Resume Perancangan Heat Exchanger PDF
Resume Perancangan Heat Exchanger PDF
ii
Topik 21: Jenis HE Berdasarkan Fungsinya
• Heat Exchanger
• Cooler
• Condenser
• Heater
• Evaporator
• Chiller Terdapat dua jenis, yaitu
• Reboiler
o Pipe Coil: Media pendingin
Air Cooler berupa air. Ada 3 jenis yaitu
Spiral Coil, Pipe Coil, dan
Heat Exchanger itu sendiri adalah suatu alat
Box Cooler
yang digunakan untuk memindahkan panas
o Air Cooler: Media pendingin
antara dua buah fluida atau lebih yang
berupa udara
memiliki perbedaan temperature di mana
3. Condenser
perpindahan panas terjadi dari fluida yang
Berfungsi mengembunkan uap atau
bertemperatur tinggi ke fluida yang
menyerap kalor laten penguapan.
bertemperatur rendah. Perpindahan panas
Media pendingin berupa air. Ada 3
tersebut baik secara langsung maupun secara
jenis
tidak langsung.
1. Heat Exchanger
Berfungsi sebagai media
perpindahan kalor antara dua fluida.
Umumnya perpindahan kalor terjadi
antara fluida proses dengan fluida
utilitas
4. Heater
Berfungsi memanaskan fluida
proses. Media pemanas berupa steam
atau air panas
7. Reboiler
Berfungsi menyuplai kalor yang
diperlukan bottom product pada
proses distilasi. Media pemanas
dapat berupa steam atau fluida panas
(misalnya residu).
5. Evaporator
Berfungsi memekatkan suatu larutan
dengan cara menguapkan airnya.
Media pemanas berupa steam atau
pemanas lainnya. 8. Air Cooled Exchanger
Berfungsi mendinginkan fluida pada
suhu ambient dengan udara
4
Topik 22: Kriteria Pemilihan Jenis HE yang Populer
Definisi
• Alat yang berfungsi untuk mentransfer energi panas (entalpi) antara dua atau lebih fluida,
antara permukaan padat dengan fluida, atau antara partikel padat dengan fluida, pada
temperatur yang berbeda serta terjadi kontak termal.
Kriteria
Hal-hal utama yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis HE adalah:
• Luas permukaan yang terkontak (coverage)
• Tekanan
• Beda suhu
• Jenis fluida (fouling)
1. Shell & Tube HE
• Heat exchanger tipe shell & tube menjadi satu tipe yang paling mudah dikenal. Tipe ini
melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di dalam tube,
sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam
sebuah ruang berbentuk silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-
pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell.
• Shell and tube heat exchanger diklasifikasikan dan dikonstruksi berdasarkan standar yang
ada, seperti: standar TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association), DIN, ASME
(American Society of Mechanical Engineers)
• Shell & Tube heat exchanger biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan
tekanan yang lebih besar dari 30 bar dan suhu yang lebih besar dari 260 ° C).
5
Prinsip kerja
• Dengan menukar kalor yang akan dibuang dari fluida panas tanpa adanya kontak langsung
dengan fluida dingin yang akan menerima panas tersebut. Dimana fluida yang mengalir di
dalam tube dengan temperature tinggi akan memberikan sebagian kalornya kepada fluida
di dalam shell yang temperaturnya lebih rendah, dapat juga terjadi sebaliknya.
Kriteria Pemilihan
1. Type of Duty
• Dapat digunakan untuk semua jenis media pemanas atau pendingin ; fase gas dan uap,
untuk evaporasi dan boiling, kondensasi, dan slurry
• Slurries tidak dapat di handle pada sisi shell
2. Operating Limitation
• Dapat didesain pada banyak kombinasi suhu (diatas 260 oC)dan tekanan (diatas 30 bar)
3. Material of Construction
• Dapat difabrikasi pada banyak jenis material
• Pada umumnya tube berbahan metalic, tetapi beberapa pabrik menawarkan unit tube
dengan bahan graphite, plastic atau silicon carbide.
4. Fouling
• Dapat dibersihkan secara mekanik pada sisi tube
• Cenderung terjadinya fouling pada sisi shell, tetapi dapat didesain secara mekanik
untuk pembersihan pada sisi shell
• Jika fluida memiliki viskositas yang tinggi, tidak disarankan menggunakan S&T
karena memungkinkan terjadinya fouling semakin besar dan sulitnya pembersihan
(bongkar-pasang) pada alat ini
5. Safety and Reliability
• Secara umum sangat baik, namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
sambungan tubesheet, korosi pada dead zone disekitar baffles, dan getaran tube
6. Inspection and repairs
• Dengan bundle yang dapat dilepas, semua bagian dapat diperiksa secara visual.
• Dengan desain tubesheet tetap, hanya sisi tabung dapat diperiksa secara visual, tetapi
teknik pengukuran ketebalan melalui ultrasonik dapat berguna untuk menghitung
kondisi tabung
7. Dimensions and weight
• Rasio surface/volume yang kecil (50-120 m2/m3)
8. Cost
6
Gambar Harga untuk unit HE pada plant
7
Kelebihan Kekurangan
Sangat umum digunakan pada industri dan mudah Efisiensi thermal yang kecil
digunakan dibandingkan dengan plate &
frame
Mudah dalam perawatan Terdapat dead zone di sisi shell
yang dapat menyebabkan
masalah korosi
Konfigurasi yang dibuat dapat memberikan luas
permukaan yang besar (> 200 ft2) dengan volume yang
kecil
Memiliki rentang tekanan operasi yang tinggi( diatas 30
bar) dan temperature yang tinggi (diatas 260 oC)
Konstruksi mekanik dapat lebih menahan masalah proses
dan fisik dan dapat dibuat dari berbagai material
Heat exchanger ini dapat digunakan untuk
pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi
segala macam fluida.
Aplikasi
• Power condenser
• oil coolers
• Preheaters
• Steam generators
2. Plate and Frame HE
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan
yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui
dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang
lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Dinding plat biasanya terbuat dari logam, atau zat lain dengan konduktivitas panas yang
tinggi, untuk memfasilitasi pertukaran, sedangkan casing luar terbuat dari plastik atau dilapisi
dengan isolasi termal, untuk mencegah panas yang melarikan diri dari exchanger.
Pelat dari Heat Exchanger ini normalnya memiliki ketebalan berkisar antara 0,5 hingga 3
mm dan jarak antara tiap pelat antara 1,5 hingga 5 mm. Luas permukaan pelat tersebut berkisar
antara 0,03 hingga 1,5 m2, dengan rasio lebar/panjang antara 2 sampai 3. Luas permukaan Plate
and Frame Heat Exchanger bervariasi dari yang paling kecil sebesar 0,03 m2 sampai dengan yang
paling besar yaitu 1500 m2. Laju alir maksimum fluida yang diizinkan terbatas hingga 2500
m3/jam.
8
Gambar 1. Plate and Frame Heat Exchanger
(Sumber : http://www.sumantry.com/produk/produk-static-item/51-plate-heat-exchanger-
gasket-phe)
1. Operating Limitation
• Tidak dapat menghandle tekanan diatas 30 bar
• Maksimum suhu operasi 250oC
2. Material of Construction
• Pada umumnya plate berbahan logam (Stainless Steel, Titanium, Titanium-Palladium,
Nickel, Hastelloy, Inconel, Tantalum)
3. Fouling
9
Faktor-faktor fouling kecil karena:
• Aliran turbulen yang tinggi menyebabkan padatan tersuspensi17
• Profil kecepatan pada pelat menjadi seragam
• Permukaan pelat secara umum smooth
• Laju korosi rendah
• Mempunyai nilai ekonomis dalam instalasi karena hanya membutuhkan tempat 1/4
sampai 1/10 tempat yang dibutuhkan tube dan spiral
• Penukar panas jenis pelat dapat memindahkan panas secara efisien bahkan pada beda
temperatur sebesar 10C sekalipun
4. Cost Efficient
• Mempunyai ukuran yang lebih kecil dan bahan yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga
dapat dikatakan tipe ini paling ekonomis
5. Inspection and repairs
• Gasket dapat dengan mudah dibongkar pasang untuk dibersihkan
6. Effective heat transfer
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat 1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk
besar pada volume alat yang kecil,sehingga menahan tekanan. Plate and Frame Heat
perpindahan panas yang efisien. Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan
lebih dari 30 bar.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan 2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah
penting
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika 3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga
proses pembersihan 250oC dikarenakan performa dari material gasket
yang sesuai.
4. Waktu tinggal media sangat pendek 4. Initial cost tinggi karena plate titanium mahal
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental 5. Berpotensi mengalami kebocoran
(viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan 6. Kinerja kurang baik jika perbedaan temperatur
mudah pelatnya ditambah antara 2 fluida sangat besar
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya 7. Maintenance cost rendah
dalam segi bahan (Stainless Steel,Titanium, dan
logam lainnya)
10
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang 8. Karena pola aliran turbulen, maka pressure loss
terjadinya fouling dan sedimentasi cukup besar
11
B. Kombinasi Design HE
1. Fixed Tubesheet Exchangers (eg. Type BEM, AEM, NEN)
• Tubesheet dilas pada shell dan heads dipasang dengan baut di tubesheet
• Cover plate dapat dilepas dengan tujuan untuk memudahkan pembersihan tube
12
• Tube dapat menahan • Material yang berbahaya tidak
tekanan cukup tinggi boleh digunakan karena dapat
• Tube bundle dapat menyebabkan kebocoran
dilepas • Temperatur fluida pada shell harus
• Pembersihan secara dibawah 300oF dan tekanan di
mekanis dapat dilakukan bawah 150 psi
• Kegagalan pada packing
dapat dilihat selama
operasi
Tipe ini direkomendasikan untuk menangani fluida bertekanan rendah,
temperature rendah, dan tidak berbahaya
Pada floating head with backing device (Tipe S), penutup shell di
atasfloating head memiliki diameter lebih besar dari shell.
Akibatnya, sealing strip umumnya tidak diperlukan. Tabung
bundel tidak dapat dilepas. Jenis ini dianjurkan untuk HP, proses
cairan tidak berbahaya.
Kelebihan: Batasan:
• Memungkinkan adanya tekanan • Kegagalan pada gasket
tinggi tidak dapat dilihat dari luar,
• Memungkinkan adanya sehingga kebocoran
pembersihan shell dan tube terkadang sulit untuk
secara mekanis dideteksi
• Efisisensi lebih tinggi • Kedua ujung penukar panas
dibandingkan tipe T karena harus dibongkar untuk
annulus lebih kecil dan jumlah pembersihan dan
tube lebih banyak pada shell pemeliharaan.
• Tekanan : 75-600 psi
Tipe ini direkomendasikan untuk menangani tekanan tinggi dan fluida
yang tak berbahaya. Sering digunakan pada refinery.
5. Externally Sealed Tubesheets Exchangers (Type W)
Bundle tubesheet dengan floating tubesheet tersegel dapat dilepas untuk menghindari
pencampuran fluida
13
Pembersihan Tube dan Suhu maksimum • Jaket Air
Shell dapat dilakukan 375oF/190 oC Pendingin
dengan cara mekanik • Pendingin
Dapat menggunakan Tekanan maksimum dengan air
multi-tube-pass 300 psi didalam tube
Dengan Floating Fluida pada shell dan
tubesheet perbedan suhu tube harus tidak
yang tinggi antara shell volatile dan beracun
dan tube dapat diatasi
Kelebihan: Kekurangan:
• Bundle dapat dilepas • Kebocoran sulit untuk
• Pembersihan secara mekanis dideteksi
dapat dilakukan • Mempunyai harga yang
• Pressure loss kecil lebih mahal
• Efisiensi thermal rendah
karena besarnya annulus
antara OTL dengan sheel
ID
• Tekanan : 75-300 psi
Liquid dan
Konstruksi Tube Dapat Dapat
Tube Liquid dan Gas Gas Tidak Liquid dan
Jenis Heat dari Jenis Dibersihkan Menahan
Dapat Tidak Berbahaya Berbahaya Gas
Exchanger Heat Secara Thermal
Dilepas dibawah 40 Barg diatas 40 Berbahaya
Exchanger Mekanik Shock
Barg
Externally
Sealed,
AEW,
Floating Yes Yes Yes No No No No
BEW
Tube
Sheet
14
Outside
Packed
AEP, BEP Yes Yes Yes Yes Yes No No
Floating
Head
Fixed
AEL,
Tube No Yes Yes Yes Yes Yes No
BEM
Sheet
Fixed
Tube
Sheet,
NEN Channel No Yes Yes Yes Yes Yes No
Integral
with Tube
Sheet
AEU,
U-Tube Yes No Yes Yes Yes Yes Yes
BEU
Pull-
AET, Through
Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes
BET Floating
Head
Floating
Head With
AES, BET Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes
Backing
Device
15
Spiral
Gasketed Plate Heat Exchanger
Gasketed plate heat exchanger (Plate & Frame) tersusun atas sejumlah pelat persegi panjang tipis
berjarak dekat yang tersegel pada sekeliling ujungnya dan disatukan oleh frame besi. Terdapat
saluran tempat mengalirnya masing-masing aliran panas dan dingin.
Thermal Plate
Thermal Plate merupakan bagian paling penting dan paling mahal dari Plate Heat Exchanger yang
terbuat dari logam, baja logam, atau material grafit khusus. Stainless steel, titanium, nickel,
aluminum, incoloy, hastelloy, monel, dan tantalum merupakan sejumlah contoh bahan penyusun
plate yang banyak diaplikasikan di industri.
Konfigurasi bentuk plate:
Plate juga dapat didesain untuk menghasilkan aliran fluida secara vertical atau diagonal, yang
bergantung pada susunan gasket. Vertical flow terjadi ketika aliran masuk dan keluar dari sisi yang
sama. Diagonal flow terjadi ketika aliran masuk dan keluar dari sisi yang bersebrangan.
16
Susunan Plate dan Arah Aliran
Tipe susunan plate heat exchangers paling sederhana adalah jenis one pass, dimana tidak ada
perubahan arah aliran (1-1 single-pass arrangement). Terdapat dua jenis aliran one pass:
Countercurrent and Concurrent.
Countercurrent: Aliran berlawanan arah
Concurrent: Aliran searah
Tipe Multi-pass arrangements juga dapat digunakan untuk meningkatkan laju perpindahan panas.
Biasa dibutuhkan pada kondisi terdapat perbedaan laju alir stream.
17
utama dari plate-fin exchanger biasanya adalah industri cryogenics. Plate-fin digunakan untuk
perpindahan panas yang membutuhkan area kontak yang luas.
Kelebihan
Lebih mudah dirawat.
Mudah mengatur temperatur.
Lebih fleksibel, dapat dengan mudah menambah plat.
Untuk material dengan viskositas tinggi.
Heat-transfer terjadi secara efisien.
Lebih sedikit menggunakan tempat.
Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
Tidak mudah terjadi kebocoran.
18
Kekurangan
Kurang baik untuk menahan tekanan. (<30 bar)
Pemilihan material gasket yang sesuai sangat penting.
Temperature maks terbatas hingga 250°C. (Karena performa dari material gasket yang
sesuai).
Pressure drop tinggi.
Topik 25: Mekanisme Proses Perpindahan Kalor dan Cara Kerja HE S&T
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke
fluida yang lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan selalu
menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran
yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar kalor
yang banyak dipakai adalah Shell and Tube. Alasan pemakaian tipe Shell and Tube dibandingkan
tipe lainnya adalah konfigurasinya memberikan luas permukaan yang besar pada volume yang
kecil, mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan, dapat dikonstruksi dengan
material yang beraneka ragam, dan mudah dibersihkan.
1. Shell: Media mengalirnya fluida yang akan ditukarkan panasnya dengan fluida yang
mengalir di dalam tube
2. Tube: Penyedia permukaan pertukaran panas antara fluida yang mengalir melalui bagian
dalam tube dan melalui bagian luar tube (shell)
3. Tube Sheets: Penyedia permukaan pertukaran panas antara fluida yang mengalir melalui
bagian dalam tube dan melalui bagian luar tube (shell)
4. Baffles: Penghalang yang berfungsi untuk memberikan turbulensi yang akan
meningkatkan laju perpindahan panas dan mempercepat laju alir fluida yang mengalir
melalui shell
19
5. Nozzle: Tempat masuknya fluida yang akan membuat aliran fluida lebih merata, sehingga
didapatkan efisiensi perpindahan panas yang tinggi
Prinsip Umum: Pengontakan dua fluida secara tak langsung yang memiliki beda suhu, dimana
salah satu fluida mengalir melalui shell dan fluida yang lainnya mengalir melalui tube, yang akan
menyebabkan terjadinya perpindahan panas melalui dinding tube dan kedua fluida akan
berusaha memiliki suhu yang sama, sehingga tidak ada energi yang ditambahkan atau
hilang.
Merupakan jenis penukar kalor (HE) yang paling sederhana dan murah. Tube sheet-nya
dilas sempurna pada bagian shell sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya pergerakan
antara shell dengan rangkaian tube.
Prinsip kerja penukar kalor ini dua fluida dengan temperatur awal yang berbeda
dikontakkan sepanjang heat exchanger.
20
2. U-Tube Shell and Tube Heat Exchanger
Penukar kalor jenis ini memiliki tube yang berbelok dan tidak memiliki tube sheet, sehingga
memungkinkan ekspansi bebas dari tube bundle.
HE jenis ini umum digunakan untuk proses dengan kondisi operasi T dan P yang tinggi, serta
pada dua jenis fluida yang akan memiliki perbedaan temperatur di sepanjang tube bundle.
3. Floating Headed Shell and Tube Heat Exchanger
Memiliki satu tube sheet tetap terhadap shell, dan tube sheet yang lain mengapung terhadap
shell. Memungkinkan ekspansi bebas dari tube bundle, dan membersihkan bagian luar dan dalam
tube. Karena mudah untuk dibersihkan, floating STHE sesuai digunakan untuk fluida kotor seperti
pada kilang minyak.
Kelebihan Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis STHE Kelebihan
Fixed Tube • Paling murah
• Maksimum area untuk diameter sama
• Single/ multiple passes
U-Tube • Ekspansi turunan Tube and Shell
• Tube bundle dan shell dibersihkan secara mekanik
• Lebih murah dibanding floating headed
Floating • Merupakan ekspansi thermal turunan tube and shell
Headed • Tube bundle dapat dibersihkan secara mekanis
• Karena mudah dibersihkan, cocok untuk fluida kerja yang kotor
21
Kekurangan Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis STHE Kekurangan
Fixed Tube • Tidak dapat dibersihkan
• Bukan merupakan ekspansi thermal turunan Tube and Shell
• Tidak dapat singlepass/counter-tube
U-Tube • Tube hanya dapat dibersihkan menggunakan metode kimia.
• Sulit untuk mengeringkan tube dengan posisi vertikal
• Tidak bisa mengganti tube secara satuan
Floating • Membutuhkan ruang yang besar
Headed • Harus mencegah perbedaan suhu yang terjadi secara tiba-tiba
• Membutuhkan biaya paling mahal dibandingkan lainnya
Topik 26: Mekanisme Proses Perpindahan Kalor dan Cara Kerja HE P&F
Plate and Frame Heat Exchanger terbuat dari plate yang bergelombang pada frame. Desain ini
membuat turbulensinya wall shear stressnya tinggi, sehingga koefisien perpindahan panas dan
fouling resistance nya tinggi. Dua aliran panas dan dingin mengalir secara counter current.
Fluida panas mengalir ke bawah pada suatu plate dan fluida dingin mengalir pada plate yang lain
22
memastikan bahwa fluida panas dan fluida dingin tidak bercampur dan panas dapat
ditransfer dari fluida panas ke fluida dingin melalui plate.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida dalam shell side dan
Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :
23
Topik 29: Case Study Perhitungan S&T
Cold
Condition Hot Fluid Dimensions
Fluid
Tin 110 30 C
Tout 65 - C
M 52,5 32,5 kg/s
Pin 500 1000 kPa
dP max 80 60 kPa
Rf 0,0002 0,00017 m2.C/W
Untuk fluida panas, didapat suhu dan densitas rata-rata dengan perhitungan fluida panas
masuk dan keluar.
𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡
𝑇̅ = = 87,5 ℃
2
𝑘𝐽
̅̅̅𝑝 = 1,596
𝐶
𝑘𝑔℃
Pada fluida dingin, trial diperlukan untuk mendapat suhu keluar. Duty yang dikeluarkan fluida
panas akan sama dengan duty yang diserap oleh fluida dingin. Trial dilakukan dengan
mencocokkan nilai suhu keluar dan Cp. Nilai tebakan awal suhu keluar diasumsikan sama
dengan suhu rata-rata:
Trial 1
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 58,72℃
𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑘𝐽
𝑇̅ = = 44,36℃ → 𝐶𝑝 = 4,038
2 𝑘𝑔℃
Trial 2
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 58,73℃
24
𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑘𝐽
𝑇̅ = = 44,365℃ → 𝐶𝑝 = 4,038
2 𝑘𝑔℃
25
Step 5: Menentukan Luas Daerah Perpindahan Kalor
𝑄̇ = 𝑈𝐴∆𝑇𝑙𝑚
𝑄̇
𝐴= = 192,87 𝑚2
𝑈∆𝑇𝑙𝑚
Step 6: Menentukan Layout dan Besaran Tube
Digunakan tipe HE U-tube dengan fluida kotor pada tube berupa propilen glikol. Material HE
yang digunakan adalah 3/4", bwg 12. Untuk material tersebut didapat ketebalan 0,109 & d0 =
0,75 inch & di = 0,532 inch. L adalah 5 m dan pitch yang dipakai triangular. Maka,
𝜋𝑑0 𝐿 = 0,292 𝑚2
Jumlah tube dicari dengan:
𝐴
= 660
𝐿𝑠
Untuk two passes, 1 pass = 165 tube. Lalu, dicek kecepatan pada sisi tube:
𝜋 2
𝐴𝑐 = 𝑑 = 0,0001 𝑚2
4 𝑖
𝐴𝑝 = 𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑒 × 𝐴𝑡 = 0,024 𝑚2
𝑚̇
𝑄𝑡 = = 0,034 𝑚3 /𝑠
𝜌(𝑇̅)
𝑄𝑡
𝑣𝑡 = = 1,450 𝑚/𝑠
𝐴𝑝
26
Dimana
𝜌𝑣𝐷 𝐶𝑝 𝜇 𝐿
𝑅𝑒 = = 4691 ; 𝑃𝑟 = = 38,38 ; = 361
𝜇 𝑘𝐹 𝑑𝑖
Dari Figure 12.23 didapat jH = 3,5 x 10-3 sehinggan Nu = 210
𝑁𝑢𝑘𝐹 𝑊
ℎ𝑖 = = 2557 2
𝑑𝑖 𝑚 ℃
Step 10: Mencari Koefisien Perpindahan Kalor Sisi Shell
Bila terdapat perhitungan ulang nilai hi, maka step 8 harus dikoreksi. Bila asumsi baffle
spacing = Ds/5 = 0,179
(𝑃𝑡 − 𝑑0 )𝐷𝑠 𝐿𝐵
𝐴𝑠 = = 0,026 𝑚2
𝑃𝑡
Untuk pencarian equivalent diameter:
1,10 2
𝑑𝑒 = (𝑃𝑡 − 0,917𝑑0 2 ) = 13,53
𝑑0
𝑚̇𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙
𝑄𝑠 = = 0,033
𝜌(𝑇̅)
𝑄𝑠
𝑣𝑠 = = 1,281
𝐴𝑠
𝜌𝑣𝐷 𝐶𝑝 𝜇
𝑅𝑒 = = 28696 ; 𝑃𝑟 = = 3,799
𝜇 𝑘𝐹
Untuk segmental baffle, digunakan 25% cut. Dari Figure 12.29 didapat jH = 3,4 x 10-3 dan Nu
= 152
ℎ𝑠 𝑑𝑒 1 𝜇 0,14
= 𝑑𝐻 𝑅𝑒𝑃𝑟 3 ( )
𝑘𝐹 𝜇𝑤
ℎ𝑠 = 7169
27
𝑈0 = 799
Step 12: Menghitung Pressure Drop
Dari Figure 12.24 didapat jF = 0,01 maka didapat pressure drop untuk shell & tube
𝐿 𝜌𝑣𝑡 2
∆𝑃𝑡 = 𝑁𝑝 [8𝐽𝐹 ] = 45,26
𝑑𝑖 + 2,5 2
𝐷𝑠 𝐿 𝜌𝑣𝑠 2 𝜇 0,14
∆𝑃𝑡 = 8𝐽𝐹 ( ) = 26,32
𝑑𝑒 𝐼𝐵 2 𝜇𝑤
Soal
Pada proses pengolahan susu dibutuhkan proses pasteurisasi, yaitu proses yang bertujuan untuk
membunuh semua mikroba pathogen yang dapat merusak susu serta menyebabkan penyakit
pada bayi. Pasteurisasi dilakukan secara kontinyu menggunakan suhu tinggi. Susu dialirkan ke
bagian pasteurisasi untuk mengalami pemanasan dari suhu 27oC hingga suhu 80oC dengan
medium pemanas air bersuhu 90oC dengan laju alir 150.000 liter/jam. Diketahui bahwa
kapasitas produksi susu per hari adalah 80.000 Liter Tentukan desain heat exchanger yang
digunakan.
Jawab
Pemilihan Konsep Heat Exchanger
Untuk pemilihan jenis material yang digunakan dalam PFHE ini, kami akan mengevaluasi sifat
fluida yang digunakan. Susu mengandung senyawa asam lemak tak jenuh sehingga bersifat
korosif. Oleh karena itu, kita memerlukan material yang tahan terhadap korosi. Dalam hal ini,
kami menggunakan jenis material SS304 yang biasa digunakan untuk menangani (bahan
pangan) senyawa asam lemak pada suhu < 150oC.
Penentuan Spesifikasi PFHE
Pertama, ditentukan terlebih dahulu spesifikasi mengenai dimensi plate untuk PFHE.
Spesifikasi dimensi plate yang dirancang dalam kasus ini ditunjukkan pada tabel.
Spesifikasi plate pada PFHE
Dimensi Plate Rentang Nilai Nilai Rancangan
Panjang Efektif (m) Rasio L/P : 2 sampai 3 0,5
Lebar Efektif (m) Rasio L/P : 2 sampai 3 1,5
Area Efektif (m2) 0,03-1,5 0,75
Plate Spacing (m) 0,0015 – 0,005 0,003
Ketebalan Plat (m) 0,0005 - 0,003 0,0075
Hydraulic Mean Diameter (m) 2 x plate spacing 0,006
Konduktivitas termal (k) SS 304 21Wm-1°C-1
28
Sifat fisik fluida
Fluida Susu Air Unit
Kapasitas / Volume 80 150 m3/h
Ρ 1020 1000 kg/m3
81600 150000 kg/jam
Laju alir massa
22.67 41.67 kg/s
T awal 27 95 °C
T akhir 80 Belum diketahui °C
Viskositas 0.002 0.0003145 Pa.s
Cp 3.95 4.18 kJ/kg°C
K 0.56 0.6753 W/m.K
Untuk menentukan spesifikasi PFHE mengenai overall heat transfer coeficient (U), luas area
perpindahan panas(A), number of channel per pass (N), dan pressure drop (ΔP), berikut adalah
algoritma pengerjaan spesifikasi PFHE :
a) Menentukan suhu keluaran pemanas
𝑚̇𝐶 𝐶𝑝 (𝑇𝐶,𝑜 − 𝑇𝑐,𝑖 ) = 𝑚̇ℎ 𝐶𝑝 (𝑇ℎ,𝑜 − 𝑇ℎ,𝑖 )
Sehingga, didapatkan suhu keluaran pemanas adalah 67,75oC.
b) Menghitung LMTD
(𝑇ℎ,𝑖 − 𝑇𝑐,𝑜 ) − (𝑇ℎ,𝑜 − 𝑇𝑐,𝑖 )
∆𝑇𝑙𝑚 =
𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 𝑇ℎ,𝑖 − 𝑇𝑐,𝑜
ℎ,𝑜 𝑐,𝑖
𝑜
∆𝑇𝑙𝑚 = 25,77 𝐶
c) Menentukan NTU berdasarkan perbedaan suhu maksimum dan faktor koreksi
LMTD
𝑡𝑖 − 𝑡𝑜
𝑁𝑇𝑈 = = 1,06
∆𝑇𝑙𝑚
bn
29
Dari grafik diatas, faktor koreksi yang didapatkan adalah 0,98.
30
1 1 1 𝑡𝑝 1
= + + +
𝑈 ℎ𝑓 𝑐𝑜𝑙𝑑 ℎ𝑓 ℎ𝑜𝑡 𝑘 𝑠𝑠304 𝐹𝑜𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
1
+
𝐹𝑜𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
𝑾
𝑼 = 𝟐𝟖𝟏𝟎 𝟐
𝒎 .𝑪
Nilai ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai U yang kita asumsikan sebelumnya.
Apabila hasil tidak sesuai, ulangi dari langkah dan naikkan atau turunkan jumlah plat.
Karena, tidak sesuai, maka perhitungan diulang dengan mengubah jumlah plat hingga U
𝑾
mencapai 3500 𝒎𝟐 .𝑪
Mengulang Langkah
31
- 𝑃𝑎𝑡ℎ 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ = 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑥 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑝𝑎𝑠𝑠
- Friction factor : 𝐽𝑓 = 0,6 𝑅𝑒 −0,3
𝐿𝑝 2
𝜌𝑢𝑝
- Plate pressure drop, (ΔPp) : ∆𝑃𝑝 = 8𝑖𝑓 (6 𝑥 10−3 𝑚) 2
𝑚
- velocity through port, 𝑢𝑝𝑡 = 𝜌𝐴
𝑝
2
𝜌𝑢𝑝𝑡
- Port pressure drop (∆𝑃𝑝𝑡 ): ∆𝑃𝑝𝑡 = 1,3 𝑁𝑝
2
- Total pressure drop , ∆𝑃 = ∆𝑃𝑝 + ∆𝑃𝑝𝑡
Di mana :
𝐿𝑝 = the path length (m)
𝜔
𝑢𝑝𝑡 = velocity through the ports𝜌𝐴 , m/s
𝑝
32
Suhu:
Ketahanan Korosi:
Fluida yang korosif
33
Fluida tak korosif
• Tahan terhadap korosi pada cairan pendingin dan banyak bahan kimia
• Tidak teroksidasi dan berkerak pada suhu tinggi
• Kuat pada berbagai temperatur
• Sifat perpindahan panas baik
• Tidak fouling akibat korosi
• Produk tidak terkontaminasi akibat korosi
• Pembersihan mudah
• Fabrikasi mudah
• Tersedia dalam berbagai komposisi
• Investasi dan umur alat ekonomis
Case Study: Petroleum Refining
34
Tips pemilihan material untuk HE Shell & Tube:
• Jika fluida bersifat korosif, gunakan stainless steel. Jika tidak korosif, gunakan mild steel.
• Jika fluida di shell maupun di tube merupakan air, maka gunakan stainless steel untuk shell
dan juga tube.
• Jika menggunakan fluida berbasis minyak non-korosif, maka bagian tube dapat
menggunakan bahan tembaga dan bagian shell menggunakan bahan stainless steel.
• Jika fluida tidak korosif dan temperatur kerja di bawah 450oC, maka carbon steel
merupakan pilihan yang ekonomis.
• Pada tekanan di atas 70 atm atau suhu di atas 550oC stress effect merupakan hal yang perlu
diperhatikan.
35
• Pada perbedaan temperatur 50oC atau lebih, antara shell dan tube mungkin terjadi
permasalahan ekspansi termal yang perlu menjadi perhatian.
36
37
TOPIK 32: Kriteria Pemilihan Bahan untuk HE P&F
38
- Fabricity : The usual manufacturing steps involved for HE are bending of tubes,
joining of tube to tubesheet by rolling, wellding or rolling and welding, forming of
shell geometry and welding of shell plates and shell to nozzle and the heat
treatments associated with the welding steps.
C. Pemilihan Bahan HE P&F
1.Gasket :
Gasket dapat diartikan sebagai lapisan yang digunakan untuk melapisi sambungan
antar flange. Gasket HE digunakan untuk mencegah kebocoran fluida dan membagi
aliran fluida agar dapat mengalir ke plat-plat secara selang seling.
Kriteria material gasket sebagai berikut :
a. Good compressibility
b. Limited relaxation
c. Good recovery
d. Chemical resistance
e. Strength
f. Temperature resistance
Material Gasket pada HE P&F yaitu Rubber, berikut jenis jenis rubber ;
39
2. Plate :
Pada plate ada 2 material yaitu
- Stainless Steel :
a.The two most common grades of stainless steel are 316 and 304
b.Stainless Steel earns its value due to its effectiveness at resisting corrosion. It’s
anti resistence capabilities are possible due to the ingredient chromium, which can
make up to at minimum, 10.5% of total composition
c.The main difference between 304 and 316 is the existence of molybdenum
(approx.2-3%), which produces a higher degree of corrosion resistance.
d.Although it has hight grades in resistance, stainless steel is still susceptible to
corrosion over time; the signs of this are pitting and/or holes
- Titanium :
a.Titanium is highly anti-corrosive material, particularly with its immunity to
sea/salt water. This makes it a preferred material for the marine industry.
40
b.Another pro to titanium is its density. Titanium can provide weight savings of up
to and above 50%.
c.The thermal conductivity of titanium plates allows for matching or in some case
higher heat transfer , working extremely well for plate and frame heat exchanger
applications.
d.Titanium is susceptible to cracking if the tensile strength rating is exceeded.
e.Hastelloy and titanium-palladium plates may be used in more rare and intense
applications.
f.The standart plate thickness can range from, 4mm-0.1mm, the most popular
being,5mm-6mm.
Contoh Soal :
A heat exchanger is to be designed to heat raw water by the use of condensed water at 350 K
and 0.2 bar (Cp = 4179 J/kg.K), which will flow in the shell side with a mass flow rate of
50000 kg/hr. The heat will be transferred to 30000 kg/hr of city water coming from supply at
292 K (Cp = 4184 J/kg.K). A single shell and 2 tube pass is preferable. A fouling resistance
of 0.000176 m2.K/W is suggested and the surface over design should not be over 35%. A
maximum tube length of 5 m is required because of space limitations. The tube material is cast
steel (k = 60 W/m.K). Raw water will flow inside of ¾ in.straight tubes (19 mm OD with 16
mm ID). Tubes are laid out on a triangle pitch with a pitch ratio of 1.25 and 3 m length. The
baffle spacing is approximated by 0.6 of shell diameter and the baffle cut is set to 25%. The
permissible maximum pressure drop on the shell side is 5.0 psi. The water outlet temperature
should not be less than 40 0C. We can assume the shell side heat transfer coefficient and the
tube side heat transfer coefficient as 5000 W/m2.K and 4000 W/m2.K. Perform the preliminary
analysis.
Penyelesaian :
Analisis HE :
■ Pada suhu tinggi dan adanya udara terlarut, maka air bersifat korosif terhadap steel
41
■ Oleh karena itu pada industry sering digunakan material nonferrous: admiralty,
kuningan, dan tembaga. Atau ferrous: cast iron, cast steel
■ Cast steel biasanya passif terhadap air dan corrosion allowance dapat ditambahkan
dengan cara yang relative murah yaitu dengan cara casting lebih berat
■ Karena Shell biasanya terbuat dari steel, maka air panas dilewatkan pada tube dengan
bahan cast steel
■ Untuk menghindari adanya penumpukan lumpur, slime, maka kecepatan aliran air
didalam tube tidak boleh kurang 3 FPS
Diketahui :
Ditanya : Spesifikasi HE ?
42
Topik 34: Case Study Perhitungan Menggunakan Software untuk HE P&F
43
• Design mode • Rating mode
o Input = Data proses dan sebagian o Input = Data proses dan geometri
geometri o Output = Required heat transfer
o Output = Geometri area
U (W/m2.oC) 1634
44
Langkah-langkah Menggunakan Software HTRI
1. Tekan New, kemudian pilih New Plate and Heat Exchanger dan tekan OK
Di mana data pada box berwarna merah harus diisi
2. Memilih Case Mode: Classic Design, kemudian pindah ke bagian Geometry
3. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian Geometry
4. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian Plate Type 1
45
7. Pindah ke bagian Hot Fluid Properties, kemudian pilih component by component pada
physical property input option dan program calculated pada heat release input method
8. Pindah ke bagian Hot Fluid Properties Component, kemudian cari Methanol
9. Pindah ke bagian Cold Fluid Properties, kemudian pilih component by component pada
physical property input option dan program calculated pada heat release input method
10. Pindah ke bagian Cold Fluid Properties Component, kemudian cari Water
11. Tekan Run Case pada Toolbar ketika sudah berwarna hijau
46
13. Hasil Perhitungan
47
Topik 35: Case Study Desain HE S&T vs Existing (termasuk bahan dan harga)
Kasus
Pendinginan gas hidrogen dilakukan dengan menggunakan sebuah heat-exchanger S&T.
Data-data untuk desain HE disediakan sebagai berikut (PT. Pertamina Balongan)
48
R + 1 + √R2 + 1 − 2R𝑋𝑝 1.43 + 1 + √1.432 + 1 − 2 ∗ 1.43 ∗ 0.9
W= =
R + 1 + √R2 + 1 − 2𝑋𝑝 1.43 + 1 + √1.432 + 1 − 2 ∗ 0.9
W = 0.674
Menghitung jumlah shell
1 − R𝑃
ln [ 1 − P ]
𝑁𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙𝑠 =
W
1 − 1.43 ∗ 0.411
ln [
𝑁𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙𝑠 = 1 − 0.411 ] = 1.78
0.674
Sehingga, jumlah shell yang digunakan adalah 1.78 atau dibulatkan keatas menjadi 2 Shell
Mencari Correction Factor
1 2
0.24Fhn Fhw Fhb FhL 𝜌0.64 Cp3 k 3
K hs = = 1653 0.00011
𝜇 0.307 𝑑𝑜0.36
49
ℎ𝑡 = 𝐾ℎ𝑡 𝑣𝑡0.8 = 11958.5 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1
ℎ𝑤 = 20,200 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1
1 1 1 1 0.01905 1 1
= + + + ( + )
𝑈 1.06 2000 20200 0.0135 3000 11958.5
𝑈 = 1.06 𝑊. 𝑚−2 𝐾 −1
Mencari Luas Kontak
(50 − 40) − (40 − 33)
∆𝑇𝐿𝑀 = = 8.411𝑜 𝐶
50 − 40
ln [40 − 33]
4353670
A= = 612.85 𝑚2
1.06 ∗ 8.411 ∗ 0.7968
Mencari Diameter Shell
50
Nilai pc adalah factor konfigurasi tube, digunakan 1 adalah
Susunan Persegi
Nilai pt adalah jarak antar tube (center to center) yang
digunakan adalah 30 mm (jarak antar dinding tube 10mm)
1⁄3
4 ∗ 1 ∗ 0.032 ∗ 612.85
𝐷𝑆 = ( 2 ) = 0.78 𝑚 = 30.7 𝑖𝑛𝑐ℎ
𝜋 ∗ 0.01905 ∗ 12
𝜋
0.0782
𝑁𝑇 = 4
0.032
𝑁𝑇 = 835 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑏𝑒
𝐶𝑒 = 𝑎 + 𝑏𝑆 𝑛
51
𝐶𝑒 = 10,000 + 88(612.85)
𝐶𝑒 = $ 63,930.8
𝐶 = $ 223,757.8
52
Topik 36: Case Study Desain HE P&F vs Existing (termasuk bahan dan harga)
Pada pabrik PT. Damai Sentosa Cooking Oil di Surabaya terdapat Heat Excahanger jenis
Gasket Plate and Frame untuk mendinginkan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
menggunakan air. Data yang diketahui adalah sebagai berikut:
Data Plat Data PFAD Data Air
Hydrolic mean diameter= 0,006 Cp= 2,049 kJ/kgoC Cp= 4,178 kJ/kgoC
m
Channel per pass= 45 Tih= 90 oC Tic= 32oC
❖ Algoritma Penyelesaian
Menghitung Up,
Re, Pr, Nu, hc dan
Menentukan Menentukan
hh nilai untuk
material plate material gasket
masing-masing
fluida
Menghitung
koefisien
perpindahan Menghitung harga
panas masing-masing Kesimpulan
keseluruhan bahan
untuk setiap
bahan
53
❖ Material Plate
Material Fluid
❖ Material Gasket
Batas
Material Suhu Aplikasi Keterangan
(oC)
Natural Rubber 70 Oxygenated solvents,
asam, alcohol
Styrene-Butadiene 80 General-purpose Memiliki
(SBR) aqueous, alkali, asam, ketahanan yang
and ovygenated lemah terhadap
solvents lemak
54
alkali, pelarut organic
alifatik
• Channel velocity
̇
𝑄𝑖𝑛 1 1
𝑈𝑝 = × ×
𝜌 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑠
10,43875 1 1
𝑈𝑝 = × ×
835,1 0,001753 45
𝑈𝑝 = 0,15846 𝑚/𝑠
– Bilangan Reynold
𝜌 𝑢𝑝 𝑑𝑒
𝑅𝑒 =
𝜇
835,1 × 0,15846 × 0,006
𝑅𝑒 =
8,087 × 10−3
𝑅𝑒 = 98,12
– Bilangan Prandlt
𝐶𝑝 𝜇
𝑃𝑟 =
𝑘𝐿
2,049 × 10 × 8,087 × 10−3
3
𝑃𝑟 =
0,1668
𝑃𝑟 = 99,34
– Bilangan Nusselt
𝑁𝑢 = 0,26𝑅𝑒 0,65 𝑃𝑟 0,4
𝑁𝑢 = 0,26 × 98,120,65 × 99,340,4
𝑁𝑢 = 32,25
– Koefisien konveksi
55
ℎℎ 𝑑𝑒
𝑁𝑢 =
𝑘𝐿
𝑁𝑢 𝑘𝐿
ℎℎ =
𝑑𝑒
32,25 × 0,1668
ℎℎ =
0,006
ℎℎ = 896,55 𝑊/𝑚2 ℃
56
1 1 1 0,005 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 896,55 1990 ℎ 16 6193 3000 𝑐
1
= 0,002425
𝑈
𝑈 = 412,336 𝑊/𝑚2 ℃
❖ Bahan Titanium
1 1 1 ∆𝑥 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 ℎ𝐻 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓 𝑘𝑝 ℎ𝑐 𝐹𝑐𝑜𝑒𝑓𝑓
ℎ 𝑐
1 1 1 0,005 1 1
=( + ) + +( + )
𝑈 896,55 1990 ℎ 19 6193 3000 𝑐
1
= 0,002376
𝑈
𝑈 = 420,899 𝑊/𝑚2 ℃
57
TOPIK 37: Case Study HE Jenis Tubular
Metode Logarithmic Mean Temperature Difference adalah metode yang sering digunakan
dalam perancangan dan perhitungan unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat Exchanger, dengan
menggunakan perbedaan temperatur rata – rata secara logaritmik yang terjadi. Nilai TLMTD
didapatkan dari perbedaan temperatur rata – rata masuk, T1, dan perbedaan temperatur rata –
rata keluar, T2, yang dibandingkan dengan nilai logaritmik perbandingan dua nilai tersebut.
Persamaannya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
∆𝑇1 − ∆𝑇2
∆𝑇𝑙𝑚 =
ln(∆𝑇1⁄∆𝑇2 )
Sehingga nilai laju perpindahan panas yang terjadi pada aliran dari alat Double Pipe Heat
Exchanger ini, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
𝑄̇ = 𝑈𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam metode ini, yaitu:
1. Kondisi tunak.
2. Konduksi yang terjadi hanya berlangsung satu dimensi ke arah radial pipa.
3. Harga U konstan untuk seluruh panjang pipa.
4. Perpindahan panas yang terjadi hanya diantara kedua pipa saja.
5. Perbedaan energi potensial dan kinetik diabaikan.
Metode Effectiveness – NTU digunakan untuk mengetahui unjuk kerja dari alat Double Pipe
Heat Exchanger. Nilai effectiveness () didapat dari rasio antara jumlah perpindahan panas
secara aktual dengan perpindahan panas maksimum yang terjadi. Nilai effectiveness ()
merupakan bilangan tanpa dimensi yang nilainya berada pada batas 0 ≤ ≤ 1.
Case Study
1. Surface Area
Cold water (Cp= 4180 J/kg·°C) leading to a shower enters a thin-walled double-pipe
counter-flow heat exchanger at 15°C at a rate of 0.25 kg/s and is heated to 45°C by hot
water (Cp= 4190 J/kg·°C) that enters at 100°C at a rate of 3 kg/s. If the overall heat
transfer coefficient is 950 W/m2·°C, determine the rate of heat transfer and the heat
transfer surface area of the heat exchanger!
58
Asumsi:
1. Kondisi operasi steady state
2. HE diinsulasi sempurna sehingga heat loss ke lingkungan dapat diabaikan
3. Perubahan energi kinetik dan potensial dari fluida dapat diabaikan
4. Tidak terjadi fouling
5. Sifat fluida konstan
6. Ketahanan termal dari bagian dalam tube dapat diabaikan
• Rate of heat transfer (Q)
𝑄 = [ 𝑚 𝑐𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 )]𝑐𝑜𝑙𝑑
𝑘𝑔 𝑘𝐽
= (0.25 ) (4.18 ℃) (45 ℃ − 15 ℃)
𝑠 𝑘𝑔
= 𝟑𝟏. 𝟑𝟓 𝒌𝑾
• The outlet temperature of the hot water
𝑄 = [ 𝑚 𝑐𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 )]ℎ𝑜𝑡
𝑄
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 𝑇𝑖𝑛 −
𝑚 𝑐𝑝
31.35 𝑘𝑊
= 100 ℃ −
𝑘𝑔
( 3 𝑠 ) (4.19 𝑘𝐽℃)
= 𝟗𝟕. 𝟓𝟎𝟔 ℃
• The temperature differences
∆𝑇1 = 𝑇𝑖𝑛 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑐𝑜𝑙𝑑 = (100 ℃ − 45 ℃) = 55 ℃
∆𝑇2 = 𝑇𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑙𝑑 = (97.5 ℃ − 15 ℃) = 82.5 ℃
∆𝑇1 − ∆𝑇2 55℃ − 82.5℃
∆𝑇𝑙𝑚 = = = 𝟔𝟕. 𝟖 ℃
ln(∆𝑇1 − ∆𝑇2 ) 55℃
ln( )
82.5℃
• The surface Area
𝑄 = 𝑈 𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚
𝑄
𝐴𝑠 =
𝑈∆𝑇𝑙𝑚
31.35 𝑘𝑊
= = 𝟎. 𝟓 𝒎𝟐
(0.95 𝑘𝑊 ⁄𝑚2 ℃)(67.8 ℃)
2. Length
Engine oil (Cp=2100 J/kg·°C) is to be heated from 20°C to 60°C at a rate of 0.3 kg/s in
a 2-cm-diameter thin-walled copper tube by condensing steam outside at a temperature
59
of 130°C (hfg=2174 kJ/kg). For an overall heat transfer coefficient of 650 W/m2·°C,
determine the rate of heat transfer and the length of the tube required to achieve it.
Asumsi:
1. Kondisi operasi steady state
2. HE diinsulasi sempurna sehingga heat loss ke lingkungan dapat diabaikan
3. Perubahan energi kinetik dan potensial dari fluida dapat diabaikan
4. Tidak terjadi fouling
5. Sifat fluida konstan
6. Ketahanan termal dari bagian dalam tube dapat diabaikan
• Perpindahan Panas
𝑄 = [𝑚𝐶𝑝 (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 )]𝑜𝑖𝑙
𝑘𝑔 𝑘𝐽
𝑄 = (0.3 )(2.1 )(60℃ − 20℃)
𝑠 = 𝟐𝟓.𝑘𝑔℃
𝑸 𝟐 𝒌𝑾
• Perbedaan Temperatur
∆𝑇1 = 𝑇𝑖𝑛 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑐𝑜𝑙𝑑
∆𝑇1 = 130℃ − 60℃ = 70℃
∆𝑇2 = 𝑇𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑙𝑑
∆𝑇2 = 130℃ − 20℃ = 𝟏𝟏𝟎℃
• Metode LMTD
∆𝑇1 − ∆𝑇2
𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
ln(∆𝑇1 − ∆𝑇2 )
70 − 110
𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = = 𝟖𝟖. 𝟓℃
ln(70 − 110)
• Luas Permukaan
𝑄 25.2 𝑘𝑊
𝐴= = = 𝟎. 𝟒𝟒 𝒎𝟐
𝑈 ∙ 𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑘𝑊
• Panjang (0.65 2 ) ∙ (88.5℃)
𝑚 ℃
𝐴𝑡𝑢𝑏𝑒 = 𝜋𝐷𝐿
𝐴𝑡𝑢𝑏𝑒 0.44 𝑚2
𝐿= = =𝟕𝒎
𝜋𝐷 𝜋(0.02 𝑚)
3. Heat Transfer Coefficient
60
Oil is cooled by water in a 2.5-cm-diameter thin-walled double-pipe counter-flow heat
exchanger as seen in the picture. The specific heats of water and oil are given to be 4.18
and 2.20 kJ/kg.°C, respectively. If the length of the tube is 6 m, determine the overall
heat transfer coefficient of the heat exchanger!
61
Topik 38: Case Study HE Jenis Spiral
TEORI DASAR
▣ Tabel berikut menunjukkan rumus empiris heat transfer dan pressure drop untuk heat
exchanger spiral (Paul E. Minton, 1970):
▣ Catatan:
1. Rumus menghitung 𝑁𝑅𝑒𝑐 (bilangan Reynolds critical):
𝐷𝑒 0.37
𝑁𝑅𝑒𝑐 = 20,000 ( )
𝐷𝐻
2. Rumus menghitung 𝐺 (mass velocity):
𝐺 = 𝑊𝑜𝜌𝑙 ⁄(𝐴𝜌𝑣 )
3. Faktor kondisi permukaan yang digunakan:
Material Surface Condition Factor (𝚺′)
Copper and Steel 1.0
Stainless Steel 1.7
Polished Surface 2.5
▣ Nomenklatur:
𝐴 = Heat transfer area (ft2) 𝑑 = Channel spacing
𝐵 = Film thickness 𝑓 = Fanning friction factor,
𝐶 = Core diameter (in) dimensionless
𝑐 = Specific heat (Btu/(lb/°F)) 𝐺 = Mass velocity (lb/h.ft2)
𝐷𝑒 = Equivalent diameter (ft) 𝐻 = Channel plate width (in)
𝐷𝐻 = Helix or spiral diameter (ft) ℎ = Film coefficient of heat transfer
𝐷𝑠 = Exchanger outer diameter (in) (Btu/h.ft2.(°F/ft))
62
𝑘 = Thermal conductivity 𝜌𝑙 = Liquid density (lb/ft3)
2
(Btu/h.ft .(°F/ft)) 𝜌𝑣 = Vapor density (lb/ft3)
𝐿 = Plate length (ft) Σ, Σ′ = Surface condition factor,
𝑀 = Molecular weight, dimensionless
dimensionless 𝜎 = Surface tension (dynes/cm)
𝑃 = Pressure (psia) ▣ Subskrip:
𝑝 = Plate thickness (in) 𝑏 = Bulk fluid properties
∆𝑃 = Pressure drop (psi) 𝑐 = Cold stream
𝑄 = Heat transferred (Btu) 𝑓 = Film fluid properties
𝑠 = Specific gravity (referred to 𝐻 = High temperature
water at 20°C) ℎ = Hot stream
∆𝑇𝑀 = Log mean temperature 𝐿 = Low temperature
difference (LMTD) (°C) 𝑚 = Median temperature
𝑈 = Overall heat transfer coefficient 𝑠 = Scale or fouling material
𝑊 = Flowrate (lb/h) /1000 𝑤 = Wall, plate material
ɼ = Condensate loading (lb/h.ft) ▣ Dimensionless groups:
𝑍 = Viscosity (cP) 𝑁𝑅𝑒 = Reynolds number
𝜃 = Time (h) 𝑁𝑅𝑒𝑐 = Critical Reynolds number
𝜆 = Heat of vaporization (Btu/lb) 𝑁𝑃𝑟 = Prandtl number
𝜇 = Viscosity (lb/h.ft)
CONTOH SOAL
Sebuah heat exchanger spiral akan digunakan untuk mendinginkan tridekanol dengan
spesifikasi berikut:
Specifications Hot Side Cold Side
Flow rate 6225 5925 lb/h
Inlet temperature 200 60 °C
Outlet temperature 120 150.4 °C
Maximum allowable
1 1 Psi
pressure drop
Heat capacity 0.71 0.66 Btu/ft/°F
Viscosity 3.35 8 cP
Molecular weight 200.4 200.4
Ditanya:
Perhitungan desain, yaitu:
▣ Plate width
▣ Plate length
▣ Channel spacing
▣ Core diameter
▣ Spiral diameter
63
Jawab:
Step 1: Menghitung heat transferred (𝑄).
▣ Menghitung heat transferred:
𝑄 = ṁ × 𝑐 × ∆𝑇
𝑙𝑏 𝐵𝑡𝑢 ℉
𝑄 = 6225 × 0.71 × (200 − 120)℃ × 1.8 = 636,400 𝐵𝑡𝑢
ℎ 𝑙𝑏⁄℉ ℃
▣ Menghitung LMTD:
∆𝑇1 − ∆𝑇2
𝐿𝑀𝑇𝐷 = [ ]𝐹
∆𝑇
ln (∆𝑇1 )
2
Step 3: Menghitung lebar plat (𝐻) dan panjang plat (𝐿) asumsi.
▣ Melihat tabel berikut (Paul E. Minton, 1970):
▣ Diasumsikan heat exchanger berukuran kecil, sehingga lebar plat asumsinya adalah 24
in (atau 2 ft).
▣ Maka, panjang plat asumsinya adalah:
𝐴
𝐿=
𝐻×2
130 𝑓𝑡 2
𝐿= = 32.5 𝑓𝑡
2 𝑓𝑡 × 2
64
Step 4: Menghitung bilangan Reynolds (𝑁𝑅𝑒 ).
▣ Rumus menghitung bilangan Reynolds:
𝑊
𝑁𝑅𝑒 = 10,000 ( )
𝐻𝑍
▣ Hot side bilangan Reynolds:
𝑙𝑏
6225
𝑁𝑅𝑒 = 10,000 ( ℎ ) = 774
24 𝑖𝑛 × 3.35 𝑐𝑃
▣ Karena kedua fluida mengalir secara laminer, maka jenis heat exchanger yang dipilih
adalah spiral untuk keduanya.
65
▣ Cold side:
2 2
∆𝑇𝑐 𝑀 9 𝑍𝑓 0.14 𝑊 3 (𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 𝑑
= 32.6 × [ 8 ( ) ] × [ ] × [ 2]
∆𝑇𝑀 𝑍 ∆𝑇𝑀
𝑠9 𝑏 𝐿𝐻 3
2
2 5925 3
∆𝑇𝑐 200.49 (1000) (150.4 − 90) 0.375
= 32.6 × [ 8 (1)0.14 ] × ×[ 2]
∆𝑇𝑀 54.5
0.8439 32.5 × 243
[ ]
∆𝑇𝑐
= 32.6 × 3.775 × 5.431 × 0.001387 = 0.927
∆𝑇𝑀
▣ Fouling:
Diasumsikan ℎ (fouling heat transfer coefficient) adalah 1000 dan bahan heat
exchanger adalah stainless steel dengan 𝑘 (thermal conductivity) adalah 10.
∆𝑇𝑠 𝑐 𝑊(𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 1
= 6,000 × [ ] × [ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 ℎ ∆𝑇𝑀 𝐿𝐻
∆𝑇𝑠 0.66 5.925 × 90.4 1
= 6,000 × [ ]×[ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 1,000 54.5 32.5 × 24
∆𝑇𝑠
= 6,000 × 0.00066 × 9.828 × 0.001282 = 0.050
∆𝑇𝑀
▣ Plate:
Diasumsikan 𝑝 (plate thickness) adalah 0.125 in.
∆𝑇𝑤 𝑐 𝑊(𝑇𝐻 − 𝑇𝐿 ) 𝑝
= 500 × [ ] × [ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 𝑘 ∆𝑇𝑀 𝐿𝐻
∆𝑇𝑤 0.66 5.925 × 90.4 0.125
= 500 × [ ]×[ ]×[ ]
∆𝑇𝑀 10 54.5 32.5 × 24
∆𝑇𝑤
= 500 × 0.066 × 9.828 × 0.0001603 = 0.052
∆𝑇𝑀
▣ Sum of Products (SOP):
Keempat faktor koreksi ini dijumlahkan sebagai sum of products (SOP), atau faktor
koreksi untuk persamaan:
𝑄 = 𝑈 × 𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷 × 𝑆𝑂𝑃
Jika SOP = 1, maka nilai 𝑈 dan 𝐴 yang diasumsikan sebelumnya sudah benar.
𝑆𝑂𝑃 = 0.848 + 9.927 + 0.050 + 0.052 = 1.877
Karena SOP > 1, maka luas area heat exchanger perhitungan sebelumnya masih belum
cukup untuk menurunkan temperatur, sehingga panjang atau lebar plat harus ditambah.
66
spacing, di mana semakin kecil channel spacing, maka pressure drop semakin besar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan trial and error untuk mengetahui channel spacing
yang paling ekonomis atau kecil namun masih memenuhi kriteria maksimum pressure
drop yang diperbolehkan.
▣ Karena tidak ada perubahan fasa dan nilai 𝑁𝑅𝑒 berada di antara 100 dan 𝑁𝑅𝑒𝑐 , maka
persamaan yang digunakan adalah (15):
1 1
𝐿 𝑊 1.035𝑍 2 𝑍𝑓 0.17 𝐻 2 16
∆𝑃 = 0.001 × [ ] × [ ] × [ ( ) ( ) + 1.5 + ]
𝑠 𝑑𝐻 (𝑑 + 0.125) 𝑍𝑏 𝑊 𝐿
Step 10: Menghitung panjang plat (𝐿), luas permukaan kontak (𝐴), dan overall heat transfer
coefficient (𝑈) baru.
▣ Panjang plat (𝐿) baru:
𝐿 = 1.268 × 32.5 = 41.7 𝑓𝑡
▣ Lebar plat (𝐻) = 2 ft
▣ Luas permukaan kontak (𝐴) baru:
𝐴 = 2𝐿𝐻 = 2 × 41 𝑓𝑡 × 2 𝑓𝑡 = 166 𝑓𝑡 2
▣ Overall heat transfer coefficient (𝑈) baru:
𝑄 = 𝑈 × 𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄 636,400 𝐵𝑡𝑢
𝑈= = = 38.8
𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷 166 × 54.5 ℎ 𝑓𝑡 2 ℉
Step 11: Menghitung outside diameter (𝐷𝑠 ) dan core diameter baru.
▣ Outside diameter (𝐷𝑠 ) baru:
1
𝐷𝑠 = [15.36 × 𝐿(𝑑𝑠𝑒 + 𝑑𝑠ℎ + 2𝑝) + 𝐶′2 ]2 = 23.33 𝑖𝑛
▣ Core diameter baru:
Berdasarkan tabel berikut:
Dengan lebar plat 24 in dan outside diameter 23.33 in (masih masuk dalam batas
maksimum outside diameter), maka core diameter-nya adalah 8 in.
Spesifikasi Akhir
Plate Width 24 inch
Plate Length 41.70658273 ft
Channel Spacing 0.25 inch
Core Diameter 8 inch
68
Spiral Diameter 23.33366309 inch
Heat Transfer Area 166.826027 ft2
Hot Side Pressure Drop 0.605820038 psi
Cold Side Pressure Drop 0.859616564 psi
U (Overall Heat Transfer
38.79287195 Btu/h.ft2.F
Coefficient)
REFERENSI
Minton, P. E., Designing Spiral Heat Exchangers, Chemical Engineering, pp. 103–112, May
4, 1970.
Extended
Tubular Plate-type Regenerative
Surface
Shell and
Spiral Tube-fin Fixed- matrix
Tube
Pipecoils
69
Prinsip Kerja Rotary Heat Exchanger
Contoh pada Rotary Pre-Heater :
1. Gas panas sisa pembakaran dari boiler keluar melewati air preheater dan memanasi
permukaan elemen
2. Preheater berputar pada porosnya secara kontinyu
3. Elemen pemanasan yang telah berada pada sisi udara akan memanaskan udara masuk
dari arah berlawanan
4. Temperatur udara yang akan memasuki boiler akan meningkat.
Kondisi Operasi
➢ Efektivitas :> 85%
➢ Temperature : 790oC
➢ Tekanan : 400kPa
➢ Kecepatan rotasi : 0.5-3 rpm dengan diameter sampai 10 m untuk power plant
regenerator (0-10 rpm dengan diameter 0.25 sampai 3 m untuk regenerator ventilasi
udara)
Aplikasi Rotary Heat Exchanger
70
STUDI KASUS
Diketahui :
• Flow split = 50 : 50
Ditanya : Tentukan perubahan disk radius atau diameter pada rotary regenerator yang
beroperasi pada Re = 500
PEMBAHASAN
Asumsi yang Digunakan :
o Laju alir massa udara tidak berubah ketika Re menurun
o L (core thickness or flow length) dan Dh (diameter hidraulik) dijaga konstan
o Aliran berkembang secara laminar (akan berubah secara termal)
o Wall thermal resistance dan fouling resistance diabaikan
o Sifat fluida tidak berubah saat Re berubah
o Dengan flow split 50:50, dianggap efek yang terjadi akan sama pada udara dan gas
Tahapan Penyelesaian
1. Menentukan nilai Nu
Karena aliran berkembang secara laminar maka Nu akan konstan:
𝑁𝑢 = 𝑗. 𝑅𝑒. 𝑃𝑟 1/3
𝑁𝑢 = 3. (0,7)1/3 = 2,66
2. Mencari 𝒉
71
𝑁𝑢1 saat 𝑅𝑒 = 1000 dan 𝑁𝑢2 saat 𝑅𝑒 = 500
Hal ini menunjukkan bahwa heat transfer coefficient tidak berubah karena Re, maka UA
dan laju perpindahan panas (q) tidak akan berubah
3. Menghitung G
𝑅𝑒2 𝐺2 500
= = = 0,5
𝑅𝑒1 𝐺1 1000
∆𝑝2 𝐺2
= = 0,5
∆𝑝1 𝐺1
Jadi, d untuk menurunkan Re dari 1000 menjadi 500 harus ditingkatkan sebesar 41%
72