PENDAHULUAN
1
http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia- pendidikan-di-indonesia
2
Trianto Ibnu Bada at-taunbany & Hadi Suseno, 2011, Pengembangan kurikulum 2013 di
Madrasah, Hal: 4
Pada awalnya tentang sifat kepemimpinan pada Zaman Yunani Kuno
menyebutkan bahwa kepemimpinan itu dilahirkan, pemimpin bukan dibentuk.
Disamping itu teori genetis yang mendasari great man theory menyatakan bahwa
seorang dilahirkan sebagai pemimpin, karena bakat yang mendukung sifat sebagai
pemimpin, dan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin, meskipun
pada kenyataannya diperlukan pendidikan dan pengalaman. Kemudian
selanjutnya muncul teori sosial yang menyatakan bahwa pemimpin dapat
diciptakan melalui latihan. Dengan demikian setiap orang dapat dialtih atau
dididik menjadi pemimpin, atau dengan perkataan lain setiap orang berpotensi
dapat menjadi pemimpin.
Sementara guru adalah pelaku perubahan. Gagasan ini semestinya manjadi
bagian hakiki kinerja seorang guru. Namun, belajar dari perjumpaan denga para
guru di lapangan, mempromosikan gagasan ini tidak mudah. Salah seorang guru
sekolah yang sangat menghormati mengisahkan perbedaan guru zaman dulu dan
sekarang. Jika ia bercerita guru zaman dulu, itu artinya guru pada kurun waktu
tahun 80-an. Beliau mengatakan, “guru sekarang kalau mengajar anak kebanyakan
duduk di kursi saja, padahal masih mudah,” ucarnya mengomentari guru di
sekolahnya yang sekarang yang telah ditinggalkannya karena ia telah memasuki
masa pensiun.
3
Soekarno & Iskandar Putong, 2015, kepemimpinan, Hal: 8-9
4
Soekarso & iskandar Putong, 2015, kepemimpinan, hal. 2
5
Sonang P. 2010. judul. Hal 20-25
Guru menjadi pelaku utama dan penentu berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran di sekolah. Guru yang merancang dan memilih materi, sumber
belajar dan media pembelajaran. Guru merupakan peran utama juga menjadi
model atau contoh dan teladan bagi peserta didiknya. Olehnya itu seorang guru
harus memiliki pengetahuan pengalaman, keterampilan dan kompetensi mengenai
karakter serta memiliki karakter mulia dalam dirinya sendiri yang menjadi bagian
dari hidupnya, karena apa yang dilakukannya dengan baik menjadi baik pula
pengaruhnya terhadap peserta didik. Pendidikan sulit untuk menghasilkan sesuatu
yang baik tanpa dimulai oleh guru-gurunya yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1 Bagaimana kepemimpinan guru di kelas menggunakan kepemimpinan
otokratis di kelas VII SMP N 7 Pematangsiantar?
2 Bagaimana kepribadian siswa di SMP N 7 Pematang Siantar?
3 Apakah Pengaruh Kepemimpinan Guru PAK Terhadap Kepribadian Siswa
Di Smp N 7 Pematang Siantar?
1 Manfaat Teoritis
2 Manfaat Praktis
b. Bagi Guru
TINJAUAN TEORITIS
6
Novianty Djafri, 2017, manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, Hal. 1
7
Pdt. Dr. Ayub Ranoh, 2006, kepemimpinan Kharismatis, Hal. 72
1. Kepemimpinan adalah “perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai
bersama (Shared Goal).
2. Kepemimpinan adalah “pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam
suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah
pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.”
3. Kepemimpinan adalah “pembentukan awal serta pemeliharaan struktur
dalam harapan dan interaksi.”
4. Kepemimpinan adalah “ peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit
pada, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-
pengarahan rutin organisasi.”
5. Kepemimpinan adalah “ proses mempengaruhi
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan
untuk melakukan usaha yang di inginkan untuk mencapai sasaran.
7. Para kepemimpinan adalah mereka yang secara konsisten memberi
kontribusi yang efektif terhadap orde sosial, dan yang diharapkan dan
persepsikan melakukannya.
8
Gary Yukl : 1998, Hal 2-3
kesejahteraan psikologis dan pengembangan para pengikut, mempertahankan
status tinggi pemimpin, dan kemajuan pemimpin ke posisi kekuasaan yang lebih
tinggi di dalam organisasi.
Ukuran yang biasanya digunakan mengenai efektivitas pemimpin adalah
sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut melaksanakan tugasnya secara
berhasil dan mencapai tujuan-tujuannya. sekali-kali efektivitas pemimpin diukur
dalam hubungannya dengan kontribusi pemimpin terhadap kualitas dari proses-
proses kelompok, seperti yang dirasakan oleh para pengikut atau oleh para
pengamat dari luar.9
Sejumlah variabel atau factor-faktor kepribadian dan situasional
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam pencapaian tujuan.
1. Anthony G. Athos dan Robert E. Coffey:
1. pemimpin 2. pengikut
Efektivitas
pemimpin
3. situasi 4. hubungan
interpersonal
9
Gary Yukl : 1998 , Hal 4-5
Kepribadian, pengalaman masa lampu dan harapan pemimpin
Harpan dan perilaku atasan
Karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan
Persyaratan tugas
Kultur dan kebijakan organisasi
Harapan dan perilaku rekan.10
Efek-efek langsung merujuk pada keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan pemimpin yang mempunyai dampak langsung terhadap apa yang
dilakukan, bagaimana hal itu dilakukan, atau sejauh mana efisiensi melakukannya.
efek-efek langsung dinilai dengan mengukur hasil-hasil yang dihubungkan oleh
beberapa variabel lainnya, itupun jika ada.
Efek-efek tidak langsung merujuk pada keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan pemimpin yang disampaikan melalui variabel-variabel
intervensi yang lebih banyak berada dalam rantai kausal (causal chain). efek-efek
tidak langsung lebih perlahan dirasakannya, namun seringkali lebih bertahan
lama.11
Gambar 1-1 :
Rantai Kausal Efek-Efek Dari Pemimpin
Sebagai seorang individu, kita memiliki pola tingkah laku kita sendiri.
Denga gaya kepemimpinan kita artikan cara dan pencapaian arah-arah yang telah
tersedia, tindakan, atau perencanaan, tindakan, motivasi dan menginspirasi orang.
Secara garis besarnya, ada empat gaya kepemimpinan yang dapat dikenali.
Yaitu:
10
Soekarso & Iskandar Putong, 2015, Kepemimpinan, Hal: 60-61
11
Gary Yukl : 1998 , Hal 5-7
1. Gaya kepemimpinan dengan Memerintah atau otokrat
1. Intregritas
12
Nielche Patric, 2007, Mengembangkan Potensi Kepemimpinan Sejati, Prestasi pustaka, Hal:82
Memastikan bahwa kondisi kerja dibangun untuk mengembangkan
dan memelihara sikap dan kebiasaan yang positif dan produktif
bagi para anggota tim.
Dengan sigap menerima tanggung jawab untuk memotivasi orang
lain agar memanfaatkan lebih banyak lagi potensinya demi
kesuksesan.
Menerima dan menyerap tanggung jawab untuk memotivasi diri
sendiri.
Memahami bahwa mereka bertanggung jawab membantu orang
lain untuk berupaya menghadirkan yang terbaik dalam orang itu
sendiri.
2. Hati seorang hamba
Pemimpin yang sangat efektif berhasil karena sangat ingin melayani orang lain. Ia
tidak membutuhkan nilai substitusi atau gagasan lain untuk meraih kesuksesan;
sebaliknya, sikap hati seorang hamba yang dimilikinya telah menjadi sikap dan
nilai utama yang membantu dirinya untuk memiliki fondasi yang sangat kokoh
demi kepemimpinan yang efektif; dan demi kesuksesan serta pencapaian hasil
yang bertahan lama.
Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa pemimpin terlebih dahulu harus
menjadi hamba. Dengan berjuang untuk mengembangkan hati seorang hamba,
berarti pemimpin yang efektif memberikan penghargaan kepada kebenaran lama
yang membawa kesuksesan ini. Apabila telah mengembangkan hati seorang
hamba, pemimpin yang berhasil cenderung:
1. Tingkat sikap
13
Paul J. Meyer, 2008, 5 pilar kepemimpinan, Nafiri Gabriel: hal. 21-25
Dimana seorang pemimpin dapat memberikan dampak positif terhadap kebiasaan
berpikir anggota timnya. “mode sesaat” atau gaya kepemimpinan yang popular
tidak akan berhasil mencapai tingkat ini, karena hanya berfokus pada kemitraan
yang diarahkan untuk melakukan kegiatan atau kemitraan yang hanya
mengembangkan keterampilan. Pemimpin yang efektif akan membangun
‘kemitraan berdasarkan sikap’ dengan memperlihatkan sikap simpati dan peduli
kepada anggota tim.
2. Tingkatan keyakinan
Sebuah organisasi tidak akan berjalan baik dan tidak akan mencapai tujuan
jika tidak menjalin komunikasi atau hubungan baik dengan berbagai pihak di luar
organisasi tersebut. Untuk menjembatani hubungan baik tersebut, maka seorang
pemimpin bertugas untuk menjadi juru bicara bagi organisasi yang dipimpinnya.
Dengan kata lain, pemimpin organisasilah yang menjadi wakil dari juru
bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak di luar organisasi.
Sebagai wakil dan juru bicara, fungsi seorang pemimpin tidak terbatas pada
pemeliharaan hubungan baik saja, tetapi harus memperoleh buah-buah yang baik
bagi tercapainya tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Hanya sedikit kata yang begitu memikat khalayak ramai, seperti istilah
kepribadian. Msekipun demikian kata tersebut dipakai dalam berbagai pengertian,
namun sebagian terbesar dari arti-arti popular ini bisa digolongkan ke salah satu di
antara dua golongan. Pemsakaian pertama menyamakan istilah tersebut dengan
ketrampilan atau kecakapan sosial. Kepribadian individu dinilai berdasarkan
kemampuan memperoleh reaksi-reaksi positif dari berbagai keadaan. Dalam
pengertian ini, sekolah-sekolah yang mengkhususkan menyiapkan orang
memasuki dunia glamour mengartikan istilah tersebut ketika menawarkan kursus-
kursus “latihan kepribadian”. Demikian juga, guru yang meyebutkab seorang
siswanya memiliki masalah kepribadian, mungkin bermaksud mengatakan bahwa
ketrampilan-ketrampilan social siswa itu kurang memadai untuk memeliara
hubungan-hubungan yang memuaskan dengan sesame siswa dan guru.15
1. Pengertian kepribadian
14
F. Rudy dwiwibawa & Theo Riyanto, 2008, Siap Jadi Pemimpin, Kanisius: Hal: 17-21
15
Dr. A. Supratiknya, 2006, teori-teori Psikodinamik, hal 27
Yunani. Para actor romawi kuno memakai topeng (persona) untuk memainkan
peran atau penampilan palsu. Definisi ini, tentu saja, bukan definisi yang bisa
diterima. Ketika psikolog menggunakan istilah “kepribadian”, mereka mengacu
pada sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang.
Walaupun tidak ada definisi tunggal yang bisa diterima oleh semua
teoretikus kepribadian, kita bisa mengatakan bahwa kepribadian adalah pola sifat
dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baim
konsistensi maupun individualitas pada seseorang. 16
16
Jess Feistv & Gregory J. Feist, 2014, teori kepribadian, Hal:3-4
sekalipun. Atkinson (dalam Sugihartono, 2007: 46) menjelaskan kepribadian
sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian
diri seseorang terhadap lingkungan. Agus Sujanto, dkk. (2004: 12)
mengemukakan pengertian pengertian yang hampir sama tentang kepribadian
yaitu sesuatu totalitas psikhopisis yang kompleks dari individu, sehingga Nampak
di dalam tingkah lakunya yang unik.
3. Pengertian teori
Kata teori adalah kata dalam bahasa inggris yang penggunaanya sering
tidak tepat dan disalahartikan. Beberapa orang membandingkan teori dengan
kebenaran atau fakta, tetapi antithesis semacam itu menunjukkan kurangnya
pemahaman mendasar akan tiga itsilah tesebut. Dalam sains, teori merupakan alat
yang digunakan untuk menghasilkan suatu penelitian dan mengatur observasi,
sedangkan “kebenaran” atau “fakta” tidak mempunyai tempat dalam terminology
ilmiah.
17
Ibid, Jess feist % Gregory J. Feist, Hal:81
2.1.5.3 Teori Jung : Psikologi Analitis
manusia sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendiri, sehingga dalam
proses interaksinya selalu melibatkan orang lain, sehingga kepribadian yang
terbantuk tidak murni ari dirinya sendiri, melainkan ada factor-faktor yang
memperngaruh.
18
Ibid, Jess feist % Gregory J. Feist, Hal:116-117
Dalam bukunya, Hendriati Agustiani (1006: 129) menjelaskan tentang hal-
hal yang memperoleh keprbadian, yaiyu:
a. Potensi bawaan
Oleh karena itu, setiap kelompok budaya memiliki keunikan yang berbeda
antara sutu dengan yang lainnya dan semua karakteristik tersebut akan
mempengaruhi kepribadian yang khas.
a. Factor internal
Factor internal adalah factor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri,
dapat berupa factor bawaan sejak lahir yang dipengaruihi keturunan dari salah
satu sifat orangtuanya atau keduanya.
b. Factor eksternal
Factor eskternal adalah factor yang berasal dari luar orang tersebut.
Boasanya merupakan pengaruh dari lingkungan baik lingkungan terkecil, seperti
keluarga, teman, tetangga, ataupun dari berbagai media audio visual, seperti
televise, media cetak, dan internet.
2.1.8