Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Penambahan KH2PO4, MGSO4.

7H2O, dan (NH4)2SO4 Terhadap


Fermentasi Nira Nipah Menjadi Bioetanol Menggunakan Sacharomyces
cereviceae pada Fermentor 70 Liter

Yerri Firnanda1, Chairul2, Silvia Reni Yenti2


1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Yerri_firnanda@yahoo.com

ABSTRACT

Ethanol consumption of the world for a variety of uses has increased very significantly in
recent years. Therefore it is necessary to alternate sources of raw materials to manufacture
bioethanol and bioethanol production can be increased. Nipa sap is one of potential
materials to be processed into bioethanol. Availability of nypa palm land in Indonesia and
a fairly high sugar content (15-20%) makes nipa sap has the potential to be processed into
bioethanol. Through a fermentation process using yeast Saccharomyces cereviceae,
glucose is converted into bioethanol and carbon dioxide. Starter preparation is done by
the yeast Saccharomyces cereviceae inoculum in the 10% of fermentation medium so that
yeast is able to adapt and ready for fermentation. Fermentation takes place in batches with
a volume of 50 liters of fermentation medium, variety of nutrient enrichment KH2PO4 (0.6,
0.9 1.2 g / l), MgSO4.7H2O (0.3, 0.4, 0.5 g / l) , and (NH4) 2SO4 (0.5, 0.6, 0.7 g / l) and
variations of fermentation time 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 and 72 hours. Stirring speed
of 200 rpm and temperature of fermentation at room temperature (25 - 300C). Ethanol
concentration was analyzed by using Alkoholmeter. The process of optimum fermentation
conditions shown in run 3 with variations addition to a concentration of 0.5, 0.7, 1.2 g / l
and fermentation time 60 hours with initial sugar concentration of 205.278 mg / ml.
Ethanol concentrations obtained in these conditions was 13% (v / v) or 102.609 mg / ml
with the acquisition of 98.010% yield.

Keywords : bioethanol, nipa sap, fermentation, saccharomyces cereviceae

1. Pendahuluan diolah menjadi bioetanol. Menurut Tamunaidu


Indonesia memiliki hutan mangrove dkk, nira nipah berpotensi untuk menghasilkan
terluas di dunia (19% luas mangrove dunia) 15.600 liter per hektar, atau 2 kali hasil yang
melebihi Australia (10%), Brazil (7%), serta diperoleh dari tebu, dan 6 kali hasil dari jagung
Nigeria(7%) [FAO, 2007]. Data hasil pemetaan [Tamunaidu et al., 2011]. Hasil kajian oleh Hadi
Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut [Hadi, 2012] terhadap kawasan tersebut
(PSSDAL)-Bakosurtanal dengan menganalisis mengidentifikasikan bahwa kerapatan
data citra Landsat ETM (akumulasi data citra mengrove nipah di kawasan tersebut adalah
tahun 2006-2009, 190 scenes), mengestimasi 4.000 – 6.066 individu/Ha, yang didominasi
luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 relative 99,9 % pohon nipah. Jika potensi
ha [Hartini et al., 2010]. Kawasan pesisir kerapatan tandan yang dapat disadap adalah
Provinsi Riau dan pulau-pulau yang tersebar di 2.966 ha/tahun dan rata-rata produksi nira satu
sekitarnya merupakan kawasan yang kaya tandan adalah 53,31 L/tahun maka produktivitas
dengan hutan nipah. Dari malai nipah, dapat nira nipah adalah 158.153,18 L/ha/tahun. Jika
dilakukan penyadapan untuk mendapatkan nira satu liter bioetanol dapat dihasilkan dari proses
yang mengandung gula yang berpotensi untuk fermentasi 12 liter nira nipah, maka potensi
bioetanol dari nira nipah adalah 13.179, 43 MgSO4.7H2O (NH4)2SO4
Ru KH2PO4
L/ha/tahun, mendekati hasil yang diperoleh dari n (g/l) (g/l) (g/l)
perhitungan oleh Tamunaidu dkk., [Tamunaidu
et al., 2011]. 1 0,6 0,3 0,5
2 0,9 0,4 0,6
2. Metodologi 3 1,2 0,5 0,7
Tahap persiapan meliputi persiapan bahan
baku dan pembuatan kurva standar glukosa. 3. Hasil dan Pembahasan
Langkah-langkah yang dilakukan pada masing-
3.1 Analisa Konsentrasi Gula Awal Nira
masing tahap dijelaskan berikut ini :
a. Persiapan Bahan Baku Nipah
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
Analisa konsentrasi gula mengikuti persamaan
ini adalah nira nipah. Untuk menjaga kemurnian
yang diperoleh dari kurva standar glukosa.
nira nipah ini maka pada saat penyadapan
Setelah dilakukan penentuan konsentrasi gula
diusahakan tidak ada sampah, kotoran atau
awal dari nira nipah dengan menggunakan
bahan lainnya yang masuk. Selain itu agar nira
metode Nelson–Semogyi diperoleh hasil seperti
tidak terkonversi oleh mikroorganisme-
pada Tabel 1 berikut.
mikroorganisme yang menyebabkan asam pada
nira nipah maka dijaga pada kondisi tetap dingin Tabel 1. Konsentrasi Gula Awal dari Nira Nipah
pada suhu 25-300C. Murni
b. Pembuatan Kurva Standar Glukosa Konsentra
Kurva standar glukosa digunakan dalam Konsentra
si Absorban Pengencera
penentuan konsentrasi glukosa dari substrat si Gula
dengan metode Nelson–Somogyi [Sudarmadji, Nutrisi si n
(mg/ml)
1997]. Kurva ini menyatakan hubungan antara (g/l)
absorbansi dengan konsentrasi glukosa. Dengan 0,3 , 0,5 , 0,6 0,745 500 x 204,056
kurva ini larutan yang mengandung gula (gula
0,4 , 0,6 , 0,9 0,756 500 x 206,744
pereduksi) dapat diketahui konsentrasinya
dengan menggunakan spektrofotometer sinar 0,5 , 0,7 , 1,2 0,750 500 x 205,278
tampak.
Seperti terlihat pada Tabel 1, dilakukan
Variabel yang digunakan dalam penelitian analisa konsentrasi gula awal dari masing-
ini adalah sebagai berikut: masing nira nipah murni pada setiap variasi
a. Variabel Tetap nutrisi, dan diperoleh konsentrasi gula awal
tertinggi nira nipah murni pada penelitian ini
Medium Fermentasi (substrat) 50 liter Nira sebanyak 206,744 mg/ml.
Nipah Murni, pH awal 4,5, Suhu 25-30 oC,
Pengadukan 200 rpm, Konsentrasi Ragi 15 gr/l, 3.2 Pengaruh Variasi Nutrisi dan Waktu
Volume starter inokulum 10 %. Terhadap Perolehan Bioetanol
Untuk menentukan kondisi optimum
b. Variabel Berubah fermentasi nira nipah menjadi bioetanol dengan
menggunakan Yeast Sacharomyces cereviceae,
Waktu pengambilan sampel 24, 30, 36, 42, variabel yang divariasikan adalah nutrisi dan
48,54, 60, 66, 72 jam, Nutrisi KH2PO4 (0,6, 0,9, waktu fermentasi, sedangkan volume starter
1,2 g/l) , MgSO4.7H2O (0,3, 0,4, 0,5 g/l), fermentasi adalah 10% dan suhu fermentasi
(NH4)2SO4 (0,5, 0,6, 0,7 g/l). pada suhu kamar (25-300C). Kondisi optimum
Percobaan dilakukan dengan 3 kali run, dalam fermentasi nira nipah ini ditentukan
percobaan dengan komposisi masing-masing dengan cara mengukur konsentrasi bioetanol
run, sebagai berikut : hasil fermentasi yang telah didestilasi terlebih
dahulu untuk memisahkan cairan hasil
fermentasi dengan impuritisnya. Konsentrasi dan dinding sel, serta berfungsi sebagai kofaktor
bioetanol diukur dengan menggunakan enzim.
alkoholmeter. Konsentrasi bioetanol yang Pada proses fermentasi, Sacharomyces
diperoleh pada masing-masing variabel cereviceae menghasilkan enzim zimase dan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai
biokatalis yang dapat mengubah glukosa dan
Tabel 2. Pengaruh Nutrisi dan Waktu fruktosa menjadi alkohol dan CO2, sedangkan
Fermentasi Terhadap Konsentrasi Bioetanol enzim invertase berfungsi mengubah sukrosa
Hasil Fermentasi Nira Nipah menjadi gula invert (glukosa dan fruktosa)
[Poedjiadi dan Titin, 2006].
Waktu Konsentrasi Bioetanol yang
14
Fermentasi diperoleh (% v/v)

KONSENTRASI BIOETANOL
12
(Jam)
10
Run 1 Run 2 Run 3
8
Run 1
24 5 5 6 6
Run 2
30 6 6 7 4
Run 3
36 6 7 7 2

42 7 8 8 0
24 30 36 42 48 54 60 66 72
48 8 9 10 WAKTU (JAM)
54 9 10 12
Gambar 1. Hubungan Nutrisi dan Waktu Fermentasi
60 10 12 13
Terhadap Perolehan Konsentrasi Biotanol Hasil
66 7 10 10
Fermentasi Nira Nipah.
72 7 8 9
Profil waktu fermentasi terhadap
Tabel di atas memberikan informasi bahwa pada konsentrasi bioetanol dapat dilihat pada Gambar
run ke 3 dengan variasi penambahan konsentrasi 1. Waktu fermentasi optimum pada run 3 adalah
0,5, 0,7, 1,2 g/l menghasilkan konsentrasi pada waktu fermentasi 60 jam, run 2 pada waktu
bioetanol yang tertinggi. Hal ini terjadi karena fermentasi 60 jam dan run 1 pada waktu
semakin banyak nutrisi yang ditambahkan maka fermentasi 60 jam, dengan menghasilkan
etanol yang dihasilkan juga semakin meningkat konsentrasi bietanol tertinggi yaitu 13% , 12%
dengan hasil maksimal pada penambahan 0,5, dan 10 % (v/v). Awalnya semakin lama waktu
0,7, 1,2 g/l, itu terjadi karena suplai nutrient fermentasi, konsentrasi bioetanol yang
untuk pertumbuhan mikroorganisme semakin dihasilkan juga semakin tinggi, akan tetapi
tercukupi. setelah kondisi optimum tercapai, konsentrasi
Pada konsentrasi nutrisi 0,3, 0,5, 0,6 g/l bioetanol yang diperoleh cenderung mengalami
(run 1) konsentrasi yang ditambahkan masih penurunan. Adanya penurunan konsentrasi
kurang mencukupi kebutuhan nutrisi bietanol disebabkan karena bietanol yang
mikroorganisme, sehingga etanol yang dihasilkan terkonversi menjadi asam-asam
dihasilkan juga tidak tinggi, begitu juga pada organik seperti asam asetat, asam cuka dan ester
konsentrasi 0,4, 0,6, 0,9 g/l (run 2) yang [Purwoko, 2007].
mengalami sedikit kenaikan. Dari tabel di atas
bisa dilihat juga bahwa kenaikan etanol terjadi Hal lainnya menunjukan bahwa
secara konstan dan stabil, hal ini terjadi karena Sacharomyces cereviceae sudah tidak bekerja
adanya Mg atau zat logam yang berperan di menghasilkan bioetanol secara optimal,
dalam stabilisasi ribosom, stabilisasi membran dikarenakan glukosa yang terkandung didalam
substrat sebagian telah terkonversi menjadi
produk. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5. Saran
2 berikut: Untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk dikembangkan dan dilaksanakan
250 penelitian lebih lanjut untuk memurnikan
bioetanol hasil fermentasi nira nipah, sehingga
KONSENTRASI GULA

200
diperoleh bioetanol dengan tingkat kemurnian
150 yang tinggi.
100 Run 1
6. Ucapan Terimakasih
Run 2
50 Penulis mengucapakan terimakasih
Run 3 kepada Bapak Chairul, ST., MT dan Ibu Silvia
0
Reni Yenti, Dra., Msi selaku pembimbing yang
AWAL
24
30
36
42
48
54
60
66
72

telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat


WAKTU (JAM)
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa Diagram alir proses penelitian:


Ragi Saccharomyces
konsentrasi glukosa yang terus menurun. Persiapan Bahan Baku
cereviceae
Semakin lama waktu fermentasi maka semakin
berkurang pula konsentrasi gula dalam substrat
Analisa Konsentrasi
yang merupakan salah satu nutrisi yang Nira Nipah Gula Awal
dibutuhkan oleh Sacharomyces cereviceae
sebagai sumber karbonnya (C).
Penyiapan Medium Nutrisi, Suhu 121 C, 15
Fermentasi menit
3.3 Konsentrasi Gula Sisa, Gula Yang
Terfermentasi, Konsentrasi Bioetanol
Yang Diperoleh, Bioetanol Teoritis dan
Yield Bioetanol Sterilisasi
Setelah proses fermentasi selesai, Penyiapan Starter
dilakukan analisa terhadap konsentrasi gula sisa
dengan metode Nelson-Somogyi. Tujuan dari
analisa ini adalah untuk melihat efektifitas Persiapan alat
mikroorganisme dalam mendegradasi gula
(substrat) menjadi bioetanol (produk).
Konsentrasi gula sisa, gula yang habis selama Proses Fermentasi Waktu Fermentasi: 24, 30, 36, 42,
proses fermentasi dan yield bioetanol pada (Reaksi Anaerob) 48, 54, 60, 66, dan 72 jam
Volume Stater: 10%
masing-masing kondisi proses fermentasi . pH: 4,5
Analisa Hasil Suhu Kamar

4. Kesimpulan
1. Yield (%) produk bioetanol tertinggi
didapatkan sebesar 98,010 % dengan
Destilasi
konsentrasi KH2PO4 (1,2 g/l),
MgSO4.7H2O (0,5 g/l), (NH4)2SO4 (0,7
g/l) dan waktu fermentasi 60 jam. Konsentrasi Bioetanol
2. Penambahan KH2PO4, MgSO4.7H2O, Analisa Konsentrasi Gula
dan (NH4)2SO4 sebagai nutrisi
menghasilkan yield bioetanol yang lebih
tinggi daripada penggunaan nutrisi Urea
dan NPK tetapi dengan biaya yang lebih
mahal.
Daftar Pustaka Mangroves Indonesia. Selected Topics in
Adiprabowo D.S., R.R Isnanto dan Iwan S. Power Systems and Remote Sensing. In
2011. Pendeteksi Kadar Alkohol Jenis 6th WSEAS International Conference on
Etanol Pada Cairan Dengan Remote Sensing (REMOTE ’10), Iwate
Menggunakan Mikrokontroler Prefectural University, Japan. October 4-
ATMEGA8535. Jurusan Teknik Elektro 6, 2010; pp. 210-215.
Universitas Diponegoro: Semarang. Irsyad, M. 2013. Fermentasi Nira Nipah
Agushoe. 2009. Indonesia: 3 Juta Kiloliter Menjadi Bioetanol menggunakan
Bioetanol Potensial dari Tanaman Saccharomyces cerevceae pada
Nipah. Fermentor 70 liter. Universitas Riau :
http://agushoe.wordpress.com/2009/12/2 Pekanbaru.
2/indonesia-3-juta-liter-bioetanol- Jumari A., Wusana A.W., Handayani, dan
potensial-dari-tanaman-nipah/. [05 Indika A. 2009. Pebuatan Etanol dari
Agustus 2012] Jambu Mete dengan Metode Fermentasi.
Ahmad.A 2009. Teknologi Fermentasi. Program Studi Teknik Kimia FT-UNS.
Pekanbaru: Riau. Kirk, J., dan Othmer, 1994, Encyclopedia of
Balley, J.E and D.F Ollis, 1986, Biochemical Chemical Technology. Vol. 10 Fourth
Eng. Fund, 2nd, Mc. GrawHill, New Edition, John Wiley and Sons, Inc
York. Kusnadi. 2010. Perancangan Bioproses.
Dewantie N.S. 2010. Rancang Bangun FMIPA Biologi Universitas Pendidikan
Alkoholmeter Berbasis AVR ATMEGA Indonesia : Bandung.
8535. Jurusan Fisika D3 Fakultas Kusuma, I.G.B.W., 2010, Pengolahan Sampah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Organik Menjadi Etanol dan Pengujian
Universitas Diponegoro : Semarang. Sifat Fisika Biogasoline, Universitas
Endah,RD, D.Sperisa, Adrian N, dan Paryanto. Udayana.
2007. Pengaruh Kondisi Fermentasi Manfaati, R. 2010, Kinetika dan Variabel
Terhadap Yield Etanol Pada Pembuatan Optimum Fermentasi Asam Laktat
Bioetanol dari Pati Garut. Teknik Kimia dengan Media Campuran Tepung
Universitas Sebelas Maret : Surakarta. Tapioka dan Limbah Cair Tahu Oleh
FAO, 2007, The World’s Mangroves 1980– Rhizopus Oryzae. Program Magister
2005. Forest Resources Assessment Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
Working Paper No. 153, Food and Nurfiana, F., Umi M., Vicki C.J., dan Sugili P.
Agriculture Organization of The United 2009. Pembuatan Bioethanol dari Biji
Nations, Rome. Durian Sebagai Sumber Energi
Greasham Randolp L., Media for Microbial Alternatif. ST Teknologi Nuklir Badan
Fermentasi, in Biotechnology, Vol.3 Tenaga Nuklir Nasional : Yogyakarta.
Bioprocessing,ed. G. Stephanopoulos, Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti.
VCH Verlagsgesellschalft mbH, D- (2006). Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta :
69451 Weinheim, Federal Republic of UI-Press
German, 1993. Pratama, M. 2010. Fermentor.
Hadi, S. 2012. Potensi Mangrove Nipah (Nypa http://ilmy.blog.com/2010/01/23/ferment
Fruticans Wurmb) sebagai Sumber or/ [05 Agustus 2012].
Energi ZHijau Bioetanol dan Purnomo, Bambang., 2004, Pertumbuhan dan
Biopremium yang Berkelanjutan Metabolisme Mikroorganisme, UI-Press,
Halimatuddahliana, 2004, Pembuatan n-Butanol Jakarta
Dari Berbagai Proses, USU Digital Purwoko, Tjahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba.
Library. Bumi Aksara: Jakarta
Hartini, S., G. B. Saputro, M. Yulianto, Putra, A.E. dan Amran H. 2009. Pembuatan
Suprajaka. 2010. Assessing the Used of Bioetanol Dari Nira Siwalan Secara
Remotely Sensed Data for Mapping Fermentasi Fase Cair Menggunakan
Fermipan. Jurusan Teknik Kimia, Suwahyono, U., dan Titisari, D., 1994,
Universitas Diponegoro : Semarang. Perlakuan larutan alkali dan enzim
Putra, M.Y. 2007. Produksi Etanol Dari Limbah sellulase pada onggok untuk fermentasi
Padat Tapioka Yang Dihidrolisis Dengan ethanol. Majalah BPPT, No.LVIII.
Asam Klorida Dan Difermentasi Tabah A. dan Antonius, 2010, Pembuatan
Menggunakan Saccharomyches Bioetanol Dari Sari Kulit Nanas,
Cereviceae. Jurusan Kimia, Universitas Laporan Tugas Akhir Program Diploma
Andalas : Padang. III Teknik Kimia, Universitas Sebelas
Riyadi, A. 2010. Nipah Membawa Berkah. Maret, Surakarta.
http://jurnalenergi.com/news/55-nipah- Tamunaidu, P. T.Kakihira, H. Miyasaka, and
membawa-berkah [ 05 Agustus 2012]. S.Saka. 2011. Prospect of Nipa Sap for
Rachman, A. K. dan Y. Sudarto. 1991. Nipah Bioethanol Production. P.159-164. In
Sumber Pemanis Baru. Kanisius, Yao, T (ed.), Springer Japan.
Yogyakarta. Vernandos, A. dan N. Huda. 2008. Fermentasi
Retno, D.T. dan W. Nuri. 2011. Pembuatan Nira Nipah Menjadi Etanol
Bioetanol dari Kulit Pisang.UPN menggunakan Saccharomyces
“Veteran” : Yogyakarta Cerevceae. Universitas Riau : Pekanbaru.
Sodiq, M. 2011. Fermentasi Nira Nipah Skala Yudiarto MA. 2007. New development of
Pilot Menjadi Bioetanol menggunakan ethanol industry in Indonesia. In:
Saccharomyces cerevceae. Universitas Proceedings of the Asian Science and
Riau : Pekanbaru. Technology Seminar; Tokyo, Mar 27,
Sudarmadji, K. 1989. Mikrobiologi Pangan 2007. Tokyo: Japan International
(PAU) Pangan dan Gizi. Universitas Science and Technology Exchange
Gajah Mada : Yogyakarta Center.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi, 1997,
Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai