Anda di halaman 1dari 72

RESUME PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

KELAS PERANCANGAN ALAT PROSES-01

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2018
DAFTAR ISI

Topik 21: Jenis HE Berdasarkan Fungsinya ........................................................................................... 3


Topik 22: Kriteria Pemilihan Jenis HE yang Populer ............................................................................. 5
Topik 23: Jenis dan Spesifikasi HE S&T.............................................................................................. 11
Topik 24: Jenis dan Spesifikasi HE P&F .............................................................................................. 15
Topik 25: Mekanisme Proses Perpindahan Kalor dan Cara Kerja HE S&T ......................................... 19
Topik 26: Mekanisme Proses Perpindahan Kalor dan Cara Kerja HE P&F ......................................... 22
Topik 27: Kriteria Penempatan Aliran .................................................................................................. 23
Topik 29: Case Study Perhitungan S&T ............................................................................................... 24
Topik 30: Case Study Perhitungan P&F ............................................................................................... 28
Topik 31: Kriteria Pemilihan Bahan untuk HE S&T ............................................................................ 32
TOPIK 32: Kriteria Pemilihan Bahan untuk HE P&F .......................................................................... 38
TOPIK 33: Case Study Perhitungan Menggunakan Software untuk HE S&T ..................................... 41
Topik 34: Case Study Perhitungan Menggunakan Software untuk HE P&F ....................................... 43
Topik 35: Case Study Desain HE S&T vs Existing (termasuk bahan dan harga) ................................ 48
Topik 36: Case Study Desain HE P&F vs Existing (termasuk bahan dan harga) ................................. 53
TOPIK 37: Case Study HE Jenis Tubular ............................................................................................. 58
Case Study ............................................................................................................................................ 58
Topik 38: Case Study HE Jenis Spiral .................................................................................................. 62
Topik 39: Case Study HE Jenis Rotary ................................................................................................. 69

ii
Topik 21: Jenis HE Berdasarkan Fungsinya

Ada delapan jenis

• Heat Exchanger
• Cooler
• Condenser
• Heater
• Evaporator
• Chiller Terdapat dua jenis, yaitu
• Reboiler
o Pipe Coil: Media pendingin
Air Cooler berupa air. Ada 3 jenis yaitu
Spiral Coil, Pipe Coil, dan
Heat Exchanger itu sendiri adalah suatu alat
Box Cooler
yang digunakan untuk memindahkan panas
o Air Cooler: Media pendingin
antara dua buah fluida atau lebih yang
berupa udara
memiliki perbedaan temperature di mana
3. Condenser
perpindahan panas terjadi dari fluida yang
Berfungsi mengembunkan uap atau
bertemperatur tinggi ke fluida yang
menyerap kalor laten penguapan.
bertemperatur rendah. Perpindahan panas
Media pendingin berupa air. Ada 3
tersebut baik secara langsung maupun secara
jenis
tidak langsung.
1. Heat Exchanger
Berfungsi sebagai media
perpindahan kalor antara dua fluida.
Umumnya perpindahan kalor terjadi
antara fluida proses dengan fluida
utilitas

o Partial Condenser: Hanya


mengembunkan sebagian dari
total uap yang dihasilkan
(kondensat) yang dipakai
sebagai reflux. Condenser ini
biasanya dipasang dekat
2. Cooler puncak dalam fraksinasi.
Berfungsi mendinginkan fluida o Overhead Condenser:
proses. Fluida yang digunakan bisa Memerankan 3 hal pada saat
berupa air atau udara. bersamaan yakni
mendinginkan uap,
3
mengembunkan uap menjadi o Forced Circulation
cairan, kemudian o Agitated Thin Film
mendinginkan menjadi cairan
tersebut 6. Chiller
o Surface Condenser: Berfungsi mendinginkan fluida pada
Berfungsi untuk temperatur rendah. media
mengkondensasikan steam, pendinginnya dapat digunakan air,
yang mana kondensasi ini propane, Freon, ataupun amoniak
dijalankan dengan tekanan
vakum. Untuk membuat
tekanan vakum digunakan
ejector.

4. Heater
Berfungsi memanaskan fluida
proses. Media pemanas berupa steam
atau air panas
7. Reboiler
Berfungsi menyuplai kalor yang
diperlukan bottom product pada
proses distilasi. Media pemanas
dapat berupa steam atau fluida panas
(misalnya residu).

5. Evaporator
Berfungsi memekatkan suatu larutan
dengan cara menguapkan airnya.
Media pemanas berupa steam atau
pemanas lainnya. 8. Air Cooled Exchanger
Berfungsi mendinginkan fluida pada
suhu ambient dengan udara

Ada 4 jenis yaitu


o Falling Film
o Rising Film

4
Topik 22: Kriteria Pemilihan Jenis HE yang Populer

Definisi
• Alat yang berfungsi untuk mentransfer energi panas (entalpi) antara dua atau lebih fluida,
antara permukaan padat dengan fluida, atau antara partikel padat dengan fluida, pada
temperatur yang berbeda serta terjadi kontak termal.
Kriteria
Hal-hal utama yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis HE adalah:
• Luas permukaan yang terkontak (coverage)
• Tekanan
• Beda suhu
• Jenis fluida (fouling)
1. Shell & Tube HE
• Heat exchanger tipe shell & tube menjadi satu tipe yang paling mudah dikenal. Tipe ini
melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di dalam tube,
sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam
sebuah ruang berbentuk silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-
pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell.
• Shell and tube heat exchanger diklasifikasikan dan dikonstruksi berdasarkan standar yang
ada, seperti: standar TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association), DIN, ASME
(American Society of Mechanical Engineers)
• Shell & Tube heat exchanger biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan
tekanan yang lebih besar dari 30 bar dan suhu yang lebih besar dari 260 ° C).

5
Prinsip kerja
• Dengan menukar kalor yang akan dibuang dari fluida panas tanpa adanya kontak langsung
dengan fluida dingin yang akan menerima panas tersebut. Dimana fluida yang mengalir di
dalam tube dengan temperature tinggi akan memberikan sebagian kalornya kepada fluida
di dalam shell yang temperaturnya lebih rendah, dapat juga terjadi sebaliknya.
Kriteria Pemilihan
1. Type of Duty
• Dapat digunakan untuk semua jenis media pemanas atau pendingin ; fase gas dan uap,
untuk evaporasi dan boiling, kondensasi, dan slurry
• Slurries tidak dapat di handle pada sisi shell
2. Operating Limitation
• Dapat didesain pada banyak kombinasi suhu (diatas 260 oC)dan tekanan (diatas 30 bar)
3. Material of Construction
• Dapat difabrikasi pada banyak jenis material
• Pada umumnya tube berbahan metalic, tetapi beberapa pabrik menawarkan unit tube
dengan bahan graphite, plastic atau silicon carbide.
4. Fouling
• Dapat dibersihkan secara mekanik pada sisi tube
• Cenderung terjadinya fouling pada sisi shell, tetapi dapat didesain secara mekanik
untuk pembersihan pada sisi shell
• Jika fluida memiliki viskositas yang tinggi, tidak disarankan menggunakan S&T
karena memungkinkan terjadinya fouling semakin besar dan sulitnya pembersihan
(bongkar-pasang) pada alat ini
5. Safety and Reliability
• Secara umum sangat baik, namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
sambungan tubesheet, korosi pada dead zone disekitar baffles, dan getaran tube
6. Inspection and repairs
• Dengan bundle yang dapat dilepas, semua bagian dapat diperiksa secara visual.
• Dengan desain tubesheet tetap, hanya sisi tabung dapat diperiksa secara visual, tetapi
teknik pengukuran ketebalan melalui ultrasonik dapat berguna untuk menghitung
kondisi tabung
7. Dimensions and weight
• Rasio surface/volume yang kecil (50-120 m2/m3)
8. Cost

6
Gambar Harga untuk unit HE pada plant

Gambar Harga untuk penginstallan HE

7
Kelebihan Kekurangan
Sangat umum digunakan pada industri dan mudah Efisiensi thermal yang kecil
digunakan dibandingkan dengan plate &
frame
Mudah dalam perawatan Terdapat dead zone di sisi shell
yang dapat menyebabkan
masalah korosi
Konfigurasi yang dibuat dapat memberikan luas
permukaan yang besar (> 200 ft2) dengan volume yang
kecil
Memiliki rentang tekanan operasi yang tinggi( diatas 30
bar) dan temperature yang tinggi (diatas 260 oC)
Konstruksi mekanik dapat lebih menahan masalah proses
dan fisik dan dapat dibuat dari berbagai material
Heat exchanger ini dapat digunakan untuk
pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi
segala macam fluida.

Aplikasi
• Power condenser
• oil coolers
• Preheaters
• Steam generators
2. Plate and Frame HE
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan
yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui
dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang
lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Dinding plat biasanya terbuat dari logam, atau zat lain dengan konduktivitas panas yang
tinggi, untuk memfasilitasi pertukaran, sedangkan casing luar terbuat dari plastik atau dilapisi
dengan isolasi termal, untuk mencegah panas yang melarikan diri dari exchanger.
Pelat dari Heat Exchanger ini normalnya memiliki ketebalan berkisar antara 0,5 hingga 3
mm dan jarak antara tiap pelat antara 1,5 hingga 5 mm. Luas permukaan pelat tersebut berkisar
antara 0,03 hingga 1,5 m2, dengan rasio lebar/panjang antara 2 sampai 3. Luas permukaan Plate
and Frame Heat Exchanger bervariasi dari yang paling kecil sebesar 0,03 m2 sampai dengan yang
paling besar yaitu 1500 m2. Laju alir maksimum fluida yang diizinkan terbatas hingga 2500
m3/jam.

8
Gambar 1. Plate and Frame Heat Exchanger
(Sumber : http://www.sumantry.com/produk/produk-static-item/51-plate-heat-exchanger-
gasket-phe)

Prinsip Kerja dari Plate and Frame Heat Exchanger


Proses pemanasan ini terjadi dengan adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran
dan pelat yang lainnya. Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan
produk dan medium pemanas. Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas
melintas diantara setiap plat genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head dialirkan
turun diantara plat-plat ganjil. Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas karena tertekan
oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah menjadi panas dan medium
yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir keluar.

1. Operating Limitation
• Tidak dapat menghandle tekanan diatas 30 bar
• Maksimum suhu operasi 250oC
2. Material of Construction
• Pada umumnya plate berbahan logam (Stainless Steel, Titanium, Titanium-Palladium,
Nickel, Hastelloy, Inconel, Tantalum)
3. Fouling

9
Faktor-faktor fouling kecil karena:
• Aliran turbulen yang tinggi menyebabkan padatan tersuspensi17
• Profil kecepatan pada pelat menjadi seragam
• Permukaan pelat secara umum smooth
• Laju korosi rendah
• Mempunyai nilai ekonomis dalam instalasi karena hanya membutuhkan tempat 1/4
sampai 1/10 tempat yang dibutuhkan tube dan spiral
• Penukar panas jenis pelat dapat memindahkan panas secara efisien bahkan pada beda
temperatur sebesar 10C sekalipun
4. Cost Efficient
• Mempunyai ukuran yang lebih kecil dan bahan yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga
dapat dikatakan tipe ini paling ekonomis
5. Inspection and repairs
• Gasket dapat dengan mudah dibongkar pasang untuk dibersihkan
6. Effective heat transfer

Karena luas perpindahan panas besar dan plate bergelombang


Kelebihan Kekurangan

1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat 1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk
besar pada volume alat yang kecil,sehingga menahan tekanan. Plate and Frame Heat
perpindahan panas yang efisien. Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan
lebih dari 30 bar.

2. Mudah dirawat dan dibersihkan 2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah
penting

3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika 3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga
proses pembersihan 250oC dikarenakan performa dari material gasket
yang sesuai.

4. Waktu tinggal media sangat pendek 4. Initial cost tinggi karena plate titanium mahal

5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental 5. Berpotensi mengalami kebocoran
(viskos)

6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan 6. Kinerja kurang baik jika perbedaan temperatur
mudah pelatnya ditambah antara 2 fluida sangat besar

7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya 7. Maintenance cost rendah
dalam segi bahan (Stainless Steel,Titanium, dan
logam lainnya)

10
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang 8. Karena pola aliran turbulen, maka pressure loss
terjadinya fouling dan sedimentasi cukup besar

9. Pendekatan temperatur terendah yang masih bisa


digunakan hingga 1⁰C dibandingkan dengan Heat
Exchanger Shell and Tube yang sebesar 5 – 10 ⁰C.

10. Koefisien perpindahan panas yang besar


memungkinkan alat ini dioperasikan dengan beda
suhu yang kecil.

