominalis(hati, pancreas,caecum)
 Facies dorsal berhadapan dengan otot otot di daerah punggung bagian dalam

6
 Pada kuda facies ventral ginjal kirinya berhadapan dengan duodenum, colon dan pancreas

Margo medial ginjla convex dan terdapat lekukan yang disebut hylus renalis. Margo lateral
membulat dan bebas. Margo medial terdapat kelenjar adrenal. Extremitas caudalis lebih tipis dan
sempit.
Ginjal ditutupi oleh lapisan jaringan lemak yang sekaligus menguatkan posisinya
bergantung diluar peritoneum. Bila ginjal dibelah secara sagital maka akan trelihat ginjal terdiri
dari bagian luar berwarna merah kecoklatan bergranul-granul disebut substansia corticalis dan
bagian sebelah dalam disebut substansia medullaris. Bagian luar medulla sebelah luar
mempunyai garis-garis halus memanjang dan terbagi dalam lobus berbentuk piramida, disebut
pyramid ginjal.
Pyramid ginjal mengarah ke pusat dan di puncaknya terdapat suatu bentukan dinamakan
papillae renalis yang pada ujungnya ditutup saluran benbentuk tabung yang membawa urin ke
hylus renalis untuk dikeluarkan lewat ureter, dinamakan calyx ginjal. Calyx minor ini terdiri dari
calyx minor yang terdiri dari calyx mayor yang membawa urin ke pangkal ureter disebut pelvis
renalis.
2. Ureter
Ureter merupakan suatu saluran sempit yang merupakan ductus excretotius dari ginjal.
Jumlah satu buah untuk masing-masing ginjal. Saluran dimulai dari pangkal yang melebar
disebut pelvis renalis dan berakhir di vesica urinaria dan yang dibawa adalah produk akhir ginjal
(urine).
Ureter akan berjalan kemudian ke caudal melalui cavum abdominalis dan masuk ke
cavum pelvina untuk bermuara pada vesica urinary. Terdapa ureter pars abdominallis (pada
cavum abdominallis) dan ureter pars palvina (berada di cavum pelvina)
Dinding ureter terdiri dari :
 Lapisan fibrosa (t. adventitia)
 Lapisan muscularis (terdiri dari serabut otot longitudinal external dan internal)
 Membran mucosa (ditutupi sel-sel epithelium trantitional yang menjadi dinding

7
3. Vesica Urinaria
Vesica urinaria merupakan tempat penampungan urine sementara hasil produksi ginjal
sebelum akhirnya dikeluarka keluar tubuh. Bentuk vesica urinaria sering berubah tergantung dari
jumlah isinya. Pada saat kosong vesica urinaria mwngkerut, konsistensi padat, berbentuk
piriformis besarnya sebesar kepalan tangan, terletak dalam cavum pelvis sekitar aperture pelvis
cranialis. Ketika vesica urinaria isinya penuh atau mendekati penuh, bentuknya oval terlihat
mengembang dan melebar sepanjang lanti cavum pelvis.
Pada bagian tengah fundus terdapat corpus vesica urinaria yang membulat kadang
memipih. Kemudian bagian cranial dan caudal yang sempit kemudian berhubungan dengan
urethra yang disebut collum vesica urinaria.
Vesica urinaria memiliki :
 Facies dorsal yang pada hewan jantan bersinggungan dengan rectum, bagian terminal dari
ductus defferent, vesicular seminalis dan kelenjar prostat
 Facies vebtral bersetuhan dengan lantai cavum pelvis dan meluas sampai cavum
abdomen saat vesica urinaria penuh
Dinding vesica urinaria terdiri dari tiga lapis,yaitu :
1. Tunica serosa yang merupakan lapisan paling luar yang kebanyakan menutupi
permukaan dorsalnya
2. Tunica muscularis yang terdiri dari serabut otot polos dan di bagian dinding
dorsal dan ventralnya lapisan otot ini berjalan longitudinal, dan di bagian lateral
kiri dan kanan lapisan otot ini berjalan miring
3. Tunica mukosa yang m,enjadi dinding rongga vesica urinaria.berwarna pucat dan
tipis dan dilekatkan ke lapisan submukosa yang elastis. Saat kosong, akan
melekuk di daerah trigonum vesica (daerah bebentuk segitga dibentuk dua muara
ureter dan muara interna)

8
BAB III
ORGAN GENITALIA MASCULINA

3.1 Bagian Organ Genitalia Masculina


Terdiri atas :
1. Organ sex primer : 2 buah testis
2. Organ sex sekunder : suatu aluran meliputi
-tubulus seminiferus
-retetestis
-ductus efferent
-epididymis
-ductus defferen
-urethra
3. Organ sex Accessorius : -Glandula vesicular seminalis
-Glandula prostat
-Glandula Bulbourethralis

1. Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada
bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Fungsi testis menghasilkan hormon
kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990). Pada
unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979).
Ayam tidak memiliki skrotum di sebelah luar tubuh seperti pada jenis ternak yang lain. Testis
berbentuk lonjong, berwarna kuning pucat, dan memiliki anyaman pembuluh darah dan
berwarna merah dipermukaan. Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu
1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon
kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH
(Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari
Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).

9
Struktur-struktur testis meliputi;
a. Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak
mengandung pembuluh syaraf dan darah.
b. Septum testis;
c. Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan
merupakan isi dari Lobulus;
d. Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus;
e. Ductus efferentis;
f. Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang
dimulai pada ujung proximal testis.
g. Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis
membelok ke atas;
h. Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis
yang membelok ke atas.
i. Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere 1979, Marawali
2001).

Testis terdiri atas banyak saluran pipa kecil sangat elastic dan panjang bekelok kelok
yang berfungsi mengeluarkan sperma. Saluran berkelompok dan dipisahkan oleh selaput halus di
sekitarnya dan di sebut tabung seminiferus.

2. Epididymis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Setiap
bagian testis memiliki satu epididimis yang menempel pada dinding bagian luar testis.
Merupakan saluran yang berbelah belah yang berfungsi untuk alat transport, penyerapan air,
pendewasaan dan penyimpanan sperma. Serta berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah
kaudal menuju ductus deferens. Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis
berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985).
Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok
yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam

10
ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus
epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok
ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada
bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa
benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).

