Anda di halaman 1dari 8

Kebijakan Perdagangan Internasional

&
Hubungan Ekonomi Internasional

Oleh:
Brian Maghfirramadhan (E4/07)
Kebijakan Perdagangan Internasional

A. Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu


negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain.

Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut :


1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya. Barang-barang
tersebut harus melewati berbagai macam peraturan seperti pabean (batas-batas wilayah
yang dikenai pajak), yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan pemerintah.
3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang,
taksiran atau timbangan, hukum dalam perdagangan, dsb.
4. Sumber daya alam yang berbeda.

B. Manfaat Perdagangan Internasional

a. Saling mendapat petukaran tehnologi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi


b. Menjalin persahabatan
c. Dapat membuka lapangan pekerjaan
d. Dapat menambah jumlah dan kualitas barang
e. Meningkatkan penyebaran sumber daya alam melalui batas Negara.

C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di


antaranya sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

C. Keunggulan Absolut Dan Keunggulan Komperatif Dalam Perdagangan


Internasional

Adapun macam-macam keuntungan antara lain:

1. Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage) dari Adam Smith


Menurut teori ini perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan terjadi jika
masing-masing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi brang tertentu.
Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara tersebut mengeskspor
barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor barang yang mempunyai
kerugian mutlak ( Absolute Disadvantage)

2. Keuntungan Komperative ( Comverative Advantage)


Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan
menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan mutlak, dan
memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara mempunyai keunggulan
komperative dibandingkan dengan negara lain.

D. Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi


internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup
tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada
neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang.
Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-jaringan
hubungan ekonomi antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan internasional adalah segala
tindakan pemerintah/negara, baik langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi
komposisi, arah, serta Bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun
kebijakan yang dimaksud dapat berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai
kebijakan lainnya.
Secara umum kebijakan perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kebijakan Proteksi

 Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam


negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-
barang impor.

 Tujuan kebijakan proteksi adalah:


a. memaksimalkan produksi dalam negeri
b. memperluas lapangan kerja
c. memelihara tradisi nasional
d. menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada
satu komoditi andalan
e. menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung
pada negara lain.

2. Kebijakan Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa
adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu
didalam suatu Negara. Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan
sekalipun dapat menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula
sebaliknya, Negara lainpun dapat menjual produknya didalam negeri sehingga
konsumen dapat mendapatkan barang – barang kualitas internasional dengan mudah
dan dengan harga yang relatif terjangkau.

Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan kegiatan perdagangan


bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk mengembangkan negaranya dalam
menjual hasil produk unggulan yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut
para pakar dengan melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling
menguntungkan bagi

Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing – masing,


ada Negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat – alat canggih
seperti komputer dan alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam.
Ada pula Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki
keterbatasan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti elektronik, maka dengan
adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi keuntungan bagi satu sama lain.
3. Kebijakan Autarki

Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan


diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun
militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir
dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli uang dollar terlebih dahulu
pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada
eksportir di Amerika.

Kebijakan Ekonomi Internasional


 Pengertian

Kebijakan Ekonomi Internasional dalam arti luas adalah tindakan atau


kebijaksanaan ekonomi pemerintah (suatu negara), yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, quota dan
sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara
tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan serta pembayaran
internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal.
Sedangkan pengertian yang lebih sempit Kebijakan Ekonomi Internasional
adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung
mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional.

 Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional

Kebijakan Perdagangan Internasional : Mencakup tindakan pemerintah terhadap


rekening yang sedang /transaksi berjalan (current account) dari neraca pembayaran
internasional, khususnya tentang ekspor impor barang & jasa. Jenis kebijakan ini
misalnya tarif terhadap impor, bilateral trade agreement dll.
Kebijakan Pembayaran Internasional : Meliputi tindakan atau kebijakan pemerintah
terhadap rekening modal (capital account) dlm neraca pembayaran internasional yang
berupa pengawasan terhdp pembayaran internasional. misalnya pengawasan terhadap
lalu lintas devisa (exchange control) atau pengaturan/pengawasan lalu lintas modal
jangka panjang.
Kebijakan Bantuan Luar Negeri : Adalah tindakan atau kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman (loans), bantuan yg bertujuan untuk
membantu rehabiltasi serta pembangunan dan bantuan militer terhadap negara lain.
 Tujuan Kebijakan Internasional

1. Autarki (Autarchi) bermaksud untuk menghindari dari pengaruh negara lain baik
pengaruh ekonomi, politik dan militer.

2. Kesejahteraan (Welfare) dengan mengadakan perdagangan internasional suatu akan


memperoleh keuntungan (gain from trade) dari terjadinya spesialisasi produksi dan
meningkatnya konsumsi masyarakat suatu negara. Oleh karena itu hambatan
perdagangan internasional seperti Tarif/Bea, Larangan Perdagangan, Quota dll
dihilangkan atau dikurangi.

3. Proteksi /Protection: Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi


industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry), dan melindungi perusahaan
baru dari perusahaan-perusahaan besar yang semen-mena dengan kelebihan yang ia
miliki, selain itu persaingan-persaingan barang-barang impor. Proteksi dalam
perdagangan internasional terdiri atas kebijakan tarif, kuota, larangan impor, subsidi,
dan dumping.

4. Keseimbangan Neraca Pembayaran (Equlibrium Balance Of Payment=BOP); negara


yang memiliki kelebihan cadangan valuta asing/devisa jika pemerintah mengambil
kebijkan stabilisasi ekonomi dalam negeri akan tidak banyak menimbulkan problem
dalam Neraca Pembayaran. Sebaliknya untuk negara yang posisi cadangan valuta
asing/devisa sedikit memaksa pemerintah mengambil kebijakan ekonomi
internasionalnya misalnya pengawasan devisa (exchange control) tidak hanya lalu lintas
barang dan jasa tetapi juga modal.

5. Pembangunan Ekonomi (Economic Development); Untuk mencapai tujuan ini


pemerintah dapat mengambil kebijakan misalnya:

 Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang masih baru mulai berjalan (Infant
Industries).
 Mengurangi impor barang barang konsumsi yang tidak esensial dan mendorong
impor barang barang yang esensial.
 Mendorong ekspor dll.

 MACAM-MACAM RESTRIKSI DALAM PERDAGANGAN


INTERNASIONAL

 Tarif

Tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang-barang


yang melewati batas suatu Negara. Jadi tariff atau bea masuk adalah salah satu cara
untuk member proteksi terhadap industri dalam negeri. Proteksi tidak selalu
merupakan tujuan utama dari pengenaan tarif. Ada kemungkinan bahwa karena
kebutuhan APBN, tariff dikenakan untuk memperoleh pendapatan Negara. Tetapi
tidak jarang pula bahwa tujuan utama dari pengenaan tariff adalah jelas-jelas
memberikan proteksi pada suatu industri dalam negeri.
Apapun tujuan utamanya, tariff selalu mempunyai konsekuensi proteksi bagi
industri dalam negeri yang memproduksikan barang yang sama/serupa dengan
barang impor yang terkena tarif.

 Kuota
Kuota adalah pembatasan jumlah barang yang boleh masuk (kuota impor) dan
jumlah barang yang boleh keluar (kuota ekspor). Kuota yang diterapkan oleh pemerintah
biasanya dilakukan dengan cara memperkenankan impor ataupun ekspor suatu barang
dengan jumlah yang dibatasi.

Beberapa jenis kuota impor, antara lain sebagai berikut :

 Absolute atau unilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya ditentukan
sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dan negara lain.
 Negotiated atau bilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya ditenrnkan
berdasarkan Perjanjian antara dua negara atau lebih yang terlibat dalam
perdagangan.
 Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk barang-barang tertentu
jumlahnya dibedakan dan diizinkan masuk atau keluar tetapi dikenakan tarif yang
tinggi.
 Mixing quota adalah pembatasan penggunaan bahan mentah yang diimpor
dengan proporsi tertentu dalam rangka melaksanakan produksi barang akhir.
Pembatasan mi bertujuan mendorong perkembangan industri di dalam negeri.

 Larangan Ekspor

Larangan ekspor adalah kebijakan pemerintah dalam perdagangan internasional


yang tidak memperbolehkan ekspor barang dan dalam ke luar wilayah pabean suatu
negara. Misalnya, ekspor pasir laut Indonesia ke Singapura dilarang karena
menimbulkan kerusakan Iingkungan yang merugikan negara.

 Larangan Impor

Larangan impor merupakan kebalikan dan larangan ekspor, yaitu suatu kebijakan
dalam perdagangan dengan cara melarang membeli barang dan luar negeri untuk
melindungi dan mengembangkan industri dalam negeri. Misalnya, larangan mengimpor
beras, bawang putih, dan gula pasir. Jika barang-barang (komoditas) tersebut tidak
dilindungi, petani padi, bawang, dan tebu akan mendenita kerugian yang besar.
 Subsidi

Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan yang


memproduksi, menjual, mengekspor, atau pun mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak. Dengan subsidi, harga jual suatu barang dapat
terjangkau oleh masyarakat. Maksud diberikannya subsidi adalah agar para produsen
dalam negeri menjual barangnya dengan harga yang lebih murah sehingga bisa bersaing
dengan barang-barang impor.

 Dumping

Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara
menjual barang ke luar negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri atau bahkan
di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan
dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen
mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga
persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor
memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau
sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak
subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.
Ada tiga tipe Dumping yaitu sbb :
1. Persistent Dumping: yaitu kecenderungan monopoli yg berkelanjutan dr suatu
perusahaan di pasar domestik utk memperoleh profit maksimum dgn menetapkan harga
yg lebih tinggi di dlm negeri drpd di luar negeri.
2. Predatory Dumping : yaitu tindakan perusahaan utk menjual barangnya di luar negeri
dgn harga yg lebih murah utk sementara (temporary), sehingga dpt menggusur atau
mengalahkan perusahaan lain dlm persaingan bisnis. Setelah dpt memonopoli pasar
barulah harga kembali dinaikkan utk mendpt profit maksimum.
3. Sporadic Dumping : yaitu tindakan perusahaan dlm menjual produknya di luar negeri
dgn harga yg lebih murah secara sporadis dibandingkan harga di dalam negeri karena
adanya surplus produksi di dalam negeri.

 Anti Dumping Code

Sesuai ketentuan General Agreement on Tariff and Trade / World Trade


Organization suatu pemerintah dpt mengambil tindakan Anti Dumping dgn mengenakan
Anti Dumping Duties sebesar kerugian yg dideritanya berdsrkan Anti Dumping Code
(ADC). Berdsrkan ADC suatu negara dpt mengenakan Anti Dumping Duties apabila
telah dibuktikan dgn Injury Test. Injury test adalah suatu penyelidikan apakah telah
terjadi perdagangan luar negeri yg tidak jujur (unfair trade),sehingga menyebabkan
kerugian bagi industri dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai