Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinamika perkembangan pendidikan akan selalu berubah seiring dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi di masyarakat.
Untuk mengikuti perkembangan pendidikan yang begitu cepat, pemerintah
berusaha menyesuaikan perkembangan itu melalui perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum di sekolah-sekolah. Berubahnya kurikulum KTSP ke kurikulum 2013
ini merupakan salah satu upaya memperbaharui setelah dilakukan penelitian untuk
pengembangan kurikulum yang sesuai dengan generasi muda.
Dalam kurikulum 2013 ini menggunakan pembelajaran tematik yang
memakai tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga peserta didik
mendapatkan pengalaman yang bermakna dari proses pembelajaran tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan dalam Makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Depdiknas dalam Trianto,
2011).
Menurut BPSDMPK (2012: 11), pembelajaran tematik merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan atau memadukan beberapa
kompetensi dasar/indicator dari standar kompetensi beberapa mata pelajaran
menjadi satu kesatuan dikemas dalam satu tema.

B. Mendeskripsikan Proses Pembelajaran Tematik


Sintaks pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah
(sintaks) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-
tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Prabowo, 2000: 6).
Berkaitan dengan itu, maka sintaks model pembelajaran tematik dapat di reduksi
dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung (direct
instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan model
pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions).
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sintaks pembelajaran terpadu dapat
bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa sintaks dalam pembelajaran tematik
dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah
setting atau merekontruksi.

2
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pembelajaran tematik merupakan tahap yang
dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran tematik agar saat kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Tahap perencanaan meliputi kegiatan pemetaan kompetensi
dasar, menentukan tema, menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus, dan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (Trianto, 2011: 168-169).

a. Pemetaan Kompetensi Dasar


Kegiatan pemetaan ini dilakukan agar dapat memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam
tema yang dipilih. Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1) Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan
dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata
pelajaran mata pelajaran yang dapat dipadukan.
2) Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan,
dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari
beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu
luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas dapat
dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya
lebih spesifk dan konkret. Anak tema atau subtema tersebut
selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi
pembelajaran.

Perbedaan antara cara pertama dengan cara kedua terletak pada


penentuan tema. Cara pertama dilakukan setelah guru melakukan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator.
3
Tema ditentukan setelah melihat keterkaitan antara kompetensi satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Sedangkan pada cara yang
kedua, guru menentukan tema terlebih dahulu baru mencari
keterhubungan antara tema dengan kompetensi dasar dengan indikator
dari berbagai mata pelajaran.

b. Menentukan Tema
Menurut Depdiknas (2007) tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Abdul Majid, 2014: 99).
Sukayati (2004) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi
pelajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema
menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran ini, guru menyajikan
pembelajaran dengan tema dan subtema yang disepakati dan dihubungkan
dengan antar mata pelajaran sehingga siswa memperoleh pandangan dan
hubungan yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-
beda (Abdul Kadir dan Hanun Asohah, 2014: 66).
1) Cara Menentukan Tema
Alwasilah, dkk (1998) menjelaskan bahwa tema dapat
diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada di sekitar
lingkungan siswa. Oleh karena itu, tema dapat dikembangkan
berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang berasal dari
lingkungan terdekat siswa, kemudian ke lingkungan terjauh
siswa (Abdul Majid, 2014).
2) Prinsip Penentuan Tema
Dalam menetapkan tema, Abdul Kadir dan Hanun Asrohah
(2014: 69-70) menyebutkan beberapa prinsip.
a) memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan
siswa,
b) dari yang termudah menuju ke yang sulit,
c) dari yang sederhana menuju ke yang kompleks,
4
d) dari yang konkret menuju ke yang abstrak,
e) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya
proses berpikir pada diri siswa, dan
f) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya.
3) Menetapkan Jaringan Tema KD/ Indikator
Setelah melakukan pemetaan, maka dibuat jaringan tema,
yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema
pemersatu, dan mengembangkan indikator pencapaiannya
untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan
tema tersebut, akan terlihat hubungan antara tema, kompetensi
dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran. Secara umum,
dalam merencanakan pembelajaran tematik perlu
memperhatikan langkah-langkah di bawah ini.
a) menentukan atau memilih tema sentral,
b) mengidentifikasi konsep-konsep
yang akan dibahas,
c) memilih kegiatan pembelajaran
yang sesuai,
d) menyusun jadwal kegiatan secara sistematis, dan
e) penyusunan silabus

