Anda di halaman 1dari 79

1

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


RUMAH SAKIT PKU ‘AISYIYAH BOYOLALI

Oleh :
1. Asnan Azwar Nugraha 1504011
2. Ervina Nur Asih 1504016
3. Yustina Dewi Mahardika 1504049

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
2018/2019

1
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun

2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial & ekonomis (Anonim, 2009).Kebutuhan kesehatan merupakan

unsur yang harus terpenuhi karena merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dalam suatu

kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar kebutuhan kesehatan masyarakat

dapat terpenuhi secara optimal, maka pemerintah melakukan banyak

perubahan di bidang kesehatan dengan cara memberikan pelayanan kesehatan

yang lebih komprehensif. Masyarakat yang membutuhkan pelayanan

kesehatan tersebut dapat lebih mudah untuk menjangkaunya (Anonim, 2009).

Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan.Sarana kesehatan dapat meliputi balai

pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit

khusus, praktek dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis, toko obat,

Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).Rumah sakit umum

merupakan suatu organisasi sosial terintegrasi yang berfungsi untuk

menyediakan pelayanan kesehatan lengkap bagi masyarakat, yaitu untuk

tujuan kuratif, promotif, rehabilitatif, maupun preventif.

1
1
2

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai

misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan

pelatihan tenaga kesehatan serta sebagai tempat penelitian dan pengembangan

kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di

Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi (Siregar, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di

Rumah Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Instalasi

Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu bagian atau fasilitas di Rumah

Sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu beberapa Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang memenuhi persyaratan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat, fasilitas,

dan bertanggungjawab atas seluruh pelayanan kefarmasian.

Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian (TTK).Tenaga kefarmasian yang bekerja di instalasi farmasi

rumah sakit harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang

pelayanan farmasi dan komunikasi personal yang baik.Untuk mencapai

kemampuan tersebut, tenaga kefarmasian memerlukan pendidikan yang baik

secara teori dan praktek mengenai pengetahuan dan pengalaman kerja yang

nyata.

Melihat fenomena peran farmasi yang semakin kompleks dan beragam

saat ini, maka dibutuhkan adanya upaya pembelajaran ditingkat profesi

2
3

sebelum karya mahasiswa benar-benar terjun ke lapangan kerja, salah satunya

yaitu melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RS ‘PKU Aisyiyah Boyolali.

Selain itu juga berfungsi sebagai kegiatan pengembangan sumber daya

manusia untuk meningkatkan potensi dan produktivitas secara optimal, serta

untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan dibidang

farmasi.Diharapkan dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) ini dapat

meningkatkan kompotensi dan pengetahuan serta mempersiapkan diri untuk

mampu bersaing dan lebih siap serta matang berperan sebagai tenaga

kefarmasian dengan menerapkan kode etik seorang farmasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami ruang lingkup secara umum Rumah

Sakit khususnya RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali..

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami :

a. Organisasi Rumah Sakit

b. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

c. Formularium Rumah Sakit

d. Pengemasan obat

e. Pelayanan Informasi Obat

f. Farmasi Klinik

g. Pengadaan (perencanaan, pemesanan, penerimaan)


4

h. Pergudangan

i. Distribusi

j. Adminitrasi (Sistem pembukuan atau pengarsipan, pelaporan dan

pemusnahan ) perbekalan farmasi.

C. Manfaat PKL

1. Menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia perkuliahan maupun

dunia kerja.

2. Menerapkan materi perkuliahan.

3. Menambah ilmu yang belum didapat selama perkuliahan.


5

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai

kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani

masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud

yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar,

2004).

Menurut WHO Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu

organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (Anonim, 2010).

Dari pengertian tersebut, rumah sakit melakukan beberapa jenis

pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitas, pencegahan dan peningkatan

kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para

medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi

bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan

sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaraan

5
6

kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan

(Anonim, 2010).

Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009 pasal 33 tentang Rumah

Sakit, setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan

akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah

Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,

unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan.

Jika disimpulkan maka Struktur Organisasi Rumah Sakit terdiri dari:

Kepala Rumah Sakit atau Direktur, Unsur Pelayanan bidang Medis,

Keperawatan, Penunjang Medis, Komite, Satuan pemeriksa Internal,

Administrasi umum dan keuangan.

B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tanggal 19

oktober 2004 tentang Rumah Sakit yang mempunyai misi memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Tugas Rumah Sakit

Umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan

serta pelaksanaan upaya rujukan (Depkes RI, 1992).


7

Fungsi Rumah Sakit menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009

adalah (Anonim, 2004):

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

Menurut Depkes RI (1992) dalam upaya menyelenggarakan fungsinya,

maka Rumah Sakit umum menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

f. Administrasi umum dan keuangan


8

C. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 pasal 24,

rumahsakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan pada semua jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu jenis penyakit tertentu berdasarkan umur

dan organ tubuh.

2. Berdasarkan Pengelolaannya

a. Rumah Sakit Publik

Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola

oleh pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat

nirlaba.

b. Rumah Sakit Privat

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh

badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan atau

Perseroan Terbatas (PT).


9

3. Berdasarkan Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Umum

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan pelayanan medis spesialistik luas dan sub

spesialistik luas serta berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dengan

kapasitas lebih dari 1000 unit tempat tidur.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-

kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Rumah sakit

umum kelas B dibagi menjadi rumah sakit umum kelas B pendidikan

dan non-pendidikan dengan kapasitas 500-1000 unit tempat tidur.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialis dasar

yaitu: spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit anak, spesialis

kebidanan dan spesialis bedah dengan kapasitas 100-500 unit tempat

tidur.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar seperti

pelayanan medis kedokteran gigi dan mampu menampung pelayanan


10

medis yang berasal dari Puskesmas dengan kapasitas tempat tidur

kurang dari 100 unit.

D. Persyaratan Rumah Sakit

Rumah sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

swasta. Dalam UU No. 44 tahun 2009 Bab V Pasal 7 mengenai Persyaratan

Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan

lokasi, bangunan, prasarana, SDM (tenaga medis & penunjang medis, tenaga

nonmedis, serta tenaga manajemen), kefarmasian, dan peralatan medis &

nonmedis yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,

keselamatan dan layak pakai (Anonim, 2009).

Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud adalah harus memenuhi

ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta

sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah

sakit yang didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip

pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta demografi(Anonim,

2009).

Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan

sebagaimana dimaksud adalah menyangkut tentang upaya pemantauan

lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan dan/ atau dengan analisis

mengenai dampak lingkungan yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana

dimaksud adalah dengan dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang


11

diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota, Rencana Tata

Ruang Kawasan Perkotaan dan/ atau Rencana Tata Bangunan & Lingkungan

(Anonim, 2009).

Persyaratan bangunan rumah sakit sebagaimana yang dimaksud

meliputi persyaratan administratif & persyaratan teknis bangunan gedung

pada umumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan persyaratan teknis bangunan rumah sakit harus sesuai dengan

fungsi, kenyamanan & kemudahan dalam pemberian pelayanan serta

perlindungan & keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,

anak-anak dan orang usia lanjut. Bangunan rumah sakit harus dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,

pendidikan & pelatihan, serta penelitian & pengembangan ilmu pengetahuan

serta teknologi kesehatan (Anonim, 2009).

E. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, instalasi

farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi farmasi dipimpin

oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab dan Tenaga Teknik

Kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja di bawah supervisi Apoteker

dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi

rumah sakit (Anonim, 2014).


12

Dalam instalasi farmasi rumah sakit terdapat sediaan farmasi yang

meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Alat kesehatan

adalah instrumen, aparatus, mesin dan/ atau implan yang tidak mengandung

obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan &

meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada

manusia, dan/ atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Bahan Medis Habis Pakai (BMHB) adalah alat kesehatan yang ditujukan

untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur

dalam peraturan perundang-undangan (Anonim, 2014).

F. Struktur Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu :Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

Administrasi Farmasi, Pengelolaan perbekalan farmasi, Pelayanan farmasi

klinik dan Manajemen mutu.

Struktur organisasi IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dapat

dikembangkan dalam 3 tingkat yaitu :

1. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan,

dan pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh.

2. Manajer tingkat menengah, kebanyakan kepala bagian/unit fungsional

bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan


13

yang berkaitan dengan mutu dalam daerah/bidang fungsional mereka,

untuk mencapai mutu produk dan pelayanan yang diinginkan.

3. Manajer garis depan terdiri atas personel pengawas yang secara langsung

memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu

selama berbagai tahap memproses produk dan pelayanan.

Pelayanan Rumah
Sakit

Panitia Farmasi & Kepala Instalasi


Terapi (PTF) Farmasi

Koordinator Koordinator Koordinator


Perencanaan & Managemen Farmasi Klinik
Perbekalan Kefarmasian
Framasi

-Perencanaan Pengelolaan - Farmasi Rawat


-Pengadaan Sediaan Farmasi Jalan
- Farmasi Rawat
Inap

Keterangan :

( ) = Koordinasi

( ) = Tugas kewenangan

( ) = Fungsi

Gambar 2.1. Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Suharsono, 2005).
14

G. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, tugas

pokok instalasi farmasi rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanankefarmasian yang optimal danprofesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi.

2. Melaksanakan pengelolaan kediaan farmasi, alatkesehatan, danbahan

medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaanfarmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimalkanrisiko.

4. MelaksanakanKomunikasi,Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

5. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi.

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembanganpelayanan

kefarmasian.

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.


15

H. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, fungsi

instalasi farmasi rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habispakai

a. Memilih sediaanfarmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.

c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku.

d. Memproduksi sediaanfarmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima sediaanfarmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan sediaanfarmasi, alat kesehatan dan bahan medishabis

pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan sediaanfarmasi,alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.

i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari.


16

j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaanfarmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai (apabila sudah

memungkinkan).

k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan sediaanfarmasi, alat kesehatan, danbahan medis habis pakai.

l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.

m. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai.

n. Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik

a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaanobat.

b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.

c. Melaksanakan rekonsiliasi obat.

d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan

resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.

e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan sediaanfarmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.

g. Memberikan konseling pada pasien atau keluarganya.


17

h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang meliputi

Pemantauan efek terapi obat, Pemantauan efek samping obat,

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

j. Melaksanakan dispensing sediaan steril.

1) Melakukan pencampuran obat suntik

2) Menyiapkan nutrisi parenteral

3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik

4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil

k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenagakesehatan

lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit.

l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

I. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pengelolaan perbekalan farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah SakitPasal 3 ayat (2), merupakan suatu siklus

kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan

pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Adapun

penjelasan dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:


18

1. Pemilihan

Pemilihanadalah proses kegiatan sejak dari meninjau masalah

kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk

dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat

esensial, standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,

jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran. Untuk menghindari kekosongan obat atau Alkes di IFRS ada

hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan antara lain:

a. Kebutuhan

Perencanaan yang baik harus sesuai dengan kebutuhan IFRS,

perhitungan kebutuhan yang benar akan mencegah pengadaan

perbekalan farmasi yang berlebihan.

b. Persediaan atau stok sisa

Lihat berapa jumlah stok sisa yang ada maka dari data tersebut

dapat dijadikan acuan jumlah yang akan dibeli untuk satu jenis

perbekalan farmasi.

c. Prioritas

Perbekalan farmasi yang sering dibutuhkan pasien di rumah sakit

hendaklah diprioritaskan paling utama untuk diadakan.


19

d. Waktu Tunggu

Proses pengiriman perbekalan farmasi dari distributor ke IFRS

memerlukan waktu. Pengadaan melalui tender memerlukan waktu

yang lama berbeda dengan pengadaaan melalui pembelian langsung

mungkin waktu pengiriman akan lebih cepat.

e. Metode Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan dalam

pemilihan jenis, jumlah dan harga dalam perbekalan farmasi yang

sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari

kekosongan dan kelebihan stok obat.Perencanaan juga memiliki

beberapa pedoman untuk mengetahui apakah perencanaan yang dibuat

sudah benar. Pedoman yang digunakan dalam perencanaan antara lain:

a) Analisis ABC(Always, Better, Control)

Mengukur permintaan tahunan setiap item persediaan yang

digunakan dengan setiap unit biaya.

1) Klasifikasi A

Jika nilai penggunaan paling tinggi 75-80% dan total biaya

dengan jumlah 10-20% dari total jenis obat.

2) Klasifikasi B

Jika nilai penggunaan banyak menghabiskan 15-20% dari

total biaya dengan jumlah 30% dari total jenis obat.


20

3) Klasifikasi C

Jika tidak butuh penanganan khusus menghabiskan biaya 5-

10% dari total biaya dengan menggunakan jumlah obat 50%

dari total jenis obat.

b) Pertimbangan atau kriteria VEN (Vital, Esensial dan Non

Esensial)

Menunjukkan prioritas kebutuhan suatu jenis obat dan suatu jenis

obat vital (harus tersedia), esensial (perlu tersedia) atau non

esensial (tidak ada tidak apa-apa).

1) Obat vital
Untuk menyelamatkan kehidupan, bila tidak tersedia akan
meningkatkan resiko kematian.

Contoh: injeksi adrenalin, lidokain, aminofilin.

2) Obat esensial
Obat yang sering digunakan dan sesuai epidemik penyakit
yang banyak terjadi.
Contoh: antibiotik, analgetik.
3) Obat non esensial
Obat yang jarang digunakan karena prevalensi penyakit
penyakit rendah.
Contoh: multivitamin dan mineral.
c) Analisa PUT (Prioritas, Utama, Tambahan)
1) Prioritas

Termasuk didalamnya kategori Vital A, Vital B, Vital C.


21

2) Utama

Termasuk didalamnya kategori Essensial A, Essensial B,

Essensial C.

3) Tambahan

Termasuk didalamnya kategori non essensial A, non essensial

B, non essensial C.

Selain pedoman tersebut juga memiliki metode perencanaan

yaitu antara lain metode konsumsi, metode epidemiologi dan metode

kombinasi dari metode konsumsi dan epidemiologi.

a) Metode Konsumsi

Metode konsumsi merupakan metode paling mudah karena

berdasarkan data obat yang banyak dipakai pasien, data ini dapat

diperoleh dari kartu stok masing-masing perbekalan farmasi.

b) Metode Epidemiologi

Metode yang menggunakan data dari penyakit yang banyak

diderita oleh pasien.

c) Metode Kombinasi

Metode kombinasi adalah gabungan dari metode konsumsi

dan epidemiologi, umumnya dilakukan untuk kasus-kasus yang

dapat diprediksi biasanya rencana perbekalan yang akan dipesan

dicatat di buku defecta.


22

3. Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan membuat surat

pesanan (SP) yang ditujukan kepada distributor atau PBF. Surat pesanan

tersebut disusun berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan. Proses

pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian baik pembelian secara

langsung atau melalui tender.

a. Pembelian

1) Pembelian secara langsung

Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan membuat

surat pesanan (SP) yang ditujukan kepada distributor atau PBF.

Surat pesanan tersebut disusun berdasarkan perencanaan yang

telah dilakukan. Proses pengadaan dapat dilakukan dengan

pembelian baik pembelian secara langsung atau melalui tender.

2) Pembelian secara tender

Pembelian secara tender yaitu pembelian dengan

menyenggarakan kompetisi pengadaan perbekalan farmasi

dengan harga paling murah. Pihak yang dapat menyediakan

harga paling murah akan ditunjuk untuk menyediakan

kebutuhan perbekalan farmasi di IFRS. Metode ini merupakan

metode terbaik tetapi pelaksanaannya rumit dan butuh waktu

yang lama.
23

b. Produksi pembuatan sediaan farmasi

Produksi merupakan kegiaan membuat, merubah bentuk,

dan pengemas kembali sediaan farmasi steril dan non steril untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

dilakukan oleh instalasi farmasi rumah sakit (IFRS).

c. Sumbangan atau droping.

4. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan menerima perbekalan farmasi yang

telah dipesan ke PBF atau unit gudang pelayanan kesehatan sesuai

dengan aturan kefarmasian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penerimaan saat barang datang dari gudang adalah barang yang diterima

dipisahkan dengan barang lain untuk diperiksa terlebih dahulu, setelah

selesai dimasukkan kegudang dengan mencatat pada kartu stok guna

pengendalian inventarisnya.

5. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaman barang dengan

menempatkan obat-obatan atau Alkes sesuai metode penyimpanan.

Metode penyimpanan diantaranya :

a. Metode FIFO (First In First Out)

FIFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang

pertama masuk, maka yang lebih dahulu dikeluarkan.


24

b. Metode FEFO (First Exfire First Out)

FEFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang

masa kadaluarsanya paling dekat, maka yang paling dahulu

dikeluarkan.

c. Berdasarkan Bentuk Sediaan

Metodeini lebih tepat dalam penyimpanan obat-obatan,

misalnya sediaan tablet dipisah dengan sedian syrup dan disimpan di

rak atau etalase yang berbeda.

d. Berdasarkan Kelas Terapi Obat

Metode ini dilakukan dengan cara memisahkan obat-obatan tiap

golongan dan tidak mempertimbangkan bentuk sediaan atau efek

farmakologinya, yang terpenting obat tertata sesuai golongannya.

e. Berdasarkan Alfabetis

Perbekalan farmasi ditata sesuai namanya secara berurutan dari

A sampai Z. Keuntungan metode ini adalah obat atau alkes akan lebih

mudah dicari dan kelemahannya gudang tidak digunakan secara

maksimal.

f. Berdasarkan Efek Farmakologi

Metode ini dilakukan dengan cara menata obat sesuai

khasiatnya misalnya obat untuk batuk berdahak ditempatkan berbeda

dengan obat untuk batuk kering.


25

6. Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien serta

untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi perbekalan farmasi

(untuk ruang rawat inap) yaitu :

a. Sistem persediaan lengkap diruangan (total floor stok). Dalam sistem

ini semua suplai obat disediakan pada setiap pos perawatan atau

lingkungan perawatan pasien, keuntungan dari sistem ini adalah obat

yang dibutuhkan cepat tersedia, meniadakan obat retur, pasien tidak

harus membayar obat yang berlebih, dan mengurangi jumlah

personalia farmasi. Kerugian dari sistem ini adalah sering terjadi

kesalahan peracikan oleh perawat.

b. Sistem resep perseorangan(individual prescription), biaya yang

digunakan rumah sakit relative kecil, karena memudahkan cara

untuk menarik pembayaran obat pasien secara perorangan.

Keuntungan sistem ini yaitu resep dapat dikaji lebih dahulu oleh

apoteker dan ada interaksi antara apoteker, dokter, perawat serta ada

pengendalian persediaan. Kerugian dari sistem ini adalah bila obat

berlebih, pasien harus membayar disamping itu distribusi obat dapat

terlambat sampai kepasien.

c. Sistem unit dose dispensing (UDD) dalam sistem ini obat

dipersiapkan dalam bentuk dosis tunggal atau ganda yang berisi obat

dalam jumlah yang telah ditetapkan atau dalam jumlah yang cukup
26

untuk satu kali penggunaan dosis biasa. Keuntungan dari sistem ini

adalah pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya.

Kerugiannya yaitu obat harus sudah ada diruangan beberapa saat

sebelum diberikan dan membutuhkan banyak tenaga.

Metode yang digunakan dalam unit dose dispensing yaitu :

1) Sentralisasi: semua obat didistribusikan dari farmasi pusat.

2) Desentralisasi: adanya satelit depo farmasi di setiap atau lebih

ruang rawat.

3) Kombinasi keduanya

Pelayanan desentralisasi dilakukan hanya pada dosis awal dan

kasus gawat darurat dan pelayanan selanjutnya dilakukan secara

sentralisasi.Yang termasuk dalam sistem distribusi desentralisasi

adalah instalasi bedah sentral yang merupakan contoh pelayanan

perbekalan farmasi yang dilayani oleh instalasi farmasi.

Pelayanan perbekalan farmasi di instalasi farmasi bedah sentral

dapat dikategorikan antara lain:

a. Pelayanan resep pre-operating (pelayanan resep sebelum

operasi) yaitu pelayanan resep dokter anestesi sebelum

dilakukan anestesi. Pelayanan resep-resep untuk anestesi

dilakukan pagi hari sebelum operasi dilakukan, dimana resep

telah diterima sehari sebelumnya untuk mempercepat pelayanan.


27

b. Pelayanan resep durante operating (pelayanan resep selama

operasi) yaitu pelayanan resep dokter bedah selama operasi

berlangsung.

c. Pelayanan resep post operating yaitu pelayanan resep setelah

selesai operasi.

Sifat operasi yang ditangani oleh instalasi bedah sentral ada

dua macam yaitu: terencana, artinya operasi yang dilakukan

berdasarkan daftar operasi yang telah masuk, sehingga paling lambat

1 hari sebelum dilakukan operasi pasien sudah mengetahui, dan

emergency artinya operasi yang dilakukan secara mendadak tanpa

rencana. Ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa pasien yang

benar-benar membutuhkan penganganan serius.

Untuk sistem perbekalan farmasi yang dilakukan di instalasi

bedah sentral adalah pelayanan farmasi dengan sistem individual

prescription.Pelayanan ini diberikan pada pasien yang menjalani

pembedahan di instalasi bedah sentral, dan pelayanan dengan sistem

harian (daily service).Sistem pelayanan ini diberikan kepada unit

pelayanan bedah di instalasi bedah sentral yang dikategorikan dalam

pelayanan sebelum operasi dan sesudah operasi.

7. Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya kelebihan dan kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit

pelayanan.
28

8. Pemusnahan

Pemusnahan adalah kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak dan tidak

memenuhi standar.

9. Administrasi dan Pelaporan

a. Administrasi

Administrasi bertujuan memonitor transaksi perbekalan farmasi yang

masuk dan keluar.Pencatatan bisa dilakukan secara manual dan

komputer.

b. Pelaporan

Pelaporan berisi kumpulan catatan pendataan kegiatan administrasi

perbekalan farmasi.

10. Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan

mutu pengelolaan perbekalan farmasi.

J. Penggolongan Obat

Penggolongan obat dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan dan

ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi.Penggolongan obat ini

terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, obat

narkotika dan obat wajib apotek (OWA).Penggolongan obat ini tercantum

dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 917/Menkes/Per/1993 yang kini


29

diubah menjadi Permenkes No. 949/Menkes/Per/2000. Penggolongan obat itu

terdiri dari:

1. Obat Bebas

Obat bebas yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, toko obat

bahkan di warung.Obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi

hitam.Contoh obat bebas adalah paracetamol, antasida dan obat batuk

hitam.Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor

2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas

terbatas.

Gambar 2.2. Tanda khusus obat bebas.

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas atau yang masuk dalam daftar “W”, menurut

bahasa Belanda “W” singkatan dari “Waarschuwing” artinya

peringatan.Jadi, maksudnya obat yang padapenjualannya disertai dengan

peringatan tertentu yang ditandai dengan lingkaran biru bergaris tepi

hitam.Contoh obat bebas terbatas adalah paratusin, proris dan CTM.

Gambar 2.3.Tanda khusus obat bebas terbatas.


Obat-obatan yang masuk kedalam daftar obat “W” atau obat bebas

terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada konsumen tanpa
30

resep dokter, dalam penyerahannya harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya

atau pembuatnya.

b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan

tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut

berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat

pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:

P1 :Awas ! Obat Keras ! Baca aturan pakainya

P.No.1.

Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya

Contoh : CTM, Bodrex.


Bacalah aturan pemakaiannya.
P2 : Awas ! Obat Keras ! Hanya untuk kumur, jangan ditelan

P.No.2.

Awas! Obat keras!Hanya untuk kumur, jangan ditelan

Hanya untuk
Contoh : Listerin, kumur.Jangan ditelan.
Albotil.

P3 : Awas ! Obat Keras ! Hanya untuk bagian luar badan

P.No.3.
Contoh : Insto, Betadine.
Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan

Hanya untuk bagian luar dari badan.

Contoh : Insto, Betadine.


31

P4 : Awas ! Obat Keras ! Hanya untuk dibakar

P.No.4.

Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar

Hanya untuk dibakar.


Contoh :Sigaret Astma.

P5 : Awas ! Obat Keras ! Tidak boleh ditelan

P.No.5.

Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan

Contoh :Ventolin Nebules.


Tidak boleh ditelan.

P6 : Awas ! Obat Keras ! Obat wasir, jangan ditelan

P.No.6.

Awas! Obat Keras! Obat wasir, jangan ditelan

Obat wasir, jangan ditelan

Contoh: Dulcolax, Suppositoria.

Gambar 2.4. Tanda peringatan obat bebas terbatas.


3. Obat Keras

Obat keras disebut juga obat daftar “G” dalam bahasa Belanda “G”

singkatan dari “Gevaarlijk” yang berarti berbahaya.Maksudnya, obat keras

adalah obat yang ada di apotek dan hanya dapat diberikan dengan

resepdokter.Penandaannya adalah lingkaran berwarna merah dengan garis

tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K yang menyentuh garis

tepi.Contoh obat keras adalah dexametason, amoxicillin dan ambroxol.


32

Gambar 2.5. Tanda khusus obat keras.

4. Obat Narkotika

Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Penandaan obat narkotika yaitu palang medali

merah.Obat narkotika dibagi menjadi tiga golongan:

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak untuk

terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan.Contoh obat narkotika golongan I yaitu opium dan

kokain.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk

pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan

untuk terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat narkotika golongan

II adalah petidin.
33

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat untuk

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau pengembangan

ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan menimbulkan

ketergantungan.Contoh obat narkotika golongan III adalah kodein.

5. Obat Psikotropika

Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yang

dimaksud psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku. Penandaan obat psikotropika hampir sama dengan

penandaan obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi berwarna

merah dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.Obat psikotropika dibagi

menjadi empat golongan:

a. Psikotropika Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat

digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,

serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan.Contoh obat psikotropika golongan I yaitu lisergida dan

meskalina.

b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat

untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan


34

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh obat psikotropika

golongan II yaitu amfetamin.

c. Psikotropika Golongan III

Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh obat psikotropika

golongan III yaitu amobarbital dan pentobarbital.

d. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh psikotropika golongan

IV yaitu penobarbital, alprazolam dan diazepam.

6. Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh

apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, tetapi harus

diserahkan langsung oleh seorang apoteker kepada pasien disertai

informasi lengkap tentang penggunaan obat.Contoh obat wajib apotek

yaitu asam mefenamat, lidokain HCl dan Omeprazole. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah

diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.


35

924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2

menyatakan bahwa:

a. Obat wajib apotek boleh diserahkan tanpa resep dokter.

b. Peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan

Komunikasi Edukasi Informasi (KIE).

c. Peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk swamedikasi.

K. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Menurut PerMenKes RI No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien.Sedangkanstandar pelayanan

kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi

tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

Penyelenggaraan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit harus

didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang

berorientasi kepada keselamatan pasien dan standar prosedur

operasional.Selain itu, penyelenggaraan kelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan & bahan

medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan

terjangkau.Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit

bertujuan untuk:
36

1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan,

yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi:

a) Pemilihan dan perencanaan kebutuhan

b) Pengadaan

c) Penerimaan

d) Penyimpanan

e) Pendistribusian/ penyaluran

f) Pemusnahan dan penarikan

g) Pengendalian mutu dan administrasi

Kegiatan pelayanan farmasi klinik yang meliputi:

a) Pengkajian dan pelayanan resep

b) Penelusuran riwayat penggunaan obat

c) Rekonsiliasi obat

d) Konseling & pelayanan informasi obat (PIO)

e) Visite/ kunjungan dokter yang didampingi tenaga kesehatan lainnya

f) Pemantauan terapi obat (PTO)

g) Monitoring efek samping obat (MESO)

h) Evaluasi penggunaan obat (EPO)


37

i) Dispensing sediaan steril, dan

j) Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

L. Pengelolaan Obat

Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan

obat yang efektif.Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya

sekali setahun.Peninjauan ulang sangat membantu rumah sakit memahami

kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan

penggunaan obat yang berkelanjutan (Anonim, 2014).

Rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk

meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high-alert

medication).High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena

sering menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius (sentinel event) dan

obat yang berisiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan

(ROTD). Kelompok obat high-alert diantaranya:

1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan

Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike/ LASA).

2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang

lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan

magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).

3. Obat-obat sitostatika.
38

M. Formularium Rumah Sakit

Formularium adalah suatu standar pengobatan/ pedoman diagnosa dan

terapi terhadap pasien yang menjalani pengobatan.Formularium rumah sakit

disusun mengacu kepada Formularium Nasional.Formularium rumah sakit

merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi

& Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit (Anonim,

2014).

Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dikembangkan

berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar

dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat

memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.

Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit

(Anonim, 2014):

1. Mengutamakan penggunaan obat generik

2. Memilikirasio manfaatrisiko (benefit-risk ratio) yang palingmenguntungkan

penderita

3. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas

4. Praktis dalam penyimpanan & pengangkutan

5. Praktis dalam penggunaan & penyerahan

6. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien

7. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan

biaya langsung & tidak langsung


39

8. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence

based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga

yang terjangkau

N. Pengendalian Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Pengendalian mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan

penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis,

sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta

menyediakan mekanisme tindakan yang diambil.Untuk menjamin mutu

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan pengendalian mutu

pelayanan kefarmasian yang meliputi: monitoring, analisis/ managemen

faktor resiko dan evaluasi (Anonim, 2014).

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang

dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah

berlalu. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang

sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan

yang akan datang. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian harus

terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan kesehatan rumah

sakit yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian meliputi (Anonim,

2014):

1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja, cara monitoring dan evaluasi

untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.


40

2. Pelaksanaan, yaitu:

a. Monitoring dan evaluasi pencapaian pelaksanaan rencana kerja

(membandingkan antara pencapaian dengan rencana kerja)

b. Memberikan umpan balik terhadap hasil pencapaian.

3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:

a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan

b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika pencapaian sudah memuaskan.


41

BAB III

GAMBARAN RS PKU ‘AISYIYAH BOYOLALI

A. Sejarahdan Perkembngan RS PKU‘Aisyiyah Boyolali

Pada Bulan Agustus 1998, keluarga Almarhum Bapak H. Jalal

Sayuti Mengajak Ibu – ibu PDA untuk mendirikan RB/BP di daerah

singkil dengan alasan di daerah singkil telah berdiri usaha kesehatan yang

dikelola oleh orang kristen ( YAKKUM ) padahal sebagian besar

penduduknya beragama islam.Maka untuk menanggulangi kristenisasi

didaerah singkil ini dari keluarga Bapak H. Jalal Sayuti dan PDA Boyolali

sepakat untuk mendirikan RB/BP yang baru yaitu di daerah Singkil ini,

dengan bantuan wakaf dari keluarga H. Jalal Sayuti hampir 55 % dari

lahan yang ada beserta bangunnya.Untuk mremperlancar pembangunan

RB/BP ini maka pengurus disepakati untuk menanamkan saham setiap

pengurus minimal Rp.1.000.000,- ( Satu juta rupiah ) dengan cara di

angsur setiap bulannya dalam rapat pengurus. Alhamdulilah dengan

pertolongan ALLAH SWT, infaq dan shodaqoh ada banyak yang

membantu dari para dermawan yang ada di daerah Boyolali.Maka pada

tanggal 2 Agustus 1999 selesailah pembangunan RB/BP ini. RB/BP

tersebut diresmikan oleh Ibu ketua PWA Jawa tengah saat itu ( Ibu

Dra.Sujaryati Madastri )

Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali adalah rumah sakit milik

Pimpinan Daerah Aisyiyah Boyolali yang mempunyai misi

41

40
42

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya kuratif

dan rehabilitatif serta meningkatkan pelayanan, pencegahan dan

melaksanakan upaya rujukan.

Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali di samping melaksanakan

misi seperti tersebut di atas juga berkeinginan untuk mengembangkan diri

agar lebih mampu melayani masyarakat dalam hal meningkatkan cakupan

pelayanan,melaksanakan upaya rujukan agar lebih efektif dalam bekerja di

tengah-tengah keterbatasan sumber daya yang ada serta melaksanakan

pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan rumah sakit.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal seperti yang

diharapkan,dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam perencanaan,

pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian yang baik.Rumah

Sakit Umum Daerah Boyolali sebagai rumah sakit rujukan pelayanan

kesehatan, di era globalisasi dihadapkan pada kekuatan-kekuatan dan

masalah-masalah interen yang ada, seperti terbatasnya sumber daya yang

dimiliki dan inventarisasi yang belum memadai. Di lain pihak secara

bersamaan juga dihadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai

faktor peluang dan tantangan yang senantiasaberkembangdinamis. Oleh

karena itu, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang primabagi

masyarakat perlu disusun visi, misi, tujuan, sasaran, serta indikator

keberhasilan yang diwujudkan dalam bentuk rencana strategis. Indikator

keberhasilan merupakan alat ukur yang harus dievaluasi secara periodik

dan berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk


43

keuangan/finansial tapi juga dengan indikator yang lain seperti

pelanggan, bisnis internal, juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang

selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah dan mutu

pelayanan kesehatan agar visi yang telah ditetapkan benar-benar dapat

diwujudkan.

Saat ini Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali telah terakreditasi

Nasional 5 pelayanan, yang dilengkapi dengan perijinan-perijinan yang

terkait dengan penyelenggaraan dan pengelolaan Rumah Sakit dari pihak

yang berwenang, sehingga telah memenuhi standar sebuah Rumah Sakit

sebagaimana yang ditentukan oleh Undang – Undang Rumah Sakit

(Presiden RI, 2009) yang berbunyi :

”Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.

Perkembangan yang cukup baik serta tantangan yang terus

diberikan ini tentu diperlukan upaya-upaya yang lebih komprehensif agar

bisa dipertahankan dan menjawab tantangan tersebut. Bagi RS PKU

‘Aisyiyah Boyolali, tantangan diatas membulatkan tekad bagi manajemen

untuk menjadikan PKU ‘Aisyiyah Boyolali sebagai”Rumah Sakit yang

Maju, Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi”, sehingga gagasan mewujudkan

center of excellent dapat tercapai.


44

Sebagai Rumah Sakit keagamaan (berazaskan Islam) yang berada

di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah Boyolali, Rumah Sakit

PKU ‘Aisyiyah Boyolali beroperasional dengan 132 Tempat Tidur (TT),

dengan BOR rata-rata selama 3 tahun terakhir sebesar 78,73%. Dengan

motto “Senyum,Salam Sopan santun, Semangan, Setulus Hati ( 5S )”,

Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali telah “bersemayam” di hati

masyarakat Boyolali dan sekitarnya dalam memberikan pelayanannya.

B. Falsafah RS PKU ’Aisyiyah Boyolali

Dengan modal iman dan taqwa kepada Allah swt, bahwa bekerja

adalah ibadah dan keikhlasan, Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyahberkeyakinan

bahwa :

Karyawan yang berdedikasi dan berkomitmen tinggi adalah merupakan

asset yang sangat berharga; kepuasan dan kesetiaan pelanggan adalah

dasar bagi kelangsungan Rumah Sakit;mutu pelayanan Rumah Sakit

merupakan pengikat kesetiaan pelanggan;kebersamaan adalah kunci

untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Penjelasan : bahwa RS. PKU ‘Aisyiyah Boyolali yakin mengenai

arti penting karyawan, pelanggan, dan mutu, bagi kelangsungan organisasi

Rumah Sakit, dalam mencapai tujuan yaitu kesejahteraan bersama bagi

semua pihak, tanpa membedakan agama maupun golongan.


45

C. Visi RS PKU ’Aisyiyah Boyolali

Terwujudnya Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah yang Islami,

profesionaldan terjangkau. Penjelasan : ke depan, RS. PKU ‘Aisyiyah

Boyolali berharap bisa menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan secara islamidalam arti dijalankan sesuai kaidah agama

islamprofesionaldalam arti dapat dipertanggungjawabkan secara

administrasi, profesi, legal hukum dan finansial, serta memperhatikan

efisiensi agar tetap terjangkau.

D. Misi RS PKU ’Aisyiyah Boyolali

1. Menyelenggarakan pendidikan-pelatihan untuk peningkatan mutu dan

keselamatan pasien pengembangan sikap, ilmu dan ketrampilan

karyawan

2. Menyediakan sarana fasilitas peralatan yang dibutuhkan

3. Mencapai kemandirian rumah sakit untuk meningkatkan kesejahteraan

bersama

4. Memenuhi standar- standar perumah sakitan sesuai peraturan yang

berlaku

Penjelasan : bahwa untuk mewujudkan visinya, maka Rumah Sakit

harus menyediakan sumber daya Rumah Sakit yang mendukung, Rumah

Sakit harus menyelenggarakan proses pelayanan Rumah Sakit yang dapat


46

dipertanggung jawabkan, dan pada akhirnya akan berdampak pada

kemandirian Rumah Sakit secara finansial.

E. Motto RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

Senyum, salam, sopan santun, semangat, setulus hati ( 5 S ).

F. Tujuan RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

Terwujudnya RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang dapat dipertanggung jawabkan

secara administrasi, profesi, finansial dan legalitas hukum, serta dikelola

sesuai kaidah agama islam, untuk kesejahteraan bersama.

penjelasan : tujuan tersebut di atas akan menjadi tujuan darisetiap satuan

unit kerja di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali.

G. Nilai-nilai dan Budaya Organisasi

1. Nilai – Nilai

Nilai merupakan landasan moral yang dijadikan pedoman

dalam pelaksanaan kegiatan di rumah sakit. Value utama rumah sakit

Islam adalah IHSAN yang harus mampu dijabarkan secara utuh

dalam pelayanan rumah sakit. Dalam syariat Islam, IHSAN itu

merupakan perwujudan amal ibadah yang berkualitas dan bernilai

tinggi karena memenuhi enam unsur, yaitu:


47

a. Intregitas

Melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan

menjunjung tinggi kejujuran, amanah dan terbuka.

DO DON’T

- Menyelaraskan - Menyampaikan sesuatu yang


antara pikiran, bertentangan dengan fikiran dan
Ucapan dan tindakan
Tindakan - Menjalankan pekerjaan, tugas
- Berkomitmen dan kewajiban dengan tidak
didalam bertanggungjawab
menjalankan - Menyembunyikan informasi
pekerjaan, tugas yang berkaitan dengan apapun
dan kewajiban
dengan sebaik-
baiknya
- Menyampaikan
segala sesuatu
dengan terbuka
sesuai data dan
fakta

b. Profesional

Memiliki kualitas profesi sesuai kompetensi disertai

kedisiplinan yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan tugas

secara tuntas
48

DO DON’T

- Mengoptimalkan - Menjalankan tugas diluar


keahlian atau kompetensi dan
kemampuan yang kewenangan
dimiliki dalam - Menyelesaikan tugas
bekerja secara tidak tuntas
- Mengupayakan - Menunda pekerjaan
kesempurnaan kerja
(kerja total)
- Menyelesaikan tugas
tepat waktu

c. Inovatif

Menciptakan ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan

kualitas dan produktivitas jangka panjang untuk orientasi

perbaikan secara terus menerus

DO DON’T

- Mengeksplorasi - Mematikan potensi


potensi sumber daya sumber daya untuk
untuk pengembangan kepentingan pribadi
institusi - Merasa cepat puas
- Memiliki imaginasi dengan apa yang sudah
tinggi dan dicapai
mengantisipasi - Tertutup dengan ide-ide
kemungkinan yang baru
akan terjadi pada
masa yang akan
dating
- Istiqomah dalam
bekerja dan
memunculkan
gagasan-gagasan baru
49

d. Budaya Organisasi

Core value Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali yang

ditetapkan harus disesuaikan nilai IHSAN pada standar khusus

PDA. Core value yang ditetapkan adalah ISTaWa yang

mempunyai arti harfiah bersemayam.ISTaWa dapat dijabarkan

dan diartikan seperti tercantum dalam Tabel.

Penjabaran dan arti “ISTaWa”

NO KATA PENJABARAN ATAU ARTI

1 ISTaWa ISTAWA merupakan kependekan dari


I - Itqon (profesional,cermat), Istiqomah dan Ikhlas
S - Shobru (sabar)
Ta - Tartibu (tertib)
Wa - Waqtihi (tepat waktu)

ISTAWA mengandung 6 unsur dalam ihsan

2 Itqon Sumber daya insani mempunyai kompetensi sesuai


standart profesi yang berlaku dan melaksanakan
kegiatan sesuai perkembangan ilmu terkini

3 Istiqomah Pelayanan kesehatan dilakukan secara terus-menerus


berlandaskan amal ibadah ajaran islam, selalu
mengikuti kemajuan perkembangan ilmu dan melakukan
perbaikan serta inovasi secara berkelanjutan sesuai
kebutuhan pelanggan.

4 Ikhlas Memberikan pelayanan yang aman, efektif, dan ramah


karena memohon ridho Allah SWT
50

NO KATA PENJABARAN ATAU ARTI

5 Shobru Memberikan pelayanan yang ramah, tidak mudah marah,


melayani dengan penuh telaten dan kesabaran.

6 Tartibu Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar


profesi atau prosedur yang telah ditetapkan,

7 Waqtihi Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal


atau waktu yang ditetapkan

H. Struktur Organisasi

Struktur organisasi RS PKU ’AISYIYAH Boyolaliefektif berlaku

sejak tanggal 15Febuari 2016. Organisasi RS PKU ’AISYIYAH

Boyolalidipimpin oleh Direksi yang terdiri dari Direktur dibawah direktur

ada 3 ( tiga ) Kabid ( Kepala bagian ) yaitu Kepala Bidang Pelayanan

medis dan keperawatan serta penunjang medis dan Kepala Bidang

Keuangan, dan Kepala Bidang Administrasi,Umum dan personalia.

Kabid pelayanan medis dan keperawatan dan penunjang medis di

bawahnya ada dua ( 2 ) kepala seksi yaitu Kepala seksi Pelayanan medis

dan penunjang medis yang kedua kepala seksi keperawatan, sedangkan

Kepala bidang administrasi umum dan personalia membawahi Kepala

seksi administrasi dan personalia serta kepala seksi Umum sedangkan

kepala bidang keuangan langsung berhubungan dengan.


51

Struktur organisasi RS PKU ‘Aisyiyah Boyolalitidak menutup

kemungkinan untuk terjadinya perubahan sesuai dengan perkembangan

dan kebutuhan organisasi di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali.

Direksi wajib membuat rencana jangka panjang berupa Rencana

Strategis 5 tahun yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai

dalam waktu 5 tahun. Renstra sekurang-kurangnya memuat :

1. Evaluasi kinerja 5 tahun sebelumnya.

2. Posisi rumah sakit saat ini.

3. Asumsi yang digunakan dalam menyusun renstra

4. Penetapan sasaran, strategi dan program kerja 5 tahunan.

Renstra disahkan oleh direktur rumah sakit yang dibantu oleh

Kabag Pelayanan Medis keperawatan serta penunjang dan Kabag

administrasi umum dan personalia.

I. Instalasi Farmasi RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.

58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit,

Instalasi farmasi rumah sakit harus mencakup penyelenggaraan

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai,

pelayanan farmasi klinik dan managemen mutu, dan bersifat dinamis dapat

direvisi sesuai dengan kebutuhan dan tetap menjaga mutu.


52

Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Unit Farmasi, terdiri

dari :

1. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai.

2. Ruang konsultasi/konseling obat

Ruang konsultasi/konseling obat menurapakn sarana untuk Apoteker

memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Jauh dari kebisingan

lingkungan Rumah Sakit dan nyaman sehingga pasien maupun konselor

dapat bereinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling berada di

Farmasi rawat jalan.


53

J. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Direktur Utama

Direktorat Medik dan Keperawatan

Kepala Instalasi Farmasi

Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab

Apotek Rawat Jalan Apotek Rawat Inap Gudang

TTK Pelaksana TTK Pelaksana

Gambar 3.1 Struktur Organisasi IFRS.

Struktur organisasi dan pelayanan farmasi Rumah Sakit mempunyai

tujuan untuk meningkatkan kontribusi produktifitas sumber daya manusia

yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan sosial. Struktur organisasi

IFRS RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali berada dibawah Direktur Utama yang

membawahi Direktorat Medik dan Keperawatan. Wewenang teratas (Kepala

Instalasi) dipegang oleh seorang farmasis yang mampu dan mempunyai

pengalaman yang cukup. Selain itu instalasi juga memiliki farmasis dalam

jumlah tertentu dan berkualitas, tenaga asisten apoteker, administrator dan

tenaga lainnya.
54

Dengan adanya seleksi dan penggolongan pegawai tersebut, maka perlu

struktur organisasi yang menunjukkan susunan dan wewenang, pembagian

tugas serta koordinasi didalam IFRS. Pengelolaan sumber daya manusia yang

baik dapat mendukung pelayanan pengobatan yang optimal kepada pasien.

IFRS RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali mempunyai SDM sebanyak15orang, yang

meliputi 4 orang apoteker, 7 orang tenaga teknis kefarmasian, 2 orang tenaga

administrasi, dan 2 orang pramu instalasi. SDM yang ada di IFRS pada

umumnya telah menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan keahlian

yaitu:

1. Apoteker, selaku koordinator segala pelayanan pengobatan di instalasi

farmasi Rumah Sakit dan juga berupaya menciptakan pengobatan yang

rasional kepada pasien.

2. Asisten apoteker, selaku pelaksana teknis kefarmasian yang membantu

apoteker dalam pelayanan pengobatan yang rasional dengan memberikan

pelayanan yang ramah dan memuaskan pasien.

3. Administrasi, selaku pelaksana administrasi yang menangani semua

kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi.

4. Pramu instalasi membantu kegiatan pelayanan dan menyediakan keperluan

rumah tangga yang menunjang kelancaran pelayanan pengobatan di

Instalasi Farmasi.
55

K. Kebijakan Pelayanan Farmasi

Kebijakan pelayanan farmasi di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali meliputi

pengelolaan perbekalan farmasi yang merupakan suatu alur kegiatan dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan yang diperlukan

bagi kegiatan pelayanan.

1. Pemilihan

Di dalam pemilihan jumlah dan jenis perbekalan farmasi RS PKU

‘Aisyiyah Boyolali berdasarkan sumber pada Formularium Rumah Sakit

yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi Formularium RS PKU

‘Aisyiyah Boyolali disusun dengan mempertimbangkan Formularium

Nasional dan PDT (Pedoman Diagnosis dan Terapi) Rumah Sakit.

Pemilihan diutamakan pada Obat Generik Berlogo (OGB), apabila

belum tersedia OGB, maka dipilih obat dengan nama dagang yang

tercantum didalam e-katalog.

2. Perencanaan

Perencanaan barang di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali menggunakan

metode konsumsi dan epidemologi. Kelebihan dari metode ini adalah

dapat menghindari terjadinya penumpukan persediaan perbekalan

farmasi, dapat memonitor ED perbekalan farmasi, dapat mengetahui

perputaran perbekalan farmasi, mengusahakan perbekalan farmasi selalu

tersedia dan memperkecil biaya pembelian.


56

Perencanaan sediaan farmasi yang termasuk dalam e-katalog

dilakukan pelelangan setiap 3 bulan sekali dan sediaan farmasi non e-

katalog digunakan untuk kebutuhan tahunan.

3. Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh panitia pengadaan

yang ditetapkan oleh Direktur mengikuti mekanisme pengadaan yang

telah ditetapkan. Pengadaan barang di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 70 tahun 2012 tentang

pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah. Metode

pengadaan:

a. E-purchasing

Untuk pengadaan obat atau alkes yang termasuk dalam e-katalog

obat atau alkes.

b. Sesuai Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 untuk obat atau alkes

yang tidak termasuk daftar e-katalog terdiri dari: pengadaan

langsung, penunjukan langsung, pelelangan.

4. Penerimaan

Penerimaan barang diterima oleh panitia (tim) penerimaan.

Kemudian barang dicocokan kesesuaian barang dengan faktur dan SP,

jumlah barang, tanggal kadaluarsa (ED) dan nomor bacth.

Tembusan faktur di entry untuk memonitor barang setiap hari.

Memisahkan obat, alkes, cairan, gas medis dan radiologi sesuai spesifikasi

dari masing-masing perbekalan farmasi. Menyusun perbekalan farmasi


57

sesuai dengan sistem FEFO, FIFO, berdasarkan bentuk sediaan,

berdasarkan suhu, berdasarkan abjad, berdasarkan penggolongan jenis

obat.

5. Penyimpanan

Obat-obat narkotik dan psikotropik disimpan sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.Penyimpanan untuk obat berbahaya

dibuat terpisah, memenuhi persyaratan gudang dan obat berbahaya. Kartu

stelling ada untuk setiap jenis barang dan dilakukan pengecekan setiap

harisedangkan kartu stock tersedia di ruangan administrasi dan dilakukan

pengecekan setiap bulan.

Untuk mempermudah penyimpanan dan pendistribusian obat,

bahan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya, maka terdapat

gudang farmasi yang digunakan untuk menyimpan obat-obatan, alat

kesehatan habis pakai dan alat-alat medis sebelum disalurkan ke satelit

farmasi yang ada di rumah sakit.

6. Distribusi

Distribusi gudang di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali terbagi menjadi3,

yaitu rawat jalan,rawat inap, rawat darurat. Pengelolaannya berada di

bawah tanggungjawab seorang apoteker.

a. Depo Rawat jalan

Depo farmasi rawat jalan melayani pasien dari semua poli

yang ada di rumah sakit untuk pasien BPJS dan pasien umum.Resep

dilayani oleh instalasi Farmasi Rawat Jalan, apabila obat tidak tersedia
58

didepo rawat jalan maka akan dibuat copi resep. Sistem pelayanan

obat di rawat jalan menggunakan sistem Individual

Prescribing.Sistem ini dokter menuliskan resep kepada pesien yang

selanjutnya pasien mengambil dan membayar obat di apotek rawat

jalan. Keunggulan dari sistem ini adalah obatdapat diawasi oleh

dokter, farmasis, perawat dan pasien, juga mudah untuk mengontrol

persediaan obat.

Alur pelayanan resep di farmasi rawat jalan adalah pasien

menyerahkan resep kepada petugas instalasi farmasi, kemudian

apoteker melakukan skrining, bila resep tidak terdapat masalah maka

dilakukan entry data komputer dan menyiapkan obatnya. Jikaobat

tersedia maka segera dilayani dan bila obat tidak ada maka Instalasi

Farmasi akan dibuat copy resep.

Pasien BPJS dilayani dengan obat-obat generik rumah sakit

dan tidak dikenai biaya.Sedangkan untuk pasien umum dilayani

dengan obat-obat paten rumah sakit dan dikenai biaya. Apabila

persediaan di rumah sakit tidak ada maka diberikan copy resep dan

dapat dibeli di apotek.


59

Pasien membawa resep

Telaah resep Konfirmasi


kesalahan Dokter

Administrasi Pola peresepan

Pasien Umum BPJS

Resep di entry ke komputer

Obat pada resep dibuatkan etiket

Obat diambilkan/diracik sesuai resep dan


diberi etiket

Untuk pasien umum harus membayar ke


kasir terlebih dahulu

Dikemas & dicek kebenaran

Obat diserahkan kepada pasien disertai


dengan informasi obat

Gambar 3.2. Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan.


60

b. Depo Farmasi Rawat Inap

Rawat inap merupakan unit yang mempunyai tugas untuk

menyediakan permintaan obat dan alat kesehatan bagi pasien di

bangsal-bangsal. Pendistribusian obat-obat ke bangsal secara umum

berdasarkan metode individual prescribing. Permintaan dilayani

menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing), merupakan sistem

dimana obat boleh diorder untuk pasien terdiri dari satu atau beberapa

jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis tunggal dalam

jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Pasien

hanya membayar obat yang dikonsumsi saja. Obat dalam kemasan

unit tunggal, didistribusikan dalam bentuk siap konsumsi dan untuk

obat yang tidak boleh lebih dari 24 jam persediaan dosisnya langsung

diantar ke ruang perawatan pasien setiap waktu (waktu menggunakan

atau minum obat).

Alur distribusi obat dimulai dari penyerahan bon kartu obat oleh

petugas dari tiap-tiap bangsal berdasarkan pasien yang dirawat kepada

petugas farmasi rawat inap. Petugas farmasi kemudian melakukan

telaah, jika tidak ada masalah selanjutnya memasukkan data obat ke

komputer untuk keperluan administrasi penggunaan obat tiap pasien di

masing-masing bangsal. Obat yang telah masuk data komputer

dibuatkan etiket yang kemudian diambilkan obatnya oleh petugas

yang lain.
61

Pelayanan perbekalan farmasi pasien rawat inap BPJS yaitu

pasien umum, asuransi lain, dan keluarga Rumah Sakit dilayani oleh

instalasi farmasi. Rekapitulasi pasien pulang dilakukan terhadap obat-

obat yang dilayani Rumah Sakit baik diambilkan dari Rumah Sakit

yang kemudian direkap dalam rekapitulasi biaya.Obat dan harga yang

tertulis dalam DPPM dicocokkan dalam Arsip Biaya Perhitungan

Resep Harian (BPRH), dijumlah untuk tiap resepnya yang selanjutnya

semua resep diakumulasi.Rekap dari distribusi tersebut kemudian

diserahkan ke Instalasi Penyelesaian Piutang Pasien(IP3) untuk

disatukan dengan berkas yang ada di Instalasi tersebut kemudian

diberikan kepada pasien untuk membayar tagihan registrasi pasien

pulang.

Perawat membawa KPObangsal ke IF Rawat Inap

Dilakukan telaah resep

Petugas IF Ranap melakukan entry komputer kemudian


memberi etiket

Pengambilan sediaan farmasi dan alat kesehatan,


pengemasan dan penempelan etiket

Pengecekan kembali dan penempatan obat di rak

Obat dan alkes diambil perawat bangsal, kemudian


perawat memberikan obat ke pasien

Gambar 3.3. Alur Pelayanan Permintaan Obat dan Alkes


62

c. Depo Farmasi Gawat Darurat

Depo Farmasi Gawat Darurat merupakan bagian dari Instalasi

Farmasi RSPKU ‘Aisyiyah Boyolali yang bertanggung jawab untuk

melayani permintaan sediaan farmasi, obat dan alat kesehatan yang

dibutuhkan oleh Instalasi Gawat Darurat. Pelayanan obat di depo

sedikit berbeda dengan depo farmasi rawat inap dan rawat jalan. Hal

ini dikarenakan pasien yang ditangani merupakan pasien baru dan

segera membutuhkan penanganan yang cepat dan harus segera

mendapatkan obat. Dokter yang menangani pasien langsung meminta

obat kepada perawat jaga, dengan melampirkanresep kepada petugas

farmasi IRD. Depo farmasi gawat darurat selanjutnya memasukkan

data obat yang digunakan ke komputer. Tugas dan tanggung jawab

depo Farmasi Gawat Darurat secara umum adalah menjamin

ketersediaan dan mengelola semua perbekalan farmasi untuk keperluan

Instalasi Gawat Darurat. Di Instalasi Gawat Darurat paramedis lebih

mendahulukan tindakan medis (pemberian obat) kemudian melaporkan

ke Instalasi Gawat Darurat agar pasien dapat ditangani dengan cepat.

