BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi fluida persatuan berat/head terdiri dari head elevasi, head tekanan dan
head kinetik.Pada titik TPA hanya terdapat head elevasi, sedangkan head tekanan dan
head kinetiknya sama dengan nol. Pada titik 1 dan 2 head elevasi lebih rendah
dibanding pada titik TPA, karena sebagian head elevasi dikonversi menjadi head
tekanan dan kecepatan (head kinetik).Ketika melewati turbin, sebagian energi fluida
dirubah menjadi kerja pada poros turbin, sehingga total energy pada TPB lebih kecil
dari pada head fluida pada titik TPA.
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi, (Gambar 2.3) adalah turbin yang cara kerjanya merubah energi
potensial (head elevasi) yang dimiliki air menjadi energi mekanik yang memutar
poros turbin. Energi potensial berubah menjadi energi tekanan saat akan memasuki
sudu pengarah/guide vane/nozzle. Pada turbin reaksi perubahan energi tekanan
menjadi energi kinetik terjadi pada sudu pengarah (nozzle) dan sudu gerak (runner).
Energi kinetik menggerakkan sudu gerak dan memutar poros turbin sehingga
menjadi energi mekanik pada poros turbin.
parameter aliran air yang masuk. (Head: 45 – 400 m dan Kapasitas: 10 – 700
m^3/s)
Bagian terpenting dari turbin air Francis adalah sudu geraknya (runner).
Runner dilengkapi dengan kumpulan bilah pisau yang bentuknya kompleks.
Dalam sudu gerak (runner), air masuk dengan arah radial lalu keluar dengan arah
aksial. Ketika air mengalir melewati blade runner, energi kinetik dan energy
tekan akan turun karena dikonversikan menjadi energi mekanik. Runner
terhubung dengan generator melalui poros untuk menghasilkan energi listrik.
Pada turbin Kaplan aliran air masuk ke dalam ruang berbentuk spiral. Luasan
area dari ruang spiral yang berkurang menghasilkan aliran air yang masuk ke
sudu pengarah (guide vane) memiliki kecepatan yang sama. Aliran air yang
melintasi sudu pengarah lalu melewati sudu gerak (runner). Lalu aliran air keluar
melalui draft tube.
Kebutuhan daya (listrik) dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Mengontrol kapasitas alir air yang masuk merupakan cara yang paling efisien
untuk memenuhi kebutuhan listrik. Ketika kebutuhan listrik listrik sedang tinggi
maka sudu pengarah (guide vane) akan terbuka lebar sebaliknya jika kebutuhan
listrik rendah maka sudu pengarah akan tertutup.
Gambar 2.6 Grafik hubungan P-v pada turbin impuls dan reaksi
Sumber: Arismunandar(1998)
Pada turbin impuls, (Gambar 2.6) perubahan energi tekanan menjadi energi
kinetik hampir seluruhnya terjadi pada sudu pengarah (guide vane), sedangkan pada
sudu gerak tekanan dan kecepatan relatif fluida tidak berubah. Pada sudu gerak
kecepatan absolut fluida berkurang karena digunakan untuk memutar poros turbin
(berubah menjadi energi mekanik). Sedangkan pada turbin reaksi perubahan energi
tekanan menjadi energi kinetik terjadi pada sudu pengarah dan sudu gerak. Pada
turbin impuls ketika air melewati sudu pengarah (nozzle) kecepatan akan meningkat
serta tekanannya akan turun. Ketika air melewati sudu gerak (runner) tekanan dan
kecepatan relatifnya tidak berubah. Sebaliknya pada turbin reaksi, ketika air
melewati sudu pengarah (nozzle) tekanannya akan turun dan kecepatannya akan
meningkat demikian juga ketika air melewati sudu gerak (runner) tekanannya juga
turun dan kecepatan relatif fluida meningkat, bagaimanapun juga kecepatan absolut
fluida menurun karena ada perubahan dari energi kinetik menjadi energi mekanik
pada poros turbin.
Turbin ini mempunyai 3 bagian utama yaitu runner, guide vane (sudu pengarah), dan
rumah turbin (casing).
a. Runner
Merupakan bagian turbin Francis yang dapat berputar, terdiri dari poros dan
sudu gerak turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik menjadi energi
mekanik. Gambar 2.7 menunjukkan Runner
b. Casing
Merupakan saluran yang menyerupai rumah siput dengan bentuk
penampang melintang lingkaran. Berfungsi untuk menampung fluida sebelum
melewati guide vane dan runner. Gambar 2.8 menunjukkan Casing
c. Guide vane
Berfungsi sebagai pengarah aliran air dari katup pengatur kapasitas dari
casing ke runner dan berfungsi menaikkan kecepatan aliran air sebelum menuju
runner. Gambar 2.9 menunjukkan Guide Vane
d. Pipa Inlet
Merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan air yang akan masuk ke
casing. Gambar 2.9 menunjukkan Pipa Inlet
e. Draft Tube
Merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan air dari turbin ke
saluran pembuangan dengan menggunakan tinggi jatuh air. Pengaplikasian draft
tube juga dapat mengurangi dampak kavitasi yaitu mengubah head kecepatan
menjadi head statis. Gambar 2.11 Menunjukkan Draft Tube
Keterangan:
P = Tekanan (N/m2)
h = ketinggian (m)
Pada turbin reaksi, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu dengan
sudut α2, dengan kecepatan absolut V2. Pada ujung guide vane besar kecepatan
tangensial adalah u2, dengan u2 = r2ω.Air masuk ke sudu gerak dengan kecepatan
relatif w2 dengan sudut sebesar β2. Profil sudu tersebut menyebabkan perubahan arah
dan besar kecepatan air selama mengalir pada sudu, dan pada sisi outlet besar
kecepatan relatif air adalah w1, dan kecepatan tangensial fluida adalah u1 = r1ω.
Kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi inlet u2 > u1 akibat r2 >
r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan nilai kecepatan
absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya energi kinetik dari
air diubah menjadi energi mekanik pada saat air melewati sudu gerak (runner).
2.3.4 V-Notch
Weir (Notch), (Gambar 2.14) adalah alat pembendung air dengan bentuk tertentu
yang digunakan untuk mengukur debit air saluran. Bentuk yang banyak dipergunakan
adalah bentuk segitiga, persegi panjang, segiempat dan trapesium. Prinsip kerja dari
alat ini adalah mengubah bentuk aliran air tidak teratur menjadi bentuk yang
dikehendaki dengan cara membendung airan air dan dialirkan/diterjunkan melalui
bentuk yang dikehendaki.
Weir segitiga (V-Notch) mempunyai jangkauan kapasitas yang lebih besar dan
praktis dibandingkan dengan bentuk weir lainnya. Alat ini terdiri atas takik segitiga
yang dipotong dala kanal, puncaknya terletak dibagian dasar. Debit Weir V-Notch
dapat dihitung denagn rumus:
8 𝜃
Videal = 15 tan ( 2) √2𝑔𝐻 ............................................................................. (2-8)
m3
Q : Debit Air ( )
jam
P : Perbedaan tekanan pada manometer orifice (mmHg)
3. Torsi (T)
T = F.L...................................................................................................... (2-11)
Keterangan:
T = Torsi (Nm)
F = Gaya pengereman (N)
L = Panjang lengan gaya (m) = 0.248 m
4. Brake Horse Power (BHP)
2𝜋.𝑛.𝑇
𝐵𝐻𝑃 = ............................................................................................ (2-12)
60
Keterangan:
BHP = Daya (Watt)
n = Kecepatan putar turbin (rpm)
5. Water Horse Power (WHP)
𝛾.𝑄.𝐻
𝑊𝐻𝑃 = (𝑊𝑎𝑡𝑡) ............................................................................... (2-13)
3600
Keterangan:
BHP = Watt
= water g
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
6. Efisiensi ()
BHP
= WHP x100% ....................................................................................... (2-14)
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
Inc.Cluse :F
b. Pipa penyalur air yang menghubungkan pompa dan turbin lengkap dengan orifice
plat beserta pengukur tekanannya dan stop valve.
c. Brake torque force spring balanceatau neraca pegas.
d. Bak penampung air dan v-notch dan pengukur tinggi permukaan
e. Pipa penyalur air yang menghubungkan bak penampung dengan pompa
f. Hand digital tachometer,digunakan untuk mengukur putaran poros turbin.
10
11
12
11.Stroboscope
12.V-Notch
Keterangan gambar :
1. Bak Penampung
Berfungsi untuk menampung air yang akan dialirkan menuju turbin maupun
keluar turbin.
2. Pompa Sentrifugal
Berfungsi untuk memindahkan atau mengalirkan air dari bak penampung menuju
turbin dan member tekanan pada air.
3. Katup
Berfungsi untuk mengatur head drop.
4. Orifice
Digunakan untuk mengetahui atau mengukur debit air yang mengalir melewati
orifice berdasarkan perbedaan tekanan fluida sebelum dan sesudah melewati orifice.
5. Manometer
Berfungsi untuk mengukur beda tekanan fluida pada orifice.
6. Turbin Air Francis
Digunakan untuk mengubah energi fluida kerja menjadi energi mekanik.
7. Dinamometer
Berfungsi untuk mengukur gaya pengereman.
8. Pressure Gauge Inlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida masuk turbin.
9. Pressure Gauge Outlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida keluar turbin.
10. Tachometer
Berfungsi untuk menghitung putaran turbin.
12. V-Notch
Berfungsi untuk mengukur debit aliran air.
5. Kurangi putaran poros sebesar 10% dari putaran maksimumnya dengan cara
menambah beban pengereman. Ambil data-data yang diperlukan antara lain:
- Beda ketinggian kolom Hg pada Orificemeter
- Gaya pengereman (F)
6. Ulangi langkah no.5 sampai poros berhenti.
7. Setelah semua pengambilan data selesai dilakukan, atur kembali beban pengereman
seperti kondisi awal (beban pengereman = 0).
8. Tutup katup discharge dan matikan motor listrik penggerak pompa.
9. Percobaan selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimana:
p = tinggi kolom air raksa dalam satuan mmHg
Q = 3,521 . √104
Q = 35,907295414 m3/jam
3. Torsi (T)
T = F.L
Dimana:
F = gaya pengereman [N]
L = panjang lengan gaya [m]
T = 25. 0,248
T = 6,2 N.m
4. Brake Horse Power (BHP)
2.3,14.2050.6,20
BHP = 60
= BHP 100%
WHP
1330,313
= x 100%
1661,71
= 80,0569 %
Pada Gambar 4.1 menggambarkan grafik hubungan putaran dan BHP, dimana
putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X dengan satuan rpm dan BHP ditunjukkan
dengan sumbu Y dengan satuan Watt. Hal ini sesuai dengan rumus:
Pada gambar 4.2 menggambarkan grafik hubungan putaran dan WHP, dimana
putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X dengan satuan rpm dan WHP
ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt. Secara sistematis WHP dirumuskan
sebagai berikut:
Q = 3,521 x √∆𝑝……………………………………………………….(4-4)
Dimana :
𝛾 : 𝜌𝑎𝑖𝑟 . g (kg/m2s2)
Q : Debit air (m3/s)
H : Head Drop (m)
∆𝑝 : Perbedaan tekanan pada manometer orifice (mmHg)
Dari rumusan diatas, debit berbanding lurus dengan WHP yang dipengaruhi oleh
perbedaan ketinggian pada manometer (∆𝑝). Sehingga semakin tinggi nilai Q maka
nilai WHP semakin tinggi. Karena dari rumus dapat diketahui bahwa nilai WHP
berbanding lurus dengan berat jenis fluida, head drop, dan debit air.
Setiap penambahan beban pengereman Head Drop akan turun, maka untuk
mempertahankan Head Drop yang diinginkan maka debit air harus dinaikkan dengan
cara memperbesar bukaan katup. Nilai debit (Q) berbanding lurus dengan nilai WHP.
Sehingga ketika nilai debit (Q) kecil maka nilai WHP pun juga kecil, begitu juga
sebaliknya.
Pada grafik dapat dilihat bahwa kurva grafik cenderung meningkat yang disertai
dengan turunnya putaran poros dan naiknya debit air. Hal ini terjadi karena semakin
menurunnya putaran poros maka membutuhkan debit yang lebih besar untuk
mempertahankan head drop. Agar head hrop tetap stabil dan sesuai data yang
dibutuhkan, maka debit yang masuk ke turbin harus dinaikan dengan membuka katup
discharge. Kenaikan terjadi hingga pada titik maksimal pada saat putaran 205 rpm
yang memiliki nilai (WHP) sebesar 1921,08 Watt dan yang terendah pada putaran
2050 rpm yang memiliki nilai (WHP) sebesar 11661,71 Watt. Hal ini terjadi karena
dibutuhkan energi air yang lebih besar untuk menghasilkan putaran yang lebih tinggi.
Pada gambar 4.3 menggambarkan hubungan putaran dan efisiensi dimana putaran
sendiri ditunjukkan dengan sumbu X dengan satuan rpm dan efisiensi ditunjukkan
dengan sumbu Y dengan satuan (%).
Berdasarkan teori dan rumus, efisiensi dipengaruhi oleh nilai BHP dan WHP atau
dipengaruhi oleh besarnya selisih antara BHP dan WHP. Semakin besar nilai BHP
maka efisiensi semakin besar dan semakin besar nilai WHP maka efisiensi nya akan
semakin kecil. Semakin besar nilai BHP dan semakin kecil nilai WHP, maka
efisiensinya meningkat. Hal ini sesuai dengan rumus:
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Bukaan Guide Vane Berbeda
Pada gambar 4.4 menggambarkan grafik hubungan putaran terhadap BHP dengan
variasi bukaan GV, dimana putaran sendiri ditunjukkan oleh sumbu X dengan satuan
rpm dan BHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Brake Horse Power (BHP)
pada variasi guide vane yang berbeda (guide vane merupakan sudu tetap) dapat dilihat
bahwa polynomial grafik tiap kenaikan variasi guide vane mengalami kenaikan. Pada
grafik terlihat bahwa nilai guide vane (GV) memberikan pengaruh terhadap nilai Brake
Horse Power (BHP). Semakin besar bukaan guide vane (GV) akan mengakibatkan
aliran yang memasuki runner semakin banyak. Hal ini menyebabkan putaran poros (n)
semakin besar. Semakin kecil putaran poros (n) akan menyebabkan nilai BHP semakin
kecil pula. Karena putaran poros tinggi, torsi pun juga tinggi maka gaya pengereman
juga harus tinggi. Hal ini sesuai dengan rumus:
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Bukaan Guide Vane Berbeda
Pada gambar 4.5 menggambarkan grafik hubungan putaran dan WHP pada
bukaan GV berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan oleh sumbu X dengan satuan
rpm dan WHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Water Horse Power (WHP)
pada variasi guide vane yang berbeda (guide vane merupakan sudu tetap) dapat dilihat
bahwa polynomial grafik tiap kenaikan variasi guide vane mengalami kenaikan pada
titik tertentu. Pada grafik terlihat bahwa nilai guide vane (GV) memberikan pengaruh
terhadap nilai Water Horse Power (WHP). Berbanding lurus dengan besar nilai WHP.
Semakin besar bukaan (GV) akan mengakibatkan jumlah air yang masuk besar,
sehingga debit air yang memasuki runner (Q) semakin besar. Hal ini mengakibatkan
pula nilai WHP semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
rumus :
Q = 3,521 x √∆𝑝……………..………………………………………..(4-12)
Dari rumus diatas, semakin besar debit maka nilai WHP akan meningkat, begitu
juga sebaliknya. Secara teoritis semakin besar bukaan GV maka nilai WHP akan
semakin besar. Dalam grafik terlihat bahwa apabila diurutkan dari tingkat
kecenderungan yang lebih rendah hingga ke yang paling tinggi yaitu pada guide vane
yang berbeda adalah 8,9,10. Pada grafik diatas terlihat WHP tertinggi adalah pada
guide vane 10 dan yang terendah adalah 8. Hal ini disebabkan karena pada guide vane
10, pada debit yang sama semakin besar bukaan guide vane maka luas penampang
akan semakin besar sehingga debit air (Q) yang masuk semakin besar dengan tekanan
yang besar juga, dengan tekanan yang semakin besar menghasilkan putaran poros yang
besar, dan daya WHP akan semakin besar pula.
Untuk menjaga Head Drop tetap, maka pada bukaan guide vane besar bukaan
katup yang mengatur debit semakin besar, sehingga energi air yang dihasilkan semakin
besar.
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Bukaan Guide Vane Berbeda
Pada gambar 4.6 menggambarkan grafik hubungan putaran dan efisiensi pada
bukaan GV berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan oleh sumbu X dengan satuan
rpm dan efisiensi ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan persen (%).
Berdasarkan teori dari rumus efisiensi, nilai efisiensi tergantung pada besarnya
BHP dan WHP. Semakin besar nilai BHP dan semakin kecil nilai WHP maka efisiensi
semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus :
𝐵𝐻𝑃
𝜂 = 𝑊𝐻𝑃 100 (%)………………………………...……………………….(4-13)
Pada head drop dan kecepatan putar turbin yang sama, semakin besar bukaan
guide vane, massa air yang menumbuk runner semakin besar, sehingga debit (Q)
alirannya semakin besar. Urutan efisiensi terbesar ke terkecil dari variasi bukaan guide
vane adalah 9, 10, 8. Nilai efisiensi terbesar pada GV 9 dan yang terendah pada GV 8.
Nilai tersebut terjadi akibat nilai BHP dan WHP hampir sebanding, karena nilai
efisiensi dipengaruhi nilai BHP dan WHP.
Efisiensi pada putaran yang sama untuk variasi bukaan guide vane akan
menghasilkan nilai yang cenderung sama. Nilai BHP dan WHP meningkat seiring
bertambahnya putaran poros. Namun, nilai kenaikan BHP lebih besar daripada nilai
kenaikan WHP sehingga efisiensi akan meningkat seiring meningkatnya putaran
poros.
4.2.2.7 Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Head drop Berbeda
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Head Drop Berbeda
Pada gambar 4.7 menggambarkan grafik hubungan putaran terhadap BHP dengan
variasi Head Drop berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X
dengan satuan rpm dan BHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Brake Horse Power (BHP)
pada variasi head drop yang berbeda, dapat dilihat bahwa polynomial grafik hubungan
antara putaran turbin dengan Brake Horse Power tiap kenaikan variasi guide vane
mengalami kenaikan. Pada grafik terlihat bahwa nilai head drop (H) memberikan
pengaruh terhadap nilai Brake Horse Power (BHP). Semakin besar nilai head drop
(H) akan mengakibatkan energi fluida yang menubruk runner juga besar. Menjadikan
putaran turbin menjadi besar, sehingga gaya pengereman yang dibutuhkan (f) menjadi
besar juga. Secara matematis, sesuai dengan persamaan :
4.2.2.8 Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Head drop Berbeda
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Head Drop Berbeda
Pada gambar 4.8 menggambarkan hubungan grafik putaran terhadap WHP dengan
variasi Head Drop berbeda, dimana putaran sendiri ditunjukkan dengan sumbu X
dengan satuan rpm dan WHP ditunjukkan dengan sumbu Y dengan satuan Watt.
Pada grafik hubungan antara putaran turbin dengan Water Horse Power (WHP)
pada variasi head drop yang berbeda dengan bukaan guide vane sama, dapat dilihat
bahwa polynomial grafik mengalami kenaikan hingga titik tertentu. Pada grafik
terlihat bahwa nilai head drop (H) memberikan pengaruh terhadap nilai Water Horse
Power (WHP), berbanding lurus dengan nilai WHP. Hal ini dapat dibuktikan dengan
rumus:
Q = 3,521 x √∆𝑝……………………………………………………....(4-17)
Berdasarkan rumus diatas terlihat bahwa WHP berbanding lurus dengan nilai
head drop (H) dan debit air (Q). Semakin besar nilai head drop dan debit aliran air (Q)
maka semakin besar nilai WHP nya. Urutan kecenderungan grafik pada variasi head
drop dari yang terendah adalah 17, 18, 19. Kecenderungan grafik tertinggi adalah
grafik dengan nilai H 19, kemudian grafik paling rendah dengan nilai H 17. Hal ini
disebabkan untuk mendapatkan head drop yang semakin besar membutuhkan debit
aliran yang semakin besar pula yang diatur pada bukaan katup, seiring bertambahnya
nilai dari debit aliran maka daya WHP pada head drop yang besar akan naik pula,
dengan bukaan guide vane yang sama tekanan yang menubruk runner pun semakin
besar yang menyebabkan putaran poros semakin cepat.
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Head Drop Berbeda
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya kecepatan putaran (rpm) yang semakin tinggi menyebabkan Brake
Horse Power (BHP) semakin meningkat.
2. Putaran (rpm) yang semakin tinggi menyebabkan Water Horse Power (WHP)
cenderung turun dikarenakan perbedaan tekanan tidak sama hingga titik tertentu
kemudian mengalami penurunan.
3. Semakin tinggi putaran (rpm), efisiensi turbin semakin tinggi hingga titik
maksimum kemudian mengalami penurunan, penurunan terjadi karena nilai BHP
yang menurun namun tidak diikuti penurunan nilai WHP yang signifikan.
4. Bukaan GV (Guide Vane) yang semakin besar mengakibatkan BHP semakin
tinggi, namun setelah melewati titik maksimum maka akan mengalami penurunan.
5. Bukaan GV yang semakin besar mengakibatkan WHP mengalami kenaikan,
namun setelah melewati titik maksimum maka akan mengalami penurunan.
6. Bukaan GV yang semakin besar mengakibatkan efisiensi yang semakin tinggi dan
WHP juga akan menurun oleh karena itu efisiensi turbin juga akan meningkat.
7. Head Drop yang berbeda mempengaruhi nilai BHP yang semakin menurun
dkarenakan daya pengereman yang dibutuhkan untuk mengurangi putaran turbin
lebih tinggi sehingga torsi yang dihasilkan tinggi dan BHP juga turun.
8. Head Drop yang berbeda mempengaruhi nilai WHP yang semakin meningkat
dikarenakan daya pengereman yang dibutuhkan untuk mengurangi putaran turbin
lebih tinggi sehingga debit yang dipakai untuk menggerakkan runner turbin tinggi
dan sehingga WHP juga turun.
9. Head Drop yang berbeda mempengaruhi nilai efisiensi yang semakin meningkat
dikarenakan nilai BHP lebih kecil daripada nilai WHP sehingga efisiensi turun.
5.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium melakukan pengecekan terhadap alat-alat yang akan
digunakan untuk praktikum baik pengecekan kepresisian dan keakurasian alat
ukur maupun alat utama seperti turbin dan lainnya agar dapat digunakan secara
maksimal saat kegiatan praktikum berlangsung.
2. Sebaiknya asisten membuka kegiatan asistensi dengan berdoa sesuai kepercayaan
masing-masing.
3. Sebaiknya praktikan mempelajari materi sebelum melakukan praktikum dan
asistensi agar mendapatkan hasil yang maksimal dan menjalankan prosedur secara
tepat.