Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi dasar yang luar biasa
yang dimiliki oleh semua negara.Indonesia merupakan salah satu Negara
yang memiliki jumlah penduduk jumlah penduduk terbesar di dunia. Sebagai
Negara berkembang, salah satu masalah kependudukan yang ada di Indonesia
adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang
seperti inilah yang mempersulit pemerintah usaha pemerintah dalam
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi angka
pertumbuhan penduduk maka, semakin besar pula usaha yang akan dilakukan
untuk mempertahankan kesjahteraan. Pelaksanaan program Keluarga
Berencana merupakan salah satu bentuk usaha untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita.
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan
kontrasepsi telah meningkat dibanyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna
kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun
1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014.
Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014
dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB
baru sebesar 7.761.961 (16,15%) meliputi suntik sebanyak 3.855.254
(49,67%), pil KB sebanyak 1.951.252 (25,14%), kondom sebanyak 441.141
(5,68%), implan sebanyak 826.627 (10,65%) , IUD (Intra Uterine Device)
Sebanyak 555.241(7,15%), Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak
116.384 (1,5%), Metode Operasi Pria (MOP) Sebanyak 16.062 (0,2%).
Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak

1
3.896.081 (11,07%), MOW sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak
241.642 (0,69%), implant sebanyak 3.680.816 (10,46%), kondom sebanyak
1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak 16.734. 917 (47,54%), dan pil KB
sebanyak 8.300.362 (29,58%) (Depkes RI, 2014).
Hasil Survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 persentase PUS berumur
15-49 tahun yang menggunakan atau memakai alat KB di Provinsi Jawa
Tengah 2000-2013, menunjukan peningkatan secara signifikan pada tahun
2013 sebesar 64,87% (BPS Jawa tengah, 2014). Pada tahun 2013 jumlah PUS
yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 1.015.043 peserta dengan
rincian masing-masing per metode kontrasepsi AKDR sebanyak 98.136
peserta, MOW sebanyak 22.811 peserta, MOP sebanyak 1.206 peserta,
kondom sebanyak 46.705 peserta, implan/susuk sebanyak 132.188 peserta,
suntik sebanyak 342.606 peserta, pil KB sebanyak 171.391 peserta (BKKBN
Jateng, 2013).
Sedangkan di Temanggung pada tahun 2013 yang menggunakan
kontrasepsi IUD sebesar 13,64%, menggunakan MOP sebesar 0,25%,
menggunakan MOW sebesar 2,97%, menggunakan implant sebesar 45,39%,
menggunakan suntik sebesar 31,47%, menggunakan pil sebesar 4,03% , dan
yang menggunakan kondom sebesar 2,24% (BKKBN, 2013).
Dari data yang menunjukkan bahwa masih tingginya pemakaian
kontrasepsi hormonal di kabupaten Temanggung maka diperlukan
pemantauan pada PUS dalam menentukan metode kontrasepsi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KB secara terus-menerus di
setiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Memantau pelayanan KB secara individu melalui Kohort
b. Memantau kemajuan pelayanan KB dan cakupan indikator KB secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
c. Menilai kesenjangan pelayanan KB terhadap standar pelayanan KB.

2
d. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KB terhadap target
yang ditetapkan.
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
g. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
h. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KB.

C. Manfaat
1. Bagi Lahan
Hasil analisis PWS KB ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan
untuk program dan kebijakan promosi kesehatan dan program KB dalam
sektor pendidikan kesehatan, khususnya berkaitan pemilihan metode
kontrasepsi pada pasangan usia subur.
2. Bagi Masyarakat
Hasil analisis PWS KB ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat terutama PUS mengenai pemilihan metode kontrasepsi yang
tepat sehingga PUS paham tentang kelebihan dan kekurangan berbagai
metode kontrasepsi.
3. Bagi Institusi
Hasil analisis PWS KB ini diharapkan dapat memberi gambaran dan
pengembangan pengetahuan bagi mahasiswa dalam memberikan informasi
tentang pemilihan metode kontrasepsi yang tepat bagi PUS.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Alat Kontrasepsi


Menurut WHO alat kontrasepsi adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan dan untuk menntukan jumlah anak dalam
keluarga. Secara garis besar pengertian KB yaitu untuk mencakup beberapa
komponen dalam pelayanan kependudukan atau KB yang dapat diberikan
sebagai berikut:
1. Komunikasi, informasi dan edukasi
2. Konseling
3. Pelayanan kontrasepsi
4. Pelayanan infertilitas
5. Pendidikan seks
6. Konsultasi pra perkawinan
7. Konsultasi genetic
8. Tes keganasan
9. Adopsi

B. Macam-macam alat kontrasepsi


1. Metode sederhana
a. Tanda alat
1) KB alamiah
2) Coitus interuptus
b. Dengan alat
1) Mekanis (Barrier)
2) Kimiawi

4
2. Dengan alat
a. Kontrasepsi hormonal
1) Per oral
a) Pil oral kombinasi (POK)
b) Mini pil
c) Morningafter pil
2) Injeksi atau suntikan
DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcpsules
3) Sub-kutis implat
AKBK
b. Intra uterine devices (IUD, AKDR)
c. Kontrasepsi mantap
1) Pada wanita
a) Penyinaran
b) Operatif, medis operatif wanita
c) Penyumbatan tuba falopi secara mekanis
d) Penyumbatan tuba falopi secara kimiawi
2) Pada pria
a) Operatif medis operatif pria
b) Penyumbatan vas deferens secara mekanis
c) Penyumbatan vas deferens secara kimiawi

C. Pengertian PWS KB
Pemantauan wilayah setempat (PWS) adalah alat manajemen suatu
program untuk memantau cakupan pelayanan program suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat,
khususnya terhadap wilayah kerja yang cakupan programnya masih rendah.
Dalam kaitannya dengan program pelayanan KB, maka pengertian
PWS KB adalah alat manajemen program KB untuk memantau cakupan
pelayanan KB serta kejadian komplikasi dan kegagalan KB disuatu wilayah
secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat,

5
khususnya terhadap wilayah yang cakupannya masih rendah serta kejadian
komplikasi dan kegagalan masih diatas angka toleransi.
Penyajian PWS KB juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan
komunikasi kepada lintas program dan sektor terkait, khususnya aparat
setempat yang berperan dalam pendataan, penggerakan sasaran dan
pengalokasian dana agar dapat memahami permasalahan yang dihadapi
secara dini, dan berkontribusi dalam pemecahan masalahnya.
Dengan demikian diharapkan cakupan pelayanan KB dapat menjangkau
seluruh sasaran disuatu wilayah kerja dan menjamin tersedianya pelayanan
KB yang kualitas.
D. Tujuan PWS KB
1. Tujuan Umum
Terpantaunya cakupan dan kualitas pelayanan KB pada setiap fasilitas
pelayanan di wilayah kerja, secara terus menerus.
2. Tujuan khusus:
a. Memantau cakupan pelayanan KB secara teratur (bulanan) dan
terus menerus
b. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dengan hasil
pencapaian
c. Menentukan urutan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dengan
hasil pencapaian.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumberdaya
yang tersedia
e. Meningkatkan peran serta aparat setempat dalam penggerakan
sasaran dan mobilisasi sumber dan mobilisasi sumber daya
E. Cara membuat grafik PWS KB
1. Pengumpulan data
Data yang diperlukan dalam pembuatan pemantauan wilayah setempat
KB (PWS-KB) yaitu:
a. Data sasaran program KB

6
1) Jumlah PUS
2) Jumlah PUS dengan “4T”
3) Jumlah PUS gakin
4) Jumlah PUS dengan penyakit kronis
5) Jumlah ibu bersalin
b. Data cakupan pelayanan KB :
1) Jumlah peserta KB baru
2) Jumlah peserta KB aktif
3) Jumlah kasus komplikasi
4) Jumlah kasus kegagalan
5) Jumlah kasus DO
6) Jumlah PUS “4T”
7) Jumlah PUS miskin berKB
8) Jumlah PUS dengan penyakit kronis berKB
9) Jumlah ibu pasca persalinan berKB
2. Perhitungan indikator
Indikator pemantauan program KB yang digunakan dalam PWS KB
adalah indikator output. Dengan demikian tiap bulan dapat dibuat 9
indikator, yang dapat ditampilakan dalam bentuk grafik yaitu sebagai
berikut:
a. Cakupan peserta kb aktif
b. Cakupan peserta kb baru
c. Proporsi kejadian komplikasi KB
d. Proporsi kegagalan KB
e. Proporsi dropout KB
f. Cakupan PUS miskin ber KB
g. Cakupan PUS 4T ber KB
h. Cakupan PUS dengan atau penderita penyakit kronis atau LILA
<23,5 cm
i. Cakupan ibu pasca bersalin ber KB

7
3. Pengolahan data
Sebagai contoh untuk membuat grafik PWS cakupan KB aktif bulan
juli 2012 maka data yang diperlukan adalah:
a. Cakupan KB aktif komulatif sampai bulan lalu (periode januari
sampai juni 2012)
b. Cakupan KB aktif bulan ini absolut juli 2012
c. Sasaran PUS per desa per tahun 2015 (proyeksi atau pendataan
tahunan)

𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑒𝑠𝑎 (𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑢𝑙𝑖 2012)


𝑥 100%
𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑈𝑆 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Pengolahan data dibuat dalam bentuk tabel seperti tercantum dalam


laporan pelayanan KB di wilayah puskesmas

4. Pembuatan grafik PWS-KB


Langkah-langkah dalam membuat grafik PWS-KB untuk indikator
cakupan KB aktif bulan juli 2012 adalah sebagai berikut:
a. Menentukan target rata-rata perbulan untuk menggambarkan skala
pada garis vertikal (sumbu Y)
Misalnya: target cakupan KB aktif dalam satu tahun ditentukan
70% dibagi 12 bulan = 5,83% perbulan
Dengan demikian, maka target pencapaian kumulatif sampai
dengan bulan juli (bulan ke-7) adalah (7x5,83%)= 40,8% (Target
bulan ini)
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif KB aktif sampai bulan juli
2012 dimasukkan kedalam jalur kumulatif sesuai masing-masing
desa. Perhitungan KB aktif yang dimaksudkan adalah yang berasal
dari eluruh jumlah aksptor yang tercatat pada register kohort bulan
berjalan dikurangi dengan DO dan kegagalan.

8
F. Mekanisme Pencatatan Dan Pelaporan KB
1. Mekanisme Pelaporan
Sistem pecatatan dan pelaporan pelayanan KB ini dikembangkan
berdasarkan konsep wilayah. Ini brarti laporan yang dihasilkan
mencerminkan gambaran proses dan pencapaian hasil kegiatan dalam
suatu wilayah puskesmas sehingga akan tercakup hasil pelayanan yang
diberikan oleh bidan desa, dokter praktek swasta, dan rumah sakit. Oleh
karena itu semua FPK ( Fasilitas Pelayanan KB ) bidan desa, dokter
praktek swasta, dan rumah sakit di wilayah kerja puskesmas harus
tercakup datanya dalam sistem informasi KB puskesmas.
Untuk di puskesmas menunjuk stafnya yang berfungsi sebagai
pengubung antara puskesmas dengan semua pelayanan KB di wilayahnya
untuk mengumpulkan data hasil pelayanan KB. Data KB dari puskesmas
secara rutin dilaporkan ke dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Periode
laporan tergantung pada jenis indikator, untuk indikator cakupan
pelayanan KB, seperti presentase KB aktif,kejadian kompikasi, presentase
PUS ber KB, presentase ibu sakit kronis ber KB dilaporkan selama
bulanan. Sedangkan indikator ketenagaan, peralatan pelayanan KB dan
bahan habis pakai dilaporkan secara tahunan. Dinas Kesehatan Kabupaten
selanjutnya melaporkan data KB ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
selanjutnya dilaporkan ke Dinas Pusat. Selanjutnya, laporan dari Depkes
akan di analisis dan kemudian akan memberikan umpan balik kepada
profesi, Kabupaten atau Kota.
2. Ringkasan Mekanisme Pencatatan Dan Pelaporan
a. Setiap tahun, Puskesmas melakukan pendataan PUS dengan
menggunakan formulir pendataan PUS. Pendataan dapat dilakukan
dengan kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan Dinas KB atau
dinas kesehayan melakukan pendataan secara independen/mandiri.
Data hasil pendataan merupakan data dasar untuk perhitungan jumlah
PUS, PUS miskin< PUS 4T, dan PUS dengan penyakit kronis (
termasuk anemia, KEK LILA <23,5 cm) data tersebut akan menjadi

9
denominator dalam perhitungan kebutuhan pelayanan KB selama satu
tahun berikutnya. Pendataan PUS berisi list rumah tangga dan
keterangan tentang PUS, akan di buat per di Rukun Tetangga (RT),
kemudian di rekap lagi per desa. Pekap per desa akan menjadi dasar
perhitunagn kebutuhan kebutuhan dan cakupan pelayanan oleh bidan
desa. Rekapan per kecamatan akan menjadi dasar perhitungan
kebutuhan dan cakupan pelayanan oleh puskesmas.
b. Setiap tahun, puskesmas juga membuat laporan rekapitulasi tenaga
dan sarana. Data ini didapat dari sumber data yang selama ini telah
berjalan seperti Kartu Pendaftaran Fasilitas Pelayanan KB (K/0). Dari
BKKBN.
c. Selanjutnya setiap tahun, puskesmas melaporkan hasil pendataan
PUS dan sasaran pelayanan KB ke tingkat Kabupaten / Kota.
d. Setiap fasilitas pelayanan KB mencatat sama hasil pelayanan KB, di
dalam formulir register KOHORT KB. Formulir ini berisi data
tentang peserta KB, yang diikuti terus sampai peserta DO, dan
kegagalan menurut metode kontrasepsi yang dipakai. Informasi lain
yang tersedia dalam kohrt Kb tersebut adalah peserta Kb baru, peserta
KB aktif menurut metode KB dan menurut 4T, menurut status Gakin,
menurut sakit kronis atau LILA <23,5 cm (termasuk anemia dan
KEK).
e. Setiap bulan puskesmas mendapatkan data pelayanan KB dari seluruh
fasilitas pelayanan KB di wilayahnya kerjanya. Dari fasilitas
pelayanan KB (dokter, bidan, rumah sakit) harus tercatat dan
terlaporkan dengan lengkap. Agar catatan hasil pelayanan KB bisa
didapatkan maka pihak puskesmas atau dinkes perlu membuat
jaringan kerjasama.
f. Pertemuan bulanan untuk verifikasi data. Agar didapatkan data
kohort KB yang benar, maka setiap bualn perlu diadakan pertemuan
di puskesmas yang di koodinir oleh bidan koordinator untuk
melakukan verivikasi data.

10
g. Bidan di desa harus bertanggung jawab untuk membuar kohort KB.
Dari data dokter, bidan dan rumah sakit harus di pindahkan oleh
bidan desa ke dalam buku kohort KB nya masing-masing pada item
pelayanan swasta.
h. Selanjutnya setiap bulan, puskesmas melaporkan hasil kegiatan
pelayanan KB ke dinas kesehatan dengan formulir rekapitulasi
pelayanan KB dan juga melaporkan rekapitulasi laporan alokan dan
BHP ke kab/kota.

G. Analisis Dan Tindak Lanjut PWS KB


Grafik PWS KB perlu di analisis dan diinterpretasikan agar dapat
diketahui desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut
yang perlu segera dilakukan.
1. Analisis grafik PWS KB
Interpretasi dari grafik PWS KB didasarkan atas dua hal yaitu :
a. Cakupan komulatif terhadap target
b. Cakupan bulan ini terhadap cakupan bulan lalu
Contoh interpretasi grafik cakupan KB bulan Juli 2007
Contoh Cakupan Komulatif Cakupan bulan ini terhadap bulan Status desa
Desa terhadap target lalu
Di atas Di bawah Naik Tetap Turun
Desa A Ya Ya Baik
Desa B Ya Ya Baik
Desa C Ya Ya Cukup
Desa D Ya Ya Cukup
Desa E Ya Ya Kurang
Desa F Ya Ya Kurang

Dari matrik tersebut, dapat disimpulkan adanya 3 macam status desa yaitu :
a. Desa status baik : adalah desa dengan cakupan di atas target yang di
tetapkan untuk bulan Juli 2007 dan mempunyai kecenderungan cakupan

11
bulanan yang naik atau tetap di bandingkan bulan lalu. Contoh desa dalam
kategori ini adalah desa A dan B. Jika kondisi tersebut terus berlanjut,
maka desa-desa tersebut akan mencapai target tahunan.
b. Desa status cukup : adalah desa dengan cakupan diatas target yang di
tetapkan untuk bulan Juli 2007 dan mempunyai cakupan bulanan yang
menurun dibandingkan bulan lalu. Atau desa yang mempunai
kecenderungan cakupan bulanan yang naik di bandingkan bulan lalu
namun masih di bawah target bulan Juli 2017. Contoh desa dalam kategori
ini adalah desa C dan desa D.
c. Desa status kurang : adalah desa dengan cakupan dibawah target yang
ditetapkan untuk bulan Juli 2017 dan mempunyai kecenderungan cakupan
bulanan yang tetap atau menurun dibandingkan bulan lalu. Contoh desa
yang dalam kategori ini adalah desa C dan desa D.
2. Rencana Tindak Lanjut PWS KB
Salah satu tujuan PWS KB adalah merencanakan tindak lanjut dengan
menggunakan sumber aya yang tersedia dan yang dapat digali. Rencana
tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka
pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan
spesifikasi masalah di desa tersebut, misalnya: kurangnya ketrampilan
petugas, terbatasnya ketersediaan alkon, kurangnya sarana dan prasarana
pelayanan KB, kurangnya ketersediaan bidan di desa, rendahnya
partisipasi masyarakat dan lain-lain sebagainya.
Yang perlu dilakukan dalam menindaklanjuti hasil dari PWS KB adalah:
a. Sarana dan SDM bidang KB
b. Logistik (alkon dan BHP serta formulir
c. Kompetensi petugas KB
d. Standar Operasional Prosedur Pelayanan (SOP) dan referensi KB
e. Kebijakan KB
f. Pembiayaan KB

12
H. Pelembagaan PWS KB
1. Langkah-langkah pelembagaan PWS KB
Dalam upaya pelembagaan PWS KB dilakukan alangkah sebagian berikut:
a. Penetapan petugas pengolahan dan tiap tindakan, untuk menjaga
kelancaran pengumpulan pengolahan dan analisis data. (disesuakan
dengan kondiso wilayah dengan memperhitungkan
konsekuensinya).
1) Data hasil pelayanan KB di rekap oleh puskesmas per desa
2) Di Puskesmas, dibuat PWS KB tingkat Puskesmas
3) Di dinas Kesehatan kabupaten/kota dibuat PWS KB tingkat
kabupaten/kota
b. Penyajian PWS KB dalam pertemuan lintas program
Penyajian PWS KB pada pertemuan teknik bulanan di tingkat
Puskesmas (mini lokakarya) dan Kabupaten/kota), untuk
menginformasikan hasil yang telah di capai, identifikasi masalah,
merencanakan perbaikan,
serta menyusun rencana operasional berikut periode berikutnya.
Pada pertemuan tersebut, wilayah yang berhasil di minta untuk
mempresentasikan upaya.
c. Pemantauan PWS KIA
PWS di sajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektor di
tingkat kecamatan dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan
dukungan dalam pemecahan masalah dan agar masalah operasional
yang dihadapi dapat diselesaikan bersama, terutama yang berkaitan
dengan motivasi dan penggerakan masyarakat sasaran.

2. Pembinaan PWS KB
Pembinaan yang efektif bagi pelembagaan PWS Kbadalah melalui
supervise fasilitatif pelayanan KB secara terarah dan berkelanjutan.
Karena di dalam pelayanan supervise fasilitatif dipergunakan checklist

13
untuk melihat system pelayanan KB. Di dalam system pelayanan KB kita
ada tiga komponen yang menyangkut system pelayananKB yaitu yang
menyangkut komponen input, proses, dan output pelayanan KB. Dalam hal
ini cakupan hasil pelayanan adalah termasuk dalam komponen output.
Supervise fasilitatif lebih ditekankan kepada pengelola KB kabupaten
/Kota untuk melalukan supervisi ke tingkat Pukesmas. Sedangkan
penanggung jawab KB di tingkat Puskesmas ditekankan untuk melalukan
supervise fasilitatif ke semua institusi pelayanan KB sesuai
kewenangannya. (Polindes-polindes, BPM, DBS, RS, RSB yang berada di
wilayahnya.

I. INDIKATOR PELAYANAN KB
Guna memenuhi ketersediaan data yang lengkap dan akurat dalam
pelayanan program keluarga berencana maka diperlukan sistem pencatatan
dan pelaporan dari hasil pelayanan KB mulai dari unit pelayanan terbawah
polindes/poskesdes, puskesmas pembantu, puskesmas, klinik swasta, bidan
praktek swasta, dokter praktek swasta, rumah sakit pemerintahan hingga
tingkat manajemen dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi,
serta kemkes pusat.
Berikut ini beberapa indikator pelayanan yang ditetapkan kemkes untuk
digunakan dalam menggambarkan kinerja dan kualitas pelayanan KB, Akan
tetapi pemerintahan daerah dapat melakukan oenambahan indikator sesuai
kebutuhannya.

14
Tabel.1 Indikator Pelayanan KB Tingkat Pusat

Indikator Pelayanan KB
Tenaga Sarana dan Prasarana Cakupan Pelayanan
1. Ketersediaan alkon untuk keluarga 1. Presentase Peserta KB
miskin (GAKIN) Aktif (CPR)
2. Ketersediaan alkon untuk non 2. Presentase Komplikasi
GAKIN 3. Presentase Kegagalan
4. Presentase Dro Out
5. Presentase PUS
Miskin Ber-KB
6. Presentase PUS 4T
Ber-KB

Tabel.2 Indikator Pelayanan KB Tingkat Prop/Kab/Kota

Indikator Pelayanan KB
Tenaga Sarana dan Prasarana Cakupan Pelayanan
1. Jumlah dokter SPOG di 1. Ketersediaan 1. Presentase Peserta KB
RS peralatan pelayanan Aktif
2. Jumlah dokter umum KB 9IUD kit, 2. Presentase Peserta KB
terlatih standar KB di implant kit, dll) Baru
fasilitas pelayanan KB 2. Ketersediaan BHP 3. Presentase Komplikasi
(RS,Puskesmas,DPS) (Bahan Habis Pakai) 4. Presentase Kegagalan
3. Jumlah bidan terlatih 3. Ketersediaan alkon 5. Presentase Drop Out
standardisasi KB di untuk keluarga 6. Presentase PUS
fasilitas pelayanan KB miskin (GAKIN) Miskin Ber-KB
(RS,Puskesmas,BPS) 4. Ketersediaan alkon 7. Presentase PUS 4T
4. Jumlah bidan di desa untuk Non GAKIN Ber-KB
yang terlatih 8. Presentase PUS
standardisasi KB dengan atau menderita

15
(Polindes/Poskesdes) penyakit kronis ber-
KB
9. Presentase ibu pasca
persalinan/Keguguran
ber KB

Penjelasan masing-masing indikator berikut perhitungan dapat dilihat


sebagai berikut ini:

Indikator Tenaga
a. Jumlah dokter SpOG yang terlatih KB di RS; jumlah seluruh dokter
spesialis obstetri dan ginekologi yang memberikan pelayanan KB di RS.
b. Jumlah dokter umum yang terlatih KB di fasilitas pelayanan KB ; jumlah
dokter umum yang bertugas di RS, Puskesmas, dan Dokter Praktek Swasta
yang telah mendapatkan pelatihan standardisasi pelayanan KB.
c. Jumlah dokter yang terlatih KN di fasiolitas KB ; jumlah bidan yang
bertugas di RS, Puskesmas, dan Bidan Praktek Swasta yang telah
mendapat pelatihan standardisasi KB.
d. Jumlah Bidan di desa yang terlatih KB; jumlah bidan desa yang bertugas
di Polindes/Poskesdes yang telah mendapatkan pelatihan standardrisasi.

Indikator Sarana Dan Prasarana


a. Presentase Ketersediaan alkon untuk gaskin; presentase jumlah pil, obat
suntik Kb, IUD, Implant dan kondom untuk keluarga/PUS miskin yang
tersedia di fasilitas pelayanan KB terhadap kebutuhan alkon ungtuk
gakin/PUS miskin.

Jumlah alkon yang tersedia untuk gakin


100%
Jumlah kebutuhan alkon untuk gakin

16
b. Presentase Ketersediaan alkon untuk Non Gakin: presentase jumlah pil,
obat suntik KB, IUD, Implant dan kondom untuk keluarga tidak miskin
yang tersedia di fasilitas pelayanan KB terhadap seluruh kebutuhan alkon
untuk non Gakin.

Jumlah alkon yang tersedia ungtuk Non Gakin


100%
Jumlah kebutuhan alkon untuk Non Gakin

c. Ketersediaan Peralatan pelayanan KB: jumlah ketersediaan peralatan


untuk pelayanan KB menurut fasilitas pelayanan KB.
d. Ketersediaan BHP (Bahan Habis Pakai): jumlah ketersediaan bahan habis
pakai di fasilitas pelayanan KB.

Indikator Cakupan Pelayanan


a. Cakupan peserta KB baru:
Definisi operasional :
Pesreta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan metode
kontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan
atau pasca istirahat minimal 3 bulan
Perhitungan :

Presentase pesreta KB baru yang dilayani terhadap seluruh PUS disuatu


wilayah kerja tertentu.

Jumlah Peserta KB Baru


100%
Jumlah PUS

Interpretasi :
Indikator ini menunjukkan berapa besar pasangan usia subur yang
berpotensi hamil yang terlindungi dari kejadian kehamilan. Indikator ini
dihgunakan untuk menilai kinerja program KB dengan memberikan
pencapaian per bulan ataua per tahun dan membandingkannya dengan
masing-masing wilayah

17
Indikator ini digunakan untuk menilai kinerja program KB dengan melihat
pencapaian perbulan atau pertahun dan membandingkanya dengan target
masing-masing wilayah. Bila angka yng diperoleh rendah atau menurun,
hal ini dapat menunjukan kinerja progam KB yang kurang, khususnya
terkait dengan pemberian konseling, yang saat ini menganjurkan alat bantu
yang disebut ABPK atau Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB.
Indikator peserta KB baru dapat disajikan menurut metode kontrasepsi,
perbulan atau pertahun maka dapat dilihat kecenderungan jenis kontrasepsi
yang dipilih oleh PUS, jika pesreta KB baru banyak memilih jenis
kontrasepsi bukan jangka panjang seperti pil,suntik,kondom obat vaginal
maka petugas harus meningkatkan pemberian konseling melalui ABPK
agar klien mampu memilih kontrasepsi yang betul-betul efektif bdan
efisien dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan seperti
kontrasepsi jangka panjang yaitu AKDR, Implan, MOP dan MOW.
b. Cakupan Pesereta KB (Kontraseptif Pervalence Rate)
Definisi Operasional :
Peserta Kb aktif atau PA adalah peserta KB baru dan lama yang aktif
memakai alkon terus menerus hingga saat ini untuk menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Perlu dibapahami bahwa dalam konsop kohort atau PA bukannlah
akseptor kunjungan ulang sehingga perhitungan seorang akseptor sebagai
PA hanya dilakukan satu kali dalam asatu tahun kalender.
Perhitungan:
Presentase peserta KB aktif terhadap total PUS. disuatu wilayah kerja
tertentu:

Jumlah Peserta KB Aktif


100%
Jumlah PUS

18
Interpretasi:
Indikator ini menunjukkan berapa besar pasangan usia subur yang
berpotensi hamil yang terlindungi dari kejadian kehamilan. Indikator ini
digunakan untuk menilai kinerja program KB dengan melihat pencapaian
per bulan/ per tahundan membandingkannya dengan target masing-masing
wilayah.
Bila angka ini rendah atau di bawah target MDGs 2015 65%, ini
menunjukkan banyaknya PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi
padahal mereka berpotensi untuk hamil. Hal ini berakibat
meningkatkannya risiko kehamilan/ persalinan, selanjutnya meningkatnya
resiko kesakitan/ kematian ibu jika kehamilan terjadi pada kelompok PUS
dengan “4 terlalu” atau PUS dari keluarga miskin atau PUS dengan
penyakit kronis.
c. Presentase Komplikasi
Definisi Operasional :
Komplikasi adfalah peserta KB baru atau lam yang mengalami gangguan
kesehatan mengarah pada keadaan patologis, sebagai akibat dari proses
tindakan atau pemberian atau pemasangan kontrasepsi yang diinginkan
seperti : perdarahan, infeksi atau abses, flour albus bersifat patologis,
perforasi, translokasi, hematoma, TD meningkat, perubahan HB, ekspulsi.
Depkes 2015
Koplikasi yang terjadi dalam periode satu tahun kalender dihitung satu
kali. Dihitung per metode IUD, Implant, Suntik, Pil, MOP, MOW..
Perhitungan :
Presentase peserta KB yang mengalami komplikasi (permetode
kontrasepsi) terhadap seluruh peserta KB aktif ( per metode komplikasi) di
wilayah kerja tertentu.

Jumlah peserta KB yang komplikasi


100%
Jumlah peserta KB aktif

19
Interpretasi :

Target dari indikator ini digunakan adalah agar semua kasus komplikasi
dapat diidentifikasi dan dapat tertangani, Indikator ini digunakan untuk
menilai kualitas pelayanan KB dengan melihat kasus per bulan atau per
tahun dan membandingkannya dengan angka toleransi yang telah
ditetapkan oleh para ahli di masing-masing daerah.
Bila angka ini tinggi atau diatas angka toleransi (3,5%), ini menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan KB perlu ditingkatkan terutama terkait dengan
ketrampilan petugas. Untuk perbaikan kualitas pelayanan maka perlu
dianalisis kontrasepsi apa saja yang paling banyak terjadi. Kemudian
dipikirkan rencana tindak lanjut untuk mengeliminir masalah tersebut.
Misalnya mungkin diperlukan pelatihan CTU sebagai refresing bagi bidan-
bidan dan dokter pemberi pelayanan KB.
d. Presentasi Kegagalan Kontrasepsi
Definisi Operasinal :
Kegagalan Kontrasepsi adalah kasus terjadinya kehamilan pada akseptor
KB aktif yang pada saat tersebut menggunakan metode kontrasepsi
(Depkes, 2015:15)
Perhitungan :
Presentase peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi terhadap
seluruh peserta KB aktif di wilayah kerja tertentu.

Jumlah pesrta KB yang mengalami kegagalan


100%
Jumlah peserta KB aktif

Interpretasi:
Indikator kegagalan kontrasepsi salah satu indikator untuk menilai kualitas
pelayanan KB dengan melihat kasus per bulan/ per tahun dan
membandingkannya dengan angka toleransi di masing-masing wilayah.

20
Apabila angka ini tinggi atau diatas angka toleransi (0,2%), hal ini
menunjukkan kualitas pelayanan KB perlu ditingkatkan terutama terkait
dengan pemberian konseling. Kegagalan kontrasepsi dapat terjadi karena
memang setiap metode kontrasepsi angka efektifitasnya tidak 100%,
berarti ada kemungkinan terjadinya kegagalan walaupun sangat kecil
sekali. Dilain pihak, kegagalan ini dapat pula disebabkan oleh
ketidaktahuan pada aturan pakai atau cara pakai yang keliru sehingga
menyebabkan efektifitas mencegah kehamilannya rendah. Dalam kejadian
ini petugas diharapkan meningkatkan kualitas konselingnya dan
memberikan pelayanan dalam mengatasi kegagalan tersebut.
Agar perbaikan kualitas dapat dilakukan maka setiap kegagalan perlu
dianalisis jenis kontrasepsi menurut jen is kontrasepsi sehingga dapat
diketahui jenis kontrasepsi yang paling banyak mengalami kegagalan.
Kemudian terencanakan tindak lanjut untuk mergeliminir masalah
tersebut. Sebagai contoh kurangnya kemampuan konseling para bidan
pemberi pelayanan, maka direncanakan pelatihan ABPK.
e. Cakupan PUS Miskin Ber-KB
Definisi Operasional :
PUS Miskin adalah PUS yang memenuhi kriteria sebagai keluarga miskin
(gakin) menurut BPJS.
Perhitungan :
Presentase PUS miskin yang menjadi peserta KB terhadap jumlah PUS
miskin di wilayah kerja tertentu.

Jumlah PUS Gakin ber − KB


100%
Jumlah PUS Gakin

Interpretasi :
Indikator ini digunakkan untuk menilai akses keluarga miskin untuk ber-
KB. Untuk menilai akses tersebut maka indikator ini dianalisis dan di

21
sajikan per bulan atau per tahun dan membandingkannya dengan target
masing-masing wilayah.
Bila angka yang diperoleh rendah atau menurun, hal ini dapat
menunjukkan akses keluarga miskin untuk ber-KB rendah. Rendahnya
akses ini dapat disebabkan rendahnya promosi KB, tindak lanjutnya perlu
ditingkatkan upaya promosi terutama untuk kelompok gakin

f. Cakupan PUS “4T” ber-KB


Definisi Opersional :
PUS dengan “4 T” (4 Terlalu) adalah PUA dimana istrinya memiliki salah
satu kriteria “4T” yaitu : 1) berusia kurang dari 20 tahun ; 2) berusia lebih
dari 35 tahun ;3) telah memiliki anak lebih dari 3; 4) jarak kelahiran
antara anak satu dengan lainnya kurang dari 2tahun.
Perhitungan :
Presentase PUS dengan “4T” yang menjadi peserta KB terhadap seluruh
PUS dengan “4T” di wilayah kerja tertentu.

Jumlah PUS “4T” ber − KB


100%
Jumlah PUS dengan “4T”

Interpretasi:

Kehamilan atau kelahiran pada kondisi “4T” memiliki resiko terjadinya


kesakitan bahkan kematian ibu. Oleh karena itu, hamil/bersalin pada PUS
yang memiliki potensi untuk hamil/melahirkan pada kondisi “4T” harus
dicegah dengan menggunakan kontrasepsi. Indikator ini dianalisis dan
disajikan perbulan atau pertahun dan membandingkannya dengan target
masing-masing wilayah. Bila angka ini rendah atau menurun maka
program pemberian konseling perlu ditingkatkan terutama pada kelompok
PUS memiliki “4T”.

22
g. Presentase Drop Out
Definisi Operasional :
Peserta drop out adalah peserta yang tidak melanjutkan penggunaan
kontrasepsi (drop out) dalam satu tahun kalender dibandingkan jumlah
peserta aktif di wilayah kerja tertentu. Kasus DO tidak termasuk mereka
yang ganti cara,
Perhitungan :
Jumlah PUS yg ber − KB Drop Out
100%
Jumlah peserta KB aktif

Interpretasi :

Menurut SDKI 2002-2003, angka DO cukup tinggi yakni 20,7% dimana


sebagian besar penyebabnya adalah karena ingin hamil lagi, mengalami
efek samping, ingin metode yang lebih efektif, dan kurangnya akses.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka petugas kesehatan
dapat meningkatkan kualitas konselingnya agar klien yang DO karena
ingin hamil lagi dapat melakukannya apabila jarak kelahirannya sudah 2
tahun, kemudian apabila konseling yang diberikan berkualitas maka
seharusnya tidak terjadi DO bagi klien yang mengalami efek samping
karena obat kontrasepsi pasti ada efek samping yang tidak membahayakan
kesehatan klien.
Indikator ini dianalisis dan disajikan per bulan atau per tahun dan
membandingkannya dengan target masing-masing wilayah. Bila angka ini
meningkat maka hal ini menunjukan bahwa mutu pelayanan KB perlu
ditingkatkan, seperti pemberian konseling yang berkualitas.

h. Cakupan PUS dengan penyakit kronis ber-KB


Definisi Opersional :
PUS dengan penyakit kronis adalah PUS yang istrinya menderita salah
satu penyakit kronis : kencing manis, jantung, asma berat, malaria, TBC,
anemia, KEK atau IMS, HIV/AIDS. Ungtuk penatalaksanaannya sesuai
dengan kondisi masing-masing wilayah.

23
Perhitungan :
Presentase PUS dengan penyakit kronis yang menjadi peserta KB terhadap
seluruh PUS dengan penyakit kronis di wilayah kerja tertentu.

Jumlah PUS sakit kronis ber − KB


100%
Jumlah PUS dengan sakit kronis

Interpretasi :

Kehamilan atau kelahiran pada PUS yang memiliki resiko terjadinya


kesakitan bahkan kematian ibu. Oleh karena itu, hamil/bersalin pada PUS
yang dengan kondisi tersebut harus dicegah dengan menggunakan
kontrasepsi.
Indikator ini dianalisis dan disajikan per bulan atau per tahun dan
membandingkannya dengan target masing-masing wilayah. Nila angka ini
tinggi atau meningkat maka program pemberian KIP/K perlu ditingkatkan
terutama pada kelompok ini.
i. Cakupan KB pasca persalinan
Definisi Operasional :
KB pasca persalinan adalah pasangan usia subur yang mulai menggunakan
kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai dengan 42 hari seseudah
melahirkan).
Perhitungan :
Presentase pasangan usia subur yang mengikuti KB pasca persalinan
terhadap jumlah sasaran ibu persalinan dalam 1 tahun.

PUS yang mengikuti KB pasca persalinan


100%
Jumlah sasaran ibu bersalin

Jumlah sasaran ibu bersalin di perkirakan dengan menggunakan cara


perhitungn berikut

24
Jumlah Sasaran Ibu Bersalin
= 𝐶𝐵𝑅 𝑥 1,05 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑖 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
CBR (Crude Birth Rate) = angka kelahiran kasar, angka ini bisa
didapatkan dari kantor BPS setempat (Provinsi atau Kabupaten/Kota).
Interpretasi :
Kembalinya kesuburan sesudah melahirkan sulit diperkirakan. Sehingga
kehamilan dapat terjadi tanpa disadari yang menyebabkan terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan. Maka penggunaan kontrasepsi sesudah
bersalin harus sesegera mungkin. Oleh karena itu indikator ini menjadi
salah satu indikator yan menilai kinerja pelayanan KB. Indikator ini
dianalisis dan disajikan per bulan atau per tahun dan membandingkannya
dengan target masing-masing wilayah. Bila angka ini rendah (tidak
tercapai 100%) maka program kpemberian KIP/K pasca persalinan perlu
ditingkatkan.

MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN KB


1. Mekanisme Pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB ini dikembangkan
berdasarkan konsep wilayah. Ini berarti laporan yang dihasilkan
mencerminkan gambaran proses dan pencapaian hasil kegiatan dalam
suatu wilayah puskesmas sehingga akan tercakup hasil pelayanan yang
diberikan oleh bidan desa, dokter praktek swasta dan rumah sakit. Oleh
katena itu semua FPK (fasilitas pelayanan KB) bidan desa, dokter praktek
swasta dan rumah sakit di wilayah kerja puskesmas harus tercakup datanya
dalam sistem informasi KB Puskesmas.
Untuk itu puskesmas menunjuk stafnya yang berfungsi sebagai
penghubung antara puskesmas dengan semua pelayanan KB di wilayahnya
untuk mengumpulkan data hasil pelayanan KB. Data KB dari puskesmas
secara rutin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten atau kota. Periode
laporan tergantung pada jenis indikator, untuk indikator cakupan
pelayanan KB seperti presentasi KB aktif, kejadian komplikasi, presentase

25
PUS berKB, presentasi ibu sakit kronis ber KB dilaporkan selama bulanan.
Sedangkan indikator ketenagaan, peralatan pelayanan KB dan bahan habis
pakai dilaporkan secara tahunan dinas kesehatan kabupaten selanjutnya
melaporkan data KB ke dinas kesehatan provinsi dan selanjutnya
dilaporkan ke dinas pusat. Selanjutnya laporan dari depkes akan dianalisis
dan kemudian akan memberikan umpan balik kepada profesi Kabupaten
atau Kota.
2. Alur pencatatan dan pelaporan
Secara garis besar pencatatan dan pelaporan dapat dilihat pada
bagan beikut ini

3. Ringkasan mekanisme pencatatan dan pelaporan


a. Setiap tahun, puskesmas melakukan pendataan PUS dengan
menggunakan formulir pendataan PUS. Pendataan dapat dilakukan
dengan kerjasama antara dinas kesehatan engan dinas KB atau dinas
kesehatan melakukan pendataan secarra independen/mandiri. data hasil
pendataan merupakan data dasar untuk perhitungan jumlah PUS, PUS
miskin, PUS 4T dan PUS dengan penyakit kronis(termasuk anemia,

26
KEK, LILA<23,5 CM). Data tersebut akan menjadi denominator
dalam perhitungan kebutuhan pelayanan KB dan perhitungan cakupan
hasil pelayanan KB selama satu tahun berikutnya. Pendataan PUS
berisi list rumah tangga dan keterangan tentang PUS, akan dibuat per
RT , kemudian di rekap per RW atau dukuh dan direkap lagi perdesa.
Rekapan per desa akan menjadi dasar perhitungan kebutuhan dan
cakupan pelayanan oleh bidan desa. Rekapan per kecamatan akan
menjadi dasar perhitungan kebutuhan dan cakupan pelayanan oleh
puskesmas.
b. Setiap tahun, puskesmas juga membuat laporan rekapitulasi tenaga dan
sarana. data ini didapat dari sumber data yang selama ini telah berjalan
seperti kartu pendaftaran fasilitas pelayanan KB (K/0), dari BKKBN.
c. Selanjutnya setiap tahun, puskesmas melaporkan hasil pendataan PUS
dan sarana pelayanan KB ke tingkat kabupaten atau kota.
d. Setiap fasilitas pelayanan KB mencatat semua hasil pelayanan KB, di
dalam formulir register kohort KB. Formulir ini berisi data tentang
peserta KB, yang diikuti terus sampai peserta drop out, berhenti atau
gagal atau mengalami kehamilan, pindah keluar wilayah. Data yang
tersedia dalam buku kohort KB atau menghitung angka penggunaan
kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate), kejadian komplikasi,
kejadian efek samping, drop out, dan kegagalan menurut metode
kontrasepsi yang dipakai. informasi lain yang tersedia dalam kohort
KB trsebut adalah peserta KB baru, peserta KB aktif menurut metode
KB dan menurut 4T. Menurut satus gakin, menurut status sakit kronis
atau LILA <23,5 cm (termasuk anemia dan KEK).
e. Setiap bulan puskesmas mendapatkan data pelayanan KB dari seluruh
fasilitas pelayanan KB diwilayah kerjanya. dari fasilitas pelyanaan KB
(dokter,bidan,rumah sakit) harus tercatat dan terlaporkan dengan
lengkap. agar catatan hasil pelayanan KB bisa didapatkan, maka pihak
puskesmas atau dinkes perlu membuat jaringan kerjasama.

27
f. Pertemuan bulanan untuk verifikasi data. agar didapatkan data kohort
KB yang benar, maka setiap bulan perlu diadakan pertemuan di
puskesmas yang dikoordinir oleh bidan koordinator untuk melakukan
verifikasi data.
g. Bidan di desa harus bertanggungjawab untuk membuat kohort KB.
Dari dokter, bidan dan rumah sakit harus dipindahkan oleh bidan desa
ke dalam buku kohort KB nya masing-masing.
h. Selanjutnya setiap bulan, puskesmas melaporkan hasil kegiatan
pelayanan KB ke dinas kesehatan dengan formulir rekapitulasi
pelayanan KB dan juga melaporkan rekapitulasi alkon dan BHP ke
kabupaten/kota.
B. ANALISIS DAN TINDAK LANJUT PWS KB
Grafik PWS KB perlu dianalisis dan diinterpretasikan agar dapat diketahui
desa mana yang memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu segera
dilakukan.
1. Analisis grafik PWS KB
Interpretasi dari grafik PWS KB didasarkan atas dua hal yaitu
a. Cakupan kumulatif terhadap target
b. Cakupan bulan ini terhadap bulan lalu
Contoh Cakupan Cakpan bulan ini terhadap Status
Desa kumulatif bulan lalu desa
terhadap target
Di atas Di naik tetap turun
bawah
Desa A Ya Ya Baik
Desa B Ya Ya Baik
Desa C Ya Ya Cukup
Desa D Ya Ya Cukup
Desa E Ya Ya Kurang
Desa F Ya Ya Kurang

28
Dari matriks tersebut, dapat disimpulkan adanya 3 macam status desa,
yaitu :

a. Desa status baik : adalah desa dengan cakupan di atas target yang
ditetapkan untuk bulan Juli 2007 dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulan yang naik atau tetap dibandingkan bulan lalu. Contoh
desa dalam kategori ini adalah desa A dan desa B. Jika kondisi tersebut
berlanjut maka desa-desa tersebut akan mencapai target tahunan.
b. Desa status cukup : adalah desa dengan cakupan diatas target yang
ditetapkan untuk bulan Juli 2007 dan mempunyai cakupan bulanan
yang menurun dibandingkan bulan lalu.
Atau desa yang mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang naik
dibandingkan dengan bulan lalu namun masih dibawah target bulan
Juli 2007. Contoh desa dalam kategori ini adalah desa C dan desa D.
c. Desa status kurang : adalah desa dengan cakupan dibawah target yang
ditetapkan untuk bulan Juli 2007 dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang tetap atau menurun dibandingkan bulan lalu.
Contoh desa dalam kategori ini adalah desa C dan desa D.
2. Rencana tindak lanjut PWS KB
Salah satu tujuan PWS KB adalah merencanakan tindak lanjut dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat digali.
Rencana tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional
jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
sesuai dengan spesifikasi masalah didesa tersebut, misalnya kurangnya
keterampilan petugas, terbatasnya ketersediaan alkon, kurangnya
sarana dan prasarana pelayanan KB, kurangnya ketersediaan bidan di
desa, rendahnya partisipasi masyarakat dan lain-lain sebagainya.
Yang perlu dilakukan dalam menindaklanjuti hasil dari PWS KB
adalah :
a. Sarana dan SDM bidang KB
b. Logistik (alkon dan BHP serta formulir)

29
c. Kompetensi petugas KB
d. Standar Operasional Prosedur Pelayanan KB
e. Kebijakan KB
f. Pembiayaan KB
C. PELEMBAGAAN PWS KB
1. Langkah-langkah pelembagaan PWS KB
Dalam upaya pelembagaan PWS KB dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Penetapan petugas pengolahan data tiap tingkatan, untuk menjaga
kelancaran pengumpulan pengolahan dan analisa data. (disesuaikan
kondisi wilayah dengan memperhitungkan konsekuensinya)
1) Data hasil pelayanan KB direkap oleh puskesmas perdesa.
2) Di puskesmas, dibuat PWS KB tingkat puskesmas
3) Di dinas kesehatan kabupaten/kota dibuat PWS KB tingkat
kabupaten/kota.
b. Penyajian PWS KB dalam pertemuan lintas program
Penyajian PWS KB pada pertemuan teknis bulanan ditingkat
puskesmas (mini lokakarya) dan kabupaten/kota (pertemuan
bulanan dinas kesehatan kabupaten/kota), untuk menginformasikan
hasil yang telah dicapai, identifikasi masalah, merencanakan
perbaikan, serta menyusun rencana operasional periode berikutnya.
Pada pertemuan tersebut wilayah yang berhasil diminta untuk
mempresentasikan upayanya.
c. Pemantauan PWS KB untuk meyakinkan
PWS disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektor di
tingkat kecamatan dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan
dukungan dalam pemecahan masalah dan agar masalah operasional
yang dihadapi dapat diselesaikan bersama, terutama yang berkaitan
dengan motivasi dan penggerakan masyarakat sasaran.

30
2. Pembinaan PWS KB
Pembinaan yang efektif bagi pelembagaan PWS KB adalah melalui
sepervise fasilitatif pelayanan KB secara terarah dan berkelanjutan.
Karena di dalam pelaksanaan supervise fasilitatif dipergunakan
checklist untuk melihat sistem pelayanan KB. Di dalam sistem
pelayana KB kita ada tiga komponen yang menyangkut sistem
pelayana KB yaitu yang menyangkut komponen input, proses dan
output pelayanan KB. Dalam hal ini cakupan hasil pelayanan adalah
termasuk dalam komponen output. Supervise fasilitatif lebih
ditekankan kepada pengelola program KB kabupaten/kota untuk
melakukan supervisi ke tingkat puskesmas. Sedangkan
penanggungjawab KB ditingkat Puskesmas ditekankan untuk
melakukan supervise fasilitatif ke semua insitusi pelayanan KB sesuai
kewenangannya (polindes, BPM, DBS, RS, RSB yang berada di
wilayahnya).

31
BAB III
IMPLEMENTASI PROGRAM PWS KB
PUSKESMAS JUMO TAHUN 2018

A. INDIKATOR PROGRAM KB
Data sasaran PUS pada puskesmas Jumo tahun 2018 :

SASARAN
DESA
PUS

JUMO 387
JAMUSAN 341
KERTOSARI 497
GIYONO 366
GUNUNG GEMPOL 240
PADURESO 409
BARANG 217
JOMBOR 474
KETITANG 340
MOROBONGO 516
KARANGTEJO 231
SUKOMARTO 368
GEDONGSARI 840
5226
JUMLAH

Data target Pencapaian PWS KB pada puskesmas Jumo pada peserta KB


adalah
26,4 % per bulan.

32
B. PELAKSANAAN PROGRAM PUSKESMAS JUMO
Pemantauan Wilayah Setempat KB Cakupan KB Aktif Puskesmas Jumo
Kabupaten Temanggung Bulan April Tahun 2018

% Bulan
NO Desa % Komulatif Target % % Bulan ini Trend
Lalu
1 Jumo 5,68 26,4 1,03 4,65 ↑
2 Jamusan 2,34 26,4 1,17 1,17 -
3 Kertosari 8,24 26,4 1,60 6,63 ↑
4 Giyono 9,83 26,4 2,45 7,37 ↑
Gunung 26,4
5 ↑
gempol 5,41 0,41 5,00
6 Padureso 7,57 26,4 2,93 4,64 ↑
7 Barang 17,97 26,4 6,45 11,52 ↑
8 Jombor 6,75 26,4 2,74 4,00 ↑
9 Ketitang 16,47 26,4 2,35 14,11 ↑
10 Morobongo 3,48 26,4 3,48 0 ↓
11 Karangtejo 10,82 26,4 0,43 10,38 ↑
12 Sukomarto 13,85 26,4 3,26 10,59 ↑
13 Gedongsari 12,85 26,4 1,19 11,66 ↑

33
C. INDIKATOR PROGRAM KB
Pada indikator pws KB cakupan KB Aktif Bulan April yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Jumo diketahui sebagian besar cakupan tidak
memenuhi target, yaitu dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
30
26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4 26.4
25

20

Bulan lalu
15
Bulan ini
komulatif
10
Target
5 Trend

34
GRAFIK METODE KB BULAN MARET 2018
45
40
35
IUD
30
MOP
25
MOW
20
IMPLANT
15 13 12
10 11 KONDOM
10 8
5 5 5 PIL
4 4
5 2 SUNTIK
0 1
0 TARGET

GRAFIK METODE KB BULAN APRIL 2018


90
80 77

70
IUD
60
MOP
50
40 MOW
40
IMPLANT
30 24
20 22 21 20 KONDOM
19
20 13 13 11 PIL
10 5 6 6
3 13 1 3 1 SUNTIK
0 0 0 00 0
0 TARGET

35
Interpretasi grafik cakupan KB Bulan Apri 2018
DESA CAKUPAN CAKUPAN BULAN INI STATUS
KUMULATIF TERHADAP BULAN LALU DESA
TERHADAP TARGET
DIATAS DIBAWAH NAIK TETAP TURUN
Jumo YA YA CUKUP
Jamusan YA YA CUKUP
Kertosari YA YA CUKUP
Giyono YA YA CUKUP
Gunung gempol YA YA CUKUP
Padureso YA YA CUKUP
Barang YA YA CUKUP
Jombor YA YA CUKUP
Ketitang YA YA CUKUP
Morobongo YA YA CUKUP
Karangtejo YA YA CUKUP
Sukomarto YA YA CUKUP
Gedongsari YA YA CUKUP

KETERANGAN
Naik : Jumlah bulan ini lebih besar daripada bulan lalu
Turun : jumlah bulan ini lebih kecil dari bulan lalu
Tetap : jumlah bulan ini sama dengan bulan lalu
Status Baik : cakupan di atas target yang ditetapkan untuk bulan tersebut dengan
tren naik atau tetap
Status Kurang : cakupan diatas target bulan ini dengan tren turun
Status Cukup : cakupan di bawah target bulan ini dengan tren naik atau tetap
Status Jelek : cakupan di bawah target bulan ini dengan tren turun

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari data yang telah di peroleh maka dapat dianalisis penyebab status tersebut :
a. Strength
1. Memiliki 1 Puskesmas yang mempunyai fasilitas pelayanan lengkap
dan memiliki ambulance.
2. Memiliki bidan dengan masing-masing desa terdapat 1 bidan dan
dengan pendidikan terakhir minimal adalah D III dan mayoritas bidan
berpendidikan terakhir DIV.
3. Memiliki Program kerja dan struktur organisasi
4. Semua tenaga kesehatan sudah mendapatkan pelatihan CTU
5. Alat Kontrasepsi sudah tersedia
b. Weakness
1. Akseptor lebih suka datang ke safari kb dari pada ke bidan
2. Tidak ada tenaga administrasi yang membantu bidan dalam pencatatan
dan pelaporan di puskesmas.
3. Lupa jadwal untuk suntik ulang
4. Kartu Kb hilang
5. Tidak ada konfirmasi kunjungan ulang dengan bidan sehingga saat
datang tidak bertemu
c. Opportunity
1. Mudahnya masyarakat memperoleh informasi tentang KB
2. Tingginya minat masyarakat dalam ikut ber KB
3. Banyak warga yang memanfaatkan adanya JAMKESMAS, BPJS KIS,
ASKES dalam ber-KB.
4. Terdapat kader KB yang menunjang kinerja bidan desa dalam
pendataan PUS untuk menentukan sasaran PUS ber-KB.
5. Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan bekerja sama dengan
PLKB.

37
d. Treath
1. Sebagian PUS masih merencanakan kehamilan
2. Terdapat beberapa PUS yang tidak ber KB karena hamil

38
RENCANA TINDAKAN
O T
S 1. Mempertahankan keaktifan 1. Mempertahankan koordinasi
kader KB dengan BPS dalam hal
2. Mengoptimalkan bantuan pencatatan dan pelaporan jika
kesehatan pemerintah ada warga yang ber-KB di BPS
(JAMKESMAS, BPJS, KIS, atau di luar wilayah.
ASKES), agar dapat
mempertahankan cakupan KB.
3.
W 1. Mengusulkan adanya 1. Mempertahankan koordinasi
penambahan tenaga dengan BPS dalam hal
administrasi dan bidan pencatatan dan pelaporan jika
2. Meningkatkan kerja sama ada warga yang ber-KB di BPS
dengan kader untuk pencatatan atau di luar wilayah.
dan penelusuran antar PUS 2. Melakukan pendekatan dengan
(yang ber KB aktif)yang ber- tokoh masyarakat, PKK dan
KB dan yang tidak ber-KB. tokoh agama mengenai
pentingnya ber-KB bagi PUS.
3. Melaksanankanpelayanan dalam
skala besar untuk mencapai
target sasaran yang diinginkan
4. Melaksanakanprogram
kerjasama lintas sektoral dengan
PLKB, TMKK KB Kes.
5. Mempertahankan pemanfaatan
event besar untuk pelaksanaan
pelayanan skala besar.

39
Urutan prioritas :
1. Mengusulkan adanya penambahan tenaga administrasi dan bidan.
2. Mempertahankan koordinasi dengan BPS dalam hal pencatatan dan
pelaporan jika ada warga yang ber-KB di BPS atau di luar wilayah.
3. Mempertahankan pelayanan dalam skala besar untuk mencapai target
sasaran yang diinginkan.
4. Mengoptimalkan bantuan kesehatan pemerintah (JAMKESMAS, BPJS,
KIS, ASKES), agar dapat mempertahankan cakupan KB.
5. Meningkatkan kerja sama dengan kader KB untuk pencatatan dan
penelusuran antar PUS yang ber-KB dan yang tidak ber-KB.
6. Mempertahankan pemanfaatan event besar untuk pelaksanaan pelayanan
skala besar.
Rencana tindak lanjut :
Bagi kepentingan program, analisis PWS KB ditujukan untuk menghasilkan suatu
keputusan tindak lanjut teknis dan non teknis bagi puskesmas. Keputusan tersebut
harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah.
a. Rencana tidak lanjut tingkat bidan di desa
Setelah menganalisa data yang didapatkan, setiap bulan rata-rata bidan di
desa membuat rencana berdasarkan hasil analisanya masing-masing yang
akan didiskusikan pada cara miniloka karya tiap bulan.
b. Kepala Puskesmas dan bidan Koordinator harus mampu melihat masalah
dan membuat perencanaan tindak lanjut berdasarkan masalah yang ada.
Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang
terkait :
a. Bagi desa atau kelurahan yang berstatus baik atau cukup pola
penyelenggaraan pelayanan KB perlu dilanjutkkan, dengan
penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan antara lain perbaikan mutu
pelayanan
b. Bagi desa atau kelurahan berstatus kurang dan status jelek perlu
prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.

40
c. Intervensi yang bersifat teknis harus dibicarakan dalam pertemuan
mini lokakarya puskesmas dan / atau rapat Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
d. Intervensi yang bersifat nonteknis (untuk motivasi, penggerakan
sasaran dan mobilisasi sumber daya masyarakat) harus dibicarakan
pada rapat koordinasi kecamatan / atau rapat Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota.

41
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pemantauan wilayah setempat keluarga berencana telah dilaksanakan oleh
Puskesmas Jumo untuk memantau pelaksanaan program KB di wilayah
kerja Puskesmas Jumo tiap bulannya termasuk pembuatan grafik dan
analisisnya.
2. Dari hasil analisa indikator PWS KB pada bulan Maret dan April sebagian
belum melebihi target yang telah di tentukan.
3. Dari keseluruhan desa wilayah puskesmas Jumo sudah bagus, PUS sudah
mau untuk ber-KB. Hal ini di dukung dengan adanya Safari KB yang di
lakukan setiap 3 bulan sekali. Adanya beberapa faktor pendukung dan
penghambat dari terlaksananya program KB setiap desa diantaranya peran
bidan desa, jangkauan wilayah desa dengan tempat kesehatan, lingkungan,
pendidikan, masyarakat desa dan pengetahuan yang diperoleh oleh setiap
warga desa serta waktu kunjungan pada bulan tersebut yang belum sampai
pada target kunjungan sehingga pada data terlihat tidak memenuhi target.

B. SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan (Bidan) untuk tetap menjalankan tugas sesuai
prosedur yang telah ditentukan baik itu penyuluhan dll untuk
menningkatkan kesadaran berKB. Selain itu, Bidan diharapkan dapat
memberikan pelayanan KB kepada masyarakat sesuai kebutuhan agar
target KB dapat tercapai.
2. Dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kinerja Bidan di Komunitas dan
meningkatkan pelayanan KB.

42
JADWAL PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS JUMO
KABUPATEN TEMANGGUNG

Hari Jam Jenis Pelayanan


Senin s/d Sabtu 07.30 – 12.00 KB Suntik
Selasa 07.30 – 12.00 KB IUD dan Implant

43

Anda mungkin juga menyukai