Pasien Instalasi Gawat Darurat yang diperkenankan pulang dan pasien

yang memperoleh tindakan selanjutnya harus melengkapi

administrasinya.
63

Loket 24 jam Triage Karcis

Bedah/Non bedah

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa Tindakan
DPPM/Daftar
Administrasi
Pengobatan Pasien
Mondok

Rawat Rawat MENINGGAL


Inap jalan

Membayar ke kasir
Di beri Kartu Di beri resep
Permintaan Obat (KPO)
Pulang
Membayar ke kasir
Ke apotek IGD untuk
mengambil obat
Ke apotek IGD untuk
mengambil obat + KIE
Obat diambil perawat
per bangsal

Pulang

Gambar 3.4. Alur Pelayanan Obat Instalasi Gawat Darurat

7. Administrasi dan Laporan

Kegiatan administrasi yang dilakukan di IFRS meliputi

pengelolaan resep rawat jalan; rawat inap dan Instalasi Rawat Darurat.

Untuk pasien rawat inap dilakukan Perhitungan Biaya Resep Harian

(PBRH) yang terdiri dari perhitungan biaya obat; Alkes Rumah


64

Sakitsesuai yang tertulis dalam DPPM; kemudian disimpan dan pada

waktu pasien akan pulang dibuat rekapitulasi biaya obat pasien pulang.

Laporan yang dibuat di IFRS meliputi:

a. Laporan Kegiatan Pelayanan Farmasi

Setiap bulan IFRS membuat laporan kegiatan pelayanan

farmasi seperti laporan IFRS dan laporan pengeluaran obat/ alkes ke

Direktorat Medik dan Keperawatan. Laporan kegiatan pelayanan

farmasi berisi:

1) Laporan distribusi farmasi terdiri dari jumlah kartu obat, jumlah

resep obat total, jumlah resep yang dilayani, jumlah pelayanan

bahan habis pakai dan piutang.

2) Laporan pengeluaran obat dan alkes, berisi laporan pengeluaran

obat dan alkes Rumah Sakit mengenai nama barang, kode

barang, satuan, persediaan awal, mutasi dan sisa persediaan.

3) Laporan index kinerja IFRS, berisi laporan tentang hasil

kegiatan kerja dari pegawai IFRS.

b. Laporan Gudang Farmasi

1) Setiap bulan gudang farmasi membuat laporan ke Direktorat

Medik dan Keperawatan.

2) Penggunaan alat dan bahan habis pakai persatuan kerja.

3) Persediaan gudang farmasi yang habis yang tidak cukup untuk

satu bulan.
65

c. Pembukuan

Pembukuan meliputi:

1) Buku dispensing obat

2) Buku defecta

3) Buku permintaan obat dan alkes dari depo

4) Buku faktur obat

5) Buku return obat

6) Buku serah terima obat

7) Buku serah terima resep

8) Buku laporan pasien pulang

9) Buku bon rekening KF

10) Laporan suhu ruangan

11) Laporan penggunaan Narkotik dan Psikotropik

8. Pemusnahan

Pengelolaan pemusnahan obat rusak dan kadaluwarsa di RS PKU

‘Aisyiyah Boyolali terdiri dari:

a. Mengumpulkan obat dan alkes yang akan dimusnahkan, mencatat

nama obat dan alkes yang akan dimusnahkan

b. Meletakkan obat rusak atau kadaluwarsa terpisah dari gudang atau

apotek agar tidak terjadi salah pengambilan

c. Instalasi farmasi membuat laporan ke Direktur Utama meliputi obat

rusak dan ED untuk dilakukan pemusnahan

d. Direktur Utama membuat Surat Keputusan penghentian penggunaan


66

e. Direktur Utama membuat laporan ke Kementrian Kesehatan dan izin

pemusnahan

f. Pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Dinas

Kesehatan setempat. Apoteker membuat laporan untuk Dinas

Kesehatan di sertai daftar obat narkotika dan psikotropika serta berita

acara pemusnahan dan harus ada saksi dari RS dan Dinas Kesehatan

g. Untuk penyimpanan resep narkotika dan psikotropika di simpan

maksimal 3 tahun lamanya.

h. Obat yang rusak dan ED dibawa ke instalasi sanitasi di sertai berita

acara dan pemusnahan

i. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ke III

Berdasarkan Permenkes No. 35 th 2014 Pengelolaan pemusnahan

resep dilakukan setelah resep disimpan selama 5 tahun. Sebelum dilakukan

pemusnahan bagian admisnistrasi melakukan tahapan sebelum

pemusnahan terdiri dari:

a. Mengidentifikasi dan pemisahan arsip resep yang sudah 5 tahun

b. Menyiapkan berita acara pemusnahan

c. Mengkoordinasi jadwal, metode, dan tempat pemusnahan pada pihak

terkait

d. Menyiapkan tempat pemusnahan

Tahapan pemusnahan resep di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

dilakukan oleh petugas farmasi dengan menimbang resep kemudian

dilanjutkan dengan pemusnahan resep dengan cara membakar, mengubur.


67

Setelah melakukan pemusnahan resep petugas farmasi membuat laporan

pemusnahan yang memuat waktu dan tempat, jumlah resep dan berat resep

serta nama apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan kemudian

di tanda tangani oleh apoteker dan saksi dalam pemusnahan.

L. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi memiliki tujuan yaitu sebagai upaya evaluasi

terhadap kegiatan di Instalasi Farmasi RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali. Kegiatan

monitoring ini sebagai acuan atau landasan sehingga bila terdapat

kekurangan; biasanya ditindaklanjuti ke depannya dalam upaya membantu

proses peningkatan mutu pelayanan penggunaan obat sehingga dapat

mencapai suatu jaminan mutu (quality assurance) yang baik.

Kegiatan monitoring yang dilakukan di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

yaitu monitoring resep-resep yang masuk di IFRS dari resep rawat jalan;

rawat inap. Monitoring tersebut menggunakan parameter ketidaktepatan

penulisan resep oleh dokter meliputi: aturan pakai yang tidak jelas, nama

obat yang tidak jelas, kesalahan pelayanan resep meliputi: perhitungan harga,

perhitungan dosis obat, penyerahan obat dan lain-lain.

M. Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi adalah tim yang beranggotakan para dokter

dan apoteker yang bekerja di rumah sakit. Yang berfungsi dalam membantu

pimpinan rumah sakit untuk menentukan kebijaksanaan penggunaan obat dan


68

pengobatan. Dokter-dokter yang dimaksud adalah berasal dari staf medis

fungsional yang ada. Sebaiknya ketua PFT adalah seorang dokter farmakologi

klinik atau kepala SMF tertentu (bedah; penyakit dalam).

RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali diharapkan dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal; dengan biaya seringan-ringannya maka salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan yang diberikan adalah

kemampuan pengelolaan obat-obatan secara berdaya guna dan berhasil baik

dari segi penggunaan; biaya maupun jenis obat-obatan.

Tujuan utama PFT adalah menerbitkan kebijakan dan mengenai

pemilihan obat; penggunaan obat serta evaluasinya. Melengkapi staf

profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang

berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan

kebutuhan.Panitia Farmasi dan Terapi RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali pada

tahun ini beranggotakan:

1. Kepala SMF penyakit dalam yang ditunjuk sebagai ketua.

2. Kepala IFRS atau wakil yang ditunjuk sebagai sekretaris.

3. Ketua SMF atau wakil yang ditunjuk sebagai anggota.

4. Kepala bidang perawatan sebagai anggota.

5. Para dokter ahli lain bila dianggap perlu sebagai anggota.

Panitia Farmasi dan Terapi mempunyai tugas dan tanggung jawab meliputi:

1. Membantu pimpinan rumah sakit melalui komite medis untuk

meningkatkan pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.

2. Menyusun formularium dan tata laksana penggunaannya di rumah sakit.


69

3. Membantu komite medis dalam menyusun standar operating prosedur

dan pedoman diagnosis dan terapi yang diajukan oleh staf medis

fungsional terkait.

4. Memantau serta menganalisa kerasionalan penggunaan obat di rumah

sakit.

5. Melakukan analisa efektivitas dan efisien penggunaan obat di rumah

sakit.

6. Revisi formularium sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran.

7. Mengkoordinir pelaksanaan uji klinik obat

8. Mengkoordinir pemantauan efek samping obat.

9. Menjalin kerja sama dengan tim lain yang sejenis secara horisontal dan

vertikal maupun institusi kesehatan lain di luar rumah sakit yang

membutuhkan.

10. Menampung memberi saran dan ikut memecahkan masalah lainnya

dalam pengelolaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit.

N. Formularium Rumah Sakit

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58

Tahun 2014 tentang formularium rumah sakit yaitu disusun berdasarkan

formularium nasional. Formularium rumah sakit merupakan daftar Obat yang

disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT)yang

ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit harus

tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di
70

rumah sakit. Evaluasi terhadap formularium rumah sakit harus secara rutin

dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit.

Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dikembangkan berdasarkan

pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan

formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi

kebutuhan pengobatan yang rasional.

Salah satu tugas panitia farmasi dan terapi adalah membuat

formularium yang disetujui untuk digunakan di rumah sakit dan juga

mengadakan revisi terus menerus. Sistem pembuatan formularium di rumah

sakit merupakan proses yang berlangsung terus dimana staf medis yang

bertugas melalui panitia farmasi dan terapi mengevaluasi dan memilih produk

obat yang paling bermanfaat untuk perawatan pasien dar antara berbagai

produk obat yang ada di pasaran. Sistem pembuatan formularium merupakan

sarana yang kuat untuk meningkatkan kualitas dan mengawasi biaya obat

yang digunakan untuk pengobatan di rumah sakit yang menjadi pokok

pelaksanaan sistem pengadaan obat ini adalah adanya formulasi rumah sakit,

kumpulan produk obat yang secara terus menerus ditinjau ulang; obat-obatan

tersebut dipilih oleh panitia farmasi dan terapi, dengan adanya informasi

pendukung yang penting tentang penggunaan obat-obatan tersebut, tentang

kebijaksanaan serta prosedur farmasi yang relevan.

Formularium rumah sakit merupakan sebagai daftar obat baku yang

dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasio dan dilengkapi dengan

penjelasan sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan


71

medik rumah sakit terdiri dari obat-obatan yang tercantum dalam

formularium nasional dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan oleh

rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang

kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan.Tujuan

dari disusunnya formularium adalah untuk menyediakan bagi para staf rumah

sakit sebagai sarana:

1. Informasi tentang obat-obatan yang telah disetujui penggunaannya oleh

rumah sakit; telah diseleksi oleh para ahli yang dipilih oleh PFT.

2. Informasi pengobatan dasar dan setiap obat yang telah disetujui

3. Informasi tentang kebijaksanaan dan prosedur rumah sakit yang

mengatur penggunaan obat-obatan.

4. Informasi yang khusus seperti: peraturan tentang dosis obat, single atau

biasa digunakan di rumah sakit, isi dan lain sebagainya.

Formularium di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali adalah daftar obat yang

di terima atau disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) untuk di

gunakan di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali dan dapat di evaluasi, di revisi dan

suplementasi di lakukan oleh PFT secara reguler berdasarkan usulan dari

dokter atau SMF dan masukan dari instalasi farmasi.Penggunaan obat di luar

formularium diperkenankan apabila diperlukan dan mendapat persetujuan

dari anitia farmasi dan terapi. Formularium umah Sakit di tetapkan oleh

direktur utama dan di terbitkan oleh rumah sakit setiap 1 tahun sekali.
72
71

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Rumah Sakit

RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali secara umum kegiatannya sudah berjalan

dengan baik yang dilihat dari sudut pandang segi farmasi klinisdan darifungsi

operasional manajerial.Instalasi farmasi berfungsi dengan baik dalam

menunjang pelaksanaan instalasi pelayanan medik sebagai ujung tombak di

rumah sakit. Fungsi instalasi farmasi rumah sakit melibatkan perencanaan,

pengadaan, penyimpanan dan distribusi.

B. Pelayanan Resep

RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali menggunakan sistem pelayanan resep satu

pintu yaitu pelayanan resep baik untuk obat maupun alat kesehatan pertama

kali dilayani oleh IFRS. Pelayanan perbekalan farmasi di Apotek rawat inap

RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali melayani pasien rawat inap pasien BPJS dan

pasien umum. Pasien BPJS dan pasien umum dilayani langsung oleh Instalasi

Farmasi. Pelayanan di apotek rawat inap melalui satu pintu yaitu Instalasi

Farmasi. Pelayanan di IFRS rawat inap maupun rawat jalan sudah berjalan

dengan baik mulai dari resep masuk sampai penyerahan obat kepada pasien,

karena telah tersedia protap yang jelas serta didukung oleh sumber daya

72
73

manusia yang cukup berpengalaman. Saat pemberian obat disertai pemberian

informasi obat meliputi: nama obat, aturan pakai dan indikasi obat.

Instalasi Farmasi di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali memiliki ruang

konsultasi untuk memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang

konsultasi/konseling berada di Farmasi rawat jalan. Kegiatan

konsultasi/konseling di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali belum begitu optimal.

C. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit

a. Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak hari meninjau masalah kesehatan

yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat essensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Pemilihan

di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali berdasarkan sumber pada formularium

rumah sakit yang disusun oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapi).

b. Perencanaan

Perencanaan barang di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali menggunakan

metode konsumsi dan epidemiologi. Kelebihan dari metode ini adalah

menghindari penumpukan persediaan perbekalan farmasi, dapat

memonitor ED perbekalan farmasi, mengusahakan perbekalan farmasi

selalu tersedia dan memperkecil biaya pembelian. Perencanaan dilakukan

berdasarkan e-catalog.

73
74

c. Pengadaan

Merupakan kegiatan merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

perbekalan di rumah sakit. Pengadaan di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 70 tahun 2012 tentang pedoman

pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah yaitu E-purchasing

untuk obat dan alkes yang termasuk dalam e-katalog, untuk obat yang

tidak termasuk daftar e-katalog terdiri dari pengadaan langsung,

penunjukkan langsung dan pelelangan.

d. Penerimaan

Penerimaan barang diterima oleh panitia atau oleh tim penerimaan

kemudian barang dicocokkan kesesuaian barang dengan faktur dan SP,

jumlah barang, tanggal kadaluarsa, nomor batch kemudian tembusan

faktur di entry di komputer.

e. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan. Obat-obat narkotik dan psikotropik disimpan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyimpanan

untuk obat berbahaya dibuat terpisah, memenuhi persyaratan gudang dan

obat berbahaya. Penyimpanan obat-obat ini di RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali

sudah memenuhi persyaratan. Penyusunan perbekalan farmasi dilakukan

dengan sistem FIFO, FEFO, bentuk sediaan, berdasarkan suhu,

berdasarkan abjad, berdasarkan penggolongan jenis obat.


75

f. Distribusi

Merupakan kegiatan dalam gudang farmasi untuk memenuhi

kebutuhan obat dan alkes di farmasi rawat jalan, rawat inap, bangsal, dan

unit lain yang membutuhkan. Distribusi di RSPKU ‘Aisyiyah Boyolali

terbagi menjadi 3 depo yaitu rawat jalan, rawat inap, rawat darurat.

Pengelolaannya berada dibawah tanggung jawab seorang Apoteker.

g. Administrasi dan Laporan

Administrasi adalah kegiatan memonitor transaksi perbekalan

farmasi yang masuk dan keluar, sedangkan untuk pelaporan adalah

kumpulan catatan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi.

Administrasi dan pelaporan di IFRS meliputi pelaporan kegiatan

pelayanan farmasi di masing-masing depo, laporan gudang farmasi, serta

pembukuan.

h. Pemusnahan

Pemusnahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menangani

perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak dan tidak

memenuhi standar. Pemusnahan perbekalan farmasi di RS PKU ‘Aisyiyah

Boyolali diakukan oleh pihak ketiga untuk pemusnahan resep dilakukan

setelah resep disimpan selama 5 tahun, pemusnahan dilakukan dengan cara

membakar dan mengubur.


76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan di RSPKU ‘Aisyiyah Boyolali

dapat disimpulkan bahwa:

1. RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali melaksanakan upaya kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya penyembuhan

dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

2. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Farmasi di RSPKU ‘Aisyiyah

Boyolali mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi mahasiswa yang

menyangkut berbagai macam aspek perbekalan farmasi di IFRS yang

meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, dan pelaporan.

3. Perencanaan perbekalan farmasi di RSPKU ‘Aisyiyah Boyolali

menggunakan metode konsumsi dengan mempertimbangkan metode

epidemiologi.

4. Sistem distribusi seluruh IFRS menggunakan sistem individual

prescribing, floor stock, unit dosage, kombinasi.

5. Dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di rumah sakit akan

menambah pengetahuan mahasiswa dan melatih ketrampilan dalam

76
77

pelayanan kefarmasian serta melatih tanggung jawab sebagai Ahli

Madya Farmasi.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan Setelah melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan di RSPKU ‘Aisyiyah Boyolali adalah :

1. Dalam penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lebih diperhatikan

tanggal kadaluarsanya.

2. Perlu adanya perluasan tempat penyimpanan obat dan alkes khusunya

di Rawat Inap dan luas ruangan penyimpanan obat agar penataannya

lebih rapi.

3. Perlu penambahan sumber daya manusia agar tercapainya pelayanan

kesehatan yang maksimal.


78

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159/Menkes/SK/Per/II/1998


Tentang Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta.

Anonim. 2004. Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Persyaratan


Kesehatan Lingkungan. Depkes RI. Jakarta.

Anonim. 2009. Undang-Undang Nomor 44 Tentang Rumah Sakit. Departemen


Kesehatan RI. Jakarta.

Anonim. 2010.Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, Farmasi Indonesia.


Jakarta.

Anonim. 2014. Standart Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Depkes RI,


Jakarta.

Anonim. 2018. Profil RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali. Bagian Perencanaan dan


InformasiRS PKU ‘Aisyiyah Boyolali.

Siregar, Charles J.P. 2003.Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. EGC.
Jakarta.

Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. EGC.
Jakarta.

Suharsono. 2005. Diktat Kuliah Farmasi Rumah Sakit. Surakarta.

78

Anda mungkin juga menyukai