SKRIPSI
Oleh :
Veny Megawati Tambunan
NIM: 078114122
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN CAIR OBAT
HERBAL TERSTANDAR (OHT) MERK KIRANTI DENGAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLT- DENSITOMETRI
SKRIPSI
Oleh :
Veny Megawati Tambunan
NIM: 078114122
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
kasih karunia-Nya.
iv
v
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul, “Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Sedian Cair Obat
Herbal Terstandar (OHT) Merk Kiranti Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas
penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
1. Orang tua dan seluruh anggota keluarga, atas dukungan doa dan segenap
kritik dan saran baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.………..……………………......……….………............. I
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... iv
PRAKATA.......………………………………….......…................................... vii
INTISARI……………………………………………………………………… xviii
BAB I. PENGANTAR………...………...………...………...………...………. 1
A. Latar Belakang.……………………………………...…………….......…. 1
1. Permasalahan…………….…….……………………………….…… 3
2. Keaslian Penelitian.……………………...…………...……….....….... 3
3. Manfaat Penelitian..…………………………………………..........… 4
B. Tujuan Penelitian……………………………...………...……………..... 5
ix
B. Sediaan Cair Oral ………………..……......…...……………………....... 7
D. Kiranti………………………………………….………...……................. 9
E. Standarisasi Ekstrak………...……………………………......................... 14
G. Kurkumin………………………...……...…….………………................ 21
I. Analisis statistik………………………...…..……………………............ 38
J. Landasan Teori……....……………………………………………........... 39
K. Hipotesis …………………………………………………………............ 40
D. Bahan-Bahan Penelitian…………………………………………............. 42
E. Alat-Alat Penelitian…...…………………………………………............ 43
1. Pemilihan Sampel………………………….....…….......................... 43
5. Penetapan λ maksimum………………………….....………............. 44
x
7. Optimasi preparasi sampel………………………….....……............ 45
8. Preparasi sampel.......................................................................... 46
G. Analisis hasil………………………….....……………………................. 47
C. Penetapan λ maksimum………………………….....……………............ 51
E. Pemilihan sampel………………………….....…………………….......... 55
A. Simpulan …........………………………...………………………...…..... 74
B. Saran ……………………………...…………………………………….. 74
DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………………... 75
LAMPIRAN………………………………………………...…………………. 80
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Anova.................................................................………….....…........................ 38
baku……...................................………………………....................... 52
Tabel VIII Kadar kurkumin pada sampel kurkumin di dalam setiap batch............ 66
Tabel IX Data distribusi normal pada analisis statistic antar kadar kurkumin
pada batch 1 sama dengan kadar kurkumin pada batch 2 dan pada
batch 3.................................................................................................. 70
Tabel XI Data Test of Variances pada analisis statistic 1/square root ............... 72
xii
Tabel XII Data Analisis Post-Hoc ....................................................................... 73
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 11. Pola spektra seri larutan baku pada panjang gelombang max
Kromatogram baku……………………………………………. 52
(replikasi III)……………………………………………......... 55
xiv
Gambar 15. Kadar kurkumin pada 5 replikasi, lama penyarian 15 menit
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Sintesis…………………………………………………………............. 81
Lampiran 7. Persamaan kurva baku dan gambar kurva baru kurkumin .................... 94
Kiranti…………………………………………..............……………… 102
xvi
Lampiran 18 Perhitungan kadar rata-rata kurkumin dalam setiap batch ...................... 111
xvii
INTISARI
xviii
ABSTRACT
xix
1
BAB I
PENGANTAR
memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat sintesis
obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila tidak disertai
obat herbal sehingga obat herbal dapat dimasukkan dalam pengobatan formal.
telah terstandar dan khasiatnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat
dilakukan meliputi penetapan kadar air, kadar abu larut air, kadar abu larut asam,
1
2
cemaran mikroba, dan cemaran logam berat (Direktorat Jenderal Pengawas Obat
komposisi terbesarnya adalah sediaan cair OHT merk ”Kiranti”. Pada label tertera
sediaan cair yang banyak beredar di tengah masyarakat dan sangat diminati oleh
masyarakat. Sediaan cair OHT merk Kiranti merupakan salah satu produk utama
dari yaitu PT. Prima Abadi, Indonesia yang dibuat dalam skala besar dan sudah
Kandungan kurkumin pada sediaan cair OHT merk Kiranti, belum dapat
diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan karena tidak adanya peraturan yang
didalam suatu sediaan. Oleh karena itu dalam rangka melihat kadar kurkumin
yang terkandung di dalam setiap sediaan OHT merk Kiranti perlu dilakukan
dalam OHT merk Kiranti merupakan upaya pengawasan terhadap mutu dan
penyimpanan sehingga dapat diketahui jumlah zat aktif yang terkandung pada
kurkumin. Oleh karena itu digunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-
Metode ini dapat memisahkan senyawa kurkumin dengan senyawa- senyawa lain
yang berada di dalam sampel (Stahl, 1985). KLT cocok untuk analisis obat di
pemisahan tinggi, dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (Khopkar,
1990).
karena metode ini mempunyai selektifitas tinggi dan dapat memberikan hasil yang
cepat dan akurat. Selain itu metode ini dapat digunakan untuk analisa campuran
senyawa tanpa saling mengganggu (Fried and Sherma, 1994). Metode penetapan
kadar kurkumin dalam sediaan OHT ini menggunakan sistem yang diperoleh dari
hasil optimasi dan validasi yang dilakukan pada rangkaiaan penelitian ini.
1. Perumusan masalah
a. Berapakah kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk
2. Keaslian penelitian
sediaan cair obat herbar terstandar merk Kiranti secara KLT- densitometri belum
demetoksinya dalam sampel serbuk kunyit dengan fase diam silika gel GF 254
kinerja tinggi (KCKT) (Musfiroh dkk, 2010), estimasi kandungan kurkumin pada
penetapan kadar kurkumin dan piperin secara simultan dalam produk pangan
(Nagappan dkk, 2009), serta penetapan kadar kurkumin dalam serbuk kunyit
3. Manfaat penelitian
B. Tujuan penelitian
sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti dan reprodusibilitas kadar
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
Zingiberaceae. Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas (Depkes RI, 2000).
diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa
6
7
ekstrak kunyit aman digunakan dalam dosis terapi. Rimpang kunyit yang
Ekskresi ekstrak kunyit melalui ASI dan efeknya pada bayi belum terbukti,
memberikan efek analgesik dengan dosis 1200 mg/hari (Depkes RI, 2000). Dari
uji toksisitas yang telah dilakukan selama 90 hari untuk konsumsi kunyit
diperoleh hasil bahwa efek toksik terjadi pada 50 kali dosis yang biasa digunakan
Sediaan cair oral merupakan sediaan cair yang dibuat untuk pemberian
oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air (Isnaini,
2009). Sediaan cair oral obat dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Sediaan
cair oral obat tradisional memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain: keseragaman volume, angka lempeng total tidak lebih dari 10, angka
kapang khamir tidak lebih dari 10, mikroba patogen negatif, aflatoksin lebih dari
8
30 bagian per juta (bpj), bahan tambahan, wadah dan penyimpanan, penandaan
2. Absorpsi obat lebih cepat dibandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat, terutama bentuk larutan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau
dirusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini
dapat dikurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair karena
Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah
produk jadi (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004).
