Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Cedera kepala masih merupakan tantangan didalam problem kesehatan
diseluruh dunia. Beberapa dekade terakhir frekuensi cedera kepala berat di
AS meningkat sepuluh kali lipat. Trauma masih merupakan penyebab
kematian yang utama pada penderita dibawah umur 45 tahun, dan sebagian
besar menyebabkan kematian dan kecacatan pada umur yang lebih tua.
(Susilo Andre, 2005)
Tiap tahun 50% dari 150.000 (seratus lima puluh ribu) penderita
cedera kepala mengalami kematian; 500.000 penderita cedera kepala
memerlukan perawatan di Jepang. (Susilo Andre, 2005)

Cause of death No of decease Mortality (%)


Traffic Accident 15,629 50,3
Fall / Blow 4,568 14,7
Burn 1,092 3,5
Natural Calamity 44 0,2
Other 9,716 31,3
Total 31,049 100

Tabel 1. Data Cedera Kepala (Atmaja W dan Benny, 1996)

Cedera kepala dapat terjadi pada aktifitas sehari-hari, dirumah,


ditempat kerja dan tempat bermain. Mereka yang selamat dari cedera kepala
masih ada kemungkinan mengalami gangguan kehidupan akibat kecacatan
yang timbul karena kerusakan otak, akibatnya begitu luas sehingga tidak saja
berdampak pada korbannya tetapi juga pada keluarga korban dan lingkungan
sosialnya. (Susilo Andre, 2005)
Pada cedera kepala biasanya dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran. Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran tersebut dapat
digunakan Glasgow Coma Scale atau GCS yang memperhatikan tanggapan
2

(respons) penderita terhadap rangsang dan memberi nilai pada respons


tersebut. (Teasdale G dan Jennett B, 1974)

I.2. TUJUAN
Tujuan umum
Memonitor disfungsi neurologis

Tujuan khusus
Merekam keadaan sadar seseorang untuk penilaian awal serta
berikutnya setelah terjadi cedera kepala.

I.3. MANFAAT
Menambah wawasan dan keilmuan untuk penulis serta membantu
pembaca untuk memahami tentang Glasgow Coma Scale atau GCS.
3

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. PENGERTIAN
Glasgow Coma Scale atau GCS adalah skala neurologis yang bertujuan
untuk memberikan cara, dapat diandalkan tujuan merekam keadaan sadar
seseorang untuk penilaian awal serta berikutnya. Seorang pasien dinilai
terhadap kriteria skala, dan titik yang dihasilkan memberikan nilai pasien
antara 3 (menunjukan ketidaksadaran dalam) dan baik 14 (skala asli) atau 15
(skala lebih banyak digunakan diubah atau direvisi). (Teasdale G dan Jennett
B, 1974)
Glasgow Coma Scale atau GCS awalnya digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran setelah cedera kepala, namun belakangan ini GCS digunakan untuk
menilai kesadaran akibat infeksi, tumor, keracunan maupun gangguan
metabolik. Di rumah sakit juga digunakan dalam pemantauan pasien kronis
dalam perawatan intensif. Skala ini diterbitkan pada tahun 1974 oleh Graham
Teasdale dan Bryan J. Jennett, profesor bedah saraf di Universitas Glasgow’s
Lembaga Ilmu Pengetahuan Neurologis di kota Selatan Rumah Sakit Umum.
(Lumbantobing, 2003)

II.2. CARA MENGHITUNG GLASGOW COMA SCALE (GCS)


Glasgow Coma Scale atau GCS yang diperlukan pada penderita sadar
adalah 15 :
a. mata :4
b. motorik :6
c. verbal :5
4

II.2.1. MATA
a. Bila penderita membuka mata
spontan 4

b. Bila penderita menutup mata tetapi


dapat dipertahankan verbal untuk
membuka matanya dinilai 3

c. Bila dengan verbal penderita tidak


bisa membuka matanya tetapi
dengan rangsang sakit yaitu dengan
memberikan tekanan pada supra
orbital, pangkal kuku, sternum,
dinilai 2

d. Bila dengan rangsang sedikitpun


penderita tidak membuka matanya,
dinilai 1

a. Bila penderita membuka mata spontan seperti tanpa di perintah oleh


dokter, si pasien sudah membuka mata dengan sendirinya.
b. Pasien dapat membuka matanya apabila di perintah oleh dokter (diberi
rangsangan verbal).
c. Pada saat di beri perintah lalu pasien tidak merespon, maka lakukan
dengan memberi rangsangan nyeri seperti menekan kuku jari pasien.
d. Pasien tidak merespon semua yang di perintah dan di lakukan oleh
dokter.
5

II.2.2. MOTORIS (GERAKAN)

a. Bila penderita melaksanakan perintah sesuai


dengan perintah yang diberikan, misalnya
menunjukan jari telunjuk kanan atau kiri, dinilai 6

b. Bila penderita tidak menurut perintah dan pada


pemberian rangsang sakit di supra orbita
penderita berusaha menghindari penyebab sakit
dengan tangannya sampai melewati dagu, dinilai 5

c. Bila penderita dirangsang sakit dipangkal kuku


penderita hanya berusaha menarik jarinya tetapi
tangan yang lain tidak berusaha menghindarkan
penyebab sakitnya, dinilai 4

d. Abnormal fleksi (dekortikasi) bila dirangsang 3

e. Ekstensi (deserebrasi) bila dirangsang 2

f. Sedang dengan rangsang apapun penderita tidak


bereaksi, dinilai 1

a. Penderita melaksanakan perintah sesuai dengan perintah yang diberikan,


misalnya dokter memberi perintah untuk menunjukan jari telunjuk pasien
yang kanan lalu pasien dapat menunjukannya.
b. Saat diberi rangsangan sakit (menekan) di supra orbital penderita lalu
tangan penderita mencoba menghampiri rasa sakit tersebut dengan
melewati dagu.
6

c. Dokter menekan pangkal kuku pasien lalu pasien menarik tangannya,


namun tangan yang tidak diberi rangsangan sakit tidak menghindari rasa
sakit tersebut.
d. Berikan rangsangan sakit dengan objek keras, seperti ballpoint, pada jari
kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi, terdapat reaksi fleksi
terhadap sakit (fleksi pada pergelangan tangan mungkin ada atau tidak
ada)
e. Reaksi ekstensi (deserebrasi) dengan rangsang sakit tersebut diatas terjadi
ekstensi pada siku. Ini selalu disertai fleksi spastik pada pergelangan
tangan.
f. Tidak ada reaksi (sebelum memutuskan bahwa tidak ada reaksi, harus
diyakinkan bahwa rangsang nyeri memang cukup kuat diberikan)

II.2.3. VERBAL (BICARA)

a. Bila penderita menjawab pertanyaan baik waktu


maupun tempat (orientasi tempat dan waktu
baik), dinilai 5

b. Bila penderita bingung sehingga menjawab tidak


sesuai dengan keadaan sebenarnya, dinilai 4

c. Sedangkan apabila penderita menjawab


pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan
pertanyaan, dinilai 3

d. Bila penderita teriak-teriak atau hanya


mengerang bila dirangsang sakit, dinilai 2
e. Bila tidak ada jawaban baik verbal maupun
dengan rangsangan sakit tidak ada jawaban sama
sekali, dinilai 1
7

a. Pada saat pasien dirumah sakit lalu ditanya dokter dimana dia sekarang,
dia menjawab dirumah sakit dan bila pasien ditanya pagi atau siang
sekarang, dia menjawab sesuai dengan waktunya.

b. Pasien ditanya tahun berapa sekarang, namun dia menjawabnya tidak


sesuai dan jika ditanya tempat, dia menjawab tempat tapi tidak tepat.

c. Pasien ditanya tahun berapa sekarang, namun dia menjawab ibu, bapak,
makan. (menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan)

d. Berbicara tidak jelas tetapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat seperti “aduh…, bapak…”

e. Tidak ada jawaban sama sekali

Gambar 2.1. Cara Melakukan GCS (Susilo Andre, 2005)


8

II.3. KEPENTINGAN KLINIS GCS


Glasgow Coma Scale atau GCS sangat bermanfaat bagi dokter yaitu untuk
memprediksi kemungkinan sembuh tidaknya seorang pasien. Bila nilai GCS
pasien tersebut rendah terus dalam waktu lama, kemungkinan ia sembuh kecil,
kalaupun sembuh biasanya kemampuan otak pasienpun menurun. Namun, GCS
tidak dapat digunakan pada anak berumur kurang dari 36 bulan dan apabila skor
GCS pada pasien dibawah pengaruh obat atau narkoba, memiliki gangguan wicara
dan fungsi mata mungkin perlu interpretasi khusus. (Lumbantobing, 2003)
Kalau nilai GCS nya diantara 15 dan 3 berarti kesadarannya menurun.
Penurunan kesadaran ini bisa ringan, sedang atau berat. Dianggap ringan bila nilai
total GCS nya 14 sampai 13, sedangkan nilai 12 sampai 9 adalah kesadaran
menurun sedang, dan bila kurang dari 9 maka penurunan kesadaran cukup berat.
(Teasdale G dan Jennett B, 1974)
9

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. KESIMPULAN
Glasgow Coma Scale atau GCS dirancang untuk menilai kedalaman,
durasi koma, dan gangguan kesadaran. Skala ini berdasarkan respon motoris,
kinerja verbal, dan membuka mata terhadap rangsangan yang tepat.

IV.2. SARAN
Manfaatkan Glasgow Coma Scale atau GCS untuk menilai kedalaman dan
durasi dan gangguan kesadaran.
10

DAFTAR PUSTAKA

- Atmajaya W dan Benny. Penanganan Penderita Cedera Kepala. Temu


Ilmiah & Silaturahmi Dokter Bedah Priangan Timur, Januari 1996
- Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati. 2010. Skill
Lab Neurosensory and Musculosceletal Disorders. Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon 21 hal
- Lindsay, Kenneth W, dkk. Neurology and Neurosurgery Illustrated
3rd Edition. Churchil Livingstone 1997
- Lumbantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 134 hal
- Teasdale G dan Jennett B. Penilaian Dari Koma dan Kesadaran
Terganggu. Lancet 1974; 81-84

Anda mungkin juga menyukai