Akk LP I
Akk LP I
oleh:
NIM 162310101030
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufik
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Diabetes Mellitus” dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Kami juga berterimakasih pada Ns. Mulia Hakam, M. Kep, Sp. Kep.
MB dan juga Ns. Erti I. Dewi, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. J selaku dosen
pembimbing akademik pada praktik Aplikasi Klinis Keperawatan serta kepada
semua pihak yang secara tidak langsung ikut serta membantu dalam
menyelesaikan tugas ini.
Penulis,
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
2.3 Diagnosa..................................................................................................... 19
3
2.7 Pathway ...................................................................................................... 24
Lampiran ..........................................................................................................
4
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN
5
1. Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama
untuk otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang
melewati membrane sel dalam mekanisme carier.
2. Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh
pertama dengan cara meningkatkan transport asam amino dan asam
lemak dari darah kedalam sel yang kedua meningkatkan sintesis
protein dan lemak, serta menurunkan katabolisme protein dan lemak.
3. Insulin meningkatkan penggunaaan karbohidrat untuk energy.
1.2 Definisi
6
Diabetes Mellitus menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus menerus,
banyak kencing, terjadinya penurunan berat badan meskipun selera makan tetap
baik, penurunan daya tahan tubuh (tubuh mengalami kelemahan dan mudah
terjadi sakit). Hal tersebut terjadi karena adanya kandungan gula dalam air
kencing, dan adanya zat-zat keton dan adanya asam (Hurst, 2016).
1.3 Epidemiologi
Dari data National Institutes of Health (NIH) tahun 2008, menyebutkan bahwa
ada sekitar 1,6 juta kasus baru diabetes mellitus setiap tahunnya. Penyakit yang
tergolong kronik ini mengenai sekitar 23,6 juta orang, dari jumlah tersebut, 17,9
juta telah didiagnosis terkena diabetes mellitus dan diperkirakan 5,7 juta tidak
terdiagnosis dan belum mendapatkan penanganan secara medis. Prevalensi
diabetes mellitus (khususnya diabetes melitus tipe 2) meningkat pada kalangan
lansia dan populasi minoritas (LeMone dkk., 2016).
Dari data yang diambil dari Center for Disease Control tahun 2009,
menyebutkan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit keenam yang
menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Hal tersebut terjadi karena
penyebaran efek kardiovaskular yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis
(peradangan pada pembuluh darah), penyakit arteri coroner, dan stroke. Selain itu
penderita diabetes melitus juga mengalami dua hingga enam kali kemungkinan
terkena penyakit jantung dan dua sampai tiga kali rawan terhadap penyakit stroke.
Selain itu diabetes melitus juga penyebab utama terjadinya penyakit ginjal
stadium akhir (gagal ginjal). Menurut National Intitutes of Health tahun 2008
yang lebih fatal nya lagi diabetes melitus menjadi penyebab terbanyak amputasi
nontraumatic, dengan jumlah mencapai 71.000 setiap tahunnya (LeMone dkk.,
2016).
Penderita diabetes di Indonesia adalah pasien dengan rentang usia 20-79 tahun
yaitu sekitar 10 juta orang dan 8.884.300 orang diantaranya tidak terdiagnosa.
Jumlah penderita diabetes akan terus bertambah setiap tahunnya, bahkan pada
7
tahun 2040 diperkirakan jumlah penderita diabetes meningkat hingga 16,2% (IDF,
2017).
1.4 Etiologi
Etiologi pada diabetes tipe 2, penyakit ini memiliki pola yang familial yang
sangat kuat. Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%.
Risiko berkembangnya diabetes tipe 2 pada saudara kandung sebesar 40%, dan
8
pada anak cucu sekitar 33%. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio
dabetes dan non-diabetes pada anak adalah 1 : 1. Sehingga sekitar 90 % pasti
membawa / carrier diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 ini ditandai dengan terjadinya
kelainan pada sekeresi insulin, serta terjadi kelainan pada system kerja insulin.
Pada awalnya penderita mengalami resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Padaklien penderita diabetes tipe 2 ini mengalami kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat terjadi karena
berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya responsive
terhadap insulin atau akibat terjadinya ketidaknormalan reseptor insulin instrinsik.
Sehingga pada akhirnya terjadi kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah
insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia.
