Makalah PBL Blok 28 - Fina Otta Apelia
Makalah PBL Blok 28 - Fina Otta Apelia
I. Pendahuluan
Seorang perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan utama
batuk pilek berulang sejak 3 minggu yang lalu.
II. Pembahasan
a. Rhinitis alergi
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut. Rhinitis alergi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on
Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh Ig E.
Gejala pada rhinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin
berulang. Gejala lainnya adalah keluar ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar ( lakrimasi).
Pemeriksaan fisik pada rhinitis alergi adalah pada rinoskopi anterior tampak
mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai adanya sekret encer yang banyak.2
Pemeriksaan penunjang pada rhinitis alergi ada 2 secara in vitro dan in vivo.
In vitro : - hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat.
In vivo : - Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cubit kulit, uji
intrakutan atau intra dermal yang tunggal atau berseri (Skin end-point
titration/SET). Set dapat mengetahui alergen penyebab juga derajat alergi.2
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (
mikroplasma ). Gejalanya antara lain demam, pusing, lemas, tidak nafsu makan, muntah,
batuk, , stridor ( suara napas ), dyspnea ( kesulitan bernapas ), hipoksia ( kurang oksigen )dan
dapat berlanjut pada gagal napas apabila tidak mendapat pertolongan dan dapat
mengakibatkan kematian.
Diagnosis okupasi
Pajanan fisik
Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan). Secara umum,
pengkondisian udara (air conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara dari luar
bisa dipanaskan (untuk heatingmode) atau didinginkan (untuk cooling mode) sehingga udara
yang didalam ruangan mencapai kondisi set-point (temperature dan kelembaban) yang
diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara local dan central.
Pendingin udara local yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumah-rumah atau
beberapa ruangan kantor (biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang hamper seluruh
ruang baik ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan
pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat tersendiri
oleh operator khusus, biasanya hotel-hotel, tempat perbelanjaan, dan gedung perkantoran
yang berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai
virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya
3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan
rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang
dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke
seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup
melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat dengan stamina
prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang dijambangi
kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya sedang buruk. Dhermatopagoides
pteronnyssinus dan Dhermatopagoides farina adalah tungau debu rumah yang sering
ditemukan pada gedung lemaba yang menyebabkan sensitisasi alergi.1
Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar
ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada
juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-
partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya Juga alas karpet serta perekat
yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa
organik yang mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang
menyengat dari karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan
dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke
dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1
Pajanan Kimia
Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang
karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi.
Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan
kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan
benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-
ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke
beragam bahan lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan,
termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan-
bahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius. Selain itu, juga penyemprot
nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan,
hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang
dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan
karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam
ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. 1,3
Ergonomi
Pajanan ergonomis yang berhubungan dengan SBS adalah bentuk meja dan kursi
kerja, posisi saat bekerja, serta desain tangga kantor. Dengan posisi kerja yang tidak nyaman
atau posisi yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low
back pain. Sikap bungkuk yang menghadap ke depan komputer, kemudian leher menunduk,
gerakan berulang pada jari-jari tangan bisa menyebabkan orang itu mudah lelah, kemudian
bisa juga mengalami low back pain atau karena gerakan tangan yang terus menerus
menimbulkan Carpal Tunnel Syndrome yang merupakan kondisi medis dimana saraf median
dikompresi di pergelangan tangan, menyebabkan parastesia, mati rasa, parastesia dan
kelemahan otot di tangan.3
Psikososial
Penyebab pajanan psikologis adalah faktor psikososial (upah yang kecil, beban kerja
yang berat, tidak ada prospek dalam jejaring karir, kurang penghargaan) dan faktor individu
(tidak ada kesempatan untuk belajar, bekerja terlalu lama, jam istirahat kurang, jam kerja
lama, kondisi lingkungan kerja yang tidak baik), stress psikis, kerja monoton, tuntutan
pekerjaan, hubungan sesama sejawat dan lain-lain. Pasien merasa lelah, monoton sehingga
kurang oksigen terhadap hal pekerjannya dan kemudia sakit kepala akibatnya pekerjannya
tidak dapat terselesaikan dengan baik. Bekerja pada usia muda yang mempunyai beban
tersendiri. Jam kerja berlebihan dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Pekerjaan yang monoton
c. Jumlah pajanan
Untuk mengetahui pajanan kita bisa menanyakan berapa jam sehari untuk bekerja.
Semakin banyak atau lama waktu dalam bekerja di gedung yang “sakit” semakin banyak
terkena pajanan.
d. Faktor individu
Perhatikan kesehatan fisik pasien. Tanyakan riwayat alergi, tanyakan juga ada
riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga resiko tnya meningkat atau tudak, dan riwayat
penyakit keluarga (penyakit keturunan dan apakah anggota keluarga lain juga menderita hal
yang sama). Kebersihan perorangan juga penting karena kemungkinan saja keluhannya itu
disebabkan karena dia tidak bersih , jarang membersihkan ruangan tempat ia bekerja
sehingga banyak debu.4
Selain faktor dari individu pasien itu sendiri. Kita juga perlu menanyakan faktor-faktor
lain, seperti:
Hobi: karena ada kemungkinan keluhannya ini karena hobinya misalnya menonton
TV berjam-jam.
Kebiasaan (merokok, minum alkohol).
Pajanan rumah: ini penting untuk mencari penyebab spesifik dari keluhannya
(rumah/daerah sekitar rumah sedang dalam tahap renovasi, sirkulasi udara dirumah
berhubungan dengan ventilasi dan kebersihan pendingin udara, kebersihan rumah,
adakah di rumah yang merokok)
Aktifitas di luar rumah: sepulang dari kantor apakah pasien ada pekerjaan sambilan
juga misalnya menjadi penjaga toko tua, tukang cat.4
f. Diagnosis okupasi
Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit
akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building Syndrome.
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh
pegawai atau pekerja dalam gedung perkantoran berhubungan dengan lamanya berada dalam
gedung serta kualiatas udara yang buruk yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di
dalamgedung tersebut tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat
diidentifikasi. Diagnosa SBS iniakan diperkuat lagi jika terdapat beberapa karyawan lain
yang bekerja di bangunan yang sama mengalami keluhan yang sama seperti pasien tersebut.
Orang dinyatakan menderita SBS apabila memiliki keluhan minimal 2 atau lebih dari
sekumpulan gejala tersebut, dalam kurun waktu bersamaan selama berada dalam ruangan dan
perlahanlahan menghilang saat meninggalkan ruangan atau gedung tersebut. Masa kerja
dengan keluhan Sick Building Syndrome Semakin lama pegawai bekerja disuatu tempat,
semakin besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor lingkungan kerja baik fisik
maupun kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja
khususnya SBS yang pada akhirnya dapat mengakibatkan menurunnya produktifitas kerja
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
a. Non-medika mentosa
b. Medika mentosa
2.4 Pencegahan
2.5 Prognosis
Prognosis untuk kasus ini baik bila penyebab dapat diatasi dengan segera. Sehingga
kualitas kerja para pekerja baik, dan akhirnya produktivitas perusahaan baik.
III. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan skenario kasus, wanita 30 tahun dengan keluhan batuk pilek berulang
menderita sick building syndrome (SBS) yang merupakan penyakit akibat kerja. Penyakit
sick building syndrome (SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja sehari-hari yang
kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi dengan perangkat
teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah penyakitnya SBS. SBS
Daftar Pustaka
1. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick
building sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY:UNNES:2005.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi 7.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2012.h.106-13.
3. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS, Beckett
WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation management and
prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2007. h. 241-55.
4. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2002. Page
124-31.
5. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health Perspect
2007. Page 663-7.
6. Ladou J, Fischman ML. Current occupational and environmental medicine. Edisi 4.
New York: McGraw Hill companies;2007.h.719-24.