Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teori Pelayanan Publik yang diampu oleh :
Disusun oleh :
Kelas / Semseter : B / 4
2019 M / 1440 H
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah ﷻ, karena berkat rahmat
dan kuasanya saya bisa menyelesaikan makalah fiqh siyasah ini. Shalawat serta
salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad ﷺkepada keluarganya, para
sahabatnya, tabi’in, serta kita semua selaku pengikutnya.
Saya hanya dapat berharap, apa yang saya tulis dalam makalah ini, dapat
menjadi manfaat bagi kita semua. Ucapan terimakasih saya berikan kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam proses penyusunan
makalah Teori Pelayanan Publik yang berjudul “Inovasi Pelayanan Publik”.
Saya sadar bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu
yang saya miliki, untuk itu kritik serta saran sangat saya butuhkan untuk dijadikan
pembelajaran dalam proses pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam
makalah ini, dan hanya kepada Allah ﷻkita memohon perlindungan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Simpulan .........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah Negara Berkembang saat ini sedang giat melakukan
Peningkatan Pelayanan publik sebagai salah satu upaya reformasi birokrasi.
Harapan peningkatan kualitas pelayanan publik dari masyarakat terus meningkat.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah seperti memperbaiki regulasi
pelayanan untuk mempercepat dan mempermudah proses dan mekanisme
pelayanan serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia aparatur pelayanan.
Namun upaya perbaikan tersebut sampai saat ini belum sesuai dengan harapan
masyarakat. Menghadapi kondisi demikian, masih diperlukan upaya untuk
melakukan percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik dengan mendorong
tumbuhnya model-model pelayanan yang inovatif yang dapat menginspirasi.
Tumbuhnya model pelayanan publik yang inovatif tersebut memerlukan kondisi
yang kondusif, baik dari sisi pengelola unit pelayanan maupun dari sisi
kepemimpinan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang
memungkinkan kreatifitas itu tumbuh dan berkembang (Permenpan No 30 Tahun
2014).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan inovasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan pelayanan publik ?
3. Apa yang dimaksud dengan inovasi pelayanan publik ?
4. Bagaimana cara menerapkan inovasi ?
5. Bagaiaman proses inovasi ?
6. Bagaimana terwujudnya inovasi dalam pelayanan publik ?
7. Bagaimana pengembangan inovasi pelayanan publik ?
8. Apa saja hambatan dalam inovasi ?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan inovasi, pelayanan publik, dan inovasi pelayanan publik, juga
bagaimana penerapan inovasi dijalankan juga apa saja proses yang terjadi dala
inovasi, juga bagaimana mewujudkan inovasi dalam pelayanan publik, dan
bagaiamana proses pengembangan inovasi pelayanan publik, dan apa saja
hambatan yang dihadapi dalam inovasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inovasi
Inovasi Menurut Robbins dan Coulter (1999) inovasi adalah proses mengambil
gagasan yang kreatif dan mengubahnya menjadi produk, jasa, atau metode operasi
yang bermanfaat. Menurut Zimmerer (2002) keinovasian diartikan sebagai
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan
dan peluang untuk mempertinggi dan meningkatkan taraf hidup. Menurut
Zimmerer dan Scarborough (2008), inovasi kemampuan untuk menerapkan solusi
kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya
kehidupan orang-orang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa inovasi berangkat dari suatu yang sudah ada
sebelumnya, kemudian diberi nilai tambah. Inovasi bermula dari hal yang tampak
sepele dengan membuka mata dan telinga mendengarkan aspirasi atau keluhan
konsumen, karyawan, lingkungan dan masyarakat. Subyek penerapan inovasi
sendiri bisa individu,kelompok atau perusahaan. Artinya bisa terjadi dalam
perusahaan ada individu atau kelompok yang sangat brilian dan inovatif. Tetapi
menurut Myers dan Marquis (2003) yang ideal perusahaan menjadi tempat yang
terlembagakan bagi orangorang yang terkumpul untuk mengeksploitasi ide-ide
baru.
Inovasi adalah salah satu pilihan korporasi dalam menghadapi persaingan pasar
dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004) menganggap inovasi sebagai
upaya dari perusahaan melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk
mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk yang baru untuk industri.
Dengan kata lain inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan
secara terusmenerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Ahmed dan Shepherd (2010) menyatakan inovasi perusahaan dapat menghasilkan
R&D (Research and Development), produksi serta pendekatan pemasaran dan
akhirnya mengarah kepada komersialisasi inovasi tersebut. Dengan kata lain
inovasi adalah proses mewujudkan ide baru, yang berbeda dengan yang dulu,
3
dengan cara produksi atau dengan membuatnya menjadi nyata, dimana inovasi
termasuk generasi evaluasi, konsep baru dan implementasi. Di mana penggunaan
metode baru dan berbeda serta teknologi untuk meningkatkan kualitas biaya atau
lebih rendah, untuk memenuhi atau melampaui target perusahaan.
Ahmed dan Shepherd (2010) menyatakan inovasi tidak hanya terbatas pada
benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau
gerakangerakan menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan
masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi
teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum
banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian besar
warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yangdapat digunakan atau
mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat
demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat
yang bersangkutan.
B. Pelayanan Publik
4
Merujuk pada pengertian dari Departemen Dalam Negeri (2004) menyebutkan
bahwa “Pelayanan Umum adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta
kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik berupa
barang maupun jasa.”
Sedangkan dalam Permenpan Nomor 30 Tahun 2014 pelayanan publik
didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Indikator Pelayanan Publik
Lijan Poltak Sinambela (2008:6) mengemukakan indikator-indikator yang
digunakan untuk melihat apakah pelayanan publik yang diberikan adalah pelayanan
yang prima atau tidak, indikator tersebut antara lain :
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas
4. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender dan status ekonomi.
5
6. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
Unsur – Unsur Pelayanan Publik
Suatu proses kegiatan pelayanan terdapat beberapa faktor atau unsur yang
saling mendukung jalannya kegiatan. Menurut H.A.S Moenir (2002: 8), unsur-
unsur tersebut antara lain :
a. Sistem, Prosedur, dan Metode
Dalam pelayanan perlu adanya informasi, prosedur dan metode yang
mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.
b. Personil
Personil telah ditekankan pada perilaku aparatur dalam pelayanan. Aparatur
pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan
terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.
c. Sarana dan Prasarana
Dalam pelayanan diperlukan peralatan dan ruang kerja serta fasilitas
pelayanan. Misalnya seperti ruang tamu, tempat parkir yang memadai dan
sebagainya.
d. Masyarakat Sebagai Pelanggan
Dalam pelayanannya, masyarakat selaku pelanggan sangatlah heterogen
yaitu tingkat pendidikannya maupun perilakunya.
Setiap pelayanan publik memang diperlukan adanya kejelasan informasi
prosedur yang mudah dan tidak berbelit serta dibutuhkan usaha dari pemberi
pelayanan agar dapat berjalan tertib dan lancar. Seperti contohnya petugas
menerapkan sistem antre agar pelayanan dapat berjalan tertib.
Unsur yang juga penting selain sistem, prosedur dan metode adalah unsur
personil juga memiliki peranan penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik.
Petugas yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya pasti akan
melaksanakan tugasnya dengan baik dan memberikan layanan yang baik juga. Oleh
karena itu, dibutuhkan petugas pelayanan yang profesional untuk memberikan
kepuasan kepada pengguna layanan.
6
Selain profesional, petugas harud melayanai dengan ramah dan sabar, mengingat
masyarakat sangatlah heterogen baik pendidikannya maupun perilakunya.
Unsur pendukung lainnya adalah sarana dan prasarana. Pelayanan publik wajib
menyediakan sarana dan prasarana bagi pengguna layanan agar masyarakat sebagai
pengguna layanan merasa nyaman. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang
lengkap, petugas juga akan mudah memberikan layanan.
Unsur yang terakhir adalah masyarakat sebagai pengguna layanan. Masyarkat
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas pelayanan.
Tetapi selain memiliki hak, masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk
mematuhi prosedur pelayanan yang telah ditetapkan petugas agar terjadi
keseimbangan hak dan kewajiban baik penerima layanan maupun pemberi layanan.
Inovasi layanan dapat didefinisikan sebagai " suatu proses yang berisi konsep-
konsep baru dan produksi , pengembangan dan implementasi perilaku . Ini juga
merupakan metode , perubahan respon terhadap lingkungan eksternal atau tindakan
pertama akibat pengaruh lingkungan terhadap transformasi organisasi. " (Lu and
Tseng, 2010 apud Daft, 1978). Menurut Mulgan dan Albury dalam Muluk
mengatakan bahwa inovasi yang sukses merupakan kreasi dan implementasi dari
proses, produk, layanan, dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil
pengembangan nyata dalam efisiensi, efektivitas, atau kualitas hasil.
Inovasi Pelayanan Publik adalah terobosan jenis pelayanan baik yang
merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang
memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik sendiri tidak mengharuskan
suatu penemuan baru, tetapi dapat merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat
kontekstual dalam arti inovasi tidak terbatas dari tidak ada kemudian muncul
gagasan dan praktik inovasi, tetapi dapat berupa inovasi hasil dari perluasan
maupun peningkatan kualitas pada inovasi yang ada.
7
Tujuan Inovasi Pelayanan Publik
8
D. Cara Menerapkan Inovasi
Sedikitnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam menerapkan inovasi, yang
diantaranya sebagai berikut :
1. Nilai. Pembatasan pihak yang cukup aneh, personil tidak akan berinovasi tanpa
lisensi: budaya inovatif membutuhkan pemerintahan pro-inovasi dan dukungan
dari atas untuk memastikan ide-ide terangkut. Masalah kebijakan dan perilaku:
mengintip inovasi dalam setiap pesan. Memelihara budaya kepercayaan
di mana inovasi dipandang sebagai hal yang alamiah, bahkan biasa, dan
personil berkomunikasi secara bebas dalam mendukung: ide-ide baru dan cara-
cara baru dalam melakukan sesuatu diperbolehkan. Menyelaraskan insentif dan
manfaat, memperbaiki disinsentif, dan memperkenalkan inovasi dalam setiap
bagian dari organisasi, misalnya, melalui penghargaan, penentuan upah, dan
bercerita. Tumbuhkan hal yang bekerja untuk membuat budaya inovatif
semakin kuat
2. Sumber Daya. Sebuah sumber daya merupakan sumber atau pasokan dimana
sebuah organisasi mendapatkan keuntungan. Letakkan inovasi pada inti
strategi dan melengkapinya. Mengidentifikasi bidang prioritas untuk inovasi.
Memperbaharui kebijakan sumber daya manusia untuk mengeluarkan yang
terbaik dari inovator. Membangun lingkungan fisik yang membuat orang
berpartisipasi. Mengeksploitasi perbedaan: melibatkan personil yang
bersemangat yang berpikir kreatif dan melihat pola-pola baru, penggambaran
pada teknologi baru untuk menarik kebutuhan dan kemungkinan secara
bersama-sama. Membentuk tim khusus dan jaringan yang bertanggung jawab
untuk mempromosikan inovasi. Mendorong dan menarik untuk menciptakan
tekanan untuk inovasi, juga menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Mengelola persediaan dan arus pengetahuan untuk memperkaya
bahan baku pemikiran kreatif. Inovasi keuangan untuk memastikan bahwa
kurangnya sumber daya bukanlah kendala serius. Alihkan sebagian kecil dari
anggaran untuk menghasilkan, memilih, melaksanakan, dan menyebarkan
inovasi, termasuk pelatihan.
9
Dana untuk hasil yang dicapai, bukan aturan yang dipatuhi. Mengambil
persediaan dengan menghargai pertanyaan, inspeksi, dan audit dari apa yang
bekerja, menjanjikan, atau muncul.
3. Proses. Sebuah proses bisnis adalah kumpulan yang saling terkait, kegiatan
atau tugas terstruktur yang melayani tujuan tertentu: dimulai dengan tujuan
misi dan berakhir dengan pencapaian tujuan itu. Memberikan organisasi
manajemen, operasional, proses dan pendukung yang meningkatkan
pengetahuan percaloan ide dari generasi ke seleksi, implementasi, dan difusi.
Membuat inovasi sebagai prasyarat pekerjaan dan menentukan pekerjaan di
sekitarnya. Berikan waktu untuk berpikir. Membuka ruang untuk ide-ide dan
menarik ide tersebut dari orang-orang di semua tingkatan. Mengembangkan
daftar alat, metode, dan pendekatan untuk mencoba hal-hal, termasuk
inkubator, laboratorium, pencari jalan, pilot, dan pekerjaan yang menipu.
Bermain-main dan mencoba dengan prototipe dan pilot. Mengevaluasi
eksperimen. menekankan menarik pengguna melalui teknologi pendorong
untuk mengkooptasi konsumen dalam inovasi. Berkolaborasi dengan pihak
luar untuk membantu memecahkan masalah. Juga mencari informasi dari luar,
misalnya dengan pembanding, melakukan kunjungan situs, dan berpartisipasi
dalam jaringan profesional. Mengurangi prosedur berbasis bukti. Bentuk
bujukan untuk adopsi, pengskalaan, dan difusi oleh tim dan jaringan. Menjadi
pintar tentang risiko dan bagaimana mereka dapat dikelola.
E. Proses Inovasi
Rogers (1983 dalam Chitta et al, 2014) menyampaikan teori difusi inovasi,
dalam teori tersebut terdapat lima tahapan dalam inovasi yaitu :
1. Tahap Pengetahuan (Konwledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu, tahap pada
saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana
fungsi inovasi memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
10
2. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap
pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada
tahap persuasi yang berperan utama adalah bidang afeksi atau perasaan.
3. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan
kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi.
Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak
inovasi berarti tidak akan melakukan inovasi.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik
mental maupun perbuatan.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan
yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika
memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.
F. Terwujudnya Inovasi Dalam Sebuah Pelayanan Publik
Menurut Rogers (2003 dalam Ladiatno, 2013:9) terdapat lima atribut yang dapat
digunakan dalam melihat inovasi pada sebuah instansi yaitu:
1. Relative Advantage (keuntungan relatif)
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi diangap menguntungkan
bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi
dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status
sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen
yang sangat penting.
Keuntungan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dan
beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan,
11
dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi,
semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Compability (kesesuaian)
Kesesuaian, yaitu tingkat kesesuaian dengan nilai (values), pengalaman
lalu, dan kebutuhan dai penerima. Kesesuaian adalah derajat dimana inovasi
tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman
masa lalu dan kebutuhan pengadopsi.
3. Complexity (kompleksitas)
Kompleksitas, yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Kompleksitas adalah derajat dimana
inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan.
Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan
digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya atau sulit
dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat
diadopsi. Tetapi apabila suatu inovasi sulit untuk dipahami dan sulit
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin sulit pula suatu inovasi dapat
diadopsi.
4. Triability (kemungkinan dicoba)
Triabilitas, yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Kemampuan untuk diuji cobakan atau triabilitas adalah derajat
dimana sutau inovasi dapat diuji coba dalam batas tertentu. Suatu inovasi
yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting), sesungguhnya
umumya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi,
suatu inovasi sebaliknya harus mampu menunjukkan keunggulannya.
Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi
ketidakpastian. Mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu
oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap
inovasi.
12
5. Observability (kemudahan diamati).
Kemudahan diamati, yaitu mudah diamati atau tidaknya suatu hasil
inovasi oleh penerima. Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana
hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang
melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau
sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
semakin besar keunggulan relatif, kesesuaian, kemampuan untuk diuji
cobakan, dan kemudahan untuk diamati serta semakin kecil rumitnya, maka
semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
G. Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik
2. Peningkatan Kapasitas
13
3. Jaringan Inovasi
Menurut Geoff Mulgan dan David Albury (2003) terdapat delapan penghambat
dalam tumbuhnya inovasi :
1. Reluctance to close down failing program or organization (keengganan
untuk menutup program atau organisasi yang gagal)
2. Over-reliance on high performers as source of innovation (tingginya
ketergantungan pada salah satu pihak sebagai sumber inovasi)
3. Technologies available but constraining cultural or organizational
arrangement (Teknologi tersedia tetapi tidak sesuai dengan budaya
organisasi).
4. No rewards or incentives to innovate or adopt innovations (Tidak ada
imbalan atau insentif untuk berinovasi atau mengadopsi inovasi).
5. Poor skills in active risk or change management (rendahnya kemampuan)
6. Short-term budget and planning horizons (perencanaan dan penganggaran
jangka pendek).
7. Delivery pressures and administrative burdens (adanya tekanan
administrasi)
8. Culture of risk aversion (budaya menghidari resiko).
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Mirnasari, Rina Mei. 2013. Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purabaya-
Bungurasih. Universitas Airlangga. Volume 1. journal.unair.ac.id/download-
fullpapers10%20Rina_KMP%20V1%20N1%20Jan-April%202013.pdf. 17 mei
2019.
16