Rumusan Masalah:
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh karena itu banyaknya faktor yang mempengaruhi tekanan darah, maka
pengukuran tekanan darah tidak terlalu bermakna apabila hanya dilakukan satu kali
pengukuran. (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012)
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem
kardivaskuler .Nilai tekanan darah normal menurut (Khoirul Latifin & Satria
Yudha Kusuma, 2014)
Diastolik
No Kategori Sitolik (mmHg)
(mmHg)
1. Optimal <120 <180
2. Normal <130 <85
3. Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
4. (ringan ) 140-149 90-94
Subgrup: pembatasan
5. Hipertensi Derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
6. Hipertensi Derajat 3 (berat) ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik ≥140 <90
7. (isolated systolic hypertension) 140-149 <90
Subgrup: pembatasan
2. Pernafasan
Pemeriksaan status pernapasan meliputi suara napas, cara bernapas, dan gangguan
suara napas. Tanda-tanda meningknya usaha bernapas ditandai dengan retraksi dinding
dada, tarikan trakea, pernapasan cuping hidung, keterlibatan otot dada atau aksesorious,
ketidak mampuan berbicara dalam satu kalimat penuh, dan munculnya suara napas
yang terganggu (Dewi Kartika N., 2011).
Nilai pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem
pernafasan dalam melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida (Khoirul Latifin
& Satria Yudha Kusuma, 2014).
Catatan:
Dengan volume sekuncup 70 ml dan frekuensi nadi 72 kali per menit, maka curah
jantung sekitar 5.000 ml. Banyak faktor yang memenuhi irama (seperti latihan) dan
volume jantung (seperti status keseimbangan cairan seseorang). Bagaimanapun, tubuh
mencoba untuk mempertahankan pemasukan darah secukupnya ke sel dalam setiap
waktu. Contoh: ketika volume sekuncup menurun karena terjadi pendarahan, kontraksi
akan meningkat untuk mempertahankan curah jantung dalam waktu yang satu (Eviana
S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Tujuan Pemeriksaan Nadi
Tujuan pengukuran nadi yaitu untuk mengetahui kerja jantung atau denyut jantung,
untuk menentukan diagnosa dan untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan
pada seseorang (Prof. dr. Herman B. Rahmatika Phd, AIF, 2009).
Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi
Beberapa hal yang perlu dikaji sebelum melakukan pemeriksaan nadi adalah
sebagai berikut.
1. Mengkaji kondisi klien yang dapat mengakibatkan perubahan pada keadaan
nadinya, di antaranya: riwayat penyakit jantung, riwayat aritmia jantung (di
antaranya bradikardia, takikardia), blok jantung, nyeri dada, perdarahan, nyeri
akut, post-operasi, pemberian infus dalam jumlah yang besar, mengikuti tes
diagnosis kardiovaskular yang invasif.
2. Mengkaji tanda dan gejala gangguan kardiovaskular, seperti dispneu, lemas,
nyeri dada, orthopneu, syncope, palpitasi, distensi vena juguler, udema, kulit
pucat, atau sianosis.
3. Mengkaji faktor-faktor yang secara normal memengaruhi karakter nadi, seperti:
umur, frekuensi nadi, obat-obatan, antiaritmia, simpatometik, narkotik,
analgesik, anastesi umum, stimulus dari susunan saraf pusat, aktivitas,
perubahan postur, dan demam (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Kecepatan rata-rata denyut nadi pada orang dewasa normal, adalah 60 sampai 90
denyut per menit, pada anak-anak kecepatannya 90 sampai 140, dan pada orang lanjut
usia 70 sampai 80 denyutan (Delp & Manning, 2009).
Bradikardia (nadi di bawah normal) : kurang dari 60 x/mnt (Sonia Prastika, 2016)
4. Suhu
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan diatur oleh
hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ±6oC dari 37oC) dengan
menyeimbangkan antara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan (Eviana S.
Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh
Diawali dengan hipotalamus yang menerima pesan dari reseptor panas yang
berlokasi di seluruh tubuh, baik untuk memproduksi panas atau meningkatkan
kehilangan panas tubuh. Dalam kondisi normal, pusat panas mengatur suhu tubuh
dengan mempertahankan panas tubuh dalam rentang 35,9-37-4oC. Pusat panas tubuh
menggambarkan suhu dari viseral (dalam) dan otot, yang disekat oleh jaringan adiposa
dan kulit untuk mencegah kehilangan panas. Panas akan hilang ketika panas dari tubuh
yang ada dalam pusat panas ditransfer ke seluruh area kulit oleh darah (Eviana S.
Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Temperatur tubuh bervariasi pada beberapa bagian tubuh. Suhu inti tubuh lebih
tinggi dari suhu seluruh tubuh. Temperatur inti biasanya diukur secara rektal, tetapi
dapat juga diukur dalam esofagus, arteri pulmonari, atau kandung kemih melalui
monitor peralatan invasif. Pengukuran suhu tubuh yang lain dapat diukur di oral, aksila,
dan membran timpani (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh adalah sebagai berikut.
1. Irama sirkadian
Perubahan proses lingkungan dan fisiologi terjadi dalam waktu yang selalu
berputar. Pola perputaran menujukkan suatu ritme circadian (mendekati setiap 24
jam). Fluktuasi dari nilai suhu tubuh merupakan salah satu contoh dari ritme
sirkadian. Sebagai contoh, terdapat variasi normal suhu tubuh pada pagi hari dan
sore hari. Suatu penelitian membuktikan bahwa puncak peningkatan dari suhu
tubuh seseorang terjadi antara pukul 4-7 sore/malam. Variasi ini cenderung terjadi
lebih banyak pada bayi dan anak-anak.
2. Usia
Baik usia yang sangat muda maupun sangat tua, umumnya lebih sensitif terhadap
perubahan suhu lingkungan. Suhu tubuh bayi dan anak-anak berespon lebih cepat,
baik terhadap suhu udara panas maupun dingin, dan hal ini memerlukan
pengawasan dari adanya perubahan yang berbahaya.
3. Jenis kelamin
Wanita cinderung mengalami fluktuasi suhu tubuh dibandingkan pria. Hal ini
kemungkinan adanya perubahan yang hormon pada wanita, seperti peningkatan
sekresi progesteron saat ovulasi yang dapat meningkatkan suhu tubuh sebesar 0,3-
0,6oC.
4. Stres
Tubuh berespon terhadap stres fisik dan emosional sebagai suatu ancaman.
Hasilnya adalah terjadi peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu tubuh.
5. Temperatur lingkungan
Sebagian besar dari individu berespons perubahan lingkungan dengan
menggunakan pakaian, baik saat panas ataupun dingin. Bagaimanapun, ketika
terpapar terhadap dinding yang sangat ekstrim tanpa menggunakan pakaian
sebagai pelindung, maka pelepasan panas dapat meningkat menjadi hipotermia
(suhu tubuh meningkat).
Pada keadaan cuaca yang dingin, pembuluh darah kutaneus (perifer) akan
mengalami vasokontriksi/menyempit sehingga panas lebih banyak di organ
internal dan panas yang hilang /dilepaskan akan minimal. Sementara pada cuaca
yang hangat, pembuluh darah kutaneus akan vasodilatasi/melebar sehingga
membawa darah lebih banyak ke permukaan yang akan meningkatkan pelepasan
panas melalui radiasi dan evaporasi (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Suhu
Sebelum melakukan pengukuran suhu tubuh, berikut adalah beberapa hal yang
perlu dikaji.
1. Mengkaji perlunya untuk mengukur suhu tubuh klien.
Pada kondisi-kondisi tertentu, perlu dilakukan pengukuran suhu tubuh pada
klien, di antaranya: pada infeksi, luka bakar yang terbuka lebar, hitung sel
darah putih (di bawah 5.000 atau di atas 10.000, obat-obatan imunosupresi,
cedera hipotalamus, terpapar suhu yang ekstrim).
2. Mengkaji tanda dan gejala dari gangguan suhu tubuh.
Tanda dan gejala peningkatan suhu tubuh: kulit pucat atau kemerahan, hangat
atau panas, kering, menggigil, lemas, nyeri otot, mual, muntah, diare, perasaan
panas atau dingin, lelah, dan takikardia. Tanda dan gejala penurunan suhu
tubuh: kulit pucat dan dingin, bradikardi atau aritmia, menggigil, pernapasan
yang dangkal, dan penurunan kesadaran.
3. Mengkaji faktor-faktor yang secara normal memengaruhi suhu.
Faktor-faktor yang memengaruhi suhu tubuh di antaranya adalah umur (pada
bayi mempunyai fluktuasi suhu yang luas, pada orang tua mengalami
penurunan pusat pengaturan suhu), kerja aktivitas otot menghasilkan panas,
hormonal, stres, keadaan suhu lingkungan, obat-obatan.
4. Mengkaji lokasi pengukuran yang tepat.
a. Lokasi oral adalah lokasi yang paling dapat diterima dan lebih nyaman,
serta lebih akurat karena terletak pada pusat suhu. Akan tetapi, pada
keadaan tertentu, pengukuran suhu tubuh melalui oral merupakan
kontraindikasi seperti pada orang yang mengalami penurunan kesadaran
pada anak-anak atau bayi, keadaan ini mana terdapat gangguan pada
rongga mulut, pada klien yang bernapas dengan mulut, riwayat kejang,
setelah makan atau minum atau merokok, dan klien dengan pemberian
oksigen (tunggu 30 menit).
b. Lokasi rektal adalah lokasi yang paling akurat karena terletak pada pusat
suhu, serta merupakan alternatif lain selain lokasi oral. Rektal merupakan
kontraindikasi ketika mukosa rektal mengalami gangguan seperti keadaan
hemoroid, pasca-operasi di daerah rektal, dan dengan traksi di daerah
spica.
c. Lokasi aksila. Aksila adalah lokasi yang paling aman, tetapi paling tidak
akurat. Dilakukan hanya dalam keadaan kontraindikasi pada daerah oral
dan rektal (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Batas Normal Pemeriksaan Suhu
Normal : 36,6oC – 37,2oC
Sub Febris : 37oC – 38oC
Febris : 38oC – 40oC
Hiperpireksis : 40oC – 42oC
Hipotermi : kurang dari 36oC
Hipertermi : lebih dari 40oC
Catatan:
Oral : 0,2oC – 0,5oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla: 0,5oC lebih rendah dari suhu oral (Sonia Prastika, 2016)
C. Prosedur Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan Darah
2. Pernapasan
3. Nadi
Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Pena
3. Kapas Alkohol
4. Jam Tangan yang berdetik
Prosedur Pelaksanaan
4. Suhu