Laporan Kimia Dasar Analisa Kuantitatif
Laporan Kimia Dasar Analisa Kuantitatif
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Disusun Oleh:
Nama : Ghina Meriyana Dewi
NIM :
23010111120036 Kelompok : II ( Dua )
Asisten : Shella Rosalina F.C
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
banyaknya suatu zat yang ada dalam suatu sampel. Hal ini berhubungan erat dengan unsur
pembentuk dalam sampel tersebut. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang
ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi, menitrasi atau menitir.
Penentuan kadar dalam sampel biasanya ditentukan kedalam dengan proses titrasi dengan
Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara teliti. Larutan
standar yang bertindak sebagai indikator ditambah sedikit demi sedikit hingga terjadi
perubahan pada larutan yang akan diteliti kandungan sampelnya. Perubahan ini dapat berupa
perubahan warna atau terjadinya endapan pada sampel larutan. Saat terjadi perubahan pada
Tujuan dari praktikum kimia dengan materi peng enalan analisa kuntitatif adalah untuk
mengenal metode anlisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka, serta mampu
menerapkan reaksi asam-basa untuk menetapkan reaksi asam atau basa. Manfaat praktikum ini
yaitu agar mahasiswa dapat mempraktekkan secara langsung dan mengetahui proses
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa Kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu
pendapat (Haryadi,1990). Dan pernyataan tersebut diperjelas oleh Day dan Underwood (1998)
bahwa analisa kuantitatif merupakan suatu cara atau upaya sistematis yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, serta untuk
Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut, larutan standar harus
ditambahkan melalui alat yang disebut biuret. Karena reaksi harus sempurna, maka saat reaksi
sempurna sudah tercapai disebut saat ekuivalen atau saat stoikiometri yang biasanya dapat
diketahui karena ada sesuatu yang tampak dalam larutan ini, yaitu perubahan warna atau
terjadinya suatu endapan yang disebabkan oleh larutan standarnya itu sendiri atau karena
adanya penambahan suatu larutan penunjuk atau indikator. Saat dimana proses titrasi harus
dihentikan disebut saat akhir titrasi. Diharapkan saat ekuivalen sama dengan saat akhir titrasi.
Tetapi pada kenyataanya, kedua saat tersebut sulit dicapai secara bersamaan. Selain reaksi
harus kuantitatif juga harus berjalan cepat, sebab bila reaksinya lambat titik ekuivalen sulit
diamati. Reaksi dapat dipercepat dengan pemanasan, pengadukan atau penambahan katalisator
instrumental. Analisa titrimetri berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Analisa
berhubungan dengan pemakaian peralatan khusus pada langkah pengukuran (Day dan
Underwood, 1998).
2.2.1. Volumetri
Analisa volumetri juga dikenal sebagai trimetri, dimana zat yang akan dianalisa
dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari biuret
sampel, mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, pengukuran,
2.2.2. Gravimetri
aA + rR AaRr
yakni AaRr biasanya merupakan suatu substansi yanng sedikit larut yang bisa ditimbang
setelah pengeringan atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya
BAB III
pada hari Sabtu, tanggal 08 Oktober 2011 pada pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.30 WIB
Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum analisa kuantitatif antara lain: biuret berfungsi
untuk mentitrasi larutan NaOH dan asam cuka, labu ukur 250 ml sebagai tempat pengencer
asam cuka dan labu ukur 100 ml sebagai tempat pengencer larutan asam oksalat, erlenmeyer
sebagai tempat pencampuran asam cuka yang diencerkan dan tiga tetes indikator fenolftalein,
sedang erlenmeyer lain digunakan sebagai tempat NaOH yang telah ditetesi tiga tetes indikator
fenolftalein, penjepit atau statif sebagai tempat memasang tabung buret, pipet tetes untuk
mengambil larutan NaOH dan fenolftalein, dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain indikator fenolftalein, larutan NaOH
0,1 N, larutan asam oksalat 0,1 N, larutan asam cuka Suka Sari dan aquades.
3.2. Metode
NaOH dengan larutan asam oksalat adalah menimbang dengan tepat 0,63 gram asam oksalat
kemudian melarutkan asam oksalat tersebut dengan aquades dan mengencerkan menjadi 100
ml dengan labu takar. Mengisikan larutan asam oksalat ke dalam buret , kemudian
erlenmeyer. Kemudian menambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Setelah itu, menitrasi
larutan tersebut dengan asam oksalat standart sampai warna merah indikator tepat hilang dan
mencatat volume asam oksalat yang diperlukan. Melakukan titrasi tersebut sebanyak dua kali
kadar asam cuka adalah pertama mengisikan larutan NaOH yang telah diketahui
larutan tersebut dengan larutan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tetap.
Mengulangi langkah tersebut sebanyak dua kali untuk erlenmeyer yang lain serta mencatat
BAB IV
Berdasarkan hasil praktikum standarisasi NaOH larutan asam oksalat dapat diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
NaOH diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,0975 N. Normalitas NaOH 0,0975 N didapat dari
perhitungan antara titrasi I dengan titrasi II, dimana NaOH sebagai analit yang beraksi dengan
asam oksalat sebagai pereaksi. Asam oksalat merupakan peraksi yang disebut juga titran.
Percobaan ini sesuai dengan pernyataan ( Day dan Underwood, 1998) yang menyatakan bahwa
analisa dengan metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia : aA + tT produk, dimana
a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul pereaksi T. Asam oksalat merupakan peraksi
T yang ditambahkan dalam biuret secara kontinu dalam wujud larutan yang konsentrasinya
indikator memberikan warna merah muda. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Khopkar, 1990)
bahwa semua metode yang dilakukan dengan cara titrimetri tergantung pada larutan standar
yang mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketetapan yang
Berdasarkan percobaan yang telah laksanakan pada praktikum pengukuran kadar asam
cuka diperoleh hasil kadar asam cuka sebesar 12,75 % dalam cuka merk “Sukasari”. Hal ini
disebabkan karena perhitungan asam cuka pada normalitas asam cuka yang belum diencerkan
belum diketahui dan normalitas asam cuka setelah diencerkan belum diketahui.
Percobaan ini bila reaksi positif maka titik akhir titrasi ditandai dalam perubahan warna
larutan dari bening menjadi merah muda yang tetap, hal ini sesuai dengan pendapat (Khopkar,
1990) bahwa sebagian besar titrasi asam basa dilakukan dalam kamar, kecuali titrasi yang
basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur.
Pendapat tersebut diperjelas oleh ( Day dan Underwood, 1998) yang menyatakan bahwa ada
sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh titrimetri, dan pada umumnya titran
5.1 Kesimpulan
kesimpulan yang didapat dalam percobaan mengenai analisa kuantitatif merupakan suatu
upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-
dengan proses titrasi dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar yaitu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara teliti, sedangkan titrasi merupakan salah satu cara analisa
kuantitatif yang berdasarkan volume bahan yang diperlukan untuk mencapai equivalen.
Analisa kuantitatif ada beberapa macam diantaranya volumetri, grafimetri dan instrumental.
Pada standarisasi NaOH reaksi sempurna ditandai dengan adanya suatu perubahan
warna yang disebabkan oleh larutan itu sendiri atau karena adanya penambahan suatu larutan
petunjuk. Pada titrasi asam cuka dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam
5.2. Saran
Dalam praktikum diharapkan agar perlengkapan untuk dilengkapi karena ada beberapa
alat praktikum yang belum terlengkapi. Sehingga praktikum dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A and A.L Underword. 1998. Analisa Kuantitatif. USA. Pruntice Hall Inc (diterjemahkan
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. Jakarta. Universitas Indonesia Pers
Peterucci, H. Ralph 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta. Erlangga
LAMPIRAN
. =
0,975 = 10
= 0,0975 N
Keterangan :
V2 = Volume NaOH
N2 = Normalitas NaOH
= 12,75 %
Keterangan :
C = Kadar Asam Cuka
N = Normalitas NaOH
2222222222222
ANALISIS KUANTITATIF
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 4
REAKSI ASAM BASA : ANALISIS KUANTITATIF
Laporan ini dibuat untuk memenuhi nilai praktikum Kimia Dasar I
Disusun oleh :
Imelda Friskawati S (J2C009028)
Nailil Amalia Y.N (J2C009029)
Yuanita Efhiliana (J2C009030)
Boy P Manurung (J2C009032)
Zainal Arifin (J2C009033)
Nina Adriana (J2C009034)
Bara Yunianto F (J2C009035)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
PERCOBAAN IV
REAKSI ASAM BASA : ANALISIS KUANTITATIF
I. TUJUAN
1.1 Mampu menerapkan reaksi asam basa untuk menetapkan konsentrasi asam
atau basa.
1.2 Mampu menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam cuka
perdagangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Volumetri
Volumetri adalah suatu metode analisa kuantitatif yang digunakan
dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasi larutannya telah
diketahui dengan teliti, kemudian mereaksikannya dalam jumlah volume
tertentu dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya. Reaksi-
reaksi yang dapat dimanfaatkan dalam volumetri adalah reaksi asam basa
atau netralisasi, reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa
kompleks dan reaksi redoks.
( Svehla, 1979 ) zat yang larut dalam air untuk memberikan ion-ion H
+
. Sedangkan basa
adalah zat yang melarut kedalam air untuk memberikan ion-ion OH
-
.
Teori lewis menyatakan bahwa asam adalah spesi apa saja yang
bertindak sebagai penerima pasangan elektron. Sedangkan basa adalah
spesi apa saja yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron.
( Keenan, 1990 )
Bronsted-lowry mendefinisikan bahwa asam adalah suatu
senyawa yang mampu menyumbang proton. Dipihak lain, tiap
senyawa yang mampu menerima proton dianggap sebagai basa
(akseptor proton).
( Rivai, 1995 )
2.6. Indikator Asam basa
Indikator asam basa adalah senyawa organik yang berubah
warnanya dalam larutan dengan pH larutan. Misalnya, lakmus yang
berwarna merah dalam larutan asam tetap berwarna merah, dalam
larutan basa lakmus berwarna biru tetap berwarna biru. Lakmus yang
berwarna biru, dalam larutan asam akan berwarna merah. Sedangkan
lakmus berwarna merah di dalam larutan basa berwarna biru.
( Rivai, 1995 )
Para ahli kimia menggunakan zat warna bernama kertas lakmus.
Kertas lakmus berasal dari lumut kerak (Rosella tunctona). Lakmus
sangat umum digunakanuntuk menguji keasaman dan kebasaan, sebab
memiliki keunggulan sebagai berikut,
1. lakmus sukar teroksidasi oleh O
2
di udara, sehingga dapat disimpan
lama.
2. lakmus mudah diserp oleh kertas, sehingga dapat disediakan
dengan bentuk kertas lakmus
3. perubahan warnanya jelas terlihat.
( Arsyad, 2001 )
2.7. Pengenceran
Proses pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat
( konsentrasi tinggi ) dengan cara menambah pelarut agar diperoleh
volume akhir yang lebih besar.
V
1.
N
1
=
V
2.
N
2
Keterangan : V
1
: volume awal
N
1
: volume akhir
V
2
: normalitas awal
N
2
: normalitas akhir
Jika larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan,
kadang – kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi
pada asam sulfat. Panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam
sulfat harus dimusnahkan dulu dalam air dan tidak boleh sebaliknya.
( Brady, 1997 )
2.8. Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui secara teliti. Larutan standart disebut juga larutan baku.
V. PEMBAHASAN
5.1. Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat
Larutan NaOH ini harus `distandardisasi` atau `dibakukan`, yakni ditentukan
konsentrasinya yang setepatnya atau sebenarnya. Percobaan ini dilakukan
dengan menggunakan asam oksalat sebagai larutan standar, yaitu larutan
yang telah diketahui konsentrasinya, dan NaOH sebagai larutan yang akan
dicari konsentrasinya. Cara kerjanya yaitu, bilas buret oleh aquades lalu
bilas dengan larutan asam oksalat. Pembilasan ini dilakukan agar buret
benar-benar steril dari zat lain yang memungkinkan perbedaan pH asam
oksalat, sehingga titrasi dapat berlangsung dngan akurat. . Asam oksalat
yang digunakan untuk membilas kemudian dibuang. Setelah dibilas,
masukkan asam oksalat 0,1 N ke dalam buret hingga batas skala nol (sebagai
titran). Tabung buret sebelumnya di Ke dalam erlenmeyer dimasukkan 15
mL NaOH (sebagai titrat) dan 3 tetes indikator fenolftalein sabagai
indikator pH. Larutan ini berwarna merah muda pucat.
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan
yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam
lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan
memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).
Selanjutnya dilakukan titrasi. Titrasi dilakukan dengan
menambahkan titrat (asam oksalat) pada buret tetes demi tetes ke tabung
erlenmeyer yang berisi titran (NaOH). Selama titrasi, tabung erlenmeyer
digoyang-goyangkan agar campuran merata. Titrasi ini dilakukan sampai
mencapai keadaan ekuivalen . Artinya secara stoikiometri titran dan titrat
tepat habis bereaksi) yang ditandai dengan berubahnya warna indicator,
dalam hal ini warna merah muda tepat berubah menjadi bening. Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan
sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati
titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh
karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Indikator fenolftalein pada larutan basa,akan berwarna merah muda.
Ketika mencapai titik ekivalen, indikator menampakkan warna bening pada
larutan. Hal ini dikarenakan larutan bersifat netral. Yaitu ketika NaOH telah
tepat bereaksi.
Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi. Yaitu
antara asam oksalat, ,yang merupakan asam kuat dan NaOH(basa kuat).
Titrasi dilakukan tiga kali (triplo) agar diperoleh data yang
mendekati kebenaran atau data yang akurat. Data yang diperoleh adalah
sebagai berikut : pada titrasi pertama, untuk mendapatkan titik ekivalen
diperlukan asam oksalat sebanyak 15 mL. Titrasi kedua, diperlukan asam
oksalat sebanyak 15,5 mL. Titrasi ketiga, diperlukan asam oksalat sebanyak
15,3 mL. Sehingga dapat diperoleh volume rata-ratanya 15,267 mL dan dari
perhitungan diperoleh hasil bahwa kosentrasi NaOH yang sesungguhnya
adalah 0,1017 N.
5.2. Penetapan kadar asam asetat
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam asetat dengan
menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar yang diketahui
konsentrasinya. Langkah-langkah percobaan yang dilakukan yaitu cuci buret
dengan aquades, lalu bilas lagi dengan NaOH. Hal ini ditujukan agar buret