Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa
Alquran merupakan puncak dan penutup wahyu Allah kepada manusia yang
disampikan kepada Nabi Muhammad saw., melalui perantara Malaikat Jibril.
Alquran berisi kisah dari sejarah zaman lampau hingga masa yang akan datang,
memuat hukum Islam, rahasia alam semesta, dan masih banyak lagi. Alquran
tidak ada keraguan didalamnya yang dijadikan pedoman hidup (way of life)
kaum muslimin. Didalamnya berisi ajaran dan nilai pokok yang harus dijadikan
rujukan utama (absolute reference frame) bagi sikap dan perilaku setiap orang
yang mengimaninya. Ajaran pokok yang menyangkut aspek kehidupan
manusia ini, selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-
masing bangsa dan kapanpun masanya serta hadir secara fungsional
memecahkan masalah kemanusiaan. Bicara tentang fungsionalnya, Alquran
memiliki multifungsi dan selalu memiliki hubungan yang pasti dalam fenomena
kehidupan. Hal ini diantaranya mukjizat, aqidah, ibadah, muamalah, akhlak,
hukum, sejarah, termasuk pendidikan.1
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia karena
pendidikan merupakan upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu
peserta didik menuju era globaisasi yang penuh dengan tantangan. Perlu
disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi
setiap individu, karena keberadaan pendidikan tidak dapat diabaikan terutama
dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad
millennium ini. Pendidikan sangat diperhatikan karena memegang pengaruh

1
Syamsul Kurniawan & Erwin Mahrus, 2011, Jejak Pemikiran Para Tokoh Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media hlm 77

1
yang besar untuk memajukan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang
bagus haruslah menggunakan konsep pendidikan yang bagus pula dan konsep
pendidikan yang paling bagus itu adalah pendidikan Islam.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan dari Allah dan rasul-Nya.
Segala macam ilmu pengetahuan terdapat dalam pendidikan Islam lewat ayat
qauliyah dan kauniyah Allah. Di Kabupaten Kampar tidak semua daerah yang
memakai konsep pendidikan Islam serta mengedepankan hal tersebut karena
memang negara kita bukan negara Islam. Selain itu, pendidikan sendiri sangat
erat kaitannya dengan ekonomi. Ekonomi akan meningkat kalau pertumbuhan
pendidikan di suatu daerah itu tinggi. Penulis melihat sangat penting peran
pendidikan Islam di Kabupaten Kampar guna meningkatkan ekonomi
masyarakatnya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Mengedepankan
Konsep Pendidikan Islam Perspektif Alquran untuk Memajukan Kabupaten
Kampar”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu konsep pendidikan Islam?
2. Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektif Alquran?
3. Bagaimana peran konsep pendidikan Islam perspektif Alquran untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kampar?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pidato.
2. Mengetahi konsep pendidikan Islam perspektif Alquran.
3. Mengetahui peran konsep pendidikan Islam perspektif Alquran untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kampar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Pendidikan Islam


Pendidikan Islam adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang
dewasa muslim yang bertakwa untuk mengarahkan dan membimbing pertumbuhan
serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke
arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.2 Di dalam kitab
Muqaddimah, Ibnu Khaldun tidak memberikan definisi pendidikan secara jelas, ia
hanya memberikan gambaran-gambaran secara umum, seperti dikatakan Ibnu
Khaldun bahwa:
“Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh
zaman, maksudnya barangsiapa yang tidak memperoleh tatakrama yang
dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orangtua mereka yang
mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka,
maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengejarnya.”
Pendapatnya ini dapat diketahui bahwa pendidikan menurut Ibnu Khaldun
mempunyai pengertian yang cukup luas. pendidikan bukan hanya merupakan
proses belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding, tetapi pendidikan adalah
suatu proses dimana manusia secara sadar menangkap, menyerap dan menghayati
peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman. Metode pendidikan agama menurut Al-
Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian
dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil
dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah. Al-Ghazali berpendapat
bahwa pendidikan agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin.
Sebab dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima

2
M. Arifin, 1989, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, hlm 22

3
kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak dituntut
untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak,
pengajaran harus mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali
mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang
akan melahirkan berbagai perbuatan baik dengan mudah dan gampang tanpa perlu
pemikiran dan pertimbangan.3
Konsep pendidikan islam dibangun dari dua pilar yang paling utama
menurut islam yaitu Alquran dan juga Assunnah. Konsep pendidikan islam itu
sendiri bermuara dalam suatu tujuan, dasar, aspek dan juga sebuah realisasi yang
merupakan sebuah bukti dari adanya teori yang harus segera dibuktikan yaitu untuk
mewujudkan atau menciptakan seorang manusia yang memiliki ketaqwaan dan
juga memiliki iman yang baik, sehingga dapat bertanggung jawab terhadap amanah
yang di emban oleh setiap manusia. Pada penjelasan diatas telah disebutkan
beberapa tujuan dari pendidikan islam yang salah satunya adalah untuk membentuk
suatu pribadi yang memiliki aklak yang baik guna menyiapkan mental untuk dapat
menjalankan hidup baik didunia maupun diakhirat.

B. Konsep Pendidikan Islam Perspektif Alquran


Banyak konsep-konsep yang bisa dipakai dalam pendidikan islam. Namun
dalam hal ini penulis memilih konsep yang cocok untuk diterapkan dalam
mensejahterakan ekonomi khususnya ekonomi di kabupaten Kampar, berikut
konsep tersebut:4
1. Membaca (Al-alaq 1-5)
Surah al-Alaq merupakan surah yang pertama kali diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad saw. Di dalam surah ini terdapat banyak mutiara ilmu
yang menakjubkan. Diantara faidah yang terdapat dalam surah ini adalah

3
A, syaifuddin, 2005, Percikan Pemikiran Imam Al Gazali, Bandung: Pustaka Setia, hlm 109
4
Abudin Nata, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, hlm 144

4
pentingnya membaca. Berikut ini akan dibahas tentang tafsir dari surah tersebut
dengan ringkas, namun padat.

‫ اقرأباسم ربّك الّذي خلق‬.


“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”.
Tafsir tarbawi: Kata ( ‫ )اقرأ‬iqra’ terambil dari kata kerja (‫ )قرأ‬qara’a yang
pada mulanya berarti menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa
Nabi saw. bertanya ( ‫“ )مااقرأ‬maa iqra” apakah yang saya harus baca? Beraneka
ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang
berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu Alquran sehingga perintah itu dalam arti
bacalah wahyu-wahyu Alquran ketika turun nanti. Ada yang berpendapat
objeknya adalah (‫“ )اسم ربّك‬ismi rabbika” sambil menilai huruf (‫ )ب‬ba’ yang
menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama Tuhanmu
atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa Nabi Muhammad saw. menjawab
“saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah perintah
berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian karena jauh sebelum wahyu
datang beliau senantiasa melakukannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
kata iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan
sebagainya. Huruf (‫ )ب‬ba’ pada kata (‫ )با سم‬bismi ada yang memahaminya
sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah. Jadi, ayat tersebut berarti bacalah
disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama memahami kalimat
bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah menjadi kebiasaan
masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu pekerjaan dengan
nama sesuatu yang mereka agungkan. Kata (‫ )خلق‬khalaqa memiliki sekian
banyak arti antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu
contoh terlebih dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan
sebagainya. Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya

5
pun sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan demikian, Allah adalah pencipta
semua makhluk.5
Diriwayatkan dari ‘Aisyah (ummul mukminin), ia berkata: Maka
datanglah Malaikat Jibril, ia berkata: ”Bacalah”. Rasulullah menjawab, ”Aku
tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril tersebut memegangku dan mendekapku
hingga aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata,
“Bacalah”. Rasulullah menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril
kembali memegangku dan mendekapku untuk yang kedua kalinya hingga aku
merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”.
Rasulullah menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali
memegangku dan mendekapku untuk yang ketiga kalinya hingga aku merasa
kepayahan, kemudian ia melepaskannku. Lalu berkata,”Bacalah”dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.6

‫خلق االءنسان من علق‬.