Topik 23: Jenis dan Spesifikasi HE S&T

A. Desain HE dengan standar nomenklatur TEMA

11
B. Kombinasi Design HE
1. Fixed Tubesheet Exchangers (eg. Type BEM, AEM, NEN)
• Tubesheet dilas pada shell dan heads dipasang dengan baut di tubesheet
• Cover plate dapat dilepas dengan tujuan untuk memudahkan pembersihan tube

Keuntungan Kekurangan Aplikasi


Lebih murah Sisi shell hanya • Pendingin
dibandingkan dapat dibersihkan Minyak
dengan heat dnegan • Kondensor uap
exchanger yang menggunakan bahan • Reboiler
dapat dibongkar kimia • Pendingin gas
pasang • Secara umum
Memberikan area Tube tidak bisa di fluida yang lebih
pepindahan panas lepas viskos dan panas
yang maksimal pada ada di shell
ukuran shell dan • Fluida korosif
tube yang sama dialirkan pada 2. U-Tube Exchangers
Dapat menggunakan Tidak dapat untuk tube (eg. Type BEU, AEU)
Keuntungan
multi-tube-pass Kekurangan
tekanan tinggi Aplikasi
• Jenis tube ini dapat • Dibutuhkan cairan • Pendinginan
dibongkar pasang kimia untuk Minyak
sehingga membersihkan sisi • Pendinginan Gas
memudahkan pipa yang • Sangat baik
proses pembersihan berbentuk U untuk aplikasi
pada bagian shell • U-tube heat merubah uap
• HE jenis ini cocok exchanger menadi cair
untuk tekanan yang sebaiknya tidak
tinggi digunakan untuk
• Tidak mudah bocor tube dengan fluida
• Lebih murah yang kotor
dibandingkan
dengan floating
head 3. Outside Packed
Floating Head (Type P)

Skirt terkait pada floating tubesheet melewati bagian belakang


shell. Ruang antara skirt dan shell dilapisi oleh beberapa lapisan
packing gland.
Kelebihan: Batasan:

12
• Tube dapat menahan • Material yang berbahaya tidak
tekanan cukup tinggi boleh digunakan karena dapat
• Tube bundle dapat menyebabkan kebocoran
dilepas • Temperatur fluida pada shell harus
• Pembersihan secara dibawah 300oF dan tekanan di
mekanis dapat dilakukan bawah 150 psi
• Kegagalan pada packing
dapat dilihat selama
operasi
Tipe ini direkomendasikan untuk menangani fluida bertekanan rendah,
temperature rendah, dan tidak berbahaya

4. Floating Head with Backing Device (Type S)

Pada floating head with backing device (Tipe S), penutup shell di
atasfloating head memiliki diameter lebih besar dari shell.
Akibatnya, sealing strip umumnya tidak diperlukan. Tabung
bundel tidak dapat dilepas. Jenis ini dianjurkan untuk HP, proses
cairan tidak berbahaya.
Kelebihan: Batasan:
• Memungkinkan adanya tekanan • Kegagalan pada gasket
tinggi tidak dapat dilihat dari luar,
• Memungkinkan adanya sehingga kebocoran
pembersihan shell dan tube terkadang sulit untuk
secara mekanis dideteksi
• Efisisensi lebih tinggi • Kedua ujung penukar panas
dibandingkan tipe T karena harus dibongkar untuk
annulus lebih kecil dan jumlah pembersihan dan
tube lebih banyak pada shell pemeliharaan.
• Tekanan : 75-600 psi
Tipe ini direkomendasikan untuk menangani tekanan tinggi dan fluida
yang tak berbahaya. Sering digunakan pada refinery.
5. Externally Sealed Tubesheets Exchangers (Type W)
Bundle tubesheet dengan floating tubesheet tersegel dapat dilepas untuk menghindari
pencampuran fluida

Keuntungan Kekurangan Aplikasi


Tube dapat dilepas tanpa Memungkinkan • Intercooler
mengganggu pipa shell terjadi kebocoran pada
sisi tube dan shell

13
Pembersihan Tube dan Suhu maksimum • Jaket Air
Shell dapat dilakukan 375oF/190 oC Pendingin
dengan cara mekanik • Pendingin
Dapat menggunakan Tekanan maksimum dengan air
multi-tube-pass 300 psi didalam tube
Dengan Floating Fluida pada shell dan
tubesheet perbedan suhu tube harus tidak
yang tinggi antara shell volatile dan beracun
dan tube dapat diatasi

6. Pull-through Head (Type T)

Kelebihan: Kekurangan:
• Bundle dapat dilepas • Kebocoran sulit untuk
• Pembersihan secara mekanis dideteksi
dapat dilakukan • Mempunyai harga yang
• Pressure loss kecil lebih mahal
• Efisiensi thermal rendah
karena besarnya annulus
antara OTL dengan sheel
ID
• Tekanan : 75-300 psi

Dapat digunakan untuk pemanas bertekanan rendah (LP Steam) pada


shell. Digunakan pada single dan double shell compressor intercooler
pada refinery
Rangkuman Pemilihan HE jenis Shell and Tube

Liquid dan
Konstruksi Tube Dapat Dapat
Tube Liquid dan Gas Gas Tidak Liquid dan
Jenis Heat dari Jenis Dibersihkan Menahan
Dapat Tidak Berbahaya Berbahaya Gas
Exchanger Heat Secara Thermal
Dilepas dibawah 40 Barg diatas 40 Berbahaya
Exchanger Mekanik Shock
Barg

< 190oC >190oC

Externally
Sealed,
AEW,
Floating Yes Yes Yes No No No No
BEW
Tube
Sheet

14
Outside
Packed
AEP, BEP Yes Yes Yes Yes Yes No No
Floating
Head

Fixed
AEL,
Tube No Yes Yes Yes Yes Yes No
BEM
Sheet

Fixed
Tube
Sheet,
NEN Channel No Yes Yes Yes Yes Yes No
Integral
with Tube
Sheet

AEU,
U-Tube Yes No Yes Yes Yes Yes Yes
BEU

Pull-
AET, Through
Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes
BET Floating
Head

Floating
Head With
AES, BET Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes
Backing
Device

Topik 24: Jenis dan Spesifikasi HE P&F

Plate Heat Exchanger


Plate heat exchanger merupakan tipe alat penukar panas yang menggunakan lapisan-lapisan pelat
tipis sebagai medium perpindahan panas antara dua fluida. Terdapat 4 jenis Plate Heat Exchanger:
 Gasketed (Plate and Frame)
 Welded
 Plate-fin

15
 Spiral
Gasketed Plate Heat Exchanger
Gasketed plate heat exchanger (Plate & Frame) tersusun atas sejumlah pelat persegi panjang tipis
berjarak dekat yang tersegel pada sekeliling ujungnya dan disatukan oleh frame besi. Terdapat
saluran tempat mengalirnya masing-masing aliran panas dan dingin.

Thermal Plate
Thermal Plate merupakan bagian paling penting dan paling mahal dari Plate Heat Exchanger yang
terbuat dari logam, baja logam, atau material grafit khusus. Stainless steel, titanium, nickel,
aluminum, incoloy, hastelloy, monel, dan tantalum merupakan sejumlah contoh bahan penyusun
plate yang banyak diaplikasikan di industri.
Konfigurasi bentuk plate:

Plate juga dapat didesain untuk menghasilkan aliran fluida secara vertical atau diagonal, yang
bergantung pada susunan gasket. Vertical flow terjadi ketika aliran masuk dan keluar dari sisi yang
sama. Diagonal flow terjadi ketika aliran masuk dan keluar dari sisi yang bersebrangan.

16
Susunan Plate dan Arah Aliran
Tipe susunan plate heat exchangers paling sederhana adalah jenis one pass, dimana tidak ada
perubahan arah aliran (1-1 single-pass arrangement). Terdapat dua jenis aliran one pass:
Countercurrent and Concurrent.
Countercurrent: Aliran berlawanan arah
Concurrent: Aliran searah

Tipe Multi-pass arrangements juga dapat digunakan untuk meningkatkan laju perpindahan panas.
Biasa dibutuhkan pada kondisi terdapat perbedaan laju alir stream.

Welded Plate Heat Exchanger


Welded plate mirip dengan gasketed plate exchanger, namun pinggiran plate tertutup dengan
pengelasan. Yang dapat menahan tekanan dan suhu yang lebih tinggi. Pengelasan ini juga dapat
menjaga HE dari kebocoran. Namun HE jenis ini juga memiliki kekurangan, yaitu sulit untuk
perawatan karena tidak bisa dibongkar dengan mudah (efek pengelasan). Oleh karena itu tipe
welded hanya untuk fluida tertentu yang tidak menyebabkan fouling.

Plate – Fin Heat Exchanger


Plate-fin biasanya terdiri dari plat-plat yang dipisahkan oleh lembaran yang bergelombang yang
membentuk fin. Biasanya terbuat dari aluminium, disambung dan disegel oleh tembaga. Aplikasi

17
utama dari plate-fin exchanger biasanya adalah industri cryogenics. Plate-fin digunakan untuk
perpindahan panas yang membutuhkan area kontak yang luas.

Spiral Heat Exchanger


Spiral Heat Exchanger dapat dianggap sebagai plate heat exchanger yang dimana platnya dibentuk
menjadi spiral. Fluida akan mengalir melalui saluran yang terbentuk diantara 2 plat. Turbulensi
yang terjadi di dalam HE ini besar karena bentuknya yang berkelok-kelok. Selain itu HE tipe ini
mudah dibersihkan karena hanya 1 aliran. Sehingga HE ini cocok untuk fluida yang kotor (limbah,
slurry).

Kelebihan
 Lebih mudah dirawat.
 Mudah mengatur temperatur.
 Lebih fleksibel, dapat dengan mudah menambah plat.
 Untuk material dengan viskositas tinggi.
 Heat-transfer terjadi secara efisien.
 Lebih sedikit menggunakan tempat.
 Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
 Tidak mudah terjadi kebocoran.

18
Kekurangan
 Kurang baik untuk menahan tekanan. (<30 bar)
 Pemilihan material gasket yang sesuai sangat penting.
 Temperature maks terbatas hingga 250°C. (Karena performa dari material gasket yang
sesuai).
Pressure drop tinggi.

Topik 25: Mekanisme Proses Perpindahan Kalor dan Cara Kerja HE S&T

Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke
fluida yang lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan selalu
menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran
yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar kalor
yang banyak dipakai adalah Shell and Tube. Alasan pemakaian tipe Shell and Tube dibandingkan
tipe lainnya adalah konfigurasinya memberikan luas permukaan yang besar pada volume yang
kecil, mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan, dapat dikonstruksi dengan
material yang beraneka ragam, dan mudah dibersihkan.

Komponen Shell and Tube HE

1. Shell: Media mengalirnya fluida yang akan ditukarkan panasnya dengan fluida yang
mengalir di dalam tube
2. Tube: Penyedia permukaan pertukaran panas antara fluida yang mengalir melalui bagian
dalam tube dan melalui bagian luar tube (shell)
3. Tube Sheets: Penyedia permukaan pertukaran panas antara fluida yang mengalir melalui
bagian dalam tube dan melalui bagian luar tube (shell)
4. Baffles: Penghalang yang berfungsi untuk memberikan turbulensi yang akan
meningkatkan laju perpindahan panas dan mempercepat laju alir fluida yang mengalir
melalui shell

19
5. Nozzle: Tempat masuknya fluida yang akan membuat aliran fluida lebih merata, sehingga
didapatkan efisiensi perpindahan panas yang tinggi

Prinsip Umum: Pengontakan dua fluida secara tak langsung yang memiliki beda suhu, dimana
salah satu fluida mengalir melalui shell dan fluida yang lainnya mengalir melalui tube, yang akan
menyebabkan terjadinya perpindahan panas melalui dinding tube dan kedua fluida akan
berusaha memiliki suhu yang sama, sehingga tidak ada energi yang ditambahkan atau
hilang.

Mekanisme Perpindahan Panas:


1. Konveksi antara fluida yang mengalir melalui shell dengan dinding bagian luar tube
2. Konduksi antara dinding bagian luar tube dengan dinding bagian dalam tube
3. Konveksi antara dinding bagian dalam tube dengan fluida yang mengalir melalui tube
Jenis – Jenis Shell & Tube Heat Exchanger
1. U-Tube
2. Fixed
3. Floating Headed

1. U-Tube Shell and Tube Heat Exchanger

Merupakan jenis penukar kalor (HE) yang paling sederhana dan murah. Tube sheet-nya
dilas sempurna pada bagian shell sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya pergerakan
antara shell dengan rangkaian tube.
Prinsip kerja penukar kalor ini dua fluida dengan temperatur awal yang berbeda
dikontakkan sepanjang heat exchanger.

20
2. U-Tube Shell and Tube Heat Exchanger

Penukar kalor jenis ini memiliki tube yang berbelok dan tidak memiliki tube sheet, sehingga
memungkinkan ekspansi bebas dari tube bundle.
HE jenis ini umum digunakan untuk proses dengan kondisi operasi T dan P yang tinggi, serta
pada dua jenis fluida yang akan memiliki perbedaan temperatur di sepanjang tube bundle.
3. Floating Headed Shell and Tube Heat Exchanger

Memiliki satu tube sheet tetap terhadap shell, dan tube sheet yang lain mengapung terhadap
shell. Memungkinkan ekspansi bebas dari tube bundle, dan membersihkan bagian luar dan dalam
tube. Karena mudah untuk dibersihkan, floating STHE sesuai digunakan untuk fluida kotor seperti
pada kilang minyak.
Kelebihan Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis STHE Kelebihan
Fixed Tube • Paling murah
• Maksimum area untuk diameter sama
• Single/ multiple passes
U-Tube • Ekspansi turunan Tube and Shell
• Tube bundle dan shell dibersihkan secara mekanik
• Lebih murah dibanding floating headed
Floating • Merupakan ekspansi thermal turunan tube and shell
Headed • Tube bundle dapat dibersihkan secara mekanis
• Karena mudah dibersihkan, cocok untuk fluida kerja yang kotor

21
Kekurangan Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis STHE Kekurangan
Fixed Tube • Tidak dapat dibersihkan
• Bukan merupakan ekspansi thermal turunan Tube and Shell
• Tidak dapat singlepass/counter-tube
U-Tube • Tube hanya dapat dibersihkan menggunakan metode kimia.
• Sulit untuk mengeringkan tube dengan posisi vertikal
• Tidak bisa mengganti tube secara satuan
Floating • Membutuhkan ruang yang besar
Headed • Harus mencegah perbedaan suhu yang terjadi secara tiba-tiba
• Membutuhkan biaya paling mahal dibandingkan lainnya

Topik 26: Mekanisme Proses Perpindahan Kalor dan Cara Kerja HE P&F

Plate and Frame Heat Exchanger terbuat dari plate yang bergelombang pada frame. Desain ini
membuat turbulensinya wall shear stressnya tinggi, sehingga koefisien perpindahan panas dan
fouling resistance nya tinggi. Dua aliran panas dan dingin mengalir secara counter current.
Fluida panas mengalir ke bawah pada suatu plate dan fluida dingin mengalir pada plate yang lain

• Kelebihan Plate & Frame


1. Overall Heat Transfer Coefficient (U) yang lebih tinggi dari shell & tube
2. Mudah dibersihkan dan dirawat, fouling lebih sedikit terjadi
3. Lebih fleksibel karena jumlah plate mudah untuk ditambah
4. Plate & frame lebih cocok untuk material dengan viskositas tinggi
5. Temperature control yang lebih baik karena dapat menggunakan fluida dengan beda suhu
10C sedangkan shell & tube 5-100C

• Kekurangan Plate & Frame


1. Tidak cocok untuk tekanan operasi lebih dari 30 bar
2. Pemilihan gasket yang sesuai tidak fleksibel
3. Maksimum suhu operasi tidak lebih dari 2500C karena terbatasnya material gasket
Prinsip Kerja Heat Exchanger Plate & Frame
Dua fluida dengan suhu yang berbeda dialirkan melalui heat exchanger. Kedua aliran
fluida mengalir secara counter current. Aliran panas mengalir ke bawah pada satu plate
sedangkan aliran dingin mengalir ke atas pada plate yang lain secara bergantian. Gasket

22
memastikan bahwa fluida panas dan fluida dingin tidak bercampur dan panas dapat
ditransfer dari fluida panas ke fluida dingin melalui plate.

Topik 27: Kriteria Penempatan Aliran

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida dalam shell side dan
Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :

Kriteria Shell Tube

Bersih/ tidak berpotensi tinggi Kotor/ berpotensi tinggi


Pembersihan dan Fouling
fouling fouling

Ketahanan Korosi Lebih tidak Korosif Lebih korosif

Suhu Fluida dingin Fluida panas

Tekanan Tekanan lebih rendah Tekanan lebih tinggi

Kecepatan Aliran 0,3 m/s – 1 m/s 1m/s – 2 m/s ; max 4 m/s

Viskositas Lebih kental; >2 cSt Lebih encer

23
Topik 29: Case Study Perhitungan S&T

Step 1: Meninjau Spesifikasi Fluida


Terdapat fluida dengan spesifikasi sebagai berikut:

Cold
Condition Hot Fluid Dimensions
Fluid
Tin 110 30 C
Tout 65 - C
M 52,5 32,5 kg/s
Pin 500 1000 kPa
dP max 80 60 kPa
Rf 0,0002 0,00017 m2.C/W

Untuk fluida panas, didapat suhu dan densitas rata-rata dengan perhitungan fluida panas
masuk dan keluar.
𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡
𝑇̅ = = 87,5 ℃
2
𝑘𝐽
̅̅̅𝑝 = 1,596
𝐶
𝑘𝑔℃

𝐷𝑢𝑡𝑦 = 𝑚̇𝐶𝑝 (𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 ) = 3770,55 𝑘𝑊

Pada fluida dingin, trial diperlukan untuk mendapat suhu keluar. Duty yang dikeluarkan fluida
panas akan sama dengan duty yang diserap oleh fluida dingin. Trial dilakukan dengan
mencocokkan nilai suhu keluar dan Cp. Nilai tebakan awal suhu keluar diasumsikan sama
dengan suhu rata-rata:
Trial 1

𝐷𝑢𝑡𝑦 = 𝑚̇𝐶𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 ) = 3770,55 𝑘𝑊

3770,55 𝑘𝑊 = (32,5)(4,040)( 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 30)

𝑇𝑜𝑢𝑡 = 58,72℃
𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑘𝐽
𝑇̅ = = 44,36℃ → 𝐶𝑝 = 4,038
2 𝑘𝑔℃
Trial 2

𝐷𝑢𝑡𝑦 = 𝑚̇𝐶𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 ) = 3770,55 𝑘𝑊

3770,55 𝑘𝑊 = (32,5)(4,038)( 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 30)

𝑇𝑜𝑢𝑡 = 58,73℃

24
𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑘𝐽
𝑇̅ = = 44,365℃ → 𝐶𝑝 = 4,038
2 𝑘𝑔℃

Maka didapat Tout = 58,73 ℃ = 59 ℃

Step 2: Meninjau Sifat Fisika Kedua Fluida


Berikut adalah sifat fisika untuk air dan propilen glikol:

Propylene Glycol Inlet Mean Outlet


Temperature (oC) 110 87,5 65
Specific Heat (kJ/kg.C) 1,674 1,596 1,535
Thermal Conductivity
0,1575 0,1645 0,1716
(W/m2.C)
Density (kg/m3) 917 947,1 976,6
Viscosity (Pa.s) 2,29E-03 3,96E-03 7,78E-03
Water Inlet Mean Outlet
Temperature (oC) 30 44,5 59
Specific Heat (kJ/kg.C) 4,04 4,038 4,044
Thermal Conductivity
0,6182 0,637 0,6525
(W/m2.C)
Density (kg/m3) 1004 992,8 981,6
Viscosity (Pa.s) 7,97E-04 5,99E-04 4,70E-04

Step 3: Mencari Overall Coefficient (U)


Menggunakan tabel dan Fig 12.1 pada buku Towler & Synott, maka didapat U asumsi
sebesar 500 (W/m2.C)
Step 4: Menentukan Tipe & Dimensi Exchanger
Tipe HE yang digunakan adalah One Shell with Two Tube Passes dengan dimensi sebagai
berikut:
(𝑇1 − 𝑡2 ) − (𝑇2 − 𝑡1 )
∆𝑇𝑙𝑚 = = 42,499
(𝑇1 − 𝑡2 )
ln
(𝑇2 − 𝑡1 )
𝑇1 − 𝑇2
𝑅= = 1,552
𝑡2 − 𝑡1
𝑡2 − 𝑡1
𝑆= = 0,363
𝑇1 − 𝑡1
Lalu, menggunakan nilai-nilai yang didapat pada Fig 12.19, didapat nilai Ft sebesar 0,92,
kemudain dicari ΔTm:

∆𝑇𝑚 = 𝐹𝑡 × ∆𝑇𝑙𝑚 = 39,099

25
Step 5: Menentukan Luas Daerah Perpindahan Kalor

𝑄̇ = 𝑈𝐴∆𝑇𝑙𝑚

𝑄̇
𝐴= = 192,87 𝑚2
𝑈∆𝑇𝑙𝑚
Step 6: Menentukan Layout dan Besaran Tube
Digunakan tipe HE U-tube dengan fluida kotor pada tube berupa propilen glikol. Material HE
yang digunakan adalah 3/4", bwg 12. Untuk material tersebut didapat ketebalan 0,109 & d0 =
0,75 inch & di = 0,532 inch. L adalah 5 m dan pitch yang dipakai triangular. Maka,

𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ = 1,25𝑑0 = 0,938 𝑖𝑛𝑐ℎ

Step 7: Menentukan Jumlah Tube


Luas selimut ditentukan dengan persamaan

𝜋𝑑0 𝐿 = 0,292 𝑚2
Jumlah tube dicari dengan:
𝐴
= 660
𝐿𝑠
Untuk two passes, 1 pass = 165 tube. Lalu, dicek kecepatan pada sisi tube:
𝜋 2
𝐴𝑐 = 𝑑 = 0,0001 𝑚2
4 𝑖
𝐴𝑝 = 𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑒 × 𝐴𝑡 = 0,024 𝑚2

𝑚̇
𝑄𝑡 = = 0,034 𝑚3 /𝑠
𝜌(𝑇̅)
𝑄𝑡
𝑣𝑡 = = 1,450 𝑚/𝑠
𝐴𝑝

Step 8: Menentukan Diameter Bundle dan Shell


Dari Tabel 12.4 didapat nilai k1 = 0,175 dan n1 = 2,285 untuk mencari nilai Db
1
𝑁𝑡 𝑛1
𝐷𝑏 = 𝑑0 ( ) = 0,7
𝑘1
Dari Figure 12.10 didapat shell clearance = 15 sehingga untuk mencari shell diameter:

𝐷𝑠 = 𝐷𝑏 + 𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 = 0,715 𝑚

Step 9: Mencari Koefisien Perpindahan Kalor Sisi Tube


ℎ𝑖 𝑑𝑖 𝜇 0,14
= 𝑗ℎ 𝑅𝑒𝑃𝑟 0,33 ( )
𝑘𝐹 𝜇𝑤

26
Dimana
𝜌𝑣𝐷 𝐶𝑝 𝜇 𝐿
𝑅𝑒 = = 4691 ; 𝑃𝑟 = = 38,38 ; = 361
𝜇 𝑘𝐹 𝑑𝑖
Dari Figure 12.23 didapat jH = 3,5 x 10-3 sehinggan Nu = 210
𝑁𝑢𝑘𝐹 𝑊
ℎ𝑖 = = 2557 2
𝑑𝑖 𝑚 ℃
Step 10: Mencari Koefisien Perpindahan Kalor Sisi Shell
Bila terdapat perhitungan ulang nilai hi, maka step 8 harus dikoreksi. Bila asumsi baffle
spacing = Ds/5 = 0,179
(𝑃𝑡 − 𝑑0 )𝐷𝑠 𝐿𝐵
𝐴𝑠 = = 0,026 𝑚2
𝑃𝑡
Untuk pencarian equivalent diameter:
1,10 2
𝑑𝑒 = (𝑃𝑡 − 0,917𝑑0 2 ) = 13,53
𝑑0
𝑚̇𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙
𝑄𝑠 = = 0,033
𝜌(𝑇̅)
𝑄𝑠
𝑣𝑠 = = 1,281
𝐴𝑠
𝜌𝑣𝐷 𝐶𝑝 𝜇
𝑅𝑒 = = 28696 ; 𝑃𝑟 = = 3,799
𝜇 𝑘𝐹
Untuk segmental baffle, digunakan 25% cut. Dari Figure 12.29 didapat jH = 3,4 x 10-3 dan Nu
= 152
ℎ𝑠 𝑑𝑒 1 𝜇 0,14
= 𝑑𝐻 𝑅𝑒𝑃𝑟 3 ( )
𝑘𝐹 𝜇𝑤

ℎ𝑠 = 7169

Step 11: Mencari Koefisien Keseluruhan


Setelah mendapat nilai-nilai tersebut, koefisien keseluruhan dari HE dicari dengan
persamaan:
𝑑
1 1 1 𝑑0 ln ( 0 ) 𝑑 1 𝑑0 1
𝑑𝑖 0
= + + + × + ×
𝑈0 ℎ0 ℎ0 𝑑 2𝑘𝑤 𝑑𝑖 ℎ𝑖 𝑑 𝑑𝑖 ℎ𝑖
1
= 0,0013
𝑈0

27
𝑈0 = 799
Step 12: Menghitung Pressure Drop
Dari Figure 12.24 didapat jF = 0,01 maka didapat pressure drop untuk shell & tube

𝐿 𝜌𝑣𝑡 2
∆𝑃𝑡 = 𝑁𝑝 [8𝐽𝐹 ] = 45,26
𝑑𝑖 + 2,5 2

𝐷𝑠 𝐿 𝜌𝑣𝑠 2 𝜇 0,14
∆𝑃𝑡 = 8𝐽𝐹 ( ) = 26,32
𝑑𝑒 𝐼𝐵 2 𝜇𝑤

Topik 30: Case Study Perhitungan P&F

Soal
Pada proses pengolahan susu dibutuhkan proses pasteurisasi, yaitu proses yang bertujuan untuk
membunuh semua mikroba pathogen yang dapat merusak susu serta menyebabkan penyakit
pada bayi. Pasteurisasi dilakukan secara kontinyu menggunakan suhu tinggi. Susu dialirkan ke
bagian pasteurisasi untuk mengalami pemanasan dari suhu 27oC hingga suhu 80oC dengan
medium pemanas air bersuhu 90oC dengan laju alir 150.000 liter/jam. Diketahui bahwa
kapasitas produksi susu per hari adalah 80.000 Liter Tentukan desain heat exchanger yang
digunakan.
Jawab
Pemilihan Konsep Heat Exchanger
Untuk pemilihan jenis material yang digunakan dalam PFHE ini, kami akan mengevaluasi sifat
fluida yang digunakan. Susu mengandung senyawa asam lemak tak jenuh sehingga bersifat
korosif. Oleh karena itu, kita memerlukan material yang tahan terhadap korosi. Dalam hal ini,
kami menggunakan jenis material SS304 yang biasa digunakan untuk menangani (bahan
pangan) senyawa asam lemak pada suhu < 150oC.
Penentuan Spesifikasi PFHE
Pertama, ditentukan terlebih dahulu spesifikasi mengenai dimensi plate untuk PFHE.
Spesifikasi dimensi plate yang dirancang dalam kasus ini ditunjukkan pada tabel.
Spesifikasi plate pada PFHE
Dimensi Plate Rentang Nilai Nilai Rancangan
Panjang Efektif (m) Rasio L/P : 2 sampai 3 0,5
Lebar Efektif (m) Rasio L/P : 2 sampai 3 1,5
Area Efektif (m2) 0,03-1,5 0,75
Plate Spacing (m) 0,0015 – 0,005 0,003
Ketebalan Plat (m) 0,0005 - 0,003 0,0075
Hydraulic Mean Diameter (m) 2 x plate spacing 0,006
Konduktivitas termal (k) SS 304 21Wm-1°C-1

28
Sifat fisik fluida
Fluida Susu Air Unit
Kapasitas / Volume 80 150 m3/h
Ρ 1020 1000 kg/m3
81600 150000 kg/jam
Laju alir massa
22.67 41.67 kg/s
T awal 27 95 °C
T akhir 80 Belum diketahui °C
Viskositas 0.002 0.0003145 Pa.s
Cp 3.95 4.18 kJ/kg°C
K 0.56 0.6753 W/m.K

Untuk menentukan spesifikasi PFHE mengenai overall heat transfer coeficient (U), luas area
perpindahan panas(A), number of channel per pass (N), dan pressure drop (ΔP), berikut adalah
algoritma pengerjaan spesifikasi PFHE :
a) Menentukan suhu keluaran pemanas
𝑚̇𝐶 𝐶𝑝 (𝑇𝐶,𝑜 − 𝑇𝑐,𝑖 ) = 𝑚̇ℎ 𝐶𝑝 (𝑇ℎ,𝑜 − 𝑇ℎ,𝑖 )
Sehingga, didapatkan suhu keluaran pemanas adalah 67,75oC.
b) Menghitung LMTD
(𝑇ℎ,𝑖 − 𝑇𝑐,𝑜 ) − (𝑇ℎ,𝑜 − 𝑇𝑐,𝑖 )
∆𝑇𝑙𝑚 =
𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 𝑇ℎ,𝑖 − 𝑇𝑐,𝑜
ℎ,𝑜 𝑐,𝑖
𝑜
∆𝑇𝑙𝑚 = 25,77 𝐶
c) Menentukan NTU berdasarkan perbedaan suhu maksimum dan faktor koreksi
LMTD
𝑡𝑖 − 𝑡𝑜
𝑁𝑇𝑈 = = 1,06
∆𝑇𝑙𝑚

bn

29
Dari grafik diatas, faktor koreksi yang didapatkan adalah 0,98.

d) Menghitung nilai LMTD yang sudah terkoreksi


∆𝑇′𝑙𝑚 = 𝐹𝑡 ∆𝑇𝑙𝑚
∆𝑇′𝑙𝑚 = 25,25𝑜 𝐶

e) Menentukan rentang koefisien perpindahan menyeluruh yang sesuai dengan


menggunakan Tabel.
Berdasarkan literatur, koefisien plate heat exchanger berada pada rentang 3500-7500
W/m2.oC. Dalam hal ini, kami mengambil U = 3500 W/m2.oC untuk perhitungan
selanjutnya.
f) Menghitung luas area yang dibutuhkan
𝑄 = 𝑈 𝐴 ∆𝑇′𝑙𝑚
𝑨 = 𝟓𝟑, 𝟔𝟗~𝟓𝟒 𝒎𝟐
g) Menentukan jumlah plate yang dibutuhkan
Jumlah plate yang dibutuhkan dihitung dengan rumus berikut:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
54 𝑚2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 = = 72 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒
0,75 𝑚2
h) Menentukan banyak pass
Asumsi jumlah pass 1:1. Dalam hal ini berarti terdapat satu aliran pendingin dan satu
aliran pemanas.
i) Menghitung koefisien perpindahan panas untuk setiap aliran
• Number of channels per pass = (72 - 1)/2 = 36 channels
• Channel cross-sectional area = (3x 10-3 m) x 0,5 m = 0,0015 m2

Tinjauan Susu Water unit


𝑚 1 1 0.42 0.79
Channel velocity = 𝑥 𝑥 m/s
𝜌 𝐴 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙
𝜌 𝑢𝑝 𝑑𝑒
Re = 1284.44 15015.00 -
𝜇
𝐶𝜇 14.11 1.94
Pr = -
𝑘

Nu = 0,26 (𝑅𝑒)0,65 (𝑃𝑟)0,4 78.60 175.96 -


𝑁𝑢.𝑘𝑓
hf = 7335.85 19805.25 W/m2.C
𝑑𝑒

j) Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan, dengan memasukkan


fouling factor (Coefficient)

Tabel Fouling factor coeficient for PHE

30
1 1 1 𝑡𝑝 1
= + + +
𝑈 ℎ𝑓 𝑐𝑜𝑙𝑑 ℎ𝑓 ℎ𝑜𝑡 𝑘 𝑠𝑠304 𝐹𝑜𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
1
+
𝐹𝑜𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
𝑾
𝑼 = 𝟐𝟖𝟏𝟎 𝟐
𝒎 .𝑪

Nilai ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai U yang kita asumsikan sebelumnya.
Apabila hasil tidak sesuai, ulangi dari langkah dan naikkan atau turunkan jumlah plat.
Karena, tidak sesuai, maka perhitungan diulang dengan mengubah jumlah plat hingga U
𝑾
mencapai 3500 𝒎𝟐 .𝑪
Mengulang Langkah

k) Menentukan jumlah plate yang dibutuhkan


Setelah diubah, ternyata jumlah plate yang dibutuhkan adalah 35 plate.
l) Menentukan banyak pass
Asumsi jumlah pass 1:1. Dalam hal ini berarti terdapat satu aliran pendingin dan satu
alitan pemanas.

m) Menghitung koefisien perpindahan panas untuk setiap aliran


• Number of channels per pass = (35 - 1)/2 = 17 channels
• Channel cross-sectional area = (3x 10-3 m) x 0,5 m = 0,0015 m2

Tinjauan Susu Water unit


𝑚 1 1 0.87 1.63
Channel velocity = 𝑥 𝑥 m/s
𝜌 𝐴 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙
𝜌 𝑢𝑝 𝑑𝑒
Re = 2666.67 31173.04 -
𝜇
𝐶𝜇 14.11 1.95
Pr = -
𝑘

Nu = 0,26 (𝑅𝑒)0,65 (𝑃𝑟)0,4 126.37 282.91 -


𝑁𝑢.𝑘𝑓
hf = 11794.12 31841.64 W/m2.C
𝑑𝑒

n) Cek pressure drop untuk masing-masing aliran.


Untuk menghitung pressure drop diperlukan parameter-parameter sebagai berikut :

31
- 𝑃𝑎𝑡ℎ 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ = 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑥 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑝𝑎𝑠𝑠
- Friction factor : 𝐽𝑓 = 0,6 𝑅𝑒 −0,3
𝐿𝑝 2
𝜌𝑢𝑝
- Plate pressure drop, (ΔPp) : ∆𝑃𝑝 = 8𝑖𝑓 (6 𝑥 10−3 𝑚) 2
𝑚
- velocity through port, 𝑢𝑝𝑡 = 𝜌𝐴
𝑝
2
𝜌𝑢𝑝𝑡
- Port pressure drop (∆𝑃𝑝𝑡 ): ∆𝑃𝑝𝑡 = 1,3 𝑁𝑝
2
- Total pressure drop , ∆𝑃 = ∆𝑃𝑝 + ∆𝑃𝑝𝑡
Di mana :
𝐿𝑝 = the path length (m)
𝜔
𝑢𝑝𝑡 = velocity through the ports𝜌𝐴 , m/s
𝑝

𝜔 = mass flow through the ports, kg/s


𝐴𝑝 = area of port = (𝜋 𝑑𝑝𝑡 2 )/4, m2
𝑑𝑝𝑡 = port diameter , m
𝑁𝑝 = number of passes
Tinjauan Susu Air Unit
Jf = Friction factor 0.056280848 0.026916432 -
Path length 0.5 M
Port diameter 0.1 M
Luas Port 7.85E-03 m2
Gp 2887.47 5307.86 kg/m2.s
Up 2.83 5.31 m/s
Plate pressure
drop 1.53E+05 7.19E+04 Pa
Port pressure drop 5.31E+03 1.83E+04 Pa
Total pressure 1.59E+05 9.02E+04 Pa
drop 1.59 0.902 Bar

Topik 31: Kriteria Pemilihan Bahan untuk HE S&T

Kriteria Pemilihan Bahan:


1. Kebutuhan HE: Laju alir, tekanan, suhu
2. Menetapkan strategi untuk mengevaluasi material: biaya dan kehandalan
3. Mengevaluasi material secara mendalam: sifat fisika, sifat mekanis, ketahanan korosi,
manufaktur, pengalaman operasi
4. Pilih material yang paling optimum
Material yang Umum Digunakan:
Carbon steel, mild steel, stainless steel, copper, copper-nickel, Hastelloy, dan inconel.
Laju Alir:

32
Suhu:

Ketahanan Korosi:
Fluida yang korosif

33
Fluida tak korosif

Alasan penggunaan Stainless Steel:

• Tahan terhadap korosi pada cairan pendingin dan banyak bahan kimia
• Tidak teroksidasi dan berkerak pada suhu tinggi
• Kuat pada berbagai temperatur
• Sifat perpindahan panas baik
• Tidak fouling akibat korosi
• Produk tidak terkontaminasi akibat korosi
• Pembersihan mudah
• Fabrikasi mudah
• Tersedia dalam berbagai komposisi
• Investasi dan umur alat ekonomis
Case Study: Petroleum Refining

• Prosesnya berada pada lingkungan korosif.


• Korosif disebabkan oleh komponen sulfur dan asam lain pada proses.
• Pada kondisi operasi di atas 450oF (232oC), digunakan stainless steel.

34
Tips pemilihan material untuk HE Shell & Tube:

• Jika fluida bersifat korosif, gunakan stainless steel. Jika tidak korosif, gunakan mild steel.
• Jika fluida di shell maupun di tube merupakan air, maka gunakan stainless steel untuk shell
dan juga tube.
• Jika menggunakan fluida berbasis minyak non-korosif, maka bagian tube dapat
menggunakan bahan tembaga dan bagian shell menggunakan bahan stainless steel.
• Jika fluida tidak korosif dan temperatur kerja di bawah 450oC, maka carbon steel
merupakan pilihan yang ekonomis.
• Pada tekanan di atas 70 atm atau suhu di atas 550oC stress effect merupakan hal yang perlu
diperhatikan.

35
• Pada perbedaan temperatur 50oC atau lebih, antara shell dan tube mungkin terjadi
permasalahan ekspansi termal yang perlu menjadi perhatian.

36
37
TOPIK 32: Kriteria Pemilihan Bahan untuk HE P&F

A. Prosedur UmumPemilihan Bahan HE


- Mengetahui keperluan proses dan syarat HE yang harus dipenuhi
- List material HE (Harga dan tersedia di pasaran)
- Mengidentifikasi material yang dipililih (karakteristik fisik, karakteristik mekanik,
dan korosi)
- Memilih material pada kondisi optimum
B. Pertimbangan Pemilihan Bahan HE
- Physical :
a.High heat transfer coefficient
b.Thermal expansion coefficient to be low and as compatible as other materials used
for tubesheet, tube support, and shell to provide resistance to thermal cycling.
- Mechanical Properties :
a.Good tensile & creep properties
b.Good fatigue, corrosion fatigue, and creep-fatigue behaviour
c.High fracture toughness and impact strength to avoid fast fracture
- Corrosion Resistance :
a.Low corrosion rate to minimaze the corrosion allowance
b.Resistance to corrosion from off normal chemistry resulting from leak in upstream
HE or failure in the chemistry control
c.Tolerance to chemistry resulting from mix up of shell and tube fluids
- Cost & Availability

38
- Fabricity : The usual manufacturing steps involved for HE are bending of tubes,
joining of tube to tubesheet by rolling, wellding or rolling and welding, forming of
shell geometry and welding of shell plates and shell to nozzle and the heat
treatments associated with the welding steps.
C. Pemilihan Bahan HE P&F
1.Gasket :
Gasket dapat diartikan sebagai lapisan yang digunakan untuk melapisi sambungan
antar flange. Gasket HE digunakan untuk mencegah kebocoran fluida dan membagi
aliran fluida agar dapat mengalir ke plat-plat secara selang seling.
Kriteria material gasket sebagai berikut :
a. Good compressibility
b. Limited relaxation
c. Good recovery
d. Chemical resistance
e. Strength
f. Temperature resistance
Material Gasket pada HE P&F yaitu Rubber, berikut jenis jenis rubber ;

39
2. Plate :
Pada plate ada 2 material yaitu
- Stainless Steel :
a.The two most common grades of stainless steel are 316 and 304
b.Stainless Steel earns its value due to its effectiveness at resisting corrosion. It’s
anti resistence capabilities are possible due to the ingredient chromium, which can
make up to at minimum, 10.5% of total composition
c.The main difference between 304 and 316 is the existence of molybdenum
(approx.2-3%), which produces a higher degree of corrosion resistance.
d.Although it has hight grades in resistance, stainless steel is still susceptible to
corrosion over time; the signs of this are pitting and/or holes
- Titanium :
a.Titanium is highly anti-corrosive material, particularly with its immunity to
sea/salt water. This makes it a preferred material for the marine industry.

40
b.Another pro to titanium is its density. Titanium can provide weight savings of up
to and above 50%.
c.The thermal conductivity of titanium plates allows for matching or in some case
higher heat transfer , working extremely well for plate and frame heat exchanger
applications.
d.Titanium is susceptible to cracking if the tensile strength rating is exceeded.
e.Hastelloy and titanium-palladium plates may be used in more rare and intense
applications.
f.The standart plate thickness can range from, 4mm-0.1mm, the most popular
being,5mm-6mm.

TOPIK 33: Case Study Perhitungan Menggunakan Software untuk HE S&T

Contoh Soal :
A heat exchanger is to be designed to heat raw water by the use of condensed water at 350 K
and 0.2 bar (Cp = 4179 J/kg.K), which will flow in the shell side with a mass flow rate of
50000 kg/hr. The heat will be transferred to 30000 kg/hr of city water coming from supply at
292 K (Cp = 4184 J/kg.K). A single shell and 2 tube pass is preferable. A fouling resistance
of 0.000176 m2.K/W is suggested and the surface over design should not be over 35%. A
maximum tube length of 5 m is required because of space limitations. The tube material is cast
steel (k = 60 W/m.K). Raw water will flow inside of ¾ in.straight tubes (19 mm OD with 16
mm ID). Tubes are laid out on a triangle pitch with a pitch ratio of 1.25 and 3 m length. The
baffle spacing is approximated by 0.6 of shell diameter and the baffle cut is set to 25%. The
permissible maximum pressure drop on the shell side is 5.0 psi. The water outlet temperature
should not be less than 40 0C. We can assume the shell side heat transfer coefficient and the
tube side heat transfer coefficient as 5000 W/m2.K and 4000 W/m2.K. Perform the preliminary
analysis.
Penyelesaian :

Analisis HE :
■ Pada suhu tinggi dan adanya udara terlarut, maka air bersifat korosif terhadap steel

41
■ Oleh karena itu pada industry sering digunakan material nonferrous: admiralty,
kuningan, dan tembaga. Atau ferrous: cast iron, cast steel
■ Cast steel biasanya passif terhadap air dan corrosion allowance dapat ditambahkan
dengan cara yang relative murah yaitu dengan cara casting lebih berat
■ Karena Shell biasanya terbuat dari steel, maka air panas dilewatkan pada tube dengan
bahan cast steel
■ Untuk menghindari adanya penumpukan lumpur, slime, maka kecepatan aliran air
didalam tube tidak boleh kurang 3 FPS

Diketahui :

Ditanya : Spesifikasi HE ?

1. Menghitung Overall Heat Transfer Coefficeint


2. Menghiutng LMTD
3. Menghitung Luas Permukaan
4. Menhitung Diamter Shell
5. Hitung Jumlah Tube

Jadi estimasi ukuran HE adalah Sebagai berikut :

42
Topik 34: Case Study Perhitungan Menggunakan Software untuk HE P&F

TAMPILAN MUKA ▪ Plate Geometry


• Horizontal port
distance
• Port diameter
• Channel spacing
• Input 2: Plate Configuration
o Jumlah frame
o Konfigurasi arah aliran:
countercurrent atau cocurrent
o Konfigurasi port inlet: same side
atau diagonal
• Input 3: Port Arrangement
o Arah aliran pada tiap plate:
parallel atau diagonal
o Susunan U atau Z
INPUT PROCESS
• Berisi informasi-informasi
• Fasa
terpenting penunjang desain.
o Condensing/ Boiling
• Kotak merah merupakan informasi o All liquid
yang harus diinput. o All vapor
• Vapor Fraction
6 GOLONGAN INPUT
• Temperatur Inlet dan Outlet
• Tekanan Inlet
• Exchanger Duty
• Pressure Drop Maksimum
• Fouling Resistance
INPUT FLUID PROPERTIES
• Cara 1: User specified
o Databank
INPUT GEOMETRY o Data tekanan, temperatur, entalpi,
• Input 1: Plate Type dan vapor fraction
o Cara 1: Memilih spesifikasi plate • Cara 2: Bubble and Dew Point
yang tersedia o Databank
o Cara 2: Menentukan sendiri o Dew point and bubble point
spesifikasi plate
• Cara 3: Program Calculated
▪ Plate Data
o Databank
• Chevron angle INPUT DESIGN
• Area per plate • Simulation mode
• Material o Input = Data design dan geometri
• Thermal conductivity o Output = Data proses

43
• Design mode • Rating mode
o Input = Data proses dan sebagian o Input = Data proses dan geometri
geometri o Output = Required heat transfer
o Output = Geometri area

CASE 1: OPTIMASI KASUS PENGOLAHAN SUSU (Materi Kelompok 10)

Parameter Manual Software


U (W/m2K) 3500 5061.79
Number of channel 17 25
Number of plate 35 51

Case 2 (Sumber: Towler & Sinnott, 2008)


Desain sebuah plate and frame heat exchanger untuk mendinginkan methanol dari 95oC
menjadi 40oC. Air pendingin masuk ke HE pada temperatur 25oC dan keluar pada temperatur
40oC. Laju alir massa methanol adalah 27.8 kg/s dan air 68.9 kg/s. Data-data lain yang
diperlukan:
– Pengaturan pass 1:1
– Luas plat efektif = 0.75 m2
– Ketebalan Plat = 0.75 mm
– Plat terbuat dari titanium dengan k = 21 W/moC
dengan hasil perhitungan manual sebagai berikut
Parameter NIlai

U (W/m2.oC) 1634

Jumlah Channel per pass 60

Pressure drop Hot Shell (bar) 0.16

44
Langkah-langkah Menggunakan Software HTRI
1. Tekan New, kemudian pilih New Plate and Heat Exchanger dan tekan OK
Di mana data pada box berwarna merah harus diisi
2. Memilih Case Mode: Classic Design, kemudian pindah ke bagian Geometry
3. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian Geometry
4. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian Plate Type 1

5. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian Common Data

6. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian Process

45
7. Pindah ke bagian Hot Fluid Properties, kemudian pilih component by component pada
physical property input option dan program calculated pada heat release input method
8. Pindah ke bagian Hot Fluid Properties Component, kemudian cari Methanol

9. Pindah ke bagian Cold Fluid Properties, kemudian pilih component by component pada
physical property input option dan program calculated pada heat release input method
10. Pindah ke bagian Cold Fluid Properties Component, kemudian cari Water

11. Tekan Run Case pada Toolbar ketika sudah berwarna hijau

12. Hasil Perhitungan Iterasi pada Software HTRI

46
13. Hasil Perhitungan

Parameter Manual Software

U (W/m2.oC) 1634 1719.43

Jumlah Channel per pass 60 53

Pressure drop Hot Shell (bar) 0.16 0.109

47
Topik 35: Case Study Desain HE S&T vs Existing (termasuk bahan dan harga)

Kasus
Pendinginan gas hidrogen dilakukan dengan menggunakan sebuah heat-exchanger S&T.
Data-data untuk desain HE disediakan sebagai berikut (PT. Pertamina Balongan)

Jenis HE yang digunakan


Untuk sistem ini digunakan U Tube Exchanger, hal ini dikarenakan U Tube heat exchanger
memberikan area perpindahan panas yang maksimal.
Menentukan letak aliran fluida
Fluida dengan kemungkinan besar untuk menghasilkan fouling, diletakan di dalam (tube)
agar lebih mudah dikontrol, dan kecepatan tube lebih besar sehingga mengurangi
kemungkinan fouling.
Maka dari penyampaian diatas, maka hidrogen diletakan di bagian Shell dan air diletakan
pada bagian Tube.
Menentukan koefisien RPW
(𝑇𝐻1 − 𝑇𝐻2 ) 50 − 40
𝑅= = = 1.43
(𝑇𝐶2 − 𝑇𝐶1 ) 40 − 33
(𝑇 −𝑇 ) 40−33
P = (𝑇 𝐶2 −𝑇𝐶1 ) = 50−33 = 0.411
𝐻1 𝐶1

48
R + 1 + √R2 + 1 − 2R𝑋𝑝 1.43 + 1 + √1.432 + 1 − 2 ∗ 1.43 ∗ 0.9
W= =
R + 1 + √R2 + 1 − 2𝑋𝑝 1.43 + 1 + √1.432 + 1 − 2 ∗ 0.9

W = 0.674
Menghitung jumlah shell
1 − R𝑃
ln [ 1 − P ]
𝑁𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙𝑠 =
W
1 − 1.43 ∗ 0.411
ln [
𝑁𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙𝑠 = 1 − 0.411 ] = 1.78
0.674
Sehingga, jumlah shell yang digunakan adalah 1.78 atau dibulatkan keatas menjadi 2 Shell
Mencari Correction Factor

Memasukan nilai R = 1.43 dan P = 0.411

Setelah itu akan didapatkan nilai 𝑭𝑻=𝟎.𝟕𝟗𝟔𝟖


Mencari koefisien perpindahan panas
Asumsi : Desain dirancang dengan kondisi bersih sehingga digunakan koefisien :

1 2
0.24Fhn Fhw Fhb FhL 𝜌0.64 Cp3 k 3
K hs = = 1653 0.00011
𝜇 0.307 𝑑𝑜0.36

ℎ𝑠 = 𝐾ℎ𝑠 𝑣𝑠0.64 = 1.06 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1


𝑘 1
𝑑1 𝜌 0.8
K ht = 𝐶 [ ] 𝑝𝑟 3 [ ] = 155.5
𝑑𝑡 𝜇

49
ℎ𝑡 = 𝐾ℎ𝑡 𝑣𝑡0.8 = 11958.5 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1

ℎ𝑤 = 20,200 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1

ℎ𝑆𝐹 = 2000 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1 (ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛)

ℎ𝑆𝑇 = 3000 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1 (air)

1 1 1 1 0.01905 1 1
= + + + ( + )
𝑈 1.06 2000 20200 0.0135 3000 11958.5
𝑈 = 1.06 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1
Mencari Luas Kontak
(50 − 40) − (40 − 33)
∆𝑇𝐿𝑀 = = 8.411𝑜 𝐶
50 − 40
ln [40 − 33]

4353670
A= = 612.85 𝑚2
1.06 ∗ 8.411 ∗ 0.7968
Mencari Diameter Shell

50
Nilai pc adalah factor konfigurasi tube, digunakan 1 adalah
Susunan Persegi
Nilai pt adalah jarak antar tube (center to center) yang
digunakan adalah 30 mm (jarak antar dinding tube 10mm)
1⁄3
4 ∗ 1 ∗ 0.032 ∗ 612.85
𝐷𝑆 = ( 2 ) = 0.78 𝑚 = 30.7 𝑖𝑛𝑐ℎ
𝜋 ∗ 0.01905 ∗ 12

Mencari Jumlah Tube

𝜋
0.0782
𝑁𝑇 = 4
0.032
𝑁𝑇 = 835 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑏𝑒

Estimasi Biaya Pembelian Alat

𝐶𝑒 = 𝑎 + 𝑏𝑆 𝑛

51
𝐶𝑒 = 10,000 + 88(612.85)

𝐶𝑒 = $ 63,930.8

Material yang dipilih: Carbon Steel

𝐶 = 3.5 𝑥 1.0 𝑥$ 63,930.8

𝐶 = $ 223,757.8

52
Topik 36: Case Study Desain HE P&F vs Existing (termasuk bahan dan harga)

Pada pabrik PT. Damai Sentosa Cooking Oil di Surabaya terdapat Heat Excahanger jenis
Gasket Plate and Frame untuk mendinginkan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
menggunakan air. Data yang diketahui adalah sebagai berikut:
Data Plat Data PFAD Data Air

Lebar= 0,58 m μ= 8,087 mNm-2s μ= 0,8 mNm-2s

Tinggi= 1,3 m kL= 0,1668 W/moC kL= 0,6 W/moC

Δx= 0,005 m F coefficient=1990 F coefficient=3000 W/m2oC


W/m2oC
Plate spacing= 0,003 m ρ =835,1 kg/m3 ρ =995 kg/m3

Channel cross sectional area= Qin=10,43875 kg/s Qin=16,5833 kg/s


0,001753 m2

Hydrolic mean diameter= 0,006 Cp= 2,049 kJ/kgoC Cp= 4,178 kJ/kgoC
m
Channel per pass= 45 Tih= 90 oC Tic= 32oC

Toh= 70 oC Toc= 50oC

❖ Algoritma Penyelesaian

Menghitung Up,
Re, Pr, Nu, hc dan
Menentukan Menentukan
hh nilai untuk
material plate material gasket
masing-masing
fluida

Menghitung
koefisien
perpindahan Menghitung harga
panas masing-masing Kesimpulan
keseluruhan bahan
untuk setiap
bahan

53
❖ Material Plate
Material Fluid

Stainless Steel Water, cooling tower water, dilute chloride


solutions (<200ppm), copper sulfate
solutions, food products, pharmaceutical
media, brews, etc.

Nickel Caustic (50-70%) solutions

Incoloy Hydrogen gas/water vapour with mercury


carryovers, and acids (< 70 oC)

Hastelloy Sulfuric and nitric acids

Titanium Sea or brackish water, dilute acids


(< 70 oC), chloride solutions (>200 ppm),
chlorinated brines, and food products.

Titanium-palladium alloy Dilute nitric and sulfuric acids (10%


concentration and < 70 oC)

❖ Material Gasket
Batas
Material Suhu Aplikasi Keterangan
(oC)
Natural Rubber 70 Oxygenated solvents,
asam, alcohol
Styrene-Butadiene 80 General-purpose Memiliki
(SBR) aqueous, alkali, asam, ketahanan yang
and ovygenated lemah terhadap
solvents lemak

Neoprene 70 Alkohol, alkali. Asam.


Pelarut hidrogen
alifatik
Acrylonitrile- 100- Susu, sari buah, Tahan terhadap
Butadiene Buna-N 140 minuman, farmasi dan material lemak,
(NBR) aplikasi biokimia, sangat sesuai
minyak, gas, minyak untuk krim
hewan dan sayur,

54
alkali, pelarut organic
alifatik

Ethylene/Propylene 140 Alkali, ovygenated Tidak sesuai


(EPDM) solvents untuk cairan
berlemak
Silicon Rubber 140 Penggunaan suhu
rendah, alcohol, sodium
hypochlorite

Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan


❖ Menghitung koefisien konveksi PFAD
1 1 1 ∆𝑥 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 ℎℎ 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓 𝑘𝑝 ℎ𝑐 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓
ℎ 𝑐

• Channel velocity
̇
𝑄𝑖𝑛 1 1
𝑈𝑝 = × ×
𝜌 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑠
10,43875 1 1
𝑈𝑝 = × ×
835,1 0,001753 45
𝑈𝑝 = 0,15846 𝑚/𝑠
– Bilangan Reynold
𝜌 𝑢𝑝 𝑑𝑒
𝑅𝑒 =
𝜇
835,1 × 0,15846 × 0,006
𝑅𝑒 =
8,087 × 10−3
𝑅𝑒 = 98,12
– Bilangan Prandlt
𝐶𝑝 𝜇
𝑃𝑟 =
𝑘𝐿
2,049 × 10 × 8,087 × 10−3
3
𝑃𝑟 =
0,1668
𝑃𝑟 = 99,34
– Bilangan Nusselt
𝑁𝑢 = 0,26𝑅𝑒 0,65 𝑃𝑟 0,4
𝑁𝑢 = 0,26 × 98,120,65 × 99,340,4
𝑁𝑢 = 32,25
– Koefisien konveksi

55
ℎℎ 𝑑𝑒
𝑁𝑢 =
𝑘𝐿
𝑁𝑢 𝑘𝐿
ℎℎ =
𝑑𝑒
32,25 × 0,1668
ℎℎ =
0,006
ℎℎ = 896,55 𝑊/𝑚2 ℃

❖ Menghitung koefisien konveksi Air


– Channel velocity
𝑄𝑖𝑛̇ 1 1
𝑈𝑝 = × ×
𝜌 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑠
16,5833 1 1
𝑈𝑝 = × ×
995 0,001753 45
𝑈𝑝 = 0,21133 𝑚/𝑠
• Bilangan Reynold
𝜌 𝑢𝑝 𝑑𝑒
𝑅𝑒 =
𝜇
995 × 0,21133 × 0,006
𝑅𝑒 =
0,8 × 10−3
𝑅𝑒 = 1577,05
• Bilangan Prandlt
𝐶𝑝 𝜇
𝑃𝑟 =
𝑘𝐿
4,178 × 10 × 0,8 × 10−3
3
𝑃𝑟 =
0,6
𝑃𝑟 = 5,57
– Bilangan Nusselt
𝑁𝑢 = 0,26𝑅𝑒 0,65 𝑃𝑟 0,4
𝑁𝑢 = 0,26 × 1577,050,65 × 5,570,4
𝑁𝑢 = 61,93
– Koefisien konveksi
ℎℎ 𝑑𝑒
𝑁𝑢 =
𝑘𝐿
𝑁𝑢 𝑘𝐿
ℎ𝑐 =
𝑑𝑒
61,93 × 0,6
ℎ𝑐 =
0,006
ℎ𝑐 = 6193 𝑊/𝑚2 ℃
❖ Bahan Stainless Steel
1 1 1 ∆𝑥 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 ℎ𝐻 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓 𝑘𝑝 ℎ𝑐 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓
ℎ 𝑐

56
1 1 1 0,005 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 896,55 1990 ℎ 16 6193 3000 𝑐
1
= 0,002425
𝑈
𝑈 = 412,336 𝑊/𝑚2 ℃
❖ Bahan Titanium
1 1 1 ∆𝑥 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 ℎ𝐻 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓 𝑘𝑝 ℎ𝑐 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓
ℎ 𝑐
1 1 1 0,005 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 896,55 1990 ℎ 19 6193 3000 𝑐
1
= 0,002376
𝑈
𝑈 = 420,899 𝑊/𝑚2 ℃

• Harga 1 plate titanium GF 13x27H-40 (2”MPT) 0,5 mm


1
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 1 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑎𝑛𝑖𝑢𝑚 = $8.652 𝑥 = $216,3 = 𝑅𝑝 2.883.927,00
40

• Harga 1 plate stainless steel GF 13x27V-40 (2”MPT) 0,5 mm


1
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 1 𝑠𝑡𝑎𝑖𝑛𝑙𝑒𝑠𝑠 𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙 = $5.671 𝑥 = $141,775 = 𝑅𝑝 1.890.286,00
40

57
TOPIK 37: Case Study HE Jenis Tubular

Metode Logarithmic Mean Temperature Difference adalah metode yang sering digunakan
dalam perancangan dan perhitungan unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat Exchanger, dengan
menggunakan perbedaan temperatur rata – rata secara logaritmik yang terjadi. Nilai TLMTD
didapatkan dari perbedaan temperatur rata – rata masuk, T1, dan perbedaan temperatur rata –
rata keluar, T2, yang dibandingkan dengan nilai logaritmik perbandingan dua nilai tersebut.
Persamaannya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
∆𝑇1 − ∆𝑇2
∆𝑇𝑙𝑚 =
ln(∆𝑇1⁄∆𝑇2 )
Sehingga nilai laju perpindahan panas yang terjadi pada aliran dari alat Double Pipe Heat
Exchanger ini, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
𝑄̇ = 𝑈𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam metode ini, yaitu:
1. Kondisi tunak.
2. Konduksi yang terjadi hanya berlangsung satu dimensi ke arah radial pipa.
3. Harga U konstan untuk seluruh panjang pipa.
4. Perpindahan panas yang terjadi hanya diantara kedua pipa saja.
5. Perbedaan energi potensial dan kinetik diabaikan.

Metode Effectiveness – NTU digunakan untuk mengetahui unjuk kerja dari alat Double Pipe
Heat Exchanger. Nilai effectiveness () didapat dari rasio antara jumlah perpindahan panas
secara aktual dengan perpindahan panas maksimum yang terjadi. Nilai effectiveness ()
merupakan bilangan tanpa dimensi yang nilainya berada pada batas 0 ≤  ≤ 1.

Persamaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut :


𝑞
𝜀=
𝑞𝑚𝑎𝑥
Perpindahan panas sebenarnya dihitung dari energi yang dilepaskan oleh fluida panas atau
energi yang diterima oleh fluida dingin.

Case Study
1. Surface Area
Cold water (Cp= 4180 J/kg·°C) leading to a shower enters a thin-walled double-pipe
counter-flow heat exchanger at 15°C at a rate of 0.25 kg/s and is heated to 45°C by hot
water (Cp= 4190 J/kg·°C) that enters at 100°C at a rate of 3 kg/s. If the overall heat
transfer coefficient is 950 W/m2·°C, determine the rate of heat transfer and the heat
transfer surface area of the heat exchanger!

58
Asumsi:
1. Kondisi operasi steady state
2. HE diinsulasi sempurna sehingga heat loss ke lingkungan dapat diabaikan
3. Perubahan energi kinetik dan potensial dari fluida dapat diabaikan
4. Tidak terjadi fouling
5. Sifat fluida konstan
6. Ketahanan termal dari bagian dalam tube dapat diabaikan
• Rate of heat transfer (Q)
𝑄 = [ 𝑚 𝑐𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 )]𝑐𝑜𝑙𝑑
𝑘𝑔 𝑘𝐽
= (0.25 ) (4.18 ℃) (45 ℃ − 15 ℃)
𝑠 𝑘𝑔
= 𝟑𝟏. 𝟑𝟓 𝒌𝑾
• The outlet temperature of the hot water
𝑄 = [ 𝑚 𝑐𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 )]ℎ𝑜𝑡
𝑄
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 𝑇𝑖𝑛 −
𝑚 𝑐𝑝
31.35 𝑘𝑊
= 100 ℃ −
𝑘𝑔
( 3 𝑠 ) (4.19 𝑘𝐽℃)
= 𝟗𝟕. 𝟓𝟎𝟔 ℃
• The temperature differences
∆𝑇1 = 𝑇𝑖𝑛 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑐𝑜𝑙𝑑 = (100 ℃ − 45 ℃) = 55 ℃
∆𝑇2 = 𝑇𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑙𝑑 = (97.5 ℃ − 15 ℃) = 82.5 ℃
∆𝑇1 − ∆𝑇2 55℃ − 82.5℃
∆𝑇𝑙𝑚 = = = 𝟔𝟕. 𝟖 ℃
ln(∆𝑇1 − ∆𝑇2 ) 55℃
ln( )
82.5℃
• The surface Area
𝑄 = 𝑈 𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚
𝑄
𝐴𝑠 =
𝑈∆𝑇𝑙𝑚
31.35 𝑘𝑊
= = 𝟎. 𝟓 𝒎𝟐
(0.95 𝑘𝑊 ⁄𝑚2 ℃)(67.8 ℃)
2. Length
Engine oil (Cp=2100 J/kg·°C) is to be heated from 20°C to 60°C at a rate of 0.3 kg/s in
a 2-cm-diameter thin-walled copper tube by condensing steam outside at a temperature

59
of 130°C (hfg=2174 kJ/kg). For an overall heat transfer coefficient of 650 W/m2·°C,
determine the rate of heat transfer and the length of the tube required to achieve it.

Asumsi:
1. Kondisi operasi steady state
2. HE diinsulasi sempurna sehingga heat loss ke lingkungan dapat diabaikan
3. Perubahan energi kinetik dan potensial dari fluida dapat diabaikan
4. Tidak terjadi fouling
5. Sifat fluida konstan
6. Ketahanan termal dari bagian dalam tube dapat diabaikan
• Perpindahan Panas
𝑄 = [𝑚𝐶𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 )]𝑜𝑖𝑙
𝑘𝑔 𝑘𝐽
𝑄 = (0.3 )(2.1 )(60℃ − 20℃)
𝑠 = 𝟐𝟓.𝑘𝑔℃
𝑸 𝟐 𝒌𝑾
• Perbedaan Temperatur
∆𝑇1 = 𝑇𝑖𝑛 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑐𝑜𝑙𝑑
∆𝑇1 = 130℃ − 60℃ = 70℃
∆𝑇2 = 𝑇𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑙𝑑
∆𝑇2 = 130℃ − 20℃ = 𝟏𝟏𝟎℃
• Metode LMTD
∆𝑇1 − ∆𝑇2
𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
ln(∆𝑇1 − ∆𝑇2 )
70 − 110
𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = = 𝟖𝟖. 𝟓℃
ln(70 − 110)
• Luas Permukaan
𝑄 25.2 𝑘𝑊
𝐴= = = 𝟎. 𝟒𝟒 𝒎𝟐
𝑈 ∙ 𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑘𝑊
• Panjang (0.65 2 ) ∙ (88.5℃)
𝑚 ℃
𝐴𝑡𝑢𝑏𝑒 = 𝜋𝐷𝐿
𝐴𝑡𝑢𝑏𝑒 0.44 𝑚2
𝐿= = =𝟕𝒎
𝜋𝐷 𝜋(0.02 𝑚)
3. Heat Transfer Coefficient

60
Oil is cooled by water in a 2.5-cm-diameter thin-walled double-pipe counter-flow heat
exchanger as seen in the picture. The specific heats of water and oil are given to be 4.18
and 2.20 kJ/kg.°C, respectively. If the length of the tube is 6 m, determine the overall
heat transfer coefficient of the heat exchanger!

• Perpindahan panas dari hot oil ke cold water:

𝑄 = 𝑚𝑐𝑝 (𝑇̇ 𝑖𝑛 ̇ − 𝑇𝑜𝑢𝑡 )


𝑄 = (2 kg⁄s)(2.2 kJ⁄kg ∙̇ ℃) (150℃ − 40℃)
𝑸 = 𝟒𝟖𝟒 𝐤𝐖
• Suhu keluaran dari cold water:
𝑄 = 𝑚𝑐𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡̇ − 𝑇𝑖𝑛 )
484 kW = (1.5 kg⁄s)(4.18̇ kJ⁄kg ̇ ∙ ℃) (𝑇 − 22℃)
𝑜𝑢𝑡
𝑻𝒐𝒖𝒕 = 𝟗𝟗. 𝟐℃
• Mencari LMTD:
∆𝑇1 = 𝑇ℎ,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐,𝑜𝑢𝑡

∆𝑇1 = 150℃ − 99.2℃ = 50.8℃

∆𝑇2 = 𝑇ℎ,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐,𝑖𝑛

∆𝑇2 = 40℃ − 22℃ = 18℃


∆𝑇1 − ∆𝑇2 50.8 − 18
∆𝑇𝑙𝑚 = == = 𝟑𝟏. 𝟔℃
ln(∆𝑇1⁄∆𝑇2 ) ln(50.8⁄18)

• Besar heat transfer coeff:


𝑄̇ = 𝑈𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚
𝑄̇
𝑈=
𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚
484 kW
𝑈= = 𝟑𝟐. 𝟓 𝐤𝐖/𝐦𝟐 ∙ ℃
𝜋(0.025 m)(6 m)(31.6℃)

61
Topik 38: Case Study HE Jenis Spiral

TEORI DASAR
▣ Tabel berikut menunjukkan rumus empiris heat transfer dan pressure drop untuk heat
exchanger spiral (Paul E. Minton, 1970):

▣ Catatan:
1. Rumus menghitung 𝑁𝑅𝑒𝑐 (bilangan Reynolds critical):
𝐷𝑒 0.37
𝑁𝑅𝑒𝑐 = 20,000 ( )
𝐷𝐻
2. Rumus menghitung 𝐺 (mass velocity):
𝐺 = 𝑊𝑜𝜌𝑙 ⁄(𝐴𝜌𝑣 )
3. Faktor kondisi permukaan yang digunakan:
Material Surface Condition Factor (𝚺′)
Copper and Steel 1.0
Stainless Steel 1.7
Polished Surface 2.5
▣ Nomenklatur:
𝐴 = Heat transfer area (ft2) 𝑑 = Channel spacing
𝐵 = Film thickness 𝑓 = Fanning friction factor,
𝐶 = Core diameter (in) dimensionless
𝑐 = Specific heat (Btu/(lb/°F)) 𝐺 = Mass velocity (lb/h.ft2)
𝐷𝑒 = Equivalent diameter (ft) 𝐻 = Channel plate width (in)
𝐷𝐻 = Helix or spiral diameter (ft) ℎ = Film coefficient of heat transfer
𝐷𝑠 = Exchanger outer diameter (in) (Btu/h.ft2.(°F/ft))

62
𝑘 = Thermal conductivity 𝜌𝑙 = Liquid density (lb/ft3)
2
(Btu/h.ft .(°F/ft)) 𝜌𝑣 = Vapor density (lb/ft3)
𝐿 = Plate length (ft) Σ, Σ′ = Surface condition factor,
𝑀 = Molecular weight, dimensionless
dimensionless 𝜎 = Surface tension (dynes/cm)
𝑃 = Pressure (psia) ▣ Subskrip:
𝑝 = Plate thickness (in) 𝑏 = Bulk fluid properties
∆𝑃 = Pressure drop (psi) 𝑐 = Cold stream
𝑄 = Heat transferred (Btu) 𝑓 = Film fluid properties
𝑠 = Specific gravity (referred to 𝐻 = High temperature
water at 20°C) ℎ = Hot stream
∆𝑇𝑀 = Log mean temperature 𝐿 = Low temperature
difference (LMTD) (°C) 𝑚 = Median temperature
𝑈 = Overall heat transfer coefficient 𝑠 = Scale or fouling material
𝑊 = Flowrate (lb/h) /1000 𝑤 = Wall, plate material
ɼ = Condensate loading (lb/h.ft) ▣ Dimensionless groups:
𝑍 = Viscosity (cP) 𝑁𝑅𝑒 = Reynolds number
𝜃 = Time (h) 𝑁𝑅𝑒𝑐 = Critical Reynolds number
𝜆 = Heat of vaporization (Btu/lb) 𝑁𝑃𝑟 = Prandtl number
𝜇 = Viscosity (lb/h.ft)

CONTOH SOAL
Sebuah heat exchanger spiral akan digunakan untuk mendinginkan tridekanol dengan
spesifikasi berikut:
Specifications Hot Side Cold Side
Flow rate 6225 5925 lb/h
Inlet temperature 200 60 °C
Outlet temperature 120 150.4 °C
Maximum allowable
1 1 Psi
pressure drop
Heat capacity 0.71 0.66 Btu/ft/°F
Viscosity 3.35 8 cP
Molecular weight 200.4 200.4

Ditanya:
Perhitungan desain, yaitu:
▣ Plate width
▣ Plate length
▣ Channel spacing
▣ Core diameter
▣ Spiral diameter

63
Jawab:
Step 1: Menghitung heat transferred (𝑄).
▣ Menghitung heat transferred:
𝑄 = ṁ × 𝑐 × ∆𝑇
𝑙𝑏 𝐵𝑡𝑢 ℉
𝑄 = 6225 × 0.71 × (200 − 120)℃ × 1.8 = 636,400 𝐵𝑡𝑢
ℎ 𝑙𝑏⁄℉ ℃
▣ Menghitung LMTD:

∆𝑇1 − ∆𝑇2
𝐿𝑀𝑇𝐷 = [ ]𝐹
∆𝑇
ln (∆𝑇1 )
2

(120 − 60) − (200 − 150.4) 60 − 49.6


𝐿𝑀𝑇𝐷 = [ ]1 = [ ] = 54.5℃
(120 − 60) 60
ln ( ) log (49.6)
(200 − 150.4)

Step 2: Menghitung luas permukaan kontak (𝐴) asumsi.


▣ Mengasumsikan nilai 𝑈 (overall heat transfer coefficient):
𝐵𝑡𝑢
𝑈 = 50
ℎ 𝑓𝑡 2 ℉
▣ Menghitung luas permukaan kontak asumsi:
𝑄 = 𝑈 × 𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷
𝐵𝑡𝑢
𝑄 636,400
𝐴= = ℎ = 130 𝑓𝑡 2
𝑈 × 𝐿𝑀𝑇𝐷 50 𝐵𝑡𝑢 × 54.5℃ × 1.8 ℉
ℎ 𝑓𝑡 2 ℉ ℃

Step 3: Menghitung lebar plat (𝐻) dan panjang plat (𝐿) asumsi.
▣ Melihat tabel berikut (Paul E. Minton, 1970):

▣ Diasumsikan heat exchanger berukuran kecil, sehingga lebar plat asumsinya adalah 24
in (atau 2 ft).
▣ Maka, panjang plat asumsinya adalah:
𝐴
𝐿=
𝐻×2
130 𝑓𝑡 2
𝐿= = 32.5 𝑓𝑡
2 𝑓𝑡 × 2

64
Step 4: Menghitung bilangan Reynolds (𝑁𝑅𝑒 ).
▣ Rumus menghitung bilangan Reynolds:
𝑊
𝑁𝑅𝑒 = 10,000 ( )
𝐻𝑍
▣ Hot side bilangan Reynolds:
𝑙𝑏
6225
𝑁𝑅𝑒 = 10,000 ( ℎ ) = 774
24 𝑖𝑛 × 3.35 𝑐𝑃

▣ Cold side bilangan Reynolds:


𝑙𝑏
5925
𝑁𝑅𝑒 = 10,000 ( ℎ ) = 309
24 𝑖𝑛 × 8 𝑐𝑃

▣ Karena kedua fluida mengalir secara laminer, maka jenis heat exchanger yang dipilih
adalah spiral untuk keduanya.

Step 5: Memilih korelasi literatur yang sesuai.


▣ Menghitung nilai 𝑁𝑅𝑒𝑐 (bilangan Reynolds critical):
𝐷𝑒 0.37 12 0.37
𝑁𝑅𝑒𝑐 = 20,000 ( ) = 20,000 ( ) = 23,237
𝐷𝐻 8
▣ Karena 𝑁𝑅𝑒 < 𝑁𝑅𝑒𝑐 dan dalam kasus ini tidak ada perubahan fasa, maka persamaan
yang digunakan untuk tahap selanjutnya adalah:
Hot side Equation (3): No phase change (liquid), 𝑁𝑅𝑒 < 𝑁𝑅𝑒𝑐
Cold side Equation (3): No phase change (liquid), 𝑁𝑅𝑒 < 𝑁𝑅𝑒𝑐
Fouling Equation (12): Sensible heat transfer
Plate Equation (10): Sensible heat transfer

Step 6: Menghitung sum of products (SOP).


▣ Perhitungan berikut ini adalah perhitungan yang dilakukan untuk mengoreksi asumsi-
asumsi pada tahap sebelumnya yang memperhitungkan empat faktor, yaitu heat
transfer pada hot side, cold side, plate, dan fouling.
▣ Hot side:
2 2
∆𝑇ℎ 𝑀 9 𝑍𝑓 0.14 𝑊 3 (𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 𝑑
= 32.6 × [ 8 ( ) ] × [ ] × [ 2]
∆𝑇𝑀 𝑍 ∆𝑇𝑀
𝑠9 𝑏 𝐿𝐻 3
2
2 6225 3
∆𝑇ℎ 200.49 (1000) (200 − 120) 0.375
= 32.6 × [ 8 (1)0.14 ] × ×[ 2]
∆𝑇𝑀 54.5
0.8439 32.5 × 243
[ ]
∆𝑇ℎ
= 32.6 × 3.775 × 4.967 × 0.001387 = 0.848
∆𝑇𝑀

65
▣ Cold side:
2 2
∆𝑇𝑐 𝑀 9 𝑍𝑓 0.14 𝑊 3 (𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 𝑑
= 32.6 × [ 8 ( ) ] × [ ] × [ 2]
∆𝑇𝑀 𝑍 ∆𝑇𝑀
𝑠9 𝑏 𝐿𝐻 3
2
2 5925 3
∆𝑇𝑐 200.49 (1000) (150.4 − 90) 0.375
= 32.6 × [ 8 (1)0.14 ] × ×[ 2]
∆𝑇𝑀 54.5
0.8439 32.5 × 243
[ ]
∆𝑇𝑐
= 32.6 × 3.775 × 5.431 × 0.001387 = 0.927
∆𝑇𝑀
▣ Fouling:
Diasumsikan ℎ (fouling heat transfer coefficient) adalah 1000 dan bahan heat
exchanger adalah stainless steel dengan 𝑘 (thermal conductivity) adalah 10.
∆𝑇𝑠 𝑐 𝑊(𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 1
= 6,000 × [ ] × [ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 ℎ ∆𝑇𝑀 𝐿𝐻
∆𝑇𝑠 0.66 5.925 × 90.4 1
= 6,000 × [ ]×[ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 1,000 54.5 32.5 × 24
∆𝑇𝑠
= 6,000 × 0.00066 × 9.828 × 0.001282 = 0.050
∆𝑇𝑀
▣ Plate:
Diasumsikan 𝑝 (plate thickness) adalah 0.125 in.
∆𝑇𝑤 𝑐 𝑊(𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 𝑝
= 500 × [ ] × [ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 𝑘 ∆𝑇𝑀 𝐿𝐻
∆𝑇𝑤 0.66 5.925 × 90.4 0.125
= 500 × [ ]×[ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 10 54.5 32.5 × 24
∆𝑇𝑤
= 500 × 0.066 × 9.828 × 0.0001603 = 0.052
∆𝑇𝑀
▣ Sum of Products (SOP):
Keempat faktor koreksi ini dijumlahkan sebagai sum of products (SOP), atau faktor
koreksi untuk persamaan:
𝑄 = 𝑈 × 𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷 × 𝑆𝑂𝑃
Jika SOP = 1, maka nilai 𝑈 dan 𝐴 yang diasumsikan sebelumnya sudah benar.
𝑆𝑂𝑃 = 0.848 + 9.927 + 0.050 + 0.052 = 1.877
Karena SOP > 1, maka luas area heat exchanger perhitungan sebelumnya masih belum
cukup untuk menurunkan temperatur, sehingga panjang atau lebar plat harus ditambah.

Step 7: Menghitung panjang plat (𝐿) baru.


▣ Berdasarkan hasil SOP di atas, maka panjang plat akan ditambah menjadi:
𝐿 = 1.877 × 32.5 𝑓𝑡 = 61 𝑓𝑡

Step 8: Menghitung pressure drop (∆𝑃).


▣ Perhitungan berikut ini adalah perhitungan yang dilakukan untuk menghitung pressure
drop, baik pada hot side maupun cold side. Pressure drop berkaitan dengan channel

66
spacing, di mana semakin kecil channel spacing, maka pressure drop semakin besar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan trial and error untuk mengetahui channel spacing
yang paling ekonomis atau kecil namun masih memenuhi kriteria maksimum pressure
drop yang diperbolehkan.
▣ Karena tidak ada perubahan fasa dan nilai 𝑁𝑅𝑒 berada di antara 100 dan 𝑁𝑅𝑒𝑐 , maka
persamaan yang digunakan adalah (15):
1 1
𝐿 𝑊 1.035𝑍 2 𝑍𝑓 0.17 𝐻 2 16
∆𝑃 = 0.001 × [ ] × [ ] × [ ( ) ( ) + 1.5 + ]
𝑠 𝑑𝐻 (𝑑 + 0.125) 𝑍𝑏 𝑊 𝐿

▣ Perhitungan pertama menggunakan channel spacing sebesar 0.375 in.


1. Hot side:
0.001 × 61 6.225
∆𝑃 = [ ]×[ ]
0.843 0.375 × 24
1 1
1.035 × 3.352 × 1 × 242 16
×[ 1 + 1.5 + ]
61
(0.375 + 0.125)6.2252
∆𝑃 = 0.07236 × 0.6917 × 9.202 = 0.461 𝑝𝑠𝑖
2. Cold side:
0.001 × 61 6.225
∆𝑃 = [ ]×[ ]
0.843 0.375 × 24
1 1
1.035 × 3.352 × 1 × 242 16
×[ 1 + 1.5 + ]
61
(0.375 + 0.125)5.9252
∆𝑃 = 0.07236 × 0.6583 × 13.55 = 0.645 𝑝𝑠𝑖
▣ Karena pressure drop masih jauh dari batas maksimum yang diperbolehkan (1 psi),
maka dihitung kembali dengan channel spacing yang lebih kecil, yaitu 0.25 in.
1. Hot side:
0.001 × 41.8 6.225
∆𝑃 = [ ]×[ ]
0.843 0.25 × 24
1 1
1.035 × 3.352 × 1 × 242 16
×[ 1 + 1.5 + ]
41.8
(0.375) × 6.2252
∆𝑃 = 0.04958 × 1.037 × 11.80 = 0.607 𝑝𝑠𝑖
2. Cold side:
1 1
0.001 × 41.8 5.925 1.035 × 82 × 1 × 242 16
∆𝑃 = [ ]×[ ]×[ 1 + 1.5 + ]
0.843 0.25 × 24 41.8
(0.375) × 5.925 2

∆𝑃 = 0.04958 × 0.9875 × 17.59 = 0.861 𝑝𝑠𝑖


▣ Karena plate spacing 0.25 in sudah paling ekonomis, maka nilai tersebut dipilih.

Step 9: Menghitung ulang sum of products (SOP).


▣ Dengan plate spacing yang baru (0.25 in), perhitungan SOP kembali dilakukan:
∆𝑇ℎ 0.25
= 0.848 × = 0.565
∆𝑇𝑀 0.375
67
∆𝑇𝑐 0.25
= 0.927 × = 0.618
∆𝑇𝑀 0.375
∆𝑇𝑠 0.25
= 0.052 × = 0.035
∆𝑇𝑀 0.375
∆𝑇𝑤
= 0.050
∆𝑇𝑀
𝑆𝑂𝑃 = 0.565 + 0.618 + 0.035 + 0.050 = 1.268
Didapatkan nilai SOP yang lebih mendekati 1.

Step 10: Menghitung panjang plat (𝐿), luas permukaan kontak (𝐴), dan overall heat transfer
coefficient (𝑈) baru.
▣ Panjang plat (𝐿) baru:
𝐿 = 1.268 × 32.5 = 41.7 𝑓𝑡
▣ Lebar plat (𝐻) = 2 ft
▣ Luas permukaan kontak (𝐴) baru:
𝐴 = 2𝐿𝐻 = 2 × 41 𝑓𝑡 × 2 𝑓𝑡 = 166 𝑓𝑡 2
▣ Overall heat transfer coefficient (𝑈) baru:
𝑄 = 𝑈 × 𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄 636,400 𝐵𝑡𝑢
𝑈= = = 38.8
𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷 166 × 54.5 ℎ 𝑓𝑡 2 ℉

Step 11: Menghitung outside diameter (𝐷𝑠 ) dan core diameter baru.
▣ Outside diameter (𝐷𝑠 ) baru:
1
𝐷𝑠 = [15.36 × 𝐿(𝑑𝑠𝑒 + 𝑑𝑠ℎ + 2𝑝) + 𝐶′2 ]2 = 23.33 𝑖𝑛
▣ Core diameter baru:
Berdasarkan tabel berikut:

Dengan lebar plat 24 in dan outside diameter 23.33 in (masih masuk dalam batas
maksimum outside diameter), maka core diameter-nya adalah 8 in.

Spesifikasi Akhir
Plate Width 24 inch
Plate Length 41.70658273 ft
Channel Spacing 0.25 inch
Core Diameter 8 inch

68
Spiral Diameter 23.33366309 inch
Heat Transfer Area 166.826027 ft2
Hot Side Pressure Drop 0.605820038 psi
Cold Side Pressure Drop 0.859616564 psi
U (Overall Heat Transfer
38.79287195 Btu/h.ft2.F
Coefficient)

REFERENSI
Minton, P. E., Designing Spiral Heat Exchangers, Chemical Engineering, pp. 103–112, May
4, 1970.

Topik 39: Case Study HE Jenis Rotary

Klasifikasi HE berdasarkan Konstruksi

Classification According to Construction

Extended
Tubular Plate-type Regenerative
Surface

Double-pipe Plate Plate-fin Rotary

Shell and
Spiral Tube-fin Fixed- matrix
Tube

Spiral Tube Plate coil

Pipecoils

Karakteristik Rotary Heat Exchanger

• Matrix (disk atau rotor) berputar secara kontinyu.


• Temperatur fluida yang keluar bervariasi berdasarkan flow area dan tidak dipengaruhi
• waktu.
• Aliran 2 fluida yang digunakan biasanya berlawanan arah.
• Aliran dipisahkan dengan adanya ductwork dan rubbing seals pada disk atau rotor.

69
Prinsip Kerja Rotary Heat Exchanger
Contoh pada Rotary Pre-Heater :
1. Gas panas sisa pembakaran dari boiler keluar melewati air preheater dan memanasi
permukaan elemen
2. Preheater berputar pada porosnya secara kontinyu
3. Elemen pemanasan yang telah berada pada sisi udara akan memanaskan udara masuk
dari arah berlawanan
4. Temperatur udara yang akan memasuki boiler akan meningkat.
Kondisi Operasi
➢ Efektivitas :> 85%
➢ Temperature : 790oC
➢ Tekanan : 400kPa
➢ Kecepatan rotasi : 0.5-3 rpm dengan diameter sampai 10 m untuk power plant
regenerator (0-10 rpm dengan diameter 0.25 sampai 3 m untuk regenerator ventilasi
udara)
Aplikasi Rotary Heat Exchanger

saluran sistem ventilasi


Air Handling Unit(AHU)
sebagai bagian utama dari
bagian pemulihan panas

70
STUDI KASUS
Diketahui :

• Beroperasi pada aliran dengan Re = 1000


• Pressure drop pada tekanan udara = 10 kPa
3 14
𝑗= 𝑓=
𝑅𝑒 𝑅𝑒
𝑃𝑟 = 0,7 (ℎ𝐴)ℎ = (ℎ𝐴)𝑐

• j = 𝑓𝑟𝑖𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟, 𝑓 = 𝑓𝑜𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟

• ℎ𝐴 = 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑢𝑐𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝑊/𝑘)

• 𝑃𝑟 = 𝑃𝑟𝑎𝑛𝑑𝑡𝑙 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 → ratio of kinematic viscosity (m2/s) to thermal diffusivity


(m2/s)

• Flow split = 50 : 50
Ditanya : Tentukan perubahan disk radius atau diameter pada rotary regenerator yang
beroperasi pada Re = 500
PEMBAHASAN
Asumsi yang Digunakan :
o Laju alir massa udara tidak berubah ketika Re menurun
o L (core thickness or flow length) dan Dh (diameter hidraulik) dijaga konstan
o Aliran berkembang secara laminar (akan berubah secara termal)
o Wall thermal resistance dan fouling resistance diabaikan
o Sifat fluida tidak berubah saat Re berubah
o Dengan flow split 50:50, dianggap efek yang terjadi akan sama pada udara dan gas
Tahapan Penyelesaian
1. Menentukan nilai Nu
Karena aliran berkembang secara laminar maka Nu akan konstan:

𝑁𝑢 = 𝑗. 𝑅𝑒. 𝑃𝑟 1/3

𝑁𝑢 = 3. (0,7)1/3 = 2,66

2. Mencari 𝒉

h = convection heat transfer coefficient

Menggunakan persamaan 𝑁𝑢 = ℎ. 𝐷ℎ/𝑘 dengan Dh konstan, maka:


𝑁𝑢2 ℎ1
= =1
𝑁𝑢1 ℎ2

71
𝑁𝑢1 saat 𝑅𝑒 = 1000 dan 𝑁𝑢2 saat 𝑅𝑒 = 500
Hal ini menunjukkan bahwa heat transfer coefficient tidak berubah karena Re, maka UA
dan laju perpindahan panas (q) tidak akan berubah
3. Menghitung G

𝐺 = 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑓𝑙𝑜𝑤


Saat Re berubah dari 1000 menjadi 500 tanpa perubahan laju aliran massa dan geometri
𝐺.𝐷ℎ
regenerator (L dan Dh) dengan menggunakan persamaan 𝑅𝑒 = , maka:
𝜇

𝑅𝑒2 𝐺2 500
= = = 0,5
𝑅𝑒1 𝐺1 1000

4. Evaluasi Pressure Drop


𝐿
L , Dh, dan (f.Re) konstan pada persamaan ∆𝑝 = 𝐷ℎ2 𝐺(𝑓. 𝑅𝑒), maka:

∆𝑝2 𝐺2
= = 0,5
∆𝑝1 𝐺1

∆𝑝2 = 0,5 ∆𝑝1 = 0,5(10 𝑘𝑃𝑎) = 5 𝑘𝑃𝑎


Maka Pressure drop akan berkurang sebanyak 50% dengan penurunan Re sebesar 50%
5. Perubahan Re
Perubahan Re dapat disebabkan karena berhubungan dengan G, dimana persamaan laju alir
massa 𝑚̇ = 𝐺. 𝐴𝑂
6. Disk Radius Atau Diameter (D)
Flow area Ao = 2 Flow area awal untuk menurunkan G sebanyak 50%

𝜋𝑟22 𝐴𝑓,2 𝐴𝑂,2 /𝜎


= = =2
𝜋𝑟12 𝐴𝑓,1 𝐴𝑂,1 /𝜎

𝜎 = rasio dari free-flow area dengan frontal area


𝑟2
Sehingga, = √2 = 1,41
𝑟1

Jadi, d untuk menurunkan Re dari 1000 menjadi 500 harus ditingkatkan sebesar 41%

72

Anda mungkin juga menyukai