9
Bahan baku yang digunakan dalam produk jadi dapat berupa simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat tradisional dan
penetapan kadar abu, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan
kadar abu yang larut air, penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan,
penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam
etanol, penetapan bahan organik asing, dan penetapan kadar tanin (Direktorat
C. Kiranti
praktis ready-to-drink terbuat dari rempah alami dan diproses dengan cara yang
higienis sehingga aman untuk dikonsumsi. Anjuran minum kiranti 1-2 botol
perhari, mulai dari 3 hari sebelum datang bulan sampai 3 hari sesudah datang
bulan. Keunggulan dari Kiranti Sehat Datang Bulan adalah rasa yang enak,
formulasi rasional dan terstandar, bahan alami segar, dan khasiat Kiranti telah
teruji klinis dan aman. Sedangkan manfaat dari Kiranti Sehat Datang Bulan adalah
10
memperlancar haid, mengatasi keluhan haid, seperti nyeri, letih, lesu, dan
Rhizoma (3g), Arengae pinnata Fructose (3g), Zingiberis Rhizoma (0,8g), dan
sampai produk akhir dan diformulasikan secara rasional dalam arti bahan-bahan
berdasarkan pengalaman nenek moyang. Produk Kiranti juga telah melalui tahap
uji praklinik dan uji klinik yang diikuti oleh 86 orang, 43 orang sebagai kontrol
dan 43 orang diberi perlakuan yaitu mengkonsumsi kiranti selama 3 bulan dan
didapat hasil bahwa Kiranti Sehat Datang Bulan adalah minuman tradisional
nyeri haid dan gangguan keputihan (Research and Innovation Center, 2005).
Bulan
Bahan alam yang terkandung didalam Kiranti Sehat Datang Bulan yang
dipercaya dapat mengatasi nyeri saat haid adalah Curcuma domesticae Rhizoma,
minyak atsiri tidak kurang dari 3% sampai 5% yang memiliki efek estrogenik
yang dalam jumlah kecil dapat mempercepat dimulainya haid apabila diminum
mengatasi yeri haid, mencegah keputihan dan bau badan, serta dapat
1997).
digunakan berpasangan dengan kunyit yang disebut jamu kunyit asam. Buah asam
jawa mengandung kimia seperti gula invert, tartaric acid, citric acid, serine, β-
alanin, vitamin B3, geranial, limonene, peptin, prolin, leusin, phenylalanine, dan
12
pencernaan dan memberikan rasa asam yang enak dan menyegarkan sewaktu
zingiberol, minyak damar yang mengandung zingeron, dan minyak atsiri tidak
mengurangi rasa sakit/nyeri dan menguatkan tubuh, sehingga tubuh tetap bugar
yang khas, gula jawa (Arengae pinnata Fructose) merupakan sumber energi
sehingga dapat menjaga stamina. Serat pada warna coklatnya, kalori, kalsium,
Kandungan kimia ada terdapat dalam kayu manis adalah minyak atsiri 1% sampai
3%, tanin, damar, dan kalsium oksalat. Sifat kimia dari kayu manis adalah pedas,
Kiranti Sehat Datang Bulan pada tanggal 22 Mei 2005 mendapat predikat
pengujian toksisitas akut dan sub akut yang dilakukan oleh Fakultas
digunakan dalam produk jadi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2005
14
D. Standardisasi Ekstrak
1. Standardisasi
juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk
ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih
(wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dijamin selalu konstan karena
disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara)
panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir (Sismaini, 2010). Variasi
kandungan senyawa dalam produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh
a. Genetik (bibit)
pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung
minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar
b. parameter bobot jenis. Parameter bobot jenis yaitu massa per satuan
volume pada suhu kamar tertentu (25oC) yang ditentukan dengan alat khusus
piknometer atau alat lainnya. Tujuan memberikan batasan tentang besarnya massa
persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstra
pekat (kental) yang masih dapat dituang. Memberikan gambaran kandungan kimia
tertentu.
dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau gravimetri.
dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang
memang seharusnya tidak boleh ada. Sehingga untuk ekstrak cair menunjukkan
pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan
jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur
warna, bau, rasa. Tujuan pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin
(Sismaini, 2010).
tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan,
17
peralatan dan personalia yang menangani (Badan Pengawasan Obat dan Makanan
RI, 2005).
mutu dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing dengan menjamin bahwa
persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui
1. Manajemen Mutu
simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang
berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun yang tidak
pengawasan mutu sampai diperoleh produk jadi yang siap untuk didistribusikan,
melakukan karantina terhadap suatu bahan atau produk yang dipisahkan baik
secara fisik maupun secara sistem dan melakukan Penarikan kembali (recall)
produk dari semua mata rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk yang
tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan penandaan atau adanya efek
yang merugikan kesehatan atau bila terdapat keluhan dari pelanggan atau
konsumen mengenai produk (Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2005).
18
2. Produksi
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
Pengadaan bahan awal hendaknya dari pemasok yang telah disetujui dan
Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan
semua spesifikasi yang ditentukan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI,
2005).
19
3. Pengawasan Mutu
obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur
yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi (Anonim, 2006).
pengemas, proses pembuatan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
penyimpanan, wadah dan bahannya dalam kondisi yang baik. Produk jadi yang
masih berada dalam industri maupun yang ada di peredaran hendaklah dipantau
bagian yang esensial dari CPOTB untuk memberikan kepastian mutu bahwa
CPOTB. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan
RI, 2005).
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat
Produk Kembalian
menyangkut keadaan fisik, kimia dan biologi dari produk jadi atau kemasannya,
kuantitas, khasiat dan keamanan. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah
diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai
dari semua mata rantai distribusi ke pabrik karena keluhan mengenai kerusakan,
daluarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan produk yang
bersangkutan.
21
satu atau beberapa batch atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran.
dari semua mata rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan penandaan atau adanya efek yang
F. Kurkumin
dikenal sebagai bahan alam yang mempunyai aktivitas biologis, diekstraksi dari
rhizome tanaman jenis Curcuma longa Linn. Kurkumin memiliki berat molekul =
titik lebur 1830 C dan larut dalam pelarut organik (metanol, etanol atau benzena),
asam asetat glasial serta tidak larut dalam air (Tonnesen, Karlsen, 1985).
C21O6H2O (Tonnesen and Karlsen, 1985). Strukturnya yang rigid dan planar
menjadi besar, dan juga bertanggung jawab terhadap warna kuning yang ada
(Nakayama, 1997). Zat warna kuning dari kurkumin sering digunakan sebagai
Kurkumin juga mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila
dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia
22
adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 mg/hari (Rosmawani dkk, 2007).
senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu demetoksikurkumin dan bis-
1985).
O O
HO OH
kurkumin
OCH3 OCH3
O O
HO demetoksikurkumin OH
OCH3
23
O O
HO Bis-demetoksikurkumin OH
kurkumin relatif stabil pada pH asam, tetapi akan terdekomposisi secara cepat
atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna
degradasi pada gugus metilen aktif pada senyawa tersebut. Degradasi ini terjadi
bila kurkumin berada dalam lingkungan pH 8,5 – 10,0 dalam waktu yang relatif
lama, walaupun hal ini tidak berarti bahwa dalam waktu yang relatif singkat tidak
kuning kecoklatan. Produk degradasi pada pH alkali yang terbentuk adalah asam
ferulat, vanilin dan aseton serta jumlahnya meningkat seiring bertambahnya waktu
(Stankovic, 2004).
24
kurkumin tidak stabil terhadap cahaya terutama dalam bentuk larutan (Van
kemudian diukur absorbansinya pada λmaks 426,5 nm. Analisis penetapan kadar
gelombang terletak antara 400-800 nm, memiliki gugus kromofor yang panjang
dan gugus auksokrom serta memiliki bentuk molekul (Zahro dkk, 2009).
26
1. Kromatografi
suatu proses migrasi diferensial dinamis oleh sistem yang terdiri dari dua fase atau
ukuran molekul, atau kerapan muatan ion. Dengan demikian masing- masing zat
antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase
gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat
terlarut lainnya, yang teraluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas
yang disebut eluen. Fase diam dapat menjadi zat penjerap, seperti halnya penjerap
alumina yang diktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi pertisi antara afse diam dan fase gerak.
Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan dalam suatu penyangga yang inert
utama dalam kromatografi gas- cair, kromatografi kertas, dan bentuk kromatografi
kolom yang disebut cair- cair. Dalam praktek, sering kali pemisahan disebabkan
cuplikan antara fase gerak danfase diam. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan
dan fase diam dapat berupa cairan atau padatan. Kromatografi mempunyai
pada pembagian campuran senyawa dalam dua fase, dimana fase gerak bergerak
terhadap fase diam dan fase diam berupa suatu bidang datar. Kromatografi lapis
tipis dikenal juga dengan kromatografi kolom terbuka, dimana pemisahan dapat
yang paling cocok untuk analisis obat di labolatorium farmasi, karena metodenya
Dalam pemisahan suatu senyawa harus dipilih fase diam, fase gerak, dan
cara kerja yang sesuai. Pemisahan yang lebih baik dapat diperoleh dengan
mengadakan perubahan- perubahan pada fase diam, fase gerak, dan cara kerja
28
yang antara lain meliputi kejenuhan, temperatur dalam bejana kromatografi, cara
Identifikasi senyawa- senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal (Roth, 1994).
Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
atau Rstd yang didefenisikan sebagai perbandingan antara jarak yang digerakkan
oleh senyawa standar yang diketahui. Senyawa standar biasanya memiliki sifat-
sifat kimia yang mirip dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram
(Hardjono, 1983).
Rf = =
HRf = Rf x 100
Rx =
29
Rx =
a. Fase diam. Fase diam yang sering digunakan dalam KLT adalah
bahan penyerap (adsorben). Dua sifat penting yang harus diperhatikan untuk KLT
adalah ukuran dan homogenitas dari partikel penyerap. Sebab daya lekat pada
pendukung sangat ditentukan oleh kedua sifat tersebut. Partikel yang kasar tidak
dapat memberikan pemisahan yag baik. Silika gel merupakan penyerap yang
paling banyak digunakan dalam KLT. Pada umumnya ditambah dengan bahan
pengikat yang sering digunakan adalah gipsum, dan silika gel yang diberikan
tambahan senyawa, ini dikenal dengan istilah “silika gel G”. Kadang- kadang
dikenal dengan silika gel GF. Bahan penyerap lain yang digunakan ialah alumina,
b. Fase gerak. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu
atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan
berpori karena ada gaya kapiler. Fase gerak juga mempengaruhi koefisien
pembagian melalui daya larutnya. Disamping kelarutan relatif zat terlarut dalam
fase gerak, perlu dipertimbangkan pula persaingan antara zat terlarut dengan
pelarut terhadap bidang adsorbsi pada permukaan fase diam. Pelarut yang
mengelusi terlalu cepat tidak akan dapat memisah dengan baik, sebaliknya pelarut
yang bergerak terlalu lambat akan memberikan waktu elusi yang terlalu panjang.
Fase gerak yang biasanya dipakai dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotopi
30
berdasarkan efek elusinya. Urutan polaritas dari fase gerak tersebut (dari non
benzena, kloroform, eter, etil asetat, piridina, aseton, metanol, dan air. Efek
elusinya naik dengan kenaikkan kepolaran pelarut. Laju rambat juga tergantung
pada viskositas pelarut dan juga stok larutan. Terdapat berbagai kemungkinan
cara fisika atau cara kimia. Noda kromatogram tiap- tiap komponen yang terpisah
setelah visualisasi tampak sebagai noda yag bulat apabila terjadi proses pemisahan
yang terjadi tidak sempurna yang digambarkan dengan noda yang tidak bulat
pengekoran yang lain adalah ketidakjenuhan tank (chamber) KLT sehingga fase
mobil yang mengelusi pelat KLT segera menguap dalam ruangan tangki KLT.
Ketidaktepatan pemilihan fase mobil terhadap jenis fase mobil dan macam sampel
lain: aktivitas fase diam pada pelat, dengan jalan memanaskan pelat KLT dalam
tanur dengan suhu 105 – 110oC selama 60 menit dan pendinginan dalam
eksikator. Penyiapan chamber basah dengan fase mobil. Penotolan larutan sampel
31
pada KLT dilakukan dengan pipet mikro atau jarum mikro dengan diameter
3. KLT- Densitometri
penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan mengukur
Pada metode densitometri diperlukan absorbens dan fase gerak yang murni. Untuk
memperoleh hasil yang baik lazimnya digunakan absorbens siap pakai yang telah
Lazimnya lempeng itu digerakkan menyusuri berkas sinar yang berasal dari
sumber sinar tersebut. Bercak yang kecil dan intensif akan menghasilkan suatu
puncak kurva absorbsi yang sempit dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan
menghasilkan puncak kurva absorbsi yang melebar dan tumpul (Sudjadi, 1998).
berdasarkan refleksi dimana sinar datang sebagian diserap dan sebagian lagi
dipantulkan. Dimana Sifat pemantulan ini akan menjadi sensitif dan selektif bila
sinar yang datang adalah monokromatis. Disini biasanya dipilih sinar pada
32
panjang gelombang yang diserap atau dipantulkan paling banyak oleh noda yang
diteliti. Banyaknya sinar yang direfleksikan atau ditangkap oleh suatu alat yang
untuk diubah menjadi suatu puncak atau kromatogram. Luas puncak sesuai
1990).
Pada beberapa alat TLC scanner sudah dilengkapi alat pemproses data
atau mikro komputer, sehingga integrasi luas puncak atau tinggi puncak tersebut
dapat langsung direkam dan dicatat langsung sebagai kadarnya, melalui teknik
pemograman tertentu. Noda yang terkecil dan intensif akan menghasilkan suatu
puncak yang sempit dan tajam, sebaliknya noda yang lebar dan kurang intensif
akan menghsilkan puncak yang lebar maupun tumpul. Penelusuran bercak dapat
vertikal). Penelusuran bercak secara horizontal dapat dilakukan satu persatu, atau
apabila satu plat bercak yang diperoleh segaris semua maka dapat dilakukan
hanya dapat di lakukan satu persatu. Pada penelusuran bercak horizontal dengan
barcak tersebut benar- benar berada dalam satu baris. Cara ini akan mengalami
kesulitan jika bercak yang sangat dekat dengan bercak yang akan ditetapkan,
karena ada kemungkinan bercak yang tidak diiinginkan ikut pula ditetapkan
(Mintarsih, 1990).
33
cara yaitu penelusuran lurus dan penelusuran zig- zag (naik turun). Pada
penelusuran lurus, sinar yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ka kanan,
sdangkan pada penelusuran zig- zag, sinar yang mengenai bercak berjalan zig- zag
dari kiri ke kanan. Besarnya jarak, naik turunnya sinar dapat diatur menurut
operasi alat dikenal sebagai lebar penelusuran (scan width) (Mintarsih, 1990).
yang akan ditetapkan kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut.
pelat buatan pabrik, karena pada pelat buatan sendiri fase diamnya kurag rata,
puncak yang lebar dan kasar. Puncak yang lebar disebabkan kurang kompaknya
fase diam, puncak yang kasar disebabkan permukaan pelat yang kurang rata
(Mintarsih, 1990).
Pada umumnya tebal lapisan tipis pada lempeng yang digunakan adalah
0,20 mm – 0,25 mm maksimum 0,33 mm, untuk mengurangi efek hamburan sinar
yang disebabkan oleh fase diam terhadap lineritas hubungan serapan dan
karja linear yag telah diprogramkan oleh suatu mikro komputer. Kurva serapan
34
olah fase diam. Harga parameter hamburan tersebut tergantung ukuran dan
Ada dua cara penetapan dengan alat densitometer. Pertama, setiap kali
penetapan ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi
bersama dalam satu lempeng, kemudian AUC (luas daerah di bawah kurva)
sampel dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Yang kedua, dengan membuat
kurva baku hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh
dengan membuat totolan zat baku pada pelat KLT dengan bermacam – macam
konsentrasi (minimal tiga konsentrasi). Bercak yang diperoleh dari AUC dengan
adalah banyaknya zat yang ditotlkan dan y adalah AUC (Supardjan, 1987).
4. Optimasi Metode
KLT-Densitometri adalah :
kondisi yang menghasikan puncak simetris karena puncak yang asimetris dapat
35
peak asymmetry factor (As) yang diukur pada 10% tinggi puncak.
dengan nilai As pada rentang 0,9-1,2 masih dikatakan baik. Parameter lain yang
dapat digunakan yaitu peak tailing factor (Tf) yang diukur pada 5% tinggi
puncak.
Untuk nilai keasimetrisan kurang dari 2, As dan Tf nilainya mirip. Berikut tabel
Tabel I. Hubungan antara peak asymmetry factor dan tailing factor (Synder, et.al., 1997)
d. Nilai retardasi faktor (Rf) adalah nilai rasio dari jarak migrasi center of a zone
Harga Rf yang baik antara 0,2-0,8. Hal ini dikarenakan pada Rf ini didapatkan
e. Faktor resolusi (Rs) adalah ukuran pemisahan dari dua puncak yang berdekatan
Harga Rs ≥ 1,5 disebut baseline resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua
(kedua puncak berhimpit lebih kurang 2%) dianggap memadai (Pescok et. al.,
1976). Untuk pemisahan yang baik Rs harus ≥ 1,5 karena berarti pemisahan
f. Coefficient of corelation (CV) adalah nilai absolut dari standar deviasi, nilainya
biasa dalam bentuk persentase. CV ini biasa digunakan dalam kimia analisis
menghitungnya adalah standar deviasi dari seri replikasi analisis sampel dibagi
H. Analisis satistik
analisisnya , maka peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang
akan dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak. (Sugiyono, 2008). Untuk
mengetahui apakah distribusi data mempunyai distribusi normal atau tidak secara
analitis dapat digunakan uji Kolmogorov – Smirnov atau uji Shapiro – Wilk. Uji
parametrik Shapiro – Wilk ini digunakan untuk jumlah sampel yang sedikit
One Way Anova mengunakan lebih dari dua sampel yang berbeda dan
Uji one way ANOVA (uji parametrik) digunakan jika memenuhi syarat sebagai
berikut
Tabel II. langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis Independent One Way
Anova
Langkah Jawaban
Menentukan variabel yang Variabel yang dihubungkan adalah
dihubungkan numerik dan katagorik
Menentukan jenis hipotesis Komparatif
Menentukan masalah skala variabel Numerik
Menentukan berpasangan atau tidak Tidak berpasangan
berpasangan
Menentukan jumlah kelompok Tiga kelompok
(Dahlan, 2009).
39
I. Landasan Teori
OHT adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian
bahan alam dan telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
Tradisional yang Baik (CPOTB) yaitu telah dilakukan standarisasi terhadap bahan
baku yang digunakan dalam produk jadi dan memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku. Standarisasi bahan baku diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku
yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut.
pada sediaan cair OHT merk Kiranti, belum dapat diketahui secara pasti. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya peraturan yang mengatur mengenai batas minimal
maupun maksimal dari kandungan kurkumin didalam suatu sediaan. Oleh karena
itu dalam rangka melihat kadar kurkumin yang terkandung di dalam setiap
sediaan OHT merk Kiranti perlu dilakukan analisis kuantitatif berupa penetapan
kadar. Analisis penetapan kadar kurkumin dalam OHT merk Kiranti dilakukan
dengan menggunakan tiga nomor batch yang berbeda sehingga dapat dilihat
Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan mengukur
J. Hipotesis
Kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
karena tidak ada intervensi atau perlakuan terhadap subjek yang diamati.
B. Variabel
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nomor batch dalam sampel.
2. Varibel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu Rf, resolusi, AUC, dan
sampel dilakukan hanya pada satu tempat saja. Jadi sampel yang diteliti memiliki
dengan intensitas cahaya yang terbatas serta dengan penggunaan alumunium foil.
41
42
C. Defenisi Operasional
1. OHT
bahan alam yang telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian pra-klinik, pada penelitian sampel yang digunakan berupa sediaan cair
Sistem KLT yang digunakan dalam penelitian adalah fase diam berupa
silika gel G 60 dan fase gerak berupa campuran kloroform p.a : asam asetat glasial
p.a (9,5 : 0,5). Sistem kromatografi pada penelitian ini merupakan kromatografi
fase normal.
3. KLT- Densitometri
penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan mengukur
4. Kadar kurkumin
D. Bahan-bahan Penelitian
memiliki titik lebur 181,2 – 182,40C), metanol p.a (E. Merck), asam asetat glasial
p.a (E. Merck), kloroform p.a (E. Merck), lempeng KLT silikagel 60 G (E.
Merck), aquadest dan sediaan cair obat herbal terstandar (OHT) merk Kiranti yang
mengandung kurkuminoid.
E. Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi neraca analitik (OHAUS Carat Series PAJ 1003) dengan spesifikasi
Scaltec SBC 22 maksimum 60/210 g; min 0,001 g; d=0,01/0,1 mg, e=1 mg,
SER. No.160602), labu ukur 5 mL dan 10 mL, cawan arloji, corong, flakon, pipet
1. Pemilihan sampel
Sampel yang digunakan adalah sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti.
44
Dalam penilitian ini digunakan sampel dari 3 nomor batch produksi yang berbeda
Campuran fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam
perbandingan yaitu campuran kloroform p.a : asam asetat glasial p.a (9,5 : 0,5).
perbandingan yaitu campuran metanol p.a: asam asetat glasial p.a (9,0 : 1,0). pH 4
0,50, 0,75, 1,00, 1,25, 1,50 dan 1,75 mg/ml dengan cara mengambil sebanyak
0,250 ml; 0,375 ml; 0,500 ml; 0,625 ml; 0,750 ml dan 0,875 ml larutan baku
5. Penetapan λ maksimum
Seri larutan baku kurkumin 0,50; 1,00; dan 1,75 mg/ml ditotolkan dengan
volume penotolan 3 µl pada plat KLT dengan fase diam silika gel G 60 dan
dengan fase gerak yang telah dibuat pada point 1. Setelah mencapai jarak rambat
45
10 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan
Masing-masing seri larutan baku kurkumin 0,50; 0,75; 1,00; 1,25,; 1,50;
dan 1,75 mg/ml ditotolkan dengan volume penotolan 3 µl pada plat KLT dengan
fase diam silika gel G 60 dan setelah kering dikembangkan dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhi dengan campuran fase gerak yang telah dibuat
pada point 1. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm, plat dikeluarkan dari bejana
dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan kemudian secepatnya diukur AUC dan
setiap larutan sampel disari menggunakan ultrasonikator selama 5, 10, 15, 20, 25,
sentrifugasi lalu disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setiap
hasil preparasi sampel ditotolkan 2 kali setiap perlakuan yang sama dengan
volume penotolan 3,0 µl pada plat KLT dengan fase diam silika gel G 60 dan
dengan fase gerak yang telah dibuat pada point 1. Setelah mencapai jarak rambat
46
10 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan
maksimum sehingga di dapatkan data berupa AUC sampel. Setiap sampel diamati
8. Preparasi sampel
Sepuluh botol sampel dengan nomor batch yang sama dicampur dalam
satu wadah. Sebanyak 6,0 ml sampel sediaan cair dimasukkan ke dalam labu takar
waktu hasil optimasi preparasi sampel lalu disentrifugasi selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Preparasi sampel ini dilakukan pada tiap batch sampel dan
volume penotolan 3,0 µl pada plat KLT dengan fase diam silika gel G 60 dan
dengan campuran fase gerak hasil optimasi. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm,
plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan kemudian
sehingga di dapatkan data luas area dari bercak yang digambarkan dengan satu
puncak sekaligus dengan luas puncaknya yang dikenal dengan area di bawah
G. Analisis hasil
dari setiap sampel terhadap kurva baku kurkumin yang telah diperoleh dari tahap
validasi. Data AUC kurkumin yang didapat dari masing – masing batch
dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku dan ditentukan kadar kurkumin yang
kepercayaan 95% digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan yang bermakna
antar kadar kurumin dalam ketiga nomor batch yang berbeda. Pada penelitian ini
BAB IV
PEMBAHASAN
Metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk Kiranti
dapat digunakan dalam analisis kadar kurkimin dalam sampel dengan baik karena
Pada tahap optimasi telah diperoleh komposisi fase gerak yang baik
untuk pemisahan kurkumin yaitu klorofom p.a. : asam asetat glasial p.a. (95:5)
dan kondisi kurkumin yang paling stabil yaitu pada pH 4. Selain itu telah
tahap validasi yang telah dilakukan pada awal penelitian disimpulkan bahwa
Metode KLT-densitometri dengan fase diam silika gel G 60 dan fase gerak
kloroform p.a. :asam asetat glasial p.a. (9,5:0,5), memiliki akurasi yang baik pada
konsentrasi 50-100 ppm, presisi yang baik pada konsentrasi 50-175 ppm,
linearitas dan spesifisitas yang baik, serta range antara 50-100 ppm. Berdasarkan
hasil tersebut, maka metode KLT-densitometri ini memiliki validitas yang baik
48
49
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan hasil
optimasi, yaitu dengan perbandingan kloroform p.a : asam asetat glasial p.a (9,5 :
0,5). Pembuatan fase gerak dengan jenis dan komposisi tersebut bertujuan agar
didapatkan polaritas fase gerak yang sesuai sehingga dapat memisahkan kurkumin
dengan senyawa lain dalam sampel secara optimal. Penggunaan asam asetat
glasial, sebagai salah satu komposisi fase gerak, bertujuan untuk memberikan
suasana asam agar kestabilan kurkumin terjaga. Sedangkan Pembuatan fase gerak
fase gerak yang dapat berinteraksi secara baik dengan senyawa atau analit di
dalam sampel, dengan tingkat kemurnian yang tinggi maka fase gerak dapat
pada kromatogram. Kurkumin memiliki kestabilan pada pH asam, oleh karena itu
dengan penambahan asam asetat glasial pada fase gerak dapat memberikan
suasana asam yang bertujuan untuk menjaga kurkumin agar tidak mudah
kromatografi fase normal, karena fase gerak pada penelitian ini bersifat non polar,
Metanol p.a. ditambah dengan asam asetat glasial p.a. dengan perbandingan yaitu
metanol p.a: asam asetat glasial p.a (9,0 : 1,0). Metanol sendiri memiliki pH 5,
glasial sebanyak 1 bagian pada setiap 9 bagian metanol. pH 4 dapat diukur dengan
merupakan senyawa yang tidak stabil dalam pH basa, dapat terdegradasi pada
gugus metilen aktifnya, gugus metilen pada kurkumin ini aktif karena memiliki H
alfa yang sangat mudah lepas sehingga memiliki sifat cenderung asam, H alfa ini
bersifat asam karena diapit oleh dua gugus karbonil yang memiliki sifat sebagai
gugus penarik elektron. Ketika ada basa maka gugus metilen aktif terputus
selama pengerjaan.
51
dengan baik kurkumin dan berbagai senyawanya dalam OHT cair merk Kiranti.
Selain itu, metanol p.a. akan menguap setelah penotolan serta memiliki panjang
C. Penetapan λ maksimum
yang diperoleh dari tahap optimasi serapan maksimum larutan baku kurkumin 425
konsentrasi baku yaitu, 0,25mg/ml; 1,00 mg/ml; dan 1,75 mg/ml yang bertujuan
literatur yaitu 425 nm (Mohammad, dkk., 2007). Berikut ini adalah pola spektra
seri larutan baku pada pengukuran panjang gelombang maksimum (425 nm).
52
Gambar 11. Pola spektra seri larutan baku pada pengukuran panjang gelombang
maksimum
Tabel III. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum pada seri larutan baku
kurkumin pada ketiga konsentrasi adalah 425 nm. Pengukuran panjang gelombang
syarat jika tepat atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan.
Pembuatan kurva baku ditujukan untuk melihat korelasi antar seri kadar
kurva baku. Persamaan kurva baku yang didapat selanjutnya akan digunakan
untuk menetapkan kadar kurkumin yang terdapat dalam sampel. Seri larutan baku
kurkumin yang digunakan adalah 0,50; 0,75; 1,00; 1,25; 1,50; dan 1,75 mg/ml.
Berikut ini adalah kromatogram salah satu seri larutan baku yang diukur
yang runcing. Pada kromatogram tidak terdapat peak lain dengan demikian dapat
54
disimpulkan bahwa peak yang dihasilkan berupa peak dari kurkumin yang
Baku kurkumin
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Seri baku Seri baku Seri baku
AUC/100 AUC/100 AUC/100
(ppm) (ppm) (ppm)
51,5 70,099 49,5 65,286 50 66
77,25 94,033 74,25 87,858 75 88,641
103 111,592 99 111,082 100 112,986
128,75 135,354 123,75 135,778 125 134,555
154,5 154,615 148,5 156,98 150 157,746
180,25 184,44 173,25 178,188 175 182,011
Kurva baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurva baku yang
analit. Suatu kurva baku memiliki linearitas yang baik apabila memiliki nilai r >
0,999. Dari tabel IV dapat dilihat bahwa ketiga replikasi kurva baku telah
memenuhi persyaratan linearitas yang baik, namun yang dipilih untuk digunakan
pada perhitungan kadar selanjutnya adalah kurva baku replikasi III, karena
memiliki nilai r yang lebih besar bila dibandingkan nilai r dari replikasi I dan II .
Kurva hubungan konsentrasi kurkumin dengan AUC dapat dilihat pada gambar
meningkat dan membentuk garis yang linier sehingga persamaan garis yang
E. Pemilihan sampel
Pada penelitian ini sampel diambil dari suatu Apotek yang berada di
daerah Yogyakarta. Sampel yang digunakan adalah sediaan cair Obat Herbal
Terstandar (OHT) merk Kiranti dengan 3 nomor batch produksi yang berbeda dan
dari setiap batch digunakan sebanyak 10 sampel dengan Expired date pada batch
1 September 20011, batch 2 Agustus 2011, batch 3 September 2011. Salah satu
hanya dilakukan pada satu apotek saja, karena penelitian bertujuan untuk
membandingan kadar kurkumin pada setiap batch yang berbeda, maka diharapkan
dengan pengambilan sampel pada satu apotek akan meminimalkan bias yang
lingkungan karena pengaruh suhu lingkungan dan terhadap cahaya, terutama bila
merupakan senyawa yang sensitif dalam bentuk larutan karena interaksi antar
molekul di dalam larutan lebih lemah bila dibandingkan dengan interaksi molekul
di dalam padatan sehingga bila terjadi perubahan baik karena suhu lingkungan
diharapkan sampel yang diteliti mengalami kondisi dan perlakuan yang sama,
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel (Sugiyono, 2008). Dalam penilitian ini digunakan sampel dari 3 batch
yang berbeda dan dari setiap batch diambil sampel sebanyak 10 botol sampel
57
secara acak sehingga total sampel yang digunakan sebanyak 30 botol sampel.
Sugiono (2008) ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30
sampai dengan 500. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang
menggunakan ultrasonikator selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Proses
sangat penting, karena sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan
sediaan cair OHT merk Kiranti yang mengandung banyak senyawa campuran
karena itu untuk memisahkan senyawa kurkumin dari senyawa kimia lainnya
perlu dilakukan penarikan atau penyarian senyawa kurkumin pada sampel OHT
merk Kiranti. Optimasi preparasi sampel ini dilakukan dengan cara mengoptimasi
pada lamanya proses penyarian dengan tujuan agar kurkumin yang larut di dalam
metanol pH 4 akan terpisah dari senyawa kimia lain yang tidak dapat larut dalam
metanol pH 4 secara sempurna. Variasi waktu penyarian ini dibuat dengan range
yang terkandung dalam larutan sampel sudah tersari secara sempurna dalam
15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Tahap sentrifugasi ini berfungsi untuk
kimia lain yang tidak dapat larut dalam metanol pH 4 sehingga pada saat larutan
senyawa kimia lainnya akan mengendap. Hasil preparasi sampel ditotolkan dan
dikembangkan dalam bejana yang telah dijenuhkan terlebih dahulu. Plat hasil
menggunakan ultrasonikator.
(a)
0
(b)
(c)
59
(d)
(e)
60
(f)
(g)
Gambar 14. (a) Baku kurkumin konsentrasi 50 ppm (konsentrasi rendah), (b)
kromatogram penyarian kurkumin dari sampel dengan menggunakan
ultrasonikator selama 5 menit, (c) selama 10 menit, (d) selama 15 menit, (e) selama
20 menit, (f) selama 25 menit, (g) selama 30 menit
menggunakan ultrasonikator dengan waktu penyarian selama 5, 10, 15, 20, 25,
kromatogram baku, dapat dilihat bahwa sampel dari keenam variasi waktu
antara Rf dari baku kurkumin dengan Rf peak dari sampel. Peak yang dihasilkan
baku memiliki nilai Rf 0,55 sedangkan nilai Rf peak (ke-3) yang dihasilkan dari
setiap sampel memiliki nilai Rf yang bervariasi yaitu 0,51-0,53. Setiap sampel
memiliki nilai Rf yang mendekati nilai Rf dari baku kurkumin, maka dapat
61
ultrasonikator terdapat 3 peak dimana nilai resolusi antara peak kurkumin dengan
peak ke dua baik yaitu lebih dari 1,5. Harga resolusi yang diperoleh yaitu 1,60
dengan penyarian selama 5 menit; 1,79 dengan penyarian selama 10 menit; 2,47
dengan penyarian selama 15 menit; 2,63 dengan penyarian selama 20 menit; 2,43
dapat diketahui pemisahan dari dua puncak yang berdekatan sudah sempurna.
Maka dapat disimpulkan bahwa pemisahan kurkumin dari senyawa lain dengan
proses penyarian selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit sudah sempurna.
Untuk melihat nilai kuantitatif peak dalam sampel dengan variasai waktu
Tabel V. Hasil pengukuran kadar kurkumin sampel pada variasai waktu penyarian
dengan menggunakan ultrasonikator
Waktu penyarian AUC Kadar (ppm) Rf Rs
dengan ultrasonikator
(menit)
5 6073,1 44,44 0,51 1,60
10 6720,9 49,94 0,53 1,79
15 7223,9 56,88 0,53 2,47
20 7162,1 56,22 0,53 2,63
25 6565,7 49,76 0,53 2,43
30 5738,4 40,82 0,53 2,43
kromatogram yang baik. Nilai resolusi yang dihasilkan dari setiap sampel baik
62
yaitu ˃ 1,5 dan Rf kurkumin dari kelima sampel mendekati Rf baku kurkumin.
Namun demikian dari kelima sampel yang diukur tidak semua sampel memiliki
kadar yang masuk ke dalam rentang kadar baku kurkumin 50-100 ppm (level
rendah). Dari tabel data hasil optimasi waktu penyarian dapat dilihat bahwa waktu
memberikan nilai kadar kurkumin yang masuk kedalam rentang kadar baku
kurkumin yaitu 56,88 dan 56,22 ppm. Oleh karena itu dapat disimpulkan waktu
penyarian yang baik yaitu selama 15 – 20 menit karena dalam rentang waktu 15 –
20 menit kurkumin dapat diisolasi dari sampel secara maksimal hal ini dapat
dilihat dari kadar kurkumin yang diperoleh tinggi. Tahap selanjutnya digunakan
dibandingkan dengan kadar kurkumin yang diperoleh dari variasi waktu penyarian
yang lain. Maka dapat disimpulkan dengan dilakukan variasi waktu penyarian
selama 15 menit.
baik atau tidak. kemudian dilakukan pengukuran AUC pada 5 replikasi sampel
pengukuran pada replikasi sampel ini bertujuan untuk melihat apakah nilai kadar
63
kurkumin yang dihasilkan antar setiap replikasi memiliki keterulangan yang baik
VI) masuk kedalam range kadar rendah baku kurkumin yaitu 50-100 ppm dan
memberikan nilai CV yang baik. Nilai CV yang didapatkan pada replikasi sampel
kurkumin dengan waktu penyarian selama 15 menit sebesar 0,15% (kurang dari
2%) sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu penyarian selama 15 menit dapat
yang baik.
64
memberikan grafik yang hampir membentuk garis lurus dapat dilihat pada gambar
16. Maka dapat disimpulkan bahwa pada setiap replikasi dengan lama penyarian
OHT merk Kiranti dilakukan dalam kondisi yang sama seperti pada validasi
metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk Kiranti dengan
OHT merk Kiranti dari 3 batch yang berbeda, dilakukan replikasi sebanyak 5 kali
untuk setiap batch. Berikut adalah hasil pengukuran volume sediaan cair OHT
Tabel VII. Data pengukuran volume sediaan cair OHT merk Kiranti
merk Kiranti pada ketiga batch, diperoleh CV sebesar 0,0069%. Nilai CV yang
diperoleh < 2% maka dapat disimpulkan bahwa keseragaman volume antar batch
baik.
botol Kiranti sampel dari nomor batch yang sama terlebih dahulu melaui
kurkumin dalam lima replikasi dengan tiga nomor batch seperti pada tabel VIII.
66
Tabel VIII. Kadar kurkumin pada sampel kurkumin di dalam setiap batch
Pada tabel VIII didapat nilai CV dari setiap nomor batch < 2 % dengan
presisi yang baik yaitu keterulangan pengambilan sampel dari setiap batch baik
sudah tercampur homogen pada saat dilakukan preparasi. Dengan demikian kadar
kurkumin yang diperoleh dari setiap batch dapat mewakili kadar kurkumin pada
batch tersebut. Berdasarkan nilai AUC yang diperoleh dari setiap batch maka
dapat dihitung kadar pada setiap replikasi dan kadar rata- rata dari setiap batch,
maka didapatkan kadar rata – rata kurkumin pada setiap batch adalah sebagai
berikut pada batch 1 dengan 5 replikasi yaitu 0,5893x10-1 mg/ml kurkumin; pada
mengandung 3-5% kurkuminoid dan 77% dari kurkuminoid terdiri dari kurkumin.
sampel yaitu pada batch 1 kandungan kurkumin sebesar 2,9248 mg/ml sampai
7,9299 mg/ml; batch 2 kandungan kurkumin sebesar 2,9244 mg/ml sampai 7,9289
mg/ml; batch 3 kandungan kurkumin sebesar 2,9246 mg/ml sampai 7,9294 mg/ml
(perhitungan dapat dilihat pada lampiran). Dari hasil perhitungan kadar rata-rata
sampel Kiranti tidak berada dalam range kadar kurkumin dalam sampel Kiranti
secara teoritis. Kadar kurkumin di dalam sampel lebih kecil dengan kadar
kurkumin seharusnya.
yaitu untuk penjaminan mutu dari sediaan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan
analisis berupa penetapan kadar kurkumin antar setiap batch dan dilakukan
dari setiap batch bertujuan untuk melihat apakah kadar kurkumin yang terdapat
pada setiap batch reprodusibel atau tidak. Nilai reprodusibilitas dapat diperoleh
melalui perhitungan nilai CV antar batch dan didapatkan nilai CV antar batch
lebih dari 2% yaitu 10,65% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar
analisis statistik ini digunakan karena sampel yang kami gunakan berasal dari
68
pasaran oleh karena itu untuk mendapatkan data atau hasil yang mewakili
populasi dalam pasar kami menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak
atau random. Dimana pada saat pengambilan sampel nomor batch yang dipilih
Selain itu juga digunakan analisis statistik karena statistik merupakan salah satu
alat quality kontrol dimana dengan menggunakan analisis statistik dalam suatu
penelitian dapat sebagai alat bantu sekaligus sebagai alat pengawas standarisasi
pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih (pada
penelitian ini yaitu kadar kurkumin) pada sampel yang berbeda. Pengujian
hipotesis komparatif yang digunakan merupakan komparasi antara lebih dari dua
dari 3 batch sekaligus yaitu antara batch 1, batch 2 dan dengan batch 3 digunakan
digunakan pada kedua model analisis ini yaitu 95% karena jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sedikit yaitu kurang dari 50 sampel selain itu juga
di dalam penelitian ini banyak faktor lain yang tidak bisa dikontrol yang dapat
distribusi.
69
menggunakan uji Shapiro- Wilk untuk melihat normalitas data. Hal ini disebabkan
karena uji ANOVA merupakan uji parametrik yang mensyaratkan distribusi data
normal. Uji Shapiro- Wilk ini digunakan karena jumlah sampel yang digunakan
probabilitas atau signifikasi, karena lebih mudah dilakukan, lebih praktis, dan
dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka data rata-rata antar batch tersebut adalah
tidak berbeda bermakna dan jika signifikasinya lebih kecil dari 0,05 maka data
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antar kadar kurkumin yang
di hasilkan dari ketiga nomor batch produksi yang dianalisis. Uji ANOVA ini
mengunakan lebih dari dua sampel yaitu 3 batch produksi yang berbeda dan tidak
pengambilan sampel dilakukan secara acak dan setiap sampel tidak terikat sampel
Selain itu setiap populasi (batch) memiliki nilai varians populasi yang sama yaitu
10 botol.
Adapun hasil analisis statistik kadar kurkumin pada batch 1, batch 2, dan
batch 3 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Hasil ujinya adalah sebagai
berikut.
Tabel IX. Data distribusi normal pada analisis statistik antar kadar kurkumin
pada batch 1, batch 2, dan pada batch 3
Tests of Normality
a
Batch Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Dari uji normalitas data (tabel IX), diperoleh nilai signifikasi untuk batch
1 sebesar 0,208; batch 2 sebesar 0,749 dan batch 3 sebesar 0,073. Ketiga batch
normal.
ANOVA. Analisis data kadar kurkumin dengan uji Independent one way ANOVA
antar batch 1, dengan batch2, dan dengan batch 3 dapat dilihat pada tabel X.
71
7,382 2 12 ,008
ANOVA
Kadar
menunjukkan anggka 0,008. Karena nilai signifikasi <0,05, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varians
data yang berbeda secara bermakna. Karena varians data tidak sama, maka hasil
uji ANOVA pada tabel berikutnya tidak valid. Maka dilakukan transformasi data
slope dan power. Berdasarkan analisis yang dilakukan dan dengan memperhatikan
nilai slope dan power maka didapat bentuk transformasi yang terbaik adalah
1/square root. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel XI.
72
3,267 2 12 ,074
ANOVA
trn_kadar
tingkat signifikasi 0,074 ˃ 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan varians antara kelompok data yang dibandingkan dengan kata lain
varians data adalah sama. Karena varians sama, maka uji ANOVA pada tabel
berikutnya adalah valid. Pada uji ANOVA, diperoleh nilai signifikasi sebesar
0,000 yang artinya terdapat perbedaan kadar kurkumin yang bermakna pada kedua
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
batch 1 batch 2 -,01445 ,00039 ,000 -,0153 -,0136
*
batch 3 ,00227 ,00039 ,000 ,0014 ,0031
dimension3
dimension2
*
batch 2 batch 1 ,01445 ,00039 ,000 ,0136 ,0153
dimension3
*
batch 3 ,01672 ,00039 ,000 ,0159 ,0176
*
batch 3 batch 1 -,00227 ,00039 ,000 -,0031 -,0014
dimension3
*
batch 2 -,01672 ,00039 ,000 -,0176 -,0159
Dengan melihat hasil dari analisis Post-Hoc, diperoleh hasil antar batch 2
dengan batch 3, didapat nilai signifikasi sebesar 0,000; batch 1 dengan batch 3,
didapat nilai signifikasi sebesar 0,000; dan antara batch 1 dengan batch 2, didapat
nilai signifikasi sebesar 0,000. Kadar kurkumin pada setiap nomor batch produksi
dapat disimpulkan berbeda secara bermakna (tidak reprodusibel), hal ini dapat
dilihat dari nilai signifikasi yang diperoleh pada setiap perbandingan antar batch
BAB V
A. Kesimpulan
1. Kadar rata – rata kurkumin pada setiap batch adalah sebagai berikut pada
batch 1 yaitu 0,5893 x 10-1 mg/ml kurkumin; pada batch 2 yaitu 0,4794x10-1
mg/ml kurkumin, dan pada batch 3 yaitu 0,6103 x 10-1 mg/ml kurkumin.
B. Saran
2. Perlu dilakukan uji kestabilan kurkumin tarhadap panas dalam sediaan cair
74
75
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, Kiranti Sehat Datang Bulan Teruji Aman Atasi Nyeri Haid Dan
Keputihan, Research dan Inovation Center, Surabaya
Anonim, 2009, Gula Jawa Memiliki Manfaat Kesehatan Diandingkan Gula Tebu,
http://healindonesia.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2010
Batubara, I., Rafi, M., Darusman, L.K., 2005, Estimasi Kandungan Kurkumin
pada Sediaan Herbal Komersial secara Spektrofotometri Derivatif, Jurnal
Sains Kimia, 9 (1), 28-34
Bermawie, N., Rahardjo, M., Wahyuno, D., Ma’mun, 2005, Status Teknologi Dan
Panen Tanaman Kunyit Dan Temulawak Sebagai Penghasil Kurkumin, 85,
96, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor
Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI, 2005, Lampiran Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK
00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang
Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1977, Materia Medika Indonesia, edisi I , Jakarta, pp.
40-52, 55-57
Departemen Kesehatan RI, 1978, Materia Medika Indonesia, edisi II , Jakarta, pp.
118-121
Fried dan Sherma, J., 1994, Thin Layer Chromatography Techniques And
Application, Third Edition, Revised And Expended, New York
Hasan, I., 2004, Analisa Data Penelitian dengan Statistik, 116-129, 146-1147,
Bumi Aksara, Jakarta
Mintarsih, E.R.R., 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kinina dalam Akar, Batang,
dan Daun Chinchona Succirubra Pavon et Klotzch dari Daerah Kaliurang
secara Spektrodensitometri (TLC-Scanner), Skripsi, Fakultas Farmasi,
UGM, Yogyakarta
Musfiroh, I., Indriyati, W., Susilawati, Y., and Percekawati, A., 2010, Curcumin
Quantification in Dossage Forms Using High Performance Liquid
Chromatography, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas
Padjajaran, Bandung
Mintarsih, 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kininda dalam Akar, Batang, dan
Daun Chinchona Succirubra Pavon et Klotzsch dari Daerah Kaliurang
Secara Spektrodensitometri (TLC-Scanner),Skripsi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Nagappan, K.V., Meyyanathan, Raja, R.B., and Kannan, E., 2009, A Liquid
Chromatography Method for the Simultaneous Detemination of Curcumin
and Piperine in Food Products Using Diode Array Detection, Asian J. V.
Research Chem, 2(2), 115-118
Nugraha, Y., 2009, Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis Isolasi
Kurkumin dari Kunyit (Curcuma Longa L.), ITB, Bandung
Paramasivam, M., Aktar, W., Poi, R., Banerjee, H., Bandyopahyay, A., 2008,
Occurrence of curcuminoids in Curcuma longa: A quality standardization
by HPTLC,
http://www.banglajol.info/index.php/BJP/article/viewFile/833/913, diakses
tanggal 15 Februari 2010
78
Research And Innovation Center, 2005, Uji Klinik KIRANTI Sehat Datang Bulan,
Teruji Aman Atasi Nyeri Haid Dan Keputihan, Orang Tua, Surabaya
Tonnesen, H. H., and Karlsen, 1983, Curcuminoid and It’s Compounds, Journal
Chromatography, Vol. 4, 259 -376
Van derGoot, H., 2002, The Chemistry and Qualitative Structure – Activity
Relationships Of Curcumin In Recent Development In
CurcuminPharmacochemistry, Procedings of The International Symposium
on CurcuminPharmacochemistry, 1995, Edited By SuwijyoPramono,
Aditya Media, Yogyakarta
Warsi et al., 2003, Penetapan Kadar Kurkuminoid Total dalam Berapa Jamu
Instant Temulawak, 192-198, FF Universitas Airlangga, Surabaya
Zahro Dkk, 2009, Jurnal Sains & Matematika Volume, Profil Tampilan Fisik Dan
Kandungan Kurkuminoid Dari Simplisia Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza Roxb) Pada Beberapa Metode Pengeringan, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro,
Semarang
80
LAMPIRAN
80
81
1. pH larutan 3
konsentrasi 0,4 ppm
konsentrasi 1 ppm
2. pH larutan 4
konsentrasi 0,4 ppm
konsentrasi 1 ppm
3. pH larutan 5
konsentrasi 0,4 ppm
konsentrasi 1 ppm
Replikasi II
Replikasi III
90
Replikasi IV
Replikasi V
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi IV
92
Replikasi V
Replikasi II
93
Replikasi III
Replikasi IV
Replikasi V
94
x = 49,94
y = 0,925x + 19,6500
72,239 = 0,925x + 19,6500
x = 56,88
y = 0,925x + 19,6500
71,621 = 0,925x + 19,6500
x = 56,22
98
y = 0,925x + 19,6500
65,657 = 0,925x + 19,6500
x = 49,76
y = 0,925x + 19,6500
57,384 = 0,925x + 19,6500
x = 40,82
=
= 1,6 (penyarian dengan ultrasonikator selama 5
menit)
Penyarian dengan ultrasonikator selama 10 menit → 1,79
Penyarian dengan ultrasonikator selama 15 menit → 2,47
Penyarian dengan ultrasonikator selama 20 menit → 2,63
Penyarian dengan ultrasonikator selama 25 menit → 2,63
Penyarian dengan ultrasonikator selama 30 menit → 2,63
99
Replikasi 2
100
Replikasi 3
Replikasi 4
Replikasi 5
101
Lampiran 13. Nilai AUC Replikasi sampel yang disari dengan menggunakan
ultrasonikator selama 15 menit
Replikasi II
y = 0,9245x + 19,65
71,815 = 0,9245x +19,65
x = 56,43ppm
Replikasi III
y = 0,9245x + 19,65
71,603= 0,9245x +19,65
x = 56,20ppm
Replikasi IV
y = 0,9245x + 19,65
71,583= 0,9245x +19,65
x = 56,17ppm
Replikasi V
y = 0,9245x + 19,65
71,597= 0,9245x +19,65
x = 56,19ppm
102
Lampiran 15. Perhitungan kadar kurkumin dalam setiap botol OHT merk
Kiranti
Kadar rendah
x 30 g = = 0,6 g
Kadar tinggi
x 30 g = = 1,5 g
Kadar rendah
x 0,6 = 0,462 g
Kadar tinggi
x 1,5 = 1,15 g
Kadar tinggi
= 7,9299 x 10-3 g/ml = 7,9299 mg/ml
Kadar tinggi
= 7,9289 x 10-3 g/ml = 7,9289 mg/ml
Kadar tinggi
= 7,9294 x 10-3 g/ml = 7,9294 mg/ml
103
1. Batch 1
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
104
Replikasi IV
Replikasi V
2. Batch 2
Replikasi I
105
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi IV
106
Replikasi V
3. Batch 3
Replikasi I
Replikasi II
107
Replikasi III
Replikasi IV
Replikasi V
108
Batch 1
Replikasi 1
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 2
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 3
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 4
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 5
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Batch 2
Replikasi 1
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 2
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 3
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 4
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 5
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Batch 3
Replikasi 1
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 2
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 3
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 4
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Replikasi 5
y= 0,925x + 19,6500
= 0,925x + 19,6500
Batch 1
X rata-rata =
Batch 2
X rata-rata =
Batch 3
X rata-rata =
BIOGRAFI PENULIS
yang ditempuh oleh penulis meliputi: SD Katolik Santa Theresia pada tahun
1995-2001, SLTP Santa Theresia pada tahun 2001-2004, SMA Stella Duce pada
Dharma Yogyakarta pada tahun 2007 hingga tahun 2011. Selama kuliah, penulis
aktif dalam berbagai macam kegiatan, antara lain anggota Divisi Pengabdian
112