Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM VII

EKSTRAKSI CAIR CAIR

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Najib (17,71,018032)
Kelas : Farmasi B
Kelompok : Satu (1)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
TAHUN 2019
PRAKTIKUM VII
EKSTRAKSI CAIR CAIR
A. TUJUAN
Mahasiwa dapat menjelaskan dan melakukan ekstraksi bahan alam dengan
metode ekstraksi cair cair.
B. PENDAHULUAN
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala
besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-
produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk
membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. (Mc Cabe, W.L.
J.C Smith dan Peter Harriot, 1989).
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara
destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna
mungkin. (Svehla, G. 1985).
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan
pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media
ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut
(atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang
berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak
yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan
distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada
saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai
gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah
terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat
pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali
menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar
dapat dipisahkan dari cairan yang lain. (Keenan. 1996).
Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan output sebuah
ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar
jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada
ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut
ini seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. (Laddha, G.S. and
Degalesan, T.E. 1976).
Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-
zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan di
belakangnya (misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau
memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut.
Untuk proses ekstraksi yang baik, pelarut harus memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut:
1. Koefisien distribusi yang besar
2. Selektivitas yang tinggi: Faktor ini diperlukan jika terdapat lebih dari satu zat
terlarut, karena umumnya hanya diinginkan mengurangi satu zat terlarut saja.
3. Mudah diregenerasi
4. Kelarutan dalam larutan umpan rendah
5. Perbedaan densitas dengan umpan yang cukup besar
6. Mudah diperoleh dan harganya cukup murah
7. Tidak korosif, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun
C. ALAT DAN BAHAN
- Alat
1. Cawan porselen
2. Gelas beaker 250 mL
3. Gelas ukur 250 mL
4. Corong
5. Corong pisah
6. Botol penyemprot
- Bahan
1. Aquadest
2. Simplisia kangkung (ipomea aquatic)
3. Kloroform
4. Etil asetat
5. N-Heksan
D. CARA KERJA
Ekstrak methanol terlebih dahulu dipekatkan kemudian ditimbang sebanyak 1 gram.

Menambah air hingga terbentuk suspensi yang homogen


Pindahkan suspensi ke dalam corong pisah dan tambahkan pelarut, setelah itu corong
pisah ditutup, dibalik dan kran corong dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali
hingga didapatkan massa yang terdistribusi.

Lalu kran corong ditutup dibalik dan dibiarkan hingga terjadi pemisahan.

Lapisan cair dikeluarkan dan lapisan eter ditampung.

Lapisan air dikocok lagi dengan pelarut kembali biasanya dilakukan 3 kali ekstraksi.
E. HASIL PENGAMATAN
- Perhitungan
Dik :
1. Berat fraksi = 50,4717 gram
Berat ekstrak etanol = 2,0291 gram
Berat fraksi = (berat cawan + ekstrak) – berat cawan kosong
= 50,4717 g – 49,7547 g
= 0,717 gram
0,717 𝑔
= 2,0291 𝑔 x 100%

= 35,33 %
2. Berat ekstrak kloroform = 59,3788 g
Berat cawan kosong = 58,4360 g
= 59,3788 g – 58,4360 g
= 0,9428 g
0,9428 𝑔
Berat ekstrak kloroform = 2,0291 𝑔 x 100% = 46,46%

F. PEMBAHASAN
Dapat dilihat bahwa nilai koefisien distribusi semakin meningkat dengan
bertambahnya konsentrasi asam asetat yang di tambahkan pada campuran. Semakin
banyaknya jumlah asam asetat yang terdapat pada campuran, maka semakin besar
pula terjadinya ikatan antara air dengan asam asetat, dimana asam asetat merupakan
senyawa polar dan air juga merupakan senyawa polar. Ikatan antara senyawa polar
dengan senyawa polar akan lebih kuat dibandingkan dengan ikatan senyawa polar
dengan nonpolar, sehingga pada percobaan ini, air akan lebih kuat mengikat asam
asetat dari pada chloroform dan akhirnya nilai koefisien distribusinya pun semakin
besar.
Dalam percobaan ini pengocokan juga sangat mempengaruhi, karena pada
percobaan ini ekstraksi dilakukan secara batch, sehingga diperlukan pengocokan agar
terjadi kontak yang merata tarhadap campuran yang mengakibatkan nilai transfer
masa semakin meningkat. Jika tidak dilakukan pengocokan, maka tidak akan terjadi
kontak yang merata antara campuran, sehingga nilai transfer masa atau koefisien
distribusi pada campuran ini pun akan lebih kecil.
G. KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan pada praktikum kali ini :
1. Dapat menjelaskan ekstraksi bahan alam dengan metode ekstraksi cair cair.
2. dan melakukan ekstraksi bahan alam dengan metode ekstraksi cair cair.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mc Cabe, W.L. J.C Smith dan Peter Harriot, 1989. Operasi Teknik Kimia Edisi
Keempat. Erlangga: Jakarta
2. Tata Mc Graw-Hill Publishing Co,Ltd.,New Delhi.
3. Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro.
PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
4. Keenan. 1996. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
5. Laddha, G.S. and Degalesan, T.E. 1976, ”Transport Phenomena in Liquid
Extraction,”
Dosen Pengampu Praktikan

Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H.,Apt Muhammad Najib


Nurul Qamariah, S.Pd.,M.Si

Asisten Dosen

Heni Rusmita, Amd.Farm


Rizmadhani Safitri
Mirza Sitta Syaba’nia

Anda mungkin juga menyukai