Anda di halaman 1dari 42

SEMESTER GENAP

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan
peralatan–peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam bidang teknik mesin
terutama pada konsentrasi konversi energi diperlukan pengetahuan tentang bagaimana
menghasilkan suatu sumber energi yang nantinya akan berguna untuk masyarakat luas.
Diantaranya adalah pemanfaatan aliran air yang dapat digunakan untuk menghasilkan
tenaga listrik. Dan alat tersebut dapat berupa instalasi turbin khususnya turbin air.
Turbin air memanfaatkan aliran air untuk menggerakkan poros yang biasanya
dihubungkan dengan generator sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
Turbin air francis merupakan jenis turbin yang paling sering digunakan karena
turbin air francis dapat beroperasi pada elevasi dan debit aliran sedang serta
perkembangannya dalam dekade terakhir telah memberikan dampak yang besar dalam
pengembangan aplikasi-aplikasi baru. Dengan dilaksanakannya praktikum turbin air
Francis ini diharapkan mahasiswa akan memiliki pengetahuan tentang mesin konversi
energi yang dalam hal ini adalah turbin air.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Praktikan mampu memahami hubungan antara kecepatan putaran turbin pada head
konstan dengan daya yang dapat dibangkitkan turbin.
2. Praktikan mampu memahami hubungan antara kecepatan putaran turbin pada head
konstan dengan efisiensi.
3. Praktikan mampu memahami hubungan antara kecepatan putaran turbin pada
bukaan guide vane berbeda dengan efisiensi.
4. Praktikan mampu menganalisis hasil pengujian.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori Turbin Air


2.1.1 Pengertian Turbin Air
Turbin air adalah suatu mesin konversi energi yang berfungsi mengkonversikan
atau mengubah bentuk energi potensial (head elevasi) atau head tekanan yang dimiliki
air ke bentuk energi mekanik pada poros turbin. Energi potensial yang tersimpan pada
fluida yang diam pada ketinggian tertentu berubah menjadi energi tekanan sebelum
fluida masuk ke guide vane (GV), kemudian sebagian atau seluruh energi tekanan
diubah menjadi energi kinetik pada waktu fluida melewati guide vane (GV).
Selanjutnya energi tersebut akan menggerakkan sudu gerak dan menghasilkan energi
mekanik pada poros turbin. Energi mekanik tersebut nantinya digunakan untuk
memutar generator yang dihubungkan ke poros turbin, dimana generator ini berfungsi
untuk merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Gambar 2.1 menunjukkan
instalasi turbin air.

Gambar 2.1 Instalasi turbin air


Sumber: Dietzel (1996:17)

Energi fluida persatuan berat/head terdiri dari head elevasi, head tekanan dan
head kinetik.Pada titik TPA hanya terdapat head elevasi, sedangkan head tekanan dan
head kinetiknya sama dengan nol. Pada titik 1 dan 2 head elevasi lebih rendah
dibanding pada titik TPA, karena sebagian head elevasi dikonversi menjadi head
tekanan dan kecepatan (head kinetik).Ketika melewati turbin, sebagian energi fluida

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

dirubah menjadi kerja pada poros turbin, sehingga total energy pada TPB lebih kecil
dari pada head fluida pada titik TPA.

2.1.2 Klasifikasi dan Prinsip Kerja Turbin Air


1. Turbin impuls
Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah energi potensial
(head elevasi) yang dimiliki air menjadi energi mekanik yang memutar poros
turbin. Pada saat fluida akan memasuki sudu pengarah head elevasi dirubah
menjadi head tekanan. Pada turbin impuls hampir seluruh head tekanan dirubah
menjadi energy kinetik pada sudu pengarah (guide vane/nozzle). Sehingga air yang
keluar dari nozzle memiliki kecepatan tinggi untuk membentur sudu turbindan
tekanan pada air tidak berubah saat melalui ataupun keluar dari sudu gerak (runner).
Setelah membentur runner kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan
momentum (impulse). Akibatnya poros turbin akan berputar. Salah satu contoh
turbin impuls adalah turbin Pelton.
Turbin Pelton memiliki 2 bagian utama yaitu sudu gerak (runner)dan sudu
pengarah (nozzle). Runner terdiri dari poros turbin, piringan dan beberapa mangkuk
turbin pelton yang digunakan untuk memanfaatkan energi potensial yang dimiliki
air dengan aliran kecil. Gambar 2.2 Menunjukkan Turbin Pelton

Gambar 2.2 Turbin Pelton


Sumber: Dixson (2010:310)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi, (Gambar 2.3) adalah turbin yang cara kerjanya merubah energi
potensial (head elevasi) yang dimiliki air menjadi energi mekanik yang memutar
poros turbin. Energi potensial berubah menjadi energi tekanan saat akan memasuki
sudu pengarah/guide vane/nozzle. Pada turbin reaksi perubahan energi tekanan
menjadi energi kinetik terjadi pada sudu pengarah (nozzle) dan sudu gerak (runner).
Energi kinetik menggerakkan sudu gerak dan memutar poros turbin sehingga
menjadi energi mekanik pada poros turbin.

Gambar 2.3 Turbin Reaksi


Sumber: Dietzel (1996:45)

Macam–macam turbin reaksi:


a. Turbin Francis
Turbin Francis, (Gambar 2.4) yaitu turbin yang memiliki 3 bagian utama
yaitu rumah turbin (casing), sudu gerak (runner) dan sudu pengarah (nozzle)
yang mengelilingi runner dimana semua komponen tersebut terbenam ke dalam
air. Turbin air Francis merupakan turbin air yang paling banyak digunakan
karena turbin ini dapat bekerja secara efisien pada berbagai kondisi operasi.
Head air dan kapasitas aliran air merupakan parameter masukan yang vital yang
mempengaruhi performa/kinerja dari turbin air. Turbin air Francis mampu
memberikan efisiensi tinggi bahkan jika ada variasi yang banyak dalam

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

parameter aliran air yang masuk. (Head: 45 – 400 m dan Kapasitas: 10 – 700
m^3/s)
Bagian terpenting dari turbin air Francis adalah sudu geraknya (runner).
Runner dilengkapi dengan kumpulan bilah pisau yang bentuknya kompleks.
Dalam sudu gerak (runner), air masuk dengan arah radial lalu keluar dengan arah
aksial. Ketika air mengalir melewati blade runner, energi kinetik dan energy
tekan akan turun karena dikonversikan menjadi energi mekanik. Runner
terhubung dengan generator melalui poros untuk menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.4 Turbin Francis


Sumber: Dietzel (1996:47)

b. Turbin Kaplan (Turbin baling-baling)


Turbin Kaplan, (Gambar 2.5) merupakan mesin konversi energi yang tepat
digunakan ketika energi air yang tersedia memiliki head rendah dan kapasitas
aliran air yang sangat besar. (Head berkisar 2 s/d 25 m dan Kapasitas Aliran 70-
800 m^3/s). Turbin Kaplan tepat digunakan untuk pengoperasian dalam reservoir
atau bendungan yang besar dan memiliki ketinggian/elevasi yang relatif rendah.
Karena penggunaannya dalam kapasitas aliran air yang sangat besar, tentunya
ukuran turbin Kaplan juga sangat besar bahkan memiliki ukuran terbesar
diantara semua jenis turbin air.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada turbin Kaplan aliran air masuk ke dalam ruang berbentuk spiral. Luasan
area dari ruang spiral yang berkurang menghasilkan aliran air yang masuk ke
sudu pengarah (guide vane) memiliki kecepatan yang sama. Aliran air yang
melintasi sudu pengarah lalu melewati sudu gerak (runner). Lalu aliran air keluar
melalui draft tube.
Kebutuhan daya (listrik) dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Mengontrol kapasitas alir air yang masuk merupakan cara yang paling efisien
untuk memenuhi kebutuhan listrik. Ketika kebutuhan listrik listrik sedang tinggi
maka sudu pengarah (guide vane) akan terbuka lebar sebaliknya jika kebutuhan
listrik rendah maka sudu pengarah akan tertutup.

Gambar 2.5 Turbin Kaplan


Sumber: Dixson (2010:326)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

3. Perbedaan turbin impuls dan turbin reaksi

Gambar 2.6 Grafik hubungan P-v pada turbin impuls dan reaksi
Sumber: Arismunandar(1998)

Pada turbin impuls, (Gambar 2.6) perubahan energi tekanan menjadi energi
kinetik hampir seluruhnya terjadi pada sudu pengarah (guide vane), sedangkan pada
sudu gerak tekanan dan kecepatan relatif fluida tidak berubah. Pada sudu gerak
kecepatan absolut fluida berkurang karena digunakan untuk memutar poros turbin
(berubah menjadi energi mekanik). Sedangkan pada turbin reaksi perubahan energi
tekanan menjadi energi kinetik terjadi pada sudu pengarah dan sudu gerak. Pada
turbin impuls ketika air melewati sudu pengarah (nozzle) kecepatan akan meningkat
serta tekanannya akan turun. Ketika air melewati sudu gerak (runner) tekanan dan
kecepatan relatifnya tidak berubah. Sebaliknya pada turbin reaksi, ketika air
melewati sudu pengarah (nozzle) tekanannya akan turun dan kecepatannya akan
meningkat demikian juga ketika air melewati sudu gerak (runner) tekanannya juga
turun dan kecepatan relatif fluida meningkat, bagaimanapun juga kecepatan absolut
fluida menurun karena ada perubahan dari energi kinetik menjadi energi mekanik
pada poros turbin.

2.2 Turbin Air Francis dan Prinsip Kerjanya


2.2.1 Bagian-bagian Turbin Air Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Turbin ini mempunyai 3 bagian utama yaitu runner, guide vane (sudu pengarah), dan
rumah turbin (casing).
a. Runner
Merupakan bagian turbin Francis yang dapat berputar, terdiri dari poros dan
sudu gerak turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik menjadi energi
mekanik. Gambar 2.7 menunjukkan Runner

Gambar 2.7 Runner


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2019)

b. Casing
Merupakan saluran yang menyerupai rumah siput dengan bentuk
penampang melintang lingkaran. Berfungsi untuk menampung fluida sebelum
melewati guide vane dan runner. Gambar 2.8 menunjukkan Casing

Gambar 2.8 Casing


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2019)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

c. Guide vane
Berfungsi sebagai pengarah aliran air dari katup pengatur kapasitas dari
casing ke runner dan berfungsi menaikkan kecepatan aliran air sebelum menuju
runner. Gambar 2.9 menunjukkan Guide Vane

Gambar 2.9 Guide vane


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2019)

d. Pipa Inlet
Merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan air yang akan masuk ke
casing. Gambar 2.9 menunjukkan Pipa Inlet

Gambar 2.10 Pipa inlet


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2019)

e. Draft Tube
Merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan air dari turbin ke
saluran pembuangan dengan menggunakan tinggi jatuh air. Pengaplikasian draft
tube juga dapat mengurangi dampak kavitasi yaitu mengubah head kecepatan
menjadi head statis. Gambar 2.11 Menunjukkan Draft Tube

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Gambar 2.11 Draft Tube


Sumber Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2019)

2.2.2 Prinsip Kerja Turbin air Francis


Turbin francis bekerja dengan memakai prinsip kerja turbin reaksi.Air masuk ke
guide vane memiliki tekanan tinggi, kemudian dirubah menjadi energi kinetik.
Perubahan dari energi tekanan menjadi energi kinetik secara keseluruhan terjadi pada
sudu pengarah. Dari sudu pengarah air melewati sudu gerak. Pada sudu gerak (runner)
tidak terjadi perubahan tekanan dan kecepatan relatif fluida. Tetapi kecepatan absolut
fluida berkurang ketika melewati runner, karena fluida menumbuk dan menggerakkan
sudu gerak yang selanjutnya memutar poros turbin, yang juga merupakan poros sudu
gerak. Disini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik. Turbin francis
merubah energi fluida menjadi kerja yang berupa putaran pada poros turbin.
Perubahan atau energi fluida sebelum masuk turbin dan sesudah keluar dari turbin
disebut sebagai head drop. Head fluida adalah total energi yang dimiliki oleh fluida
tiap satu satuan berat, terdiri dari energi potensial, energi tekanan dan energi kinetik.
Perubahan energi pada turbin air Francis secara garis besar adalah dari energi potensial
menjadi energi tekanan sebelum masuk guide vane, kemudian menjadi energi kinetik
setelah keluar dari guide vane dan selanjutnya menjadi energi mekanik pada poros
turbin yang dikelilingi oleh sudu gerak.
Energi potensial (Ep) adalah energi yang tersimpan pada benda karena
kedudukannya/ketinggiannya.Sebagai contoh, energi potensial air adalah energi yang
dimiliki air karena ketinggiannya dari permukaan referensi.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Ep = m.g.h ................................................................................................... (2-1)


Energi kinetik (Ek) adalah energi suatu benda karena bergerak dengan
kecepatan V, contohnya air yang bergerak.
1
Ek = 2 𝑚𝑣 2 .................................................................................................. (2-2)

Energi mekanik (Em) adalah penjumlahan darienergi kinetik dengan energi


potensial.
Em = Ek + Ep ............................................................................................... (2-3)

2.3 Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan


2.3.1 Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli adalah suatu persamaan energi fluida incompressible dan
tanpa gesekan dalam aliran steady pada satu garis arus (stream line). Persamaan
bernoulli menyatakan bahwa total energi fluida adalah konstan sepanjang
saluran/aliran fluida. Energi fluida terdiri dari energi tekanan, energi kinetik dan energi
potensial. Walaupun total energi fluida adalah konstan, tetapi besar masing-masing
komponen energi bisa berbeda dan berubah sepanjang aliran fluida.
Misalnya terdapat aliran air dalam pipa yang tidak terletak horisontal, terdapat
perbedaan ketinggian (h1 dan h2). Persamaan bernoulli pada aliran fluida tersebut
adalah:
Energi potensial + Energi kinetik + Energi tekanan = konstan
m.g.h + PV + ½.mv2 = konstan .................................................................. (2-4)
Persamaan energi spesifik (tiap satu satuan berat):
m. g. h1 + P1 . V1 + ½. m. v12 m. g. h2 + P2 . V2 + ½. m. v22
=
𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔
m. g. h1 P1 . V1 ½. m. v12 m. g. h2 P2 . V2 ½. m. v22
+ + = + +
𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔
P1 v21 P2 v22
h1 + + = h2 + + .................................................................... (2-5)
 2𝑔  2𝑔

Keterangan:
P = Tekanan (N/m2)
h = ketinggian (m)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

g = Percepatan gravitasi (m/s2)


v = Kecepatan Aliran (m/s)
 =  . g (kg/(m2s2)) .................................................................................... (2-6)
Syarat berlakunya hukum bernoulli :
- Aliran steady (steady flow)
- Aliran tanpa gesekan (frictionless flow)
- Tidak ada kerja poros (no shaft work)
- Aliran incompressible (incompressible flow)
- Tidak ada perpindahan panas (no heat transfer)
- Aliran menurut garis arus (flow along a streamline)
Untuk hubungannya dengan turbin semakin tinggi (h), energi potensial yang
dihasilkan semakin besar sehingga akan berpengaruh pada energi kinetik dalam
menumbuk sudu gerak (runner). Dengan bertambahnya energi kinetik yang
menumbuk runner maka putaran yang dihasilkan akan semakin besar.

2.3.2 Persamaan Kontinuitas


Persamaan ini menyatakan jumlah netto massa fluida yang melewati permukaan
suatu kontrol volum sama dengan perubahan massa dalam kontrol volum tersebut.
Pada aliran steady, tidak ada perubahan massa fluida dalam kontrol volum. Sehingga
massa fluida masuk ke kontrol volum (titik 1) sama dengan massa fluida yang keluar
kontrol volum (titik 2). Gambar 2.12 menunjukkan Persamaan Kontuinitas.
 
m1  m 2 ..................................................................................................... (2-6)
𝜌. 𝑣. 𝐴 = 𝐶
ρ1 v1.A1= ρ2 v2.A2 ........................................................................................ (2-7)
Keterangan:
𝑘𝑔
𝑚̇ = massa alir( )
𝑠
𝑚
V = kecepatan ( 𝑠 )

A = Luas penampang (m2)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Gambar 2.12 Aliran Fluida Dalam Tabung


Sumber: Zakapedia (2013)

2.3.3 Segitiga Kecepatan


Segitiga kecepatan adalah dasar kinematika dari aliran fluida yang menumbuk
sudu turbin. Dengan pemahaman segitiga kecepatan akan membantu dalam
pemahaman proses konversi energi pada turbin air. Segitiga Kecepatan ditunjukkan
pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Segitiga kecepatan pada sudu turbin reaksi


Sumber: Dietzel (1996:16)

Pada turbin reaksi, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu dengan
sudut α2, dengan kecepatan absolut V2. Pada ujung guide vane besar kecepatan
tangensial adalah u2, dengan u2 = r2ω.Air masuk ke sudu gerak dengan kecepatan
relatif w2 dengan sudut sebesar β2. Profil sudu tersebut menyebabkan perubahan arah
dan besar kecepatan air selama mengalir pada sudu, dan pada sisi outlet besar
kecepatan relatif air adalah w1, dan kecepatan tangensial fluida adalah u1 = r1ω.
Kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi inlet u2 > u1 akibat r2 >
r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan nilai kecepatan
absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya energi kinetik dari
air diubah menjadi energi mekanik pada saat air melewati sudu gerak (runner).

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

2.3.4 V-Notch
Weir (Notch), (Gambar 2.14) adalah alat pembendung air dengan bentuk tertentu
yang digunakan untuk mengukur debit air saluran. Bentuk yang banyak dipergunakan
adalah bentuk segitiga, persegi panjang, segiempat dan trapesium. Prinsip kerja dari
alat ini adalah mengubah bentuk aliran air tidak teratur menjadi bentuk yang
dikehendaki dengan cara membendung airan air dan dialirkan/diterjunkan melalui
bentuk yang dikehendaki.

Gambar 2.14 V-Notch


Sumber: Cengel (2006:721)

Weir segitiga (V-Notch) mempunyai jangkauan kapasitas yang lebih besar dan
praktis dibandingkan dengan bentuk weir lainnya. Alat ini terdiri atas takik segitiga
yang dipotong dala kanal, puncaknya terletak dibagian dasar. Debit Weir V-Notch
dapat dihitung denagn rumus:

8 𝜃
Videal = 15 tan ( 2) √2𝑔𝐻 ............................................................................. (2-8)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

2.3.5 Rumus Perhitungan


1. Head Drop Turbin (H)
H  H 2  H1 ................................................................................................ (2-9)
Keterangan :
H = Head Drop (m)
H1 = Head keluar turbin (m)
H2 = Head masuk turbin (m)
2. Debit yang melalui turbin / Orifice Plate (Q)
Q  3.521 P ......................................................................................... (2-10)
Keterangan :

m3
Q : Debit Air ( )
jam
P : Perbedaan tekanan pada manometer orifice (mmHg)
3. Torsi (T)
T = F.L...................................................................................................... (2-11)
Keterangan:
T = Torsi (Nm)
F = Gaya pengereman (N)
L = Panjang lengan gaya (m) = 0.248 m
4. Brake Horse Power (BHP)
2𝜋.𝑛.𝑇
𝐵𝐻𝑃 = ............................................................................................ (2-12)
60

Keterangan:
BHP = Daya (Watt)
n = Kecepatan putar turbin (rpm)
5. Water Horse Power (WHP)
𝛾.𝑄.𝐻
𝑊𝐻𝑃 = (𝑊𝑎𝑡𝑡) ............................................................................... (2-13)
3600

Keterangan:
BHP = Watt
 = water g
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

6. Efisiensi ()
BHP
 = WHP x100% ....................................................................................... (2-14)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Variabel yang Diamati


3.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang bisa
ditentukan sesuai dengan keperluan/yang diinginkan. Dalam praktikum ini yang
variabel bebasnya adalah kecepatan putaran.

3.1.2 Variabel Terikat


Variabel terikat adalah variabel yang hasilnya dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam praktikum ini yang termasuk variabel terikat adalah tekanan manometer pada
orifice plate dan gaya pengereman.

3.1.3 Variabel Kontrol


Variabel kontrol adalah variabel nilainya dijaga tetap pada harga tertentu agar
tidak mempengaruhi nilai variabel terikat selama proses pengambilan data. Dalam hal
ini yang termasuk variabel kontrol adalah bukaan guide vane dan head drop.

3.2 Spesifikasi Peralatan yang digunakan


a. Pompa air tipe sentrifugal dengan motor listrik AC sebagai penggerak dengan
spesifikasi sebagai berikut:
 Model : C 160 MAH
 Serial Number : BS 29821
 Output : 11 kW
 Revolution / Minute : 2900 rpm
 Voltage : 380 volt
 Arus : 234 Ampere
 Frekuensi : 50 Hz
 Rating : MCR
 Phase :3

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

 Inc.Cluse :F
b. Pipa penyalur air yang menghubungkan pompa dan turbin lengkap dengan orifice
plat beserta pengukur tekanannya dan stop valve.
c. Brake torque force spring balanceatau neraca pegas.
d. Bak penampung air dan v-notch dan pengukur tinggi permukaan
e. Pipa penyalur air yang menghubungkan bak penampung dengan pompa
f. Hand digital tachometer,digunakan untuk mengukur putaran poros turbin.

3.3 Instalasi Alat Percobaan dan Fungsi Bagian-Bagiannya


Berikut gambar instalasi alat dan bagian-bagiannya yang ditunjukkan pada
gambar 3.1 :

10
11

12

11.Stroboscope
12.V-Notch

Gambar 3.1 Skema instalasi pengujian turbin francis


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2019)

Keterangan gambar :
1. Bak Penampung
Berfungsi untuk menampung air yang akan dialirkan menuju turbin maupun
keluar turbin.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

2. Pompa Sentrifugal
Berfungsi untuk memindahkan atau mengalirkan air dari bak penampung menuju
turbin dan member tekanan pada air.
3. Katup
Berfungsi untuk mengatur head drop.
4. Orifice
Digunakan untuk mengetahui atau mengukur debit air yang mengalir melewati
orifice berdasarkan perbedaan tekanan fluida sebelum dan sesudah melewati orifice.
5. Manometer
Berfungsi untuk mengukur beda tekanan fluida pada orifice.
6. Turbin Air Francis
Digunakan untuk mengubah energi fluida kerja menjadi energi mekanik.
7. Dinamometer
Berfungsi untuk mengukur gaya pengereman.
8. Pressure Gauge Inlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida masuk turbin.
9. Pressure Gauge Outlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida keluar turbin.
10. Tachometer
Berfungsi untuk menghitung putaran turbin.
12. V-Notch
Berfungsi untuk mengukur debit aliran air.

3.4 Langkah Percobaan


1. Pastikan semua instrumen pengukuran menunjukkan posisi 0 (nol), dan katup
discharge dalam keadaan tertutup penuh.
2. Atur bukaan guide vane sesuai dengan yang dikehendaki.
3. Hidupkan motor listrik penggerak pompa kemudian buka katup discharge secara
perlahan sampai pada head drop yang dikehendaki.
4. Pada head drop yang dikehendaki, catat besarnya putaran poros sebagai putaran
maksimumnya, kemudian catat data dari semua instrumen pengukuran sebagai data
pertama.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

5. Kurangi putaran poros sebesar 10% dari putaran maksimumnya dengan cara
menambah beban pengereman. Ambil data-data yang diperlukan antara lain:
- Beda ketinggian kolom Hg pada Orificemeter
- Gaya pengereman (F)
6. Ulangi langkah no.5 sampai poros berhenti.
7. Setelah semua pengambilan data selesai dilakukan, atur kembali beban pengereman
seperti kondisi awal (beban pengereman = 0).
8. Tutup katup discharge dan matikan motor listrik penggerak pompa.
9. Percobaan selesai.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


(Terlampir)

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan diambil dari percobaan pertama dengan variasi guide vane
sebesar 10 dan head drop sebesar 17.
1. Head drop turbin (H)
H = H2 – H1 [m]
Pada perhitungan ini head drop sudah ditentukan yaitu sebesar 18.
2. Debit yang melalui orifice plate (Q) debit aliran air untuk turbin
Q = 3,521 . p [m3/jam]

Dimana:
p = tinggi kolom air raksa dalam satuan mmHg
Q = 3,521 . √104
Q = 35,907295414 m3/jam
3. Torsi (T)
T = F.L
Dimana:
F = gaya pengereman [N]
L = panjang lengan gaya [m]
T = 25. 0,248
T = 6,2 N.m
4. Brake Horse Power (BHP)

BHP = 2 .n.T [Watt]


60
Dimana:
n = kecepatan putar turbin [rpm]

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

2.3,14.2050.6,20
BHP = 60

BHP = 1330,313 Watt


5. Water Horse Power (WHP)

WHP =  .Q.H [Watt]


3600
Dimana:
 = water.g
g = percepatan gravitasi [m/s2]
1000.9,81.35,9073.18
WHP =
3600

WHP = 1661,71 Watt


6. Efisiensi

 = BHP  100%
WHP
1330,313
= x 100%
1661,71

 = 80,0569 %

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2 Grafik dan Pembahasan


4.2.2.1 Hubungan Putaran dan Daya (BHP)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (BHP)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada Gambar 4.1 menggambarkan grafik hubungan putaran dan BHP, dimana
putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X dengan satuan rpm dan BHP ditunjukkan
dengan sumbu Y dengan satuan Watt. Hal ini sesuai dengan rumus:

BHP = 2 .n.T …………………………………………………………......(4-1)


60
T = F x L………………………………………………………………..(4-2)
Dimana :
n : Kecepatan putar turbin (rpm)
T : Torsi (Nm)
F : Gaya pengereman (N)
L : Panjang lengan gaya (m) = 0,248 m
Pada grafik terlihat bahwa BHP cenderung turun. Hal ini sesuai dengan teori
diatas, dimana semakin turun putaran maka BHP akan semakin rendah. Akan tetapi
pada grafik diatas nilai BHP mengalami kenaikan terlebih dahulu disaat terjadi
penurunan putaran. Perubahan kecepatan putar turbin (n) dengan perubahan Torsinya
yang tidak sebanding pada keadaan putar awal tersebut. Hal ini disebabkan terdapat
kelembaman pada poros sehingga membutuhkan gaya yang besar untuk pengereman.
Dimana pada awal pengereman poros turbin berusaha untuk mempertahankan kondisi
awalnya.
Pada grafik di atas mula-mula BHP mengalami peningkatan sekilas lalu grafik
mengalami penurunan dikarenakan penurunan rpm lebih besar dibandingkan dengan
kenaikan torsi. Setelah melewati titik maksimal yang terjadi pada daya 1362 Watt dan
putaran 2050 rpm, kemudian dapat dilihat grafik cendrung menurun seiring dengan
penurunan putaran.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.2 Hubungan Putaran dan Daya (WHP)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (WHP)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.2 menggambarkan grafik hubungan putaran dan WHP, dimana
putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X dengan satuan rpm dan WHP
ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt. Secara sistematis WHP dirumuskan
sebagai berikut:

WHP =  .Q.H ………………………………………………………….....(4-3)


3600

Q = 3,521 x √∆𝑝……………………………………………………….(4-4)
Dimana :
𝛾 : 𝜌𝑎𝑖𝑟 . g (kg/m2s2)
Q : Debit air (m3/s)
H : Head Drop (m)
∆𝑝 : Perbedaan tekanan pada manometer orifice (mmHg)
Dari rumusan diatas, debit berbanding lurus dengan WHP yang dipengaruhi oleh
perbedaan ketinggian pada manometer (∆𝑝). Sehingga semakin tinggi nilai Q maka
nilai WHP semakin tinggi. Karena dari rumus dapat diketahui bahwa nilai WHP
berbanding lurus dengan berat jenis fluida, head drop, dan debit air.
Setiap penambahan beban pengereman Head Drop akan turun, maka untuk
mempertahankan Head Drop yang diinginkan maka debit air harus dinaikkan dengan
cara memperbesar bukaan katup. Nilai debit (Q) berbanding lurus dengan nilai WHP.
Sehingga ketika nilai debit (Q) kecil maka nilai WHP pun juga kecil, begitu juga
sebaliknya.
Pada grafik dapat dilihat bahwa kurva grafik cenderung meningkat yang disertai
dengan turunnya putaran poros dan naiknya debit air. Hal ini terjadi karena semakin
menurunnya putaran poros maka membutuhkan debit yang lebih besar untuk
mempertahankan head drop. Agar head hrop tetap stabil dan sesuai data yang
dibutuhkan, maka debit yang masuk ke turbin harus dinaikan dengan membuka katup
discharge. Kenaikan terjadi hingga pada titik maksimal pada saat putaran 205 rpm
yang memiliki nilai (WHP) sebesar 1921,08 Watt dan yang terendah pada putaran
2050 rpm yang memiliki nilai (WHP) sebesar 11661,71 Watt. Hal ini terjadi karena
dibutuhkan energi air yang lebih besar untuk menghasilkan putaran yang lebih tinggi.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.3 Hubungan Putaran dan Efisiensi

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Putaran dan Efisiensi

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.3 menggambarkan hubungan putaran dan efisiensi dimana putaran
sendiri ditunjukkan dengan sumbu X dengan satuan rpm dan efisiensi ditunjukkan
dengan sumbu Y dengan satuan (%).
Berdasarkan teori dan rumus, efisiensi dipengaruhi oleh nilai BHP dan WHP atau
dipengaruhi oleh besarnya selisih antara BHP dan WHP. Semakin besar nilai BHP
maka efisiensi semakin besar dan semakin besar nilai WHP maka efisiensi nya akan
semakin kecil. Semakin besar nilai BHP dan semakin kecil nilai WHP, maka
efisiensinya meningkat. Hal ini sesuai dengan rumus:

 = BHP  100% ………………………………………………………….(4-5)


WHP
Dengan:

BHP = 2 .n.T …………………………………………………….…...…..(4-6)


60

WHP =  .Q.H ……………...……………………………………….….....(4-7)


3600
Maka:
120. .n.T
=  100 % …………………………………………………..…(4-8)
 .Q.H
Pada rumus tersebut Pada grafik dapat dilihat bahwa kurva grafik mengalami
kenaikan nilai efisiensi karena BHP yang meningkat. Efisiensi tertinggi terjadi pada
putaran 2050 rpm dengan efisiensi sebesar 80,05% dan terendah terjadi pada putaran
205 rpm dengan efisiensi sebesar 11,07%. Setelah melewati nilai maksimum, nilai
efisiensi menurun dikarenakan nilai WHP yang lebih besar dari pada nilai BHP. Dari
grafik di atas terjadi penurunan efisiensi dikarenakan oleh kecenderungan kenaikan
WHP yang jauh lebih besar daripada BHP sehingga efisiensinya menjadi turun.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.4 Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Bukaan GV Berbeda

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Bukaan Guide Vane Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.4 menggambarkan grafik hubungan putaran terhadap BHP dengan
variasi bukaan GV, dimana putaran sendiri ditunjukkan oleh sumbu X dengan satuan
rpm dan BHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Brake Horse Power (BHP)
pada variasi guide vane yang berbeda (guide vane merupakan sudu tetap) dapat dilihat
bahwa polynomial grafik tiap kenaikan variasi guide vane mengalami kenaikan. Pada
grafik terlihat bahwa nilai guide vane (GV) memberikan pengaruh terhadap nilai Brake
Horse Power (BHP). Semakin besar bukaan guide vane (GV) akan mengakibatkan
aliran yang memasuki runner semakin banyak. Hal ini menyebabkan putaran poros (n)
semakin besar. Semakin kecil putaran poros (n) akan menyebabkan nilai BHP semakin
kecil pula. Karena putaran poros tinggi, torsi pun juga tinggi maka gaya pengereman
juga harus tinggi. Hal ini sesuai dengan rumus:

BHP = 2 .n.T ……………………………..……………………………....(4-9)


60
T = F x L…………………..…………………………………………....(4-10)
Dari rumus diatas, semakin besar putaran poros turbin maka nilai BHP akan
meningkat. Begitu juga sebaliknya, BHP menurun seiring turunnya putaran. Secara
teoritis semakin besar bukaan GV maka nilai BHP akan semakin besar. Urutan nilai
BHP dari yang terbesar ke terkecil pada bukaan guide vane berbeda adalah 8,9, dan
10. Pada grafik diatas terlihat BHP tertinggi adalah GV 10 dan yang terendah adalah
GV 8. Hal ini disebabkan karena pada GV 10 memiliki luas area yang terlewati air
yang terbesar, sehingga semakin besar bukaan guide vane akan mengakibatkan aliran
yang memasuki runner memiliki tekanan yang besar sehingga putaran poros semakin
besar, dan daya BHP yang diperlukan untuk pengereman akan semakin besar pula.
Untuk menjaga Head Drop tetap, maka pada bukaan guide vane besar bukaan
katup yang mengatur debit air semakin besar. Debit air yang besar menyebabkan
putaran poros semakin besar sehingga membutuhkan daya pengereman yang lebih
tinggi.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.5 Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Bukaan GV Berbeda

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Bukaan Guide Vane Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.5 menggambarkan grafik hubungan putaran dan WHP pada
bukaan GV berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan oleh sumbu X dengan satuan
rpm dan WHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Water Horse Power (WHP)
pada variasi guide vane yang berbeda (guide vane merupakan sudu tetap) dapat dilihat
bahwa polynomial grafik tiap kenaikan variasi guide vane mengalami kenaikan pada
titik tertentu. Pada grafik terlihat bahwa nilai guide vane (GV) memberikan pengaruh
terhadap nilai Water Horse Power (WHP). Berbanding lurus dengan besar nilai WHP.
Semakin besar bukaan (GV) akan mengakibatkan jumlah air yang masuk besar,
sehingga debit air yang memasuki runner (Q) semakin besar. Hal ini mengakibatkan
pula nilai WHP semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
rumus :

WHP =  .Q.H …………………………..……………………………….(4-11)


3600

Q = 3,521 x √∆𝑝……………..………………………………………..(4-12)
Dari rumus diatas, semakin besar debit maka nilai WHP akan meningkat, begitu
juga sebaliknya. Secara teoritis semakin besar bukaan GV maka nilai WHP akan
semakin besar. Dalam grafik terlihat bahwa apabila diurutkan dari tingkat
kecenderungan yang lebih rendah hingga ke yang paling tinggi yaitu pada guide vane
yang berbeda adalah 8,9,10. Pada grafik diatas terlihat WHP tertinggi adalah pada
guide vane 10 dan yang terendah adalah 8. Hal ini disebabkan karena pada guide vane
10, pada debit yang sama semakin besar bukaan guide vane maka luas penampang
akan semakin besar sehingga debit air (Q) yang masuk semakin besar dengan tekanan
yang besar juga, dengan tekanan yang semakin besar menghasilkan putaran poros yang
besar, dan daya WHP akan semakin besar pula.
Untuk menjaga Head Drop tetap, maka pada bukaan guide vane besar bukaan
katup yang mengatur debit semakin besar, sehingga energi air yang dihasilkan semakin
besar.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.6 Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Bukaan GV Berbeda

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Bukaan Guide Vane Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.6 menggambarkan grafik hubungan putaran dan efisiensi pada
bukaan GV berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan oleh sumbu X dengan satuan
rpm dan efisiensi ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan persen (%).
Berdasarkan teori dari rumus efisiensi, nilai efisiensi tergantung pada besarnya
BHP dan WHP. Semakin besar nilai BHP dan semakin kecil nilai WHP maka efisiensi
semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus :
𝐵𝐻𝑃
𝜂 = 𝑊𝐻𝑃 100 (%)………………………………...……………………….(4-13)

Pada head drop dan kecepatan putar turbin yang sama, semakin besar bukaan
guide vane, massa air yang menumbuk runner semakin besar, sehingga debit (Q)
alirannya semakin besar. Urutan efisiensi terbesar ke terkecil dari variasi bukaan guide
vane adalah 9, 10, 8. Nilai efisiensi terbesar pada GV 9 dan yang terendah pada GV 8.
Nilai tersebut terjadi akibat nilai BHP dan WHP hampir sebanding, karena nilai
efisiensi dipengaruhi nilai BHP dan WHP.
Efisiensi pada putaran yang sama untuk variasi bukaan guide vane akan
menghasilkan nilai yang cenderung sama. Nilai BHP dan WHP meningkat seiring
bertambahnya putaran poros. Namun, nilai kenaikan BHP lebih besar daripada nilai
kenaikan WHP sehingga efisiensi akan meningkat seiring meningkatnya putaran
poros.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.7 Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Head drop Berbeda

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Head Drop Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.7 menggambarkan grafik hubungan putaran terhadap BHP dengan
variasi Head Drop berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X
dengan satuan rpm dan BHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Brake Horse Power (BHP)
pada variasi head drop yang berbeda, dapat dilihat bahwa polynomial grafik hubungan
antara putaran turbin dengan Brake Horse Power tiap kenaikan variasi guide vane
mengalami kenaikan. Pada grafik terlihat bahwa nilai head drop (H) memberikan
pengaruh terhadap nilai Brake Horse Power (BHP). Semakin besar nilai head drop
(H) akan mengakibatkan energi fluida yang menubruk runner juga besar. Menjadikan
putaran turbin menjadi besar, sehingga gaya pengereman yang dibutuhkan (f) menjadi
besar juga. Secara matematis, sesuai dengan persamaan :

BHP = 2 .n.T ……………..……………………………………………..(4-14)


60
T = F x L…………………..…………………………………………..(4-15)
Berdasarkan rumus diatas terlihat bahwa BHP berbanding lurus dengan kecepatan
putar turbin (n). Sehingga BHP menurun seiring turunnya putaran, begitu juga
sebaliknya. Urutan kecenderungan grafik pada variasi head drop dari yang tertinggi
adalah 18, 19 dan 17. Nilai HD 18 diatas 19 karena pada HD 19 dibutuhkan debit aliran
yang lebih besar dari HD 18. Debit yang terlalu besar ini menyebabkan kecepatan
aliran menjadi besar sehingga menyebabkan terjadinya losses dalam bentuk perubahan
jenis aliran menjadi turbulen sehingga daya pada HD 19 lebih kecil dari daya HD 18.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.8 Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Head drop Berbeda

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Head Drop Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.8 menggambarkan hubungan grafik putaran terhadap WHP dengan
variasi Head Drop berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X
dengan satuan rpm dan WHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Water Horse Power (WHP)
pada variasi head drop yang berbeda dengan bukaan guide vane sama, dapat dilihat
bahwa polynomial grafik mengalami kenaikan hingga titik tertentu. Pada grafik
terlihat bahwa nilai head drop (H) memberikan pengaruh terhadap nilai Water Horse
Power (WHP), berbanding lurus dengan nilai WHP. Hal ini dapat dibuktikan dengan
rumus:

WHP =  .Q.H ………………………………………………………..….(4-16)


3600

Q = 3,521 x √∆𝑝……………………………………………………....(4-17)
Berdasarkan rumus diatas terlihat bahwa WHP berbanding lurus dengan nilai
head drop (H) dan debit air (Q). Semakin besar nilai head drop dan debit aliran air (Q)
maka semakin besar nilai WHP nya. Urutan kecenderungan grafik pada variasi head
drop dari yang terendah adalah 17, 18, 19. Kecenderungan grafik tertinggi adalah
grafik dengan nilai H 19, kemudian grafik paling rendah dengan nilai H 17. Hal ini
disebabkan untuk mendapatkan head drop yang semakin besar membutuhkan debit
aliran yang semakin besar pula yang diatur pada bukaan katup, seiring bertambahnya
nilai dari debit aliran maka daya WHP pada head drop yang besar akan naik pula,
dengan bukaan guide vane yang sama tekanan yang menubruk runner pun semakin
besar yang menyebabkan putaran poros semakin cepat.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

4.2.2.9 Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Head drop Berbeda

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Head Drop Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

Pada gambar 4.9 menggambarkan grafik hubungan putaran terhadap efisiensi


dengan variasi Head Drop berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu
X dengan satuan rpm dan efisiensi ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan persen
(%)
Berdasarkan teori dan rumus dalam efisiensi, nilai efisiensi tergantung pada
besarnya BHP dan WHP. Semakin besar nilai BHP dan semakin kecil nilai WHP maka
efisiensi semakin besar, sesuai dengan persamaan .:

 = BHP  100% …………..………………………………………..........(4-18)


WHP
Pada guide vane dan kecepatan putar turbin yang sama, semakin besar head drop
maka energi fluida yang menabrak runner semakin besar, lalu debit (Q) yang
dibutuhkan untuk mempertahankan head drop semakin besar. Saat debit (Q) yang
mengalir semakin besar menyebabkan nilai WHP-nya semakin besar. Urutan efisiensi
terbesar ke terkecil dari variasi head drop adalah 18, 19, 17. Nilai efisiensi terbesar
pada HD 18 dan nilai efisiensi terkecil pada HD 17. Nilai tersebut terjadi akibat nilai
BHP dan WHP hampir sebanding, karena nilai efisiensi dipengaruhi nilai BHP dan
WHP.
Efisiensi pada putaran yang sama akan menghasilkan nilai yang cenderung sama,
efisiensi akan meningkat jika peningkatan nilai BHP yang besar tidak diimbangi
dengan peningkatan nilai WHP yang besar juga, atau nilai WHP yang kecil dengan
nilai BHP yang besar.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya kecepatan putaran (rpm) yang semakin tinggi menyebabkan Brake
Horse Power (BHP) semakin meningkat.
2. Putaran (rpm) yang semakin tinggi menyebabkan Water Horse Power (WHP)
cenderung turun dikarenakan perbedaan tekanan tidak sama hingga titik tertentu
kemudian mengalami penurunan.
3. Semakin tinggi putaran (rpm), efisiensi turbin semakin tinggi hingga titik
maksimum kemudian mengalami penurunan, penurunan terjadi karena nilai BHP
yang menurun namun tidak diikuti penurunan nilai WHP yang signifikan.
4. Bukaan GV (Guide Vane) yang semakin besar mengakibatkan BHP semakin
tinggi, namun setelah melewati titik maksimum maka akan mengalami penurunan.
5. Bukaan GV yang semakin besar mengakibatkan WHP mengalami kenaikan,
namun setelah melewati titik maksimum maka akan mengalami penurunan.
6. Bukaan GV yang semakin besar mengakibatkan efisiensi yang semakin tinggi dan
WHP juga akan menurun oleh karena itu efisiensi turbin juga akan meningkat.
7. Head Drop yang berbeda mempengaruhi nilai BHP yang semakin menurun
dkarenakan daya pengereman yang dibutuhkan untuk mengurangi putaran turbin
lebih tinggi sehingga torsi yang dihasilkan tinggi dan BHP juga turun.
8. Head Drop yang berbeda mempengaruhi nilai WHP yang semakin meningkat
dikarenakan daya pengereman yang dibutuhkan untuk mengurangi putaran turbin
lebih tinggi sehingga debit yang dipakai untuk menggerakkan runner turbin tinggi
dan sehingga WHP juga turun.
9. Head Drop yang berbeda mempengaruhi nilai efisiensi yang semakin meningkat
dikarenakan nilai BHP lebih kecil daripada nilai WHP sehingga efisiensi turun.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS 2018/2019

5.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium melakukan pengecekan terhadap alat-alat yang akan
digunakan untuk praktikum baik pengecekan kepresisian dan keakurasian alat
ukur maupun alat utama seperti turbin dan lainnya agar dapat digunakan secara
maksimal saat kegiatan praktikum berlangsung.
2. Sebaiknya asisten membuka kegiatan asistensi dengan berdoa sesuai kepercayaan
masing-masing.
3. Sebaiknya praktikan mempelajari materi sebelum melakukan praktikum dan
asistensi agar mendapatkan hasil yang maksimal dan menjalankan prosedur secara
tepat.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai