Proposal KKP Cipanas New
Proposal KKP Cipanas New
Disusun oleh:
Regita Viani Gulo (163060017)
Parlinda Suryaningsih (163060004)
i
2.3.2 Teori Keuangan Daerah ................................................................28
2.4 Tinjauan Kebijakan ................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI ....................................................................................33
3.1 Metode Pendekatan ................................................................................... 33
3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 33
3.3 Metode Analisis......................................................................................... 34
3.3.1 Metode Analisis Kebijakan ............................................................34
3.3.2 Metode Analisis Kelembagaan .......................................................34
3.3.3 Metode Analisis Pembiayaan .........................................................35
3.4 Matriks Analisis ........................................................................................ 39
3.5 Kerangka Analisis ..................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. I
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
I BAB I
PENDAHULUAN
1
kelembagaan dan keuangan berperan penting dalam proses penataan ruang.
Perencanaan merupakan segala sesuatu tindakan yang berkaitan dengan usaha
manusia dalam memenuhi kebutuhan secara lebih efisien.
Schotter (1981) mendefinisikan bahwa kelembagaan merupakan regulasi
atau pengaturan atas tingkah laku manusia yang disepakati oleh semua anggota
masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam situasi tertentu yang berulang.
Selain itu, banyak ekonomi berkesimpulan bahwa kegagalan pembangunan
ekonomi umumnya karena kegagalan kelembagaan. Oleh karena itu, suatu lembaga
sangat mempengaruhi dalam perencanaan dan pembangunan ekonomi serta
pembangunan fisik pada suatu wilayah.
Kelembagaan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga formal
pemerintahan daerah kabupaten dan lembaga fungsional. Lembaga formal
pemerintahan daerah kabupaten adalah unit yang bertanggung jawab dalam
penataan ruang, yang dalam hal ini adalah Bappeda Kabupaten Cianjur sebagai
lembaga formal yang menangani penataan ruang wilayah Kabupaten Cianjur
lembaga lain yang beranggotakan dinas/ badan/ lembaga kabupaten yang terkait
dengan penataan ruang. Tim ini ditetapkan oleh bupati dalam bentuk surat
keputusan.
Ridwan dan Inge (2003) mendefinisikan keuangan merupakan ilmu dan seni
dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap
organisasi. Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan yang berhubungan
dengan pembiayaan daerahnya. Masalah keuangan di dalam penganggaran dan
pemeriksaan keuangan, pengelolaan pengendalian, pencarian dan penyimpanan
dana yang dimiliki oleh suatu badan atau organisasi-organisasi atau perusahaan.
Manajemen pembiayaan harus mengetahui bagaimana mengelola segala unsur
dan segi keuangan. Oleh karena itu, keuangan merupakan salah satu fungsi
penting dalam mencapai tujuan perencanaan dan pembangunan.
Keuangan atau pembiayaan besarnya pendapatan asli daerah (PAD) yang
diterima oleh daerah merupakan salah satu ukuran tingkat kemandirian suatu
daerah, semakin besar PAD yang diterima oleh suatu daerah berarti semakin
mandiri daerah yang bersangkutan.
2
Menurut UU No. 26 tahun 2007 Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Setiap tahunnya kota dan
perkotaan mengalami suatu perkembangan, perkembangan tersebut terjadi
disebabkan oleh adanya perubahan dari kegiatan penduduk kota serta elemen-
elemen didalam kota tersebut, sehingga dapat diartikan bahwa perkembangan suatu
kota tidaklah statis tetapi dinamis, berubah sesuai dengan perubahan dari kegiatan
penduduk serta elemen-elemen kotanya, yang disertai dengan potensi yang
dimilikinya.
Kabupaten Cianjur, diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(Bodebekpunjur) sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa
Barat. Pada Pasal 11 ayat (1) huruf (a) yang berbunyi Pembagian WP sebagaimana
dimaksud pada Pasal 10, terdiri atas WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan
kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran
kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan
pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota
Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten
Cianjur. Selain termasuk dalam WP Bodebekpunjur, Kabupaten Cianjur juga
termasuk kedalam WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan
Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah
di Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu Kabupaten Cianjur dapat dibilang daerah
yang cukup strategis untung di kembangkan.
Kecamatan Cipanas dalam RTRW Kabupaten Cianjur termasuk kedalam
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang memiliki fungsi utama sebagai
pengolahan hasil pertanian, peternakan, pusat jasa pariwisata, perdagangan dan jasa
dan pusat industri kecil menenga dan Kecamatan Pacet termasuk kedalam Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) serta dalam RPJMD Kabupaten Cianjur kedua
Kecamatatan tersebut termasuk kedalam Wilayah Pembangunan (WP) utara.
Kawasan Perkotaan Cipanas juga dilalui jalan nasional dan memiliki letak yang
3
strategis karena berdekatan dengan Ibukota Kabupaten Cianjur dengan jarak
tempuh 24 KM yang dapat menimbulkan multiplier effect terhadap berbagai sector
antara lain permukiman, mobilitas penduduk yang tinggi dan perekonomian.
Namun Kawasan Perkotaan Cipanas mempunyai arahan yang saling bertabrakan
seperti adanya dua fungsi kawasan Puncak yang ditetapkan dalam RTRWN, yaitu
kawasan dengan fungsi konservasi dan sebagai kawasan andalan secara ekonomi,
telah mempersulit penetapan kebijakan pengembangan kawasan Puncak-Cianjur
(Kecamatan Cugenang, Pacet, Cipanas, dan Sukaresmi)
Oleh karena itu dalam kegiatan Studio Perencanaan Kota kali ini diharapkan
dapat mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan-kebijakan, kelembagaan serta
pembiayaan perencanaan Kawasan Perkotaan Cipanas berdasarkan tinjauan dari
setiap Aspek Kebijakan, Kelembagaan dan Pembiayaan berdasarkan pada
perkembangan perkotaan untuk mencapai tujuan yakni munculnya konsep
pengembangan kawasan perkotaan.
Kelembagaan
Tidak terkoneksinya tupoksi antara lembaga pusat dan lembaga daerah
sehingga menyebabkan proyek agropolitan Cipanas terbengkalai. (Mukminin, Ferri
Amiril. 2018. Proyek Agropolitan Senilai Rp. 3,2 M Terbengkalai, Bangunan Tak
Terurus Mulau Tumbuh Ilalang. http://jabar.tribunnews.com/2017/11/06/proyek-
agropolitan-senilai-rp-32-m-terbengkalai-bangunan-tak-terurus-mulai-tumbuh-
ilalang. Diakses pada 3 Oktober 2018.)
4
1.3 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam studio perencanaan Kota ini adalah
untuk mengidentifikasi karakteristik, potensi, masalah aspek kebijakan,
kelembagaan, dan pembiayaan di Kawasan Perkotaan Cipanas.
1.3.2 Sasaran
Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi karakteristik wilayah maka
dibentuklah sasaran yang akan dicapai dalam studi ini yaitu :
1. Kebijakan
a. Teridentifikasinya kebijakan eksternal yang mempengaruhi perkembangan
Kawasan Perkotaan Cianjur Kabupaten Cianjur.
b. Teridentifikasinya kebijakan internal yang ada di Kawasan Perkotaan
Cipanas Kabupaten Cianjur.
c. Teridentifikasinya kesesuaian arahan kebijakan kondisi dengan eksisting di
Kawasan Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur.
d. Teridentifikasinya hasil analisis potensi dan masalah kebijakaan Kawasan
Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur.
2. Kelembagaan
a. Teridentifikasinya lembaga pemerintahan, swasta maupun masyarakat yang
ada di Kawasan Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur beserta program-
programnya.
b. Teridentifikasinya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas antara
lembaga di Kawasan Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur.
c. Teridentifikasinya hasil analisis potensi dan masalah kelembagaan Kawasan
Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur.
3. Pembiayaan
a. Tengidentifikasinya sumber dan alokasi keuangan baik dari Pemerintah,
Swasta, dan juga Masyarakat.
5
b. Teridentifikasinya Kemandirian, Keamanan dan Kesehatan pembiayaan
di Kawasan Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur.
c. Teridentifikasinya hasil analisis potensi dan masalah pembiayaan Kawasan
Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur.
6
Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
Sebelah barat Berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor.
Adapun rincian luas kecamatan di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada
tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel I.1 Luas Perkecamatan Kabupaten Cianjur
No. Kecamatan Luas (Ha) %
1. Agrabinta 19.693,29 5,45
2. Bojongpicung 8.801,11 2,44
3. Campaka 14.320,59 3,96
4. Campakamulya 7.399,55 2,05
5. Cianjur 2.605,01 0,72
6. Cibeber 12.426,22 3,44
7. Cibinong 23.439,81 6,49
8. Cidaun 29.815,76 8,25
9. Cijati 4.806,19 1,33
10. Cikadu 18.794,72 5,20
11. Cikalongkulon 14.403,06 3,98
12. Cilaku 5.234,02 1,45
13. Cipanas 6.704,05 1,85
14. Ciranjang 3.470,60 0,96
15. Cugenang 7.585,38 2,10
16. Gekbrong 5.042,84 1,40
17. Haurwangi 4.600,33 1,27
18. Kadupandak 10.424,05 2,88
19. Karangtengah 4.834,83 1,34
20. Leles 11.429,15 3,16
21. Mande 9.839,86 2,72
22. Naringgul 27.985,67 7,74
23. Pacet 4.154,32 1,15
24. Pagelaran 19.876,61 5,50
25. Pasirkuda 11.467,07 3,17
26. Sindangbarang 16.346,75 4,52
27. Sukaluyu 4.784,58 1,32
28. Sukanagara 17.341,01 4,80
29. Sukaresmi 9.181,20 2,54
30. Takokak 14.164,73 3,92
31. Tanggeung 5.958,35 1,65
32. Warungkondang 4.504,31 1,25
Total 36.1435 100
Sumber: RTRW Kabupaten Cianjur dan Analisis GIS 2018
7
Gambar 1.1 Ruang Lingkup Wilayah Internal
8
1.4.2.2 Ruang Lingkup Wilayah Internal
Adapun ruang lingkup kawasan kajian sendiri difokuskan pada Kawasan
Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur. Kawasan tersebut terletak pada Kabupaten
Cianjur bagian utara. Kawasan Perkotaan Cipanas meliputi 8 (delapan) desa yang
tersebar di Kecamatan Cipanas dan Kecamatan Pacet yakni Desa Cipanas, Desa
Palasari, Desa Sindanglaya, Desa Gadog, sebagian Desa Cimacan, sebagian Desa
Sindangjaya, sebagian Desa Ciherang dan sebagian Desa Cipendawa dengan total
luas kawasan sebesar 4.007,47 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Desa Batulawang Kecamatan Cipanas
Sebelah Timur: Desa Cibodas dan Desa Sukagalih Kecamatan Pacet
Sebelah Selatan: Desa Ciputri Kecamatan Pacet
Sebelah Barat: Kabupaten Bogor
Tabel I.2 Luas Desa Kawasan Perkotaan Cipanas
No. Kecamatan Desa Luas (Ha)
Cipanas 123,60
Palasari 366,98
1. Cipanas Sebagian Cimacan 479,41
Sebagian Sindangjaya 1.127,79
Sindanglaya 230,67
Gadog 185,56
2. Pacet Sebagian Ciherang 686,63
Sebagian Cipendawa 806,83
Total 4.007,47
Sumber: Hasil Analisis GIS 2018
9
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa desa terluas pada Kawasan
Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur adalah sebagian Desa Sindangjaya yang
mempunyai luas 1.127,79 Ha setara dengan 28% dari luas keseluruhan, sedangkan
desa dengan luas terendah adalah Desa Cipanas yang mempunyai luas 123,60 Ha
setara dengan 3% dari total luas keseluruhan.
10
Gambar 1. 3
Peta Administrasi Kawasan Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur
11
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami studi yang akan dilakukan maka
rencana penulisan studi ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisikan Latar Balakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Sasaran, Ruang
Lingkup, Sistematika Penulisan, serta Kerangka Berfikir.
BAB II Tinjauan Teori
Menjelaskan mengenai Teori yang terkait dengan Aspek Kebijakan,
Kelembagaan dan Pembiayaan.
BAB III Metodologi
Menjelaskan mengenai metode pendekatan, metode pengumpulan data, metode
analisis, matriks analisis, dan kerangka analisis.
12
1.6 Kerangka Pikir
Kebijakan :
UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Latar Belakang : Kecamatan Cipanas dalam RTRW Kabupaten Cianjur termasuk kedalam Pusat Rumusan Masalah :
PP No.13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang memiliki fungsi utama sebagai pengolahan hasil pertanian, 1. Kebijakan: Terdapat dua fungsi kawasan Puncak yang ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 peternakan, pusat jasa pariwisata, perdagangan dan jasa dan pusat industri kecil menenga dan RTRWN, yaitu kawasan dengan fungsi konservasi dan sebagai kawasan andalan
Kecamatan Pacet termasuk kedalam Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta dalam RPJMD secara ekonomi, telah mempersulit penetapan kebijakan pengembangan
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kabupaten CIanjur kedua Kecamatatan tersebut termasuk kedalam Wilayah Pembangunan (WP) kawasan Puncak-Cianjur
PPRI No.26 Tahun 2008 RTRW Nasional utara. Kawasan Perkotaan Cipanas juga dilalui jalan nasional dan memiliki letak yang strategis 2. Kelembagaan: Tidak terkoneksinya tupoksi antara lembaga pusat dan lembaga
RTRW Provinisi Jawa Barat 2009 - 2029 karena berdekatan dengan Ibukota Kabupaten Cianjur dengan jarak tempuh 24 KM yang dapat daerah sehingga menyebabkan proyek agropolitan Cipanas terbengkalai
menimbulkan multiplier effect terhadap berbagai sector antara lain permukiman, mobilitas
RTRW Kabupaten Cianjur 2011 - 2031
penduduk yang tinggi dan perekonomian. Namun Kawasan Perkotaan Cipanas mempunyai arahan
RPJMD Kabupaten Cianjur 2016 - 2021 yang saling bertabrakan seperti adanya dua fungsi kawasan Puncak yang ditetapkan dalam RTRWN,
Rencana dan Strategi yaitu kawasan dengan fungsi konservasi dan sebagai kawasan andalan secara ekonomi,
Sasaran :
1. Kebijakan
Tujuan : Mengidentifikasi karakteristik wilayah, a. Teridentifikasinya kebijakan eksternal
potensi dan masalah yang ditinjau dari aspek b. Teridentifikasinya kebijakan internal
kebijakan dan kelembagaan dan pembiayaan. c. Teridentifiksasinyai kesesuaian arahan kebijakan kondisi eksisting
2. Kelembagaan
Data :
a. Teridentifikasinya lembaga pemerintahan, swasta maupun masyarakat
• RTRW Provinisi Jawa Barat 2009 - 2029 b. Teridentifikasinya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas antara lembaga
• RTRW Kabupaten Cianjur 2011 - 2031 3. Pembiayaan
• RPJMD Kabupaten Cianjur 2016 - 2021 a. Tengidentifikasi sumber dan alokasi keuangan baik dari Pemerintah, Swasta, dan
• RENSTRA juga Masyarakat.
b. Teridentifikasinya Keamanan, Kesehatan dan Kemandirian keuangan Kawasan
Input • Cianjur Dalam Angka
Perkotaan Cipanas
Metode Analisis
Proses
Kelembagaan Pembiayaan
Kebijakan
14
2.1.2 Proses Pembuatan Kebijakan
Metodologi Analisis Kebijakan menggabungkan lima prosedur umum
yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah, yaitu:
Definisi, Definisi (perumusan masalah) menghasilkan informasi mengenai
kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah;
Prediksi, Prediksi (peramalan) menghasilkan informasi mengenai
konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan
(sekarang);
Preskripsi, Preskripsi (Rekomendasi) menghasilkan informasi mengenai
nilai kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah;
Deskripsi, Deskripsi (Pemantauan) menghasilkan informasi tentang
konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif
kebijakan; dan
Evaluasi, Evalusai menghasilkan informasi mengenai nilai atau kegunaan
dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah.
Dengan kelima prosedur Analisis tersebut, diperoleh lima tipe (macam)
informasi kebijakan, yaitu:
Masalah Kebijakan, kebutuhan, nilai atau kesempatan yang tidak terealisir
(meskipun teridentifikasi) dapat diatasi melalui tindakan publik;
Masa Depan Kebijakan; pilihan (alternatif) kebijakan dan prediksi
kosekuensi yang ditimbulkannya;
Aksi Kebijakan, serangkaian tindakan kompleks yang dituntut oleh
alternatif- alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai nilai-nilai
tertentu;
Hasil Kebijakan, konsekuensi yang teramati dari suatu aksi kebijakan;
Kineja Kebijakan; suatu derajat dimana hasil kebijakan tertentu memberi
kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai.
Kelima Prosedur metodologis Analisis kebijakan tersebut, sejajar
(paralel) dengan tahap-tahap Pembuatan Kebijakan. Dunn membuat kesamaan
15
prosedur analisis kebijakan dengan Tahap Pembuatan Kebijakan sebagaimana
matriks di bawah ini:
Tabel II.1
Prosedur Analisis dan Tahap Pembuatan Kebijakan
Prosedur Analisis Kebijakan Tahap Pembuatan Kebijakan
Definisi (Perumusan Masalah) Penyusunan Agenda
Prediksi (Peramalan) Formulasi Kebijakan
Preskripsi (Rekomendasi) Adopsi Kebijakan
Deskripsi (Pemantauan) Implementasi Kebijakan
Penilaian Penilai Kebijakan
Sumber : William Dunn, 1994
16
2.2.1 Kelembagaan Pemerintah
Kelembagaan pemerintah merupakan lembaga pemerintahan atau
“Civilizated Organization” dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari
negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
Tugas Umum Lembaga Negara yaitu antara lain :
Menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik, hukum, ham, dan
budaya.
Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan harmonis
Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya
Menjadi sumbur inspirator dan aspirator rakyat
Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme
Membantu menjalankan roda pemerintahan negara
Beberapa Contoh Lembaga Pemerintah :
DPR(Dewan perwakilan rakyat) bertugas membentuk undang-undang untuk
menampung segala usulan dari rakyat.
MPR(Majelis permusyawaraan rakyat) yang bertugas mengatur keamanan
dan stabilitas negara
TNI(Tentara nasional Indonesia) bertugas untuk mengatur keamanan dan
stabilitas negara.
PN(Pengadilan negeri) bertugas untuk menghukum atau mengadili
masalah- masalah yang berkaitan dengan hukum perdata maupun pidana.
KPK(Komisi pemberantasan korupsi bertugas untuk memberantas para
pelaku yang melakukan tindakan pidana korupsi.
BPK(Badan pemeriksa keuangan) bertugas untuk memeriksa uang negara.
17
meliputi: bidang penelitian dan pengembangan, perencanaan, pengawasan,
pendidikan dan pelatihan, perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi,
kependudukan, dan pelayanan kesehatan. Kelembagaan daerah juga
menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
tugasnya, serta penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Contoh Lembaga Teknis Daerah, yaitu:
BAPPEDA (Badan perencanaan pembangunan daerah)
BKD (Badan kepegawaian daerah)
Badan pelayanan kesehatan rumah sakit daerah
Kantor satuan polisi pamong praja
18
Rukun Warga (RW);
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD);
PKK;
Karang Taruna;
Lembaga-lembaga lain sesuai kebutuhan
19
2.3 Definisi Pembiayaan
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai
kebutuhan usaha. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Pembiayaan secara luas
berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dikerjakan oleh orang lain.
20
untuk investasi di masa depan.
b. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari:
1. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan
dan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya
21
alam, dimana:
Penerimaan Negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan
imbangan 10% Pemerintah Pusat dan 90% untuk Daerah.
Penerimaaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk
Daerah. 10% (sepuluh persen) penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
dan 20% (dua puluh persen) penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan yang menjadi bagian dari Pemerintah Pusat dibagikan
kepada seluruh Kabupaten dan Kota.
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sector
pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan
20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk Daerah.
Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan
minyak dan gas alam yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang
bersangkutan dibagi dengan imbangan sebagai berikut:
Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal
dari wilayah Daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 85%
untuk Pemerintah Pusat dan 15% untuk Daerah.
Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari
wilayah Daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 70%
untuk Pemerintah Pusat dan 30% untuk Daerah
22
d. Dana Alokasi Khusus.
DAK adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi
Khusus termasuk yang berasal dari dana reboisasi. Dana reboisasi dibagi
dengan imbangan: 40% dibagikan kepada Daerah penghasil sebagai Dana
Alokasi Khusus dan sebesar 60% untuk Pemerintah Pusat.
e. Pinjaman Daerah
Daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk
membiayai sebagian anggarannya. Apabila akan melakukan pinjaman luar
negeri maka harus melalui pemerintah pusat. Peminjaman yang dilakukan dapat
berupa pinjaman jangka panjang dan jangka pendek dimana :
Pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang
merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk
pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan
masyarakat.
Pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus kasdalam rangka
pengelolaan kas Daerah.
23
Secara umum pinjaman mempunyai jangka waktu lebih pendek dan relatif
lebih mahal dibandingkan dengan obligasi. Namun demikian, pemerintah atau
perusahaan daerah bisa melakukan pinjaman tidak hanya dalam bentuk
pinjaman komersial, tetapi dapat juga dalam bentuk pinjaman non komersial,
baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri (melalui
pemerintah pusat).
24
yang telah dilakukan oleh perusahaan. Pembicaraan dan proses
negosiasi pembiayaan kegiatan melalui CSR diserahkan kepada pihak
Pemerintah Desa dan Perusahaan.
b. Pada Model Partisipatif Aktif, perusahaan bersama pihak-pihak terkait
melakukan proses aktif untuk melakukan proses negosiasi dan
distribusi serta alokasi dana CSR melalui sebuah forum yang dibentuk
untuk tujuan tersebut. Penguatan kelembagaan menjadi syarat penting
bagi suksesnya skema pelaksanaan CSR ini.
b. Investasi
Sebagaimana yang telah di ketahui investasi sangat berpengaruh besar
terhadap pembangunan ekonomi, Semakin banyak investasi dalam negeri
semakin besar pula kesempatan Negara kita untuk membangun ekonomi dalam
negeri.
25
2.3.1.3 Sumber Pendapatan Pemerintah dan Swasta
a. Public Private Patnership (PPP)
Konsep “Public-Private Patnership” (PPP) sebagai alternatif
penyediaan infrastruktur. Public-Private Partnership dapat digambarkan pada
sebuah spektrum dan kemungkinan hubungan antara public dan private actors
untuk bekerjasama dalam pembangunan. Keuntungan yang dapat diperoleh
pada hubungan ini adalah inovasi, kemudahan keuangan, kemampuan
teknologi, kemampuan pada pengaturan efisiensi, semangat enterpreneurship,
yang dikombinasikan dengan tanggung jawab sosial, kepedulian pada
lingkungan, dan pengetahuan budaya lokal. Namun demikian, dengan adanya
proyek PPP tentu akan berdampak terhadap APBN, di sisi pendapatan maupun
belanja. Di sisi pendapatan, pihak investor berupaya agar proyek
kerjasamanyanya bisa memperoleh dukungan pemerintah. Berdasarkan uraian
di atas, maka pembiayaan pembangunan dengan menggunakan skema PPP
perlu pertimbangan yang matang dengan memperhitungkan segala aspek, baik
kondisi kesiapan daerah maupun politik. Hal tersebut diperlukan untuk
menjamin kepastian hukum bagi pihak swasta maupun pemerintah daerah.
Salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan adalah dengan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat dunia usaha sebagai bagian dari
pemangku kepentingan (stakeholders) di daerah untuk terlibat lebih aktif
dalam mencari solusi atas permasalahan fiskal daerah. Peningkatan kerjasama
antara pemerintah dan swasta diantaranya melalui skema Public Private
Partnership (PPP) atau selanjutnya disebut sebagai Kerjasama Pemerintah
dan Swasta (KPS).
26
hubungan bisnis yang berkelanjutan seperti perusahaan patungan Sony
Ericsson. Ini terbalik dengan persekutuan strategi, yang tak melibatkan
taruhan keadilan oleh pesertanya, dan susunannya kurang begitu sulit. Frase
ini umumnya merujuk pada tujuan kelompok dan bukan jenis kelompok.
Kemudian, perusahaan patungan bisa berupa badan hukum, kemitraan, LLC,
atau struktur resmi lainnya, bergantung pada jumlah pertimbangan seperti
pertanggungjawaban pajak dan kerugian.
27
Rentabilitas ; Dapat memperbaiki rentabilitas dari investasi-investasi
Kemungkinan optimasi know-know ; Mampu menyatukan patner-patner
yang tidak sejenis baik dalam negara atau luar negara Kemungkinan
pembatasan kongkurensi (saling ketergantungan).
28
Pendapatan dari Dana Perimbangan terdiri dari:
Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi
Bagian daerah dari Sumber daya alam
Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
29
Kebutuhan Fiskal
Kebutuhan fiskal yaitu untuk mengukur kebutuhan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi pelayanan dasar umum. Semakin tinggi indeks, maka
kebutuhan fiskal suatu daerah semakin besar.
Kapasitas Fiskal
Untuk mengetahui kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD dan dana
bagi hasil yang diserahkan kepada pemerintah daerah guna membiayai
pendanaan daerah dengan penilaian, apabila kapasitas fiskal (PAD + dana
Bagi hasil) lebih besar dari pengeluaran (kebutuhan fiskal) maka potensi
untuk mendapatkan PAD didaerah tersebut cukup bagus tanpa ada bantuan
dari pemerintah pusat.
Upaya Fiskal
Posisi fiskal Indikator/rasio yang digunakan adalah dengan mencari
koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB Rasio ini bertujuan untuk
melihat sensitivitas atau elastisitas PAD terhadap perkembangan ekonomi
suatu daerah.
2. Kesehatan Keuangan
Analisis kesehatan digunakan atau dapat dipakai untuk melihat kesehatan
dari suatu daerah, maksudnya apabila daerah tersebut antara pendapatan lebih kecil
dari pengeluaran, maka dikatakan tidak sehat. Namun sebaliknya apabila
pendapatan lebih besar dari pengeluaran maka dapat dikatakan sehat.
3. Keamanan Keuangan
Analisis keamanan adalah analisis yang dapat digunakan untuk melihat
aman atau tidaknya suatu daerah. Apabila dari APBD terdapat dana cadangan maka
suatu daerah dapat dikatakan aman, sedangkan apabila daerah tersebut tidak
memiliki dana cadangan maka dapat dikatakan tidak aman.
30
1. Undang-Undang Republik Indonesia No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
2. Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 Tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 tentang
RTRW Nasional
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2007 Tentang RPJPN
Tahun 2005-2025
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.2 Tahun 2015 Tentang RPJM
Nasional Tahun 2015-2019
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.22 Tahun 2010 tentang RTRW
Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2029
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.9 Tahun 2008 tentang RPJPD
Provinsi Jawa Barat
10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.25 Tahun 2013 tentang RPJMD
Provinsi Jawa Barat
11. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No.17 Tahun 2012 tentang RTRW
Kabupaten Cianjur Tahun 2011-2031
12. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No.9 Tahun 2011 tentang RPJPD
Kabupaten
13. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No.9 Tahun 2016 tentang RPJMD
Kabupaten Cianjur
14. Permen PU No 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Kabupaten
15. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur No. 29 tahun 2016
31
16. Peraturan Pemerintah RI No 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Lahan
17. UU No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Pemukiman
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 01/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
19. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2008 tentang
kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah
permukiman
21. Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
22. Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/Sk/XI/2002
23. Permen PU 3/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana
Persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga
24. Perpres No 122 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No
75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
25. Permen PU Nomor : 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi Dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
26. Permenkes 416/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
27. Permendiknas 24/2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana untuk SD,
SMP/MTs, SMA/MA
28. UU Nomor 18 Tahun 2008 Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
29. UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
30. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan
31. UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
32. UU Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
32
III BAB III
METODOLOGI
33
2. Wawancara/Interview
Wawancara/interview dilakukan kepada responden yang dapat dianggap
mewakili suatu kelompok yang ada di wilayah kajian studi.
3. Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan cara memberikan pernyataan tertulis yang di
berikan kepada responden untuk dijawab.
Dalam mengumpulkan data primer, aspek kebijakan, kelembagaan dan
pembiayaan akan lebih sering meggunakan metode pengumpulan data primer
observasi lapangan. Namun jika data dari observasi lapangan belum memadai atau
dinilai masih belum lengkap, kami akan menggunakan metode pengumpulan data
primer wawancara dan kuisioner untuk memperkuat keakuratan data.
34
Motivasi munculnya kelembagaan: apa yang mendorong munculnya
kelembagaan?
Landasan legalisasi eksistensi kelembagaan
Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi kelembagaan, pergantian
pengurus, siklus kepengurusan, dll
35
Desentralisasi Fiskal
Derajat desentralisasi fiskal yaitu derajat untuk mengukur persentase
penerimaan daerah antara lain: PAD, BHPBP, serta sumbangan pemerintah
pusat, terhadap total penerimaan daerah. Secara matematis, ditulis sebagai
berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐷𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝐵𝑎𝑔𝑖 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐷𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑆𝑢𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑃𝑢𝑠𝑎𝑡
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐷𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑟𝑎ℎ
Dimana :
PAD = Pendapatan Asli Daerah
BHPBP = Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
SUM = Sumbangan Pemerintah Pusat.
TPD = Total Penerimaan Daerah
TPD = PAD + BHPBP + SUM = DAU + DAK + Pinjaman daerah +
penerimaan lain yang di dapatkan darah tersebut.
Kebutuhan Fiskal
Kebutuhan fiskal yaitu untuk mengukur kebutuhan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi pelayanan dasar umum. Semakin tinggi indeks, maka
kebutuhan fiskal suatu daerah semakin besar. Pengukuran dengan menghitung
rata-rata kebutuhan fiskal standar propinsi.dengan formula :
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏𝑫𝒂𝒆𝒓𝒂𝒉 /𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌
𝑺𝑲𝑭 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉𝑲𝒆𝒄𝒂𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏
𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏𝑨𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍𝑷𝒆𝒓𝒌𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌𝑱𝒂𝒔𝒂𝑷𝒖𝒃𝒍𝒊𝒌
𝑰𝑷𝑷𝑷 =
𝑺𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝑲𝒆𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉𝒂𝒏𝑭𝒊𝒔𝒌𝒂𝒍 (𝑺𝑲𝑭)
36
Dimana :
PPP = pengeluaran Aktual perkapita untuk jasa publik ( jumlah penegeluran
pembangunan dan pengeluaran rutin).
IPP = Indeks pelayanan publik perkapita
SKF = Standar Kebutuhan Fiskal
Semakin tinggi hasilnya, maka akan berpengaruh pada kebutuhan fiskal suatu
daerah tersebut dan semakin besar.
Kapasitas Fiskal
Untuk mengetahui kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD dan dana
bagi hasil yang diserahkan kepada pemerintah daerah guna membiayai
pendanaan daerah dengan penilaian, apabila kapasitas fiskal (PAD + dana
Bagi hasil) lebih besar dari pengeluaran (kebutuhan fiskal) maka potensi
untuk mendapatkan PAD didaerah tersebut cukup bagus tanpa ada bantuan
dari pemerintah pusat.
Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :
PDRB perkapita
𝑓𝑐 =
KFs
Apabila kapasitas fiskal (PAD + dana bagi hasil) lebih besar dari pengeluaran
(kebutuhan fiskal) maka potensi untuk mendapatkan PAD didaerah tersebut
cukup bagus tanpa ada bantuan dari pemerintah pusat.
Upaya Fiskal
Posisi fiskal Indikator/rasio yang digunakan adalah dengan mencari koefisien
elastisitas PAD terhadap PDRB Rasio ini bertujuan untuk melihat sensitivitas
atau elastisitas PAD terhadap perkembangan Ekonomi suatu daerah atau
ditulis secara matematis adalah sebagai berikut:
37
e = ∆PAD x 100%
PDRB
Dimana
e = elastisitas
∆ = Perubahan
Semakin elastis PAD, maka struktur PAD di daerah semakin baik.
38
3.4 Matriks Analisis
Tabel III.1
Matriks Analisis Aspek Kebijakan, Kelembagaan dan Pembiayaan Kawasan Perkotaan Cipanas
Tabel III.2 Checklist Data Aspek Kebijakan, Kelembagaan, dan Pembiayaan Kawasan Perkotaan Cipanas Kabupaten Cianjur
39
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
40
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
41
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
42
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
Dinas pertanian
Strategi Induk Pembangunan
perkebunan, pangan dan
Pertanian (SIPP)
holtikultura
RTRW Provinsi Jawa
Identifikasi arahan Pola ruang Barat Badan Perencanaan
kebijakan dan kondisi Evaluasi Struktur Ruang RTRW Kabupaten Pembangunan
eksisting Cianjur Daerah (Bappeda)
Observasi
Hasil observasi primer
Tugas Pokok dan Rencana Detail Tata Sekda Kab. Cianjur
Fungsi (TUPOKSI) Ruang (RDTR) Badan Perencanaan
Struktur Rencana Pembangunan Pembangunan
Kelembagaan Jangka Menengah Daerah (Bappeda)
Program Kerja Daerah (RPJMD) Dinas Pengelolaan
Rencana Pembangunan Sumber Daya Air
Jangka Panjang Daerah dan Pertambangan
Identifikasi lembaga
Deskripsi (RPJPD) Dinas Perhubungan
pemerintah, Swasta
Structure Rencana Strategis Dinas Pekerjaan
Kelembagaan maupun Masyarakat
Performance (RENSTRA) Umum dan Penataan
beserta perannya
Conduct Ruang
Dinas Pekerjaan
Umum Binamarga
Dinas Perdagangan
dan Perindustrian
Dinas pertanian
perkebunan, pangan
dan holtikultura
43
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
Dinas Pariwisata
Kepemudaan Dan
Olahraga
Dinas Perumahan
Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Dinas Pendapatan
Pengelolaan
Keuangan dan
Kekayaan Aset
Daerah (DPPKAD)
Dinas Pertambangan
dan Energi
Lembaga Swasta
Lembaga
Masyarakat
Program kerja Dokumen Kelembagaan Badan Perencanaan
Tugas Pokok dan (Sekunder) Pembangunan
Identifikasi KISS
Fungsi (TUPOKSI) Hasil wawancara Daerah (Bappeda)
(Koordinasi,
Wawancara (observasi primer) Dinas Perhubungan
Integrasi, Evaluasi
Dinas Pekerjaan
Singkronisasi, Wawancara Koordinasi
Umum dan Penataan
Integrisa, Singkronisasi
Hasil wawancara (observasi Ruang
Sinergitas). Integitas
primer) Dinas Perdagangan
Sinergitas dan Perindustrian
44
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
Dinas pertanian
perkebunan, pangan
dan holtikultura
Dinas Perumahan
Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Dinas Pendapatan
Pengelolaan
Keuangan dan
Kekayaan Aset
Daerah (DPPKAD)
Lembaga Swasta
Masyarakat
45
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
Desentralisasi Fiskal
Tiap Kecamatan di
Pendapatan Asli wilayah studi.
Mengetahui tingkat
Daerah (PAD) Lembaga swasta
kemandirian suatu
Peneriman Daerah Dinas Pendapatan
daerah ditinjau dari Anggaran Pendapatan dan
dari Sektor lain Pengelolaan
anggaran pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Pengeluaran Daerah Keuangan dan
Pembiayaan belanja daerah
PAD Kekayaan Aset
Daerah (DPPKAD)
46
Aspek Sasaran Metodologi Analisis Jenis Data Sumber Data Instansi
47
3.5 Kerangka Analisis
DATA
Sektoral Spasial
Mukminin, Ferri Amiril. 2018. Proyek Agropolitan Senilai Rp. 3,2 M Terbengkalai,
Bangunan Tak Terurus Mulau Tumbuh Ilalang.
http://jabar.tribunnews.com/2017/11/06/proyek-agropolitan-senilai-rp-32-
m-terbengkalai-bangunan-tak-terurus-mulai-tumbuh-ilalang. (Diakses pada 3
Oktober 2018.)
Quade, E.S. 1984. Analysis for Public Decisions. New York: The Rand
Corporation.
____, Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 17 tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur tahun 2011-2031.
____, Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cianjur tahun
2016-2021.