Pada klien dengan obesitas, sekitar 80% mengalami diabetes tipe 2. Pada dasarnya
obesitas berkaitan dengan resistensi dengan insulin, sehingga menimbulkan
kegagalan toleransi glukosa. Diet untuk menurunkan berat badan sering kali
berkaitan dengan pemulihan toleransi glukosa dan perbaikan dalam sensitivitas
insulin(Price dan Wilson, 2012).
1.5 Klasifikasi
a. DM tipe 1
Klasifikasi : Diperantarai imun
Karakteristik : Menyebabkan kekurangan insulin absolut dikarenakan
kerusakan sel beta. Biasanya mencakup autoantibodi sel islet (islet cell
autoantibodies, ICA) dan autoantibodi insulin (insulin autoantibodies,
IIA). Kerusakan ini biasanya terjadi lebih cepat pada bayi dan anak-anak
daripada pada orang dewasa.
Klasifikasi : Idiopatik
Karakteristik : Bukan penyebab etiologik. Sangat besar kemungkinan
untuk diwariskan, banyak terjadi pada keturunan orang Afrika atau Asia.
Membutuhkan insulin intermiten.
b. DM tipe 2
9
Karakteristik : Tidak terjadi kerusakan imun pada sel beta. Dapat terjadi
resistensi insulin mayor dengan kekurangan insulin yang relative maupun
kelainan sekrotorik mayor dengan resitensi insulin. Terkadang penderita
tidak membutuhksn insulin. Dan sebagian besar penderita DM mengalami
kegemukan yang diakibatkan peningkatan jumlah lemak abdomen. Resiko
yang dapat memperparah penyakit ini mencakup pertambahan usia,
kegemukan, dan life style. Lebih banyak diidap oleh wanita yang
mengalami gangguan lipid atau hipertensi dan terdapat predesposisi yang
kuat.
c. Tipe spesifik lain
Klasifikasi : Kelainan genetic pada sel beta
Karakteristik : Pada usia muda sekitar usia 25 tahun terjadi
hiperglikemia. Tipe ini juga biasa disebut DM dengan awitan maturitas
pada anak-anak (maturity-onset DM of the Young, MODY).
Klasifikasi : Kelainan genetic pada kinerja insulin.
Karakteristik : Disfungsi dapat dimulai dari hiperinsulinemia hingga DM
berat. Bersifat genetic.
Klasifikasi : Penyakit pancreas eksokrin
Karakteristik : Menyebabkann DM pankreatitis, trauma, infeksi,
pankreatektomi dan kanker kankreas. Merupakan bentuk parah dari
fibrosis kistik dan hemokromatosis yang juga dapat merusak sel beta dan
sekresi insulin.
Klasifikasi : Gangguan endokrin
Karakteristik : Kelebihan jumlah hormone dan dapat merusak sekresi
insulin, dapat menyebabkan DM pada orang-orang yang mengalami
sindrom Cushing, akromegali dan feokromositoma.
Klasifikasi : Diinduksi obat atau bahan kimia
Karakteristik : Beberapa obat-obatan yang dapat merusak sekresi insulin,
dan dapat memicu DM pada orang-orang dengan predisposisis resisten
insuli. Misalnya adalah asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,
tiazid, dan fenotoin.
10
Klasifikasi : Infeksi
Karakteristik : Beberapa virus dapat menyebabkan kerusakan sel beta,
seperti campak kongenital, sitomegalovirus, adenovirus dan gondong.
d. DM gestasional (GDM)
Karakteristik : Derajat intoleransi glukosa dengan awitan yang diketahui
pertama kali saat hamil.
1.6 Patofisiologi
11
Diabetes mellitus tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa
yang terjadi meski tersedia insulin endogen. DM tipe ini dapat terjadi pada
semua usia, namun biasanya dijumpai pada usai paruh baya dan lansia.
Hereditas berperan dalam proses transmisi penyakit ini. Kadar insulin
yang dihasilkan pada DM tipe 2 ini berbeda-beda dan meski ada,
fungsinya dirusak oleh resistensi insulin dijaringan perifer. Hati
memproduksi glukosa lebih dari normal, karbohidrat dalam makanan yang
dikonsumsi tidak dimetabolisme dengan baik, dan pakreas mengerluarkan
insulin kurang dari kebutuhan tubuh.
Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi selular
terhadap efek insulin. Resisten ini dapat ditingkatkan oleh kegemukan,
penderita yang kurang beraktivitas, penyakit, obat-obatan, dan
pertambahan usia. Pada penderita yang mengalami kegemukan, insulin
mengalami penurunan kemampuan untuk memengaruhi absorbs dan
metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan adiposa.
Hiperglikemia dalam DM tipe 2 berlangsung lama sebelum DM ini
terdiagnosis, sehingga diagnosis baru DM tipe 2 yang baru didiagnosis
ketika sudah mengalami komplikasi.
12
menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan.,
yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak
(polidipsia)(LeMone dkk., 2016).
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin, maka
produksi energy akan menurun. Penurunan energy ini, menstimulasi rasa lapar
dan orang makan lebih banyak (polifagia). Meski asupan makanan meningkat,
berat badan orang tersebut turun saat tubuh kehilangan air dan memecah
protein dan lemak sebagai upaya memulihkan sumber energi. Malaise dan
keletihan menyertai penurunan energi. Penglihatan yang buram juga umum
terjadi, akibat pengaruh osmotik yang menyebabkan pembengkakan lensa
mata(LeMone dkk., 2016).
13
1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Manifestasi hiperglikemia
Mengetahui terjadinya polyuria (sering buang air kecil), polydipsia
(sering merasa haus), dan polifagia (sering meras lapar). Selain itu terjadi
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan meskipun banyak
makan namun berat badan tetap terjadi penurunan. Dan konsentrasi
glukosa plasma (plasma glucose, PG) kasual > 200 mg/dl (11.1 mmol/L).
kasual diartikan sebagai sewaktu-waktu tanpa mempertimbangkan kapan
waktu terakhir maka.
b. Glukosa plasma puasa (fasting plasma glucose, FPG) >126 mg/dl
(7,0mmol/L)
Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori selama 8 jam. Kriteria
kadar FPG:
- Glukosa puasa normal = 100 mg/dl (6,1 mmol/L)
- Glukosa puasa terganggu (impaired fasting glucose, IFG) = >100 (6,1
mmol/L) dan <126 mg/dl (7,0 mmol/L)
- Diagnosis DM = >126 mg/dl (7,0 mmol/L)
c. Plasma Glucose dua jam >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
d. Pemantauan Glukosa Darah
Penderita DM kondisinya perlu dipantu setiap harinya dengan
memeriksa kadar gula darah. Ada dua tipe permeriksaan :
1. Pemeriksaan yang pertama memeriksa glukosa dan keton dengan carat
es urine, cara ini digunakan untuk penderita DM 1 yang mengalami
hiperglikemia dan ketoasidosis. Pemeriksaan yang tidak nyeri, tidak
invasive, tidak mahal dan juga pada pemeriksaan urine ini kurang
direkomondasikan karena pada penderita DM ambang batas ginjal
dapat naik seiring dengan penuaan atau sekunder akibat DM
14
2. Pemeriksaan yang kedua dengan cara pengukuran langsung gula darah
SMBG (self-monitoring of bood glucose) memungkinkan untuk para
penyandang DM mengkontrol metabolic dan juga mengurangi bahaya
hipoglikemi. Waktu SMDG sangat tergantung pada penyakit umum,
diagnose, dan juga keadaan fisik. Pada DM 1 direkomondasikan tiga
kali atau lebih perhari, untuk DM 2 tidak menggunakan insulin hanya
cukup untuk membantu memcapai tujuan glukosa
15
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Identitas Klien :
Nama :-
Umur : Diabetes tipe 2 lebih sering menyerang pada orang usia 40
tahun keatas
Jenis Kelamin : Baik laki-laki maupun perempuan dapat terkena diabetes
melitus.
Agama :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
Status :-
Tgl MRS :-
Pendidikan : Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan klien
mengenai tata cara menjaga kesehatan tubuh.
1) Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
b. Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien diabetes
mellitus dengan gejala polyuria, polifagia, polydipsia, lemas-lemas, dan
berat badan turun secara drastis.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Riwayat pasien dari masuk rumah sakitsaat dilakukan pengkajian
ditemukan gejala-gejala khas diabetes melitus, penyebab bagaimana
terjadinya diabetes melitus, dan upaya yang telah dilakukan klien.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Riwayat penyakit ini apa pernah dialami oleh pasien, pengkajian apakah
terdapat faktor-faktor pencetus diabetes seperti riwayat terjadinya
obesitas, hipertensi, ataupun aterosclerosis.
e. Riwayat penyakit keluarga :
16
Kaji riwayat penyakit keluarga pasien apakah memiliki riwayat penyakit
keturunan atau penyakit kronik seperti diabetus militus, jantung, paru-
paru, TB dan penyakit lainnya. Apakah ada riwayat penyakit keturunan
seperti penyakit jantung, hipertensi, dan DM. Hal ini sangat berhubungan
dengan faktor genetik, dimana penyakit diabetes mellitus ini dapat
diturunkan melalui proses genetik dari orang tua ke anaknya.
f. Riwayat psikososial:
Kaji hubungan psikososial pasien, seperti kecemasan atau ansietas dan
lain-lain.
a) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg (Normal)
Nadi : 60-80 x/menit (Normal)
Respirasi : 22 x/menit (Normal)
Suhu : 36,5 0C (Normal)
b) Head to Toe
- Kepala Leher : Pengkaijian bentuk kepala, keadaan rambut,
pembesaran leher, gangguan pendengaran, penglihatan kabu atau
ganda, diplopia dan lensa mata keruh.
- Sistem Kulit (Integumen) : Pengkajian turgor kulit, pada pasien yang
mengalami dehidrasi turgor kuliat kan menurun. Ada luka lebam atau
kehitaman, kelembapan kulit, suhu kulit, dan adanya ulkus dan
gangrene.
- Sistem Pernafasan :Sesak napas akan menandakan pasien terkena
diabetes ketoasidosis. Kaji adanya sputum, nyeri pada dada, pada
pasien diabetes sering terkena infeksi.
- Sistem Perkemihan (Urinary) : Terjadinya poliuri, retensio urin,
inkontinensia urin, rasa sakit saat berkemih karena adanya kandungan
glukosa dalam urin.
17
- Sistem Kardiovaskular : Waspada terhadap adanya komplikasi kronis
pada makrovaskular, perfusi jaringan menurun, nadi perifel melemah
atau berkurang, takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi.
- Sistem Neurologis : Sering terjadi penurunan pada system neurologis
karena komplikasi penyakit diabetes mellitus.
- Sistem Muskuloskeletal : Pasien diabetes akan mengalami cepat Lelah
dan lemah, hal ini karena adanya katabolisme lemak, penyebaran
lemak, dan perubahan masa otot.
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, dilakukan pemeriksaan :
A. Pemeriksaan Darah
B. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya kandungan glukosa
dalam urin. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan cara
Benedict (reduksi), Hasil yang didapatkan yaitu adanya
perubahan warna pada urin. Hijau (positif +), kuning (positif
++), Merah (positif +++), dan merah bata (psitif ++++).
2.3 Diagnosa
18
2.4 Intervensi
19
1. Monitor tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan
darah ortestastik.
Rasional : untuk menegah terjadinya masalah terkait tanda
tanda vital pada klien
2. Kaji pola napas dan bau napas.
Rasional : untuk mengetahui apakah ada masalah terkait
pernapasan pada pasien
3. Kaji kelembaban kulit, warna kulit, dan suhu tubuh.
Rasional : untuk mengkaji kondisi kulit tubuh pasien apakah
terdapat pembengkakan (oedeme) atau sebaliknya
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane
mukosa.
Rasional : untuk mengetahui pakah turgor kulit normal atau
tidak karena turgor kulit mengindikasikan adanya sseorang
kekurangan cairan
c. Risiko kerusakan integritas kulit
Penderita diabetes mellitus memiliki resiko tinggi dalam perubahan
integritas kulit akibat adanya sensasi neuropati, penurunan perfusi jaringan
ini dipengaruhi adanya komplikasi pada kardiovaskular, dan infeksi.
Selain itu penglihatan yang memburuk meningkatkan resiko trauma pada
pasien, dan lesi yang terbuka lebih rentan terhadap infeksi dan integritas
jaringan, yang menyebabkan gangren, khususnya sering terjadi di kaki dan
ekstremitas bawah, intervensi yang harus dilakukan (LeMone dkk., 2016):
1. Pengkajian musculoskeletal yang menacangkup kaki dan rentang
gerak sendi pergelangan kaki, ketidaknormalan tulang, dan pola
berjalan.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kemampuan aktifitas yang
dapat dilakukan klien
2. Pengkajian neurologis yang mencangkup sensasi terhadap sentuhan
dan posisi, nyeri, dan suhu.