3. Scrotum
Skrotum merupakan suatu kulit yang bentuknya seperti kantong yang ukuran, bentuk dan
lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit skrotum tipis dan sedikit atau
tidak berambut.Lapisan dari scrotum meliputi :
 Kulit
Biasanya ditumbuhi bulu dan kelenjar keringat dan di permukaan terlihat pembentukan scrotum
kiri dan kanan disebut raphe scrota.
 Tunica Dartos
Lapisan berada dibawah kulit dan melekat erat, bisanya berwarna merah
 Fascia
Diperkirakan bersala dari musculus oblingus abdominis
 Tunica Vaginalis
Merupakan kantong serous-fibrosa yang melanjut dari peritoneum dalam cavum abdomen
setelah melewati cincin inguinalis. Dibagi 2, yaitu fibrosa dan serosa.

4. Ductus Defferent
Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua
tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka
sebelah lateral urodeum. Fungsinya menyalurkan sperma ke kopulasi. Vas deferens atau ductus
deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot
licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya
mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001). Salisbury
(1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke
atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas

11
deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain
pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis.
Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang
membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas
deferens menjadi lurus dan bersama- sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut
syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam
cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica
urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae .
5. Corda Spermatica
Corda spermatica adalah penggantung testis secara keseluruhan yang berjalan dari cavum
abdominalis melaui cincin inguinalis menuju scrotum. Unsur-unsur tersebut :
 Arteri spermatica
 Vena spermatica,
 Pembuluh limfe
 Dustus defferent
 Musculus cremaster interna
 Tunica vaginalis

6. Urethra
Urethra musculina (jantan) merupakan saluran panjang yang berjalan mulai dari vesica
urinaria sampai glans penis. Berjalan ke belakang pada cavum pelvis,arcus ischiadicuus, dan
corpus covernosum urethra. Saat berada di cavum pelvis, berjalan dengan urethra pars palviana.
Di luar cavum pelvis disebut urethra pars extrapelvina. Muara disebut orificium urethra interna
dan muara glans penis disebut orificium urethra externa. Urethra externa dibungkus oleh otot
skelet diluar jadingan erektil., contohnya M. urethralis.

7. Penis
Merupakan organ corpulasi hewn jantan yag terdiri dari sebagian besar jaringan erektil
yang membungkus urethra pars extrapelvina. Penis terdiri daribagian radix, corpus dan glans
penis bagian ujung dimana orrificium externa bermuara.

12
Penis berbentuk silindris menmanjang dan ditutupi pereputium. Pangkal penis dimulai
dari daerah sekitar archus ischiadicus, dimana uretra pars extrapelvina bergabung menjadi bagian
dari penis.
Dalam penis terdapat :
 Glans penis yaitu ujung bebas penis
 Collum penis yaitu pangkal penis
 Corona glandis peningggian yang mengelilingi pangkal glans penis
 Fossa glandis yaitu permuakaan glans penis tempat muara
 Processus urethra yaitu peninggian orificium urethra externa
 Flexura sigmoid (pada sapi, bentukan huruf S pada corpus)

1. Organ Sex Accessorius


1. Vesicula Seminalis
Merupakan organ sex accesorius pertama yang dijumpai bila diurut dari tetis sampai ke
urethra pars extrapelvina. Letaknya di dorsal collum vesica urinaria . Jumlahnya 2 buah (kiri dan
kanan). Fungsinya sebagai zat nytrisi bagi spermatozoa.
2. Prostat
Terletak dis edikit caudal dari vesicular seminalis. Kelenjar terdiri dari dua bagian yang
saling berhubungan. Muaranya terletak dengan muara vesicular seminalis yaitu apda colliculuc
seminalis urethra. Banyak mengandung mineral.
3. Bulbo Urethralis
Jumlahnya dua buah di kanan dan di kiri urethra. Dengan kelenjar prostat kedudukannya
berada lebih di caudal sekitar archus ischiadicus. Secretnya banyak mengandung cairan pelican
sebagai pelumas, dan fungsinya sebagai pembersih an pelican urethra.

13
BAB IV
ORGAN GENITALIA FEMININA

Terdiri atas :
1. Ovarium
2. Oviduct
3.Uterus
4. Vagina
5. Vestibula vagina
6. Vulva

1. Ovarium
Ovarium merupakan organ genitalia utama yang menghasilkan ova(sel telur) yang
dibuahi spermatozoa dan akan berkembang sebagai individu baru. Orvarium juga menghasilkan
estrogen dan progesteron.
Ovariun jumlahnya 2, dikanan dan di kiri di cavum abdominal daerah sublumbar (pada
kuda di bawah os lumbalis 4-5). Besar ovarium kiri dan kanan tidak ama. Dan ovarium hewan
muda umumnya lebih basar disbanding hewan tua.
Masing-masing ovarium memiliki :
 facies, medial dan lateral yang membulat dan halus
 2 margo, mesovaricus yang diitutupi ligammnetum mesovarium dan margo bebas yang
ditutupi fossa ovulatory
 2 extremitas, anterior dan caudalis
Ovarium ditautkan pda posisi di daerah sub lumbar oleh ligamentum mesovarium yang
merupakan bagian ligamentum penggantung uterus.
2. Oviduct
Oviduct adalah organ berpasangan kiri dan kanan. Dan oviduct dihubungkan dengan
ovarium melalui suatu penonjolan seperti jari yang disebut fimbrie. Fimbrie berada di ujung
oviduct paling besar dinamakan infundibulum.
Oviduct dibagi atas bagian :
 Infundibulum :bagian ujung saluran,untuk menangkap sel teluryang diovulasi ovarium

14
 Isthmus : bagian terkecil oviduct
 Ampulla : bagian yang mengalami pembesaran dan berlanjut menjadi cornua uteri
 Ostium tuba uterine : hubungan antara ampulla dan cornua uteri
 Ostium obdominale tuba uterine : muara yang menghubungkan ovarium di daerah
infundibulum

Fungsi oviduct :
 Saluran yang mengangkut ova dari ovarium setelah diovulasi
 Saluran yang mengangkut sperma
 Tempat terjadinya fertilisasi

3. Uterus
Uterus adalah suatu organ muskuler yang merupakan lanjutan dari oviduct di cranial dan
berakhir pada suatu muara pada vagina di caudal. Sebagian besar uterus berada dalam cavum
pelvis dasn beberapabagian uterus terletak pada cavum abdominal.
Uterus terdiri dari :
 Cornua uteri, yang treletak di cavum abdomen. Bentuknya silindris, memeiliki 2 margo
yaitumargo mesometricus dan margo ventral convex yang bebas.
 Terdapat extremitas anterior cornua uteri berbentuk tumpul berhubungan dengan oviduct
 Extremitas posterior cornua uteri kiri dan kanan bersatu membentuk corpus uteri
 Bifurcation uteri merupakan tempat bersatunya cornua uteri kiri kanan
 Corpus uteri terletak sebagian di cavum pelvis dan bentuknya silindris, kadang memipih
dorso-ventral.
 Cervix uteri merupakan saluran bentuk khusus dari uterus yang memperantarai hubungan
uterus dengan vagina, didalmnya terdapat saluran disebut canal cervicalis. Terdapat
lipatan disebut cincin cervix uteri
 Terdapat 2 muara di cervix uteri yaitu orificium uteri internum dan orificium uteri
externum

15
Fungsi uterus :
 Transport spermatozoa
 Tempat terjadinya kebuntingan

Fungsi cervix uteri :


 Tempat pendeposisian semen pada kuda dan babi
 Tempat penyimpanan sementara rumen
 Transport semen
 Barier uterus terhadap kontaminasi

4. Vagina
Vagina merupakan saluran yang terbentang dalam cavum pelvis yang dimulai dalam
cavum pelvis dimulai dari cervix sampai vulva. Hubungan di dorsal berhubungan dengan rectum
dan di ventral berhubungan dengan vesica urinaria dan urethra. Anterior vagina diisi oleh
intravaginal cervix uteri. Pada daerah ini cavum vagina semakin menyempit dan membentuk
lekuk anuler disebut fornix vagina. Di bagian posterior berhubungan langsung dengan vestibula,
kecuali lipatan transversal yang menutup orificium urethra externa.

5. Vestibula dan Vulva


Yang membedakan vestibula dan vulva adalah bagian akhir dari tractus genitalia
feminine yang berbentuk corong sedang vulva merupakan ujung terluar yang berbentuk muara.
Vestibula merupakan kelanjutan dari vagina di cranial dan berakhir dengan vulvar cleft. Pada
manusia, batas vestibula dan vagina terdapat bentukan jaringan tipis disebut hymen. Vestibula
disusun oleh otot konstriksor vestibula, tubika mukosa dengan plika longitudinalnya.
Vulva merupakan orificium externa dari vestibula dan merupakan muara dari saluran
genitalia feminine. Tepi vulva membentuk peninggian seperti bibir disebut labia vulva. Terdapat
pertemuan dinamakan commisura dorsal. Bila labia dibuka maka terdapat massa membulat
disebut glans clitoridis. Di dekat citoridis terdapat muara urethra disebut orificium urethra
externa.

16
6. Urethra Feminina
Urethra pada hewan betina sedikit berbeda dengan urethra hewan jantan. Karena pada
betina setelah colliculus seminalis ia berjalan ke belakanag (dalam cavum pelvis) lurus kemudian
bermuara di daerah vestibula diantara labia sekitar commisura ventralis. Panjang urethra betina
jauh lebih pendek dibanding urethra musculina.
7. Glandula Mammae
Galandula mammae merupakan glandula kutaneus yang mengalami modifikasi dan
memiliki fungsi yang sangat dekat dengan organ genitalia betina dan dikatakan sebagai organ
genitalia accesorius betina. Fungsi utamanya adalah penghasil susu yang meruoakan sumber
makanan utama bagi bayi hewan yang baru lahir.
Jumlah glandula mammae pada kuda adalh 2 buah, terletak di daerah prepubicum
diantara garis median perut sampai dekat dada. Ia selalu berpasangan mengapit garis median.
Galndula mamae teriri dari massa glanduler yang disebut corpus mammae yang terdiri dari
massa granduler yang disebut corpus mammae dan papilla. Basisnya berhubungan dengan
dinding abdomen yang ditautkan jaringan areolar yang mengandung banyak plexus venosus dan
lemak.
Pada apex terdapat papilla. Diantara pangkal papilla terdapat sulcus yang disebut sulcus
intramammaria. Pada tiap papilla terdapat 2 orificium kecil yang merupakan muara ductus
lactiferous tempat memancar air susu.

17
BAB V
ANATOMI ORGAN KELAMIN JANTAN

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua organisme makhluk
hidup. Sedangkan fisiologi adalah salah satu dari cabang – cabang biologi yang mempelajari
seluk beluk proses serta kegiatan yang dilakukan oleh makhluk hidup (berlangsungnya sistem
kehidupan).
Agar pemeliharaan bisa dilakukan secara optimal petani ternak harus memahami serta
mengerti salah satunya tentang anatomi dan fisiologi dalam tubuh ternak. Dalam hal ini sangat
bermanfaat karena dengan mengetahui anatomi serta fisiologi ternak dapat mempermudah
peternak dalam mengidentifikasi penyakit yang dialami oleh ternak setelah ternak itu mati atau
masih dalam keadaan hidup. Selain keadaan dari ternak itu sendiri lingkungan ternak juga
dapatmempengaruhi kondisi ternak secara anatomi dan fisiologi ternak.

5.1 Anatomi Organ Reproduksi Ayam Jantan


Organ kelamin luar unggas jantan tidak terbentuk sempurna dan tidak ada kaitannya
dengan saluran deferen. Letaknya ditengah bagian bawah dari lipatan kloaka yang melintang.
Organ yang tidak terbentuk sempurna inilah yang dipakai orang sebagai pedoman jenis kelamin
anak ayam setelah menetas. Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda
spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran
reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis,
epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio,
testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari
ductus wolffii. Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a) organ
kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus (jamak: testes atau testiculae),
disebut juga orchis didymos, (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-
kelenjar vesikularis, prostata dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan
vas deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis ( Toelihere, 1979 dan
Marawali, 2001).

18
Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep), dektus
deferens (D.d) dan organ kopulasi pada kloaka (CI), secara lengkap ditunjukkan oleh Nesheim et
al. (1972) pada gambar berikut:

Organ reproduksi dan urinari pada ayam jantan (Nesheim et al, 1979)
1. Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada
bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Fungsi testis menghasilkan hormon
kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990). Pada
unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979).
Ayam tidak memiliki skrotum di sebelah luar tubuh seperti pada jenis ternak yang lain. Testis
berbentuk lonjong, berwarna kuning pucat, dan memiliki anyaman pembuluh darah dan
berwarna merah dipermukaan. Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu
1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon
kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH
(Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari
Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).
Struktur-struktur testis meliputi;
a. Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak
mengandung pembuluh syaraf dan darah.
b. Septum testis;

19
c. Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan
merupakan isi dari Lobulus;
d. Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus;
e. Ductus efferentis;
f. Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang
dimulai pada ujung proximal testis.
g. Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis
membelok ke atas;
h. Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis
yang membelok ke atas.
i. Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere 1979, Marawali
2001).

Testis terdiri atas banyak saluran pipa kecil sangat elastic dan panjang bekelok kelok
yang berfungsi mengeluarkan sperma. Saluran berkelompok dan dipisahkan oleh selaput halus di
sekitarnya dan di sebut tabung seminiferus.

Gambar testes

20
2. Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Setiap
bagian testis memiliki satu epididimis yang menempel pada dinding bagian luar testis.
Merupakan saluran yang berbelah belah yang berfungsi untuk alat transport, penyerapan air,
pendewasaan dan penyimpanan sperma. Serta berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah
kaudal menuju ductus deferens. Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis
berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985).
Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok
yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam
ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus
epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok
ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada

21
bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa
benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).

3. Duktus deferens/ vas deferens


Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua
tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka
sebelah lateral urodeum. Fungsinya menyalurkan sperma ke kopulasi. Vas deferens atau ductus
deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot
licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya
mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001). Salisbury
(1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke
atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas
deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain
pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis.
Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang
membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas
deferens menjadi lurus dan bersama- sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut
syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam
cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica
urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae .

22
4. Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada
dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi (Nesheim et al.,
1979). Fungsi kopulasi : alat untuk mengeluarkan sperma.
5. Kloaka
Merupakan alat pelindung alat reproduksi. Dan bukan termasuk organ reproduksi. Kloaka
mempunyai otot spinter dan selalu tertutup rapat dan hanya membuka pada saat membuang
kotoran dan kapalatis.

5.2 Fertilisasi
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbedea,
yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang disebut zygote. Secara
embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh sperma dan secara genetik
merupakan pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum (Toelihere,1985).

Gambar ……Fertilisasi pada ayam (Nuryati et al, 1998)

23
Hanya beberapa lusin sel sperma yang dapat mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang
bisa masuk ke dalam zona pelusida yang akhirnya hanya satu buah sperma yang bisa membuahi
ovum (Nalbandov, 1990) Begitu pula pada unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan
mencapai infundibulum dan akan menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih
betina, sehingga terbentuk calon embrio. Telur yang di buahi di sebut telue fertil dan telur yang
tidak dibuahi disebut telur konsumsi (Nuryati et al, 1998)

Perkawinan alami pada ayam (Nurhayati et al, 1998)

Irama Bertelur
Irama bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan sistem syaraf karena
adanta variasi panjang siang dan malam yang mempengaruhi sistem syaraf sehinggga
mengakibatkan pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi merupakan
suatu proses yang peting untuk suatu awal produksi telur (Nesheim et al., 1979)

Pengaruh Cahaya Terhadap Peneluran


Manajemen pengaturan cahaya sangat mempengaruhi proses integral dalam produksi telur.
Pengaturan pemberian cahaya dalam manajemen ayam petelur dengan waktu 12 sampai 14 jam
dalam satu hari yang tebagi menjadi waktu gelap dan waktu terang, mengingat ayam mempunyai

24
sifat sangat sensitif terhadap waktu penyinaran. Waktu penyinaran ini mempengaruhi sifat
mengeram, dewasa kelamin, periode bertelur, produksi telur dan tingkah laku sosial perkawinan
(Nesheim et al, 1979).
Penerimaan cahaya pada ayam akan mengakibatkan rangsangan terhadap syaraf pada
syaraf optik, yang dilanjutkan oleh syaraf reseptor ke hipothalamus untuk memproduksi hormon
releasing factor selanjutnya merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkan FSH dan
LH. HRS juga merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkanoksitosin (Nesheim et al,
1979). Hasil sekresi komponen telur tersebut akan mengakibatkan terjadinya perkembangan telur
pada oviduk, sehingga dihasilkan telur utuh di dalam oviduk setelah didahului proses ovulasi
(Nalbandov, 1990).
Proses pembentukan komponen telur di dalam oviduk berlangsung dengan adanya
hormon estrogen, juga terjadi pembentukan granula albumen oleh stimulasi dari hormon
androgen dan progesteron sampai tercapai telur sempurna (Nalbandov, 1990). Setelah telur
sempurna, maka pituitaria pars anterior akan mensekresikan oksitosin yang meragsang oviduk
sehingga terjadi ovoposition dan merangsang uterus untuk mengeluarkan telur pada proses
peneluran (Nesheim et al, 1979).

25
BAB VI
ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK JANTAN

Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh
tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak
dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa
kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat
berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya
mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam skrotum,
saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris. Alat kelamin jantan dibagi menjadi
alat kelamin primer berupa testis dan alat kelamin sekunder berbentuk saluran-saluran yang
menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu vas deferent, epididimis, vas deferent, dan penis
yang di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan aksesoris
keluar pada waktu ejakulasi.
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a) organ kelamin
primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut
juga orchis didymos, (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar
vesikularis, prostata dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas
deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis ( Toelihere, 1979 dan
Marawali2001). Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1)
mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin
jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle
Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas
pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).
a. Struktur-struktur testis meliputi; a) Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung
testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh syaraf dan darah. b) Septum testis; c)
Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan
merupakan isi dari Lobulus; d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara
epididimis dengan Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput Epididimis, membentuk suatu
tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis. g)
Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya

26
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis
membelok ke atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada
bagian bawah testis yang membelok ke atas. i) Vasdeferens, terentang dari ekor
epididimis sampai urethra (Toelihere 1979, Marawali 2001). Epididimis Epididimis,
suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia,
terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis)
membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada
ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan
menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus
epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan
jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes
epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian
epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan
hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat
diraba (Marawali, 2001). Vas deferens Vas deferens atau ductus deferens mengangkut
sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya mencapai
2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001). Salisbury
(1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah
testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di
tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf
dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang
abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan
urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum.
Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama- sama buluh-buluh
darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang
berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens,
yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan
membesar membentuk ampullae .
b. Ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm,
diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya

27
2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil
(Marawali, 2001). Sperma diangkut dari ekor epididimis ke ampula di bantu dengan
gerakan peristaltik vas deferens. Kelenjar-kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa
dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara manual untuk memperoleh semen (Toelihere
1979, Marawali 2001). Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor
epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam
mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum, untuk mengamati gambaran
eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot licin tersebut di kupas sampai
testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan
berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati
cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh
darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas
deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar
hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan
dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus
dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk
funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum
abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica
urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis
(Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai
1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 – 2.5 cm,
sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali,
2001).

28
Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells),
spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih
besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala
kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli
menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari
sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200.
berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi
bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan
dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder dan
untuk tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk
mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands), produksi
spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi jantan. Sedangkan perannya
dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan kondisi optimum pada
spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam saluran

29
reproduksi betina. 3.1.2. Alat Reprodusi sekunder a) Vas deverent dan uretra Vas
deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal
dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang
sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas
deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing
dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut
ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan
mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa
dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.
Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan
dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing
dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks
antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan ciran sekresi
darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi
semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba.
Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya
spermatozoa. b) Penis Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari
titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium
urethra eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis
mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure) sehingga penis
dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda
mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks
memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis
ke dalam tubuh kembali. Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih
banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapi
dan babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous.
1. Sponge terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang
merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus
bulbospongiosum pada pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis,
merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal
dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari

30
musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus
ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal
bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada
umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi
penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks,
tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika
tidak ereksi. Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Tipe
muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan sebagainya.
2. Tipe fibroelastis terdapat pada sapi ,domba, kambing,babi,rusa, dan kerbau. Penis
mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada waktu ejakulasi
dan mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan penis terutama kepala
penis (glans penis ) sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka
terhadap segala rangsangan ,serperti panas, dingin atau sakit.hal ini penting untuk
diperhatikan terutama pada waktu pengambilan air mani seekor pejantan dengan
memakai vagina buatan. Perlakuan yang kasar dan suhu yang panas atau dingin,
demikian pula permukaan yang terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan
terganggunya proses ejakulasi , sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang.
Oleh karena itu, suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari
pengambilan air mani dengan memakai vagina buatan.penis mempunyai persediaan
daraah yang besar dan permukaan yang lunak karena itu penis mudah sekal;i terluka dan
pendarahan bisa cepat terjadi. Preputium Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti
sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada
ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan
perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar
lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen
dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk
menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel
pada rambut tersebut
c) Skrotum dan kauda spermatikus. Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus
pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di

31
antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang
mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang
licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat.. Kantong skrotum terdiri dari
beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat di
dalamnya. Lapisan kedua adalah tunika dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit
kecuali pada bagian dorsal dari kantong skrotum. Lapisan ketiga adalah tunika vaginalis
yang mempunyai pelebaran sampai ke peeritoneum dari rongga perut. Tunika vaginalis
mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang membungkus testis dan epidididmis,
lapisan pariental yang bersatu dengan rongga skrotum. Fungsi skrotum adalah
melindungi testis dari gangguan luar, berupa pukulan, panas, dingin, dan gangguan-
gangguan mekanis lainnya, fungsi terpenting adalah memcegah menurunnya suhu testis
sampai beberapa derajat di bawah suhu tubuh sehingga memungkinkan terjadinya proses
spermatogenesis secara sempurna. d) Epididimis Merupakan saluran eksternal pertama
yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan
testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis,
nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia
yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun
sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan
dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter
pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus
epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan
urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti
dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah
epithelial. *Fungsi Epididymis Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama
yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam
epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11,
dan 9-14 hari.
Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam epididymis, yaitu
diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh produksi spermatozoa baru dari
dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan tekanan pada rete testis, vasa efferentia dan

32
sampai pada epididymis. Gerakan spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan
pada testis dan epididymis, hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan
atau gerak untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan
spermatozoa dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic
melibatkan otot daging licin epididymis dan tekanan negative yang ditimbulkan oleh
kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa dapat bergerak secara aktif
dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra. Konsentrasi. Fungsi yang kedua
adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis
bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta
per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa
dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya
terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal
testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari
corpus epididymis. Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi
(penyimpanan) spermatozoa. Sebagian besar disimpan pada cauda, dimana spermatozoa
terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar. Epididymis sapi jantan dewasa
berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi, pH rendah, konsentrasi CO2
tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone, dan factor-faktor lain
bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai laju metabolisme yang
rendah dan dapat hidup lama. Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap fertile dalam
waktu kira-kira 60 hari dalam epididymis. Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal
dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas.
Spermatozoa setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan motilitas.
Jika kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada
terdekat dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai 25 hari,
sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan
fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa, maka semakin hilang
kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar dari epididymis. Sementara
spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan butir protoplasma (cytoplasmic
droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa selama spermatogenesis. 3.1.3. Kelenjar

33
– Kelenjar Tambahan Kelenjar – kelenjar tambahan (accessory glands) berada di
sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran –saluran yang
mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar tambahan ini
terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau
kelenjar cowper. Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan
semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar tambahan ini
mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang
diperlukan bagi motilitas dan fertlitas. Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga
sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai
lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang
kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13
– 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai
ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba
mempunyai 11 kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm.
saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla
dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dariseparuh
volume total dari semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai
mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang
unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh.
Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol,
merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi
pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung
dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam
mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen,
hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa. Kelenjar Prostate.
Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan
sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular.
Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda
dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot
daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan
semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa

34
laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate
sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung
banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan. Kelenjar
Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak
sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini
mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada
sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging
bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi
kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum
terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat
sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai
menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan
dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan – gumpalan ini
menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis
cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.

35
BAB VII
ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK BETINA

Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas sepasang ovarium atau penghasil telur. Saluran
reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii atau oviduct, uterus atau rahim, cerviks atau leher rahim
dan vagina. Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris.
1. Ovarium
Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena fungsinya untuk
menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium
bersifat endokrin dan bersifat sitogenik. Bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan
hormon yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga bersifat
sitigenik artinya bahwa ovarium juga mampu menghasilkan sel yaitu ovum atau sel telur. Oleh
karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda
dengan ternak-ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya satu yaitu
dibagian kiri sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter. Pada ternak atau hewan menyusui
maka jumlahnya adalah sepasang, yang letaknya dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan
dan kiri. Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari jenis ternak,
umur dan masa reproduksi ternak.
Bentuk ovarium pada kebanyakan species hewan adalah hampir sama yaitu seperti biji
almond, tetapi ada beberapa ternak yang mempunyai bentuk ovarium yang berbeda seperti pada
ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya folikel dan corpus
lutea. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti kacang karena adanya fosa ovarii.
Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada dasarnya pada hewan dapat dibedakan
dua sifat dalam melahirkan anak yaitu hewan yang bersifat polytocus yaitu melahirkan anak
dalam jumlah banyak dalam satu kali kelahiran seperti babi, kucing dan tikus sehingga
bentuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah termasuk dalam golongan
hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat panjang atau bundar. Bentuk dan Berat
Ovarium dijelaskan pada Tabel di bawah ini.

36
Tabel 1. Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak

Sumber : Fransond, 1992

Bagian ovarium terdiri atas bagian medula atau bagian sentral dan merupakan bagian
yang berongga (vaskular). Sedangkan bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat iregular
yang padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat yang padat yaitu tunika
albugenia. Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan suatu lapis tunggal dari epitel
germinal atau disebut sel kelamin primer.
Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat dalam ovarium. Komponen tersebut adalah
follikel dan korpus luteum. Kedua komponen ini memegang peranan penting dalam proses
reproduksi.
2. Folikel
Folikel dalam pertumbuhannya mengalami empat tahap yaitu:
a. Folikel primer. Folikel primer merupakan suatu sel besar, dimana dalam tiap folikel
terdapat oosit yang dikelilingi oleh suatu lapis tunggal dari sel-sel folikel dan disebut
membrana granulosa . Folikel primer ini terjadi sejak ternak betina masih dalam
kandungan. Letak folikel primer ini berada langsung di bawah kulit ovarium atau tunika
albugenia
b. Folikel sekunder. Folikel sekunder letaknya agak jauh dari permukaan ovarium. Sel-sel
granulosanya lebih banyak dan ovumnya dilapisi oleh pembungkus tipis yang disebut
membrana vitelina.
c. Folikel tertier. Folikel tertier merupakan perkembangan dari folikel sekunder, dimana sel-
sel granulosanya tampak lebih besar dan letaknya jauh dari korteks ovarium.
Pertumbuhan sel granulosa antara bagian luar dan bagian dalam tidak sama menyebabkan

37
terbentuknya rongga atau antrum-antrum yang semakin lama besarnya bertambah
sehingga membentuk menjadi satu antrum yang besar.
d. Folikel de Graaf. Ova didalam folikel primer semakin besar. Sel-sel folikel berganda
menjadi beberapa lapis, hingga membentuk folikel yang masak. Dalam folekel de graaaf
ini ovum terbungkus oleh masa sel yang masak yang disebut cumulus ooporus. Ovum
bersama cumulus ooporus menonjol kedalam ruang antrum yang penuh dengan cairan
folikel. Cairan folikel ini mengandung hormone estrogen. Sel-sel granulosa yang
membungkus ovum disebut corona radiata. Folikel degraaf setelah membentuk sejumlah
cairan terus membesar dan mendorong ke arah permukaan ovari.
3. Ovulasi
Folikel yang telah masak (folikel de Graaf) akan menonjol keluar melalui korteks ke
permukaan ovarium. Dalam pertumbuhannya, folikel de Graaf mempunyai dua lapis sel stroma
cortex yg mengelilingi sel-sel folikuler. Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca foliculi yang
dapat dibagi atas theca interna dan theca externa. Sebelum ovulasi, folikel yang dibentuk untuk
menghasilkan ovum mencapai ukurannya yang maksimal. Bertepatan dengan itu suatu cairan
folikel segera di sekresikan dan buluh-buluh darah berkonstriksi.
Pemecahan folikel de Graaf terjadi sewaktu ovum dilepaskan dari ovarium yaitu pada
daerah stigma. Stigma semakin lama menipis dan mengembung kepermukaan ovarium. Stigma
yang mengembung segera pecah melepaskan sedikit cairan folikuler. Cairan folikuler bergerak
melalui celah tersebut dan membawa ovum. Pecahnya folikel de Graaf yang membawa ovum
keluar sering diistilahkan dengan sebutan “ ovulasi”. Setelah ovulasi maka folikel akan menciut.
Dan ovulasi ini diikuti oleh pendarahan yang cukup meluas didalam rongga folikel.
4.Corpus Luteum
Luteunasi adalah proses pembentukan corpus luteum oleh sel-sel granulose dan selsel
theca. Segera sesudah ovulasi, terjadi kawah pada permukaan ovarium. Kawah tersebut
kemudian diisi oleh darah dan lymphe sehingga berwarna merah, dan membentuk corpus
haemorrhagicum. Darah ini cepat membeku dan diresorbsi. Kemudian rongga ini diganti dan
diisi oleh sel-sel lutein yang semakin lama semakin banyak. Pada ternak sapi, sel-sel lutein
mengandung suatu pigmen lipochrom kuning (lutein).
Apabila kebuntingan terjadi maka corpus luteum akan mempertahankan ukuran besarnya
dan disebut sebagai corpus luteum verum. Sedangkan apabila tidak terjadi bunting disebut

38
corpus luteum spurum. Jika tidak terjadi fertilisasi (peleburan sel telur dan sel sperma) maka
corpus luteum beregresi karena aktifitas hormon progesteron menurun, dan memungkinkan
folikel de Graaf yang lain menjadi matang. Kemudian corpus luteum beregresi akan mengecil
dan berwarna pucat dan disebut corpus albicant.
Aktifitas FSH (Follicel Stimulating Hormone) akan semakin dipacu lagi yang
menyebabkan perkembangan folikel tersier menjadi folikel de Graaf. Pengecilan corpus luteum
disertai dengan munculnya tenunan pengikat, lemak dan struktur semacam hialine di antara sel-
sel luteum. Hal ini akan mempercepat regresi sel luteum dan akhirnya sel luteum dan akhirnya
sel luteum tidak terdapat lagi. Bekas tempat corpus luteum berubah menjadi jaringan parut yang
berwarna coklat kepucat-pucatan, yang kemudian disebut corpus albicans.
5.Fertilisasi
Fertilisasi yaitu peristiwa bersatunya sebuah spermatozoa dengan sebuah ovum.
Fertilisasi terjadi diuatu tempat dalam oviduct, tepatnya didaerah ampula yaitu pada bagian
Ampula Isthmus Junction (AIJ). Pada saat ovum bertemu dengan spermatozo, ovum masih
terbungkus oleh banyak sekali sel-sel granulosa. Untuk dapat mencapai inti sel ovum,
spermatozoa harus menembus segerombol sel-sel granulosa yang membungkus sel ovum,
mucoprotein atau zona pellucida yang langsung membungkus sel ovum dan membran vitelin
atau dinding ovum.
Setelah memasuki perjalanan yang cukup panjang dan penuh seleksi yang ketat, maka
sperma yang tangguh dapat memasuki ampula. Spermatozoa yang telah memasuki ampula pada
umumnya menjadi aktif bergerak karena dalam ampula terdapat cairan ampula yang berfungsi
untuk mengaktifkan pergerakan spermatozoa. Dengan kekuatan dibagian ekornya, sprma akan
menyusup diantara sel-sel granulosa. Selsel granulosa satu sama lain direkatkan oleh asam
hyalurobate.
Spermatozoa akan terus berusaha untuk menekan lapisan zona pellucida hingga tembus.
Kemudian kepala spermatozoa akan bersentuhan dengan membran vitelin maka terjadilah reaksi
zona yaitu suatu reaksi dari zona pellucida untuk tidak dapat ditembus oleh spermatozoa yang
lain. Reaksi zona ini disebabkan oleh adanya suatu zat yang dilepaskan oleh granula kortika yang
berasal dari membran vitelin.
Reaksi zona berjalan bertahap yaitu dari mulai disekitar lubang yang dibuat oleh
spermatozoa sampai meluas keseluruh permukaan zona pellucida. Reaksi zona ini berfungsi

39
melindungi ovum dari spermatozoa lain yang juga ikut berusaha untuk membuahi ovum dan
mencegah terjadinya sel-sel triploid. Setelah kepala sperma menyentuh membran vitelin,
terjadilah aktivasi ovum untuk menerima tamu. Membran vitelin memperlihatkan reaksi terhadap
sentuhan kepala spermatozoa. Ditempat sentuhan terjadi tonjolan kecil dari membrane vitelin
dan kemudian terbuka. Kemudian kepala sperma menyusup masuk kedalam sito plasma dan
kemudian terjadilah pembelahan inti sel ovum
Setelah kepala sperma terputus dan berlahan-lahan mulai mengembung maka
mengakibatkan hilangnya bentuk kepala sperma. Inti sel sperma juga terlihat pudar, tetapi
nucleoli menjadi jelas. Kejadian ini diikuti dengan terurainya khromosom dari inti-inti sel ovum
dan spermatozoa. Khromosom dari kedua inti berpasang-pasangan dan membentuk inti baru.
Perjalanan Spermatozoa menemui ovum dalam organ reproduksi ternak betina tertera pada
Gambar 1.

Gambar 1. Perjalanan Spermatozoa Menemui Ovum dalam Organ Reproduksi Betina (Sumber:
Koleksi Vedca)

6. Tuba Fallopii (Oviduct)


Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct. Saluran ini
menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduct merupakan saluran kecil yang panjang
40
dan berkelok-kelok. Bagian oviduct terdiri atas: Infundibulum, ampula dan bagian yang terakhir
yang berhubungan langsung dengan uterus disebut istmus. Infundibulum merupakan bagian yang
paling ujung dari oviduct dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan
berjumbai-jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk infundibulum berbentuk kapsul.
Bagian ujung dari infundibulum membentuk fimbrae. Fimbrae ini letaknya dekat sekali dengan
ovarium bahkan biasanya menyelimuti ovarium. Fimbrae mempunyai sifat ovotoxis artinya
bergerak kearah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Fimbrae ini dapat
mengusap-usap ovarium untuk mem percepat proses ovulasi, dapat mengambil ovum yang jatuh
kedalam ruang abdomen dan bahkan Fimbrae kiri dapat menangkap ovum yang di ovulasikan
dari ovarium kanan dan sebaliknya
Fungsi dari oviduct adalah :
 menerima telur yang diovulasikan ovarium
 menerima spermatozoa dari uterus
 mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa
 menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zigote) ke dalam uterus
 menyeleksi sperma.
Bagian oviduct yang mempunyai konstruksi khusus dan disebut utero tubal junction
(UTJ) mempunyai fungsi untuk me nyeleksi sperma yang akan masuk kedalam tuba fallopii dari
uterus. Adanya cairan oviduct menyebabkan spermatozoa mengalami proses pendewasaan
7. Uterus
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau corpus uteri, tanduk uterus (cornu
uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip dan cerviks atau leher uterus.Bentuk uterus pada
setiap jenis hewan bervariasi. Bentukbentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah : uterus
duplex, yaitu uterus yang uterus yang serviksnya ada dua buah, corpus tidak ada dan cornunya
terpisah satu dengan lainnya. Bentuk uterus ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan
marmot. Uterus bikornua, yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uterinya sangat
pendek. Sebagai contoh terdapat pada ternak babi. Uterus bibartitus yaitu uterus yang
mempunyai serviks satu dan corpus uteri cukup jelas dan panjang. Sebagai contoh terdapat pada
hewan sapi, uterus simpleks yaitu uterus yang tidak mempunyai kornu uteri, corpus uterinya
besar dan mempunyai satu cerviks. Sebagai contoh terdapat pada bangsa primata.

41
Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu :
 membran serosa merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan dinding luar
 myometrium atau lapisan urat daging licin, yang mengandung urat syaraf dan pembuluh
darah
 endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen uterus dan terdiri atas epitel,
lapisan kelenjar dan jaringan pengikat.

Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi. Yaitu sejak estrus
sampai bunting dan melahirkan.
Fungsi uterus adalah :
 Pada saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus
menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan
dirinya (kapasitasi) sehingga semakin tinggi kemampuannya untuk membuahi ovum pada
saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga mampu mengangkut spermatozoa dari
uterus ke tuba fallopii.
 Pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjar-kelenjar endometrium mulai
berkembang dan tumbuh memanjang dan menghasilkan cairan uterus yang merupakan
substrat yang cocok untuk pertumbuhan embrio muda.
 Pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka telur yang tidak dibuahi oleh
sperma, didalam uterus akan diresorbsi oleh endometrium.
 Pada saat kebuntingan uterus membesar secara berlahanlahan sesuai dengan pertumbuhan
embrio.
 Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi sedemikian kuat sehingga dapat
mengangkut fetus yang sedemikian beratnya untuk melampaui simfisis pelvis dan keluar
dari badan.
 Pada saat selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali
atau involusi.
8. Cerviks (Leher Rahim)
Cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat
estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cerviks terletak di antara uterus dan vagina, dan
merupakan pintu masuk kedalam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan

42
siklus berahi. Pada saat berahi serviks agak relaks sehingga memungkinkan spermatozoa dapat
masuk dalam uterus. Kemudian pada saat kebuntingan maka sel-sel goblet yang terdapat pada
cerviks akan memproduksi mucus dalam jumlah yang besar sehingga dapat mencegah masuknya
zatzat yang membawa infeksi dari vagina kedalam uterus. Lumen serviks terbentuk dari
beberapa gelang-gelang penonjolan dari mucosa cerviks yang dapat mengecil dengan kuat sekali.
Fungsi cerviks yang utama adalah untuk menutup lumen uteri sehingga tidak memberi
kemungkinan untuk masuknya jasad renik baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab
itu lumen serviks selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan pada saat
berahi lumen serviks akan membuka sedikit sehingga spermatozoa dapat masuk.
9. Vagina
Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pelvis, diantara cerviks
dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang berhubungan
dengan vulva dan partio vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah cerviks. Pada ternak betina
dara, terdapat selapus tipis yang merupakan sekat atau batas antara vestibulum vaginae dan
partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen. Vagina berperan sebagai selaput yang menerima
penis dari hewan jantan pada saat kopulasi
10. Vulva (Pudendum Femininum)
Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai
kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis uretral
eksternal. Pada berbagai jenis ternak bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri atas labio
mayor dan minor. Kemudian bagian paling bawah dari vulva terdapat klitoris yang merupakan
organ yang asal usul embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “IlmuTernak%20UnggasKerangka.” 03 2014. http://pertanian.uns.ac.id/ (accessed 12 2,


2014).

Anonim. “IlmuTernak%20UnggasKerangka.” 03 2014. http://pertanian.uns.ac.id/ (accessed 12 2,


2014).

Anonim. 2009. Sistem Reproduksi. http://zonairfanto.wordpress.com/2009/02/15/sistem-


reproduksi/. (diakses pada tanggal 26 Mei 2009).

Ariana. 2009. Makroanatomi Organ Genitalia Betina (Kuliah Pengantar tanggal 27 Mei 2009)

Frandsond, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak . Edisi Keempat. Penerjemah B.
Srigandono dan K. Praseno. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. Sixth Ed. Lea and Febiger. Philadelphia

Pangestiningsih, Tri W. 2009. Perkembangan Organ Urogenital (Kuliah Pengantar tanggal 27


Mei 2009)

Salisbury, G.W. dan N.L. Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada
Sapi . Diterjemahkan oleh R. Djanuar. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta.

Sisson and Grossman. 1974. Anatomy of Domestic Animals.

Soebadi,P. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Soepardiman, 2009. Anatomi dan Fisiologi sistem Reproduksi Wanita.


http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob5.html.

Sorensen, A.M. 1975. Animal Reproduction: Principles and Practices McGraw Hill Book
Company. New York

Srigandono,B. dan Koen Praseno. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed. Ke-4. Terjemahan.
R.D. Frandson: Anatomy and Physiology of Farm Animals. Gajah Mada Univ. Press.
Yogyakarta.

Wendo, Woro, Drh. 2009. Struktur Makroanatomi Organ Genitalia Betina (Kuliah Pengantar
Blok 6 Pada tanggal 26 Mei Tahun 2009)

Yatim, wildan. 1994. Embryologi. Bandung: tarsito.

44

Anda mungkin juga menyukai