“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
Kata (‫)انسان‬insan atau manusia terambil dari akar kata (‫ )انس‬uns atau
senang, jinak, dan harmonis atau dari kata (‫)نسي‬nis-y yang berarti lupa. Ada
juga yang berpendapat berasal dari kata ( ‫ ) نوس‬naus yakni gerak atau dinamika.
Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya.
Kata (‫‘ )علق‬alaq dalam kamus bahasa arab berarti segumpal darah dalam arti
cacing yang terdapat didalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut
ke krongkongannya tetapi ada yang memahaminya dalam arti sesuatu yang
tergantung didinding rahim. Karena para pakar embriologi menyatakan bahwa
setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan induk telur ia berproses dan

5
M.Quraish Shihab, 2009, Tafsir al-Misbah, Kairo: Lentera Hati, hlm 392
6
Lihat Ibnu Katsir, H.R Bukhari juz 1:3, lafazh miliknya dan muslim juz 1:160 pdf. Dikutip pada hari
Jumat, 18 April 2019, pukul 10.39 WIB.

6
membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan, demikian
seterusnya sambil bergerak menuju kekantong kehamilan dan melekat
berdempet serta masuk kedinding rahim.
‫اقرأ وربّك األكرم‬.
“Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia”.
Ayat diatas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji Allah diatas
manfaat membaca itu. Menurut syaikh Muhammad ‘Abduh mengemukakan
kemampuan membaca dengan lancar dan baik tidak dapat diperoleh tanpa
mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya saja keharusan latihan
demikian itu tidak berlaku atas diri Nabi Muhammad saw. Kata (‫ )األكرم‬al-
Akram biasa diterjemahkan dengan yang maha atau paling pemurah atau
semulia-mulia. Kata ini terambil dari kata (‫ )كرم‬karama yang berarti
memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih, bernilai tinggi, mulia, setia, dan
kebangsawanan.

‫الّذي علّم بالقلم‬


“Yang mengajar (manusia) dengan pena”
‫علّم االنسان مالم يعلم‬
“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Kata (‫ )القلم‬al-qalam terambil dari kata kerja (‫ )قلم‬qalama yang berarti pemotong
ujung sesuatu. Kata qalam berarti hasil dari penggunaan alat-alat tersebut yakni
tulisan. Makna tersebut dikuatkan oleh firman Allah dalam Alquran ayat 1
yakni firmannya: Nun demi qalam dan apa yang mereka tulis. Dari segi masa
turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat bahkan bersambung
walaupun urutan penulisannya dalam mushaf tidak demikian. Pada ayat diatas
dinamai ihtibak maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan, yang
sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang bergandengan, karena
keterangan yang dimaksud sudah disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat 4,
kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5

7
kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4 telah diisyaratkan makna
itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian, kedua ayat diatas bearti “Dia
(Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui
manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang
belum diketahui sebelumnya. Uraian diatas, kedua ayat tersebut menjelaskan
dua cara yang ditempuh Allah Swt. dalam mengajarkan manusia. Pertama
melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui
pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan
istilah ‘ilm Ladunniy.7
2. Tafakur (Q.S Ali-Imran 191)

ِ ‫ِت َو ْاأل َ ْر‬


‫ِض َربَّنَا َما‬ ِ ‫س ََم َاوا‬ ِ ‫َّللاَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتََفَ ََّّك ُرونَ ِفِي خ َْل‬
َّ ‫ق ال‬ َّ َ‫الَّذِينَ يَذْ ُك ُرون‬
ُ ‫اط ًًل‬
َ َ‫س ْب َحانَكَ ِفَ ِقنَا َعذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ ِ َ‫َخلَ ْقتَ ٰ َهذَا ب‬
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Ali-Imran: 191)
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya
dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-orang yang
mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan
menggambarkan keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di
setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi
dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki
maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau
hati dalam seluruh situasi dan kondisi.

7
Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 393

8
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.
Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu,
Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal
memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia
memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat
dipahami sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui
Ibn ‘Abbas,

‫تَفَّكراِفى اخلق والتتَفَّكرواِفى اخا لق‬


“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah
jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat
Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak
akan dapat mencapai hakikat zat-Nya.”
Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta
segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan
tujuan yang tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat,
sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat
dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha
Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan
kepada Engkau.
Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah
disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan
perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan
mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang,
bertambah pula dia mengingat Allah.Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan
diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.

9
Pada ujung ayat ini, “Maha suci Engkau! maka peliharalah kiranya kami
dari azab neraka” kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar
dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta
mudahkanlah dalam melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah
kami dari azab-Mu yang pedih.
3. Musyawarah (Q.S Ali-Imran 159)

‫ْف َع ْن ُه ْم َوا ْست َ ْغ َِف ْر لَ ُه ْم‬


ُ ‫ب َال ْنَفَضُّوا ِم ْن َح ْولِكَ ۖ ِفَاع‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬ ًّ َ‫َّللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُك ْنتَ ِف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬ َّ َ‫ِفَبِ ََما َرحْ ََم ٍة ِمن‬
َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال َُمت ََو ِ ّكلِين‬ َّ ‫َوشَا ِو ْر ُه ْم ِفِي ْاأل َ ْم ِر ۖ ِفَإِذَا َعزَ ْمتَ ِفَت ََو َّك ْل َع َلى‬
َّ ‫َّللاِ ۚ ِإ َّن‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran: 159)
Menurut Ibnu Kaisan, Maa adalah Maa Nakirah yang berada pada posisi
majrur dengan sebab ba’, sedangkan Rahmatin adalah badalnya. Maka makna
ayat adalah ketika Rasulullah saw. bersikap lemah-lembut dengan orang yang
berpaling pada perang uhud dan tidak bersikap kasar terhadap mereka maka
Allah Swt. menjelaskan bahwa beliau dapat melakukan itu dengan sebab taufik-
Nya kepada beliau. Prof Hamka Menjelaskan tentang QS. Ali Imran ini, dalam
ayat ini bertemulah pujian yang tinggi dari Allah terhadap rasul-Nya, karena
sikapnya yang lemah lembut, tidak lekas marah kepada ummat-Nya yang
tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Dengan
demikian, kesalahan beberapa orang yang meninggalkan tugasnya karena laba
akan harta itu, namun Rasulullah tidaklah terus marah-marah saja. Melainkan
dengan jiwa besar mereka dipimpin. Dalam ayat ini Allah menegaskan, sebagai
pujian kepada rasul, bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena ke

10
dalam dirinya telah dimasukkan oleh Allah rahmat-Nya. Rasa rahmat, belas
kasihan, cinta kasih itu telah ditanamkan Allah ke dalam diri beliau, sehingga
rahmat itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin
Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran –
pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang uhud
sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap
bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap pelanggar itu, bahkan
memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka.
Andaikata Nabi Muhammad saw. bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka
akan menjauhkan diri dari beliau.
Disamping itu Nabi Muhammad saw. selalu bermusyawarah dengan
mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu,
kaum muslimin patuh melaksanakan putusan musyawarah itu karena keputusan
itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama nabi. Mereka tetap berjuang
dan berjihad dijalan Allah dengan tekad ayng bulat tanpa menghiraukan bahaya
dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada
Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.
Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk
tuntunan stabilitas masyarakat. Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya,
tetapi disyariatkan dalam agama islam untuk mewujudkan keadilan diantara
manusia, juga untuk memilih perkara yang baik bagi mereka, sebagai
perwujudan tujuan-tujuan syari’at dan hukum-hukumnya, oleh karena itu
musyawarah adalah salah satu cabang dari cabang-cabang syari’at agama,
mengikuti serta tunduk pada dasar-dasar syari’at agama.
4. Dakwah (Q.S An-Nahl 125)
Dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a-yad’u-da’watan yang
berarti “mengajak”. Secara terminologis, dakwah berarti mengajak atau
menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt,
berdasarkan ayat Alquran:

11
َ ‫سنُ إِ َّن َربَّكَ ُه َو أَ ْعلَ ُم بِ ََم ْن‬
‫ض َّل َع ْن‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِي ه‬
َ ْ‫ِي أَح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫سبِي ِل َر ِبّكَ بِ ْال ِح َّْك ََم ِة َو ْال ََم ْو ِع‬ َ ‫ع إِلَى‬ ُ ْ‫اُد‬
َ‫سبِي ِله َوه َُو أ َ ْعلَ ُم بِ ْال َُم ْهتَدِين‬
َ

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya
Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetabui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. an-Nahl: 125)
Tafsir ibnu katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya memerintahkan rasul-
Nya, Muhammad saw. agar menyeru umat manusia dengan penuh hikmah. Ibnu
Jarir mengatakan: “Yaitu apa yang telah diturunkan kepada beliau berupa
Alquran dan Assunnah serta pelajaran yang baik, yang didalamnya berwujud
larangan dan berbagai peristiwa yang disebutkan agar mereka waspada
terhadap siksa Allah Ta’ala.
Firman-Nya: wa jaadil Hum bil latii Hiya ahsanu (“Dan bantahlah
mereka dengan cara yang lebih baik,”) yakni, barangsiapa yang membutuhkan
dialog dan tukar pikiran, maka hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
lemah lembut, serta tutur kata yang baik. Yang demikian itu sama seperti firman
Allah Ta’ala: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang dhalim di antara
mereka,” dan ayat seterusnya. (QS. al-‘Ankabuut: 46)
Dengan demikian, Allah Ta’ala memerintahkannya untuk berlemah
lembut, sebagaimana yang Dia perintahkan kepada Musa as. dan Harun as.
ketika Dia mengutus keduanya kepada Fir’aun, melalui firman-Nya: “Maka
bicaralah kamu berdua dengan kata-kata yang lemah lebut. Mudah-mudahan
dia ingat atau takut.” (QS. Thaahaa: 44)
Firman Allah Ta’ala: inna rabbaka Huwa a’lamu biman dlalla ‘an
sabiiliHii (“Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang

12
siapa yang tersesat dari jalan-Nya,”) dan ayat seterusnya. Maksudnya, Dia
mengetahui siapa yang sengsara dan siapa pula yang bahagia. Hal itu telah Dia
tetapkan di sisi-Nya dan telah usai pemutusannya. Serulah mereka kepada Allah
Ta’ala, janganlah kamu bersedih hati atas kesesatan orang-orang di antara
mereka, sebab hidayah itu bukanlah urusanmu. Tugasmu hanyalah memberi
peringatan dan menyampaikan risalah, dan perhitungan-Nya adalah tugas
Kami.
Menurut Prof. Dr. H.M Yunan Yusuf menyatakan dalam pengantar sebuah
buku yang berjudul “Metode Dakwah” mengungkapkan bahwa dakwah pada
hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk
berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan Islami
kepada nilai kehidupan yang Islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan
dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan provokasi,
dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako dan lain
sebagaianya.

