Anda di halaman 1dari 16

Temanggung KLB Malaria

Temanggung (ANTARA News) - Serangan penyakit malaria yang menimpa lima warga Dusun Bakal, Desa
Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mendorong Dinas Kesehatan
Temanggung menyatakan daerah itu berstatus kejadian luar biasa (KLB) malaria.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Temanggung, Edi
Rachmanto, di Temanggung, Sabtu, lima warga yang terjangkiti adalah Irfan (12), Puji (50), dan Janatun
(35) menderita malaria vivax. Sementara Ivan (9) dan Hafal (6,5) menderita malaria falcivarum. Mereka
dirawat petugas Puskesmas.

Sejak Kamis (13/3) hingga Sabtu (15/3), katanya, petugas telah mengambil sampel darah ksekitar 1.500
warga untuk penelitian.

Kasus malaria yang menyerang lima warga, katanya, merupakan pertama kali untuk kategori penularan
setelah peristiwa serupa terjadi pada tahun 1970.

Serangan malaria di Temanggung selama ini, katanya, tertular para pendatang. Pada tahun 2007 di
daerah ini ditemukan 52 kasus malaria. Sedangkan selama bulan Januari hingga Maret 2008 ditemukan
47 kasus yang terdiri atas 42 kasus karena penularan pendatang dan lima lainnya penularan lokal.

Seorang dari lima penderita pertama di desa itu, katanya, selama ini tidak pernah bepergian. Petugas
selanjutnya mengambil sampel daerah warga. Namun hingga kini belum diketahui hasilnya karena masih
diuji di laboratorium," katanya.

"Petugas kesehatan telah melakukan penelusuran nyamuk anopheles penyebab malaria dan
menemukan seekor nyamuk anopheles aconitus. Hasil penelitian, nyamuk itu ternyata belum pernah
bertelur sehingga petugas memastikan nyamuk itu belum pernah menggigit manusia," katanya.
Namun, katanya, petugas belum menemukan tempat pengembangbiakan nyamuk itu karena
diperkirakan tempatnya telah terbawa air hujan yang turun setiap hari di kawasan tersebut.

Petugas kesehatan telah bersiaga setiap saat untuk memantau perkembangan kesehatan masyarakat
dengann membuka Posko KLB Malaria di Puskesmas.

Ia mengimbau masyarakat mewaspadai serangan penyakit malaria dengan cara memeriksakan diri jika
menjumpai warga yang sakit dengan gejala pusing, menggigil, demam, mual, dan muntah.

"Gejala-gejala seperti akan terjadi selama 1 jam hingga 2 jam. Namun setelah itu penderita terlihat
normal, kemudian bisa kambuh lagi. Serangan bisa terjadi lagi sehari hingga 3 hari sekali," katanya.(*)
11/02/08 22:44

Sumenep KLB Malaria

Sumenep, Madura (ANTARA) - Pada sampel darah yang diambil dari 1.000 warga Desa Pegerungan Kecil,
Kecamatan Sapeken, Sumenep, Madura, Jatim, darah 200 orang diantaranya dinyatakan terserang virus
akibat gigitan nyamuk anophless yang menyebabkan penyakit malaria.

Berdasarkan penemuan itu, Dinas Kesehatan daerah setempat menyatakan kondisi tersebut sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kabid Pemberantasan dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sumenep, dr Samsu Hadi Widjojo,
Senin mengatakan, munculnya wabah malaria sebenarnya sudah dilaporkan sejak akhir tahun 2007 lalu,
dan setelah dilakukan tes sampel darah ternyata positif sebagian warga terjangkit.

"Dalam perkembangnnya, kasus malaria itu ternyata menyerang ratusan warga lainnya," katanya.
Kasus malaria tahun 2008 ini, sambungnya, merupakan yang terbanyak selama dua tahun terakhir,
sehingga masuk kategori kejadian luar biasa.

"Dari 200 warga yang positif, delapan diantaranya sangat berat," katanya.

Upaya penanganan dari petugas kesehatan setempat, selain mengoptimalkan pusat pembantu
kesehatan (pustu) di desa setempat juga petugas Puskesmas Sapeken melayani 24 jam terhadap warga
yang terjangkit malaria yang mengeluh kedinginan hingga menggigil.

Selain melakukan pengobatan, kata dia, Dinkes telah menerjunkan petugas penyemprotan terlatih guna
membasmi sarang nyamuk yang diduga bersumber dari bekas galian pipa milik pengebor migas yang
dilakukan oleh EMP Kangean Ltd yang saat ini diganti Kangean Energi Indonesia (KEI)

Sementara, Wakil Bupati Sumenep, Moh Dahlan mengaku telah mengirim surat kepada KEI agar
membantu masyarakat yang terjangkit malaria akibat kubangan pipa pengeboran migas yang jaraknya
berdekatan dengan pemukiman penduduk tersebut.

"Atas nama Pemkab, kami telah mengirim surat pada KEI agar ikut membantu warga yang terjangkit
malaria itu," katanya.

Namun demikian, kata dia, jawaban surat yang dari KEI, untuk membantu warga yang terjangkit malaria
perlu persetujuan dari BP Migas.

"Jadi, hingga saat ini belum ada kepastian apakah KEI itu akan membantu warga dalam pengobatannya,"
katanya.

Sedangkan seluruh pembiayaan pengobatan termasuk usaha penyemprotan yang dilakukkan selama ini
dananya murni dari Pemkab Sumenep.(*)

COPYRIGHT © 2008
Adapted and redrawn from: World Malaria Situation in 1993,Weekly Epidemiological Record, 1996, 71,
33-40).

Penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar
100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti
kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu
padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta
perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk
dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.

Malaria penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka kematian di banyak negara
dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak
1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di
beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar
seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal.
Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita
malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu
penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa
Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan
terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk
(2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk. Berikut ini adalah data daerah
endemik malaria 2001 Indonesia, khususnya di pulau Jawa-Bali:

http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m1_s2_i229_b.pdf dan data daerah endemis malaria di


Indonesia selama 1978-1998:

http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m1_s2_i192_b.pdf .

Banyumas, seperti diklaim pemerintah, merupakan daerah yang sudah bebas malaria sejak 10-15 tahun
terakhir. Tapi tiba-tiba, Juli 2001 terjadi kejadian luar biasa (KLB) malaria yang menjangkiti sekitar 150
penduduk; Desember 2001-Januari 2002, kembali terjadi lonjakan kasus malaria, terutama di empat
kecamatan (Kemrajen, Somagede, Sumpiuh dan Tambak) yang meliputi 17 desa. Sejak Juli 2001 sampai
pertengahan Januari 2002 itu, tercatat 5.409 penderita malaria klinis, 1.127 orang di antaranya positif
ada parasit dalam darahnya. KLB malaria pun memakan korban jiwa delapan orang.
Pemerintah menilai, Banyumas sebagai wilayah pantai selatan yang merupakan habitat nyamuk
Anopheles sp, tidak mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis. Karena perubahan iklim global
meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa dilakukan hanyalah menekan populasi nyamuk
dengan, misalnya menebar ikan di persawahan. Selain itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan,
kendurnya pemantauan populasi nyamuk oleh petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus
malaria. Masyarakat pun menjadi lengah. Sementara itu, krisis ekonomi membuat kemampuan
menyediakan insektisida untuk menyemprot nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga timbul KLB
pertama pada Juli 2001. KLB kedua terjadi lebih dikarenakan selama bulan Puasa dan Lebaran, banyak
penduduk yang merantau pulang kampung. Penduduk yang merantau di daerah endemis, seperti
Lampung, Riau atau Kalimantan, pulang membawa parasit dan menularkannya ke penduduk desa.

Memang, cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan daerah yang terlalu padat,
memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari
desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim
di daerah itu. Selain itu, perubahan iklim, perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan
air di bekas galian pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat penyebaran penyakit malaria.
Hal itu diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan
sebaliknya.

Hasil analisis Geographic Health Information System yang dikembangkan di enam provinsi termasuk
Jawa Tengah, menunjukkan seluruh Jawa Tengah berpotensi terjadi KLB malaria. Lalu, apa yang
dilakukan pemerintah? Didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah daerah endemik
malaria mulai mencanangkan Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria secara komprehensif dan
terpadu. Upaya penanggulangan lewat Gebrak Malaria dilakukan dimulai sejak 2000 untuk daerah
Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kabupaten Lombok Barat
(NTB). Pada 2001, Gebrak Malaria dikembangkan di beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang menyerang manusia, burung, kera dan
primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang merupakan hospes perantara serta nyamuk
anopheles sebagai hospes definitif y ang disebabkan protozoa genus plasmodium ditandai dengan
demam,anemia dan splenomegali.Plasmodium penyebab malaria terdiri dari 4 spesies yaitu:

1. Plasmodium vivax : malaria tertiana dimana demam muncul pada hari ketiga karena pematangan
skizon tiap 48 jam..
2. Plasmodium falciparum : malaria serebral dimana demam muncul tidak teratur disertai gejala
terkenanya otak “koma” dan kematian mendadak.

3. Plasmodium malariae : malaria quartana dimana demam setiap hari keempat. Karena pemtangan
skizon 72 jam

4. plamodium ovale : malaria pernisiosa dimana gejala timbul mendadak disertai gejala terkenanya otak
stroke,koma,disertai gejala malaria berat. demam muncul pada hari ketiga karena pematangan skizon
tiap 48 jam..

a. Malaria cerebral Didefinisikan sebagai unrousable coma pada malaria falsiparum, suatu perubahan
sensorium yaitu manifestasi abnormal behaviour/kelakuan abnormal pada seorang penderita dari mulai
yang paling ringan sampai koma yang dalam. Terbanyak bentuk yang berat.Diantaranya berbagai
tingkatan penurunan kesadaran berupa delirium, mengantuk, stupor, dan ketidak sadaran dengan
respon motorik terhadap rangsang sakit yang dapat diobservasi/dinilai. Onset koma dapat bertahap
setelah stadium inisial konfusi atau mendadak setelah serangan pertama. Tetapi ketidak sadaran post
iktal jarang menetap setelah lebih dari 30-60 menit. Bila penyebab ketidaksadaran masih ragu-ragu,
maka penyebab ensefalopahty lain yang lazim ditempat itu, seperti meningoensefalitis viral atau
bakterial harus disingkirkan.

b. Manifestasi neurologis ( 1 atau beberapa manifestasi ) berikut ini bisa adaEnsefalopathy difus
simetris.Kejang umum atau fokal.Tonus otot dapat meningkat atau turun.Refleks tendon
bervariasi.Terdapat plantar fleksi atau plantar ekstensi.Rahang mengatup rapat dan gigi kretekan
(seperti mengasah).Mulut mencebil (pouting) atau timbul refleks mencebil bila sisi mulut
dipukul.Motorik abnormal seperti deserebrasi rigidity dan dekortikasi rigidity.Tanda-tanda neurologis
fokal kadang-kadang ada.

c. Manifestasi okular : pandangan divergen (dysconjugate gaze) dan konvergensi spasme sering terjadi.
Perdarahan sub konjunctive dan retina serta papil udem kadang terlihat.Kekakuan leher ringan kadang
ada. Tetapi tanda Frank (Frank sign) meningitis, Kernigs (+) dan photofobia jarang ada. Untuk itu adanya
meningitis harus disingkirkan dengan pemeriksaan punksi lumbal (LP).Cairan serebrospinal (LCS) jernih,
dengan <>

Gambar eritrosit yang mengandung parasit malari

Nyamuk menusuk manusia menghisap darah dan memasukkan sporozoit dalam luka tusuk

Kemudian dalam peredaran darah perifer setelah setengah jam sporozoit masuk kedalam sel hati (daur
hati selama 8 hari ini menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit).Sel hati terinfeksi

Kemudian menjadi bentuk skizon hati

Skizon ruptur(pecah)
Menjadi bentuk merozoit(10000)dan hipnozoid yang dorman yang akan menyebabkan relaps.Merozoit
masuk kedalam eritrosit diperedaran darah kemudian mengalami daur eritrosit.Eritrositmenjadi besar
dan berwarna pucat.Berubah menjadi bentuk trofozoit muda (immature)àtrofozoit matang kemudian
menjadi skizon

Skizon dan pecah mejadi merozoit .Pecahnya skizon menyebabkan demam pada hospes.Daur ini
berlangsung beberapa kali namun dada merozoit menjadi trofozoit immatur

Dimana trofozoit ini mengalami gametosit dimana Mikrogametoit(gamet jantan) tertarik


makrogametosit (gamet betina membentuk tonjolan kecil tempat masuknya mikrogametosit.terjadi
pembuahan dan pembelahan secara seksual

Kemudian darah dihisap nyamuk anopheles.

Di lambung nyamuk terjadi gametosit kembali mikrogamet masuk pada makrogamet terjadi pelepasan
flagel dari mikrogamet

terbentuk ookinet dalam waktu 18-24 jam,

Ookinet menembus dinding epitel lambungberubah menjadi ookista

Ookista pecah menjadi ribuan spoozoityang keluar dan bergrak dalam rongga badan nyamuk dan
kelenjar liur

Manifestasi klinis

1. Demam periodik terdiri 3 stadium yaitu menggigil 15 menit-1 jam ,puncak demam 2-6jam dan
berkeringat 2-4jam

2. Splenomegali merupakan tanda malaria kronik.Limpa mengalami kongesti,menghitam dan keras


karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah

3. Anemia,paling berat karena P.falciparum disebabkan penghancuran eritrosit berlebih,eritrosit normal


tidak dapat hidup lama,gangguan pembentuka eritrosit akibat depresi eritropoesis

Gejala Malaria

Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau
yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini
merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:

- menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat
antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.
- demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-
40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih
dari 40 derajad celcius.

- berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh
sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai
membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.

Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik
di atas timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala
lain.

2. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:

- Demam

- Menggigil

- Berkeringat

- Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.

- Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pega pada orang
dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).

3. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah
satu gejala di bawah ini:

- Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)

- Kejang, -beberapa kali kejang

- Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran

- Mata kuning dan tubuh kuning

- Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan

- Jumlah kencing kurang (oliguri)

- Warna urine seperti teh tua

- Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)

- Nafas sesak
Seseorang bisa diketahu terserang penyakit malaria lewat penampakan klinis (seperti gejala-gejala di
atas) atau pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium (SD), seseorang bisa diketahui
terkena:

- Malaria ringan atau tanpa komplikasi:

a. Malaria falciparum (tropika), disebabkan p. falciparum

b. Malaria vivak/ovale (tertiana), disebabkan p. vivax/ovale

c. Malaria malariae (kuartana), disebabkan p. malariae

- Malaria berat atau komplikasi

Diagnosa.

Gejala klinis yang khas dipastikan dengan ditemukannya organisme penyebab di dalam sel-sel darah
merah penderita pada pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium : parasitologi, darah tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal dan lain-lain
untuk mendukung/menyingkirkan diagnosis/komplikasi lain, misal :: punksi lumbal, foto thoraks, dan
lain-lain.

Pengobatan Malaria

Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi


kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria).
Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat:

· Membunuh semua stadium dan jenis parasit

· Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

· Toksisitas dan efek samping sedikit


· Mudah cara pemberiannya

· Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan operasioanal itu
adalah:

· produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik –bahkan obat palsu-

· distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas

· kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan

· kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal,
klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja) Sementara itu, hambatan teknisnya adalah
gagal obat atau resistensi terhadap obat.

Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga “Obat Malaria”) yang dikenal umum adalah:

- Obat standar: klorokuin dan primakuin

- Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)

- Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)

- Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)

– obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.
Obat Malaria

Klorokuin

Kerja obat ini adalah:

- sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan
menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24
jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi
(gagal obat); terhadap p. falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan
mengurangi penderitaan

- gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda

Farmokodinamikanya:

- menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA

- obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu

Toksisitasnya:

- Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)

- Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih besar/sama dengan
30 mg basa/kg BB

Efek sampingnya:
- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan kosong

- pandangan kabur

- sakit kepala, pusing (vertigo)

- gangguan pendengaran

Formulasi obat:

- Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg berntuk garam dan
Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam.

- Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa klorokuin

disulfat per ampul.

Primakuin

Kerja obat ini adalah:

- sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae tidak diketahui

- sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi sehingga perlu
hati-hati
- gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit

- hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale

Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit (sifat oksidan)


sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit

Toksisitasnya:

- Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari

- Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4mg/kg/BB/hari

Efek sampingnya:

- Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam keadaan
kosong

- Kejang-kejang/gangguan kesadaran

- Gangguan sistem haemopoitik

- Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis

Formulasi obat adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet

Kina
Kerja obat ini adalah:

- sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal

- Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap spesies lain cukup
efektif Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA terganggu yang
kemudian menghambat sintesa protein parasit.

Toksisitasnya:

- dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)

- dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa) Efek sampingnya adalah Chinchonisme Syndrom
dengan keluhan: pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran –telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan
muntah, tremor dan penglihatan kabur.

Formulasi obat:

- Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.

- Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)

Sulfadoksin Pirimetamin (SP)

Kerja obat ini adalah:


- sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap parasit lain dan
menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus
dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)

- Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan gametosit

Farmakodinamikanya:

- primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat terhambat
sehingga pembelahan inti parasit terganggu

- SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel dan sitoplasma
parasit

Toksisitasnya:

- sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa)

- pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250 mg/hari (dewasa)

Efek sampingnya:

- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah

- pandangan kabur

- sakit kepala, pusing (vertigo)

- haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi G6PD


Kontra indikasinya:

- idiosinkresi

- bayi kurang 1 tahun

- Defisiensi G6PD

Formulasi obat adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin

Anda mungkin juga menyukai