Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Fungsi Rancangan


2.1.1. Pengertian Resort
Resort merupakan tempat peristirahatan bagi wisatawan yang menyediakan
fasilitas pendukung maupun penunjang agar wisatawan dapat melakukan kegiatan
liburan maupun bekerja di resort. Berikut pengertian resort menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut Gee (1988), Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak
hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi.
2. Menurut Dirjen Pariwisata (1988), Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal
untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara
lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui
sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan
kegiatan olahraga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha
lainnya.
3. Menurut Pendit (1999), Resort adalah suatu tempat menginap dimana
mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolahraga seperti
tenis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan
mengetahui bentuk lingkungan resort, bila ada tamu yang mau hitch-hiking
berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar. Sebuah resort sebaiknya
mempunyai lahan yang ada kaitannya dengan objek wisata. Oleh sebab itu
sebuah resort berada di pegunungan, lembah, perbukitan, tepi pantai, pulau-
pulau kecil, dan lain sebagainnya.
4. Menurut Murdhanti (2011), Resort adalah hotel yang lokasinya berada di daerah
pegunungan, di tepi aliran sungai, di tepi pantai, atau di tepi danau.
5. Menurut Yanidar (2017), Resort dapat diartikan sebagai kawasasan terencana
yang terletak pada lahan yang berkaitan dengan objek wisata yang memiliki
fungsi sebagai tempat untuk menginap, istirahat, dan rekreasi yang ditunjang oleh
beragam fasilitas khusus.
Dari uraian di atas, maka secara umum pengertian Resort adalah akomodasi
penginapan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus yang bertujuan agar wisatawan
lebih lama dan leluasa mengeksplorasi alam sekitar resort tersebut.

2.1.2 Jenis-Jenis Resort


A. Resort Berdasarkan Letak dan Fasilitasnya
Menurut Lawson (1995) berdasarkan letak dan fasilitasnya, resort dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Mountain Resort
Resort ini terletak di daerah pegunungan. Pemandangan khas daerah pegunungan
yang indah menjadi komoditi utama yang di jadikan sebagai daya tarik. Fasilitas yang
disediakan lebih ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan alam
pegunungan dan rekreasi yang bersifat kultural dan natural seperti mendaki gunung
dan aktifitas lainnya yang berhubungan dengan aktifitas wisata yang ada digunung.
Untuk menambah daya tarik pengunjung, biasanya resort semacam ini dilengkapi
dengan fasilitas kolam renang di luar ruangan agar pengunjung dapat sekaligus
menikmati pemandangan alam yang ada disekitar sambil berenang.

Gambar 2.1. Hanging Gardens of Bali


Sumber: www.hanginggardensofbali.com, 2018
b. Health Resort and Spas
Resort jenis ini biasanya dibangun pada daerah yang memiliki potensi alam yang
dapat dimanfaatkan sebagai sarana penyehatan, misalnya melalui aktifitas spa.
Rancangan bangunan resort semacam ini harus diengkapi dengan fasilitas untuk
pemulihan kesegaran, baik jasmani (fisik) maupun rohani (batin) dengan kegiatan yang
berhubungan dengan kebugaran dan pemandangan yang juga mendukung dalam proses
relaksasi. Contoh resort jenis ini adalah Kamalaya Koh Samui Spa and Resort yang
berada di Negara Thailand. Resort ini menarik penunjung dengan fasilitas spa, yoga,
dan meditasi budha sebagai sarana dalam mencapai kesegaran jasmani dan kesegaran
rohani.

Gambar 2.3. Kamalaya Koh Samui Spa and Resort


Sumber: www.theseminyak.com/gallery_kamalaya.htm 25 September 2018
c. Beach Resort
Resort jenis ini terletak di daerah pantai, mengutamakan potensi alam dan
pemandangan khas pantai dan laut sebagai daya tarik utamanya. Pemandangan lepas
menuju ke arah lautan, keindahan pantai, dan fasilitas olahraga air yang lengkap dan
terbaru, seringkali dimanfaatkan sebagai pertimbangan utama perancangan bangunan.
Contoh Beach Resort Hotel adalah The Seminyak Beach Resort, Bali.

Gambar 2.4. The Seminyak Beach Resort


Sumber: www.theseminyak.com/gallery_seminyak.html 25 September 2018

d. Marina Resort
Resort jenis ni terletak dikawasan marina (pelabuhan laut). Rancangan resort ini
memanfaatkan potensi utama kawasan tersebut sebagai kawasan perairan. Biasanya
respon dari rancangan resort semacam ini di wujudkan dengan melengkapi fasilitas
berupa dermaga serta mengutamakan penyediaan fasilitas yang berhubungan dengan
kegiatan air, pemandangan tepi pantai dan fasilitas unutk menikmati sinar matahari
yang berlimpah. Contoh resort ini adalah Maritim Resort and Spa Mauritius.

Gambar 2.5. Maritim Resort and Spa Mauritius


Sumber: www.maritim.com, 2018

e. Rural and Country Resort


Pariwisata saat ini mengarah kepada aktifitas wisata yang dilakukan di daerah-
daerah yang masih alami dengan potensi alam yang menarik membuka peluang
dibangunnya resort berjenis ini. Rural and country resort adalah resort yang dibangun
di daerah pedesaan jauh dari area bisnis dan keramaian. Daya tarik utama dari resort
ini adalah lokasinya yang masih alami, diperkuat dengan fasilitas olahraga dan rekreasi
yang jarang ada di 19 kota kota seperti berburu, bermain golf, tenis, berkuda, panjat
tebing, memanah, atau aktifitas khusus lainnya. Contoh resort jenis ini adalah Castello
Banfi Il Borgo, Italia.

Gambar 2.6. Castello Banfi il Borgo


Sumber: www.castellobanfiilborgo.com/it/photogallery/ 25 September 2018

B. Resort berdasarkan Lokasi dan Kelengkapan Atraksi Wisata


Adapun jenis-jenis resort berdasarkan lokasi dan kelengkapan atraksi wisata, yaitu:
1. Resor Retreat
Skala resort ini lebih kecil, kira-kira 25 - 50 kamar, tetapi direncanakan dengan
kualitas tinggi. Terdapat di daerah-daerah terpencil seperti dipegunungan atau di pulau-
pulau kecil. Akses satu-satunya hanya melalui kapal boat atau kapal udara kecil atau
jalan layang.
2. Resor Gabungan (Intergrated Resort)
Resort gabungan, termasuk perkampungan pedesaan untuk tempat berlibur
adalah resort yang direncanakan secara khusus. Dimana para pekerjanya dapat tinggal
di dalam atau dekat dengan resor. Orientasi resort ini dikhususkan pada keistimewaan
alam seperti pantai, laut, lereng-lereng ski, pemandangan gunung, taman nasional, atau
keistimewaan lain seperti daerah dengan arkeologi dan sejarah, iklim yang
menyehatkan, lapangan golf atau fasilitas olahraga lain atau kombinasi diantaranya.
3. Rekreasi Air (Perairan)
Rekreasi air (perairan) yaitu rekreasi yang dilakukan pada media perairan, baik
sungai, danau, waduk, atau laut. Rekreasi ini memanfaatkan potensi alam perairan.
Jenis aktifitas yang dapat dilakukan pada rekreasi perairan ditentukan oleh kondisi
perairannya. Aktifitas tersebut dapat berupa pasif atau aktif. Sebagai contoh untuk
perairan yang airnya deras bergelombang tetapi mempunyai pemandangan yang indah
maka aktifitasnya cenderung pasif yaitu pada pantai Parangtritis, Yogyakarta.

2.1.3. Karakteristik Resort


Menurut Kurniasih (2009) terdapat karakteristik khusus yang dimiliki oleh jenis
resort yang dapat dibedakan menurut jenis lainnya, yaitu:
1. Lokasi
Resort berlokasi di area wisata atau alam yang masih natural. Umumnya
berlokasi di tempat-tempat yang memiliki pemandangan indah, pegunungan, tepi
pantai dan sebagainya. Lokasi memegang peranan penting bagi kesuksesan sebuah
resort, karena kedekatan dengan atraksi utama dan hubungan dengan kegiatan rekreasi
merupakan tuntutan utama pasar dan berpengaruh pada harganya. Oleh karena letak
tersebut, maka pemanfaatan potensi-potensi alam dan kondisi lingkungan khas dapat
lebih dioptimalkan pada rancangan.
2. Fasilitas
Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang
menuntut ketersediaan fasilitas pokok serta fasilitas rekreasi indoor dan outdoor.
Fasilitas rekreasi indoor dapat berupa ruangan-ruangan publik dalam ruang, seperti
restoran, lounge, balkon, dan fasilitas lainnya. Fasilitas rekreasi outdoor merupakan 20
fasilitas rekreasi luar ruangan, misalnya lapangan tenis, kolam renang, area resort,
lapangan golf, dan lansekap.
Secara umum, fasilitas yang disediakan pada resort terdiri dua kategori utama,
yaitu:
a. Fasilitas umum, yaitu penyediaan kebutuhan umum seperti akomodasi,
pelayanan, hiburan, relaksasi. Semua tipe resort menyediakan fasilitas ini.
b. Fasilitas tambahan, yang disediakan pada lokasi khusus dengan memanfaatkan
kekayaan alam yang ada pada area sekitar untuk kegiatan rekreasi yang lebih
spesifik dan dapat menggambarkan kealamian resort. Contoh fasilitas ini adalah
kondisi fisik di tepi laut, yaitu pasir pantai dan sinar matahari yang berlimbah.
Kondisi tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan berenang, selancar, menyelam,
dan berjemur.
3. Arsitektur dan Suasana
Wisatawan yang berkunjung ke resort cenderung mencari akomodasi dengan
arsitektur dan suasana khusus, yang berbeda dengan jenis hotel yang lainnya.
Arsitektur dan suasana alami merupakan pilihan bagi wisatawan. Wisatawan
pengunjung resort lebih cenderung memilih penampilan bangunan dengan tema alam
atau tradisional dengan motif dekorasi interior yang bersifat etnik atau luar ruangan
yang bersifat etnik. Rancangan tersebut mengutamakan pembentukan suasana khusus
dari pada efisiensi.
4. Segmen Pasar
Resort merupakan suatu fasilitas akomodasi yang terletak di daerah wisata.
Sasaran pengunjung resort adalah wisatawan yang bertujuan unutk berlibur,
bersenang-senang, mengisi waktu luang, dan melupakan rutinitas kerja sehari-hari
yang membosankan. Untuk tujuan tersebut mereka membutuhkan penginapan dengan
fasilitas yang dilengkap dengan hal-hal yang bersifat rekreatif dan memberikan pola
pelayanan yang memuaskan. Rancangan sebuah resort perlu dilengkapi dengan
berbagai fasilitas yang memungkinkan untuk bersenang-senang, refreshing, dan
mendapatkan hiburan yang dibutuhkan.

2.1.3. Prinsip Desain Resort


Keberadaan resort bertujuan tidak hanya sebagai tempat untuk menginap, tetapi
juga sebagai tempat sarana rekreasi dan hiburan. Setiap lokasi yang akan
dikembangkan sebagai suatu tempat wisata memiliki karakter yang berbeda, yang
memerlukan pemecahan yang khusus. Berdasarkan Ekawati dalam Yanidar (2017),
dalam merencanakan sebuah resort perlu diperhatikan prinsip-prinsip desain sebagai
berikut:
a. Kebutuhan dan persyaratan individu dalam melakukan kegiatan wisata yang
terdiri dari Suasana yang tenang dan mendukung untuk istirahat, selain fasilitas
olahraga dan hiburan; Kesendirian (aloneness) dan privasi, tetapi juga adanya
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain untuk berpartisipasi dalam
aktivitas kelompok; Berinteraksi dengan lingkungan, dengan budaya baru, dan
negara baru dengan standar kenyamanan rumah sendiri; Privasi tetap terjaga
tetapi tetap adanya kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain,
berpartisipasi dalam aktivitas yang berbeda. Manusia pada umumnya cenderung
membutuhkan rekreasi untuk dapat bersantai dan menghilangkan kejenuhan
yang diakibatkan oleh aktivitas mereka.
b. Pengalaman unik bagi wisatawan antara lain Ketenangan, perubahan gaya hidup
dan kesempatan untuk relaksasi; Kedekatan dengan alam, matahari, laut, hutan,
gunung, danau dan sebagainya; Memiliki skala yang manusiawi; Dapat
melakukan aktivitas yang berbeda seperti olahraga dan rekreasi; Keakraban
dalam hubungan dengan orang lain diluar lingkungan kerja; Pengenalan terhadap
budaya dan cara hidup yang berbeda.
c. Menciptakan suatu wisata yang menarik yakni memanfaatkan sumber daya alam
dan kekhasan suatu tempat sebaik mungkin; Menyesuaikan fisik bangunan
terhadap karakter lingkungan setempat; Pengolahan terhadap fasilitas yang
sesuai dengan tapak dan iklim setempat.
Selain itu penekanan dalam perencanaan resort yang perlu dipertimbangkan,
yaitu adanya kontak dengan alam, bangunan maupun manusia. Dalam hal ini dalam
perancangan Beralas Pasir Resort semua fungsi bangunan diorientasikan ke alam
sekitar tapak perancangan yaitu difokuskan pada view laut, sehingga pengunjung yang
berada didalam tetap dapat merasakan suasana alam disekelilingnya.

2.1.4. Fasilitas dan Kegiatan Resort


Menurut Sumoharjo dalam Yanidar (2017), resort yang terletak pada daerah
sekitar pantai memiliki fasilitas umum yaitu:
1. Fasilitas makan dan minum seperti restoran, bar, lobby bar, pool bar, dan lain-
lain
2. Fasilitas penunjang seperti shoping arcade, klinik kesehatan, salon, money
charger, spa, barber shop, taman baca, dan lain-lain
3. Fasilitas rekreasi seperti lapangan olahraga (tennis, volley bal, dan lain-lain),
fasilitas olahraga air (kolam renang, diving, surfing, ski air, perahu layar, dan
lain-lain), dan fasilitas kebugaran.

2.1.5. Aktivitas Pengguna Resort


Menurut Sumoharjo dalam Yanidar (2017), jenis aktivitas pada resort dapat
dibedakan antara pengelola dan pengguna resort yaitu:
1. Aktivitas pengelola
a. Pengelola melakukan kewajibannya sesuai dengan tugas masing-masing
b. Staff melakukan tugasnya masing-masing yang meliputi:
- Operasional akomodasi seperti mempersiapkan guest room, mencuci,
membersihkan dan merawat unit-unit guest room
- Operasional akomodasi seperti mengatur penjadwalan penggunaan akomodasi,
mengontrol kegiatan hotel dan manajerial
- Operasional rekreasi dan komersial seperti pelayanan makanan, pelayanan
kesehatan, pelayanan pertunjukkan seni budaya, rekreasi, olahraga, dan lain-lain.
2. Aktivitas tamu
a. Aktivitas sosial seperti berkumpul, berbincang-bincang antar sesama tamu hotel,
makan, minum, membaca, bermain, dan lain-lain.
b. Berekreasi di alam terbuka dan beberapa lokasi wisata pada kawasan tersebut
c. Mengikuti acara-acara pada waktu tertentu, baik diadakan oleh pengelola atau
acara tamu atau pengunjung resort itu sendiri.

2.1.6. Kebutuhan Ruang Resort


Menurut Yanidar (2017), berdasarkan klasifikasi pengguna maka kebutuhan
ruang pada resort dibagi menjadi 4 zona, yaitu:
1. Zona Privat
Zona privat adalah zona dimana dapat menampung ruang ruang untuk
wisatawan, yaitu ruang tidur dan beristirahat. Perancangan ruang-ruang privat ini
mempertimbangkan kecenderungan pada jumlah pengunjung pada tiap-tiap kamar
yang berkaitan dengan penentuan jumlah kebutuhan tempat tidur dengan macam tipe
resort.

Perancangan ruang-ruang privat juga perlu memperhatikan tipikal tamu resort yang
akan menginap serta dengan kelengkapan yang harus disediakan pada kamar tidur.
Berdasarkan lamanya waktu pengunjung tinggal, pembagian ruang privat. Terdiri dari
ruang tidur, kamar mandi, dan teras atau balkon. Adapun standar ruang untuk
kebutuhan ruang privat pada resort yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.7.Denah kamar untuk tipe kecil dan double bed


Sumber: Neufert, 2002
Gambar 2.8. Denah kamar standar dan mewah
Sumber: Neufert, 2002

Gambar 2.9. Jarak minimum antar tempat tidur dalam kamar


Sumber: Neufert, 2002

Berdasarkan pada gambar 2.7., 2.8. dan 2.9. pembagian zona ruang pada zona
privat terdiri dari kamar tidur dan kamar mandi. Ruang privat terpusat pada dua fungsi
yaitu pada kamar tidur yang diperuntukkan sebagai hunian dan tempat beristirahat bagi
pengunjung dan wisatawan, dan kamar mandi yang diperuntukkan sebagai tempat
untuk membersihkan diri.

2. Zona Publik
Zona publik merupakan zona penghubung antara kegiatan servis dengan kegiatan
tamu. Zona publik adalah zona dimana pengunjung dapat berkaktivitas dan
berinteraksi. Berikut adalah standar ruang pada zona publik pada resort:
a. Entrance, merupakan ruang penerima tamu dimana letak entrance harus terlihat
dan berhubungan langsung dengan area resepsionis serta memiliki kesan ramah
untuk mengundang pengunjung untuk masuk ke dalam hotel atau resort.
b. Lobby, merupakan area yang berfungsi sebagai penerima tamu, kedatangan tamu,
dan pelepas keberangkatan tamu. Lobby biasanya terletak di daerah depan
bangunan agar pengunjung atau wisatawan lebih mudah mengakses. Lobby dapat
dijadikan sebagai ruang berkumpul pada saat-saat tertentu, sebagai ruang
administrasi pengunjung, ruang informasi, tempat pameran, dan tempat istirahat.
Tabel 2.2 Standar Ruang-ruang Lobby
Ruang Sumber Standar
Main lobby BPDS 0,65-0,9 m²/orang
Lounge Area NAD 2,5 m²/ orang
receptionist BPDS 10 m²/ unit
Ruang Kasir NAD 2.75 m²/ orang
Costumer Service NMH 12 m²/ unit
Toilet Umum NAD 3,6 m²/ orang
Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html

c. Restoran dan cafe, adalah area makan dan minum yang diperuntukkan tamu
untuk menikmati hidangan yang disediakan di dalam hotel atau resort. Pada
restoran dan cafe juga terjadi interaksi antara tamu dengan pengunjung yang
lain. Restoran dan cafe biasanya juga dilengkapi dengan fasilitas hiburan.
Tabel 2.4 Standar Ruang-ruang Penunjang
Ruang Sumber Standar
Restoran NAD 2.5 m²/ orang
cafe NAD 2.5 m²/ orang
Gudang NAD 250x0,24 m²
Sumber: Neufert, 2013:105

Gambar 2. Space Requirement for server and diner


Sumber: Neufert, 2002:455
d. Ruang rekreasi, adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh hotel atau resort.
Ruang rekreasi dapat diletakkan pada area terbuka maupun area tertutup. Ruang
rekreasi dapat berupa fasilitas seperti gym, jogging track, kolam renang dan lain-
lain. Untuk standar kolam renang terbuka yang bukan digunakan oleh perenang
bidang air 500-1200 m² kedalaman air 0,50- 1,35 m. (Sumber: Neufert,
2013:193)
e. Meeting room atau function room, adalah tempat yang disewakan untuk berbagai
macam kebutuhan seperti meeting, rapat, seminar dan lain sebagainya. Ruang ini
disebut juga sebagai banquet room. Standar ruang meeting dan function
dijelaskan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Standar Ruang-ruang Penunjang
Ruang Sumber Standar
Meeting room HMC (hotel, motel and 1,1-1,3 m²/ orang
condomonium)
function room HMC 1,8 m²/ orang
(Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html)

3. Zona Pengelola
Zona pengelola merupakan area untuk mengelola administrasi hotel atau resort.
Ruang-ruang pada zona pengelola perlu memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan
pengelola dalam bekerja. Zona pengelola dapat berupa ruang seperti ruang manajer,
ruang staff, ruang divisi, ruang tunggu, ruang rapat, ruang kerja, toilet dan lain-lain.

Gambar 2.11. Layout ruang pengelola


Sumber: (Neufert, 2002)
Berikut merupakan beberapa standard ruang yang ada pada zona pengelola :
Tabel 2.9 Standar Ruang-ruang
Ruang Sumber Standar
General manager TSS 1.33 m²/ orang
Sekertaris TSS 1,8-2,3 m²/ orang
F&B manager HPD 7,5-9,5 m²/ orang
Staf admin HPD 1,8-2,3 m²/ orang
Akuntan HPD 7,5-9,5 m²/ orang
Arsip HPD 0,02 m²/ orang
Rapat HPD 1,5-2 m²/ orang
(Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html)

4. Zona Servis
Zona servis merupakan zona kegiatan ini adalah karyawan atau pegawai.
Karyawan atau pegawai mempunyai aktivitas yang berhubungan langsung dengan
konsumen dalam hal pelayanan. Ruang yang terdapat pada zona servis
menghubungkan ruang public dengan ruang-ruang operasional. Ruang pada zona
servis meliputi dapur, gudang, mekanikal, ruang cuci, dan ruang kontrol. Pelayanan
yang difungsikan untuk mewadahi aktivitas dan kegiatan yang melakukan pekerjaan
pelayanan.
a. Dapur

Gambar 2.12. Ukuran dapur resort


Sumber: (Neufert, 2002)
Dapur merupakan tempat bekerja khusus yang berteknik tinggi dan ditentukan
dalam dimensi dan ukuran peralatan tekniknya yang hasilnya menjadi makanan dan
minuman yang kemudian dihidangkan untuk tamu restoran. Dapur juga merupakan
tempat untuk menyimpan makanan hangat dan dingin, membuat prasmanan (patiseri),
mempersiapkan daging, mempersiapkan sayuran, bidang produksi atau memasak, dan
mencuci peralatan dapur.

b. Ruang Cuci dan Laundry

Gambar 2.13. Skema ruang cuci


Sumber: (Neufert, 2002)
Laundry dan drycleaning, merupakan fasilitas untuk mencuci, pengeringan dan
penyetrikaan pakaian tamu. Fasilitas ini merupakan fasilitas penunjang untuk
mendapatkan keuntungan tambahan dijelaskan pada table 2.6.
Tabel 2.6 Standar Ruang-ruang Penunjang
Ruang Sumber Standar
Chief laundry TSS 7,5-9,5 m²/ orang
Laundry TSS 0,5 m²/ kamar
Gudang laundry HPD (hotel planning and design) 0,0023 m²/ kamar
(Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa oprasional resort harus didukung
dengan berbagai fasilitas yang dapat mendukung kelancaran aktifitas pengguna.
Berdasarkan persyaratan khusus yang digunakan, ruang-ruang yang diidentifikasi pada
standar dan kebutuhan pelaku harus disesuaikan dengan persyaratan ruang-ruang yang
ada agar kualitas ruang dapat dimaksimalkan demi kenyamanan pengguna. Persyaratan
harus diaplikasikan ke dalam perancangan agar diperoleh rancangan yang baik dan
benar guna menjaga kenyamanan pengguna di dalam ruang.

2.2 Tinjauan Tema Rancangan


2.2.1 Latar Belakang Munculnya Arsitektur Neo-Vernakular
Arsitektur Neo-Vernakular adalah salah satu paham atau aliran arsitektur yang
muncul pada pertengahan tahun 1960-an yaitu aliran yang berkembang pada era Post
Modern. Pada Era Modern lahir arsitektur Post Modern yang merubah gaya bangunan
pada masa itu dikarenakan timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang
berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak).
Pada era Post Modern terdapat 6 (enam) aliran yang muncul menurut Charles A.
Jenck (1990) diantaranya, Historiscism, Straight Revivalism, Neo Vernakular,
Contextualism, Methapor dan Post Modern Space. Menurut Budi A.Sukada (1988)
dalam Fajrine (2017) terdapat 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur pada Era Post Modern
dari semua aliran yang berkembang yaitu sebagai berikut :
1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
2. Membangkitkan kembali kenangan historik.
3. Berkonteks urban.
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7. Dihasilkan dari partisipasi.
8. Mencerminkan aspirasi umum.
9. Bersifat plural.
10.Bersifat ekletik.
Sebuah karya arsitektur dapat dikategorikan ke dalam arsitektur Post Modern
(Neo-Vernakular) apabila sudah memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas. Charles
A. Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang
mendasari timbulnya era Post Modern, yaitu :
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini
disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah,
sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Arsitektur Neo-Vernakular
merupakan Arsitektur Post-Modern yang tidak hanya menerapkan elemen fisik semata,
namun juga menerapkan elemen non fisik berupa budaya, pola pikir, kepercayaan, tata
letak, religi, dan sebagainya.

2.2.2 Pengertian Neo Vernakular


Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernakular
berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernakular
dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Jadi,
Neo Vernakular adalah arsitektur asli dari masyarakat setempat yang didesain
menggunakan material zaman sekarang (Irawan,2017).

2.2.3 Arsitektur Neo-Vernakular


Arsitektur Neo-Vernakular merupakan salah satu paham atau aliran Arsitektur
Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang
mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan
teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang memiliki
konsep pada prinsipnya mempertimbangkan peran serta budaya lokal dalam kehidupan
masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, lingkungan dan teknologi.

2.2.4 Ciri – Ciri Arsitektur Neo-Vernakular


Ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular menurut Charles A. Jencks (1988)
dalam bukunya “Language of Post-Modern Architecture” adalah sebagai berikut:
a. Selalu menggunakan atap bumbungan.
Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah
sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan
penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang
menyimbolkan permusuhan.
b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).
Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang
merupakan budaya dari arsitektur barat.
c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih vertikal.
d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang
terbuka di luar bangunan.
e. Warna-warna yang kuat dan kontras.
Pada dasarnya arsitektur Neo-Vernakular melestarikan unsur-unsur lokal
sehingga bentuk dan sistemnya berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan
dan pencahayaan alami yang menjadi aspek mendasar.
Berdasarkan ciri-ciri di atas bahwa Arsitektur Neo-Vernakular ditujukan pada
arsitektur modern dan arsitektur tradisional yang saling terkait antar keduanya.
Hubungan antara kedua bentuk arsitektur tersebut ditunjukkan dengan jelas dan tepat
oleh Neo-Vernakular melalui gaya akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara
unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur nilai
budaya setempat. Adapun penerapan unsur dalam Arsitektur Neo-Vernakular memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur
dan ornamen).
b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga
elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu
pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).
2.2.5. Prinsip – Prinsip Desain dan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular
A. Prinsip-Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular
Adapun prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular dalam Putra (2013)
secara terperinci adalah sebagai berikut.
a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif
terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan
sekarang.
b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat
dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan
seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide
yang relevan dengan program konsep arsitektur.
e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang
akan datang.

B. Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular


Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Arsitektur Neo-
Vernakular adalah sebagai berikut.
a. Interpretasi desain yaitu pendekatan melaui analisa tradisi budaya dan
peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan dalam proses perancangan
yang terstruktur, kemudian diwujudkan dalam bentuk yang termodifikasi sesuai
zaman sekarang.
b. Ragam dan corak desain yang digunakan adalah dengan pendekatan simbolisme,
aturan dan tipologi untuk memberikan kedekatan dan kekuatan pada desain.
c. Struktur tradisional yang digunakan mengadapatasi bahan bangunan yang ada
didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi
bangunan.
2.2.6 Metode Eksplorasi untuk Pembaharuan dalam Arsitektur Neo-Vernakular
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu penerapan elemen arsitektur yang
telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosofi, tata ruang)
dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh
sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan menuju
suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi
setempat. Pembaharuan ini dapat dilakukan dengan upaya eksplorasi yang tepat (Putra,
2013).
Dalam proses eksplorasi gedung-gedung Neo-Vernakular di Indonesia, menurut
Deddy Erdiono (2011), menyatakan bahwa ada empat model pendekatan yang harus
diperhatikan terkait dengan bentuk dan makna dalam merancang dan memodernisir
bangunan tradisional dalam konteks kekinian, yaitu kecenderungan terjadinya
perubahan- perubahan dengan paradigma, yaitu:
(a) bentuk dan maknanya tetap
(b) bentuk tetap dengan makna baru
(c) bentuk baru dengan makna tetap
(d) bentuk dan maknanya baru.
Pada pendekatan (b) bentuk baru dengan makna tetap, penampilan bentukan
Arsitektur Neo-Vernacular tetap mengadopsi dan menduplikasi bentuk lama tetapi
diberi makna baru. Hal ini dimungkinkan terjadi pada masyarakat yang baru
mengalami masa transisi akibat pengadopsian nilai-nilai kebudayaan asing. Untuk
mengakomodasi ‘kebudayaan baru’ serta menghindari terjadinya kejutan budaya
(culture shock), maka diberilah makna baru. Contohnya, makna yang bersifat sakral
diubah menjadi profan dan sekaligus berupaya untuk menghilangkan mitos-mitos yang
ada (tidak memberlakukan mitos yang ada didalam masyarakat).
2.2.7 Perbedaan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.
Tabel 2.2. Perbandingan arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular
Perbandingan Tradisional Vernakular Neo
Vernakular
Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk oleh Penerapan elemen
tradisi yang tradisi turun temurun arsitektur yang sudah
diwariskan secara tetapi terdapat ada dan kemudian
turun-temurun, pengaruh dari luar sedikit atau
berdasarkan baik fisik maupun banyaknya
kultur dan kondisi nonfisik, bentuk mengalami
lokal. perkembangan pembaruan menuju
arsitektur tradisional. suatu karya yang
modern.
Prinsip Tertutup dari Berkembang setiap Arsitektur yang
perubahan zaman, waktu untuk bertujuan
terpaut pada satu merefleksikan melestarikan unsur-
kultur kedaerahan, lingkungan, budaya unsur lokal yang
dan mempunyai dan sejarrah dari telah terbentuk
peraturan dan daerah dimana secara empiris oleh
norma-norma arsitektur tersebut tradisi dan
keagamaan yang berada. Transformasi mengembangkannya
kental dari situasi kultur menjadi suatu
homogen ke situasi langgam yang
yang lebih heterogen. modern. Kelanjutan
dari arsitektur
vernakular
Ide Desain Lebih Ornamen sebagai Bentuk desain lebih
mementingkan pelengkap, tidak modern.
fasat atau bentuk, meninggalkan nila-
nilai setempat tetapi
ornamen sebagai dapat melayani
suatu keharusan. aktifitas masyarakat
di dalam.
Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo dalam Putra (2013)

Arsitektur Vernakular sering juga disamakan dengan Arsitektur Tradisional.


Secara konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-
norma adat istiadat atau pewaris budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi.
Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional dan
bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional serta mampu
memberikan ikatan lahir batin.
Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip asrsitektur Neo-vernakular
adalah melestarikan unsur-unsur lokal yang terbentuk secara empiris oleh tradisi dan
mengembangkannya dengan langgam yang modern. Bentuk dan sistem arsitektur neo
vernakular dipengaruhi oleh iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alami,
dan antisipasi terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar.

2.2.8. Perbedaan Regionalisme dengan Neo Vernakular


Tabel 2.3. Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular
Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular
Pengertian Region adalah daerah dan Neo berarti baru, masa peralihan dan
Isme adalah paham, jadi vernakular adalah
faham bersifat kedaerahan Native/asli/bahasa setempat, jadi
peralihan dari bentuk setempat
Ideologi Menciptakan arsitektur yang Fokus kepada penerapan elemen
kontekstual yang tanggap arsitektur yang sudah ada dari hasil
terhadap kondisi lokal dan vernakular dan kemudian sedikit
senantiasa mengacu pada atau banyaknya mengalami
tradisi, warisan sejarah serta pembaruan menuju suatu karya
makna ruang dan tempat yang modern.
Prinsip Mengarah pada pemenuhan Arsitektur yang bertujuan
kepuasan dan ekspresi jati melestarikan unsur-unsur lokal yang
diri yang mengacu pada telah terbentuk secara empiris oleh
masa lalu, sekarang dan tradisi dan mengembangkannya
masa yang akan datang dan menjadi suatu langgam yang
masih tergantung pada modern dan kelanjutan dari
vernakularisme arsitektur vernakular.
Konsep Masih cenderung hanya Bentuk desain lebih modern dan
Desain meniru bentuk fisik, ragam mencoba menampilkan karya baru.
dan gaya-gaya tradisional
yang sudah dimiliki oleh
masyarakat setempat.
Kriteria - Menggunakan bahan -Bentuk-bentuk menerapkan unsur
bangunan lokal dengan budaya, lingkungan termasuk iklim
teknologi modern. setempat diuungkapkan dalam
-Tanggap dalam mengatasi bentuk fisik arsitektural (tata letak
pada kondisi iklim setempat denah, detail, struktur dan
- Mengacu pada tradisi, ornamen).
warisan sejarah serta makna - Tidak elemen fisik yang diterapkan
ruang dan tempat. dalam bentuk modern, tetapi juga
-Mencari makna dan elemen nonfisik yaitu budaya pola
substansi cultural, bukan pikir, kepercayaan, tata letak yang
gaya/style sebagai produk mengacu pada makro kosmos,
akhir religius dan lainnya menjadi konsep
dan kriteria perancangan.
-Produk pada bangunan ini tidak
murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan
karya baru (mengutamakan
penampilaan visualnya)
Sumber : Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan.
Agus Dharma dan Hasan Sadli dalam Putra (2013)
Dari tabel diatas, Arsitektur Regionalisme dan Arsitektur Neo Vernakular
merupakan perpaduan antara tradisional dan modern. Struktur bangunan Arsitektur
Regionalisme dapat berkembang mengikuti teknik dan metode baru, namun ungkapan
arsitektural tetap dalam semangat tempat dan budaya lokal. Sedangkan Neo Vernakular
dalam bentukan desain lebih modern dan mencoba menampilkan karya baru.

2.2.9. Arsitektur Rumah Tradisional Melayu


A. Asal-Usul
Kepulauan Riau merupakan salah satu satu provinsi di Indonesia. Daerah ini
merupakan gugusan pulau yang tersebar di perairan selat Malaka dan laut Cina selatan.
Keadaan pulau-pulau tersebut berbukit dengan pantai landai dan terjal. Mayoritas
penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. Sedangkan agama yang dianut
oleh sebagian besar dari mereka adalah Islam.
Kondisi alam dan keyakinan masyarakat Kepulauan Riau sangat mempengaruhi
pola arsitektur rumahnya, khususnya Bintan. Pengaruh alam sekitar dan keyakinan
dapat dilihat dari bentuk rumahnya, yaitu berbentuk panggung yang didirikan di atas
tiang dengan tinggi sekitar 1,50 meter sampai 2,40 meter. Penggunaan bahan-bahan
untuk membuat rumah, pemberian ragam hias, dan penggunaan warna-warna untuk
memperindah rumah merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan dan ekpresi nilai
keagamaan dan nilai budaya.
B. Rumah Tradisional Melayu

Gambar.2.14. Rumah Belah Bubung


Sumber : http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/05/kebudayaan-kepulauan-
riau.html
Salah satu rumah untuk tempat tinggal masyarakat Bintan adalah rumah Belah
Bubung. Rumah ini juga dikenal dengan sebutan rumah Rabung atau rumah Bumbung
Melayu. Nama rumah Belah Bubung diberikan oleh orang Melayu karena bentuk
atapnya terbelah. Disebut rumah Rabung karena atapnya mengunakan perabung.
Sedangkan nama rumah Bubung Melayu diberikan oleh orang-orang asing, khususnya
Cina dan Belanda dikarenakan bentuknya berbeda dengan rumah asal mereka, yaitu
berupa rumah Kelenting dan Limas. Selain itu, Rumah Tradisonal Melayu terdiri dari
tiga unsur utama yaitu, tiang, dinding dan bumbungan.
Nama rumah ini juga diberikan berdasarkan bentuk dan variasi atapnya, yaitu:
1. Rumah Lipat Pandan karena atapnya curam;
2. Rumah Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar;
3. Rumah Atap Layar atau Ampar Labu karena bagian bawah atapnya ditambah
dengan atap lain:
4. Rumah Perabung Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya;
5. Rumah Perabung Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.

Gambar.2.15. Jenis Atap Rumah Belah Bubung


Sumber: Ny. Wahyunigsih dan Rivai Abu,1986
Besar kecilnya rumah yang dibangun ditentukan oleh kemampuan pemiliknya,
semakin kaya seseorang semakin besar rumahnya dan semakin banyak ragam hiasnya.
Namun kekayaan bukanlah sebagai penentu mutlak dalam pembangunan rumah.
Pertimbangan yang paling utama dalam membuat rumah adalah keserasian dengan
pemiliknya yang bisanya sang pemilik menghitung ukuran hasta, dari satu sampai 5.

C. Bagian-bagian Rumah
Secara umum rumah melayu berpanggung dan berbentuk persegi yang terdiri dari
beberapa ruang. Pada rumah Belah Bubung terdiri atas 3 (tiga) bagian, yakni selasar,
rumah induk dan penanggah.
a. Selasar
Pada umumnya selasar terdapat tiga macam, yaitu Selasar Luar, Selasar Jatuh
dan Selasar Dalam. Selasar yang berada di depan Rumah Induk disebut Selasar Luar.
Jika lantai Selasar Luar lebih rendah dari Rumah Induk disebut Selasar Jatuh, dan jika
Selasar menyatu dengan Rumah Induk disebut Selasar Dalam. Selasar merupakan
tempat anak-anak bermain, meletakan alat pertanian dan tempat menerima tamu.
b. Rumah Induk
Rumah Induk terbagi ke dalam tiga bagian yakni ruangan muka, ruangan tengah,
dan ruang dalam.
 Ruangan muka, pada ruangan ini menjadi tempat kaum ibu, serta tempat tidur
keluarga perempuan dan anak-anak yang belum berusia 7 tahun.
 Ruangan tengah, ruangan ini menjadi tempat tidur laki-laki yang sudah berumur
7 tahun.
 Ruang dalam, ruang ini merupakan tempat tidur orang tua perempuan dan anak
perempuan yang telah dewasa.
c. Penanggah
Ruang penanggah adalah ruang telo dan ruang dapur. Ruang telo berfungsi
menghubungkan rumah induk dengan dapur. Ruangan ini digunakan sebagai tempat
menyimpan sebagian alat pertanian dan nelayan, serta tempat menyimpan cadangan
air. Sedangkan dapur merupakan tempat melakukan aktivitas memasak, makan dan
menyimpan peralatan memasak.
Umumnya rumah Belah bubung memiliki beberapa bagian-bagian yang terdiri
dari: tiang, rusuk, grlagar, bandul, lantai, tutup tiang, jenang, sento, dinding, kasau,
tunjuk langit, kuda-kuda, loteng, pintu, jendela, lesplang, bidai, tulang bubung, alang,
gulung-gulung, perabung, dan beberapa bentuk hiasan.

Gambar.2.16. Typologi Ruang Rumah Belah Bubung


Sumber: Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986

D. Ornamentasi / Ragam Hias


Corak atau ornamen yang digunakan pada Rumah Melayu bersumber dari alam,
yaitu flora dan fauna. Ornamen yang banyak dipakai adalah corak yang bersumber
pada tumbuh-tumbuhan (flora). Orang Melayu umumnya beragama Islam sehingga
corak hewan (fauna) sedikit digunakan karena dikhawatirkan dapat menjurus kepada
hal-hal yang berbau “keberhalaan”. Corak hewan yang dipilih umumnya yang
mengandung sifat tertentu atau yang berkaitan dengan mitos atau kepercayaan
tempatan.
Secara umum corak-corak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Flora
Hiasan yang bermotif tumbuh-tumbuhan banyak digunakan. Secara umum,
penggunaan motif tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokan ke dalam tiga kelompok,
yaitu:
1. Kelompok kaluk pakis memiliki dua motif utama, yaitu motif daun-daunan dan
motif akar-akaran. Hiasan berbentuk daun meliputi motif daun susun, daun
tunggal dan daun bersangit. Sedangkan hiasan berbentuk akar-akaran meliputi
motif akar pakis, akar rotan, dan akar tunjang.

Gambar.2.17. Motif Kalok Pakis


Sumber: Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986

2. Kelompok bunga-bungaan meliputi bunga kundur, bunga melati, bunga mangga,


bunga cengkeh, bunga melur, bunga cina dan bunga hutan.

Gambar 2.18.Bunga kundur, bunga cengkeh bersusun, bunga melati


Sumber : http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1887/

Gambar 2.19. Bunga bervariasi


Sumber: Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986
3. Kelompok pucuk rebung meliputi pucuk rebung dan sulo lalang.

Gambar 2.20. Pucuk Rebung


Sumber: Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986

Adapun warna-warna yang sering digunakan dalam motif tumbuhan adalah :


• Warna hijau digunakan untuk mewarnai motif daun.
• Warna putih, kuning, merah atau emas digunakan untuk mewarnai motif bunga.
• Warna hiju dan biru digunakan untuk mewarnai motif tangkai.

b. Fauna
Ukiran yang menggunakan bentuk hewan dalam rumah Belah Bubung sangat
sedikit jumlahnya. Adapun corak hewan yang digunakan adalah hewan yang dianggap
baik oleh masyarakat, misalnya semut beriring, itik sekawan dan lebah bergantung.
Namun dalam penggambaran detail dari hewan-hewan tersebut tidak jelas.
Motif semut beriring disebut karena bentuknya dianggap seperti semut beriring.
Corak semut dipakai walau tidak dalam bentuk sesungguhnya, makna dari motif semut
beriring yaitu diambil sifat semut yang rukun dan tolong-menolong. Dinamakan itik
sekawan karena berjalan bergerombol. Dinamakan lebah bergantung karena bentuknya
seperti lebah bergantung, dan digunakan karena sifat lebah yang selalu memakan yang
bersih, kemudian mengeluarkan (madu) yang dapat dimanfaatkan untuk orang ramai.
Penggunaan warna pada corak hewan ditentukan oleh selera yang punya rumah.

Gambar.2.21. Semut beriring, itik pulang petang dan lebah bergantung


Sumber: Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986
c. Alam
Motif alam yang sering digunakan adalah motif bintang-bintang dan awan larat.
Warna yang digunakan untuk mewarnai ukiran bintang-bintang pada umumnya adalah
warna putih, kuning dan keemasan. Sedangkan warna yang digunakan untuk mewarnai
awan larat adalah warna hijau, biru, merah, kuning dan putih.

Gambar2.22.Awan larat dan bintang-bintang


Sumber : Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986

d. Kaligrafi dan Kalimah


Motif kaligrafi atau kalimah merupakan ukiran yang berasal dari ayat-ayat al-
Quran merupakan bentuk ukiran yang merefleksikan kepercayaan atau agama
masyarakat Kepulauan Riau, yaitu Islam. Warna yang digunakan untuk mewarnai
ukiran kaligrafi atau kalimah adalah warna Putih, biru, hijau, kuning, keemasan atau
perak.
e. Motif Lain
Hiasan lain yang biasa digunakan adalah Selembayung yang diletakkan di
puncak atap, Sayap Layang-Layang yang diletakan pada ujung kaki cucuran, Pinang-
Pinang atau Gasing-Gasing, Papan Tebuk dan Balam Dua Selengek atau ukiran
berbentuk burung Balam.

Gambar 2.23. Selembayung dan sayap layang layang


Sumber : Ny.Wahyuningsih dan Rivai Abu,1986
Rumah bubung melayu ini biasanya dihiasi dengan ukiran-ukiran. Puncak
atapnya dihiasi ukiran selembayung dan ujung cucuran atap dihiasi ukiran sayap
layang-layang. Ukiran lebah bergantung menghiasi lesplank, akar paku mengisi
bidang-bidang kosong, kisi-kisi dihiasi ukiran papan tebuk bermotif itik sekawan,
bunga-bunga maupun ukiran larik.

E. Warna
Adapun warna-warna yang biasa digunakan pada Rumah Melayu memiliki
makna atau lambang sebagai kepercayaan masyarakat melayu. berikut adalah warna
umum yang sering digunakan pada rumah melayu dan maknanya.
Tabel 2.4. Warna pada Rumah Melayu dan Maknanya

No. Warna Makna/Lambang

1. Putih Kesucian
2. Merah Perasaudaraan dan keberanian
3. Kuning Kekuasaan
4. Biru Keuasaan di laut
5. Hijau Kesuburan dan Kemakmuran
6. Hitam Keperkasaan
7. Keemasan Kekuasaan dan kejayaan

2.1.4. Konsep Simbolik


a. Tata Ruang Rumah
Tata ruang rumah dengan beragam jenis fungsinya merupakan simbol agar semua
orang taat pada aturan. Adanya bagian ruang yang berfungsi sebagai ruang-ruang
privat, seperti ruang-ruang pada Rumah Induk, dan ruang publik seperti Selasar dan
ruang semi publik seperti Penanggah, merupakan usaha untuk menanamkan dan
menjaga nilai kesopanan dan etika bermasyarakat.
b. Ornamen
Penggunaan ragam hias berkaitan dengan beragam warnanya tidak saja
mengandung nilai estetika (keindahan) tetapi juga nilai etis, moral, sosial dan religius.
Ukiran Daun Bersusun melambangkan kasih sayang, ukiran Daun Bersanggit
melambangkan kehidupan bermasyarakat, ukiran Akar Pakis melambangkan
kehidupan keyakinan bahwa semuanya akan kembali pada yang Satu (Allah SWT),
ukiran Akar Rotan melambangkan kehidupan yang harus terus berkembang, dan ukiran
Akar Tunjang melambangkan tempat berpijak. Ukiran berbentuk fauna melambangkan
hidup bergotong royong, ketertiban umum dan sebagainya. Penggunaan ukiran dari
ayat-ayat al-Quran tidak saja untuk hiasan tetapi juga sebagai azimat, yaitu agar
terhindar dari gangguan makhluk halus dan sebagainya.

2.3 Studi Banding Fungsi dan Tema Perancangan Sejenis


2.3.1 Studi Banding dengan Fungsi Sejenis
1. Kumbalangi Aquatic Floating Resort di India

Gambar.2.24. Eksisting Kumbalangi Aquatic Resort


Sumber: www.aquaticisland.com,2018
Aquatic Floating Resort berada di 4-360A, Puthankary Kumbalangi PO Cochin
Kerala- India. Bangunan ini berfungsi sebagai penginapan yang berada di daerah
pesisir laut yang selalu tergenang air yang awalnya dipergunakan masyarakat untuk
tambak. Lokasi ini terdapat mangrove serta banyak pohon kelapa di sekelilingnya yang
membuat tempat ini semakin terasa hijau dan nyaman.
Gambar.2.25. Fasilitas Kumbalangi Aquatic Floating Resort
Sumber: :www.aquaticisland.com,2018

Sistem tambat pada resort ini dengan menggunakan sistem tiang pancang dengan
memanfaatkan kayu sebagai sistem tambatnya. Sementara itu, untuk plat apungnya
menggunakan EPS (busa pengapung) yang diatasnya disertakan plat kayu.

Gambar.2.25. Restoran Apung Aquatic Floating Resort


Sumber: :www.aquaticisland.com, 2018

Pemerintah pusat India telah mempromosikan Aquatic Floating Resort


Kumbalangi sebagai tujuan ideal untuk mewakili pariwisata desa India merupakan
yang pertama dan satu-satunya resort terapung di negara tersebut. Resort ini terdiri
dari 5 unit villa apung yang mewah dengan total 10 kamar yang estetis dan fungsional.
Resort ini memiliki kamar tidur dibawah air dengan menerapkan konsep ekologi.
Fasilitas yang ada pada resort ini yaitu restoran, kolam renang, spa and health,
watersport, dining hall, ruang servis, lobby, travel desk, laundry, Doctor on call, rental
sepeda, daily housekeeping dan lain-lain. Restoran apung dengan interior yang unik
dan juga kolam apung merupakan yang pertama ada di India. Selain itu, perancangan
resort ini berbasis ramah lingkungan dengan sistem pengolahan limbah yang modern.
2. Conrad Maldives Rangali Island Resort

Gambar.2.31. Conrad Maldives Rangali Island Resort


Sumber : http://www.conradmaldives.com/, 2018

Conrad Maldives Rangali Island Resort terletak di Alif Atoll, sekitar 96


kilometer di sebelah barat pulau utama Malé di Maladewa. Resort ini memiliki 71 villa
dan suite overwater dan 79 villa pantai berada di dua pulau yang terhubung. Resort ini
merupakan penginapan bintang 5 dengan fasilitas yang sangat lengkap, dengan harga
yang kompetitif yang lebih rendah dari resort lain di Maladewa. Setiap vila yang berada
di atas air dilengkapi dengan fasilitas mewah yang akan memanjakan para pengunjung.

Gambar.2.32. Ithaa atau restoran bawah laut


Sumber: http://www.conradmaldives.com/, 2018

Ithaa merupakan restoran yang dibuka tahun 2005 ini jadi salah satu daya
tarik tersendiri, karena banyak orang ingin merasakan sensasi makan di bawah laut
ditemani ikan-ikan. Kata 'ithaa' berarti 'mother of pearl' dalam bahasa Dhivehi, atau
bahasa lokal Maldives. Lokasinya berada 5 meter dibawah laut. Karena tempatnya
yang terbatas, resto ini hanya mampu menampung sekitar 14 pengunjung saja. Atap
dan dinding resto ini transparan dengan jarak pandang sekitar 270 derajat. Pengunjung
akan merasakan suasana yang berbeda dengan disuguhi pemandangan laut yang kaya
akan biotanya.

Gambar.2.33. Conrad Rangali Resort


Sumber: http://www.conradmaldives.com/, 2018

Conrad Rangali Resort merupakan resort yang memiliki villa bawah laut pertama
yang pernah ada. Villa tersebut bernama “Muraka”, dalam Bahasa Maldive berarti
“karang”. Villa bawah laut ini dirancang oleh Arsitek dan Direktur Crown Company,
Ahmed Saleem. Villa ini di bangun dengan beton, baja, dan akrilik. Villa ini memiliki
kapasipas untuk sembilan tamu, terdiri dari dua tingkat yakni berada di atas permukaan
laut dan berada dibawah laut.

Gambar.2.34. Fasilitas Villa Muraka di atas laut


Sumber: http://www.conradmaldives.com/, 2018

Bagian atas Villa Muraka terdapat dua kamar tidur, dua kamar mandi, ruang rias,
ruang olah raga, tempat tidur pelayan pribadi, tempat tidur keamanan pribadi, ruang
tamu dapur, bar, dan ruang makan.
Gambar.2.36. Fasilitas Villa Muraka di bawah laut
Sumber: http://www.conradmaldives.com/, 2018

Sementara bagian bawah villa yang berada dibawah permukaan laut


menampilkan parorama kehidupan bawah laut disekitarnya. Adapun fasilitas yang ada
yaitu kamar tidur ukuran king, ruang makan dan kamar mandi. Selain itu, untuk
memasukkan sinar matahari sang arsitek membuat dek pada bagian sisi timur dan barat
villa.
Berikut tipe-tipe kamar lain yang ada di Conrad Maldives Rangali Island Resort:
a) 28 Water Villas : 74 m²
b) Superior Water Villas : 74 m²
c) 6 Deluxe Water Villas : 115 m²
d) 2 Premier Water Villas : 119 m²
e) 2 Sunset Water Villas – 2-bedrooms : 250 m²
Ruang tamu berlantai kaca, Kolam renang , Dapur, Layanan pelayan pribadi,
Tempat tidur dapat berputar di kamar tidur utama dan ada dijadwalkan di tempat
berjemur.
f) 21 Vila Spa Air : 150 m²
Bak mandi outdoor, View Ocean dari semua jendela dan Ruang perawatan
terpisah untuk pijat.
g) 9 villa villa dan suite
Gambar.2.35. Conrad Rangali Resort
Sumber : http://www.conradmaldives.com/, 2018

Conrad Rangali Resort juga memiliki restoran diatas air dan di tepi pantai dengan
view laut yang menjadi prioritasnya. Selain itu terdapat terdapat fasilitas wedding
indoor dan outdoor. Resort ini juga dilengkapi dengan kolam renang yang cukup luas
dan bervariasi, spa and health, watersport, dan fasilitas penunjang lainnya.

3. Kepri Coral Resort di Batam

Gambar.2.36. Kepri Coral Resort


Sumber : https://paketbatamonedaytour.wordpress.com/2018/10/23

Kepri Coral Resort merupakan destinasi baru di Batam yang terdiri dari Kolam
Renang dan Akuarium bawah laut yang menakjubkan, beberapa orang menyebutnya
Kepri Coral Island. Pengunjung dapat melihat panorama bawah laut pulau Pengalap
dari dalam akuarium besar tanpa harus menyelam. Cara untuk menuju Kepri
Coral Resort yaitu melewati jalan trans barelang dari simpang Tembesi menuju
jembatan 6 Barelang. Sekitar 7 km dari jembatan 6, anda akan menemukan pelabuhan
Kepri Coral di sebelah kanan di tandai dengan gerbang masuk utama.

Gambar.2.36. Restoran Apung Kepri Coral Resort


Sumber : https://paketbatamonedaytour.wordpress.com/2018/10/23

Kepri Coral Resort memiliki Restoran Apung. Restoran ini dapat menampung
+-100 orang dan untuk menuju ke restoran ini harus menggunakan boat (perahu). Tapi
yang menarik perhatian adalah, tentu saja Sea Aquarium. Memang bukan seperti Sea
Aquarium Singapore. Bentuknya lebih ke ruangan dengan kaca di kanan dan kirinya.
Ruangannya pun tidak terlalu besar, cukup untuk beberapa orang. Melalui Sea
Aquarium ini pengunjung melihat keragaman dan keindahan terumbu karang dan ikan
dari dalam ruangan
Kepri Coral Resort memiliki beberapa jenis penginapan yaitu sebagai berikut:
1. Kelong Fishing House, Kamar jenis ini berada di atas Laut Kepri Coral, mampu
menampung sebanyak 4 orang dalam satu kamar, Kamar ini di sebutjuga dengan
Kelong Cabin, dari sini anda bisa langsung melihat air laut dari Jendela kamar
anda.
2. Jenis Kepri Coral Cabin jenis kamar ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis kamar
yaitu Island View Cabin dan Sea View Cabin.
3. Village Dome, merupakan villa yang paling unik dikarenakan bentuknya yang
tidak biasa. Villa Dome berbentuk bulan setengah lingkaran dan memiliki jendela
di bagian atas kamar yang akan memberikan ruang cahaya kedalam kamar anda,
kamar kamar ini sudah meiliki AC dan tempat tidur layaknya hotel pribadi.

Tidak puas rasanya bermain di pantai jika tidak menikmati watersport yang
menantang adrenalin di Kepri Coral Island,ada beberapa Watersport yang tersedia
seperti Jetsky, Perahu Canoo, Banana Boat dan sepeda air.
Tabel 2.5. Perbandingan Studi Banding Fungsi Sejenis
Nama
No. Fungsi Fasilitas
Bangunan
1. Kumbalangi - Fungsi bangunan yaitu - 5 (lima) unit Villa Apung
Aquatic Resor Pantai (Beach terdiri dari 10 kamar
Floating Resort). - Restoran Apung
Resort di - Perancangan resort ini - Kolam renang, spa and
India berbasis ramah health, watersport, dining
lingkungan dengan hall, ruang servis, lobby,
sistem apung (floating) travel desk, laundry,
dan pengolahan limbah Doctor on call, rental
yang modern. sepeda, daily
housekeeping dan lain-
lain.
2. Conrad - Fungsi bangunan yaitu - 71 villa suite overwater
Maldives
Resor Pantai (Beach dan 79 villa pantai
Rangali
Island Resort). - 1 Villa Muraka yang
Resort di
- Perancangan resort ini terdiri dari 2 lantai (massa
Maladewa
memaksimalkan view bangunan berada diatas
alam dan bawah laut dan dibawah permukaan
dalam pembangunan laut)
bangunannya. - 3 Restoran yang berada di
tepi pantai, di atas air dan
dibawah air.
- Weeding indoor dan
outdoor.
- Spa and Health
- Kolam renang yang cukup
luas dan bervariasi,
watersport, dan fasilitas
penunjang lainnya.
3. Kepri Coral - Fungsi bangunan yaitu - Restoran Apung
Resort di Resor Pantai (Beach - Sea Aquarium
Batam Resort). - Kelong Fishing House
- Perancangan resort ini - Kepri Coral Cabin, terdiri
menampilkan view dari 2(dua) tipe yaitu Island
bawah laut pada ruang View Cabin dan Sea View
yang disebut Sea Cabin
Aquarium yang terletak - Village Dome
dibawah restoran - Kolam Renang
apugnya. - Watersport, seperti Jetsky,
Perahu Canoo, Banana
Boat dan sepeda air

Berdasarkan tabel 2.5 bahwa setiap resort memiliki fasilitas khusus yang berbeda
dari resort lainnya. Fasilitas tersebut menjadi poin utama untuk menarik minat
wisatawan agar berkunjung ke resort tersebut. Meskipun memiliki fungsi yang sama
namun setiap resort menampilkan kesan yang berbeda yang dapat dirasakan
pengunjung mulai dari lokasi, fasilitas, view, suasana dan arsitekturnya.

2.3.1. Studi Banding dengan Tema Sejenis


1. Misool Eco Resort di Raja Ampat

Gambar 2.35. Misool Eco Resort


Sumber: www.misool.info, 2018
Misool Eco Resort merupakan sebuah penginapan eksklusif yang memiliki
fasilitas khusus berupa area untuk menyelam. Resort ini berada di daerah terpencil di
bagian selatan Raja Ampat, Indonesia. Resort ini berada di antara pulau privat yang tak
berpenghuni sehingga memiliki pemandangan yang sangat indah dan memiliki tingkat
ke-privasi-an yang sangat tinggi, sehingga 169 sangat cocok untuk kegiatan berlibur
sambil mencari ketenangan. Lokasi penginapan ini terletak 165 km (105 mil) dari
pelabuhan terdekat, dan berjarak 20 km desa terdekat dengan perahu.

Gambar 2.36. Misool Eco Resort


Sumber: www.misool.info, 2018

Misool Eco Resort mengangkat tema desain Neo-Vernakular dengan


mengadaptasi rumah tradisional dari suku misool yang berada di Papua. Hal ini dapat
dilihat dengan citra arsitektur bangunannya yang terlihat sangat jelas pada bentuk
atapnya. Atap yang menjulang dari tiang penyangga yang hanya memiliki tinggi -+
30cm. akan tetapi rangka pada atap berbeda dengan rangka atap pada rumah tradisional
papua. rangka atap pada misool eco resort ini seperti memberi langgam tersendiri.
Misool Eco Resort memiliki 3 jenis tipe bangunan, yaitu bangunan di atas tanah
langsung, rumah panggung, dan rumah di atas air. Selain itu pemilihan material alam
masih tetap digunakan dalam pembagunan bangunan yang ada pada resort tersebut.
Dengan konsep “luxury”, semua kamar yang ada di Resort ini didesain tampak mewah
pada setiap sisi interiornya. Selain water cottages dan villa di atas air, misool eco resort
juga memiliki beberapa villa yang dibangun di daratan tepi pantai.
Gambar 2.37. Misool Eco Resort
Sumber: www.misool.info, 2018

Tamu yang menginap hanya dibatasi hingga 40 orang. Tipe kamar yang
ditawarkan pun variatif sesuai dengan view yang ditawarkan, diantaranya Villa Utara,
Villa Nasnoos&Wakachom, Villa Tabisasu, Villa Kalanme, Villa Santai dan Villa
Moro Laiyn.

Gambar 2.38. Misool Eco Resort


Sumber: www.misool.info, 2018

2. Resort villa ombak di Gili Trawangan

Gambar 2.39. Resort Villa Ombak


Sumber: https://www.vilaombak.com/id/gallery.html, 2018
Resort ini di desain dengan mengangkat arsitektur neo-vernakular yang
mengadaptasi dari rumah tradisional suku Sasak yang mendiami wilayah Lombok.
Selain itu semua tipe kamarnya mengangkat tema budaya sasak yang mempengaruhi
bentuk bangunan sehingga sangat indah saat dilihat dan ditempati. Desain bangunan
ini sangat berbaur dengan budaya yang ada di Lombok, oleh karena itu konsep
arsitektur neo-vernakular tepat digunakan pada bangunan ini.

Gambar 2.40. Resort Villa Ombak


Sumber: https://www.vilaombak.com/id/rooms.html, 2018

Arsitektur Neo-Vernakular tampak dari bentuk atap yang melengkung.


Sedangkan di bagian lantai satu resort, menggambarkan lumbung yang ada pada rumah
tradisional sasak. Desain bangunan sangat berbaur dengan budaya yang ada di
Lombok, oleh karena itu konsep Arsitektur Neo-Vernakular tepat digunakan pada
bangunan ini.

3. National Theatre Malaysia

Gambar.2.41. National Theatre Malaysia


Sumber: https://www.vrea.org.vn/gioi-thieu-web-hay/nha-hat-quoc-gia-istana-
budaya-cua-malaysia.html
Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan Neo-
Vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai teater
daerah dan juga gedung pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan
tiga tingkat balkon. Gedung Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah satu ciri
Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini
didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional melayu Malaysia yang
menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang
jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung Teater Nasional
Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.

Gambar 2.42. National Theatre Malaysia


Sumber: https://www.timeout.com/kuala-lumpur/dance/world-ballet-superstars

Pendekatan rancangan Gedung Teater Nasional Malaysia ini mengambil konsep


Neo vernakular dari rumah tradisional melayu Malaysia dengan sangat jelas dan
memberikan pengulangan-pengulangan pada bagian atapnya yang bertingkat-tingkat
dan dipadukan dengan bentuk dan material modern. Atap pelana yang biasanya
digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat tepat diaplikasikan ke gedung
teater ini karena gedung teater membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada
rumah tradisional yang menggunakan atap yang besar dan tinggi.

Gambar 2.43. (1) Perspektif dan (2) Interior Audiotorium National Theatre Malaysia
Sumber: simdos.unud.ac.id
Nilai-nilai non fisik yang dapat dilihat pada bangunan ini adalah, penataan
ruang dalamnya menyesuaikan dengan tata ruang rumah tradisional Melayu. Susunan
ruangnya sebagai berikut: : serambi (lobi dan foyer), 'rumah ibu' (auditorium) dan
'rumah dapur' (panggung atau ruang latihan). Bangunan utamanya mengadopsi bentuk
‘sireh junjung’, yaitu pengaturan daun sirih secara tradisional yang digunakan saat
pernikahan Melayu dan Upacara Penyambutan. Maka dengan adanya konsep nilai-nilai
non fisik tersebut bangunan istana budaya dapat dikategorikan sebagai salah satu
contoh karya arsitektur Neo Vernakular yang mana merupakan hasil penggabungan
nilai tradisional dengan bentuk dan teknologi yang modern.
Tabel 2.6. Perbandingan Studi Banding Tema Sejenis
Nama
No. Fungsi Penerapan Tema
Bangunan
1. Misool Eco Resort Pantai - Resort ini mengangkat tema Neo-
Resort, Raja (Beach Resort) Vernakular dengan mengadaptasi rumah
Ampat adat dari suku misool yang terlihat sangat
jelas pada atapnya berbentuk pelana.
- Pemilihan material alam masih tetap
digunakan dan dipadukan dengan
material yang modern pada interior.
2. Resort Villa Resort Pantai - Resort ini menggunakan tema Arsitektur
ombak di and Villa Neo-Vernakular yang mengadaptasi dari
Gili rumah tradisional suku Sasak, telihat dari
Trawangan bentuk atap yang melengkung.
- Bagian lantai satu cottage,
menggambarkan lumbung yang ada pada
rumah tradisional sasak.
- Bagian lantai dua cottage, digunakan
sebagai kamar untuk peristirahatan.
3. National Gedung Teater - Gedung ini menggunakan tema Neo-
Theatre dan pertunjukan Vernakular mengadopsi dari arsitektur
Malaysia tradisional melayu Malaysia yang
menggunakan atap pelana yang tinggi
dan dipadukan dengan bentuk dan
material yang modern.
- Bangunan utamanya mengadopsi bentuk
‘sireh junjung’, yaitu pengaturan daun
sirih secara tradisional yang digunakan
saat pernikahan Melayu dan Upacara
Penyambutan.
- Penataan ruang dalamnya menyesuaikan
dengan tata ruang rumah tradisional
Melayu. Susunan ruangnya sebagai
berikut: : serambi (lobi dan foyer), 'rumah
ibu' (auditorium) dan 'rumah dapur'
(panggung atau ruang latihan).

Anda mungkin juga menyukai