C. Peran Konsep Pendidikan Islam Perspektif Alquran untuk Meningkatkan


Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Kampar
Peran konsep pendidikan Islam dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Kampar sebagai berikut:
1. Membaca
Budaya membaca menjadi salah satu faktor penting untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, membebaskan dari jurang kebodohan,
dan menyelamatkan manusia dari belenggu kemiskinan. Membaca bukan hanya
dapat meningkatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan
sosial bahkan sering kita temukan seseorang yang hidupnya berubah menjadi
baik karena buku yang ia baca. Kita dapat mengambil contoh dari rakyat miskin
yang membaca Koran. Ketika mereka membaca Koran, mereka menemukan
lowongan pekerjaan di dalam isi Koran tersebut. Lalu mereka melamar

13
pekerjaan dan akhirnya mendapat pekerjaan. Dari cerita tersebut jelas bahwa
membaca dapat merubah alur perekonomian mereka.
Cerita diatas hanya segelintir kecil perubahan yang didapat dari budaya
membaca. Masih banyak lagi perubahan-perubahan besar yang mengarahkan
kita kepada kesejahteraan ekonomi yang besar pula. Melihat masyarakat
Kabupaten Kampar yang memiliki minat baca yang rendah, sudah selayaknya
kita masyarakat kampar membangkitkan semangat untuk membaca. Jangan
remehkan perubahan kecil yang terjadi akibat membaca.
Coba bayangkan satu rakyat miskin saja yang memakai konsep
pendidikan membaca sudah bisa merubah jalan hidupnya, bagaimana dengan
ratusan wirausahawan yang memakai konsep tersebut. Tentu dapat kita
bayangkan perubahan yang akan terjadi di Kabupaten Kampar ini. Sungguh
mulia konsep yang telah diberikan Allah kepada kita bahkan perintah tersebut
merupakan ayat pertama diturunkan Allah kepada rasul-Nya. Subhanallah,
mereka memakai konsep yang datangnya dari Allah yaitu “Iqra’!” “Bacalah!”.
Oleh karena itu, marilah kita memkai konsep yang mulia ini dengn sebaik-
baiknya.
2. Tafakur
Konsep ini sangat dibutuhkan dalam bidang apapun. Melalui akal lahir
kemampuan menjangkau pemahaman sesuatu yang pada gilirannya mengantar
kepada dorongan berakhlak luhur. Masyarakat kabupaten Kampar perlu
memakai konsep yang telah dianugerahkan Allah kepada kita karena dengan
ini masyarakat lebih terarahkan serta tersusun dalam membangun
perekonomian kita saat ini karena didalam membangun perekonomian harus
paham bagaimana cara mengembangkan konsep perekonomian tersebut. Lebih
terstruktur karena memakai pemikiran-pemikiran yang matang. Pemikiran yang
sudah matang tentunya akan melahirkan hasi yang demikian pula. Mari kita
budayakan “Berfikir sebelum Bertindak” agar terjaminnya hasil yang kita
usahakan.

14
3. Musyawarah
Surah Ali-Imran ayat 159 menjelaskan agar kaum muslimi
bermusyawarah dalam berbagai urusan kehidupan mereka selama Nabi
Muhammad saw. bermusyawarah dengan sahabatnya. Jika demikian halnya,
maka musyawarah adalah salah satu dari dasar-dasar Islam dalam
bermasyarakat dan berpolitik.
Aplikasi musyawarah yang dapat kita terapkan adalah musyawarah
masyarakat kabupaten kampar dalam halnya memajukan daerahnya tersebut.
Semisal mengadakan musyawarah dalam memilih bibit sawit yang unggul
untuk hasil panen yang bagus di daerah kabupaten kampar. Serta musyawarah
pupuk yang cocok untuk hasil padi di daerah Kabupaten Kampar.
Membaguskan system peraian dengan bergotong-royong bersama, semua
contoh diatas didapati mufakat dari hasil musyawarah. Subhanallah konsep
yang luar biasa.
4. Dakwah
Berdakwah bisa mengajak orang banyak menyeru kepada kebaikan.
Bisa kita ambil dalam contoh terkecil namun berefek besar. Contohnya yaitu
menyerukan pembayaran zakat. Nah, lewat dakwah zakat tersebut kita akan
mampu mengajak atau menggerakkan lagi hati orang-orang yang masih enggan
membayar zakat. Kita harus menekankan bahwa Zakat merupakan kewajiban
dari kewajiban-kewajiban Islam dan rukun dari rukun Islam yang lima, yang
terpenting setelah sholat. Sebagaimana firman Allah Swt:

