Anda di halaman 1dari 167

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TIME TOKEN


SISWA KELAS 5 SDN SUNGAI TABUK KERAMAT 1
KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN
BANJAR

SKRIPSI

OLEH
ELIDA NOVITA SARI
NIM A1E309428

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
AGUSTUS 2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TIME
TOKEN SISWA KELAS 5 SDN SUNGAI TABUK
KERAMAT 1 KECAMATAN SUNGAI TABUK
KABUPATEN BANJAR

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Sarjana (S1) pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Unlam Banjarmasin

OLEH
ELIDA NOVITA SARI
NIM A1E309428

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
AGUSTUS 2013
ABSTRAK

Sari, Elida Novita. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan


Menggunakan Model Time Token Siswa Kelas 5 SDN Sungai Tabuk
Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Skripsi Program
S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Pembimbing
I Drs. Mahmuddin, M.Pd Pembimbing II Drs. H. Mahlan Asmar, M.Pd.

Kata-kata kunci: Kemampuan Berbicara, Persoalan Faktual, Model Time Token

Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar salah satu bidang studi yang memiliki
tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan
efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan .
Permasalahan yang terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 SDN
Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar adalah
rendahnya kemampuan berbicara siswa, ketuntasan klasikal pratindakan adalah
34,5%. Hal ini dikarenakan, siswa tidak terbiasa melakukan proses pembelajaran
yang melibatkan aktivitas mereka secara langsung. Jadi, dilakukan suatu inovasi
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model Time Token, dengan
tujuan untuk mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa dan kemampuan berbicara
siswa.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Setting penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN
Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar pada
semester 2 tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 29 orang yaitu terdiri
dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Jenis data pada penelitian ini
adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan tes
kemampuan berbicara siswa dianalisis secara deskripsi dengan teknik persentasi,
sedangkan data kualitatif diambil dengan cara mengobservasi aktivitas guru dan
siswa dianalisis dengan menginterpretasi data berdasarkan distribusi frekuensi
yang disimpulkan ke dalam kategori dan dibandingkan indikator yang ditetapkan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan menggunakan model Time
Token tentang Mengomentari Persoalan Faktual di SDN Sungai Tabuk Keramat 1
dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Peningkatan terjadi pada aktivitas guru siklus I sebesar 68,33% dan meningkat
siklus II menjadi sebesar 83,33%. Pada aktivitas siswa siklus I sebesar 70,3% dan
meningkat siklus II menjadi sebesar 86,8%. Pada hasil tes kemampuan berbicara
siswa siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 68,96 terjadi peningkatan pada siklus II
hingga mencapai 88,62. Ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari siklus I
yang hanya mencapai 65,51% meningkat hingga mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal pada siklus II sebesar 89,65%.
Mengacu dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran sebagai
bahan pertimbangan hendaknya guru dapat menerapkan model Time Token dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Model Time Token

Siswa Kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk

Kabupaten Banjar.

Peneliti dengan kerendahan hati menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya Kepada bapak Drs. Mahmuddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan

Bapak Drs. H. Mahlan Asmar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang dengan

penuh ketekunan dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ruslan, M.S selaku Rektor Universitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin.

2. Bapak Drs. H. Ahmad Sofyan, M.A selaku Dekan FKIP Unlam Banjarmasin.

3. Bapak Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Unlam Banjarmasin.

4. Bapak Drs. H. A. Suriansyah, M.Pd, Ph.D selaku Ketua Pengembang

PGSD/PG-PAUD FKIP Unlam Banjarmasin.

5. Ibu Dra. Hj. Aslamiah, M.Pd, Ph.D selaku Ketua Program PGSD/PG-PAUD

FKIP Unlam Banjarmasin.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program PGSD/PG-PAUD FKIP Unlam Banjarmasin.


7. Bapak H. Gt. Ruspan Noor, SE selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Banjar.

8. Ibu Hj. Siti Aisyah, A.Ma.Pd selaku Kepala SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kabupaten Banjar.

9. Dewan guru dan seluruh siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

10. Kepada kedua orang tua peneliti yaitu telah memberikan bantuan moril dan

materil serta doa restu.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD Banjarmasin serta semua pihak yang

telah membantu terlaksananya PTK/skripsi ini.

Tiada yang dapat peneliti persembahkan kepada semua pihak yang

bersangkutan, selain doa semoga amal dan jasanya mendapat balasan dari

Allah SWT.

Kemungkinan pada skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

peneliti mohon kiranya kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran

yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya

peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang

memerlukannya.

Banjarmasin, Juli 2013


Peneliti

Elida Novita Sari


NIM A1E309428
DAFTAR ISI

Hal Halaman

Bagian Awal :
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
LEMBAR LOGO UNLAM..............................................................................................ii
HALAMAN JUDUL …....................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Persetujuan Pembimbing.............................................................................iv
2. Persetujuan Penguji......................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xvi
Bagian Inti :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................8
C. Rencana Pemecahan Masalah...................................................................8
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
E. Manfaat Penelitian........................................................................................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori..............................................................................................11
1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar........................................11
a. Karakteristik Anak Usia SD............................................................11
b. Perkembangan Bahasa Anak...........................................................18
2. Belajar dan Pembelajaran......................................................................21
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 21
b. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran 22
c. Tujuan dan Hasil Belajar 26
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 28
e. Aktivitas Siswa dalam Belajar 29
3. Hakikat Kemampuan Berbicara 29
a. Pengertian Berbicara 29
b. Pengertian Kemampuan Berbicara 29
c. Penilaian Kemampuan Berbicara 29
4. Pembelajaran Bahasa Indonesia 31
a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia 31
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia 32
c. Karakteristik Materi 33
5. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 34
6. Model Pembelajaran Time Token 34
a. Pengertian Model Pembelajaran Time Token 34
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Time Token 36
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Time Token 37
B. Kerangka Berpikir 40
C. Hipotesis Penelitian 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 44
1. Perencanaan 46
2. Pelaksanaan46
3. Observasi 47
4. Refleksi 47
B. Setting Penelitian 47
C. Faktor yang Diteliti 48
D. Skenario Tindakan 49
E. Data dan Cara Pengumpulan Data 61
F. Indikator Keberhasilan 65
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN
A. Deskripsi Setting Penelitian......................................................................66
1. Gambaran Umum Tentang Sekolah...................................................66
2. Gambaran Prestasi Belajar Siswa.......................................................67
3. Permasalahan Pembelajaran dalam Kelas........................................67
B. Persiapan Penelitian.....................................................................................67
1. Persiapan Perlengkapan Penelitian.....................................................68
2. Persiapan Tempat Penelitian.................................................................68
3. Persiapan Administrasi...........................................................................68
4. Penunjukkan Observer...........................................................................69
C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.................................................69
1. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan 1.......................69
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan 2.......................86
3. PelaksanaanTindakan Kelas Siklus II Pertemuan 1 106
4. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II Pertemuan 2 123
D. Pembahasan 142
1. Aktivitas Guru 142
2. Aktivitas Siswa 146
3. Hasil Belajar 150
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 154
B. Saran 155
Bagian Akhir :
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................156
LAMPIRAN..........................................................................................................................159
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting, karena

pendidikan itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup

manusia. Secara garis besarnya, pendidikan sangat berkompeten dalam

kehidupan, baik kehidupan itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun

kehidupan bangsa dan negara. Sekolah merupakan tempat proses belajar yang

mempunyai kedudukan penting dalam dunia pendidikan. Sekolah merupakan

tempat penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini Pemerintah telah mengatur

dan mengarahkan penyelenggaraan pendidikan dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat (1) yang menyebutkan

penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem

pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional (Depdiknas, 2010:231). Guru sebagai salah satu

komponen penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk

melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan disetiap

jenjang. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen Pasal 1 Ayat (1) disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Depdiknas, 2009:52),


dalam hal ini sebagai tenaga profesional guru sangat berperan untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu guru harus memliki kemampuan

untuk mengelola pembelajaran dengan sebaik mungkin. Kemampuan

mengelola pembelajaran meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya (Mulyasa, 2009:75). Pengelolaan pembelajaran yang baik akan

mempermudah mencapai tujuan yang diharapkan.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan

membekali siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa (BNSP,

2007:2). Untuk itu dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa baik

pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan) secara

totalitas sangatlah penting. Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru

harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan metode yang dapat

dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau

tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar

mengajar yang interaktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutikno (2009:4)

yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan (Bhakti, 2006:22).
Djamarah (2011:46) mengemukakan bahwa bahasa merupakan sarana

yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial, tanpa bahasa komunikasi tidak

dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi

karena tanpa bahasa, siapa pun tidak akan dapat mengekspresikan diri untuk

menyampaikan kepada oranga lain. Salah satu kemampuan berbahasa yang

sangat perlu dikuasai oleh seseorang adalah kemampuan berbicara. Istilah

kemampuan berbicara disamakan saja dengan istilah keterampilan berbicara

(Zulkifli, 2009:4).

Sugono (2000:72) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara

merupakan keterampilan berbahasa produktif, yaitu suatu keterampilan dalam

menyampaikan informasi. Tarigan (2008:16) mengemukakan berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran gagasan, dan

perasaaan. Kemampuan berbicara sangatlah penting dimiliki karena berbicara

merupakan sarana untuk berkomunikasi kepada orang lain (Tarigan, 2008:16).

Kenyataan yang terjadi di sekolah SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar dapat dibuktikan setelah peneliti

melakukan prapenelitian mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 pada

aspek berbicara materi mengomentari persoalan faktual melalui tes perbuatan

menggunakan lembar penilaian aspek berbicara (terlampir), ternyata hasil yang

diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang peneliti tetapkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70

sesuai dengan KKM yang berlaku di SDN Sungai Tabuk Keramat 1. Masih ada

19 orang siswa yang nilainya dibawah KKM, hanya 10 orang siswa yang dapat
dikatakan tuntas, sehingga setelah dihitung persentase ketuntasan klasikal di

kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1 pada materi mengomentari persoalan

faktual hanya 34,5% dari total seluruh siswa yang tuntas padahal pembelajaran

dikatakan tuntas apabila persentase ketuntasan di kelas minimal 80% dari total

seluruh siswa. Hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Hasil Prapenelitian Kemampuan Berbicara Siswa

No Nama Siswa Nilai Tuntas/Tidak Tuntas (KKM 70)

1 Wahyu Alvin 70 Tuntas


2 Aisya Fitri Khairunnisa 70 Tuntas
3 Akhmad Hadrian 65 Tidak Tuntas
4 Akhmad Ridani 80 Tuntas
5 Dwi Oktaviani 50 Tidak Tuntas
6 Elsa Maulida 50 Tidak Tuntas
7 Hellaliyani 50 Tidak Tuntas
8 Hamidati Uliya Rahmi 80 Tuntas
9 Hengky Ahmad Jordan 55 Tidak Tuntas
10 Latifah Fatimah 55 Tidak Tuntas
11 Maulida Rizky A 45 Tidak Tuntas
12 Muhammad Iqbal Jauhari 55 Tidak Tuntas
13 Muhammad Thariq Guruh 50 Tidak Tuntas
14 Muhammad Wildan 60 Tidak Tuntas
15 Muhammad Syifa A 60 Tidak Tuntas
16 Muhammad Fadhil 60 Tidak Tuntas
17 Muhammad Izramadani 75 Tuntas
18 Muhammad Fazriannor 50 Tidak Tuntas
19 Muhammad Erlangga 75 Tuntas
20 Muhammad Andi I 70 Tuntas
21 Muhammad Fauzan 60 Tidak Tuntas
22 Nazmah Zahirah M 55 Tidak Tuntas
23 Roro Rhodati N 70 Tuntas
24 Ramada Fitria A 70 Tuntas
25 Rahmah Eka P 70 Tuntas
26 Siti Kamila 50 Tidak Tuntas
27 Selvia 55 Tidak Tuntas
28 I Putu W. S 45 Tidak Tuntas
29 Zainal Ilmi 65 Tidak Tuntas

P =

= 34,5%

(Sumber: Hasil Prapenelitian siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1)


Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan proses

pembelajaran prapenelitian dan tanya jawab dengan siswa di kelas 5 SDN

Sungai Tabuk Keramat 1 rendahnya hasil tes kemampuan berbicara siswa

disebabkan siswa tidak terbiasa melakukan pembelajaran yang melibatkan

aktivitas mereka secara langsung sehingga mereka tidak berani untuk

mengungkapkan pikirannya secara lisan. Kebiasaan siswa yang hanya

mendengarkan penjelasan dari guru, serta tidak ada dialog kreatif yang

menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif, apabila dibiarkan akan

mengakibatkan siswa cenderung pasif dan berakibat lemahnya kemampuan

berbicara siswa.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru harus mencari solusi yang

terbaik untuk proses pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas siswa. Guru

dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan

aktivitas mereka. Suyatno (2005:7) mengemukakan agar guru tidak menjadi

penindas, diperlukan berbagai kiat mengajar yang mampu berorientasi pada

siswa sebagai subjek, aktif, kreatif, gembira dan berangkat dari kondisi siswa.

Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk menjadikan pembelajaran

menjadi lebih aktif, kreatif dan menggembirakan yaitu dengan menggunakan

model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Untuk dapat

mengatasinya peneliti memilih salah satu model pembelajaran yang dapat

membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan

kemampuan berbicara mereka yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token. Aqib (2013:33) mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan

model Time Token merupakan struktur untuk mengajarkan keterampilan sosial


siswa agar tidak mendominasi pembicaraan atau diam sekali. Adapun langkah-

langkah pembelajaran menggunakan model Time Token sebagai berikut: (1)

kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL); (2)

tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik, tiap

siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan; (3) jika telah selesai bicara,

kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon; (4) Siswa

yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang kupon

harus bicara sampai kuponnya habis, dan seterusnya (Suprijono, 2009:133).

Penggunaan model Time Token dalam pembelajaran berbicara dapat

memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk dapat mengungkapkan

gagasan atau pendapat siswa secara lisan melalui kartu berbicara yang

diberikan yang membuat siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Salah

satu kelebihan model Time Token dapat membuat siswa menjadi aktif dalam

kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi (Ilmiyanti, 2012:Online). Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian terhadap penggunaan model

Time Token dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa

di Kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten

Banjar. Untuk itu penulis melakukan penelitian tentang: Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan Model Time Token Siswa Kelas

5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar .


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

menggunakan model Time Token di kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar pada materi mengomentari

persoalan faktual?

2. Bagaimana aktivitas siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar dalam proses pembelajaran

menggunakan model Time Token pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

materi mengomentari persoalan faktual?

3. Apakah pembelajaran menggunakan model Time Token dapat

meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia materi mengomentari persoalan faktual di kelas 5 SDN Sungai

Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan dalam latar belakang dan

rumusan masalah yang telah dinyatakan, maka pemecahan masalah dalam

penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model Time Token.

Menurut Aqib (2013:33) pembelajaran menggunakan model Time Token

merupakan struktur untuk mengajarkan keterampilan sosial siswa agar tidak

mendominasi pembicaraan atau diam sekali. Penggunaan model Time Token

diasumsikan tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada karena model Time
Token dapat memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk dapat

mengungkapkan gagasan atau pendapat siswa secara lisan melalui kartu

berbicara yang diberikan yang membuat siswa dapat terlibat aktif dalam

pembelajaran, salah satu kelabihan model Time Token dapat membuat siswa

menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi (Ilmiyanti, 2012:Online). Adapun

langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Time Token sebagai

berikut: (1) kondisikan kelas untuk melasanakan diskusi (cooperative

learning/CL); (2) tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang

lebih 30 detik, tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan; (3) jika

telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara

satu kupon; (4) Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, yang

masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis, dan seterusnya

(Suprijono, 2009:133). Jadi penggunaan model Time Token dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia diasumsikan tepat untuk meningkatkan

kemampuan berbicara anak.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan

model Time Token pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

mengomentari persoalan faktual di kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.


2. Mengetahui aktivitas siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar selama proses pembelajaran

menggunakan model Time Token pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

materi mengomentari persoalan faktual.

3. Mengetahui kemampuan berbicara siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk

Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia materi mengomentari persoalan faktual

menggunakan model Time Token.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Dapat memperoleh keterampilan baru yaitu penggunaan model Time Token

sebagai metode belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya

pada aspek berbicara.

2. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia.

3. Bagi Kepala Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan membuat kebijakan dalam rangka

meningkatkan mutu proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa

khususnya pada kemampuan berbicara.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

a. Karakteristik Anak Usia SD

Djamarah (2002:89) mengemukakan usia sekolah dasar sebagai

masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-

kira 12 tahun dan bisa juga dikatakan bahwa usia ini adalah merupakan

usia yang matang untuk menerima pelajaran-pelajaran yang merupakan

tingkat pertama dalam pendidikan sebagai bekal dikemudian hari meniti

jenjang pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Seperti diketahui bahwa di

usia kanak-kanak merupakan basic awal dalam menentukan perkembangan

anak di masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu seorang guru

diharapkan dapat memberikan lingkungan yang baik untuk dapat

membantu perkembangan secara optimal dalam menjalani proses belajar.

Kurnia (2007:18-23) membagi karakteristik perkembangan peserta

didik usia SD/MI sebagai berikut:

1) Karakteristik perkembangan masa anak awal (2 – 6 tahun)

Masa anak berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak

meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di

SD. Orang tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan

mengundang masalah karena pada masa ini anak sedang dalam proses
pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Selain

sebutan usia sulit dan bermasalah, orang tua juga menganggap masa

anak awal sebagai usia bermain karena sebagian besar waktu anak

digunakan untuk bermain. Para psikolog perkembangan anak

menyebut masa anak awal sebagai usia berkelompok karena anak

mulai belajar dasar-dasar perilaku melalui interaksi dengan anggota

keluarga dan kelompok bermainnya. Selain itu juga psikolog

menyebut anak pada masa ini sebagai usia menjelajah dan usia

bertanya. Hal ini dikarenakan anak sudah mampu berjalan sehingga

dan menjelajah dan ingin tahu sehingga selalu bertanya mengenai

segala hal yang ditemui di lingkungan sekitarnya. Masa ini disebut

juga usia meniru karena anak senang belajar dengan cara meniru,

terutama menirukan pembicaraan dan tindakan orang lain. Ada juga

yang menyebut masa ini sebagai usia kreatif karena anak memiliki

kecenderungan kuat untuk menunjukkan kreativitas mereka terutama

dalam bermain dibandingkan dengan masa lain dalam kehidupannya.

2) Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6 – 12 tahun)

Orang tua menyebut masa anak akhir sebagai usia yang

menyulitkan karena anak pada masa ini lebih banyak dipengaruhi oleh

teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sehingga sulit bahkan

tidak mau lagi menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada

masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggungjawab

terhadap pakaian dan benda-benda yang dimilikinya, sehingga orang

tua menyebut sebagai usia tidak rapi. Pada masa ini anak juga sering
kelihatan saling mengejek dan bertengkar dengan saudara-saudaranya

sehingga orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar.

Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena

pada rentang usia ini (6 – 12 tahun) anak bersekolah dasar. Para

pendidik juag memandang periode ini sebagai usia kritis dalam

dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk kebiasaan

untuk mencapai sukses ini cenderung menetap sampai dewasa.

Psikolog perkembangan anak memberi sebutan anak pada masa ini

sebagai usia berkelompok. Pada usia ini perhatian utama anak tertuju

pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota

kelompoknya. Oleh karena itu anak berusaha menyesuaikan diri

dengan standar yang disepakati dan berlaku dalam kelompok sehingga

masa ini disebut juga usia penyesuain diri.

Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai lanjutan perilaku

kreatif yang mulai terbentuk pada masa awal anak. Selain itu, periode

ini disebut juga usia bermain, karena minat dan kegiatan bermain anak

semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi.

3) Karakteristik perkembangan pada masa puber (11/12 – 14/15 tahun)

Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak

akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi tiga tahap: prapuber,

puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua

tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara

periode anak dan remaja, dimana ciri kematangan seksual semakin

jelas (haid dan mimpi basah). Tahap paska puber bertumpang tindih
dengan dua tahun pertama masa remaja.

Karakteristik puber antara lain: sikap menarik diri dan menyendiri,

merasa bosan melakukan kegiatan permainan pada masa anak,

inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan,

antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerjasama dan sering

membantah atau menentang, emosi meninggi sehingga puber

cenderung merasa sedih, marah, gelisah, kurang percaya diri dan ada

juga cenderung berpenampilan sangat sederhana dan bersahaja.

Masa sekolah dasar menurut Suryosubroto (2002:90)

(Suriansyah, dkk, 2009:48-49) dapat di bagi menjadi dua fase, yaitu:

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar (6/7 tahun sampai umur 9/10

tahun). Beberapa sifat khas anak -anak pada masa ini antara lain adalah

seperti berikut:

a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan

prestasi sekolah;

b) Sikap tunduk kepada peraturan -peraturan permainan yang tradisional;

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri;

d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau


hal ini dirasanya menguntungkan, dalam hal ini ada kecenderungan

untuk meremehkan anak lain;

e) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting;

f) Pada masa ini (terutama pada umur 6 -8 tahun), anak menghendaki

nilai atau rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya


memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai

kira-kira umur 12 atau 13 ).

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut :

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari -hari yang

konkrit, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis;

b) Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar;

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran-mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti

teori, ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor -faktor;

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan seorang guru atau

orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan

memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun pada

umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan

berusaha menyelesaikannya sendiri;

e) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran

yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah;

f) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebagai sarana

untuk dapat bermain bersama-sama.

Karakteristik anak salah satunya dapat dilihat dari perkembangan kognitif.

Piaget (Budiningsih, 2005:37-38) membagi tahap-tahap perkembangan

kognitif menjadi empat yaitu:


a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik

dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya

berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.

Kemampuan yang dimilikinya antara lain

1) Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek

disekitarnya.

2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

3) Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.

4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.

5) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah

tempatnya.

b. Tahap praoperasional (umur 2-7/8 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol

atau bahasa tanda, dan mulai perkembangnya tahap-tahap intuitif.

Karakteristik tahap ini adalah:

1) Self counternya sangat menonjol.

2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat daar secara tunggal dan

mencolok

3) Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.

4) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria ternasuk

kriteria yang benar

5) Dapat menyusun benda-benda secara berderet tetapi tidak dapat

menjelaskan perbedaan antara deretan.


c. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai

menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai

adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan

berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang

bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk

memanipulasi objek atau gambaran yang ada didalam dirinya.

Karena kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke

dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.

d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu

berpikir absrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir

kemungkinan. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat;

1) Bekerja secara efektif dan sistematis.

2) Menganalisis secara kombinasi.

3) Berpikir secara proporsional.

4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Sumantri (2011:45) menyatakan bahwa setiap anak usia SD mempunyai

kemampuan berbeda-beda. Kemampuan disini dapat diartikan sebagai

kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, atau kemampuan kognitif.

Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan

buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kalimat yang bermakna, logis, dan

sistematis. Para siswa di kelas 1 SD pada dasarnya telah membawa kebiasaan-

kebiasaan sebagai hasil dari belajar di rumah, atau di Taman Kanak-Kanak.


Pengaruh dari berbagai lingkungan tidak saja terbatas pada pola pikir dan pola

mengekspresikannya, tetapi juga seluruh kondisi yang ada di rumah sehingga

memperlancar atau sebaliknya menghambat perkembangan berkomunikasi pada

anak.

b. Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang

dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain (Sunarto,

2008:136)

Kemampuan berbahasa anak berjalan seiring dengan

perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu

perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau

suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan

yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang

berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan

kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang

dan masih sangat sederhana. Semakin bayi tumbuh dan berkembang serta

mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang

dari tingkat yang paling sederhana menuju kebahasa yang kompleks.

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada

dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar

bahasa seperti halnya belajar yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil

yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Belajar bahasa

yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, disaat anak
mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya

kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan

cara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat (Sunarto,

2008:137).

Yusuf membagi tipe perkembangan bahasa anak menjadi dua yaitu

egocentric speech dan socialized speech. Egocentric speech terjadi ketika anak

berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Socialized speech, terjadi ketika

berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya.

Perkembangan bahasa pada masa socialized speech dibagi kedalam lima bentuk

sebagai berikut: (1) adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau

adanya tujuan bersama yang dicari; (2) citism, yang menyangkut penilaian anak

terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain; (3) command (perintah), request

(permintaan), threat (ancaman); (4) Questions (pertanyaan); (5) Answer (jawaban)

(Djamarah, 2011:53).

Sunarto (2008:139) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

bahasa anak menjadi lima, sebagai berikut:

1) Umur Anak

Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan

pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan

semakin berkembangnya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk

melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Perkembangan tingkat intelektual anak

akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.


2) Kondisi Lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang

cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan di lingkungan perkotaan akan

berbeda dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di

daerah pantai, pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan kelompok sosial yang

lain.

3) Kecerdasan Anak

Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan

intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan

kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik, dan

memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain, amat

dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.

4) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang

berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal

ini akan lebih tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di

dalam keluarga terdidik dan tidak teerdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga

berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.

5) Kondisi Fisik

Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi

seperti bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan menggangu

perkembangan dalam berbahasa.


2. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Sutikno (2009:4) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang

baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Skinner (Dimyati, 2002:9-13) menyatakan belajar adalah suatu

perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Sedangkan

menurut Gagne, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah

sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi

kapabilitas baru.

Dalyono (2010:49) menyatakan belajar adalah suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan sebagainya.

Sardiman (2011:20) menyatakan belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lainnya

sebagainya.

Djamarah (2011:13) mengemukakan belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sutikno (2009:32) menyatakan pembelajaran adalah segala upaya

yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar tejadi proses belajar pada diri

siswa.

Dapat disimpulkan belajar adalah kegiatan yang dilakukan yang

bertujuan untuk melakukan perubahan dalam diri sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya, perubahan tersebut dapat berupa sikap,

keterampilan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Sedangkan pembelajaran

adalah segala upaya yang dilakukan guru untuk proses belajar peserta didik.

b. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran

Prinsip belajar adalah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan

kegiatan belajar. Sutikno (2009:8-9) mengemukakan ada 8 prinsip belajar yang

perlu diketahui sebagai berikut: (1) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar.

Pada dasarnya seseorang akan mudah belajar sesuatu, jika sebelumnya memiliki

pengalaman yang akan mempermudahnya dalam memperoleh pengalaman baru;

(2) Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah; (3) Belajar memerlukan

situasi yang problematik; (4) Belajar harus memiliki tekat dan kemauan yang

keras dan tidak mudah putus asa; (5) Belajar memerlukan bimbingan, arahan

serat dorongan; (6) Belajar memerlukan latihan; (7) Belajar memerlukan metode

yang tepat; (8) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.

Anitah (2009: 9-14) prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang

harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar,adapun prinsip-


prinsip belajar sebagai berikut: (1) motivasi; (2) perhatian; (3) aktivitas; (4)

balikan; (5) perbedaan individual.

Suprijono (2009:4-5), prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip

belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil. Kedua, belajar merupakan proses.

Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar

adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Ketiga, belajar

merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi

antara peserta didik dan lingkungannya (Thobroni, 2011:21-22). Dalyono (2010:51-

54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

(1) kematangan jasmani dan rohani; (2) memiliki kesiapan; (3) memahami

tujuan; (4) memiliki kesungguhan; (5) ulangan dan latihan. Sedangkan prinsip-

prinsip pembelajaran sebagai berikut: (1) perhatian dan motivasi; (2) keaktifan;

(3) keterlibatan langsung; (4) pengulangan; (5) tantangan; (6) penguatan; (7)

umpan Balik; (8) perbedaan indiviidual.

Slameto(2010:27-28) menyatakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: (1) dalam belajar setiap

siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing

untuk mencapai tujuan instruksional; (2) belajar harus dapat menimbulkan

reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

instruksional; (3) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif; (4)

belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

Sesuai hakikat belajar: (1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi

tahap menurut perkembangannya; (2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi,


eksplorasi dan discovery; (3) belajar adalah proses kontinguitas sehingga

mendapatkan pengertian yang diharapkan.

Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari: (1) belajar bersifat keseluruhan dan

materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa

mudah menangkap pengertiannya; (2) belajar harus dapat mengembangkan

kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

Syarat keberhasilan belajar: (1) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga

siswa dapat belajar dengan tenang; (2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan

berkali-kali agar pengertian/keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

C. Tujuan dan Hasil Pembelajaran

Suprijono (2009:5) mengemukakan tujuan belajar yang eksplisit diuasahan

untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan instructional effects,

yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan belajar

sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effect.

Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan

demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya (Thobroni, 2011:22).

Sardiman (2011:26), ditinjau secara umum tujuan belajar menjadi: (1) untuk

mendapatkan pengatuan; (2) pemahaman konsep dan keterampilan; (3)

pembentukan sikap.

Tujuan belajar menurut Sutikno (2009:7) yaitu: (1) pengumpulan pengetahuan;

(2) penanaman konsep dan kecekatan; (3) pembentukan sikap dan perbuatan.

Dalyono (2010:49) mengemukakan tujuan belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.


Dimyati (2009:19) mengemukakan tujuan belajar dan pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik serta meningkatkan

kemampuan keseluruhan siswa dalam mencapai tingkat kemandirian.

Sutikno (2009:80) mengemukakan tujuan pembelajaran adalah kemampuan-

kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman

belajar.

Suprijono (2009:5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merajuk

pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut: (1) Informasi verbal; (2)

keterampilan intelektual; (3) starategi kognitif; (4) keterampilan motorik; (5)

sikap. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Hamalik (2008:31)

mengemukakan hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada

kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010:54-71) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

sebagai berikut: (1) faktor internal meliputi: kesehatan, cacat tubuh, intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan; (2) faktor eksternal meliputi

cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, metode

mengajar kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, tugas rumah, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Sanjaya (2008)

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

diantaranya, faktor guru, faktor siswa, faktor sarana, alat dan media yang tersedia

serta faktor lingkungan (Suriansyah dkk, 2009:4).

Thomas F. Staton mengemukakan enam macam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar yaitu (1) motivasi; (2) konsentrasi; (3) reaksi; (4)

organisasi; (5) pemahaman; (6) ulangan (Sardiman, 2011:40-44).

Purwanto (2002:102), berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang menjadi dua golongan sebagai berikut:

Faktor individual meliputi hal-hal berikut: kematangan atau pertumbuhan,

kecerdasan atau intelegensi, latihan atau ulangan, motivasi, pribadi.

Faktor di luar individu atau faktor sosial antara lain: keluarga atau keadaan rumah

tangga, faktor guru dan cara mengajarnya, faktor alat-alat yang digunakan dalam

belajar mengajar, faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan faktor

motivasi sosial (Thobroni, 2011:30-34).

Dalyono (2010:55-60) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang

belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar

yaitu berasal dari dalam diri dan yang berasal dari luar diri.

1) Faktor Internal (berasal dari dalam diri) meliputi:

a) Kesehatan

b) Intelegensi dan bakat

c) Minat dan motivasi

d) Cara belajar

2) Faktor eksternal (berasal dari luar diri) meliputi:


a) Keluarga

b) Lingkungan Sekolah

c) Keadaan masyarakat

d) Lingkungan sekitar.

c. Aktivitas Siswa Dalam Belajar

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar, banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Menurut Paul B.

Diedrich (Sardiman, 2011:101), aktivitas siswa dapat digolongkan sebagai

berikut :

1) visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,

2) oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi,

3) listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato,

4) writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin,

5) drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta,

diagram,

6) motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat kontruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, beternak,


7) mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan,

8) emotional activities, misalnya menaruh ninat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

3. Hakikat Kemampuan Berbicara

a. Pengertian Berbicara

Berbicara adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran,

melisankan sesuatu yang dimaksudkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2007:165). Sedangkan Sidiarto (Zulkifli, 2009:4) mengatakan bahwa bicara

merupakan sesuatu yang khas pada manusia karena bicara adalah satu

sistem komunikasi dimana seseorang mengutarakan pendapat dan perasaan

hati dan mengerti maksud seseorang melalui pendengar. Berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengkespresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran gagasan, dan

perasaan (Tarigan, 2008:16).

b. Pengertian Kemampuan Berbicara

Nuraeni (2002:87) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara

merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam

penyampaian informasi secara lisan. Keterampilan berbicara merupakan

keterampilan berbahasa produktif, yaitu suatu keterampilan dalam

menyampaikan informasi (Sugono, 2000:72).


c. Penilaian Kemampuan Berbicara

Penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secara konseptual atau

secara komprehensif. Penilaian aspektual yang dimaksud adalah penilaian

kemampuan berbicara yang difokuskan pada aspek-aspek tertentu. Penilaian

komprehensif merupakan penilaian yang difokuskan pada keseluruhan

kemampuan berbicara (Rofi’uddin, 243).

Secara umum penilaian aspektual individual dapat dibedakan menjadi

dua kelompok, aspek kebahasaan dan non kebahasaan sebagai berikut:

Aspek-aspek kebahasaan yang dapat dinilai dapat berupa:

1) Tekanan

2) Ucapan

3) Nada dan irama

4) Persendian

5) Kosakata / ungkapan atau diksi

6) Struktur kalimat yang digunakan

1) Kelancaran

2) Pengungkapan materi wicara

3) Keberanian

4) Keramahan

5) Ketertiban

6) Semangat

7) Sikap

8) Perhatian
(Rofi’uddin, 244)

Musaba (2011:22) menyebutkan ada beberapa cara untuk meningkatkan

keterampilan berbicara seseorang. Cara-cara tersebut dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1) Membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, caranya dengan

banyak membaca, pengalaman baca yang banyak akan sangat

bermanfaat untuk kelancaran seseorang dalam berbicara,

2) Rajinlah memperhatikan orang lain dalam berbicara, terutama mereka

yang telah mahir berbicara (orator) untuk mengambil hal-hal penting

tentang cara mereka menyampaikan sesuatu,

3) Berlatihlah pidato sendiri di rumah, bisa dimuka cermin,

4) Ikutilah berbagai forum yang banyak melibatkan kegiatan berbicara,

misalnya berupa diskusi, seminar, dialog, dan lainnya,

5) Membiasakan diri untuk berbicara pada forum-forum seperti disebutkan

di butir 4 diatas,

6) Bersedia menjadi pembicara dalam diskusi, pembawa acara (protokol),

pembaca do’a, pemandu diskusi atau dialog dan sejenisnya sesuai

dengan kegemaran dan minat masing-masing, dan

7) Ada baiknya membaca buku yang berisi petunjuk atau pedoman

bagaimana berbicara yang baik.


4. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum 2006 disebutkan bahwa: pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tulisan. Serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia ( Depdiknas, 2006:317).

Pengajaran bahasa Indonesia menitik beratkan pada cara menggunakan

bahasa untuk berkomunikasi. Dengan demikian pengembangan pengajaran

bahasa Indonesia tentu harus dapat mengembangkan keterampilan

berbahasa siswa yang meliputi keterampilan menggunakan bahasa lisan,

yaitu mendengarkan dan berbicara, dan keterampilan menggunakan bahasa

tulis yaitu untuk membaca dan menulis.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Secara umum, menurut Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006

pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia ( Depdiknas, 2006:317).

Secara khusus pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:


1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien denga etika yang berlaku

secara lisan maupun tulisan.

2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperluas budi pekerti serta meningkatkan kemampuan

berbahasa.

6) Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya intelektual manusia Indonesia (BNSP, 2007:2).

c. Karakteristik Materi

Materi terdapat di kelas 5 semester II dengan Standar Kompetensi yang

diterapkan kurikulum adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan secara

lisan dalam diskusi dan bermain drama, dan Kompetensi Dasar yaitu

mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan

memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa (silabus kelas 5).

1) Pengertian Faktual

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata faktual termasuk

kata sifat yang artinya berdasarkan kenyataan, dan karena itu mengandung

kebenaran. Faktual adalah berita berdasarkan kenyataan dan mengandung


kebenaran. Mengomentari persoalan faktual dengan alasan yang mendukung

(Nur’aini, 2008:108).

2) Langkah-langkah mengomentari persoalan faktual antara lain:

a) Membaca persoalan dengan seksama.

b) Temukan persoalan yang benar-benar terjadi.

c) Kemukakan alasan tentang persoalan tersebut (Nur’aini, 2008:108).

5. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2009:65) mengungkapkan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

Shadiq (2009:23-24) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu jenis belajar kelompok yang memiliki kekhususan sebagai

berikut: (1) setiap kelompok terdiri atas anggota yang heterogen

(kemampuan, jenis kelamin, dsb); (2) ada ketergantungan yang positif di

antara anggota-anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok

bertanggung jawab atas keberhasilan melaksanakan tugas kelompok dan

akan diberi tugas individual (tugas tidak selalu berupa tugas mengerjakan

soal, dapat juga memahami materi pelajaran, sedemikian sehingga dapat

menjelaskan materi itu); (3) kepemimpinan dipegang bersama, tetapi ada

pembagian tugas selain kepemimpinan; (4) guru mengamati kerja kelompok

dan melakukan intervensi bila perlu; (5) setiap anggota kelompok harus siap

menyajikan hasil kerja kelompok.


6. Model Pembelajaran Time Token

a. Pengertian Model Pembelajaran Time Token

Model pembelajaran Time Token (Arends, 1998) merupakan model

pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok

diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi dalam

menyampaikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan serta

pemikiran anggota lain. Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat

cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk

menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali

(Ilmiyanti, 2012:Online).

Aqib (2013:33) mengemukakan bahwa model Time Token digunakan

untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa agar tidak

mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Ibrahim (2000:51) mengemukakan bahwa model Time Token yaitu

dimana apabila guru memiliki kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif

dimana sejumlah kecil siswa mendominasi percakapan dan ada sejumlah

kecil siswa yang malu dan tidak pernah berbicara sama sekali, karena model

Time Token ini dapat membantu membagikan peran secara merata.

Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh

kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses

pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan

siswa sebagai subjek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan kearah

yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak paham
menjadi paham, dan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan kata lain

mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak

siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui (Sriudin,

2012:Online).

Dalam penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif Time Token ini

ada beberapa hal yang perlu di persiapkan. Adapun kebutuhan

Penyelenggaraan Time Token tersebut harus dipersiapkan sebelum kegiatan

belajar dilaksanakan. Pendidik menyiapkan beberapa komponen yang

dibutuhkan, di antaranya: Token atau simbol praktis dan atraktif untuk

memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol

penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang

mainan. Token sendiri tidak selalu dalam bentuk yang berharga, namun

setelah menunjukan prilaku yang diharapkan mereka dapat menukarkan

token itu dengan sesuatu yang berharga. Dengan demikian setelah satu

rentang waktu tertentu guru harus menyediakan barang penukar token yang

berharga untuk siswa. Yang paling mudah seperti permen, alat tulis atau

benda berharga lain yang dapat sekolah biayai (Juli, 2011:Online).

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Time Token Arends

Suyatno (2009:76) mengkondisikan kelas, tiap siswa diberi kupon

untuk berbicara, siswa berbicara, setelah itu kupon dikembalikan.

Suprijono (2010:133) (1) kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi

(cooperative learning/CL); (2) tiap siswa diberi kupon berbicara dengan

waktu kurang lebih 30 detik, tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu
keadaan; (3) jika telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa

diserahkan, setiap berbicara satu kupon; (4) Siswa yang telah habis

kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang kupon harus bicara

sampai kuponnya habis, dan seterusnya. Adapun garis besar kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan model Time Token

adalah sebegai berikut:

1) Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning /

CL)

2) Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu kurang lebih

30 detik perkupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang

digunakan.

3) Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap

tampil berbicara satu kupon.

4) Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang

masih memegan kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

5) Demikian seterusnya (Aqib, 2013:33).

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Time Token

1) Kelebihan Model Time Token

a) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.

b) Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

c) Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek

berbicara).
e) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.

f) Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,

berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik.

g) Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

h) Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama

terhadap permasalahan yang ditemui.

i) Tidakmemerlukan banyak media pembelajaran (Ilmiyanti, 2012:Online).

2) Kekurangan Model Time Token

a) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.

b) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banayak.

c) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses

pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai

jumlah kupon yang dimilikinya.

d) Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.

e) Bagi siswa yang pasif, model pembelajaran ini terkesan seperti

memaksa mereka harus berbicara sehingga anak merasa takut dan

tertekan (Ilmiyanti, 2012:Online).

Adapun beberapa hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Time Token yaitu:

1. Dari Hasil Penelitian Anisyah Eryani (2012) tentang upaya

meningkatkan kemampuan berbicara menggunakan model Time Token

di kelas V SDN 1 Waling Kecamatan Bentang Kabupaten Tabalong,


penerapan model Time Token dapat meningkatkan aktivitas guru siklus

(1) 75% dan siklus (2) 89%, aktivitas siswa siklus (1) 69% dan siklus

(2) 85%, dan kemampuan berbicara siswa siklus (1) 71% dan siklus (2)

92% dari jumlah seluruh siswa.

2. Dari hasil penelitian Agus Sandi Prasetya (2012) tentang upaya

meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan model

Time Token siswa kelas V di SDN Palam 3 Banjarbaru, hasil penelitian

membuktikan model Time Token memberikan pengaruh terhadap upaya

meningkatkan aktivitas guru siklus (1) 79% dan siklus (2) 91%,

aktivitas siswa siklus (1) 74% dan siklus (2) 89% dan kemampuan

berbicara siswa siklus (1) 64% siklus (2) 91%.

3. Hasil penelitian Lukis Dian Irawati (2011) tentang peningkatan

keterampilan berbicara melalui model Time Token pada pembelajaran

Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Dayu 04 kabupaten Blitar, hasil

penelitian menunjukkan bahwa melalui Time Token pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dapat meningkatkan aktivitas guru siklus

(1) 59% dan siklus (2) 86%, aktivitas siswa siklus (1) 54% dan siklus

(2) 81%. dan keterampilan berbicara siswa siklus (1) 42,1% dan siklus

(2) 78,9%.

4. Dari Hasil Penelitian Maria Noor Zainah (2009) tentang upaya

meningkatkan kemampuan berbicara melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token siswa kelas V SDN Rangda Malingkung 5

Kecamatan Tapin Utara Kabupaten Tapin, hasil penelitian


menunjukkan bahwa melalui model Time Token berpengaruh positif

terhadap pemerolehan hasil aktivitas guru 86%, aktivitas siswa 84%,

hasil belajar kemampuan berbicara dengan nilai ketuntasan yang

diterapkan sebesar 80% siswa berhasil.

5. Dari hasil penelitian Ratna Sari Dewi (2011) tentang penerapan model

pembelajaran Time Token Arends untuk meningkatkan keterampilan

berbicara siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Kota Malang, hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Time

Token Arends pada pembelajaran Bahasa Indonesia mampu merubah

cara belajar siswa dari menerima pengetahuan menjadi membentuk

pengetahuan sendiri melalui serangkaian kegiatan berbicara. Dengan

hasil pemerolehan aktivitas guru siklus (1) 74% dan siklus (2) 91%,

aktivitas siswa siklus (1) 69% dan siklus (2) 84% dan ketuntasan belajar

akhir siklus II sebesar 96%.

B. Kerangka Berpikir

Kemampuan berbicara anak yang masih tergolong rendah menuntut

pengajar untuk dapat menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berbicara mereka sesuai dengan usia perkembangannya. Kemampuan

berbahasa anak merupakan pemerolehan bahasa anak yang muncul tidak secara

tiba-tiba atau sekaligus, melainkan melalui tahap-tahapan. Hal ini ditegaskan oleh

Sunarto (2008:136-137) yang mengatakan perkembangan bahasa seseorang

dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa

satu suku kata, dua suku kata , menyusun kalimat sederhana, dan
seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks

sesuai dengan tingkat perilaku sosial.

Kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan

fisik, mental, intelektual, dan sosialnya sehingga perlu adanya latihan dalam

mengembangkan kemampuan berbicara. Untuk dapat mengembangkan

kemampuan berbicara maka sangatlah perlu melibatkan siswa secara aktif dalam

aktivitas pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dalam

pengembangan kemampuan berbicara anak.

Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan (Depdiknas, 2006:6).

Hal ini menunjukkan bahwa siswa memerlukan suatu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan berbicara guna mencapai tujuan yang

diharapkan. Salah satunya adalah melalui penggunaan model Time Token.

Menurut Aqib (2013:33) pembelajaran menggunakan model Time Token

merupakan struktur untuk mengajarkan keterampilan sosial siswa agar tidak

mendominasi pembicaraan atau diam sekali. Adapun langkah-langkah

pembelajaran menggunakan model Time Token sebagai berikut: (1) kondisikan

kelas untuk melasanakan diskusi (cooperative learning/CL); (2) tiap siswa diberi

kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik, tiap siswa diberi sejumlah

nilai sesuai waktu keadaan; (3) jika telah selesai bicara, kupon yang dipegang

siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon; (4) Siswa yang telah habis

kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang kupon harus bicara sampai

kuponnya habis, dan seterusnya (Suprijono, 2009:133). Penggunaan model Time


Token dalam pembelajaran berbicara dapat memberikan kesempatan kepada

seluruh siswa untuk dapat mengungkapkan gagasan atau pendapat siswa secara

lisan melalui kartu berbicara yang diberikan. Satu kelebihan model Time Token

dapat membuat siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (Ilmiyanti, 2012:Online)

Jadi penggunaan model Time Token dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

materi mengomentari persoalan faktual diasumsikan dapat meningkatkan

kemampuan berbicara anak.

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan

jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka

kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian

mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu

adalah sebagai berikut:

siswa jarang melakukan


Kondisi Awal pembelajaran yang Kemampuan berbicara
melibatkan aktivitas mereka siswa rendah
secara langsung.
Siklus 1

Diadakan Tindakan Pembelajaran menggunakan


model time token. Siklus 2

Kondisi Akhir Semua siswa terlibat Kemampuan


langsung dalam aktivitas berbicara siswa
pembelajaran. meningkat

Gambar 2. 1 Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas


C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Jika pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengomentari persoalan

faktual menggunakan model Time Token maka dapat meningkatkan

kemampuan berbicara pada siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat

1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran dan kinerja peneliti sebagai tenaga

pendidik sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperbaiki

hasil pembelajaran siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(PTK). Secara estimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan

penelitian tindakan kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan, dan kelas.

Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan

secara sistematis, emperis dan terkontrol. Kedua, tindakan dapat diartikan

sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni guru, tindakan

diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan oleh guru. Ketiga, kelas

menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung. Ini berarti PTK

dilakukan di dalam kelas yang tidak di setting untuk kepentingan penelitian

secara khusus, akan tetapi PTK berlangsung dalam keadaan situasi dan

kondisi yang real tanpa rekayasa (Sanjaya, 2009:25-26).

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, 2008:3). Bruns (1999)

menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang


ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk

meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan

kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi (Sanjaya, 2009:2).

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif walaupun data

yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif (Kusuma, 2010:9).

Menurut teori Penelitian Kualitatif, agar penelitiannya betul-betul

berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu primer dan data

sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang di

ucapkan secara lisan, gerak-gerik, atau prilaku yang dilakukan oleh subjek

yang dapat di percaya dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data yang di

peroleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS,

dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman, benda dan lain-lain yang dapat

memperkaya data primer (Suharsimi, 2010:22).

Adapun penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada penelitian ini

menggunakan model penelitian Suharsimi (2010:17) sebagai berikut:


Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

?
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2010:17)

1. Perencanaan (Planing)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,

oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap

menyusun rancangan peneliti menentukkan titik atau fokus peristiwa yang

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat

instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi

selama kegiatan berlangsung.

2. Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini ialah pelaksanaan yang merupakan penerapan isi rancangan yaitu

menggunakan tindakan di kelas. Dalam tahap ini guru harus ingat dan

berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus

pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.


3. Pengamatan (Observing)

Proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati

adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. Antara pelasanaan

dengan pengamatan sebetulnya bukan merupakan urutan karena waktu atau

saat terjadinya bersamaan. Dalam PTK, pengamtan ini dilakukan

dengan menggunakan format pengamatan.

4. Refleksi (Reflecying)

Langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan

oleh guru maupun siswa. Kegiatan ini sangat tepat dilakukan ketika guru

pelaksana sudah selasai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Hal yang

sangat penting diperhatikan oleh peneliti dalam PTK adalah bahwa

seluruh siswa harus dilibatkan dalam refleksi ini.

B. Setting Penelitian

Tempat penelitian adalah di SDN Sungai Tabuk Keramat 1 yang

terletak di jalan Grilya Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

Subjek penelitian adalah semua siswa kelas 5 Semester Genap Tahun

Ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh siswa tersebut adalah 29 orang terdiri dari

laki-laki 16 orang dan perempuan 13 orang.

Alasan pemilihan subjek penelitian adalah karena masalah kemampuan

berbicara siswa di kelas 5 yang rendah dan masih banyak siswa yang belum

mampu berbicara yang baik dan benar khususnya pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Berdasarkan data hasil prarenelitian yang dilakukan peneliti,


terdapat 19 siswa dari jumlah 29 siswa di kelas 5 belum memiliki keberanian

berbicara menggungkapkan pikiran mereka ketika diminta memberikan

komentar terhadap suatu peristiwa yang disajikan.

C. Faktor yang Diteliti

Terdapat 3 faktor yang akan diteliti, yaitu:

1. Aktivitas guru yaitu mengamati sejauhmana guru mampu melaksanaan

pembelajaran sesuai dengan RPP dengan menerapkan model Time Token

selama proses pembelajaran. Faktor aktivitas guru yang diamati adalah

sebagai berikut:

a. Kegiatan awal pembelajaran: 1) Guru mengkondisikan kelas; 2) Guru

menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran; 3) Guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab

dengan siswa mengenai persoalan faktual yang mereka ketahui; 4)

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Kegiatan Inti Pembelajaran: 1) Guru menjelaskan materi; 2) Guru

melibatkan peserta didik secara aktif dalam bentuk tanya jawab; 3)

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Setiap

kelompok diskusi terdiri dari 2 orang; 4) Setiap kelompok diberikan

lembar yang berisi persoalan faktual. Siswa diminta untuk berdiskusi

dan kemudian memberikan komentar terhadap persoalan faktual

secara lisan; 5) Guru menjelaskan dengan singkat “aturan main”

dalam proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan faktual

yang disajikan; 6) Guru memberi 2 kupon berbicara kepada masing-


masing dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang

telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang masih

memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis dan seterusnya;

7) Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan

menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara, demikian

seterusnya sampai kupon habis; 8) Guru bersama-sama siswa

menyimpulkan pelajaran; 9) Guru memberikan evaluasi berupa

perbaikan tentang cara berbicara yang baik dan benar .

c. Kegiatan Akhir Pembelajaran: 1) Guru memberikan tindak lanjut; 2)

Guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model Time Token.

Faktor aktivitas siswa yang diamati adalah sebagai berikut: mendengarkan

penjelasan guru, keaktifan dalam pembelajaran, kedisiplinan, kerjasama dalam

kelompok dan ketepatan waktu.

3. Hasil belajar yaitu kemampuan berbicara siswa yang dilakukan melalui tes

perbuatan. Aspek yang dinilai meliputi: keberanian, kelancaran, intonasi dan

lafal.

D. Skenario Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari 2

kali pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 2 kali pertemuan. Secara rinci

prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian berikut:
1. Siklus I

s pertama dalam PTK ini terdiri perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

dan refleksi sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan, meliputi:

1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

Kompetensi Dasar: mengomentari persoalan faktual disertai alasan

yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun

berbahasa, pada materi mengomentari persoalan faktual .

2) Peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam

pembelajaran.

3) Peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas guru serta lembar

observasi aktivitas siswa untuk mengamati kegiatan proses

pembelajaran di kelas dengan model Time Token melalui bentuk

pengamatan.

4) Peneliti menyusun alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Materi pembelajaran yang diajarkan adalah mengomentari persoalan faktual

dengan bahasa yang santun, dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Siklus I

Siklus Pertemuan Indikator Materi


Pertemuan 1  Mampu Memberikan
menentukan komentar
persoalan yang terhadap
terjadi. persoalan
I  Mampu faktual.
memberikan
komentar terhadap
persoalan yang
terjadi dengan
alasan yang logis.
Pertemuan 2  Mampu Memberikan
memberikan jalan jalan keluar
keluar untuk secara lisan
I mengatasi persoalan terhadap
yang terjadi. persoalan
faktual yang
disajikan

Siklus 1 Pertemuan 1 (2 x 35 menit

1) Kegiatan Awal (±10 menit)

Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dengan mengajak

siswa untuk berdo’a bersama kemudian mengecek kehadiran siswa.

Sebelum memulai pembelajaran guru menyiapkan siswa secara psikis

dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru

melakukan apresepsi sambil bertanya jawab dengan siswa mengenai

persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini dilakukan agar siswa

dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setelah itu guru

menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa selama

proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti (±50 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual. Dalam

bentuk tanya jawab guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses

pembelajaran. Kemudian guru melanjutkan pembelajaran menggunakan model

Time Token, guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap

kelompok diskusi terdiri dari 2 orang. Guru membagikan lembar yang berisi

persoalan faktual kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk berdiskusi dan

kemudian memberikan komentar terhadap persoalan faktual secara lisan. Sebelum


siswa memberikan komentar secara lisan guru menjelaskan dengan singkat

“aturan main” dalam proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan

faktual yang disajikan. Guru memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing

dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya

tidak boleh bicara lagi dan yang masih memegang kupon harus bicara sampai

kuponnya habis dan seterusnya. Guru memberikan kesempatan kepada teman

yang lain untuk menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan

menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara, demikian seterusnya

sampai kupon habis. Setelah semua siswa memberikan komentar, saran atau

pendapat masing-masing guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran

kemudian guru memberikan evaluasi berupa perbaikan tentang cara berbicara

yang baik dan benar

3) Kegiatan Akhir (±10 menit)

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan, sebelum

menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

Siklus 1 Pertemuan 2 (2 x 35 menit)

1) Kegiatan Awal (±10 menit)

Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa untuk

berdo’a bersama kemudian mengecek kehadiran siswa. Sebelum memulai

pembelajaran guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran. Kemudian guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab

dengan siswa mengenai persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini dilakukan

agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setelah itu guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa selama proses

pembelajaran.

2) Kegiatan Inti (± 50 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual. Dalam

bentuk tanya jawab guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses

pembelajaran. Kemudian guru melanjutkan pembelajaran menggunakan model

time token, guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap

kelompok diskusi terdiri dari 2 orang. Guru membagikan lembar yang berisi

persoalan faktual kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk berdiskusi dan

kemudian memberikan komentar terhadap persoalan faktual secara lisan. Sebelum

siswa memberikan komentar secara lisan guru menjelaskan dengan singkat

“aturan main” dalam proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan

faktual yang disajikan. Guru memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing

dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya

tidak boleh bicara lagi dan yang masih memegang kupon harus bicara sampai

kuponnya habis dan seterusnya. Guru memberikan kesempatan kepada teman

yang lain untuk menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan

menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara, demikian seterusnya

sampai kupon habis. Setelah semua siswa memberikan komentar, saran atau

pendapat mereka masing-masing guru bersama-sama siswa menyimpulkan

pelajaran kemudian guru memberikan evaluasi berupa perbaikan tentang cara

berbicara yang baik dan benar.


3) Kegiatan Akhir (± 10 menit)

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan sebelum

menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

3. Tahap Observasi

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan

tindakan. Tahap observasi dalam penelitian tindakan kelas ini yakni

mengobservasi tentang kegiatan belajar mengajar, aktivitas guru, aktivitas siswa

dalam pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta

melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Semua hasil dicatat

untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan yang dilakukan oleh guru

kelas 5 terhadap pembelajaran yang telah terjadi. Hasil observasi dan evaluasi

dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes berupa daftar nilai yang

diperoleh dianalisis pada tahap ini secara deskriptif yaitu data kuantitatif dan data

kualitatif, kemudian diinterprestasikan sebagai bahan acuan refleksi guru, serta

akan dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan siklus berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat yaitu

aktivitas guru telah berada pada kriteria baik atau sangat baik, aktivitas siswa pada

kriteria aktif dan sangat aktif mencapai minimal 63%, hasil belajar siswa

mencapai ketuntasan belajar secara individual dengan nilai minimal 70 serta dapat

mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal sebesar 80%. Penelitian


tindakan kelas akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya jika belum memenuhi

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

2. Siklus II

Siklus ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I kegiatan pembelajaran

belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka dilanjutkan

dengan siklus kedua dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

Peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan Kompetensi Dasar:

mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan

memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa .

Peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam

pembelajaran.

Peneliti menyusun instrument penilaian berupa format observasi untuk

pengamatan kegiatan pembelajaran guru dan observasi aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Time Token. Peneliti

menyusun alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus II pertemuan 1 (2 x 35 menit)

1) Kegiatan Awal (±10 menit)

Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa untuk

berdo’a bersama kemudian mengecek kehadiran siswa. Sebelum memulai

pembelajaran guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran. Kemudian guru melakukan apresepsi sambil bertanya

jawab dengan siswa mengenai persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini

dilakukan agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setelah

itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa selama

proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti (±50 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual.

Dalam bentuk tanya jawab guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam

proses pembelajaran. Kemudian guru melanjutkan pembelajaran

menggunakan model Time Token, guru mengkondisikan kelas untuk

melaksanakan diskusi, setiap kelompok diskusi terdiri dari 2 orang. Guru

membagikan lembar yang berisi persoalan faktual kepada setiap kelompok.

Siswa diminta untuk berdiskusi dan kemudian memberikan komentar

terhadap persoalan faktual secara lisan. Sebelum siswa memberikan komentar

secara lisan guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam proses

analisis pemberian komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan. Guru

memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing dengan waktu kurang

lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara

lagi dan yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis

dan seterusnya. Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan menyerahkan

kupon terlebih dahulu sebelum berbicara, demikian seterusnya sampai kupon

habis. Setelah semua siswa memberikan komentar, saran atau pendapat

masing-masing guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran kemudian


guru memberikan evaluasi berupa perbaikan tentang cara berbicara yang baik

dan benar.

3) Kegiatan Akhir (±10 menit)

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan, sebelum

menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

Siklus II Pertemuan 2 (2 x 35 menit)

1) Kegiatan Awal (±10 menit)

Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa untuk

berdo’a bersama kemudian mengecek kehadiran siswa. Sebelum memulai

pembelajaran guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran. Kemudian guru melakukan apresepsi sambil bertanya

jawab dengan siswa mengenai persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini

dilakukan agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setelah

itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa selama

proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti (± 50 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual.

Dalam bentuk tanya jawab guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam

proses pembelajaran. Kemudian guru melanjutkan pembelajaran

menggunakan model Time Token, guru mengkondisikan kelas untuk

melaksanakan diskusi, setiap kelompok diskusi terdiri dari 2 orang. Guru

membagikan lembar yang berisi persoalan faktual kepada setiap kelompok.

Siswa diminta untuk berdiskusi dan kemudian memberikan komentar


terhadap persoalan faktual secara lisan. Sebelum siswa memberikan komentar

secara lisan guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam proses

analisis pemberian komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan. Guru

memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing dengan waktu kurang

lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara

lagi dan yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis

dan seterusnya. Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan menyerahkan

kupon terlebih dahulu sebelum berbicara, demikian seterusnya sampai kupon

habis. Setelah semua siswa memberikan komentar, saran atau pendapat

mereka masing-masing guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran

kemudian guru memberikan evaluasi berupa perbaikan tentang cara berbicara

yang baik dan benar.

3) Kegiatan Akhir (± 10 menit)

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan sebelum

menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

3. Tahap Observasi

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap

pelaksanaan tindakan. Tahap observasi dalam penelitian tindakan kelas

ini yakni mengobservasi tentang kegiatan belajar mengajar, aktivitas

guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan aktivitas siswa dalam

kelompok menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta

melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Penguasaan


materi pelajaran diperoleh dari hasil tes perbuatan diakhir pelajaran.

Semua hasil dicatat untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam

melakukan refleksi.

4. Refleksi

Hasil penelitian pada siklus I, dilakukan analisis dengan cara melihat

prestasi atau nilai siswa. Kemudian hasil analisis pada siklus II digunakan

sebagai kesimpulan dari penelitian. Apakah dengan menggunakan model

Time Token dapat memaksimalkan proses pembelajaran siswa dalam

kemampuan berbicara. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan

mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang

telah ditetapkan tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa

syarat yaitu aktivitas guru telah berada pada kriteria baik atau sangat baik

mencapai minimal 63%, aktivitas siswa pada kriteria aktif dan sangat aktif

mencapai minimal 63%, hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar

secara individual dengan nilai minimal 70 serta dapat mencapai ketuntasan

belajar secara klasikal minimal sebesar 80%. Penelitian tindakan kelas

akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya jika belum memenuhi indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan.


E. Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber data.

Sumber data penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari

guru dan siswa kelas 5 yang ada di SDN Sungai Tabuk Keramat 1. Jenis data

yang diperoleh dari penelitian ini ada dua macam yaitu:

a. Data kuantitatif yaitu berupa data hasil kemampuan berbicara dilihat dari

siswa melakukan tes perbuatan kemampuan berbicara aspek yang dinilai

meliputi keberanian, kelancaran, intonasi dan lafal kemudian diberikan

penilaian untuk menentukan tingkat hasil belajar dari siswa tersebut.

b. Data kualitatif yaitu berupa data hasil observasi diperoleh dari hasil

pengamatan dari aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam

mengelola pembelajaran menggunakan model Time Token.

2. Teknik pengambilan data.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

(Sudijono, 2007:76). Data yang diobservasi mengenai aktivitas siswa dalam

belajar dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan

lembar observasi (terlampir).

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang di

gunakan untuk mengukur keterampilan, penengetahuan intelegensi,


kemampuan atau bakat yang di miliki individu atau kelompok (Suharsimi,

2004:205).

Penelitian ini menggunakan tes perbuatan dengan cara meminta siswa

memberikan komentar mereka terhadap suatu peristiwa yang disajikan dan

hasilnya di ukur menggunakan lembar kriteria kemampuan berbicara

(terlampir).

3. Teknik Analisis Data

a. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan

guru adalah dengan persentase menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P = N x 100%

Keterangan:

P = angka persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasinya.
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).
(Sudijono, 2005:43).

Angka persen yang diperoleh dari hasil observasi yang menunjukkan

aktivitas guru dan siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan

Sungai Tabuk Kabupaten Banjar terhadap pembelajaran menggunakan

model Time Token diberikan interpretasi yang dapat diliahat pada tabel 3.1

dan 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Interpretasi Aktivitas Guru

Interpretasi Kualifikasi
82% - 100 % Sangat Baik
63% - 81 % Baik
44 % - 62 % Cukup Baik
25 % - 43 % Kurang Baik
Tabel 3.3 Interpretasi Aktivitas Siswa

Interpretasi Kualifikasi
82% - 100 % Sangat Aktif
63% - 81 % Aktif
44 % - 62 % Cukup Aktif
25 % - 43 % Kurang Aktif

b. Teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil kemampuan berbicara

meliputi aspek keberanian, kelancaran, intonasi dan lafal siswa kelas 5

SDN Sungai Tabuk Keramat, masing-masing aspek skor maksimal 5

dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3.4 Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa

No Kriteria Skor
1 Keberanian
Mengungkapkan apa yang di inginkan dengan baik 5
dan benar tanpa ada keraguan yang muncul
Berani mengungkapkan apa yang diinginkan namun 4
masih ada sedikit keraguan yang muncul.
Ada keberanian yang muncul dan sudah bisa
mengungkapkan apa yang diinginkan meskipun hanya 3
dengan kalimat sederhana.
Keberanian yang muncul karena terpaksa dan
penggunaannya menghambat kelancaran komunikasi 2
dalam berbicara.
Takut, ragu, dan bimbang dalam mengungkapkan 1
apapun, bahkan dalam pengucapan kalimat sederhana.
2 Kelancaran
Pembicaraan dalam segala hal lancar dan baik. 5
Pembicaraan lancar dan baik, tetapi sekali-sekali 4
masih kurang jelas.
Pembicaraan kadang-kadang masih ragu, 3
pengelompokkan kata kadang-kadang tidak tepat.
Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak 2
lengkap.
Pembicaraan selalu terhenti dan masih putus-putus. 1
3 Intonasi
Intonasi tepat dan benar dalam berbicara. 5
Intonasi baik dalam berbicara. 4
Intonasi cukup baik, namun terkadang gugup dalam 3
berbicara.
Intonasi cukup sederhana 2
Intonasi tidak teratur 1
4 Lafal
Pelafalan sangat tepat dan mudah untuk dipahami 5
Pelafalan tepat tetapi susah untuk dipahami 4
Melafal dengan sulit karena kesulitannya memaksa 3
orang harus mendengarkan dengan teliti.
Ucapannya susah dipahami sehingga sering diminta 2
untuk mengulang apa yang dikatakan.
Kesukaran ucapan besar sekali sehingga bicaranya 1
tidak dapat dipahami.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai siswa = Jumlah skor perolehan x 100


Jumlah skor maksimal

Siswa dikatakan tuntas apabila sudah mencapai nilai minimal 70

atau lebih sesuai dengan KKM yang berlaku.

Teknik yang digunakan untuk menganalisi ketuntasan secara


klasikal dengan persentase menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase = Jumlah siswa yang tuntas belajar x 100%


Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan klasikal dianggap tuntas apabila mencapai 80% atau

lebih siswa dapat mengungkapkan pikiran mereka secara lisan.

F. Indikator Keberhasilan

1. Indikator Keberhasilan Aktivitas Guru

Indikator keberhasilan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran yakni

aktivitas guru telah berada minimal pada kriteria baik dengan persentase 63%.

2. Indikator Keberhasilan Aktivitas Siswa

Indikator keberhasilan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yakni

jumlah siswa yang berada minimal pada kriteria aktif dengan persentase 63%.

3. Indikator Hasil Belajar Siswa

Presentasi ketuntasan hasil belajar siswa secara individual dengan nilai

minimal 70 atau lebih sesuai dengan penilaian berbicara siswa yang

ditetapkan meliputi aspek keberanian, kelancaran, intonasi dan lafal.

Presentasi ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal mencapai

ketuntasan 80%.
BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar pada semester genap tahun pelajaran

2012/2013. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 29 orang,

terdiri dari 16 orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

1. Gambaran Keadaan Kelas

Sekolah Dasar Negeri Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk

Kabupaten Banjar terdiri dari 12 kelas, yaitu kelas 1 sampai kelas 6. Masing-

masing kelas menempati satu ruang kelas, setiap ruang kelas memiliki jumlah

kursi dan meja yang sesuai dengan jumlah siswa. Ruang kelas terdiri dari 2 lokal

yang terpisah. Ruang kelas 5 terletak antara Ruang UKS dan jalan menuju ruang

guru, ruang kelas 5 satu lokal dengan ruang guru, dan kelas 6 sedangkan lokal

lainnya di sebelah kanan yang terdiri dari perpustakaan, kelas 4A, kelas 4B, kelas

3, kelas 2A, kelas 2B, kelas 1A, kelas 1B dan yang terakhir kantin sekolah.

Keadaan kelas 5 cukup luas dengan sirkulasi udara dan penerangan yang

maksimal karena sisi kanan dan kiri kelas mempunyai banyak jendela. Penataan

tempat duduk siswa disusun berderet ke belakang perbaris. Tempat duduk yang

digunakan adalah kursi yang terbuat dari kayu dengan meja kayu, sedangkan

papan tulis menggunakan papan tulis putih (whiteboard) yang dapat ditulis dengan

spidol broadmarker.
2. Keadaan Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa kelas 5 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam

jangka waktu 2 tahun belakang ini cukup baik namun masih belum sesuai dengan

yang diharapkan. Nilai 70 sebagai standar ketuntasan minimal pelajaran Bahasa

Indonesia belum mampu ditingkatkan secara optimal. Sehingga peneliti

beranggapan bahwa penelitian sangat penting di lakukan di kelas 5 pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Berikut ini adalah data nilai-nilai prestasi belajar

Bahasa Indonesia siswa kelas 5 semester genap selama dua tahun terakhir.

Tabel 4.1 Data Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas 5

No Tahun Pelajaran Nilai Rata-Rata Prestasi


Belajar Bahasa Indonesia
1 2010 / 2011 66,33
2 2011 / 2012 64,82

3. Masalah dan Pembelajaran di Kelas

Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas 5, yaitu masalah kemampuan berbicara siswa yang rendah,

siswa tidak berani untuk mengungkapkan pikirannya secara lisan hal ini

disebabkan karena siswa tidak terbiasa melakukan pembelajaran yang melibatkan

aktivitas mereka secara langsung khususnya pada aspek berbicara.

4. Persiapan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini terlebih dahulu diawali dengan

persiapan peneliti dari berbagai aspek, antara lain: Persiapan Perlengkapan

Penelitian
Peneliti mempersiapkan perlengkapan yaitu meliputi: Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, sumber belajar dari buku, serta pembuatan lembar observasi untuk

guru dan lembar observasi siswa serta media pembelajaran. Persiapan Tempat

Penelitian

Adapun tempat yang dijadikan penelitian dalam hal ini adalah sekolah dasar yang

mempunyai permasalahan yang harus di atasi terutama dalam pencapaian

ketuntasan belajar. Dalam persiapan ini peneliti terlebih dahulu melakukan

permohonan atau meminta izin kepada kepala sekolah dan melakukan kordinasi

kepada guru kelas yang telah Sarjana S1.

5. Persiapan Administrasi

Untuk adanya kelancaran penelitian ini, peneliti terlebih dahulu berkonsultasi

dengan dosen pembimbing mengenai proposal penelitian. Setelah proposal PTK

ini di setujui oleh Pembimbing I Drs. Mahmuddin, M.Pd 10 April 2013 dan

Pembimbing II Drs. H. Mahlan Asmar, M. Pd pada tanggal 22 April 2013

kemudian melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Yaitu dengan menyiapkan

administrasi pendukung antara lain:

1) Izin penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin tertanggal 23 April 2013 dengan surat

nomor 0825/UN8.1.2.5.3/KM/2013.

2) Izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar tertanggal 29 April

2013 dengan nomor surat 074/ 285 /DISDIK.

3) Surat Keterangan Kesedian Observer tertanggal 6 Mei 2013 dengan nomor

surat 4212/39/SD-STK1/2013.
6. Penunjukkan Observer

Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari pihak-pihak terkait

sebelum pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan. Untuk pelaksanaan penelitian

yang menjadi observer yaitu Ibu Norsidah, S. Pd ditunjuk kepala sekolah karena

telah memahami tentang kegiatan observasi dan sudah berpengalaman dalam

kegiatan penelitian sekaligus sebagai guru kelas 5.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus I

Penelitian ini dilakukan dikelas 5 dengan melibatkan guru sebagai observer.

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ini akan dilaksanakan

selama 2 kali pertemuan dengan perencanaan yang dijelaskan lebih lanjut pada

tabel rencana jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan 1

dan Pertemuan 2 berikut:

Tabel 4.2 Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Kegiatan Hari/Tanggal Materi


Pertemuan 1 Senin, Mengomentari Persoalan
(siklus I) 13 Mei 2013 Faktual
Pertemuan 2 Kamis, Memberikan jalan
keluar terhadap
(siklus I) 16 Mei 2013
persoalan faktual
Tes Akhir Siklus Jumat, Materi pertemuan 1 dan
I 17 Mei 2013 2 siklus I.

Pertemuan 1

Skenario Kegiatan

Rencana kegiatan yang dilakukan peneliti pada siklus I pertemuan 1 ini diawali

dengan mengucapkan salam sambil memasuki ruang kelas 5 kemudian guru


mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa berdo’a bersama dilanjutkan

mengecek kehadiran siswa. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis, Guru

melakukan apresepsi sambil bertanya jawab dengan siswa mengenai persoalan

faktual yang mereka ketahui hal ini dilakukan agar siswa dapat terlibat aktif dalam

proses pembelajaran. Setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

materi pembelajaran.

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap kelompok diskusi

terdiri dari 2 orang. Guru membagikan lembar yang berisi persoalan faktual

kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk mendiskusikan persoalan faktual

yang diberikan dan kemudian setiap siswa diminta untuk memberikan komentar

terhadap persoalan faktual yang diberikan secara lisan sebagai tes kemampuan

berbicara siswa. Sebelum siswa memberikan komentar secara lisan guru

menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam proses analisis pemberian

komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan. Guru memberi 2 kupon

berbicara kepada masing-masing dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon.

Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang masih

memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis dan seterusnya. Guru

meminta siswa untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang

disajikan secara lisan dan memberikan memberikan kesempatan kepada teman

yang lain untuk menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan

menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara. Guru memberikan

evaluasi cara berbicara yang baik dan benar.


Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kemudian sebelum menutup

pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya agar siswa dapat

mempersiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran.

1) Pelaksanaan Tindakan

a) Persiapan

Pada Penelitian Tindakan Kelas siklus I ini dipersiapkan perangkat-

perangkat pembelajaran sebagai berikut:

(1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

kompetensi dasar: mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang

mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa,

pada materi mengomentari persoalan faktual .

(2) Peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam

pembelajaran.

(3) Peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas guru serta lembar

observasi aktivitas siswa untuk mengamati kegiatan proses

pembelajaran di kelas menggunakan model Time Token melalui bentuk

pengamatan.

(4) Peneliti menyusun alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.

b) Kegiatan Pembelajaran

(1) Kegiatan Awal

Guru memasuki ruang kelas 5 dengan mengucapkan salam, guru

mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa untuk berdo’a bersama

dilanjutkan mengecek kehadiran siswa dengan meminta siswa untuk


mengacungkan tangannya apabila disebut namanya. Guru menyiapkan

siswa secara fisik dan psikis dengan meminta siswa untuk menyiapkan alat

tulis mereka dan keperluan belajar lainnya. Guru melakukan apresepsi

sambil bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian faktual dan

contoh persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini dilakukan agar siswa

dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa yang bernama

Hamidati menyebutkan pengertian faktual. Setelah itu guru menjelaskan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa selama proses pembelajaran.

(2) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual. Dalam

bentuk tanya jawab guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam

proses pembelajaran. Guru menanyakan kepada siswa siapa yang tahu

contoh persoalan faktual acungkan tangannya, beberapa orang siswa

mendeskripsikan persoalan faktual yang pernah mereka dengar. Setelah itu

guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap kelompok

diskusi terdiri dari 2 orang yaitu teman sebangku mereka. Guru

membagikan lembar yang berisi persoalan faktual kepada setiap

kelompok. Guru menjelaskan bahwa siswa diminta untuk mendiskusikan

persoalan faktual yang diberikan dan kemudian setiap siswa diminta untuk

memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang diberikan secara

lisan sebagai tes kemampuan berbicara siswa. Guru menjelaskan yang

menjadi penilaian kemampuan berbicara adalah keberanian, kelancaran,

intonasi dan lafal. Selama siswa melakukan diskusi guru melakukan


bimbingan kepada setiap kelompok. Sebelum siswa memberikan komentar

secara lisan guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam proses

analisis pemberian komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan.

Guru memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing dengan waktu

kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya tidak

boleh bicara lagi dan yang masih memegang kupon harus bicara sampai

kuponnya habis dan seterusnya. 2 kupon berbicara yang diberikan kepada

masing-masing siswa memiliki warna dan bentuk yang berbeda. Hal ini

untuk meningkatkan gairah keterkaitan siswa dalam belajar. Setelah

kurang lebih 15 menit guru memberikan waktu kepada siswa untuk

berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing, guru meminta siswa

untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan

secara lisan dan memberikan memberikan kesempatan kepada teman yang

lain untuk menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan

menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara. Pada saat siswa

memberikan komentar secara lisan masih banyak siswa yang lain tidak

mau menggunakan kopun berbicara mereka untuk menanggapi komentar

yang disampaikan temannya, siswa masih terlihat malu-malu dan kurang

percaya diri untuk mengungkapkan pikiran mereka, mereka lebih memilih

diam, bahkan ada siswa yang meminta ingin memberikan komentar di

depan kelas tetapi menggunakan teks. Guru memotivasi siswa agar mau

mengungkapkan pikiran mereka untuk menanggapi komentar yang

disampaikan temannya. Siswa pun mau untuk mencoba menanggapi

komentar yang disampaikan temannya walaupun masih banyak siswa


terlihat ragu-ragu bahkan ada yang masih terlihat terpaksa dan masih ada

yang menggunakan bahasa daerah.

Setelah semua siswa menggunakan kupon berbicara yang diberikan untuk

menanggapi, memberikan pendapat ataupun memberikan komentar secara

lisan, kemudian guru memberikan evaluasi cara berbicara yang baik dan

benar agar pada pertemuan berikutnya apabila siswa memberikan

komentar secara lisan akan lebih baik lagi.

(2) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan agar

siswa rajin belajar dan berlatih berbicara

3. Hasil Observasi

Observasi bertujuan untuk mendokumentasikan dan menemukan dampak dari

proses dan pengaruh yang telah diberikan mulai dari kegiatan awal sampai

kegiatan akhir pembelajaran. Setiap kekurangan dicatat dan dievaluasi sebagai

bahan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

1) Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan model

Time Token pada siklus I pertemuan 1 dilakukan oleh observer menggunakan

lembar observasi (terlampir) yang telah disediakan sebelumnya dirangkum

pada tabel 4.3 berikut:


Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

No Aspek yang Diamati Dilakukan Skor


Ya Tidak 1 2 3 4
I Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas √ 2
2. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk √ 2
mengikuti proses pembelajaran
3. Guru melakukan apersepsi √ 2
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai √ 2
siswa
II Kegiatan Inti
5. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2
6. Guru melibatkan secara aktif peserta didik dalam bentuk √ 2
tanya jawab
7. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan √ 2
diskusi
8. Setiap kelompok diberikan lembar yang berisi √ 3
persoalan faktual
9. Guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam √ 2
proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan
faktual yang disajikan. Bahwa setiap siswa diberi 2
kopun berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik
perkopun. Siswa yang telah habis kopunnya tidak boleh
bicara lagi dan yang masih memegang kopun harus
bicara sampai kopunnya habis dan seterusnya.
10. Guru membagi 2 kopun berbicara kepada setiap siswa √ 3
11. Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain √ 2
untuk menanggapi komentar yang disampaikan
temannya
12. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran √ 1
13. Guru bersama siswa memberikan evaluasi berupa √ 2
perbaikan tentang cara berbicara yang baik dan benar
III Kegiatan Akhir
14. Guru memberikan tindak lanjut √ 2
15. Guru menyampaikan rencana pada pertemuan 1
berikutnya
Jumlah 2 22 6
Total Skor Perolehan 30
Skor Maksimal 60
Persentase 50%
Kualifikasi Aktivitas Guru Cukup Baik
Keterangan
Skor 1 Kurang
Skor 2 Cukup
Skor 3 Baik
Skor 4 Sangat Baik
Tabel 4.4 Interpretasi dan Kualifikasi Aktivitas Guru

Interpretasi Kualifikasi
82% - 100 % Sangat Baik
63% - 81 % Baik
44 % - 62 % Cukup Baik
25 % - 43 % Kurang Baik

Berdasarkan tabel 4.3 semua aspek pada kegiatan awal

pembelajaran yaitu aspek guru mengkondisikan kelas, menyiapkan siswa

secara fisik dan psikis, melakukan apresepsi dan menyampaikan tujuan

pembelajaran mendapatkan skor 2 ini berarti pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi. Kemudian

pada kegiatan inti pembelajaran ada 6 aspek yang juga mendapatkan skor

2 yaitu guru menjelaskan materi, guru mengkondisikan kelas untuk

melaksanakan diskusi, guru menjelaskan “aturan main”, guru

memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menanggapi

komentar dan memberikan evaluasi berupa perbaikan tentang cara

berbicara yang baik dan benar. Aspek guru membagikan lembar yang

berisi persoalan faktual dan guru membagikan 2 kopun berbicara

mendapatkan skor 3, selain itu aspek guru menyimpulkan pembelajaran

mendapatkan skor 1 karena belum terlaksana. Kegiatan Akhir

pembelajaran guru memberikan tindak lanjut mendapatkan skor 2 dan

guru menyampaikan rencana pada pertemuan berikutnya mendapatkan

skor 1 karena juga tidak terlaksana.

Perhitungan aktivitas guru yang terlaksana dalam pembelajaran

dapat dipersentasekan dengan menggunakan rumus:


P =

= 50 %

Setelah dilakukan perhitungan skor terhadap semua aspek yang

diperoleh guru pada siklus 1 pertemuan 1, guru mendapatkan skor 30

dengan persentase 50% yang termasuk dalam kriteria cukup baik. Aspek

yang belum terlaksana pada pertemuan 1 ini dikarenakan sebelum waktu

pembelajaran yang diberikan berakhir siswa kelas 5 yang peneliti berikan

tindakan harus melaksanakan latihan drum band yang dilakukan oleh

pelatih di sekolah, untuk itu peneliti terpaksa mengakhiri pembelajaran

10 menit lebih awal dari waktu yang ditentukan. Semua aspek yang

mendapatkan skor kurang dan cukup perlu ditingkatkan lagi pada

pertemuan berikutnya. Aktivitas guru siklus I pertemuan 1 dapat

digambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.1 Grafik Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan tabel dan grafik di atas persentase aktivitas guru pada

siklus I pertemuan 1 hanya memperoleh 50% kategori cukup baik.


Kategori cukup baik menandakan pembelajaran yang dilaksanakan guru

masih belum optimal masih banyak aspek pembelajaran yang

mendapatkan skor 2. Untuk itu pada pertemuan berikutnya guru harus

lebih matang lagi merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar

proses pembelajaran lebih optimal.

2) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Observasi siswa dilakukan observer pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Ada 5 aspek yang menjadi pengamatan yaitu kediplinan,

keaktifan, memperhatikan penjelasan guru, kerjasama dan ketepatan waktu

dengan menggunakan lembar observasi dan rubrik yang telah disediakan

(terlampir). Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Aspek yang Skor


No 4 3 2 1
dinilai
F % F % F % F %
1. Kedisiplinan 4 13,8 13 44,8 9 31 3 10,3
2. Keaktifan 2 6,9 14 48,2 12 41,3 1 3,4
3. Perhatian 4 13,8 16 55,1 7 24,1 2 6,9
4. Kerjasama 2 6,9 8 27,6 17 58,6 2 6,9
5. Ketepatan waktu 4 13,8 9 31 16 55,1 0 0,0
Jumlah 16 55,2 60 206,7 61 210,1 8 27,5
Rata-Rata 3,2 11 12 41,3 12,2 42 1,6 5,5

Berdasarkan tabel 4.5 di atas pada aspek kedisiplinan ada 4 orang

yang mendapatkan skor 4, 13 orang mendapatkan skor 3, 9 orang

mendapatkan skor 2 dan 3 orang mendapatkan skor 1


Aspek keaktifan ada 2 orang mendapatkan skor 4, 14 orang

mendapatkan skor 3, 12 orang mendapatkan skor 2 dan 1 orang

mendapatkan skor 1.

Aspek perhatian ada 4 orang mendapatkan skor 4, 16 orang

mendapatkan skor 3, 7 orang mendapatkan skor 2 dan 2 orang

mendapatkan skor 1.

Aspek kerjasama ada 2 orang mendapatkan skor 4, 8 orang

mendapatkan skor 3, 17 orang mendapatkan skor 2 dan 2 orang

mendapatkan skor 1.

Aspek ketepatan waktu ada 4 orang mendapatkan skor 4, 15 orang

mendapatkan skor 3, 10 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

mendapatkan skor 1.

Penjelasan tabel 4.5 tersebut dapat dibuat grafik seperti berikut:

Gambar 4.2 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan tabel dan grafik diketahui aktivitas proses

pembelajaran belum optimal, semus aspek aktivitas siswa yang menjadi


pengamatan masih didominasi pada criteria cukup aktif dan kurang aktif.

Untuk lebih jelas mengenai aktivitas siswa secara klasikal dapat dilihat

pada grafik berikut:

Gambar 4.3 Grafik Kategori Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Perolehan persentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1

adalah 52,3% dengan kualifikasi cukup aktif. Ini disebabkan siswa

masih belum terbiasa belajar berkelompok melaksanakan diskusi

kelompok. Siswa bekerja masing-masing dalam kelompok, sehingga

kurang terlihat interaksi antar siswa.

c) Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa di peroleh pada saat siswa menyampaikan komentar,

saran ataupun pendapat secara lisan dengan menggunakan kartu

berbicara yang disediakan guru sebelumnya. Aspek yang dinilai pada saat

siswa menyampaikan komentar, saran ataupun pendapat adalah

keberanian, kelancaran, intonasi dan lafal dengan masing-masing skor

maksimal pada setiap aspek adalah 5. Rubrik penilaian kemampuan

berbicara siswa terlampir. Hasil tes kemampuan berbicara siswa pada

siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:


Tabel 4.6 Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I Pertemuan 1

Aspek yang diamati


No Nama Siswa Keberanian Kelancaran Intonasi Lafal Skor Nilai Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Wahyu Alvin 4 3 3 4 14 70 T
2 Aisya Fitri Khairunnisa 4 4 3 4 15 75 T
3 Akhmad Hadrian 4 3 3 4 14 70 T
4 Akhamd Ridani 4 4 4 4 16 80 T
5 Dwi Oktaviani 3 2 2 3 10 50 TT
6 Elsa Maulida 3 2 2 10 50 TT
7 Hellaliyani 3 3 2 2 10 50 TT
8 Hamidati Uliya Rahmi 4 4 4 4 16 80 T
9 Hengky Ahmad Jordan 3 3 2 3 11 55 TT
10 Latifah Fatimah 3 3 2 3 11 55 TT
11 Maulida Rizky Amelia 3 2 3 10 50 TT
12 Muhammad Iqbal J 3 3 2 3 11 55 TT
13 Muhammad Thariq G 3 3 2 2 10 50 TT
14 Muhammad Wildan 3 3 3 3 12 60 TT
15 Muhammad Syifa A 4 3 3 3 13 65 TT
16 Muhammad Fadhil 3 3 3 3 12 60 TT
17 Muhammad Izramadani 4 4 3 4 15 75 T
18 Muhammad Fazrinnor 3 2 2 3 10 50 TT
19 Muhammad Erlangga 4 4 3 4 15 75 T
20 Muhammad Andi I 4 4 3 4 15 75 T
21 Muhammad Fauzan 4 3 2 3 12 60 TT
22 Nazmah Zahirah M 3 3 2 3 11 55 TT
23 Roro rhodati N 4 4 3 4 15 75 T
24 Ramada Firtia A 4 4 3 4 15 75 T
25 Rahmah Eka P 4 4 3 4 15 75 T
26 Siti Kamila 3 3 2 3 11 55 TT
27 Selvia 3 3 2 3 11 55 TT
28 I Putu W. S 4 2 2 2 9 45 TT
29 Zainal Ilmi 4 4 3 3 14 70 T
Keterangan :
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas

Kelima aspek yang menjadi pengamatan secara terurai dapat dilihat

dalam rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa (terlampir). Hasil

penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Data Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I Pertemuan 1

No Nilai F (n*f) %
1 80 2 160 6,89
2 75 7 525 24,13
3 70 3 210 10,34
4 65 1 65 3,44
5 60 3 180 10.34
6 55 6 330 20,68
7 50 6 300 20,68
8 45 1 45 3,44
Jumlah 29 1815 100
Rata-Rata Kelas 62,58
Ketuntasan 41,37%
Ketuntasan individual nilai ≥ 70.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, ada 2 siswa yang mendapatkan nilai

80, 7 siswa mendapatkan nilai 75, 3 siswa mendapatkan nilai 70, siswa

yang mendapatkan nilai 65 ada 1 orang, kemudian siswa yang mendaptkan

nilai 60 ada 3 orang, siswa yang mendapatkan nilai 55 dan 50 ada 6 orang

dan siswa yang mendapatkan nilai 45 ada 1 orang. Berdasarkan tabel 4.7

di atas, dapat disusun grafik tentang hasil belajar siswa berikut ini:

Gambar 4.4 Grafik Hasil Kemampuan Berbicara Siklus I Pertemuan 1


Pada pertemuan 1, masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan

individu yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Ada 17 orang siswa yang belum

tuntas dengan persentase 58,62% dan siswa yang tuntas ada 12 orang

dengan persentase 41,37%, rata-rata kelas 62,58. Ketuntasan belum mencapi

indikator yang ditetapkan yaitu 80% . Ketuntasan hasil belajar siswa pada

siklus I pertemuan 1 dapat di gambarkan melalui grafik 4.5 berikut:

Grafik 4.5 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan grafik di atas masih banyak siswa yang belum tuntas ada

58,62% dan siswa yang tuntas ada 41,37%. Ketidaktuntasan tersebut karena

mereka masih ragu dan kurang berani untuk mengungkapkan apa yang di

inginkan bahkan ada yang masih terpaksa sehingga menyebabkan

pembicaraan mereka kurang dapat dipahami bahkan terkadang diminta

untuk mengulang.

3) Refleksi

Berdasarkan data dari hasil observasi dan evaluasi pembelajaran pada siklus

I pertemuan 1 ini dapat direfleksikan proses pembelajarannya sebagai

berikut:
a) Kegiatan yang dilakukan oleh guru termasuk kategori cukup baik

dengan persentase 50% sehingga perlu ditingkatkan lagi, terutama pada

aspek yang belum terlaksana seperti guru bersama siswa menyimpulkan

pelajaran dan guru menyampaikan rencana pertemuan berikutnya.

Aspek kegitan pembelajaran yang mendapatkan skor 2 seperti aspek

guru mengkondisikan kelas, menyiapkan siswa secara fisik dan psikis,

melakukan apresepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran, guru

menjelaskan materi, guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan

diskusi, guru menjelaskan “aturan main”, guru memberikan kesempatan

kepada siswa yang lain untuk menanggapi komentar dan memberikan

evaluasi berupa perbaikan tentang cara berbicara yang baik dan benar

dan guru memberikan tindak lanjut akan diperhatikan sehingga pada

pertemuan berikutnya akan terlaksana dengan lebih baik lagi.

b) Aktivitas siswa mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan 1

termasuk katagori cukup aktif dengan persentase 52,3%. Ini masih

belum mencapai indikator yang ditetapkan. Siswa belum terbiasa

belajar yang melibatkan aktivitas mereka secara langsung sehingga

pertemuan kedua guru perlu memotivasi siswa agar siswa lebih terpacu

dalam pembelajaran.

c) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus I pertemuan 1 adalah

41,37%, masih ada 17 orang siswa yang tidak tuntas. Hasil tes belum

mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan 80% sehingga perlu

ditingkatkan lagi.
Berdasarkan pertemuan ini maka dapat direkomendasikan agar

pelaksanaan tindakan pada pertemuan 2 dapat berjalan dengan optimal, maka

perlu dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar, diantaranya:

a) Aspek aktivitas guru yang masih mendapatkan skor 1 dan 2 perlu

diperhatikan dengan mencatat poin-poin tersebut sebelum dimulai

pelaksanaan penelitian untuk mencapai hasil yang lebih baik.

b) Menyiapkan rencana strategi yang tepat supaya siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Siswa yang kurang aktif pada pertemuan 1 perlu diingat atau

dicatat sehingga memudahkan dalam hal memotivasi mereka untuk dalam

pembelajaran.

c) Untuk meningkatkan hasil kemampuan berbicara siswa pada pertemuan

kedua guru akan lebih memotivasi siswa dengan memberikan bintang

penghargaan kepada 5 orang pertama siswa yang kartu berbicaranya habis

terlebih dahulu agar mereka berani menyampaikan komentar.

b. Pertemuan 2

1) Skenario Kegiatan

Rencana kegiatan yang dilakukan peneliti pada siklus I pertemuan 2 ini diawali

dengan mengucapkan salam sambil memasuki ruang kelas 5 kemudian guru

mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa berdo’a bersama dilanjutkan

mengecek kehadiran siswa. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis,

Guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab dengan siswa mengenai

persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini dilakukan agar siswa dapat
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setelah itu guru menjelaskan tujuan

pembelajaran dan materi pembelajaran.

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap kelompok

diskusi terdiri dari 2 orang. Guru membagikan lembar yang berisi persoalan

faktual kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk mendiskusikan persoalan

faktual yang diberikan dan kemudian setiap siswa diminta untuk memberikan

komentar terhadap persoalan faktual yang diberikan secara lisan sebagai tes

kemampuan berbicara siswa. Sebelum siswa memberikan komentar secara

lisan guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam proses analisis

pemberian komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan. Guru memberi

2 kupon berbicara kepada masing-masing dengan waktu kurang lebih 30 detik

perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang

masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis dan seterusnya.

Guru meminta siswa untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual

yang disajikan secara lisan dan memberikan memberikan kesempatan kepada

teman yang lain untuk menanggapi komentar yang disampaikan temannya

dengan menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara. Guru

memberikan evaluasi cara berbicara yang baik dan benar.

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kemudian sebelum

menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya agar

siswa dapat mempersiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran.

1. Pelaksanaan Kegiatan
Materi pertemuan kedua masih membahas mengenai mengomentari persoalan

faktual namum disertai menemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang

disajikan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Tahapan pelajaran dalam

pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :

Kegiatan Pembelajaran

1) Kegiatan Awal

Guru memasuki ruang kelas 5 dengan mengucapkan salam, guru

mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa untuk berdo’a bersama

dilanjutkan mengecek kehadiran siswa dengan meminta siswa untuk

mengacungkan tangannya apabila disebut namanya. Guru menyiapkan siswa

secara psikis dan fisik untuk mengikuti pelajaran dengan meminta siswa untuk

merapikan pakaian mereka dan menanyakan kesiapan mereka untuk mengikuti

proses pembelajaran. Guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab tentang

pertemuan sebelumnya. Hal ini untuk mengingatkan siswa terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan 1. Guru memusatkan

perhatian siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

sebagaimana yang terbuat dalam RPP.

2) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual dan cara memberikan

komentar yang baik. Guru meminta beberapa siswa untuk mendeskripsikan

persoalan faktual dan mencoba untuk mencarikan jalan keluar terhadap

persoalan yang mereka sebutkan hal ini dilakukan guru agar siswa dapat

terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah siswa sudah


mulai memahami materi pembelajaran guru mengkondisikan kelas untuk

melaksanakan diskusi, setiap kelompok diskusi terdiri dari 2 orang yaitu

teman sebangku mereka. Guru membagikan lembar yang berisi persoalan

faktual kepada setiap kelompok. Seperti pada pertemuan 1 siswa diminta

untuk mendiskusikan persoalan faktual yang diberikan dan kemudian setiap

siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang

diberikan secara lisan sebagai tes kemampuan berbicara siswa. Pada

pertemuan kedua ini siswa sudah mulai dapat berdiskusi dengan teman

dikelompok lebih baik dari pertemuan sebelumnya, selama siswa melakukan

diskusi guru melakukan bimbingan kepada setiap kelompok. Sebelum siswa

memberikan komentar secara lisan guru menjelaskan dengan singkat “aturan

main” dalam proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan faktual

yang disajikan. Guru memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing

dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis

kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang masih memegang kupon harus

bicara sampai kuponnya habis dan seterusnya. Pada pertemuan kedua ini guru

menjelaskan akan memberikan penghargaan berupa bintang kepada 5 orang

pertama yang kartu berbicaranya habis terlebih dahulu, bintang tersebut

dikumpulkan sampai 4 kali pertemuan dan siapa yang bintangnya paling

banyak akan mendapatkan hadiah, hal ini dilakukan oleh guru siswa lebih

termotivasi untuk menyampaikan komentar mereka, melihat pertemuan 1

banyak siswa yang lebih memilih diam mendengarkan teman yang lain

memberikan komentar.
Selama kurang lebih 15 menit guru memberikan waktu kepada siswa untuk

berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing, guru meminta siswa

untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan secara

lisan dan memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk menanggapi

komentar yang disampaikan temannya dengan menyerahkan kupon terlebih

dahulu sebelum berbicara. Pada pertemuan kedua ini suasana diskusi sudah

mulai terasa karena pada saat siswa memberikan komentar terhadap persoalan

faktual yang disajikan, siswa yang lain berusaha menanggapi terhadap

komentar yang diberikan temannya walaupun dengan komunikasi yang masih

terbata-bata dan terkadang masih menggunakan bahasa daerah. Siswa sangat

tertarik mengumpulkan bintang sebagai hadiah kartu berbicara mereka yang

habis terlebih dahulu, bahkan beberapa siswa meminta bintangnya ditambah

lagi agar lebih semangat untuk memberikan komentar. Guru bertugas sebagai

fasilitator membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan

komentar agar mudah dipahami oleh teman mereka yang lain. Setelah semua

siswa menggunakan kupon berbicara yang diberikan untuk menanggapi,

memberikan pendapat ataupun memberikan komentar secara lisan, guru

meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran dengan dibantu guru,

kemudian guru memberikan evaluasi cara berbicara yang baik dan benar agar

pada pertemuan berikutnya apabila siswa memberikan komentar secara lisan

akan lebih baik lagi.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan agar siswa

rajin belajar dan terus berlatih berbicara yang baik dan benar kemudian
sebelum menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran

berikutnya agar siswa dapat mempersiapkan diri sebelum mengikuti

pelajaran.

2) Hasil Observasi

Observasi bertujuan untuk mendokumentasikan dan menemukan dampak

dari proses dan pengaruh yang telah diberikan mulai dari kegiatan awal sampai

kegiatan akhir pembelajaran. Setiap kekurangan dicatat dan dievaluasi sebagai

bahan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

a) Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan

model Time Token pada siklus I pertemuan 2 dilakukan oleh observer

menggunakan lembar observasi (terlampir). Hasil pengamatan observer pada

siklus I pertemuan 2 dirangkum pada tabel 4.8 berikut:


Tabel 4.8 Hasil Observasi Guru Siklus I pertemuan 2

No Aspek yang Diamati Dilakukan Skor


Ya Tidak 1 2 3 4
I Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas √ 3
2. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk √ 2
mengikuti proses pembelajaran
3. Guru melakukan apersepsi √ 3
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai √ 2
siswa
II Kegiatan Inti
5. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 3
6. Guru melibatkan secara aktif peserta didik dalam bentuk √ 2
tanya jawab
7. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan √ 3
diskusi
8. Setiap kelompok diberikan lembar yang berisi √ 4
persoalan faktual
9. Guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam √ 4
proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan
faktual yang disajikan. Bahwa setiap siswa diberi 2
kopun berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik
perkopun. Siswa yang telah habis kopunnya tidak boleh
bicara lagi dan yang masih memegang kopun harus
bicara sampai kopunnya habis dan seterusnya.
10. Guru membagi 2 kopun berbicara kepada setiap siswa √ 3
11. Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain √ 3
untuk menanggapi komentar yang disampaikan
temannya
12. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran √ 2
13. Guru bersama siswa memberikan evaluasi berupa √ 2
perbaikan tentang cara berbicara yang baik dan benar
III Kegiatan Akhir
14. Guru memberikan tindak lanjut √ 2
15. Guru menyampaikan rencana pada pertemuan 3
berikutnya
Jumlah 12 21 8
Total Skor Perolehan 41
Skor Maksimal 60
Persentase 68,33%
Kualifikasi Aktivitas Baik

Keterangan
Skor 1 Kurang
Skor 2 Cukup
Skor 3 Baik
Skor 4 Sangat Baik

Tabel 4.9 Interpretasi dan Kualifikasi Aktivitas Guru

Interpretasi Kualifikasi
82% - 100 % Sangat Baik
63% - 81 % Baik
44 % - 62 % Cukup Baik
25 % - 43 % Kurang Baik

Berdasarkan tabel 4.8 pada kegiatan awal pembelajaran yaitu aspek

guru mengkondisikan kelas dan guru melakukan apersepsi memperoleh

skor 3 sedangkan aspek menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dan

menyampaikan tujuan pembelajaran mendapatkan skor 2 ini berarti

pembelajaran yang dilaksanakan guru masih kurang karena masih ada

aspek yang mendapatkan skor 2 dan perlu ditingkatkan lagi. Kemudian

pada kegiatan inti pembelajaran ada 4 aspek yang juga mendapatkan skor

3 yaitu guru menjelaskan materi, guru mengkondisikan kelas untuk

melaksanakan diskusi, guru membagi 2 kopun berbicara dan guru

memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menanggapi

komentar. Aspek yang mendapatkan skor 4 yaitu guru membagikan

lembar yang berisi persoalan faktual dan guru menjelaskan “aturan

main”, sedangkan aspek guru melibatkan secara aktif peserta didik dalam

pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran dan guru

memberikan evaluasi cara berbicara yang baik dan benar mendapatkan

skor 2. Kegiatan Akhir aspek guru memberikan tindak lanjut memperoleh

skor 2 dan guru menyampaikan rencana pada pertemuan berikutnya

memperoleh skor 3.

Perhitungan aktivitas guru dalam pembelajaran dapat

dipersentasekan dengan menggunakan rumus:


P =

= 68,33 %

Setelah dilakukan perhitungan skor terhadap semua aspek yang

diperoleh guru pada siklus 1 pertemuan 2, guru mendapatkan skor 41

dengan persentase 68,33% yang termasuk dalam kriteria baik, namun

dalam pembelajaran masih belum optimal walaupun sudah ada

peningkatan dari sebelumnya, karena masih ada 6 aspek yang

mendapatkan skor 2, hal ini dikarenakan guru masih gugup dihadapan

observer. Aktivitas guru siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada grafik

berikut:

Gambar 4.6 Grafik Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan tabel dan grafik di atas persentase aktivitas guru pada

siklus I pertemuan 2 memperoleh persentase 68,30% kategori baik.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 ini sudah mulai

membaik dibanding pertemuan sebelumnya yang hanya mendapatkan


kategori cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi. Guru perlu

mempersiapkan diri lagi sebelum mengadakan tindakan di kelas.

b) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Observasi siswa dilakukan observer pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Ada 5 aspek yang menjadi pengamatan yaitu kediplinan,

keaktifan, memperhatikan penjelasan guru, kerjasama dan ketepatan

waktu dengan menggunakan lembar observasi dan rubrik yang telah

disediakan (terlampir). Hasil observasi aktivitas siswa siklus I

pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Aspek yang Skor


No 4 3 2 1
dinilai
F % F % F % F %
1. Kedisiplinan 4 13,8 15 51,7 10 34,5 0 0,0
2. Keaktifan 6 20,7 14 48,2 7 24.1 2 6,9
3. Perhatian 3 10.3 17 58,6 9 31,0 0 0,0
4. Kerjasama 4 13,8 18 62 7 24.1 0 0,0
5. Ketepatan Waktu 5 17,2 16 55,2 8 27,5 0 0,0
Jumlah 22 75,8 80 275,7 41 141,2 2 6,9
Rata-rata 4,4 15,2 16 55,1 8,2 28,2 0,4 1,4

Berdasarkan tabel 4.10 di atas pada aspek kedisiplinan ada 4 orang

yang mendapatkan skor 4, 15 orang mendapatkan skor 3, 10 orang

mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa mendapat skor 1

Aspek keaktifan ada 6 orang mendapatkan skor 4, 14 orang

mendapatkan skor 3, 7 orang mendapatkan skor 2 dan 2 orang

mendapatkan skor 1.
Aspek perhatian ada 3 orang mendapatkan skor 4, 17 orang

mendapatkan skor 3, 9 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.

Aspek kerjasama ada 4 orang mendapatkan skor 4, 18 orang

mendapatkan skor 3, 7 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.

Aspek ketepatan waktu ada 5 orang mendapatkan skor 4, 16 orang

mendapatkan skor 3, 8 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

mendapatkan skor 1.

Penjelasan dari tabel 4.10 dapat dibuat grafik seperti pada grafik

berikut:

Gambar 4.7 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan tabel diketahui bahwa aspek aktivitas siswa sudah

lebih baik daripada pertemuan sebelumnya, dimana aktivitas siswa pada

kriteria “Aktif” lebih mendominasi. Hal ini karena siswa sudah termotivasi

mengikuti pelajaran, namun masih ada sebagian kecil siswa pada kriteria
cukup aktif dan kurang aktif dan perlu ditingkatkan. Untuk lebih jelas

dalam mengetahui presentasi aktivitas siswa dapat dilihat pada grafik

berikut:

Gambar 4.8 Grafik Kategori Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2

Perolehan persentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2

adalah 70,3% dengan kategori aktif. Pada siklus I pertemuan 2 ini kegiatan

kerjasama dalam kelompok sudah ada peningkatan dari pertemuan

sebelumnya, karena pada pertemuan ini siswa sudah mulai dapat

berdiskusi dalam kelompok, mereka sudah mulai terbiasa belajar dalam

kelompok sehingga terjadi interaksi dalam anggota kelompok.

c) Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa di peroleh pada saat siswa menyampaikan

komentar, saran ataupun pendapat secara lisan dengan menggunakan kartu

berbicara yang disediakan guru sebelumnya. Aspek yang dinilai pada saat

siswa menyampaikan komentar, saran ataupun pendapat adalah

keberanian, kelancaran, intonasi dan lafal dengan masing-masing skor

maksimal pada setiap aspek adalah 5. Rubrik penilaian kemampuan


berbicara siswa terlampir. Hasil tes kemampuan berbicara siswa pada

siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.11 Hasil Kemampuan Berbicara Siklus I Pertemuan 2

Aspek yang diamati


No Nama Siswa Keberanian Kelancaran Intonasi Lafal Skor Nilai Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Wahyu Alvin 4 4 3 4 15 75 T
2 Aisya Fitri Khairunnisa 4 4 3 4 15 75 T
3 Akhmad Hadrian 4 3 3 4 14 70 T
4 Akhamd Ridani 5 4 4 4 17 85 T
5 Dwi Oktaviani 4 3 2 3 12 60 TT
6 Elsa Maulida 3 3 2 3 11 55 TT
7 Hellaliyani 4 4 3 3 14 70 T
8 Hamidati Uliya Rahmi 5 5 4 4 18 90 T
9 Hengky Ahmad Jordan 4 4 2 3 13 65 TT
10 Latifah Fatimah 3 3 2 3 11 55 TT
11 Maulida Rizky Amelia 3 3 2 3 11 55 TT
12 Muhammad Iqbal J 3 3 2 3 11 55 TT
13 Muhammad Thariq G 4 3 3 4 14 70 T
14 Muhammad Wildan 4 3 3 3 13 65 TT
15 Muhammad Syifa A 4 4 3 3 14 70 T
16 Muhammad Fadhil 4 3 3 3 13 65 TT
17 Muhammad Izramadani 5 4 3 4 16 80 T
18 Muhammad Fazrinnor 3 3 2 3 11 55 TT
19 Muhammad Erlangga 4 4 3 4 15 75 T
20 Muhammad Andi I 4 4 3 4 15 75 T
21 Muhammad Fauzan 4 4 2 3 13 65 TT
22 Nazmah Zahirah M 4 4 4 4 16 80 T
23 Roro Rhodati N 4 4 3 4 15 75 T
24 Ramada Firtia A 4 4 3 4 15 75 T
25 Rahmah Eka P 4 4 4 4 16 80 T
26 Siti Kamila 4 3 2 4 13 65 TT
27 Selvia 4 4 3 3 14 70 T
28 I Putu W. S 3 3 2 3 11 55 TT
29 Zainal Ilmi 4 4 3 4 15 75 T
Keterangan :
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas

Kelima aspek yang menjadi pengamatan secara terurai dapat dilihat

dalam rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa (terlampir). Hasil

penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.12 Data Hasil Kemampuan Berbicara Siklus 1 Pertemuan 2
No Nilai F (n*f) %
1 90 1 90 3,44
2 85 1 85 3,44
3 80 3 240 10,34
4 75 7 525 24,13
5 70 5 350 17,24
6 65 5 325 17,24
7 60 1 60 3,44
8 55 6 330 20,68
Jumlah 29 2005 100
Rata-Rata Kelas 69,13
Ketuntasan Klasikal 58,62%
Ketuntasan individual nilai ≥ 70.

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, siswa yang mendapatkan nilai 90,

85 dan 60 ada 1 orang, kemudian siswa yang mendapatkan nilai 80 ada 3

orang, siswa yang mendapatkan nilai 75 ada 7 orang, siswa yang

mendapatkan nilai 70 dan 65 ada 5 orang dan siswa yang mendapatkan

nilai 55 ada 6 orang. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I pertemuan 2 ini

adalah 69,13 dan ketuntasan klasikal 58,62%. Berdasarkan tabel 4.10 di

atas, dapat disusun grafik tentang hasil belajar siswa pada grafik berikut

ini:
Gambar 4.9 Grafik Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I

Pertemuan 2

Berdasarkan tabel 4.12 pada pertemuan kedua siswa yang tuntas ada

17 orang dengan persentase 58,62% dan siswa yang tidak tuntas ada

12 orang dengan persentase 41,37% . Hal ini menunjukkan bahwa

hasil belajar siklus I pada pertemuan 2 belum mencapai indikator

keberhasilan yang ditetapkan adalah 80%. Ketuntasan hasil belajar

siswa pada pertemuan 2 dapat di gambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.10 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan tabel dan grafik di atas ketuntasan belajar secara klasikal

adalah 58,62% dan persentase siswa yang belum tuntas adalah 41,37%.
Ketidaktuntasan disebabkan mereka masih ada keraguan untuk memberikan

komentar sehingga pembicaraan mereka sekali-sekali masih kurang jelas.

d) Hasil Tes Akhir Siklus 1

Selain tes akhir pertemuan, peneliti juga mengadakan tes akhir siklus kepada

siswa. Tes akhir siklus ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 17 Mei

2013. Hasil tes pada akhir siklus ini digunakan sebagai patokan apakah

nantinya penelitian ini akan berulang atau berlanjut. Penelitian akan

berulang jika hasil yang diperoleh tidak memenuhi indikator yang

ditetapkan yaitu ketuntasan klasikal minimal 80%. Hasil tes akhir siklus I

disajikan pada tabel 4.13 berikut:


Tabel 4.13 Hasil Kemampuan Berbicara Tes Akhir Siklus I

Aspek yang diamati


No Nama Siswa Keberanian Kelancaran Intonasi Lafal Skor Nilai Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Wahyu Alvin 5 4 3 4 16 80 T
2 Aisya Fitri Khairunnisa 4 4 3 4 15 75 T
3 Akhmad Hadrian 4 3 3 4 14 70 T
4 Akhamd Ridani 5 5 4 4 18 90 T
5 Dwi Oktaviani 4 3 2 3 12 60 TT
6 Elsa Maulida 4 3 2 3 12 60 TT
7 Hellaliyani 4 4 3 3 14 70 T
8 Hamidati Uliya Rahmi 5 5 4 5 19 95 T
9 Hengky Ahmad Jordan 4 4 3 3 14 70 T
10 Latifah Fatimah 4 3 2 3 12 60 TT
11 Maulida Rizky Amelia 3 3 2 3 11 55 TT
12 Muhammad Iqbal J 3 3 2 3 11 55 TT
13 Muhammad Thariq G 4 4 3 4 15 75 T
14 Muhammad Wildan 4 3 3 13 65 TT
15 Muhammad Syifa A 5 4 3 3 15 75 T
16 Muhammad Fadhil 4 3 3 3 13 65 TT
17 Muhammad Izramadani 5 5 4 4 18 90 T
18 Muhammad Fazrinnor 3 3 2 3 11 55 TT
19 Muhammad Erlangga 4 4 3 4 15 75 T
20 Muhammad Andi I 5 4 3 4 16 80 T
21 Muhammad Fauzan 4 4 3 3 14 70 T
22 Nazmah Zahirah M 5 5 4 4 18 90 T
23 Roro Rhodati N 4 4 4 4 16 80 T
24 Ramada Firtia A 4 4 4 4 16 80 T
25 Rahmah Eka P 4 4 4 16 80 T
26 Siti Kamila 4 3 2 4 13 65 TT
27 Selvia 5 5 3 4 17 85 T
28 I Putu W. S 3 3 2 3 11 55 TT
29 Zainal Ilmi 4 4 3 4 15 75 T

Keterangan:

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Kelima aspek yang menjadi pengamatan secara terurai dapat dilihat

dalam rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa (terlampir). Hasil

penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel 4.14

berikut:
Tabel 4.14 Data Hasil Kemampuan Berbicara Tes Akhir Siklus 1

No Nilai F (n*f) %
1 95 1 95 3,44
2 90 3 270 10,34
3 85 1 85 3,44
4 80 5 400 17,24
5 75 5 375 17,24
6 70 4 280 13,79
7 65 3 195 10,34
8 60 3 180 10,34
9 55 4 220 13,79
Jumlah 29 2100 100
Rata-Rata Kelas 72,41
Ketuntasan Klasikal 65,51%
Ketuntasan individual nilai ≥ 70.

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, siswa yang memperoleh nilai 95

dan 85 ada 1 orang, kemudian siswa yang memperoleh nilai 90, 65 dan 60

ada 3 orang, siswa yang memperoleh nilai 80 dan 75 ada 5 orang dan

siswa yang mendapatkan nilai 70 dan 55 ada 4 orang. Nilai rata-rata kelas

adalah 72,41 dan ketuntasan klasikal 65,51%. Berdasarkan tabel 4.12 di

atas, dapat disusun grafik tentang tes akhir siklus 1 pada grafik berikut ini:

Gambar 4.11 Grafik Hasil Kemampuan Berbicara Tes Akhir Siklus 1


Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa tes akhir siklus I skor

terendah adalah 55 dan tertinggi adalah 95. Siswa yang tidak tuntas ada 10

orang dan siswa yang tuntas ada 19 orang. ketuntasan klasikal mencapai

65,51%. Karena ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 80% maka

penelitian ini berulang ke materi mengomentari persoalan faktual pada

siklus II. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tes akhir siklus 1 dapat di

gambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.12 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus 1

Berdasarkan grafik di atas ketuntasan klasikal pada tes akhir siklus

I adalah 65,51% (19 orang) dan yang masih belum tuntas adalah 34,48%

(10 orang). Siswa sudah mulai berani untuk mengungkapkan pikiran

mereka dan baik walaupun dengan intonasi yang sederhana.

3) Refleksi

Berdasarkan data dari hasil observasi dan evaluasi pembelajaran pada

siklus I pertemuan 2 ini dapat direfleksikan proses pembelajarannya

sebagai berikut:
a) Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada pertemuan 2 sudah termasuk

kategori baik dengan persentase 68,3% yang mengalami peningkatan

dari pertemuan 1 yang hanya dalam kategori “cukup”. Namun ada

beberapa yang perlu ditingkatkan lagi seperti pada aspek memberikan

tugas dan membimbing siswa, serta memberikan refleksi dan

menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya. Aspek aktivitas

guru yang masih mendapatkan skor 1 dan 2 perlu diperhatikan dengan

mencatat aspek tersebut, sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat

mencapai hasil yang lebih baik.

b) Aktivitas siswa mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan 2

terdapat peningkatan, siswa yang kurang bekerjasama atau saling

bekerja sendiri dalam kelompok pada pertemuan pertama mulai

membaik aktivitas siswa sudah pada kategori aktif, namun masih perlu

ditingkatkan lagi karena ada sebagian siswa yang masih kurang aktif

dan cukup aktif. Guru perlu lebih memotivasi lagi khususnya pada

siswa yang masih kurang aktif dan cukup aktif dalam pembelajaran.

c) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mengalami

peningkatan mulai dari 41,37% (pertemuan 1), 58,62% (pertemuan 2),

dan 65,51% (tes akhir siklus). Hasil yang tes akhir belum mencapai

ketuntasan klasikal yang ditetapkan 80% sehingga perlu ditingkatkan

lagi. Guru akan terus memotivasi siswa dengan menambahkan jumlah

bintang penghargaan yang akan di berikan kepada siswa yang

kartunya habis terlebih dahulu.


Upaya perbaikan untuk siklus II. Pada siklus II harus ada peningkatan

dari siklus I. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I perlu

diperbaiki dengan perencanaan yang matang untuk mendapatkan hasil

yang maksimal. Perencanaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Aktivitas guru yang masih mendapatkan skor 1 dan 2 perlu

diperhatikan dengan mencatat poin-poin tersebut sebelum dimulai

pelaksanaan penelitian untuk mencapai hasil yang lebih baik.

b) Menyiapkan rencana strategi yang tepat supaya siswa lebih aktif

dalam pembelajaran. Siswa yang kurang aktif pada siklus I perlu

diingat atau dicatat sehingga memudahkan dalam hal memotivasi

mereka untuk aktif dalam pembelajaran.

c) Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, guru akan menambah

lagi jumlah bintang penghargaan yang akan diberikan kepada siswa

agar siswa lebih termotivasi untuk memberikan komentar di depan

kelas.

2. Siklus II

Penelitian ini dilakukan dikelas 5 dengan melibatkan guru sebagai

observer. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas siklus II ini akan

dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan perencanaan yang

dijelaskan lebih lanjut pada tabel 4.15 rencana jadwal pelaksanaan

penelitian tindakan kelas siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berikut:


Tabel 4.15 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Kegiatan Hari/Tanggal Materi


Pertemuan Senin, Mengomentari Persoalan
1 Faktual
27 Mei 2013
(siklus II)
Pertemuan Kamis, Memberikan jalan keluar
2
30 Mei2013 terhadap persoalan faktual
(siklus II)
Tes Akhir Jumat, Materi pertemuan 1 dan 2
Siklus II 31 Mei 2013 siklus I.

a. Pertemuan 1

1) Skenario Kegiatan

Rencana kegiatan yang dilakukan peneliti pada siklus II pertemuan

1 ini diawali dengan mengucapkan salam sambil memasuki ruang kelas 5

kemudian guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa berdo’a

bersama dilanjutkan mengecek kehadiran siswa. Guru menyiapkan siswa

secara fisik dan psikis, Guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab

dengan siswa mengenai persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini

dilakukan agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi

pembelajaran.

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap

kelompok diskusi terdiri dari 2 orang. Guru membagikan lembar yang

berisi persoalan faktual kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk

mendiskusikan persoalan faktual yang diberikan dan kemudian setiap

siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual

yang diberikan secara lisan sebagai tes kemampuan berbicara siswa.

Selama siswa melakukan diskusi guru melakukan bimbingan kepada


setiap kelompok. Sebelum siswa memberikan komentar secara lisan guru

menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam proses analisis

pemberian komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan. Guru

memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing dengan waktu kurang

lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh

bicara lagi dan yang masih memegang kupon harus bicara sampai

kuponnya habis dan seterusnya. Guru meminta siswa untuk memberikan

komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan secara lisan dan

memberikan memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan menyerahkan

kupon terlebih dahulu sebelum berbicara. Guru memberikan evaluasi

cara berbicara yang baik dan benar agar pada pertemuan berikutnya

apabila siswa memberikan komentar secara lisan akan lebih baik

lagi. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kemudian

sebelum menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran

berikutnya agar siswa dapat mempersiapkan diri sebelum mengikuti

pelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus II akan dilaksanakan

selama 2 (dua) kali pertemuan. Dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.

Tahapan pelajaran dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai

berikut:
a) Kegiatan Pembelajaran

(1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal di mulai dengan guru memasuki ruang kelas 5 sambil

mengucapkan salam, guru mengkondisikan kelas dengan mengajak

siswa untuk berdo’a bersama dilanjutkan mengecek kehadiran siswa

dengan meminta siswa untuk mengacungkan tangannya apabila disebut

namanya. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk

mengikuti pelajaran dengan meminta siswa untuk berdiri kemudian

siswa diminta untuk memijat pundak temannya secara bergantian, ini

dilakukan selama 5 menit. Guru melakukan apresepsi sambil bertanya

jawab tentang pertemuan sebelumnya. Hal ini untuk mengingatkan

siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan

sebelumnya, guru juga menanyakan kesulitan apa yang mereka hadapi

dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengomentari

persoalan faktual, beberapa siswa menjawab pembelajaran sangat

menyenangkan dan mereka sangat antusias untuk mengumpulkan

bintang yang diberikan guru apabila kartu berbicara mereka habis

terlebih dahulu. Selanjutnya guru memusatkan perhatian siswa dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

sebagaimana yang terbuat dalam RPP.

(2) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual dan contoh

bentuk tanggapan, komentar dan saran. Guru meminta beberapa siswa


untuk memberikan contoh persoalan faktual yang mereka ketahui dan

meminta teman yang lain untuk mencoba menanggapi persoalan faktual

yang disebutkan temannya hal ini dilakukan guru agar siswa dapat

terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung, guru juga

menjelaskan bagaimana cara memberikan komentar yang baik. Setelah

siswa sudah mulai memahami materi pembelajaran guru

mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap kelompok

diskusi terdiri dari 2 orang yaitu teman sebangku mereka. Guru

membagikan lembar yang berisi persoalan faktual kepada setiap

kelompok. Seperti pada pertemuan sebelumnya siswa diminta untuk

mendiskusikan persoalan faktual yang diberikan dan kemudian setiap

siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual

yang diberikan secara lisan sebagai tes kemampuan berbicara siswa.

Pada siklus II pertemuan 1 ini siswa sudah dapat berdiskusi dengan

teman kelompoknya dengan baik, siswa sudah dapat saling bertukar

pendapat dalam kelompok. Selama siswa melakukan diskusi guru

melakukan bimbingan kepada setiap kelompok. Sebelum siswa

memberikan komentar secara lisan guru menjelaskan dengan singkat

“aturan main” dalam proses analisis pemberian komentar terhadap

persoalan faktual yang disajikan. Guru memberi 2 kupon berbicara

kepada masing-masing dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon.

Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang

masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis dan

seterusnya. Pada pertemuan kedua ini guru menjelaskan akan


memberikan penghargaan berupa bintang kepada 5 orang pertama yang

kartu berbicaranya habis terlebih dahulu, bintang tersebut dikumpulkan

sampai 4 kali pertemuan dan siapa yang bintangnya paling banyak akan

mendapatkan hadiah, hal ini dilakukan oleh guru siswa lebih

termotivasi untuk menyampaikan komentar, tanggapan maupun saran

mereka.

Selama kurang lebih 15 menit guru memberikan waktu kepada siswa

untuk berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing, guru

meminta siswa untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual

yang disajikan secara lisan dan memberikan kesempatan kepada teman

yang lain untuk menanggapi komentar yang disampaikan temannya

dengan menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara. Pada

siklus II pertemuan 1 ini suasana diskusi sudah sangat terasa, siswa

berlomba-lomba maju ke depan untuk menyampaikan komentar mereka

dan berusaha menanggapi terhadap komentar yang diberikan temannya,

cara siswa memberikan komentar juga sudah baik, mereka tidak lagi

menggunakan bahasa daerah, selain itu mereka terlihat sangat yakin dan

tidak ada keraguan sedikitpun dalam memberikan komentar ataupun

berupa tanggapan. Siswa sangat tertarik mengumpulkan bintang sebagai

hadiah kartu berbicara mereka yang habis terlebih dahulu. Namun

masih ada beberapa siswa masih kurang berani menyampaikan

komentar mereka. Ketika dipanggil namanya baru mereka mau maju ke

depan. Guru bertugas sebagai fasilitator membantu siswa yang

mengalami kesulitan untuk menyampaikan komentar agar mudah


dipahami oleh teman mereka yang lain. Setelah semua siswa

menggunakan kupon berbicara yang diberikan untuk menanggapi,

memberikan pendapat ataupun memberikan komentar secara lisan, guru

meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran dengan dibantu guru,

kemudian guru memberikan evaluasi cara berbicara yang baik dan

benar agar pada pertemuan berikutnya apabila siswa memberikan

komentar secara lisan akan lebih baik lagi.

(3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan agar

siswa rajin belajar dan terus berlatih berbicara yang baik dan benar

kemudian sebelum menutup pelajaran guru menyampaikan rencana

pembelajaran berikutnya agar siswa dapat mempersiapkan diri sebelum

mengikuti pelajaran pada pertemuan berikutnya.

3) Hasil Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan dan menemukan dampak

dari proses dan pengaruh yang telah diberikan mulai dari kegiatan awal

sampai kegiatan akhir pembelajaran. Setiap kekurangan dicatat untuk

dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan.

a) Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan

model Time Token pada siklus II pertemuan 1 dilakukan


oleh observer menggunakan lembar observasi (terlampir). Hasil

pengamatan observer pada siklus II pertemuan 1 dirangkum pada tabel

4.16 berikut:

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I

No Aspek yang Diamati Dilakukan Skor


Ya Tidak 1 2 3 4
I Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas √ 3
2. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk √ 3
mengikuti proses pembelajaran
3. Guru melakukan apersepsi √ 3
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai √ 3
siswa
II Kegiatan Inti
5. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 3
6. Guru melibatkan secara aktif peserta didik dalam bentuk √ 3
tanya jawab
7. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan √ 3
diskusi
8. Setiap kelompok diberikan lembar yang berisi √ 4
persoalan faktual
9. Guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam √ 4
proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan
faktual yang disajikan. Bahwa setiap siswa diberi 2
kopun berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik
perkopun. Siswa yang telah habis kopunnya tidak boleh
bicara lagi dan yang masih memegang kopun harus
bicara sampai kopunnya habis dan seterusnya.
10. Guru membagi 2 kopun berbicara kepada setiap siswa √ 3
11. Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain √ 4
untuk menanggapi komentar yang disampaikan
temannya
12. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran √ 2
13. Guru bersama siswa memberikan evaluasi berupa √ 2
perbaikan tentang cara berbicara yang baik dan benar
III Kegiatan Akhir
14. Guru memberikan tindak lanjut √ 2
15. Guru menyampaikan rencana pada pertemuan 3
berikutnya
Jumlah 6 27 12
Total Skor Perolehan 45
Skor Maksimal 60
Persentase 75%
Kualifikasi Aktivitas Baik
Keterangan
Skor 1 Kurang
Skor 2 Cukup
Skor 3 Baik
Skor 4 Sangat Baik
Tabel 4.17 Interpretasi dan Kualifikasi Aktivitas Guru

Interpretasi Kualifikasi
82% - 100 % Sangat Baik
63% - 81 % Baik
44 % - 62 % Cukup Baik
25 % - 43 % Kurang Baik

Berdasarkan tabel 4.16 pada kegiatan awal pembelajaran yaitu

semua aspek mendapatkan skor 3 yaitu guru mengkondisikan kelas, guru

menyiapkan siswa secara fisik dan psikis, guru melakukan apersepsi dan

guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian pada kegiatan inti

pembelajaran ada 4 aspek yang juga mendapatkan skor 3 yaitu guru

menjelaskan materi, guru melibatkan siswa secara aktif dalam bentuk

tanya jawab, guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi,

dan guru membagi 2 kopun berbicara. Aspek yang mendapatkan skor 4

yaitu guru membagikan lembar yang berisi persoalan faktual, guru

menjelaskan “aturan main”,dan guru memberikan kesempatan kepada

teman yang lain untuk menanggapi komentar, sedangkan guru bersama

siswa menyimpulkan pelajaran dan guru memberikan evaluasi cara

berbicara yang baik dan benar mendapatkan skor 2. Kegiatan Akhir

aspek guru memberikan tindak lanjut memperoleh skor 2 dan guru

menyampaikan rencana pada pertemuan berikutnya memperoleh skor 3.

Perhitungan aktivitas yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran

dapat dipersentasekan dengan menggunakan rumus:


P =

= 75 %

Setelah dilakukan perhitungan terhadap langkah-langkah yang

dilaksanakan oleh guru mendapatkan skor 45 dengan persentasi 75%

sudah termasuk dalam kategori “Baik”. Aktivitas guru siklus I pertemuan

2 dapat digambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.13 Grafik Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan tabel dan grafik di atas persentase aktivitas guru siklus II

pertemuan 1 mencapai 75% kategori baik. Guru sudah mulai mampu

membimbing siswa belajar dalam kelompok dan memotivasi siswa dalam

pembelajaran. Namun pelaksanaan masih belum optimal karena masih 3

aspek yang mendapatkan skor 2, sehinngga pelaksanaan pembelajaran

perlu ditingkatkan lagi.


b) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Observasi siswa dilakukan observer pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Ada 5 aspek yang menjadi pengamatan yaitu kediplinan,

keaktifan, memperhatikan penjelasan guru, kerjasama dan ketepatan

waktu dengan menggunakan lembar observasi dan rubrik yang telah

disediakan (terlampir). Hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan

1 dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II

Pertemuan 1

Aspek yang Skor


No 4 3 2 1
dinilai
F % F % F % F %
1. Kedisiplinan 10 34,5 12 41,4 6 20,7 1 3,4
2. Keaktifan 7 24,1 15 51,8 7 24,1 0 0,0
3. Perhatian 11 37,9 13 44,8 5 17,3 0 0,0
4. Kerjasama 10 34,5 11 37,9 8 27,6 0 0,0
5. Ketepatan Waktu 14 48,3 9 31 6 20,7 0 0,0
Jumlah 52 179,3 60 206,9 32 110,4 0 3,4
Rata-rata 10,4 35,9 12 41,4 6,4 22 0 0,7

Berdasarkan tabel 4.18 di atas pada aspek kedisiplinan ada 10 orang

yang mendapatkan skor 4, 12 mendapatkan skor 3, 6 orang mendapatkan

skor 2 dan ada 1 siswa mendapat skor 1.

Aspek keaktifan ada 7 orang mendapatkan skor 4, 15 orang mendapatkan

skor 3, 7 orang mendapatkan skor 2 dan 2 orang mendapatkan skor 1.

Aspek perhatian ada 11 orang mendapatkan skor 4, 13 orang

mendapatkan skor 3, 5 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.


Aspek kerjasama ada 10 orang mendapatkan skor 4, 11 orang

mendapatkan skor 3, 8 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.

Aspek ketepatan waktu ada 14 orang mendapatkan skor 4, 9 orang

mendapatkan skor 3, 6 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

mendapatkan skor 1.

Penjelasan tabel 4.18 diatas dapat dibuat grafik seperti pada grafik

berikut ini:

Gambar 4.14 Grafik Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut diketahui bahwa aspek aktivitas

siswa proses pembelajaran sudah membaik. Hal ini terlihat pada tiga komponen

atau aspek didominasi oleh aktif dan sangat aktif.. Namun, masih ada sedikit

kendala yang dihadapi siswa yaitu keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok

perlu ditingkatkan. Untuk lebih jelasnya presentase aktivitas dapat dilihat pada

grafik berikut:
Gambar 4.15 Grafik Kategori Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan grafik di atas aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara

keseluruhan mencapai kategori aktif pada siklus II pertemuan 1 dengan

persentasi 77,3%. Siswa yang berada pada kategori kurang aktif dan cukup

aktif hanya 22,07%. Motivasi belajar masih sangat perlu diberikan guru akan

siswa yang berada pada kategori cukup aktif dan kurang aktif tidak ada lagi.

c) Hasil Belajar

Hasil belajar siswa di peroleh pada saat siswa menyampaikan komentar,

saran ataupun pendapat secara lisan dengan menggunakan kartu berbicara yang

disediakan guru sebelumnya. Aspek yang dinilai pada saat siswa

menyampaikan komentar, saran ataupun pendapat adalah keberanian,

kelancaran, intonasi dan lafal dengan masing-masing skor maksimal pada

setiap aspek adalah 5. Rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa terlampir.

Hasil tes kemampuan berbicara siswa pada siklus II pertemuan 1 dapat dilihat

pada tabel 4.19 di bawah ini:


Aspek yang diamati
No Nama Siswa Keberanian Kelancaran Intonasi Lafal Skor Nilai Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Wahyu Alvin 5 5 4 4 18 90 T
2 Aisya Fitri Khairunnisa 5 4 3 4 16 80 T
3 Akhmad Hadrian 5 4 3 4 16 80 T
4 Akhamd Ridani 5 5 5 5 20 100 T
5 Dwi Oktaviani 4 3 2 3 12 60 TT
6 Elsa Maulida 4 4 2 4 14 70 T
7 Hellaliyani 4 4 3 4 15 75 T
8 Hamidati Uliya Rahmi 5 5 5 5 20 100 T
9 Hengky Ahmad Jordan 4 4 3 4 15 75 T
10 Latifah Fatimah 4 4 2 4 14 70 T
11 Maulida Rizky Amelia 4 3 2 3 12 60 TT
12 Muhammad Iqbal J 3 3 2 3 11 55 TT
13 Muhammad Thariq G 5 4 3 4 16 80 T
14 Muhammad Wildan 4 3 3 3 13 65 TT
15 Muhammad Syifa A 5 5 3 4 17 85 T
16 Muhammad Fadhil 4 3 3 3 13 65 TT
17 Muhammad Izramadani 5 5 5 5 20 100 T
18 Muhammad Fazrinnor 4 4 2 4 14 70 T
19 Muhammad Erlangga 5 4 3 4 16 80 T
20 Muhammad Andi I 5 5 3 4 17 85 T
21 Muhammad Fauzan 4 4 3 4 15 75 T
22 Nazmah Zahirah M 5 5 4 5 19 95 T
23 Roro Rhodati N 4 4 4 4 16 80 T
24 Ramada Firtia A 4 4 4 4 16 80 T
25 Rahmah Eka P 4 4 4 4 16 80 T
26 Siti Kamila 4 4 3 4 15 75 T
27 Selvia 5 5 4 5 19 95 T
28 I Putu W. S 4 3 2 3 12 60 TT
29 Zainal Ilmi 5 4 3 4 16 80 T
Keterangan:
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas

Kelima aspek yang menjadi pengamatan secara terurai dapat dilihat

dalam rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa (terlampir). Hasil

penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel 4.20

berikut:
Tabel 4.20 Data Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II
Pertemuan 1

No Nilai F (n*f) %
1 100 3 300 10,34
2 95 2 190 6,89
3 90 1 90 3,44
4 85 2 170 6,89
5 80 8 640 27,58
6 75 4 300 13,79
7 70 3 210 10,34
8 65 2 130 6,89
9 60 3 180 10,34
10 55 1 55 3,44
Jumlah 29 2265 100
Rata-Rata Kelas 78,10
Ketuntasan Klasikal 79,31%
Ketuntasan individual nilai ≥ 70.

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, sudah ada 3 siswa yang memperoleh

nilai 100, kemudian siswa yang memperoleh nilai 95, 85 dan 65 ada 2

orang, siswa yang memperoleh nilai 90 dan 55 ada 1 orang, siswa yang

memperoleh nilai 80 ada 8 orang, dan siswa yang mendapatkan nilai 75

ada 4 orang. Nilai rata-rata kelas pada siklus II pertemuan 1 adalah 78,10

dan ketuntasan klasikal mencapai 79,31%. Berdasarkan tabel 4.18 di atas,

dapat disusun grafik tentang hasil belajar siswa pada grafik berikut ini:
Gambar 4.16 Grafik Hasil Kemapuan Berbicara Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan grafik di atas terlihat nilai 80 banyak diperoleh oleh

siswa dan masih ada 6 orang siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM

70. Ketuntasan hasil belajar siswa siklus II pertemuan 1 ini dapat di

gambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.17 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan grafik di atas pada siklus II pertemuan 1 siswa yang

tuntas ada 23 orang persentasi 79,31% dan siswa yang tidak tuntas ada 6

orang dengan persentasi 20,68%. Ketuntasan klasikal yang di tetapkan

80%, Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini masih

belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.


4) Refleksi

Dengan memperhatikan data dan temuan yang di peroleh dari

pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka dapat disimpulkan bahwa

pada siklus II pertemuan 1 ditemukan hal-hal sebagai berikut :

a) Kegiatan yang dilakukan oleh guru sudah termasuk kategori baik pada

siklus II pertemuan 1 dengan skor 45 dengan persentasi 75%.

Aktivitas yang dilakukan guru pada siklus II pertemuan 1 ini sudah

mengalami peningkatan dan sudah memenuhi kriteria yang

diharapkan, namun masih perlu di tingkatkan lagi terutama pada aspek

pembelajaran yang masih mendapat skor 2 seperti guru bersama

menyimpulkan pembelajaran, memberikan evaluasi cara berbicara

yang baik dan benar serta guru memberikan tindak lanjut.

b) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan

mencapai kategori aktif pada siklus II pertemuan 1 dengan persentase

77,3% , ini masih perlu ditingkatkan lagi karena masih ada siswa yang

berada pada kategori cukup aktif. Guru akan lebih memotivasi siswa

untuk ikut berpartisipasi aktif lagi dalam pembelajaran.

c) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mengalami

peningkatan menjadi 79,31% Sedangkan ketuntasan hasil belajar

secara individu juga mengalami peningkatan ada 23 orang siswa yang

tuntas. Namun ini masih perlu ditingkatkan lagi karena belum

mencapai indikator ketuntasan klasikal 80%. Guru akan lebih

memotivasi siswa lagi untuk berani menyampaikan komentar, saran

maupun pendapat mereka.


Berdasarkan pertemuan ini maka dapat direkomendasikan agar

pelaksanaan tindakan pada pertemuan 2 dapat berjalan dengan optimal,

maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar,

diantaranya:

a) Aspek aktivitas guru yang masih mendapatkan skor 2 atau cukup baik

perlu diperhatikan dengan mencatat poin-poin tesebut sebelum

dimulai pelaksaanan sehingga pada pelaksanaan berikutnya dapat

terlaksana lebih baik lagi.

b) Menyiapkan rencana strategi yang tepat supaya siswa lebih aktif

dalam pembelajaran. Siswa yang masih kurang dan cukup aktif pada

pertemuan 1 perlu di ingat sehingga memudahkan dalam hal

memotivasi mereka untuk aktif dalam pembelajaran.

c) Untuk meningkatkan hasil belajar, guru akan lebih meningkatkan

motivasi siswa dan pengarahan yang menyeluruh pada saat

pelaksanaan pembelajaran.

b. Pertemuan 2

1) Skenario Tindakan

Rencana kegiatan yang dilakukan peneliti pada siklus II pertemuan 2 ini

diawali dengan mengucapkan salam sambil memasuki ruang kelas 5

kemudian guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa berdo’a

bersama dilanjutkan mengecek kehadiran siswa. Guru menyiapkan siswa

secara fisik dan psikis, Guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab
dengan siswa mengenai persoalan faktual yang mereka ketahui hal ini

dilakukan agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setelah

itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran.

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, setiap kelompok

diskusi terdiri dari 2 orang. Guru membagikan lembar yang berisi persoalan

faktual kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk mendiskusikan

persoalan faktual yang diberikan dan kemudian setiap siswa diminta untuk

memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang diberikan secara lisan

sebagai tes kemampuan berbicara siswa. Selama siswa melakukan diskusi

guru melakukan bimbingan kepada setiap kelompok. Sebelum siswa

memberikan komentar secara lisan guru menjelaskan dengan singkat “aturan

main” dalam proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan faktual

yang disajikan. Guru memberi 2 kupon berbicara kepada masing-masing

dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang telah habis

kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang masih memegang kupon harus

bicara sampai kuponnya habis dan seterusnya. Guru meminta siswa untuk

memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan secara lisan

dan memberikan memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

menanggapi komentar yang disampaikan temannya dengan menyerahkan

kupon terlebih dahulu sebelum berbicara. Guru memberikan evaluasi cara

berbicara yang baik dan benar agar pada pertemuan berikutnya apabila siswa

memberikan komentar secara lisan akan lebih baik lagi.


Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kemudian sebelum

menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya

agar siswa dapat mempersiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Materi pertemuan kedua ini mencari jalan keluar terhadap persoalan

faktual yang disajikan. Dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan

Pembelajaran

(1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal di mulai dengan guru memasuki ruang kelas 5 sambil

mengucapkan salam, guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa

untuk berdo’a bersama dilanjutkan mengecek kehadiran siswa dengan

meminta siswa untuk mengacungkan tangannya apabila disebut namanya.

Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pelajaran.

Guru melakukan apresepsi sambil bertanya jawab tentang pertemuan

sebelumnya. Hal ini untuk mengingatkan siswa terhadap pembelajaran yang

telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru memusatkan

perhatian siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

sebagaimana yang terbuat dalam RPP, penyampaian tujuan pembelajaran juga

dimaksudkan untuk memotivasi agar siswa lebih bergairah dalam mengikuti

pembelajaran yang akan dilaksanakan.


(2) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi mengenai persoalan faktual dan beberapa cara untuk

meningkatkan keterampilan berbicara. Guru meminta beberapa siswa untuk

memberikan contoh berupa saran atau tanggapan terhadap persoalan faktual

yang disajikan guru hal ini dilakukan guru agar siswa dapat terlibat aktif

selama proses pembelajaran berlangsung, guru juga menjelaskan bagaimana

cara memberikan komentar yang baik. Setelah siswa sudah mulai memahami

materi pembelajaran guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi,

setiap kelompok diskusi terdiri dari 2 orang yaitu teman sebangku mereka.

Guru membagikan lembar yang berisi persoalan faktual kepada setiap

kelompok. Seperti pada pertemuan sebelumnya siswa diminta untuk

mendiskusikan persoalan faktual yang diberikan dan kemudian setiap siswa

diminta untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang

diberikan secara lisan sebagai tes kemampuan berbicara siswa. Pada siklus II

pertemuan 2 ini siswa sudah mampu berdiskusi dengan teman kelompoknya

dengan baik, siswa sudah terlihat sangat aktif dalam kelompok mereka masing-

masing mereka saling bertukar pendapat dalam kelompok. Selama siswa

melakukan diskusi guru melakukan bimbingan kepada setiap kelompok.

Sebelum siswa memberikan komentar secara lisan guru menjelaskan dengan

singkat “aturan main” dalam proses analisis pemberian komentar terhadap

persoalan faktual yang disajikan. Guru memberi 2 kupon berbicara kepada

masing-masing dengan waktu kurang lebih 30 detik perkupon. Siswa yang

telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang masih memegang kupon

harus bicara sampai kuponnya habis dan seterusnya. Seperti pada pertemuan
sebelumnya guru menjelaskan akan memberikan penghargaan berupa bintang

kepada 10 orang pertama yang kartu berbicaranya habis terlebih dahulu, dan

pada pertemuan kali ini bintang mereka akan di hitung untuk mengetahui siapa

yang paling banyak mengumpulkan bintang, dan di akhir pembelajaran nanti

akan mendapatkan hadiah.

Selama kurang lebih 15 menit guru memberikan waktu kepada siswa untuk

berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing, guru meminta siswa

untuk memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang disajikan secara

lisan dan memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk menanggapi

komentar yang disampaikan temannya dengan menyerahkan kupon terlebih

dahulu sebelum berbicara. Pada siklus II pertemuan 2 ini suasana diskusi sudah

sangat terasa, siswa berlomba-lomba maju ke depan untuk menyampaikan

komentar mereka dan berusaha menanggapi terhadap komentar yang diberikan

temannya, cara siswa memberikan komentar sudah baik, mereka sudah mampu

menyampaikan pendapat mereka seperti yang diharapkan, mereka terlihat

sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikitpun dalam memberikan komentar

ataupun berupa tanggapan, baik mengenai intonasi maupun pelafalan saat

mereka menyampaikan pendapat, komentar maupun tanggapan sudah sangat

jelas dan mudah dipahami. Setelah semua siswa menggunakan kupon berbicara

yang diberikan untuk menanggapi, memberikan pendapat ataupun memberikan

komentar secara lisan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran

dengan dibantu guru, kemudian guru memberikan evaluasi cara berbicara yang

baik dan benar. Guru bersama siswa menghitung perolehan bintang yang
dikumpulkan siswa selam 4 kali pertemuan, dan memberikan hadiah kepada

siswa yang mempunyai bintang terbanyak.

(3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut berupa pesan agar siswa

rajin belajar dan terus berlatih berbicara yang baik dan benar kemudian

sebelum menutup pelajaran guru menyampaikan rencana pembelajaran

berikutnya.

2) Hasil Obeservasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan dan menemukan

dampak dari proses dan pengaruh yang telah diberikan mulai dari

kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran. Setiap kekurangan

dicatat dan dievaluasi untuk dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan.

a) Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan model

Time Token pada siklus II pertemuan 2 dilakukan oleh observer

menggunakan lembar observasi (terlampir). Hasil pengamatan observer

pada Siklus II pertemuan 2 dirangkum pada tabel 4.21 berikut:


Tabel 4.21 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2

No Aspek yang Diamati Dilakukan Skor


Ya Tidak 1 2 3 4
I Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas √ 4
2. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk √ 3
mengikuti proses pembelajaran
3. Guru melakukan apersepsi √ 3
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai √ 3
siswa
II Kegiatan Inti
5. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 3
6. Guru melibatkan secara aktif peserta didik dalam bentuk √ 4
tanya jawab
7. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan √ 3
diskusi
8. Setiap kelompok diberikan lembar yang berisi √ 4
persoalan faktual
9. Guru menjelaskan dengan singkat “aturan main” dalam √ 4
proses analisis pemberian komentar terhadap persoalan
faktual yang disajikan. Bahwa setiap siswa diberi 2
kopun berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik
perkopun. Siswa yang telah habis kopunnya tidak boleh
bicara lagi dan yang masih memegang kopun harus
bicara sampai kopunnya habis dan seterusnya.
10. Guru membagi 2 kopun berbicara kepada setiap siswa √ 4
11. Guru memberikan kesempatan kepada teman yang lain √ 4
untuk menanggapi komentar yang disampaikan
temannya
12. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran √ 3
13. Guru bersama siswa memberikan evaluasi berupa √ 3
perbaikan tentang cara berbicara yang baik dan benar
III Kegiatan Akhir
14. Guru memberikan tindak lanjut √ 3
15. Guru menyampaikan rencana pada pertemuan 2
berikutnya
Jumlah 2 24 24
Total Skor Perolehan 50
Skor Maksimal 60
Persentase 83,33%
Kualifikasi Aktivitas Sangat Baik

Keterangan
Skor 1 Kurang
Skor 2 Cukup
Skor 3 Baik
Skor 4 Sangat Baik
Tabel 4.22 Interpretasi dan Kualifikasi Aktivitas Guru

Interpretasi Kualifikasi
82% - 100 % Sangat Baik
63% - 81 % Baik
44 % - 62 % Cukup Baik
25 % - 43 % Kurang Baik

Berdasarkan tabel 4.21 pada kegiatan awal pembelajaran yaitu

aspek guru mengkondisikan kelas pada pertemuan 2 ini mendapatkan skor

4, aspek mendapatkan skor 3 yaitu guru menyiapkan siswa secara fisik dan

psikis, guru melakukan apersepsi dan guru menyampaikan tujuan

pembelajaran. Kemudian pada kegiatan inti pembelajaran ada 4 aspek

yang juga mendapatkan skor 3 yaitu guru menjelaskan materi, guru

mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, guru bersama siswa

menyimpulkan pelajaran dan guru memberikan evaluasi cara berbicara

yang baik dan benar. Aspek yang mendapatkan skor 4 yaitu guru

melibatkan secara aktif peserta didik dalam bentuk tanya jawab, guru

membagikan lembar yang berisi persoalan faktual, guru menjelaskan

“aturan main”, guru membagi 2 kopun berbicara dan guru memberikan

kesempatan kepada teman yang lain untuk menanggapi komentar.

Kegiatan Akhir aspek guru memberikan tindak lanjut memperoleh skor 3

dan guru menyampaikan rencana pada pertemuan berikutnya memperoleh

skor 2.

Perhitungan aktivitas guru yang dilaksanakan dalam pembelajaran

dapat dipersentasekan dengan menggunakan rumus:


P =

= 83,33 %

Setelah dilakukan perhitungan terhadap data yang diperoleh dari

pengamat terhadap langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru

mendapatkan skor 50 dengan persentase 83,33% sudah termasuk dalam

kategori “Sangat Baik”. Aspek yang mendapatkan nilai 1 tidak ada lagi

sedangkan aspek yang mendapatkan nilai 2 hanya pada aspek

menyampaikan rencana pada pertemuan berikutnya. Karena pertemuan

berikutnya tes akhir siklus saja maka guru tidak terlalu bersemangat dalam

menyampaikannya. Aktivitas guru siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada

grafik berikut:

Gambar 4.18 Grafik Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan grafik di atas persentase aktivitas guru siklus II

pertemuan 2 mencapai 83,33% kategori sangat baik. Guru sudah

memaksimalkan pembelajaran, aspek aktivitas guru yang menjadi

pengamatan banyak memperoleh skor 3 dan 4 atau baik dan sangat baik.
Namun pembelajaran yang dilaksanakan guru masih perlu untuk

ditingkatkan lagi untuk mendapatkan kualitas pembelajaran yang lebih

baik lagi.

b) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Observasi aktivitas siswa dilakukan observer pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Ada 5 aspek yang menjadi pengamatan yaitu

kediplinan, keaktifan, memperhatikan penjelasan guru, kerjasama dan

ketepatan waktu dengan menggunakan lembar observasi dan rubrik yang

telah disediakan (terlampir). Hasil observasi aktivitas siswa siklus II

pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut:

Tabel 4.23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Aspek yang Skor


No 4 3 2 1
dinilai
F % F % F % F %
1. Kedisiplinan 12 41,4 13 44,8 4 13,8 0 0,0
2. Keaktifan 13 44,8 14 48,3 2 6,9 0 0,0
3. Perhatian 12 41,4 11 37,9 6 20,7 0 0,0
4. Kerjasama 14 48,3 13 44,8 2 6,9 0 0,0
5. Ketepatan Waktu 14 48,3 11 37,9 4 13,8 0 0,0
Jumlah 73 224,2 62 213,7 10 62,1 0 0,0
Rata-rata 14,6 44,8 12,4 42,7 2 12,4 0 0,0

Berdasarkan tabel 4.23 di atas pada aspek kedisiplinan ada 12 orang

yang mendapatkan skor 4, 13 mendapatkan skor 3, 4 orang mendapatkan

skor 2 dan tidak ada siswa mendapat skor 1

Aspek keaktifan ada 13 orang mendapatkan skor 4, 14 orang

mendapatkan skor 3, 2 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.


Aspek perhatian ada 12 orang mendapatkan skor 4, 11 orang

mendapatkan skor 3, 6 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.

Aspek kerjasama ada 14 orang mendapatkan skor 4, 13 orang

mendapatkan skor 3, 2 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

yang mendapatkan skor 1.

Aspek ketepatan waktu ada 14 orang mendapatkan skor 4, 11 orang

mendapatkan skor 3, 4 orang mendapatkan skor 2 dan tidak ada siswa

mendapatkan skor 1.

Penjelasan tabel 4.23 diatas dapat dibuat grafik seperti pada grafik

berikut ini:

Gambar 4.19 Grafik Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan tabel 4.23 dan grafik 4.19 di atas diketahui bahwa

aspek aktivitas siswa selam proses pembelajaran sudah baik sekali

dengan persentase 86,8% kategori sangat aktif. Siswa tidak ada yang

mendapat nilai pada kategori kurang. Hal ini menunjukkan siswa sudah

bersemangat dan bergairah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia


menggunakan model Time Token. Untuk lebih jelas dalam mengetahui

presentase aktivitas siswa dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.20 Grafik Kategori Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan grafik 4.20 diketahui bahwa siswa yang berada pada

kriteria aktif dan sangat aktif mencapai 86,8%. Siswa yang berada pada

kategori kurang aktif tidak ada lagi dan yang bereda pada kategori cukup

aktif hanya 12,4%. Kategori aktivitas siswa sudah memenuhi indikator

yang telah ditentukan dan menandakan siswa sudah semangat dan

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

c) Hasil Belajar

Hasil belajar siswa di peroleh pada saat siswa menyampaikan komentar,

saran ataupun pendapat secara lisan dengan menggunakan kartu berbicara

yang disediakan guru sebelumnya. Aspek yang dinilai pada saat siswa

menyampaikan komentar, saran ataupun pendapat adalah keberanian,

kelancaran, intonasi dan lafal dengan masing-masing skor maksimal pada

setiap aspek adalah 5. Rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa


terlampir. Hasil tes kemampuan berbicara siswa pada siklus II pertemuan

2 dapat dilihat pada tabel 4.24 di bawah ini.

Tabel 4.24 Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II Pertemuan 2

Aspek yang diamati


No Nama Siswa Keberanian Kelancaran Intonasi Lafal Skor Nilai Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Wahyu Alvin 5 5 5 5 20 100 T
2 Aisya Fitri Khairunnisa 5 5 4 5 19 95 T
3 Akhmad Hadrian 5 5 4 4 18 90 T
4 Akhamd Ridani 5 5 5 5 20 100 T
5 Dwi Oktaviani 4 4 2 4 14 70 T
6 Elsa Maulida 4 4 3 4 15 75 T
7 Hellaliyani 4 4 3 4 15 75 T
8 Hamidati Uliya Rahmi 5 5 5 5 20 100 T
9 Hengky Ahmad Jordan 5 4 3 4 16 80 T
10 Latifah Fatimah 4 4 3 4 15 75 T
11 Maulida Rizky Amelia 4 3 2 3 12 60 TT
12 Muhammad Iqbal J 4 3 2 3 12 60 TT
13 Muhammad Thariq G 5 5 3 5 18 90 T
14 Muhammad Wildan 4 3 3 3 13 65 TT
15 Muhammad Syifa A 5 5 4 5 19 95 T
16 Muhammad Fadhil 4 4 3 3 14 70 T
17 Muhammad Izramadani 5 5 5 5 20 100 T
18 Muhammad Fazrinnor 4 4 3 4 15 75 T
19 Muhammad Erlangga 5 5 3 5 18 90 T
20 Muhammad Andi I 5 5 4 5 19 95 T
21 Muhammad Fauzan 4 4 3 5 16 80 T
22 Nazmah Zahirah M 5 5 5 5 20 100 T
23 Roro Rhodati N 5 5 4 5 19 95 T
24 Ramada Firtia A 4 4 4 4 16 80 T
25 Rahmah Eka P 5 5 4 5 19 95 T
26 Siti Kamila 4 4 3 4 15 75 T
27 Selvia 5 5 4 5 19 95 T
28 I Putu W. S 4 3 2 3 12 60 TT
29 Zainal Ilmi 5 5 3 5 18 90 T

Keterangan:

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Kelima aspek yang menjadi pengamatan secara terurai dapat dilihat

dalam rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa (terlampir). Hasil

penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel 4.25

berikut:
Tabel 4.25 Data Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Nilai F (n*f) %
1 100 5 500 17,24
2 95 6 570 20,68
3 90 4 360 13,79
4 85 - - -
5 80 3 240 10,34
6 75 5 375 17,24
7 70 2 140 6,89
8 65 1 65 3,44
9 60 3 180 10,34
Jumlah 29 2430 100
Rata-Rata Kelas 83,79
Ketuntasan Klasikal 86,20%
Ketuntasan individual nilai ≥ 70

Berdasarkan tabel 4.25 di atas, siswa yang memperoleh nilai 100 dan 75

ada 5 orang, siswa yang memperoleh nilai 95 ada 6 orang, siswa yang

memperoleh nilai 90 ada 4 orang, siswa yang memperoleh nilai 80 dan

60 ada 3 orang, siswa yang memperoleh nilai 70 ada 2 orang dan siswa

yang mendapatkan nilai 65 ada 1 orang. Nilai rata-rata kelas mencapai

83,79 dan ketuntasan klasikal 86,20%. Berdasarkan tabel 4.22 di atas,

dapat disusun grafik tentang hasil belajar siswa pada grafik berikut ini:
Gambar 4.21 Grafik Hasil Kemampuan Berbicara Siklus II

Pertemuan 2

Berdasarkan tabel 4.25 siswa yang tuntas ada 25 orang dengan

persentase 86,20%, ini sudah memenuhi indikator keberhasilan yang

ditetapkan yaitu 80%. Tes kemampuan berbicara siswa pertemuan

kedua ini terlihat adanya peningkatan dalam pembelajaran, siswa sudah

mampu memberikan komentar dengan baik tanpa ada keraguan

sedikitpun dengan pelafalan dan intonasi yang diharapkan. Hanya ada 4

orang siswa yang mendapat nilai dibawah 70. Ketuntasan hasil belajar

siswa pada pertemuan 2 dapat digambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.22 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Pertemuan

Berdasarkan grafik di atas persentase ketuntasan klasikal mencapai

86,20% dan yang masih belum tuntas 13,79%. Ketuntasan klasikal

sudah melebihi indikator yang ditetapkan 80%.

d) Tes Akhir Siklus II

Selain tes akhir pertemuan, peneliti juga mengadakan tes akhir siklus

kepada siswa. Tes akhir siklus ini dilaksanakan pada hari Jum’at 31
Mei 2013. Materi soal yang diberikan yaitu materi pada pertemuan 1

dan 2. Hasil tes akhir siklus II disajikan pada tabel 4.26 berikut:

Tabel 4.26 Hasil Kemampuan Berbicara Tes Akhir Siklus II

Aspek yang diamati


No Nama Siswa Keberanian Kelancaran Intonasi Lafal Skor Nilai Ket
1
2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Wahyu Alvin 5 5 5 5 20 100 T
2 Aisya Fitri Khairunnisa 5 5 5 5 20 100 T
3 Akhmad Hadrian 5 5 4 5 19 95 T
4 Akhamd Ridani 5 5 5 5 20 100 T
5 Dwi Oktaviani 5 4 2 4 15 75 T
6 Elsa Maulida 4 4 4 5 17 85 T
7 Hellaliyani 4 4 3 4 15 75 T
8 Hamidati Uliya Rahmi 5 5 5 5 20 100 T
9 Hengky Ahmad Jordan 5 5 4 5 19 95 T
10 Latifah Fatimah 4 4 4 4 16 80 T
11 Maulida Rizky Amelia 4 3 2 3 12 60 TT
12 Muhammad Iqbal J 4 3 2 4 13 65 TT
13 Muhammad Thariq G 5 5 5 5 20 100 T
14 Muhammad Wildan 4 4 3 3 14 70 T
15 Muhammad Syifa A 5 5 5 5 20 100 T
16 Muhammad Fadhil 4 4 3 4 15 75 T
17 Muhammad Izramadani 5 5 5 5 20 100 T
18 Muhammad Fazrinnor 4 4 3 4 15 75 T
19 Muhammad Erlangga 5 5 5 5 20 100 T
20 Muhammad Andi I 5 5 5 5 20 100 T
21 Muhammad Fauzan 5 5 3 5 18 90 T
22 Nazmah Zahirah M 5 5 5 5 20 100 T
23 Roro Rhodati N 5 5 5 5 20 100 T
24 Ramada Firtia A 5 4 4 4 17 85 T
25 Rahmah Eka P 5 5 5 5 20 100 T
26 Siti Kamila 5 4 3 5 17 85 T
27 Selvia 5 5 5 5 20 100 T
28 I Putu W. S 4 3 2 3 12 60 TT
29 Zainal Ilmi 5 5 5 5 20 100 T
Keterangan:

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Kelima aspek yang menjadi pengamatan secara terurai dapat dilihat

dalam rubrik penilaian kemampuan berbicara siswa (terlampir). Hasil

penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.27 Data Hasil Kemampuan Berbicara Tes Akhir Silkus II

No Nilai F (n*f) %
1 100 14 1400 48,27
2 95 2 190 6,89
3 90 1 90 3,44
4 85 3 255 10,34
5 80 1 80 3,44
6 75 4 300 13,79
7 70 1 70 3,44
8 65 1 65 3,44
9 60 2 60 6,89
Jumlah 29 2510 100
Rata-Rata Kelas 86,55
Ketuntasan Klasikal 89,65%
Ketuntasan individual nilai ≥ 70

Berdasarkan tabel 4.27 di atas, sudah ada 14 orang siswa yang

memperoleh nilai 100, siswa yang memperoleh nilai 95 dan 60 ada 2

orang, kemudian siswa yang memperoleh nilai 90, 80,70 dan 65 ada 1

orang, nilai 85 ada 3 siswa dan nilai 75 ada 4 siswa. Nilai rata- rata kelas

pada tes akhir siklus II mencapai 86,55 dan ketuntasan klasikal sudah

mencapai 89,65%, ini sudah melebihi indikator yang ditetapakan 80%.

Berdasarkan tabel 4.24 di atas, dapat disusun grafik tentang hasil belajar

siswa pada grafik berikut ini:


Gambar 4.23 Grafik Hasil Kemampuan Berbicara Tes Akhir Siklus II

Berdasarkan tabel 4.27 siswa yang tuntas ada 26 orang dengan

persentase 89,65% dan rata-rata kelas 86,55 dan siswa yang tidak tuntas

ada 3 orang dengan persentase 10,34%. Tes kemampuan berbicara siswa

pada akhir tes akhir siklus ini terlihat adanya peningkatan, siswa sudah

mampu memberikan komentar dengan baik tanpa ada keraguan sedikitpun

dengan pelafalan dan intonasi yang tepat. Hanya ada 3 orang siswa yang

mendapat nilai dibawah 70. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tes akhir

siklus II dapat digambarkan melalui grafik berikut:

Gambar 4.24 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Berdasarkan grafik di atasa persentase ketuntasan klasikal pada tes

akhir siklus II mencapai 89,65% (26 orang) dan yang masih belum tuntas
10,34% (3 orang). Siswa yang masih belum tuntas ini dikarenakan mereka

masih ada sedikit keraguan yang muncul dalam memberikan komentar.

Ketuntasan klasikal pada tes akhir siklus II ini sudah melebebihi indikator

yang telah ditetapkan, dan dapat dinyatakan penelitian berhasil.

3) Refleksi

Dengan memperhatikan data dan temuan yang di peroleh pada

siklus II pertemuan 2 maka dapat disimpulkan ditemukan hal-hal sebagai

berikut:

1) Kegiatan yang dilakukan oleh guru siklus II pertemuan 2 memperoleh

skor 50 dengan persentasi 83,33% mencapai kategori sangat baik.

Aktivitas yang dilakukan guru pada siklus II ini sudah mengalami

peningkatan dan sudah memenuhi kriteria yang diharapkan.

2) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai kategori sangat

aktif pada pertemuan 2 siklus II dengan persentase 86,8%.. Hal ini

sudah mengalami peningkatan dan sudah mencapai kriteria yang

diharapkan.

3) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mengalami peningkatan

mulai dari 79,31% (pertemuan 1), 86,20% (pertemuan 2), dan 89,65%

(tes akhir siklus). Sedangkan ketuntasan hasil belajar secara individu

juga mengalami peningkatan. Pada siklus II pertemuan 1 ada 4 orang

siswa yang belum tuntas, sedangkan pada pertemuan 2 dan tes akhir

siklus II ada 3 siswa yang belum tuntas. Siswa yang masih belum tuntas

akan diberikan bimbingan cara berbicara yang baik dan benar.


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua

siklus dan tiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan

di kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1, dengan jumlah murid sebanyak 29

siswa, yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 13 orang perempuan,

pembelajaran menggunakan model Time Token dengan harapan dapat

meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada materi mengomentari

persoalan faktual. Adapun hasil observasi dan evaluasi pada penelitian ini baik

siklus I maupun siklus II dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan 1 menyimpulkan

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih belum efektif. Ada

beberapa tahapan mengajar guru yang belum terlaksana dengan optimal.

Hal ini disebabkan adanya tahapan yang belum terlaksana dengan baik

seperti kegiatan menyimpulkan pelajaran, dan menyampaikan rencana

selanjutnya.

Pada siklus I pertemuan 2 kegiatan yang direncanakan oleh guru

dapat dilaksanakan baik dan ada peningkatan dari proses pengajaran pada

pertemuan sebelumnya sehingga pembelajaran dapat berjalan secara

maksimal dan siswa pun banyak mengalami peningkatan-peningkatan

dalam pembelajaran, baik itu aktivitas siswa dalam belajar maupun hasil

belajar siswa tersebut.


Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 dan 2 hampir tidak ada

masalah lagi pada kegiatan pembelajaran khususnya pada observasi guru.

Guru sudah secara efisien dan maksimal untuk melaksanakan seluruh

kegiatan yang memang sudah direncanakan sebelumnya. Hal ini

dikarenakan upaya introspeksi diri dari guru itu sendiri dengan dibantu

oleh arahan dan saran dari pengamat yang mengobservasi jalannya

kegiatan belajar mengajar.

Aktivitas guru baik pada siklus I hingga siklus II selalu mengalami

peningkatan. Siklus I pertemuan 1 tingkat keterlaksanaan mencapai 30

dengan persentase 50% kategori cukup baik, pada pertemuan 2 tingkat

keterlaksanaan mencapai 41 dengan persentase 68,33% kategori baik.

Siklus II pertemuan 1 tingkat keterlaksanaan mencapai 45 dengan

persentase 75% kategori baik, pada pertemuan 2 tingkat keterlaksanaan

mencapai 50 dengan persentase 83,33% kategori sangat baik.

Hal ini berarti, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 SDN

Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar

sudah mampu melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token. Menurut Nurulhayati (Rusman, 2011:203) pembelajaran

kooperatif adalah starategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi

siswa satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Peningkatan ini

menunjukkan bahwa guru sudah berusaha mengoptimalkan pengelolaan

pembelajaran dikelas sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan

efisien serta dapat melibatkan seluruh siswa dalam aktivitas

pembelajaran. Model pembelajaran Time Token (Arends, 1998)


digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa

agar tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Aqib,

2013:33). Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Time

Token guru menempatkan siswa sebagai subjek. Mereka harus mengalami

sebuah perubahan kearah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi

bisa, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari yang tidak tahu

menjadi tahu. Mereka selalu dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi

dengan berbagai sumber belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Sutikno

(2009:4) yang menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Selain itu Djamarah (2011:13) juga mengemukakan

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dalam proses pembelajaran menggunakan model Time

Token guru berperan sebagai fasilitator sehingga terjadi interaksi siswa

dalam kelompok. Sebagai fasilitator guru bertugas memberikan

kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat

belajar dengan suasana yang menyenangkan gembira, penuh semangat,

tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka

(Mulyasa, 2009:53). Sesuai dengan pendapat Piaget karakteistik anak

pada usia 6-12 tahun mereka memiliki sifat rasa ingin tahu yang kuat dan
senang bermain atau suasana yang mengembirakan (Khilda, 2011:11)

maka guru berusaha menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Penelitian Agus Sandi Prasetya (2012) tentang upaya

meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan model Time

Token siswa kelas V di SDN Palam 3 Banjarbaru, hasil penelitian

membuktikan model Time Token dapat meningkatkan aktivitas guru dalam

pembelajaran pada siklus (1) 79% dan siklus (2) 91%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anisyah Eryani (2012)

tentang upaya meningkatkan kemampuan berbicara menggunakan model

Time Token di kelas V SDN 1 Waling Kecamatan Bentang Kabupaten

Tabalong, penerapan model Time Token dapat meningkatkan aktivitas guru

pada siklus (1) 75% dan siklus (2) 89%.

Dari Hasil Penelitian Maria Noor Zainah (2009) tentang upaya

meningkatkan kemampuan berbicara melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token siswa kelas V SDN Rangda Malingkung 5

Kecamatan Tapin Utara Kabupaten Tapin, hasil penelitian menunjukkan

bahwa melalui model Time Token berpengaruh terhadap aktivitas guru

sebesar 86%.

Hasil penelitian Lukis Dian Irawati (2011) tentang peningkatan

keterampilan berbicara melalui model Time Token pada pembelajaran

Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Dayu 04 kabupaten Blitar, hasil

penelitian menunjukkan bahwa melalui Time Token pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dapat meningkatkan aktivitas guru siklus (1) 59% siklus

(2) 86%.
Hasil penelitian Ratna Sari Dewi (2011) tentang penerapan

model pembelajaran Time Token Arends untuk meningkatkan keterampilan

berbicara siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Kota Malang, hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Time

Token Arends pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan

aktivitas siswa siklus (1) 74% siklus (2) 91%.

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi

selama proses belajar mengajar. Menurut Paul B. Diedrich, aktivitas siswa

dapat digolongkan antara lain sebagai berikut: (1) oral activities, seperti

menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan

pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; (2) listening

activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,

pidato (Sardiman, 2011:101). Dalam proses pembelajaran menggunakan

model Time Token siswa dituntut untuk dapat menyatakan, berdiskusi,

memberi saran, serta mengeluarkan pendapat mengenai permasalahan

yang disajikan. Dalam setiap pertemuan guru selalu berusaha membimbing

semua siswa agar mereka berpartisipasi secara aktif baik dalam kelompok

maupun saat teman mereka menyampaikan komentar di depan kelas untuk

dapat terlibat menyampaikan pendapat maupun menanggapi, hal ini

dilakukan guru agar aktivitas mereka dalam belajar selalu mengalami

peningkatan, apabila aktivitas mereka dalam belajar dikatagorikan aktif

maka tujuan pembelajaran lebih mudah untuk dicapai.


Sesuai dengan pendapat Slameto (2010:27) dalam belajar setiap siswa

harus berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan instruksional, sehingga

aktivitas mereka selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator keinginan dan keberhasilan siswa belajar. Hasil pengamatan

aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer pada siklus I dan siklus II

selalu terjadi peningkatan, pada siklus I pertemuan 1 aktivitas siswa berada

pada kategoti cukup aktif dengan persentase 52,3% meningkat pada siklus

I pertemuan 2 pada kategori aktif dengan persentase 70,3%. Terjadi

peningkatan siklus II pertemuan 1 aktivitas siswa meningkat mencapai

77,3% pada kategori aktif dan pada siklus II pertemuan 2 mencapai 86,8%

pada kategori sangat aktif.

Pembelajaran menggunkan model kooperatif tipe Time Token

dapat meningkatkan aktivitas siswa di setiap pertemuan, hal ini sesuai

dengan pendapat Slavin (Suriansyah, dkk 2009:318) yang mengemukakan

dua alasan, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa

penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap

menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga

diri. Kedua pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa

dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintergasikan

pengetahuan dan keterampilan.

Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Jadi pola


kelompok dengan cara kerjasama antara siswa dapat mendorong timbulnya

gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa.

Hal ini didukung oleh teori perkembangan Piaget yang mewakili

konstuktivisme, sesuai dengan pandangan perkembangan kognitif sebagai

suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem pengertian dan

pemahaman melalui pengalaman dan interaksi siswa (Slavin, 2008:48).

Melalui pembelajaran menggunakan model Time Token guru melatih siswa

untuk dapat bekerja sama dalam kelompok melalui curah pendapat untuk

dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan. Hal ini sesuai dengan

pendapat para psikolog perkembangan anak menyebut pada usia 6-12

tahun disebutkan anak berada pada usia berkelompok karena anak mulai

belajar dasar-dasar perilaku melalui interaksi dengan kelompok (Kurnia,

2007:19), maka pembelajaran diarahkan untuk belajar dalam kelompok.

Penelitian Agus Sandi Prasetya (2012) tentang upaya

meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan model Time

Token siswa kelas V di SDN Palam 3 Banjarbaru, hasil penelitian

membuktikan model Time Token memberikan pengaruh aktivitas siswa

dalam pembelajaran pada siklus (1) 74% dan siklus (2) 89%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anisyah Eryani (2012)

tentang upaya meningkatkan kemampuan berbicara menggunakan model

Time Token di kelas V SDN 1 Waling Kecamatan Bentang Kabupaten

Tabalong, penerapan model Time Token dapat meningkatkan aktivitas

siswa pada siklus (1) 69% dan siklus (2) 85%.


Dari Hasil Penelitian Maria Noor Zainah (2009) tentang upaya

meningkatkan kemampuan berbicara melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token siswa kelas V SDN Rangda Malingkung 5

Kecamatan Tapin Utara Kabupaten Tapin, hasil penelitian menunjukkan

bahwa melalui model Time Token berpengaruh terhadap aktivitas siswa

sebesar 85%.

Hasil penelitian Lukis Dian Irawati (2011) tentang peningkatan

keterampilan berbicara melalui model Time Token pada pembelajaran

Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Dayu 04 kabupaten Blitar, hasil

penelitian menunjukkan bahwa melalui Time Token pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dapat meningkatkan aktivitas siswa siklus (1) 54%

siklus (2) 81%.

Hasil penelitian Ratna Sari Dewi (2011) tentang penerapan

model pembelajaran Time Token Arends untuk meningkatkan keterampilan

berbicara siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Kota Malang, hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Time

Token Arends pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan

aktivitas siswa siklus (1) 69% siklus (2) 84%.

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada

siklus I dan siklus II dengan menggunakan model Time Token dapat

diketahui bahwa adanya peningkatan pada setiap pertemuan dari aktivitas

siswa.

2. Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Merajuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut: (1) Informasi verbal; (2)

keterampilan intelektual; (3) starategi kognitif; (4) keterampilan motorik; (5)

sikap. Hasil belajar siswa pada penelitian ini merupakan keterampilan siswa

menyampaikan komentar maupun saran melalui tes kemampuan berbicara.

Hasil tes kemampuan berbicara siswa siklus I dan II dapat memberikan

gambaran tentang kemampuan berbicara siswa secara individu dan dapat

dijadikan acuan dalam menentukan ketuntasan belajar siswa.

Tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 hanya sebesar

41,37% pada pertemuan 2 menjadi 58,62% sedangkan pada tes akhir siklus I

meningkat menjadi 65,51%. Kemudian pada siklus II pertemuan 1 siswa yang

tuntas belajar mencapai 79,31% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi

86,20% dan pada tes akhir siklus II meningkat menjadi 89,65%. Sedangkan

untuk ketuntasan klasikal siswa pada siklus I hanya mencapai 65,51%%, itu

belum sampai pada indikator keberhasilan yaitu 80%, namun pada siklus II

dapat dicapai dengan ketuntasan klasikal mencapai 89,65%.

Data di atas memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa antara

siklus I dengan siklus II melalui penerapan model Time Token. Peningkatan

ini menujukkan keberhasilan guru dalam membimbing dan memotivasi siswa

dalam proses pembelajaran. Dalam penyelenggaraan model pembelajaran

kooperatif Time Token pendidik harus menyiapkan beberapa komponen yang

dibutuhkan, di antaranya: Token atau simbol praktis dan atraktif untuk

memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol


penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang

mainan (Juli, 2011:Online), hal ini dilakukan untuk dapat memotivasi siswa

dalam pembelajaran. Guru memberikan penghargaan berupa bintang kepada

5 orang pertama yang kartu berbicaranya habis terlebih dahulu agar siswa

termotivasi dalam proses pembelajaran. Motivasi sangatlah penting dalam

belajar karena motivasi merupakan salah faktor internal yang dapat

mempengaruhi hasil belajar (Dalyono, 2010:55). Peran guru sebagai

motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan

pengembangan kegiatan belajar siswa (Sardiman, 2011:145).

Selain terus memberikan motivasi kepada siswa guru juga berusaha

mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya salah satunya menjadikan

proses pembelajaran menjadi menyenangkan dengan menjalin hubungan baik

dengan siswa karena menurut Slameto (2010:56) faktor eksternal juga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa seperti relasi guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa. Adanya hubungan baik antara guru dengan siswa maupun

siswa dengan siswa merupakan salah faktor yang mempermudah siswa

mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Siswa terlihat sangat senang mengikuti pembelajaran menggunakan model

Time Token, mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan

penghargaan dan hasil belajar yang memuaskan, mereka juga terlihat nyaman

untuk berinteraksi dengan guru maupun teman dalam kelompoknya. Adanya

motivasi dan hubungan baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan

siswa ternyata mempengaruhi hasil belajar mereka, hal ini terlihat dari hasil

belajar berupa kemampuan berbicara mereka yang selalu meningkat di setiap


pertemuan. Salah satu kelebihan pembelajaran menggunakan model Time

Token dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek

berbicara) (Ilmiyanti, 2012:Online).

Dari beberapa pendapat ahli di atas, hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anisyah Eryani (2012) tentang upaya meningkatkan kemampuan berbicara

menggunakan model Time Token di kelas V SDN 1 Waling Kecamatan

Bentang Kabupaten Tabalong, penerapan model Time Token dapat

meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada siklus (1) 71% dan siklus

(11) 92% dari jumlah seluruh siswa.

Penelitian Agus Sandi Prasetya (2012) tentang upaya meningkatkan

keterampilan berbicara dengan menggunakan model Time Token siswa kelas

V di SDN Palam 3 Banjarbaru, hasil penelitian membuktikan model Time

Token memberikan pengaruh terhadap upaya meningkatkan kemampuan

berbicara siswa pada siklus I 64% dan siklus II 91%.

Dari Hasil Penelitian Maria Noor Zainah (2009) tentang upaya

meningkatkan kemampuan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif

tipe Time Token siswa kelas V SDN Rangda Malingkung 5 Kecamatan Tapin

Utara Kabupaten Tapin, hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model

Time Token berpengaruh positif terhadap pemerolehan hasil belajar

kemampuan berbicara dengan nilai ketuntasan yang diterapkan sebesar 80%

siswa berhasil.

Hasil penelitian Lukis Dian Irawati (2011) tentang peningkatan

keterampilan berbicara melalui model Time Token pada pembelajaran Bahasa

Indonesia siswa kelas V SDN Dayu 04 kabupaten Blitar, hasil penelitian


menunjukkan bahwa melalui Time Token pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa siklus (1) 42,1%

siklus (2) 78,9%.

Hasil penelitian Ratna Sari Dewi (2011) tentang penerapan model

pembelajaran Time Token Arends untuk meningkatkan keterampilan

berbicara siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Kota Malang, hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Time Token Arends

pada pembelajaran Bahasa Indonesia mampu merubah cara belajar siswa dari

menerima pengetahuan menjadi membentuk pengetahuan sendiri melalui

serangkaian kegiatan berbicara. Dengan ketuntasan belajar akhir siklus II

sebesar 96%.

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada siklus I

dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token dapat diketahui bahwa adanya peningkatan kemampuan berbicara

siswa pada setiap pertemuan.

C. Jawaban Hipotesis

Berdasarkan penemuan di bab IV maka hipotesis di bab II yang berbunyi:

1. “Jika pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model Time Token

maka dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas 5 SDN

Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar”

dapat diterima.
BAB V

PENUTUP

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Aktivitas guru dalam menggunakan model Time Token materi

Mengomentari Persoalan Faktual pada siswa kelas 5 SDN Sungai Tabuk

Keramat 1 Kecamatan Sungai tabuk Kabupaten Banjar terlaksana

dengan baik mencapai skor 50 dengan persentase 83,33% kategori

sangat baik, hal ini menandakan bahwa hasil penelitian terhadap

aktivitas guru dalam pembelajaran dapat dinyatakan berhasil.

2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran materi Mengomentari

persoalan Faktual menggunakan model Time Token di kelas kelas 5 SDN

Sungai Tabuk Keramat 1 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar

mampu meningkatkan aktivitas siswa dengan persentase 86,8% kategori

sangat aktif, hal ini menandakan bahwa penilitian terhadap aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran dapat dinyatakan berhasil.

3. Pembelajaran dengan menggunakan model Time Token materi

Mengomentari Persoalan faktual kelas 5 SDN Sungai Tabuk Keramat 1

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar dapat meningkatkan

kemampuan berbicara siswa, ketuntasan klasikal mencapai 89,65% telah

melampaui standar yang telah ditetapkan peneliti yang menandakan

penelitian telah berhasil.


C. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka tindak lanjut yang

disarankan untuk refleksi berikutnya adalah:

1. Bagi guru, hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia salah satunya model Time Token dapat dijadikan salah satu

alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan berbicara siswa dan menumbuhkan minat serta

membangkitkan motivasi siswa agar lebih aktif belajar.

2. Bagi kepala sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi solusi

dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pengajaran Bahasa

Indonesia di sekolah.

3. Bagi peneliti, disarankan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini

sebaik-baiknya sehingga hasil temuan yang diperoleh dapat diterapkan dan

dikembangkan untuk kepentingan pendidikan dalam upaya peningkatan

kualitas sekolah khususnya Sekolah Dasar atau sederajat.


DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Starategi Pembelajaran


Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar


Grafika.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.

Bhakti, Darma. 2006. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


SD/MI. Jakarta.

BNSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan.

Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi, Ratna Sari. 2011. Penerapan model pembelajaran Time Token Arends
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN
Ketawanggede 2 Kota Malang. (Online).
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php, diakses 17 Maret 2013).

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Eryani,Anisyah. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara


Menggunakan Model Time Token di kelas V SDN 1 Waling Kecamatan
Bentang Kabupaten Tabalong. Tidak diterbitkan. Banjarmasin: FKIP
Universitas Lambung Mangkurat.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: University.

Ilmiyanti, Annisa. Model Pembelajaran Time Token Arends. (Online).


(http://ilmianissa.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-time-token-
arrends.html, diakses 17 April 2013).
Juli. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Time Token. (Online).
(http://juliketaren.blogspot.com/2011/08/implementasi-model-pembelajaran-
time.html, diakses 17 April 2013).
Kurnia, Inggridwati. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional.
Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya.

Musaba,Zulkifli. 2011. Bahasa Indonesia untuk mahasiswa. Banjarmasin:


CV.Aswajaya PRESINDO.

Nur’aini, S. 2008. Bahasa Indonesia Untuk SD Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan,


Depdiknas.

Nuraeni. 2002. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD dan Apresiasi Bahasa dan


Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPG.

Nur, Mohammad. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prasetya, Agus Andi. (2012). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara


dengan Menggunakan Model Time Token Siswa Kelas V di SDN Palam 3
Banjarbaru. Tidak diterbitkan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.

Rizkimawati, Lukis Dian. 2011. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui


Model Pembelajaran Time Tiken Arends pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V SDN Dayu 04 Kabupaten Blitar. (Online).
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/17173, diakses
18 Maret 2013)

Rofi’uddin, Ahmad, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas


Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Sarwiji Suwandi. 2006. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta:


PPPPK Matematika.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soejanto, Agoes. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sofia, Khilda. 2011. Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Menulis Pantun


Melalui Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas 4A SDN Keraton 1
Martapura. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: FKIP Universitas
Lambung Mangkurat.

Sriudin. 2012. Model Pembelajaran Time Token. (Online).


(http://www.sriudin.com/2012/01/model-pembelajaran-time-token.html, diakses
17 April 2013).
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugono, Dendy, dkk. 2000. Bahasa Indonesia Negeri dan Era Globalisasi.
Jakarta: Kiprah HPBI.
Sukajati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdiknas.

Sunarto,dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijino, Agus. 2010. Cooperative Learning (teori dan Aplikasi PAIKEM).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suriansyah, A. 2011. Landasan Pendidikan. Banjarmasin. Comdes.


Suriansyah, Sulaiman, Aslamiah, Noorkhafizah. 2009. Strategi Pembelajaran.
Banjarmasin: Universitas Lambing Mangkurat.

Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam


Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil”. Bandung: Prospect.
Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta:
Grasindo.

Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana


Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Thobroni, Muhammad, dkk.2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz


Media.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. 2010. Bandung: Citra Umbara.
Undang-undang Sisdiknas dan Undang-undang Guru dan Dosen. 2009. Jakarta:
Asa Mandiri.
Zainah, Maria Noor. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Siswa Kelas V
SDN Rangda Malingkung 5 Kecamatan Tapin Utara Kabupaten. Tidak
diterbitkan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung Mangkurat..

Zulkifli. 2009. Terampil Berbicara. Banjarmasin. Universitas Lambung


Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai