Mei 2019
OLEH :
Yaumil Khalida Putri (G1A217037)
PEMBIMBING:
dr. Vonna Riasari, Sp.M
OLEH :
Yaumil Khalida Putri (G1A217037)
Pembimbing
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Case Report Session (CRS) yang berjudul “Glaukoma Absolut OS + Glaukoma
Primer Sudut Terbuka OD” untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi di RSUD Abdul Manap.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak
kepada dr. Vonna Riasari, Sp.M selaku konsulen ilmu mata yang telah
membimbing dalam mengerjakan Case Report Session (CRS) ini sehingga dapat
diselesaikan tepat waktu.
Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
penulis dan orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah
Glaukoma. Saya menyadari bahwa Case Report Session (CRS) ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saya harapkan saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan Eksternal
Pemeriksaan Eksternal OD OS
Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Konjungtiva tarsus Sup Papil(-), folikel (-), Papil(-),folikel(-),
& Inf
Konjungtiva Bulbi Injeksi siliar (-), Injeksi Injeksi siliar (-), Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Kornea Infiltrat (-), sikatrik (-), Infiltrat (-), sikatrik (-), ulkus (-)
ulkus (-)
COA Sedang cukup
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Diameter 3mm 3mm
RCL/RCTL +/+ +/+
Iris Kripta iris normal, Kripta iris normal, warna coklat
warna coklat
Lensa Keruh keruh
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan 155 Cm
Berat badan 56 Kg
Tekanan darah 140/80 mmHg
Nadi 89 kali/menit
Suhu 36,70C
Pernapasan 22 kali/menit
Diffrential Diagnosa :
- Glaukoma sekunder
- Katarak komplikata
Pengobatan :
- Timolol 0.5% 2x1 tetes (ODS)
- Azopt 1% 3x1 tetes (ODS)
- Vitamin B1 3x1 Tab
Prognosis :
Q Quoad vitam : dubia ad malam
Quoad functionam : malam
Quoad sanationam : malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea,
disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme
pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk
mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata (tekanan intra okuler).
Untuk mempertahankan keseimbangan tekanan di dalam bola mata cairan
aquos diproduksi secara konstan serta dialirkan keluar melalui sistem drainase
mikroskopik.
Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme
pengaliran keluarnya menentukan besarnya tekanan intraokuler. Normalnya
tekanan di dalam bola mata berkisar antara 10-20 mmHg.8
Peningkatan tekanan intraokuler dapat terjadi akibat produksi cairan aquos
yang meningkat misalnya pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler atau
karena aliran keluarnya yang terganggu akibat adanya hambatan pada
pratrabekular, trabekular atau post trabekular.7
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquous dari COA adalah
lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di dekatnya,
bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera
menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
3.2. Glaukoma
3.2.1.`Definisi
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit neurooptic yang
menyebabkan kerusakan serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan
kelainan atau atrofi papil nervus opticus yang khas, adanya ekskavasi
glaukomatosa, serta kerusakan lapang pandang dan biasanya disebabkan oleh
efek peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor resikonya.
3.2.5. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital :
1. Glaukoma Primer
- Glaukoma sudut tertutup (closed angle glaucoma, acute congestive
glaucoma)
- Glaukoma sudut terbuka (open angle glaucoma, chronic simple glaucoma)
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan :
- Kelainan lensa
Luksasi
Pembengkakan (intumesen)
Fakoltik
- Kelainan uvea
Uveitis
Tumor
- Trauma
Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema)
Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkanleukoma
adheren
- Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak
- Penyebab glaukoma sekunder lainnya
Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,
hidroftalmos). Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
4. Glaukoma Absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma yaitu dengan kebutaan total dan bola mata
nyeri.
b. Tonometri
c. Genioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi
dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada
semua pasien suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga
memiliki sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat
dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat
dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior
sinechiae).
e. Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang
harus diperhatikan adalah keadaan papil.
Perubahan yang terjadi pada papil
dengan glaukoma adalah penggaungan
(cupping) dan degenerasi saraf optik
(atrofi). Jika terdapat penggaungan lebih
dari 0,3 dari diameter papil dan tampak
tidak simetris antara kedua mata, maka
harus diwaspadai adanya ekskavasio
glaukoma.
Gambar 1. Diskus optikus Gambar 2. Rasio C/D pada Gambar 3. ‘Cup’ nervus
normal. Lihat batas tegas dari nervus optikus ini mendekati optikus yang bersifat
diskus optikus, demarkasi 0,6. Hubungan klinis dengan glaukomatous. ‘Cup’ pada
yang jelas dari ‘cup’, dan riwayat dari pasien dan juga nervus optikus ini membesar
warna pink cerah dari sisi pemeriksaan menunjukkan sampai 0,8, dan terdapat
neuroretinal. bahwa nervus optikus ini penipisan yang khas pada sisi
abnormal. inferior neuroretinal,
terbentuk suatu “takik”.
f. Tonografi
Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang
dikeluarkan melalui trabekula dalam satu satuan waktu
g. Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita
glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure
congestion test, dan tes steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup,
dapat dilakukan tes kamar gelap, tes membaca dan tes midriasis.
Uji lain pada glaukoma
Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik
15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.
Uji Minum Air
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien
disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap
15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit
pertama menunjukkan pasien menderita glaukoma.
Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat
glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau
deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap
minggu. Pada pasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata akan
naik setelah 2 minggu.
Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh,
selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata
normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka
variasi dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah
dicurigai keadaan patologik.
Uji Kamar Gelap
Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien
dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90
menit tekanan bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan
menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.
Uji provokasi pilokarpin
Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin
1% selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.
2. Tindakan pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos
di dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut
teknik filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan
medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan
pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal,
terapi medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya
menjadi lebih sedikit.
a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling
sering digunakan. Pada teknik ini,
bagian kecil trabekula yang terganggu
diangkat kemudian dibentuk bleb dari
konjungtiva sehingga terbentuk jalur
drainase yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluar cairan
aquos sehingga dapat menurunkan
tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada
tahun pertama, sekitar 70-90%. Sayangnya di kemudian hari lubang
drainase tersebut dapat menutup kembali sebagai akibat sistem
penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan intraokuler akan meningkat.
Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti mitomycin-C and 5-
fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa
saja dilakukan beberapa kali pada mata yang sama.
3. Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung
untuk sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan
adalah :
a). Laser Iridektomy
Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman
dan efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat
celah kecil di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan
sempitnya sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan yang tidak
memungkinkan dilakukannya laser iridektomy, diantaranya kekeruhan
kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan jaringan iris
yang sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang pernah menjalani
operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa
diajak bekerja sama.
Gambar : Laser iridektomi
3.2.10. Komplikasi
Glaukoma absolut, yang merupakan stadium akhir glaukoma (sempit atau
terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total.
3.2.11. Prognosis
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total.
Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata
yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik.
Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat
ditangani dengan baik 1,2
BAB IV
ANALISA KASUS
Resume Kasus
Pasien datang ke poli mata RSUD Abdul Manap dengan keluhan mata kiri
tidak dapat melihat. Keluhan ini terjadi secara perlahan-lahan sejak ± 4 tahun
yang lalu, yang diawali dengan pandangan pada mata kiri sedikit kabur. pasien
juga merasakan pandangan pada mata kiri semakin gelap, dan tidak bisa melihat
sama sekali.
Sedangkan pada mata kanan, pasien mengaku pandangannya kabur, dan
apabila melihat cahaya menjadi pudar. Hal tersebut sudah dirasakan kurang lebih
4 tahun yang lalu, dan terjadi secara perlahan-lahan. Namun, keluhan pada kedua
mata pasien tersebut diawali oleh mata kiri terlebih dahulu, untuk jarak waktu
timbulnya keluhan antar kedua mata, pasien mengaku lupa. Pasien mengeluh
apabila berjalan sering menabrak dan tersandung karena merasa penglihatannya
menyempit dan samar-samar untuk melihat benda-benda yang ada disekitarnya.
Saat ini pasien juga menggunakan kacamata yang sudah digunakan sejak kurang
lebih 1 tahun yang lalu.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Glaukoma primer terutama jika sudah kronis dengan penyempitan lapang
pandang dan peningkatan TIO yang signifikan harus diberikan terapi untuk
menurunkan tekanan bola mata serta mencegah kebutaan maupun
mempertahankan fungsi penglihataan yang masih baik.
Obat-obatan biasanya diberikan satu persatu atau kalau perlu dapat
dikombinasi. Kalau tidak berhasil, dapat dinaikkan frekuensi penetesannya atau
persentase obatnya, ditambah dengan obat tetes yang lain atau tablet.Monitoring
semacam inilah yang mengharuskan penderita glaukoma sudut terbuka selalu
dikelola oleh dokter dan perlu pemeriksaan yang teratur.
Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1
tetes (ODS), Azopt 1% 3x1 tetes (ODS),Vitamin B1 3x1 Tab.
Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan
konsentrasi tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam
waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker dapat menurunkan
tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi humor aquos. Penggunan
beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi dapat diberikan 2 kali dengan
interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.
Pemberian Timolol 0.5% 2x1 tetes (OS) sudah tepat. Timolol termasuk beta
bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan
asma, PPOK, dan penyakit jantung. Polynel tetes mata steril ini mengandung
Fluoromethasone 1 mgdan Neomycin Sulfate diberi untuk mengurangi reaksi
peradangan yang terjadi akibat proses akut.
Azopt 1% Tetes Mata mengandung Brinzolamide. Brinzolamide
digunakan untuk membantu mengobati tekanan tinggi di dalam mata karena
glaukoma. Azopt 1% Tetes Mata bekerja dengan cara mengurangi jumlah
cairan di dalam mata. Ini termasuk dalam golongan obat yang dikenal sebagai
penghambat anhidrida karbonat.
BAB V
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang disertai
peningkatan tekanan intraokuler. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan oftalmologi. Tatalaksana meliputi non-bedah dan bedah. Apabila
proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik. Namun pada pasien ini telah terjadi penurunan penglihatan mata kiri
yang cukup signifikan.
Pada pemeriksaan, sebaiknya di lakukan tambahan berupa funduskopi,
Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetri, Pemeriksaan Gonioskopi ,
Pemeriksaan Tonometri Schiotz atau Aplanasi.