20
Rasional : untuk mengetahui apakah terdapat masalah terkait
neurologis klien
3. Pemeriksaan vascular yang mencangkup pengkajian denyut nadi
ekstremitas bawah, pengisian kembali kapiler, warna dan suhu
kulit, lesi, atau edema.
Rasional : untuk mengkaji nilai ekstremitas yang dimiliki klien
4. Kaji status hidrasi, termasuk kekeringan atau berkeringat berlebih.
Rasional : untuk mengetahui balance cairan yang dimiliki klien
5. Ajarkan hygiene kaki pada pasien.
Rasional : untuk mencegah terjadinya luka pada penderita diabetes
d. Disfungsi Seksual
Perubahan kemampuan erektil pada pria 50% terjadi pada
penyandang DM, libido biasanya terpengaruh bahkan jika terjadi
impotensi. Wanita yang menyandang DM juga mengalami perubahan
fungsi seksual. Masalah yang sering dilaporkan adalah penurunan gairah
dan juga lubrikasi pada vagina. Resiko juga tinggi pada wanita bisa
mengalami vaginitis dan menghindari senggama supasaya tidak
nyeri(LeMone dkk., 2016):
1. Pengkajian riwayat seksual sebagai pengkajian awal dan
berkelanjutan.
Rasional : untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada
riwayat seksual klien
2. Berikan informasi tentang efek fisik actual dan potensial diabetes
mellitus terhadap fungsi seksual.
Rasional : untuk mengedukasi klien agar paham dan menerima
mengenai kondisi penyakitnya yang mempengaruhi riwayat seksual
klien
3. Berikan konseling atau rujukan bila perlu tentang terjadinya
disfungsi seksual.
Rasional : untuk mencegah terjadinya disfungsi seksual dan
memberikan pengajaran untuk penanganannya.
21
2.5 Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Evaluasi Paraf
perawat
1 Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan merasakan Deni
nutrisi : kurang dari tubuhnya lebih membaik dengan
kebutuhan tubuh dilakukan program diet dan pola
berhubungan makan
dengan O: adanya penambahan berat badan
ketidakmampuan pada pasien
mengabsorbsi A: masalah teratasi sebagian
nutrient P: lanjutkan intervensi sampai
terjadi penambahan berat badan
mencapai ketentuan
2 Kekurangan S: klien mengatakan kondisi Deni
volume cairan tubuhnya lemas
berhubungan O: terjadi masalah pada turgor kulit
dengan kehilangan A: masalah belum teratasi
caira aktif P : perlu dilakukan modifikasi
intervensi atau intervensi tambahan
3 Resiko kerusakan S : klien mengatakan tidak ada Deni
integritas kulit keluhan pada kulit
berhubungan O : kulit klien terlihat sehat dan
dengan gangguan lembab
metabolisme dan A: masalah teratasi
ganguan turgor P : hentikan intervensi
kulit.
4 Disfungsi seksual S: Klien mengatakan memiliki Deni
berhubungan riwayat seksual yang normal
dengan gangguan O : klien memahami kondisi terkait
fungsi tubuh akibat penyakit dan mengerti terkait
22
penyakit adanya masalah disfungsi
seksual yang dialami
A: masalah teratasi
P : hentikan intervensi
23
3) Jalankan terapi obat dengan teratur dan jangan sampai putus tanpa
instruksi.
4) Rajin mengontrol atau mengecek gula darah pada pasien
5) Olahraga secara teratur, makan makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
j. Kontrol
Diisi jadwal kontrol pasien setelah krs
24
Glukosa
2.7 Pathway
Hiperglikemia
Kemampuan erekti /
gairah
Disfungsi seksual
25
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan, namun pola hidup
juga mempengaruhi munculnya diabetes melitus ini. Diabetes mellitus tidak hanya
menjangkit usia dewasa saja namun semua usia berpotensi terkena, baik pria
maupun wanita juga dapat terkena. Selain itu diabetes melitus juga memiliki
berbagai jenis komplikasi yang dapat membahayakan diri penderitanya.
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 2017. Keperawatan Medikal - Bedah. Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tanto, C. dan F. Liwang. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta Pusat: Media
Aesculapius.
27