Anda di halaman 1dari 8

Jerawat

S Lokasi Wajah, bahu, leher, dada,


punggung bagian atas dan lengan
bagian atas oleh karena kelenjar
sebasea pada daerah yang aktif
Onset usia dewasa muda, yaitu 14-17
tahun pada wanita, dan 16-19
tahun pada pria.
Kualitas Menganggu penampilan.
Kuantitas Semakin lama bisa semakin
banyak jika tidak diobati.
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Hiperproliferasi epidermal
folikular adalah kejadian yang
pertama sekali dikenal dalam
perkembangan akne vulgaris.
Penyebab pasti yang mendasari
hiperproliferasi ini tidak di
ketahui. Saat ini, ada 3 buah
hipotesis yang menjelaskan
epitelium folikular bersifat
hiperproliferatif
1.hormon androgen, komedonal
pada usia prapubertas
berhubungan dengan kadar
hormon androgen.
2.Perubahan komposisi lipid,
Produksi sebum yang berlebihan
ini dapat melarutkan lipid
epidermal normal dan
menyebabkan suatu perubahan.
3.inflamasi, Interleukin-1α adalah
suatu sitokin proinflamasi yang
telah digunakan pada suatu
model jaringan untuk
menginduksi hiperproliferasi
epidermal folikular.

Fakto Memperingan Hindari stress, kebersihan diri.


r Memperberat Higiene yang kurang baik,
keringat berlebih, factor pemicu
stress, hormonal.

Gejala Penyerta Kadang disertai gatal dan nyeri


O Pemeriksaan Fisik I : Lokasi : sesuai predileksi
UKK :
Acne Vulgaris Sedang :
Komedo >25
Papul/pustule 10-30
Nodul<10

Acne Vulgaris Berat :


Komedo (-)
Papul/pustule >30
Nodul >10

*berdasarkan International
consensus conference on acne
classification system
Gambar

Gambar 1. Acne Vulgaris


Derajat Sedang

Gambar 2. Acne Vulgaris


Derajat Berat

A Diagnosis Diagnosis akne vulgaris


merupakan suatu diagnosis klinis
yang ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada kasus-kasus tertentu,
dibutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium darah dan biopsy
histopatologi.

Pemeriksaan laboratorium tidak


diindikasikan pada pasien pasien
dengan akne vulgaris kecuali pada
kasus-kasus hiperandrogenisme,
dismenorrhea atau hirsutisme.

Pemeriksaan histopatologis
memperlihatkan gambaran yang
tidak spesifik berupa serbukan sel
radang kronis disekitar folikel
pilosebasea dengan masa sebum
didalam folikel. Pada kista radang
sudah menghilang diganti dengan
jaringan ikat pembatas, masa
cairan sebum yang bercampur
darah, jaringan mati dan keratin.

DD Acne Vulgaris
a. Erupsi Akneiformis
Erupsi akneiformis yang diinduksi
oleh obat misalnya kortikosteroid.
Klinis berupa erupsi papulo
pustule mendadak tanpa adanya
komedo di hampir seluruh bagian
tubuh.
b. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan
pada folikel rambut yang dapat
disebabkan Staphylococcus
aureus. Lesi berupa papul atau
pustul yang eritematosa.
c. Rosasea
Rosasea adalah peradan
gan kronik di daerah muka dengan
gejala eritema, pustul dan
telangiektasis.
d. Dermatitis perioral
terjadi terutama pada wanita usia
25-30 tahun dengan gejala klinis
polimorfik eritema, papul, pustul
disekitar mulut yang terasa gatal.
e. Adenoma sebasea
timbul pada awal masa remaja
yang ditandai dengan adanya lesi
-lesi berwarna merah seperti
daging pada daerah dahi, pipi dan
terutama disekitar hidung.
f. Keratosis pilaris
adalah gangguan keratinisasi
genetik pada folikel rambut kulit
yang bermanifestasi dalam bentuk
papul keratotik yang
folikulosentrik dan kasar.
g. Milia
bagian dari kista epidermoid yang
berisi keratin, dapat berasal dari
duktus kelenjar keringat atau
folikel pilosebasea. Lesi berupa
papul-papul kecil, berwarna putih
atau sedikit kuning.
h. Siringoma
neoplasma jinak yang berasal dari
kelenjar keringat ekrin. Sering
mengenai wanita pada usia
pubertas. Lesi kulit berupa papul
kecil berwarna kuning atau sama
dengan kulit, berkelompok dan
simetris.

P Terapi Terapi suportif dengan menjaga


hygiene mencuci wajah minimal
2x sehari. Hindari pemencetan lesi
dengan non higienis, memilih
kosmetik yang non komedogenik,
dan lakukan perawatan kulit
wajah.

Farmakoterapi dilakukan dengan:


 Derajat Sedang
- Retinoid topical 2 hari
sekali pada malam hari
selama beberapa minggu
atau benzoil peroksida
atau antibiotic topical
umumnya eritromisindan
klindamisin 2x/sehari
sehabis mandi atau
mencuci muka
- antibiotic oral : doksisiklin
atau minosiklin dosis 50-
100 mg 2x/sehari.
- terapi hormone: yang
tersedia Proteron asetat,
drospirenon, spironolakton,
danflutamid

 Derajat berat
- Isotretinoin 0,5-1
mg/kg/hari dengan dosis
kumulatif 120-150 mg/kg
berat badan 4-5 bulan atau
jika ada perbaikan, atau
retinoid topical 2 hari
sekali pada malam hari
selama beberapa minggu
- antibiotic oral, doksisiklin
atau minosiklin dosis 50-
100 mg 2x/sehari.
- terapi hormone: yang
tersedia Proteron asetat,
drospirenon, spironolakton,
danflutamid.

Untuk dokter umum, dapat diberi


terapi antibiotic sementara dan di
rujuk ke dokter spesialis kulit dan
kelamin.

Cara Kerja Terapi acne dimulai dari


pembersihan wajah menggunakan
sabun. Beberapa sabun sudah
mengandung antibakteri, misalnya
triclosan yang menghambat kokus
positif gram. Selain itu juga
banyak sabun mengandung
benzoil peroksida atau asam
salisilat.

Retinoid topikal secara umum


bersifat komedolitik dan
menghambat pembentukkan
mikrokomedo yang merupakan
awal dari AV. Target kerja retinoid
yaitu pada proliferasi abnormal
dan diferensiasi keratinosit serta
mempunyai efek antiinflamasi.
Retinoid merupakan turunan
vitamin A yang mencegah
pembentukan komedo dengan
menormalkan deskuamasi epitel
folikular. Retinoid topikal yang
utama adalah tretinoin, tazaroten,
dan adapalene. Tretinoin paling
banyak digunakan, bersifat
komedolitik dan antiinflamasi
poten.

Benzoil peroksida merupakan


antimikroba kuat, tetapi bukan
antibiotik, sehingga tidak
menimbulkan resistensi.

Antibiotik sistemik pada akne


vulgaris bekerja sebagai
antibakteri, antiinflamasi, dan
imunomodulator. Antibiotik ini
terbukti dapat menghambat lipase
bakteri dan menurunkan produksi
asam lemak bebas. Terapi
antibiotik yang efektif dapat
mengurangi populasi P.acnes
sebesar <90%.

Isotretinoin, obat ini langsung


menekan aktivitas kelenjar
sebasea, menormalkan keratinisasi
folikel kelenjar sebasea,
menghambat inflamasi,dan
mengurangi pertumbuhan P.
Acnes secara tidak langsung.
Isotretinoin paling efektif untuk
acne nodulokistik rekalsitran dan
mencegah jaringan parut.

Suntikan glukokortiokoid intralesi


dapat diberikan untuk lesi acne
nodular dan cepat mengurangi
inflamasinya.

Efek Samping / Secara umum, semua retinoid


Komplikasi dapat menimbulkan dermatitis
kontak iritan.

Antibiotik sistemik dapat


menimbulkan resistensi, golongan
tetrasiklin dan turunannya bersifat
teratogenik sehingga tidak boleh
diberikan pada ibu hamil.
Eritromisi dapat digunakan, tapi
penggunaannya dibatasi, yaitu
hanya pada ibu hamil, karena
mudah terjadi resistensi P.acnes
terhadap eritromisin.

Isotretinoin tidak bersifat kuratif


untuk acne. Penghentian obat ini
tanpa disertai terapi pemeliharaan
yang memadai, akan
menimbulkan kekambuhan acne.
Selain itu, penggunaan obat ini
harus berhati-hati pada perempuan
usia reproduksi karena bersifat
teratogenik. Penggunaan
isotretinoin dan tetrasiklin
bersamaan sebaiknya dihindari
karena meningkatkan risiko
pseudo tumor serebri.

Risiko suntikan glukokortikoid


adalah hipopigmentasi dan atrofi.

Prognosis Apabila penyakit tanpa disertai


komplikasi, prognosis umumnya
bonam, bila dengan komplikasi,
prognosis umumnya dubia ad
bonam.
Bagan Alur diagnosis

Pasien mengeluhkan jerawat

Apakah terdapat komedo?

Iya

Akne vulgaris
Tidak

Apakah sesuai dg predileksi akne?

Tidak

Riw Pemakaian obat:


- I-, Br -, INH
- kortikosteroid
- Vit. B12

Iya
Eruption acneiformis

Wajah : Perioral :
- Flushing - Gatal
- Telangiektasis - Riwayat pemakaian
- Papul folikuler steroid topikal
Wajah :
- Flushing
- Telangiektasis
- Papul folikuler Akne Rosacea Dermatitis Perioral

Anda mungkin juga menyukai