BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Ruang Lingkup
Pelayanan Gizi di RS Harapan Keluarga meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat inap.
2. Penyelenggaraan makanan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien baik rawat inap maupun rawat jalan,
untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan maupun
mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitative
dan promotif.
2. Asuhan gizi adalah serangkaian aktifitas yang terorganisir meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
3. Tenaga gizi adalah setiap orang yang telah lulus Pendidikan di bidang gizi
sesuai peraturan perundang-undangan.
E. Kebijakan
1. Kebijakan standar makanan dan menu makanan pasien sesuai
dengan kebutuhan gizi
a. Penyelenggaraan makanan pasien 24 jam dalam sehari.
b. Standar makanan pasien menggunakan menu gizi seimbang
c. Makanan yang disiapkan kepada psien terpenuhi nilai gizinya.
d. Standar makanan yang ditetapkan yaitu :
a) Non Diet
Energi sebesar 1700 – 1900 kkal, Protein 55,5 – 60 gram, Lemak 36,5
– 48 gram dan Karbohidrat 275 – 299 gram.
b) Energi sebesar 1500 kkal, Protein 51,5 gram, Lemak 36,5 gram
dan Karbohidrat 235 gram.
c) Anak
Umur 6 – 12 bulan (Bubur saring/hari)
Energi sebesar 700 kkal/hari, Protein 33 gram, Lemak 16 gram
dan Karbohidrat 120 gram.
Umur 1 – 3 tahun
Energi sebesar 1100 kkal, Protein 43 gram, Lemak 30 gram
dan Karbohidrat 172 gram.
Umur 4 – 9 tahun
Energi sebesar 1500 – 1700 kkal, Protein 51 – 55,5 gram, Lemak
36,5 gram dan Karbohidrat 235 - 275 gram.
Umur 10 – 18 tahun
Energi sebesar 1900 – 2100 kkal, Protein 60 – 62 gram, Lemak 48 -
53 gram dan Karbohidrat 299 - 319 gram.
e. Setiap pasien ICU dengan diet cair dapat diberikan makanan dengan formula
rumah sakit dan pasien yang dirawat selain di ICU diberikan makanan dengan
menggunakan formula rumah sakit atau disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi pasien.
f. Makanan pasien diberikan 3 kali makan utama dan 2 kali makan selingan
(snack).
C. Pengaturan Jaga
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pelayanan gizi rawat inap, jam dinas
karyawan unit gizi dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Shit Pagi 7 jam kerja : 1 orang tenaga pemasak, 1 orang tenaga distribusi
2. Shift Middle 7 jam kerja : 1 orang ahli gizi, 1 orang tenaga pemasak
3. Shift Sore 7 jam kerja : 1 orang tenaga pemasak, 1 orang distribusi
4. Shift Malam 10 jam kerja : 1 orang tenaga dsitribusi
BAB III
STANDAR FASILITIAS GIZI
A F
a
D
C
G
L
H
M K
I
J
Keterangan :
K : Pengolahan/ pemasakan
M : Gas
C. Standar Fasilitas
1. Ruang Ahli Gizi :
Peralatan Jumlah
Meja 1
Kursi 1
Set computer 1
Rak bindex 1
Kipas Angin 1
2. Penyelenggaraan Makanan
a. Penyimpanan bahan makanan
No Peralatan Spesifikasi Kebutuhan
1 Chiller Stainles, 2 pintu 1
2 Freezer Stainles 1
3 Rak bahan makanan Stainles, 3 susun 2
kering
4 Termometer Termometer ruangan 1
5 Container bahan makanan Plastik 10
b. Pengolahan
No Peralatan Spesifikasi Kebutuhan
1 Cooking range Table 6 tungku, bahan bakar gas 1
2 Oven Oven 1
4 Meja kerja Stainles 2
5 Panci Stainles, bahan tebal & kuat 5
6 Wajan bahan 4
alumunium, tebal
7 Leedle/ spatula Bahan stainles, plastic tahan 1
8 Teflon Ukuran besar/medium/kecil 3
9 Ricecooker Merk Yong Ma 1
10 Microwave Merk Sharp 1
11 Box bumbu kering Bahan plastik 1
c. Pemorsian dan Distribusi
Bahan makanan basah maupun kering yang datang, diterima dan diperiksa dari
segi kualitas dan kuantitas barangnya apakah sesuai dengan pesanan maupun
spesifikasi bahan makanan yang telah ditentukan.
2) Data anthropometri
Pengumpulan data anthropometri dilakukan dengan pengukuran tinggi badan
(TB); berat badan (BB). Pada kondisi tinggi dan berat badan tidak dapat
diukur, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA). Pada
pasien dengan odema/ acites perlu ada koreksi berat badan. Penilaian status
gizi dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk pasien usia >18 tahun,
sedangkan untuk pasien anak (0 bulan - <18 tahun) dilihat dari standar
IMT/U menurut WHO 2005. Status gizi pasien yang tidak dapat diukur
tinggi dan berat badannya, menggunakan prosentase LiLA.
3) Data biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium yang berkaitan
dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
4) Data pemeriksaan fisik/ klinis
Data pemeriksaan fizik/ klinis didapat dari catatan medik pasien atau
pengamatan langsung, meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan,
keluhan demam, mual, muntah, diare, odema/ acites.
5) Data riwayat personal pasien
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
C. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran
belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pengolahan
sampai penyajian makanan ke konsumen termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan
dan evaluasi.
1. Tujuan
a. Menyediakan makanan yang berkualitas dengan nilai gizi yang
mencukupi b. Menyediakan makanan yang aman bagi konsumen.
c. Menyediakan makanan dengan macam dan jumlah sesuai kebutuhan
d. Memberikan pelayanan makanan yang layak dan memadai bagi konsumen
2. Sasaran
Sasaran penyediaan makanan di RS Harapan Keluarga adalah pasien
rawat inap
3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan
Bentuk penyelenggaraan makanan di RS Harapan Keluarga dengan sistem
swakelola yaitu Unit Gizi menyediakan dan bertanggung jawab terhadap semua
kegiatan penyelenggaraan makanan untuk pasien
4. Mekanisme Penyelenggaraan Makanan.
Alur penyelenggaraan makan pasien
Perencana Pelayanan
an menu makan pasien
Pemesanan BM Penerimaan BM
Penyimpanan
BM
Persiapan
Pembuangan Pengolahan
sampah sementara
Pemorsian
Distribusi makanan
Pencucian
Pembuangan
sampah akhir
(diluar dapur)
a. . Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan disajikan
kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dan sesuai dengan tingkat
kesukaan konsumen pada umumnya. Tujuannya adalah tersedianya siklus menu
10 hari + 31 yang beraneka ragam. Menu dibuat dengan mempertimbangkan
anggaran belanja, jumlah tenaga dan peralatan, serta budaya makan konsumen
yang dilayani. Perencanaan menu dilakukan 2 kali dalam setahun.
c. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan berdasarkan
menu dan rata-rata jumlah konsumen atau pasien yang dilayani. Tujuannya
adalah tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai menu dan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
d. Penerimaan bahan makanan
Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi memeriksa,
mencatat dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai
dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Bahan makanan yang
diterima dicocokan dengan daftar pesanan baik dari jumlah maupun spesifikasinya.
e. Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar
di gudang penyimpanan bahan makanan.
Secara umum, penyimpanan bahan makanan harus memenuhi
persyaratan:
1) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi bakteri, serangga, tikus, dan hewan lainnya
maupun bahan berbahaya
2) Penyaluran bahan makanan menggunakan sistem FIFO (First In First
Out ) dan FEFO (First Expired First Out). Tanggal barang datang harus
dicantumkan untuk mengidentifikasi barang mana yang akan digunakan
terlebih dahulu. Pada produk nutrisi enteral, selain tanggal datang,
harus ditulis tanggal kemasan dibuka. Penyimpanan nutrisi enteral yang
sudah dibuka maksimal 1 bulan dari tanggal kemasan produk tersebut
dibuka.
3) Bahan makanan ditempatkan dalam wadah
tertutup
4) Kelembapan penyimpanan dalam ruangan 80-
90%
5) Bahan makanan disimpan sesuai dengan suhu yang
dianjurkan:
Pelayanan makanan pasien tidak hanya pengadaan bahan makanan, namun juga
bahan – bahan pendukungnya seperti plastik kemasan, cairan pembersih, hingga APD yang
digunakan. Kelancaran suatu proses pengadaan makanan perlu didukung dengan
manajemen pengadaan/logistik bahan makanan yang meliputi: pemesanan dan pembelian
bahan makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan dan distribusi bahan makanan.
Medis ke
Logistik
Permintaan Farmasi
Unit.Gizi
Barang
Non Medis ke
Logistik Umum
A. Perencanaan
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety stock adalah jumlah persediaan
cadangan yang harus ada untuk bahan–bahan yang dibutuhkan atau yang sering
terlambat diterima dari pemasok. Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan
bahan makanan di gizi. Reserve stock adalah cadangan bahan makanan/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan bahan makanan maupun non bahan makanan didapat dari
tingkat persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time).
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari
pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.
B. Permintaan
Permintaan biaya belanja bahan makanan, plastik kemasan, dan cairan
pembersih ke bagian keuangan setiap hari kerja. Permintaan alat tulis, logistik umum ke
bagian logistik umum. Sedangkan permintaan barang medis seperti masker ke logistik
farmasi. Permintaan ke logistik umum dan farmasi dilakukan setiap hari Selasa dan
Jumat.
C. Pengadaan
Pengadaan bahan makanan, plastic kemasan, dan cairan pembersih dilakukan oleh
bagian logistic unit gizi melalui pembelian langsung ke pasar. Sedangkan pengadaan
logistic umum dilakukan oleh bagian purchasing.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) gizi merupakan bagian dari
pengelolaan gizi secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi
petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas
lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi,
perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan secara
baik menurut pelayanan gizi yang benar.
B. Sarana dan Prasarana K3 di Unit Gizi
1. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan
enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
2. Menggunakan sandal yang tidak licin dan tertutup bila berada dilingkungan dapur
3. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, yaitu air bersih dalam jumlah yang cukup,
sabun, dsb
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
6. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
C. Pengamanan pada keadaan darurat
1. Sistem tanda bahaya
2. Sistem evakuasi
3. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau keluar gizi
5. Sistem informasi darurat
6. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
7. Alat pemadam kebakaran, masker, dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapai
D. Prosedur Keselamatan Kerja
1. Mencegah kecelakaan di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan ,
misalnya :
a. Menggunakan alat pembuka pet/bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat
dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat kearah bagian
alat yang tajam
b. Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan
alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
c. Pergunakan tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan
e. Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan
f. Tidak mengangkut barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda
g. Tidak mengangkut barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
h. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan
dan penyimpanan
2. Mencegah kecelakaan di ruang persiapan, pengolahan dan pada saat distribusi
makanan, misalnya:
a. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik misalnya gunakan
pisau, golok parutan kelapa yang baik dan tidak bercakap-cakap selama
menggunakan alat tersebut
b. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan makanan
c. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya
d. Bersihkan mesin sesuai petunjuk dan matikan mesin jika tidak digunakan
e. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
f. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan
mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya
g. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
h. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi
yang ditetapkan
i. Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya
j. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
k. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh
l. Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah
atau makanan tersebut tercampur
m. Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng
E. Kesehatan Kerja
Pada setiap petugas gizi harus dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap dan
memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan oleh peraturan yang berlaku.
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu:
1. Medical check up petugas gizi dilakukan setiap 1 tahun sekali:
a. Pemeriksaan foto toraks
b. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, urin lengkap, HBsAg)
c. Pemeriksaan dokter (tekanan darah, visus mata, pemeriksaan fisik lainnya)
2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun, meliputi:
a. Rectal swab (vibrio)
3. Pemantauan Kesehatan
Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setiap petugas harus
mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada
dokter bila petugas tersebut sakit.
4. Higiene Tenaga Penjamah Makanan
Parameter Syarat
Kondisi kesehatan 1. Tidak menderita penyakit mudah menular (batuk, bisul,
pilek, influenza, diare, dll)
2. Menutup luka terbuka, bisul, dan luka lainnya
Menjaga kebersihan 1. Mandi teratur dengan sabun dan air bersih
diri 2. Menggosok gigi dengan pasta gigi dan sikat gigi secara
teratur
3. Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang
telinga, dan sela-sela jari secara teratur
4. Mencuci rambut secara rutin
5. Kebersihan tangan: kuku dipotong pendek, tidak memakai
kutek, tidak memakai perhiasan (cincin, jam tangan),bebas
luka
Kebiasaan mencuci 1. Sebelum memegang makanan
tangan 2. Sebelum memegang peralatan makan
3. Setelah keluar dari kamar mandi/ WC
4. Setelah meracik bahan makanan mentah seperti daging,
ikan, sayuran, dll
5. Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti bersalaman,
memegang uang, membuang sampah, dll
Perilaku penjamah 1. Tidak menggaruk garuk rambut, lubang hidung
makanan dalam 2. Tidak merokok
melakukan kegiatan 3. Menutup mulut saat bersin/ batuk (etika batuk)
pelayanan makanan 4. Tidak meludah sembarangan diruangan pengolahan
makanan
5. Tidak menyisir rambut di ruang pengolahan makanan
6. Tidak memegang, mengambil, memindahkan dan
mencicipi makanan langsung dengan tangan
7. Tidak makan saat mengolah makanan
Penampilan 1. Selalu bersih dan rapi
penjamah makanan 2. Memakai celemek
3. Memakai tutup kepala
4. Memakai alas kaki yang tidak licin
5. Tidak memakai perhiasan
6. Memakai sarung tangan jika diperlukan
A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan
agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman,
standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan
yang diharapkan. Pengawasan bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana dan kebijakan telah ditetapkan, dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk untuk melakukan perbaikan pelaksanaan
yang terjadi sesuai dengan arah yang yang ditetapkan.
3. Evaluasi/Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini
bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang telah berjalan
ataupun membuat program rencana yang baru. Pada kegiatan evaluasi tekanan
penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, keluaran, dampak untuk menilai
relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini diutamakan luaran
atau hasil yang dicapai.
4. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya merupakan proses pengaturan biaya agar terhindar dari
pemborosan. Tujuan dari pengendalian biaya untuk menganalisa biaya yang
direncanakan dengan realisasi dan mencegah sisa bahan yang tidak efisien.
Pengendalian biaya disini adalah pengendalian biaya makanan. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengendalian biaya:
a. membuat standar untuk pelaksanaan seperti standar porsi, standar resep
hingga produk makanan yang dihasilkan sesuai kualitas yang ditetapkan.
b. Membuat perkiraan biaya dari produk yang dihasilkan
c. Melatih tenaga untuk memahami standar yang telah ditetapkan dan untuk
peningkatan kinerja.
d. Penghematan penggunaan tenaga dengan penggunaan menu yang sederhana
dan spesifik serta peralatan yang tepat.
e. Menetapkan tindakan perbaikan atau koreksi untuk mengatasi
penyimpangan.
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan gizi di Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman dan
yang terbaru yaitu mengacu standar internasional dan profesional. Pelayanan gizi merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan agar status gizi optimal sesuai dengan penyakit pasien.
Pedoman pelayanan gizi di RS Harapan Keluarga bertujuan untuk memberikan acuan
tenaga gizi dan informasi bagi tim kesehatan sehingga jelas dan profesional dalam mengelola
pelayanan gizi baik kegiatan asuhan gizi, penyelenggaraan makanan. Panduan pelayanan Unit
Gizi yang sudah kita susun bersama, hendaknya menjadi dasar setiap SDM di Unit Gizi
khususnya dan SDM RS Harapan Keluarga dan menjalankan organisasi demi tercapainya
kinerja yang optimal.
Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan
Gizi ini akan kami revisi bila diperlukan.
41