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang


menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai KD yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Dalam RPP Tematik diharapkan dapat tergambar proses
penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran
yang disatukan dalam tema. Dalam merancang pelaksanaan pembelajaran
tematik terdapat rancangan strategi pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran tematik pada dasarnya terbagi atas empat komponen utama,
yaitu: waktu, urutan kegiatan pembelajaran, metode, dan media/ bahan.
1) Waktu

5
Menghitung jumlah waktu yang diguanakan oleh pengajar
penting artinya bagi pengajar sendiri dalam mengelola kegiatan
pembelajaran. Ia harus dapat membagi waktu untuk setiap
langkah dalam pendahuluan, penyajian, dan penutup. Bagi
setiap pengelola pendidikan, penghitungan jumlah waktu dapat
menyeimbangkan antara bongkahan materi/ bahan pengajaran
dan waktu yang akan digunakan, agar dapat mengatur jadwal
waktu pertemuan dan menentukan bobot dan jangka waktu
progra secara keseluruhan.
2) Urutan Kegiatan Pembelajaran
Urutan kegiatan pembelajaran terdiri atas komponen
pendahuluan, inti/penyajian, dan penutup. Subkomponen dari
masing-masing urutan komponen kegiatan pembelajaran
bersifat fleksibel pada setiap tema yang disajikan dalam
pembelajaran tematik. Subkomponen ini tergantung pada
waktu, kondisi kelas, dan lingkungan kelas, tema dan tujuan
yang akan disajikan dalam kegiatan embelajaran tematik.
a) Subkomponen dari komponen pendahuluan secara
umum tergambar dalam tiga langkah, yakni: (1)
penjelasan singkat tentang isi pelajaran dengan
maksud siswa mendapatkan gambaran secara global
tentang isi pelajaran yang akan dipelajari, (2)
penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang telah
dikuasai atau relevansinya dengan pengalaman dan
pekerjaan anak sehari-hari tentang tema yang akan
disajikan, dan (3) penjelasan tentang tujuan
pembelajaran.
b) Subkomponen penyajian secara umum di dalamnya
terdiri dari tiga pengertian pokok, yaitu: penyajian
uraian, pemberian contoh, dan pelatihan. Ketiga

6
subkomponenn ini, bentuk penyajian didasarkan
pada tema dan pengalaman sehari-hari siswa.
Gambaran singkat dari subkomponen penyajian
dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) uraian yang
dimaksud adalah penjelasan tentang materi
pelajaran atau prinsip, konsep, dan prosedur yang
akan dipelajari siswa, (2) contoh adalah benda atau
kegiatan yang terdapat dalam kehidupan siswa
(bersifat positif atau negatif) sebagai wujud dari
materi materi pelajaran yang sedang diuraikan
(dalam bentuk uraian lisan, tulisan, atau dalam
bentuk media), (3) latihan adalah kegiatan siswa
dalam rangka menerapkan konsep, atau prosedur
yang sedang dipelajarinya (membaca, menulis, dan
berhitung) ke dalam praktik yang relevan dengan
pekerjaan dan kehidupan anak-anak kelas awal
disekolah dasar.
c) Subkomponen penutup adalah subkomponen
terakhir dalam urutan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan langkah
menyimpulkan, tes format (lisan atau tulisan) dan
umpan balik serta tindak lanjut.
3) Metode Pembelajaran
Salah satu komponen utama pada strategi pembelajaran di
luar urutan kegiatan pembelajaran adalah metode
pembelajaran. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara
dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu. Untuk merancang strategi pembelajaran
tematik, pengembang harus memilih metode yang sesuai untuk
setiap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, karena tidak

7
semua metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran tertentu, sesuai untuk semua
tingkatan kelas (terutama dikelas awal sekolah dassar), sesuai
untuk setiap tema yang disajikan dalam pembelajaran tematik.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
tematik, antara lain: ceramah, demonstrasi, penampilan,
latihan, simulasi, bermain peran, dan sebagainya.
4) Media/ Bahan Pembelajaran
Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan
pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.
Pengirim dan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau
lembaga, sedangkan media tersebut dapaat berupa alat-alat
elektronik, gambar, buku, benda nyata, dan sebagainya. Media
yang digunakan dalam pembelajaran dapat beraneka ragam.
Pengembang pembelajaran dapat memilih salah satu atau
beberapa di antaranya untuk digunakan dalam menyusun
strategi pembelajarannya.
Dalam proses pemilihan media pembelajaran, pengembang
dapat mengidentifikasi beberapa media yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran, mempertimbangkan biaya yang
diperlukan dalam pengadaan media, kesesuaian dengan metode
pembelajaran, kesesuaian dengan karakter siswa, pertimbangan
praktis, dan ketersediaan media tersebut dipasaran.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran terdapat 3 kegiatan yaitu:
a. Kegiatan Pendahuluan/Awal/Pembukaan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus di tempuh
guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik.
Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses

8
pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu
diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10
menit. Dengan waktru yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat
menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta
didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini
diantaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang
kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian
awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan
cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence,
attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness),
menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi
belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik.
Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara:
mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik,
dilanjutkan dengan mengulas materi pembelajaran yang akan dibahas.
Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada
beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa
juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan
apersepsi.
Sesuai dengan namanya, bahwa kegiatan ini dilakukan terutama untuk
menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa
memfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Maka sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk
pemanasan. Pada tahap ini, dapat dilakukan penggalian terhadap
pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan
menyanyi.
b. Kegiatan Inti

9
Kegiatan ini merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran tematik
yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta
didik (learning experince). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui
kegiatan tatap muka dan kegiatan non tatap muka. Kegiatan tatap muka
dimaksud sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat
berinteraksi langsung dengan guru ataupun dengan peserta didik lainnya.
Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang
dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain diluar kelas atau diluar
sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran tematik bersifat situsional, yakni
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik,
diantaranya adalah :
1) Kegiatan yang paing awal: Guru memberitahukan tujuan atau
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta
garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling
praktis adalah menuliskan dipapan tulis dengan menjelaskan
secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang
akan dikuasai oleh peserta didik.
2) Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik.
Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang
harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema-tema
atau topik yang ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih
mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada
aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yang
memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar.
Peserta didik diarahkan untuk menentukan sendiri apa yang
dipelajarinya.
c. Kegiatan Penutup/Akhir
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan
sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan

10
penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan
tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar
peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh
karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefesien
mungkin. Secara umum kegiatan akhir dalam pembelajaran diantaranya:
1) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
2) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian
tugas dan latihan yang harus dikerjakan dirumah, menjelaskan
kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca
materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan
belajar.
3) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
4) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
Dengan demikian, sifat dari kegiatan penutup adalah untuk
menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat
dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang
telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim,
pesan-pesan moral, dan musik/apresiasi musik.
d. Tahap Penilaian/ Evaluasi
Depdiknas (2006) mengemukakan penilaian dalam pembelajaran
tematik adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui
pembelajaran (Trianto, 2011: 253). Dalam penilaian dapat terjadi
pengumpulan informasi tentang berbagai hal yang terkait dengan
pencapaian belajar siswa melalui bentuk tes ataupun nontes. Pada
pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian
kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang
terdapat pada tema tersebut. Jadi, penilaian dalam pembelajaran tematik

11
tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi sudah terpisah-pisah sesuai dengan
kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator mata pelajaran.
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya terdiri
dari tes dan nontes. Beberapa kompetensi dan kemajuan belajar siswa
tidak mampu diungkap hanya dengan menggunakan tes. Untuk
memperoleh hasil penilaian yang autentik (sesuai dengan kenyataan yang
ada) telah banyak dikembangkan perangkat penilaian nontes.
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes tertulis ada dua bentuk soal, yaitu
soal dengan pilihan jawaban (pilihan ganda, benar/salah, ya/tidak,
menjodohkan) dan soal dengan menyuplai jawaban (isian atau
melengkapai, jawaban singkat atau pendek, soal uraian). Tes
memilih jawaban benar/salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan
alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah yaitu kemampuan
mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk meilai
kemampuan mengingat dan memahami. Tes tertulis berbentuk uraian
adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami,
dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari,
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis menggunakan kata-katanya sendiri.
Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran tidak selalu
dengan menggunakan alat tes, karena ada aspek kemampuan lain yang
tidak bisa dinilai dengan tes, misalnya tentang sikap, kerjasama, kejujuran,
dan lain-lain. Untuk mengukur aspek tersebut, diperlukan instrumen
penilaian nontes.
1) Penilaian Pengamatan.
Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah
laku siswa didalam kelas ataupun diluar kelas. Penilaian ini
digunakan untuk menilai minat, sikap dan nilai-nilai yang
terkandung dalam diri siswa dan melihat proses kegiatan

12
pembelajaran baik individu maupun kelompok. Teknik yang
digunakan yaitu daftar cek (check list) dan sekala penilaian
(assesment scale).
2) Penilain Portofolio.
Penilaian portofolio adalah kumpulan fakta/bukti dan
dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisasi secara
sistematis dari seseorang secara individual dalam proses
pembelajaran. Penilaian portofolio merupakan strategi penilaian
dengan cara mengumpulkan dan menilai hasil kerja dan tugas
siswa secara berkelanjutan sebagai acuan bagi guru untuk
melihat kemajuan belajar pada siswa.
3) Penilaian Kinerja
Menurut Masnur Muslich (2007) dalam Trianto (2011: 271-
275) penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa. Penilaian kinerja
digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato,
membaca puisi, diskusi, pemecahan masalah, aktivitas olahraga,
dan mengoperasikan suatu alat. Tes kinerja dapat
dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan membaca,
kegiatan fisik atau olahraga, praktikum, dan lain-lain. Dalam
melakukan penilaian ini, guru harus dapat mengamati
keseluruhan kinerja siswa. Akan tetapi, jika jumlah siswa terlalu
banyak, maka perlu mencari alternatif dengan membuat tabel-
tabel pengamatan yang praktis.
4) Penilaian Afektif (Sikap)
Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek
non- intelektual seperti sikap, minat, dan motivasi. Penilaian
afektif sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa
terhadap suatu obyek, fenomena, atau masalah. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbbagai tingkah laku seperti

13
perhatiannya terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, dan hubungan sosial.
5) Penilaian Produk
Masnur Muslich (2007) menjelaskan penilaian produk
merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan
memanfaatkan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja
praktik, atau kualitas estetik dari sesuatu yang mereka
produksi. Contoh: kerja artistik (menggambar, melukis,
kerajinan tangan), makanan, pakaian, dan lain-lain
(Trianto,2011: 278).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam pembelajaran tematik terdapat 3 tahapan, yaitu
tahap perencanaan yang dimulai dari penyusunan silabus dan
RPP; tahap pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir; serta tahap penilaian yang
terdiri dari penilaian tes dan non tes.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Depdiknas dalam Trianto,
2011).
Sintaks pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah
(sintaks) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-
tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Saran
Dengan pemahaman tentang proses/tahapan dalam pembelajaran tematik
ini diharapkan semua bagi calon pengajar (guru) dapat menerapkan baik dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran tematik disekolah
untuk dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas pengajar sehingga dapat
mencapai hasil yang telah dirumuskan.

15
Daftar Pustaka

Trianto. 2011. Desaian Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana Perdana


Media Group.
Sunarti., dan Selly Rahmawati. 2014. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta.

16
17
1

Anda mungkin juga menyukai