Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Rumusan Masalah:

1. Apa itu pemeriksaan tanda-tanda vital?


2. Apa saja jenis-jenis tanda-tanda vital?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan tanda-tanda vital?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan
sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya
perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme
dalam tubuh; denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular;
frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan; dan tekanan darah dapat
menilai kemampuan sistem kardiovaskular, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling memengaruhi. Perubahan tanda
vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas berat/dalam keadaan sakit dan
perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh (Aziz Alimul
Hidayat, S. Kp Musrifatul Uliyah, S. Kp, 2009).
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk
memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin
pada klien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan
sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan
yang lain. Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasie yang kritis akan
membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih ketat dibandingkan pada
kondisi pasien yang tidak kritis demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital
yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi,
pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran tekanan darah. (Aziz Alimul Hidayat, S. Kp
Musrifatul Uliyah, S. Kp, 2009).

B. Jenis-Jenis Tanda-Tanda Vital


1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan darah untuk melawan dinding
pembuluh. Tekanan maksimum darah digunakan pada dinding arteri ketika ventrikel kiri
pada jantung mendorong darah melalui katup aorta kedalam aorta selama sistole. Tekanan
tertinggi tersebut dinamakan tekanan sistolik. Pada orang dewasa yang sehat normalnya
adalah 120 mmHg (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Tekanan darah adalah tekanan yang diukur pada nadi, yang dinyatakan dalam
milimeter (mm) air raksa (Hg) dan terdiri dari dua nilai: yang diatas adalah tekanan
sistolik, dan yang dibawah adalah tekanan diastolik. Tekanan darah tekanan sistolik dicapai
bila bilik-bilik jantung menguncup, pada saat itu tekanan yang dicapai adalah tekanan yang
tertinggi. Sementara tekanan darah diastolik dicapai bila bilik-bilik jantung merenggang
pada saat itu tekanan yang dicapai adalah tekanan yang terendah. Pada pengukuran tekanan
darah kita akan mengukur dua tekanan: tekanan yang tertinggi dan tekanan yang terendah
atau juga disebut tekanan sistolik dan tekanan diastolik (Weyde, 2009).
Ketika jantung istirahat diantara denyutan (diastole), maka tekanan akan menurun.
Tekanan terendah pada dinding arteri pada saat ini disebut tekanan diastolik. Pada orang
dewasa normalnya adalah 80 mmHg. Tekanan darah diukur dalam millimeter,
numeraturnya adalah tekanan sistolik sementara denominatornya adalah tekanan diastolik.
Sebagai contoh tekanan darah 120/80, maka 120 adalah tekanan sistolik dan 80 adalah
tekanan diastolik (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan nadi. Jika tekanan nadi
kecil menunjukkan adanya stroke volume yang kecil atau peningkatan resistensi perifer
atau keduanya (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).

Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah


Berikut merupakan faktor-faktor yang terlibat dalam mempertahankan tekanan darah.
Menurut (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012) adanya perubahan dari tekanan
darah normal dapat menghasilkan gangguan pada falyor-faktor dibawah ini baik sendiri
atau kombinasi.
1. Resistensi Perifer
Setiap darah meninggalkan jantung akan diedarkan melalui suatu ikatan dari pembuluh
darah yang terdiri atas arteri, arterioles (cabang arteri kecil), kapiler dan vena.
Arterioles berbentuk selang yang elastis dengan kapasitas berkontraksi atau dilatase
untuk mengatur distribusi darah keberbagai organ, jaringan, atau sel. Secara normal
arterioles dalam keadaan tidak sepenuhnya berkontraksi, dalam arti kata tidak secara
total berkontraksi atau relaksasi. Keadaan semi kontraksi disebut resisten perifer.
Resisten Perifer menimbulkan suatu keadaan hambatan aliran darah yang relatif
konstan. Resisten perifer adalah salah satu dari faktor utama yang mempengaruhi
tekanan darah.
2. Pemompaan Jantung
Ketika terjadi peningkatan darah yang dipompakan kedalam arteri, maka arteri akan
lebih membesar, menghasilkan peningkatan tekanan darah. Ketika darah yang
dipompakan kedalam arteri sedikit, maka tekanan darah akan turun.
3. Volume Darah
Ketika volume darah rendah, seperti yang terjadi pada perdarahan atau dehidrasi,
tekanan darah akan rendah dikarenakan terjadi penurunan cairan dalam arteri.
Peningkatan jumlah darah meningkatkan tekanan karena pada saat ini akan terdapat
peningkatan volume cairan yang dapat menimbulkan tekanan dalam arteri.
4. Viskositas Darah
Suatu keadaan/kepekatan darah. Viskositas darah tergantung dari proporsi sel darah
dalam plasma. Semakin pekat darah, maka tekanan darah akan semakin tinggi hal ini
terjadi karena jantung membutuhkan kekuatan yang lebih untuk menggerakkan cairan
yang pekat melalui sistem sirkulasi.
5. Elastisitas dinding pembuluh darah
Arteri merupakan jaringan yang elastis yang mempunyai kemampuan
meregang/memanjang dan membesar/menggelembung. Makin elastis, maka makin
kecil tekanan yang diperlukan karena resitensi makin kecil. Seiring dengan
bertambahnya usia, maka dinding arterioles menjadi lebih elastis, yang man
mengganggu kemampuan elastisitas pembuluh darah untuk meregang/memanjang dan
membesar. (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012)

Tekanan Darah Normal Dan Abnormal


1. Tekanan Darah Normal
Sangat penting untuk mengetahui tekanan darah normal seorang karena adanya
perbedaan tekanan darah pada setiap individu. Peningkatan atau penurunan 20/30
mmHg pada tekanan darah seseorang adalah bermakna, bahkan walaupun itu masih
dalam rentang normal.
Tabel perkiraan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan tingkatan usia.
Rata-rata Tekanan
Usia Perkiraan Hipertensi
Darah Normal
Bayi baru lahir 40 mmHg/Sistolik Tidak dapat ditentukan
1 Bulan 85/54 mmHg Tidak dapat ditentukan
1 Tahun 95/65 mmHg ≥ 110/75 mmHg
6 Tahun 105/65 mmHg ≥ 120/80 mmHg
10-13 Tahun 110/65 mmHg ≥ 125/85 mmHg
14-17 Tahun 120/80 mmHg ≥ 135/90 mmHg
18 Tahun Keatas 120/80 mmHg ≥ 140/90 mmHg

2. Tekanan Darah tinggi (Hipertensi)


Tekanan darah tinggi adalah tekanan diatas normal. Bila penyebab hipertensi
dihubungkan dengan patologis penyakit yang diketahui, maka disebut Hipertensi
sekunder. Sementara itu bila penyebab tidak diketahui, maka disebut sebagai
Hipertensi primer atau esenssial. Hipertensi merupakan penyakit umum.
Hipertensi diastolik persisten yang berkepanjangan (menetap) adalah gangguan
tekanan darah yang sangat serius. Sebagian besar menyebabkan kematian dini dan
kecacatan yang cukup serius.
3. Tekanan Darah Rendah (Hipotens)
Tekanan darah rendah adalah tekanan darah dibawah normal. Tekanan darah yang
konsisten dapat terjadi umumnya pada usia lanjut misalkan pada sistolik terbaca
90-115 mmHg namun terlihat tidak ada efek sakit.
Dikatan sebagai Hipotensi Ortostatik atau postural apabila tekanan darah rendah,
dihubungkan dengan kelemahan pada saat berada dalam posisi berdiri atu tegak.
Hal ini merupakan hasil dari vasodilatasi perifer tanpa peningkatan kompensasi
dalam curah jantung. Hipotensi tipe ini dapat dicegah dengan cara berdiri atau
bergerak dengan perlahan-lahan, terutama setelah bangun dari tempat tidur. Selain
itu, dapat pula dikoreksi dengan merendahkan kepala, untuk memulihkan aliran
darah ke otak. (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Menurut (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012) faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah pada orang sehat diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Usia seseorang.
Tekanan darah akan rendah pada saat lahir, meningkat pada masa remaja, dan
sedikit menurun pada masa usia tua. Pada usia dewasa yang lebih tua akan
terjadi penurunan elastisitas arteri sehingga dapat meningkatkan resistensi
perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah.
2. Fluktuasi norman terjadi sepanjang hari.
Tekanan darah umumnya rendah pada pagi hari (sehabis bangun pagi),
kemudian akan meningkat sekitar 5-10 mmHg pada sore hari menjelang malam
dan selanjutnya akan turun kembali pada saat tidur.
3. Wanita biasanya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah daripad pria pada
usia yang sama.
4. Tekanan darah meningkat setelah makan .
5. Tekanan darah sistolik meningkat selama periode latihan dan aktivitas yang
kuat atu berat.
6. Tekanan darah biasanya tinggi pada orang-orang yang gemuk dibandingkan
dengan orang yang kurus.
7. Emosi, seperti marah, takut, atau gembira yang berlebihan, sevara umum
menyebabkan tekanan darah meningkat, tetapi tekanan darah akan kembali
turun kearah normal ketika situasi tersebut telah lewat.
8. Tekanan darah seseorang cenderung menjadi rendah ketika dalam posisi prone
(tengkurap) atau supine (terlentang) dibandingkan dalam posisi duduk atau
berdiri.

Oleh karena itu banyaknya faktor yang mempengaruhi tekanan darah, maka
pengukuran tekanan darah tidak terlalu bermakna apabila hanya dilakukan satu kali
pengukuran. (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012)
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem
kardivaskuler .Nilai tekanan darah normal menurut (Khoirul Latifin & Satria
Yudha Kusuma, 2014)

Diastolik
No Kategori Sitolik (mmHg)
(mmHg)
1. Optimal <120 <180
2. Normal <130 <85
3. Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
4. (ringan ) 140-149 90-94
Subgrup: pembatasan
5. Hipertensi Derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
6. Hipertensi Derajat 3 (berat) ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik ≥140 <90
7. (isolated systolic hypertension) 140-149 <90
Subgrup: pembatasan

2. Pernafasan
Pemeriksaan status pernapasan meliputi suara napas, cara bernapas, dan gangguan
suara napas. Tanda-tanda meningknya usaha bernapas ditandai dengan retraksi dinding
dada, tarikan trakea, pernapasan cuping hidung, keterlibatan otot dada atau aksesorious,
ketidak mampuan berbicara dalam satu kalimat penuh, dan munculnya suara napas
yang terganggu (Dewi Kartika N., 2011).

Mekanisme Pengaturan Pernapasan

Pusat pernapasan terletak di medulla oblongata. Pengontrolan pernapasan terjadi


atas stimulus oleh peningkatan konsentrasi CO2 dan hidrogen dengan menurunkan
sejumlah O2 dalam darah arteri. Pengaktifan medulla juga dapat dilakukan oleh
kemoreseptor yang terdapat dalam kantong aorta, yang juga sensitif terhadap gas arteri
pada kadar yang sama. Stimulus dari medulla meningkatkan irama dan kedalaman dari
ventilasi CO2 dan hidrogen dikeluarkan, sedangkan kadar O2 ditingkatkan. Medulla
mengirimkan impuls ke Spinal cord yang kemudian dikirimkan ke otot-otot
pernapasan untuk menstimulasi kontraksi untuk inhalasi. Selanjutnya, diagrafma, yang
merupakan otot pernapasan utama, berkontraksi dan tertarik ke bawah. Rongga torak
membesar. Paru-paru membesar sebagai respon untuk menyesuaikan perubahan
tekanan dalam ruang intra pleural dan paru. Inhalasi berhenti ketika tekanan udara
atmosfer dan tekanan udara paru seimbang. Ekshalasi terjadi dan paru kembali dalam
posisi istirahat (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).

Tujuan Menghitung Pernapasan

Nilai pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem
pernafasan dalam melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida (Khoirul Latifin
& Satria Yudha Kusuma, 2014).

Tujuan menghitung pernapasan menurut (Aziz Alimul Hidayat, S. Kp Musrifatul


Uliyah, S. Kp, 2009) adalah:

1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.


2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Frekuensi Pernapasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau


mengeluarkan udara per menit, dari dalam ke luar tubuh atau dari luar ke dalam tubuh.
Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar 16-18 kali. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan adalah:

1. Usia. Balita memiliki frekuensi pernapsan yang lebih cepat dibandingkan


dengan manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin
menurun.
2. Jenis kelamin. Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan yang lebih cepat
dibandingkan perempuan.
3. Suhu tubuh semakin tinggi suhu tubuh (demam) angka frekuensi pernapasan
akan semakin cepat.
4. Posisi tubuh. Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari di
bandingkan posisi diam. Frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat
dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan akan semakin cepat.
5. Aktivitas. Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin
cepat (Cahya Ramadhan, S. Pd, 2015).

Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pernapasan

Pengkajian yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pemeriksaan pernapasan


adalah sebagai berikut.

1. Mengkaji faktor risiko adanya gangguan pernapasan, seperti: demam, nyeri,


penyakit pada dinding atau otot paru-paru, distensi lambung, trauma dada, infeksi
paru-paru, emboli dan edema paru, serta cedera kepela yang disertai kerusakan pada
batang otak.
2. Mengkaji tanda dan gejala gangguan pernapasan seperti kuku, bibir, membran
mukosa biru atau kebiruan, lemas, penurunan kesadaran, nyeri saat bernapas, sesak
napas, suara napas abnormal, keluhan napas pendek-pendek, dan sputum yang
kental.
3. Mengkaji faktor-faktor yang secara normal memengaruhi pernapasan, seperti: umur,
kecepatan bernapas, aktifitas merokok, obat-obatan yang dapat mendepresi
pernapasan seperti narkotika, analgesik, anastesi umum, sedatif, dan perubahan
posisi.
4. Mengkaji nilai laboratorium, seperti analisis gas darah, hemoglobin, hematokrit, dan
pemeriksaan laboratorium lainnya yang berhubungan dengan pernapasan (Eviana S.
Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Periksaan ini dialakukan dengan cara menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe
atau pola pernapasan dengan ketentuan sebagaimana tertera pada tabel menurut (A.
Aziz Alimul Hidayat, 2009).
Pola Pernapasan Deskripsi
Susah napas yang ditunjukkan dengan adanya
Dispnea
retraksi dinding dada.
Frekuensi pernapasan lambat abnormal, tapi
Bradipnea
iramanya teratur.
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian
dengan periode abnea, umumnya pada bayi dan
Cheyne Stokes
pada anak selama tidur nyenyak, despresi dan
kerusakan otak
Napas dalam abnormal bisa cepat, atau lambat.
Kusmaul
Pada umumnya terjadi pada asidosis metabolik.
Tidak teratur, terlihat pada kerusakan otat bagian
Biot
bawah dan despresi pernapasan.

Batas Normal Pernapasan

Bayi : 30-40 x/mnt

Anak : 20-30 x/mnt

Dewasa : 16-20 x/mnt

Lansia : 14-16 x/mnt

Catatan:

Dispnea : pernapasan yang sulit

Tadipnea : pernapasan lebih dari normal (lebih dari 20 x/mnt)

Bradipnea: pernapasan kurang dari normal (kurang dari 20 x/mnt)

Apnea : pernapasan terhenti

Ipnea : pernapasan normal (Sonia Prastika, 2016)


3. Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya perubahan pelebaran
(vasodilatasi) dan penyempitan (vasokonstriksi) dari pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan yang timbul
oleh perbedaan sistolik dan diastolik. Denyut nadi dipengaruhi oleh saraf simpatik
(untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik (untuk menurunkan) (Eviana S.
Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Mekanisme Pengaturan Nadi
Setiap saat, ventrikel kiri dari jantung berkontraksi untuk memompa darah ke dalam
aorta, dinding arteri dari sistem darah melebar untuk mengompensasi peningkatan
tekanan. Pembesaran aorta mengirimkan suatu gelombang melalui dinding arteri, yang
pada palpasi ditandai dengan rasa denyutan. Nadi diatur oleh sistem saraf otonomik
melalui simpul sinoatrial (berkaitan dengan sinus venosus dan atrium jantung).
Rangsang parasimpatik menurunkan irama jantung, sedangkan rangsangan simpatik
meningkatkan irama jantung (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Banyaknya darah yang mendesak keluar dari ventrikal kiri pada setiap kontraksi
disebut volume sekuncup (stroke volume). Rata-rata jumlah darah pada setiap kontraksi
adalah 70 ml pada orang dewasa. Curah jantung adalah jumlah darah yang dikeluarkan
oleh jantung per menit. Volume ini digambarkan dengan menggunakan rumusan:

Curah jantung = volume sekuncup × frekuensi nadi

Dengan volume sekuncup 70 ml dan frekuensi nadi 72 kali per menit, maka curah
jantung sekitar 5.000 ml. Banyak faktor yang memenuhi irama (seperti latihan) dan
volume jantung (seperti status keseimbangan cairan seseorang). Bagaimanapun, tubuh
mencoba untuk mempertahankan pemasukan darah secukupnya ke sel dalam setiap
waktu. Contoh: ketika volume sekuncup menurun karena terjadi pendarahan, kontraksi
akan meningkat untuk mempertahankan curah jantung dalam waktu yang satu (Eviana
S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Tujuan Pemeriksaan Nadi
Tujuan pengukuran nadi yaitu untuk mengetahui kerja jantung atau denyut jantung,
untuk menentukan diagnosa dan untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan
pada seseorang (Prof. dr. Herman B. Rahmatika Phd, AIF, 2009).
Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi
Beberapa hal yang perlu dikaji sebelum melakukan pemeriksaan nadi adalah
sebagai berikut.
1. Mengkaji kondisi klien yang dapat mengakibatkan perubahan pada keadaan
nadinya, di antaranya: riwayat penyakit jantung, riwayat aritmia jantung (di
antaranya bradikardia, takikardia), blok jantung, nyeri dada, perdarahan, nyeri
akut, post-operasi, pemberian infus dalam jumlah yang besar, mengikuti tes
diagnosis kardiovaskular yang invasif.
2. Mengkaji tanda dan gejala gangguan kardiovaskular, seperti dispneu, lemas,
nyeri dada, orthopneu, syncope, palpitasi, distensi vena juguler, udema, kulit
pucat, atau sianosis.
3. Mengkaji faktor-faktor yang secara normal memengaruhi karakter nadi, seperti:
umur, frekuensi nadi, obat-obatan, antiaritmia, simpatometik, narkotik,
analgesik, anastesi umum, stimulus dari susunan saraf pusat, aktivitas,
perubahan postur, dan demam (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).

Batas Normal Nadi

Kecepatan rata-rata denyut nadi pada orang dewasa normal, adalah 60 sampai 90
denyut per menit, pada anak-anak kecepatannya 90 sampai 140, dan pada orang lanjut
usia 70 sampai 80 denyutan (Delp & Manning, 2009).

Batas nadi normal:

Bayi : 120-130 x/mnt

Anak : 80-90 x/mnt

Dewasa :70-80 x/mnt

Lansia : 60-70 x/mnt


Catatan:

Takikardia (nadi di atas normal) : lebih dari 100 x/mnt

Bradikardia (nadi di bawah normal) : kurang dari 60 x/mnt (Sonia Prastika, 2016)

4. Suhu
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan diatur oleh
hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ±6oC dari 37oC) dengan
menyeimbangkan antara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan (Eviana S.
Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh
Diawali dengan hipotalamus yang menerima pesan dari reseptor panas yang
berlokasi di seluruh tubuh, baik untuk memproduksi panas atau meningkatkan
kehilangan panas tubuh. Dalam kondisi normal, pusat panas mengatur suhu tubuh
dengan mempertahankan panas tubuh dalam rentang 35,9-37-4oC. Pusat panas tubuh
menggambarkan suhu dari viseral (dalam) dan otot, yang disekat oleh jaringan adiposa
dan kulit untuk mencegah kehilangan panas. Panas akan hilang ketika panas dari tubuh
yang ada dalam pusat panas ditransfer ke seluruh area kulit oleh darah (Eviana S.
Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Temperatur tubuh bervariasi pada beberapa bagian tubuh. Suhu inti tubuh lebih
tinggi dari suhu seluruh tubuh. Temperatur inti biasanya diukur secara rektal, tetapi
dapat juga diukur dalam esofagus, arteri pulmonari, atau kandung kemih melalui
monitor peralatan invasif. Pengukuran suhu tubuh yang lain dapat diukur di oral, aksila,
dan membran timpani (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).

Faktor Yang Mempengaruhi Suhu

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh adalah sebagai berikut.

1. Irama sirkadian
Perubahan proses lingkungan dan fisiologi terjadi dalam waktu yang selalu
berputar. Pola perputaran menujukkan suatu ritme circadian (mendekati setiap 24
jam). Fluktuasi dari nilai suhu tubuh merupakan salah satu contoh dari ritme
sirkadian. Sebagai contoh, terdapat variasi normal suhu tubuh pada pagi hari dan
sore hari. Suatu penelitian membuktikan bahwa puncak peningkatan dari suhu
tubuh seseorang terjadi antara pukul 4-7 sore/malam. Variasi ini cenderung terjadi
lebih banyak pada bayi dan anak-anak.
2. Usia
Baik usia yang sangat muda maupun sangat tua, umumnya lebih sensitif terhadap
perubahan suhu lingkungan. Suhu tubuh bayi dan anak-anak berespon lebih cepat,
baik terhadap suhu udara panas maupun dingin, dan hal ini memerlukan
pengawasan dari adanya perubahan yang berbahaya.
3. Jenis kelamin
Wanita cinderung mengalami fluktuasi suhu tubuh dibandingkan pria. Hal ini
kemungkinan adanya perubahan yang hormon pada wanita, seperti peningkatan
sekresi progesteron saat ovulasi yang dapat meningkatkan suhu tubuh sebesar 0,3-
0,6oC.
4. Stres
Tubuh berespon terhadap stres fisik dan emosional sebagai suatu ancaman.
Hasilnya adalah terjadi peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu tubuh.
5. Temperatur lingkungan
Sebagian besar dari individu berespons perubahan lingkungan dengan
menggunakan pakaian, baik saat panas ataupun dingin. Bagaimanapun, ketika
terpapar terhadap dinding yang sangat ekstrim tanpa menggunakan pakaian
sebagai pelindung, maka pelepasan panas dapat meningkat menjadi hipotermia
(suhu tubuh meningkat).
Pada keadaan cuaca yang dingin, pembuluh darah kutaneus (perifer) akan
mengalami vasokontriksi/menyempit sehingga panas lebih banyak di organ
internal dan panas yang hilang /dilepaskan akan minimal. Sementara pada cuaca
yang hangat, pembuluh darah kutaneus akan vasodilatasi/melebar sehingga
membawa darah lebih banyak ke permukaan yang akan meningkatkan pelepasan
panas melalui radiasi dan evaporasi (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Suhu
Sebelum melakukan pengukuran suhu tubuh, berikut adalah beberapa hal yang
perlu dikaji.
1. Mengkaji perlunya untuk mengukur suhu tubuh klien.
Pada kondisi-kondisi tertentu, perlu dilakukan pengukuran suhu tubuh pada
klien, di antaranya: pada infeksi, luka bakar yang terbuka lebar, hitung sel
darah putih (di bawah 5.000 atau di atas 10.000, obat-obatan imunosupresi,
cedera hipotalamus, terpapar suhu yang ekstrim).
2. Mengkaji tanda dan gejala dari gangguan suhu tubuh.
Tanda dan gejala peningkatan suhu tubuh: kulit pucat atau kemerahan, hangat
atau panas, kering, menggigil, lemas, nyeri otot, mual, muntah, diare, perasaan
panas atau dingin, lelah, dan takikardia. Tanda dan gejala penurunan suhu
tubuh: kulit pucat dan dingin, bradikardi atau aritmia, menggigil, pernapasan
yang dangkal, dan penurunan kesadaran.
3. Mengkaji faktor-faktor yang secara normal memengaruhi suhu.
Faktor-faktor yang memengaruhi suhu tubuh di antaranya adalah umur (pada
bayi mempunyai fluktuasi suhu yang luas, pada orang tua mengalami
penurunan pusat pengaturan suhu), kerja aktivitas otot menghasilkan panas,
hormonal, stres, keadaan suhu lingkungan, obat-obatan.
4. Mengkaji lokasi pengukuran yang tepat.
a. Lokasi oral adalah lokasi yang paling dapat diterima dan lebih nyaman,
serta lebih akurat karena terletak pada pusat suhu. Akan tetapi, pada
keadaan tertentu, pengukuran suhu tubuh melalui oral merupakan
kontraindikasi seperti pada orang yang mengalami penurunan kesadaran
pada anak-anak atau bayi, keadaan ini mana terdapat gangguan pada
rongga mulut, pada klien yang bernapas dengan mulut, riwayat kejang,
setelah makan atau minum atau merokok, dan klien dengan pemberian
oksigen (tunggu 30 menit).
b. Lokasi rektal adalah lokasi yang paling akurat karena terletak pada pusat
suhu, serta merupakan alternatif lain selain lokasi oral. Rektal merupakan
kontraindikasi ketika mukosa rektal mengalami gangguan seperti keadaan
hemoroid, pasca-operasi di daerah rektal, dan dengan traksi di daerah
spica.
c. Lokasi aksila. Aksila adalah lokasi yang paling aman, tetapi paling tidak
akurat. Dilakukan hanya dalam keadaan kontraindikasi pada daerah oral
dan rektal (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Batas Normal Pemeriksaan Suhu
Normal : 36,6oC – 37,2oC
Sub Febris : 37oC – 38oC
Febris : 38oC – 40oC
Hiperpireksis : 40oC – 42oC
Hipotermi : kurang dari 36oC
Hipertermi : lebih dari 40oC
Catatan:
Oral : 0,2oC – 0,5oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla: 0,5oC lebih rendah dari suhu oral (Sonia Prastika, 2016)
C. Prosedur Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan Darah
2. Pernapasan
3. Nadi

Persiapan Alat

Menurut (Dr. Handrawan Hadesul, 2009) persiapan alat sebagai berikut.

1. Stetoskop
2. Pena
3. Kapas Alkohol
4. Jam Tangan yang berdetik

Prosedur Pelaksanaan

Menurut (Dr. Handrawan Hadesul, 2009) prosedur pelaksanaan sebagai berikut.

1. Pengukuran Nadi Radial (perifer)


a. Cuci tangan untuk mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi.
b. Beri penjelasan akan tujuan dan manfaat prosedur tersebut bagi klien, serta prosedur
singkat pelaksanaan pengukuran nadi tersebut.
c. Jika klien tidur terlentang, letakkan lengan depan menyilang dada bawahnya dengan
pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan tertelungkup. Jika klien duduk, lekukan
sikunya 90℃ dan sanggah lengan bawahhnya oleh kursi atau tangan, pergelangan tangan
ekstensi dan telapak tangan tertelungkup. (Posisi relaksasi lengan bawah dan ekstensi
pergelangan tangan membuat arteri radial teraba dengan baik).
d. Letakkan 2 atau 3 ujung jari telunjk diatas nadi radial. (Ujung jari adalah bagian dari
tangan yang sensitif untuk meraba palpasi).
e. Tekanan nadi radial tersebut dengan tekanan yang cukup (Nadi akan akurat jika diperiksa
dengan tekanan sedang)>
f. Setelah didapatkan nadinya, mulai hitung dalam 15 detik (jika teratur) dan 1 menit jika
tidak teratur. (15 detik adalah waktu yang cukup untuk mengkaji keadaan nadi secara
akurat)>
g. Sambil menghitung frekuensi nadi, perhtikan keteraturan antara denyut nadi satu dengan
yang lainnya. (Kontraksi yang tidak efisien akan mengakibatkan gagalnya pengiriman
gelombang nadi dan dapat menggangu curah jantung ).
h. Tentukan pula kekuatan /amplitudo nadi. (Amplitudo menggambarkan jumlah darah
yang disemprotkan oleh jantung untuk setiap kontraksinya).
i. Cuci Tangan.
2. Pengkuran Nadi apikal
a. Cuci tangan untuk mencegah kotamiasi.
b. Jelaskan tujuan dan manfaat, serta prosedur singkat pelaksanaan pengukuran nadi
tesebut. (Mendorong klien bekerja sama).
c. Bersihkan permukaan diagfragma stetoskop dengan kapas alkohol
d. Pasang sampiran untuk menjaga privasi klien.
e. Buka daerah ternum dan daerah sisi kiri dada. (Untuk membuka daerah yang akan
diperiksa).
f. Letakkan dua ujung jari telunjuk dipertengahan midklavikula interkostal 5 dan raba titik
dimana terdapat impuls maksimum.
g. Letakkan diafragma stetoskop selama 5-10 detik pada telapak tangan perawat. (Untuk
menghangatkan diafragma sehingga tidsk menimbulkan rangsangan pada klien yang
dapat mempengaruhi pemeriksaan.
h. Letakkan diafragma pada pertengahan midklavikula interkostal untuk menentukan S1 dan
S2 (bunyi lub dub).Kontraksi sistolik ventrikel terjadi antara S1 dan S2.
i. Ketika S1 dan S2 terdengar teratur, mulailah mengitung frekuensi nadi tersebut dalam 30
detik (jika teratur) dan dalam 1 menit (jika tidak teratur).
j. Rapihkan kembali baju klien.
k. Cuci tangan.

4. Suhu

Anda mungkin juga menyukai