Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1. Paradigma Perancangan


Beralas Pasir Resort merupakan suatu akomodasi penginapan untuk wisatawan
yang berkunjung ke Bintan sebagai sarana rekreasi, komersil dan hiburan. Pemilihan
fungsi ini dikarenakan besarnya jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat penghuni
kamar hotel atau resort yang ada di Bintan. Adanya perancangan resort ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan menambah tempat rekreasi baru guna
menarik wisatawan untuk tetap datang ke Bintan. Selain itu, pemilihan perancangan
resort di Pulau Beralas Pasir dikarenakan potensi alam bawah lautnya memiliki biota
laut yang beragam dan masih terjaga.
Perancangan Beralas Pasir Resort di Bintan mengangkat tema Arsitektur Neo
Vernakular dengan prinsip-prinsip yang ada pada rumah Belah Bubung. Rumah Belah
Bubung merupakan salah satu rumah tradisional melayu di Bintan dan tersebar di
Kepulauan Riau. Selain itu, unsur-unsur budaya baik fisik dan non fisik diterapkan
dalam perancangan resort. Tujuannya adalah menjadikan resort memiliki ciri khas dan
karakteristik yang mencerminkan budaya yang sesuai dengan lokasi perancangan.
Arsitektur Neo Vernakular menjadi tema perancangan pada resort yang modern
namun tetap memperlihatkan arsitektur tradisional setempat. Prinsip Arsitektur Neo
Vernakular diimplementasikan pada bentukan atap, penggunaan material, struktur
pondasi, orientasi bangunan, serta bangunan dengan tata ruang yang disesuaikan
terhadap aktifitas pengguna.

3.1.1. Strategi Perancangan


Langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan Beralas Pasir Resort di
Bintan dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur
Studi literatur berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar perancangan,
data dikumpulkan dari berbagai macam sumber baik buku cetak, jurnal maupun artikel
online dengan pencarian yang sesuai dengan fungsi dan tema perancangan Beralas Pasir
Resort di Bintan dengan Pendekatan Neo-Vernakular.
2. Survei
Tahap awal yang dilakukan dalam perancangan Beralas Pasir Resort adalah
survei terkait lokasi perancangan. Survei bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting
lahan yang akan digunakan sebagai lokasi perancangan. Lokasi perancangan yaitu
Pulau Beralas Pasir di Bintan. Selain itu, penulis juga melakukan survei terhadap fungsi
rancangan sejenis yang ada di Bintan.
3. Analisa Tapak
Analisa tapak dilakukan guna mengetahui kondisi eksisting lahan, potensi alam,
orientasi matahari, utilitas, sirkulasi, kebisingan, view dan lain-lain yang dibutuhkan
dalam proses perancangan sesuai data survei dan data dukung lainnya.
4. Analisa Fungsional
Analisa Fungsional berguna untuk mengetahui hal-hal yang terkait dengan fungsi
bangunan, seperti fasilitas, kebutuhan ruang, aktivitas pengguna, standar perancangan,
dan lain-lain yang terkait dengan fungsi perancangan Beralas Pasir Resort.
5. Program Ruang
Program ruang dilakukan untuk memudahkan penulis dalam penyusunan ruang
dengan mengelompokkan ruang terkait kebutuhan serta hubungan antar ruang untuk
memfasilitasi kegiatan pengguna resort.
6. Penzoningan
Penzoningan bertujuan untuk membedakan fungsi dan kegiatan yang dibagi
menjadi beberapa zona, yaitu zona privat, publik, semi publik, servis dan ruang luar.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui perletakan area-area sesuai dengan kondisi
tapaknya. Pada tahap penzoningan diberikan beberapa alternatif untuk mendapatkan
penzoningan yang sesuai.
7. Konsep
Konsep merupakan hal yang paling penting dalam tahap perancangan. Konsep
menjadi dasar penerapan beberapa prinsip-prinsip desain terhadap perancangan Beralas
Pasir Resort di Bintan.
8. Tatanan Massa
Perancangan terhadap tatanan massa pada Beralas Pasir Resort ini disesuaikan
dengan fungsi ruang, orientasi bangunan, kontur serta sirkulasi guna memperoleh
pencapaian antar massa.
9. Bentukan Massa
Bentukan massa pada perancangan Beralas Pasir Resort dibentuk berdasarkan
konsep desain yang dipadukan dengan penerapan tema Neo Vernakular dengan
menggunakan prinsip-prinsip rumah tradisional melayu Rumah Belah Bubung.
Sehingga menghasilkan suatu bentukan massa yang sesuai dengan konsep dan tema
perancangan.
10. Tatanan Ruang Luar
Tatanan ruang luar bertujuan untuk mengetahui perletakan-perletakan zona yang
didapat pada penzoningan secara mendetail, mulai dari perletakan zona bangunan, zona
sirkulasi, zona parkir, zona servis dan area terbuka sehingga seluruh zona tersebut dapat
berkesinambungan dengan konsep perancangan.
11. Tatanan Ruang Dalam
Penyusunan ruang dalam disesuaikan dengan fungsi bangunan yaitu Resort yang
menjadi dasar pembetukan massa bangunan dengan memperhatikan aktivitas pengguna
sehingga ruangan terprogram dan memudahkan pengunjung dalam menggunakan
fasilitas yang ada dalam ruang.
12. Sistem Struktur
Setelah mendapatkan bentukan massa maka sistem struktur menjadi
pertimbangan berikutnya. Sistem struktur yang digunakan dalam perancangan Beralas
Pasir Resort berupa sistem struktur yang diadopsi dari karakteristik rumah belah
bubung mulai dari struktur pondasi sampai struktur pada atap bangunan yang
disesuaikan dengan fungsi bangunan.
13. Utilitas
Konsep utilitas perancangan Beralas Pasir Resort ini menerapkan sistem hemat
energi dan ramah lingkungan. Sistem hemat energi seperti pemanfaatan air hujan atau
air laut untuk kebutuhan air bersih pada resort dan fire protection. Selain itu penerapan
filtrasi pada bak penampungan air kotor pada setiap bangunan yang memiliki limbah.
14. Fasad Bangunan
Pembetukan fasad bangunan disesuaikan dengan konsep serta menerapkan tema
rancangan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan.
15. Interior
Perancangan interior meliputi konsep ruang, material, perletakan perabotan,
pemilihan warna dan detail-detail yang ada pada ruangan.
16. Hasil Desain
Hasil desain meliputi semua yang dibutuhkan dalam perancangan, dari proses
penggambaran denah hingga proses penggambaran detail-detail yang diperlukan sesuai
dengan konsep dan tema.

3.1.2 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam proses perencanaan dan perancangan Beralas
Pasir Resort yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung sesuai
kondisi yang ada dilapangan dan mempelajari dokumentasi dan catatan-catatan yang
menunjang. Pengambilan data primer ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
survei atau mengamati objek secara langsung di lapangan terkait dengan lokasi
perancangan. Selain survei langsung untuk melihat potensi tapak pada rancangan,
penulis juga melakukan studi banding d fungsi perancangan sejenis ke beberapa
tempat yang ada di Bintan.
2. Dokumentasi
Merupakan gambaran, situasi, serta kondisi yang ada untuk memperkuat data-
data yang ada berdasarkan studi lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersifat penunjang dan dapat menambah
wawasan mengenai obyek rancangan. Data sekunder diproleh dari literature atau
data-data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini digunakan sebagai kajian
teori-teori yang berhubungan dengan perancangan. Adapun cara pengambilan data
sekunder sebagai berikut.
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data untuk mendapatkan data-data dan
teori-teori yang berhubungan dengan fungsi bangunan, tema perancangan, konsep
perancangan, lokasi kawasan, peta wilayah dan lain-lain. Studi pustaka yang
digunakan sebagai referensi adalah buku, jurnal, skripsi dan lain sebagainya.
2. Studi Banding
Studi banding bertujuan untuk mendapatkan data yang terkait dengan fungsi
bangunan dan tema perancangan Studi banding ini sebagai acuan objek dalam
perancangan dan memberikan solusi permasalahan pada objek rancangan.

3.2. Tinjauan Lokasi


Kabupaten Bintan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2006
tanggal 23 Februari 2006, dimana terjadi perubahan nama dari Kabupaten Kepulauan
Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan. Luas wilayah Kabupaten Bintan
mencapai 88.038,54 Km2, namun luas daratannya hanya 2,21% atau 1.946,13 Km2 saja
dan sisanya adalah wilayah perairan laut. Kabupaten Bintan saat ini terdiri dari 240
buah pulau besar dan kecil yang sudah berpenghuni maupun belum berpenghuni.
Wilayah perairan tersebut memiliki potensi alam dan sumberdaya kelautan yang
melimpah. Kondisi geografis yang strategis menjadikan Bintan sebagai salah satu zona
kawasan wisata. Salah satu akan keindahan bawah lautnya yaitu Pulau Beralas Pasir.
Gambar.3.3. Pulau Beralas Pasir
Sumber: https://www.google.co.id/maps/place/Pulau+Beralas+Pasir/

Deskripsi Lokasi Perancangan Beralas Pasir Resort sebagai berikut:


Lokasi : Pulau Beralas Pasir, Kec. Teluk Bakau, Kel.Gunung Kijang,
Kab. Bintan
Luas Tapak : ± 6 Ha
Kontur : Morphologi pantai dibeberapa tempat tampak mempunyai
ketinggian dengan tinggi 1-1,5 m dan dibeberapa tempat tampak
datar
Pasang surut : Panjang pasang surut 65 m, panjang berm 2 m, dengan slope
kemiringan 30.
Kedalaman Air : Kedalaman bervariasi. Kedalaman terdalam perairan antara
Teluk Bakau sampai Pulau Beralas sekitar 12 meter, antara
Pulau Beralas dan Pulau Nikoi sekitar 11 meter
Batas- Batas Site :
Utara : Perairan Laut Cina Selatan
Timur : Perairan Laut Cina Selatan dan Pulau Nikoi
Barat : Perairan laut dan wilayah Teluk Bintan
Selatan : Perairan laut Teluk Bintan

3.2.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi


Pemilihan Pulau Beralas Pasir di Bintan sebagai lokasi perancangan resort
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Kondisi geografis yang strategis menjadikan Kabupaten Bintan menjadi tujuan
wisata dikarenakan berbagai ivent wisata berskala internasional sering
diselenggarakan di Pulau Bintan. Ivent-ivent tersebut berefek pada meningkatnya
jumlah wisatawan dan jumlah tingkat penghunian kamar. Oleh karena itu,
dibutuhkan fasilitas-fasilitas penginapan untuk mengakomodasi para wisatawan.
b. Kabupaten Bintan memiliki pulau-pulau yang tersohor akan potensi alam dan
baharinya, salah satunya Pulau Beralas Pasir. Oleh karena itu, perencanaan dan
perancangan Beralas Pasir Resort dapat menjadi perancangan destinasi wisata
baru yang ada di Bintan.
c. Lokasi perancangan sudah menjadi objek wisata dan dikenal oleh publik sehingga
perlu adanya fasilitas-fasiltas untuk mengelola obyek wisata dan daya tarik
wisatawan.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Bintan tahun 2011-2031, Kawasan ini
merupakan kawasan wisata dengan objek wisata pantai. Hal ini sesuai dengan fungsi
perancangan yaitu sebagai sarana rekreasi. Oleh karena itu, penulis memilih Pulau
Beralas Pasir di Bintan sebagai tapak perancangan.

3.2.1. Building Coverage


Building Coverage merupakan pembahasan tentang peraturan pembangunan
yang telah ditentukan yang merupakan acuan untuk membangun bangunan baik itu dari
ketinggian, luas dasar bangunan, garis sempadan bangunan dan lain-lain yang
berhubungan dengan pembangunan bangunan gedung.
Dasar hokum yang digunakan untuk menentukan building coverage pada
perancangan Beralas Pasir Resort di Bintan yaitu menggunakan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2011, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
tahun 2011-2031 yang ditentukan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bintan
Nomor Nomor 2 Tahun 2012.
A. Koefesien Dasar Bangunan (KDB)
1. Koefesien Dasar Bangunan (KDB) adalah anggka presentase berdasarkan
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/
tanah perpetakan/ daerah pencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
2. Berdasarkan Pasal 113 Perpres 87, KDB yang digunakan untuk bagunan rekreasi
adalah 60% (enam puluh persen).
3. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf h ditetapkan bahwa Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada tiap zona ditetapkan dalam
Rencana Rinci Tata Ruang dengan memperhatikan aspek keamanan,
kenyamanan, tata bangunan dan lingkungan.
B. Koefesien Dasar Hijau
1. Koefesien Dasar Hijau adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh
ruang terbuka diluar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertanahan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
2. Berdasarkan Pasal 82 Perda Bintran No.2, Koefesien Dasar Hijau (KDH) pada
zona usaha dan sarana pariwisata paling rendah sebsar 20% (dua puluh persen).
Sedangkan untuk zona objek dan daya tarik wisata paling rendah sebsar 40%
(empat puluh persen).
C. Sempadan Pantai
1. Sempadan Pantai adalah Kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian dan kesucian
pantai, keselamatan, bangunan, dan tersedianya ruang untuk lain lintas umum.
2. Berdasarkan Perpres No.87 Pasal 54 dan 26, Garis Sempadan Pantai (GSP)
ditetapkan dengan jarak minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut
tertinggi ke arah darat dan/atau daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan
kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik pantai.
3. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ditetapkan sebagai berikut :
1) zona sempadan pantai adalah untuk ruang terbuka hijau dan rekreasi.
2) zona sempadan pantai dilarang untuk menyelenggarakan:
 pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, kecuali yang
dimaksudkan bagi kepentingan umum yang terkait langsung dengan
ekosistem laut;
 pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian fungsi pantai; dan/atau
 pemanfaatan ruang yang mengganggu akses terhadap kawasan sempadan
pantai.
3.3 Bagan Alur Perancangan

Pengumpulan Data
Data

Studi Literatur Survei Lapangan

Analisa Analisa Analisa Analisa


Fungsi Tema Fungsi Tapak

Analisa Program Ruang


Programatik
Penzoningan
Analisa

Konsep

Tatanan Massa Tatanan Ruang Luar

Pola Sirkulasi Ruang


Lansekap Ruang Luar Terbuka

Bentukan

Sistem Struktur Tatanan Ruang Dalam

Utilitas

Fasad Bangunan

Interior

Hasil Rancangan
Feed Back

Gambar 3.4. Bagan Alur Perancangan Beralas Pasir Resort di Bintan

Anda mungkin juga menyukai