َّ ‫َوأَقِي َُموا ال‬


َّ ‫صًلةَ َوآتُوا‬
َ ‫الزكَاة‬
“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43)

Adapun firman-Nya dalam surah At-Taubah ayat 103,

َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
‫ط ِ ّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ّكي ِه ْم ِب َها‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬

15
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka,” (At-Taubah: 103)
Nah, dengan hal tersebut kita dapat lebih meyakinkan orang tersebut
bahwa perintah membayar zakat itu memang wajib tentunya kepada orang yg
diwajibkan membayar zakat. Jika tergerakkan kembali hati orang-orang untuk
membayar zakat maka akan membawa pengaruh yang besar kepada masyarakat
tersebut, sehingga kaum duafa’ akan tertolong kembali.
Ketika hanya sebagian kecil yang mampu membayar zakat, maka hanya
sekitar daerah itupula zakat tersalurkan dengan lancer, maka Alhamdulillah
telah terbentuknya Badan Amil Zakat Nasional khususnya di Kabupaten
Kampar yang kita kenal dengan istilah “BAZNAS Kabupaten Kampar” dengan
selogan “Kuat Karena Zakat” yang mengatur segala urusan zakat di Kabupaten
Kampar sehingga zakat tersalurkan dengan baik dan lebih terarah, tentunya
menyeluruh kepada tiap daerah di Kabupaten Kampar. Pada akhirnya,
masyarakat Kabupaten Kampar lebih terjamin kesejahterannya karena diatur
berdasarkan garis-garis yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Itulah contoh
terkecil namun berdampak besar akibat dakwah yang kita lakukan. Marilah kita
gerakkan hati kita untuk berdakwah semangat memperjuangkan agama Allah.
Itulah beberapa konsep pendidikan islam yang harus diterapkan di
Kabupaten Kampar. Jikalau segelintir masyarakat saja yang melakukan maka
kesejahteraan tidak berjalan dengan optimal di daerah kita ini. Tentunya semua
konsep itu akan terlaksana jikalau mempunyai dukungan yang tinggi dari
pemerintah. Oleh karena itu, semoga para pemimpin-pemimpin di Kabupaten
Kampar menerapkan konsep terseut karena jikalau pemimpin baik maka
pemimpin itu akan dapat mengayomi umatnya kepada kemakmuran dan
kesejahteraan.

16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pendidikan Islam adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang
dewasa muslim yang bertakwa untuk mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik
melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya.
2. Konsep pendidikan Islam perspektif Alquran
a. Membaca menurut QS. Alalaq: 1-5
b. Tafakur menurut QS. Ali Imran: 191
c. Musyawarah menurut QS. Ali Imtan: 159
d. Dakwah menurut QS. Annahl: 125
3. Peran konsep pendidikan Islam perspektif Alquran untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kampar
a. Membaca dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Kabupaten Kampar
b. Tafakur dapat mengajak masyarakat Kabupaten Kampar berfikir
kritis
c. Musyawarah dapat menyelesaikan masalah masyarakat Kabupaten
Kampar dengan mudah
d. Dakwah dapat membangkitkan semangat masyarakat Kabupaten
Kampar untuk terus menyebarkan kebaikan
B. Saran
Diharapkan setelah mempelajari dan memahami makalah ini,
mahasiswa dapat mengetahui pentingnya membaca, tafakur, musyawarah, dan
dakwah di dalam kehidupan sehari-hari. Bias mengembangkan

17
kemampuannya dalam hal tersebut serta diharapkan menunjukkan kualitas
sebagai insan yang terpelajar. Objek yang bias dibahas selanjutnya:
1. Perbedaan tafakur dan memahami
2. Perbedaan musyawarah dengan diskusi.

18

Anda mungkin juga menyukai