Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di bumi ini. Tidak ada

satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air karena air merupakan unsur

kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk

hidup lainnya. Air bahkan menjadi elemen dasar yang penting dalam mata rantai

kehidupan. Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan di bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam berbagai aktivitas.

Mutu atau kualitas air yang baik sangat baik bagi kelangsungan hidup manusia

terutama adanya air bersih. Air yang bersih dan sehat diperlukan manusia untuk

dikonsumsi sebagai air minum dan kebutuhan sehari – hari mulai dari penggunaan

untuk kebutuhan rumah tangga antara lain ; mencuci, mandi, minum, industri, dan

pertanian. Syarat air bersih yang dapat digunakan sehari-hari meliputi tiga

komponen, yaitu persyaratan secara fisik, secara kimia, dan kandungan mikroba

yang terdapat didalamnya.

1. Syarat fisik

Air yang dipergunakan untuk minum adalah air yang tidak berwarna, tidak

berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara (± 25ºC). Syarat-

syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum dimana

6
dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar yang disyaratkan dan tidak

boleh dilampaui adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kadar Ketentuan Syarat Fisik Air

2. Syarat kimiawi

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat

kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan (Sutrisno et

al, 2004). Zat ataupun bahan kimia yang terdapat di dalam air minum tidak boleh

sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya

zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh,

hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air

minum tersebut (Azwar, 1995).

Tabel 2.2 Kadar Ketentuan Syarat Kimia Air

7
3. Syarat mikrobiologi

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama

sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-

batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100ml air. Bakteri golongan Coli ini

berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada

dalam air antara lain adalah Bakteri typshum, Vibrio colerae, Bakteri dysentriae,

Entamoeba hystolotica, Bakteri enteritis (penyakit perut). Air yang mengandung

golongan Coli dianggap telah berkontaminasi dengan kotoran manusia. Dalam

pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung

bakteri patogen tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno

et al, 2004).

2.1.1 Sumber Air

Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk

sebuah lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau dan waduk akan

menguap menjadi uap air. Titik uap akan bergerombol membentuk awan.

Kandungan uap di awan akan terkondensasi menjadi butiran-butiran air hujan.

Selanjutnya hujan membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah

sehingga membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai

menuju lautan. Siklus air tersebut akan berputar terus menerus (Alamsjah,2006).

8
Gambar 2.1 keterdapatan beberapa sumber air

Sumber air secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Air Laut

Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam murni (NaCl)

yang cukup tinggi, kadar garam murni sekitar 3% dari jumlah total keseluruhan

air laut. Saat ini teknologi yang dapat merubah air laut menjadi air tawar yang

layak dikonsumsi adalah teknologi tinggi dengan filterisasi dan destilasi dimana

proses ini memerlukan energi yang besar sehingga hanya negeri kaya dan maju

yang baru bisa mengaplikasikan teknologi penjernihan air laut.

2. Air Hujan

Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan

bumi akibat pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa

pencemaran air) air hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi

manusia. Namun pada saat evaporasi berlangsung air yang menguap sudah

tercemar, dan air hujan yang turun juga tercemar oleh polusi udara (industri,

otomotif dll) akhirnya air hujan tidak lagi mempunyai pH normal lagi melainkan

bersifat asam.

9
3. Air Permukaan (Surface water)

Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara lain

sumur, sungai, rawa dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang

meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di

permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang

membentuk danau ataupun rawa.

Air Permukaan ada 2 (dua) macam yaitu :

- Air Sungai

Dalam penggunaannya untuk air minum, haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, karena air sungai mempunyai derajat pencemaran

yang sangat tinggi sekali.

- Air Rawa/Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organis

yang telah membusuk, dengan adanya pembusukan kadar air zat organis tinggi,

maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan

O2 kurang sekali, maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut.

4. Air Tanah (Ground water)

Menurut definisi undang-undang sumber daya air, air tanah merupakan air

yang terdapat didalam tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah

memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, sifat dan kandungan mineral air

tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air

tanah antara lain Na, Mg, Ca, Fe, dan O2.

10
Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke

dalam tanah dan akan menjadi air tanah (Koesnaidi, 2010). Air tanah terbagi

menjadi tiga yaitu :

1. Air tanah dangkal : Terjadi karena proses peresapan air dari permukaan

tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri

sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada

kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air

bersih melalui sumur-sumur. Dari dangkal segi kualitas agak baik

sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.

2. Air tanah dalam : Terdapat pada lapisan rapat air pertama dengan

kedalaman 100 – 300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya

lebih baik dari air tanah dangkal. Sedangkan kuantitasnya mencukupi

tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan

musim.

3. Mata air (Spring water): Mata air adalah air yang keluar dengan

sendirinya ke permukaan tanah. Keluarnya air tersebut secara murni dan

biasanya terdapat di lereng-lereng gunung atau sepanjang tepi sungai.

Hampir tidak terpengaruh oleh musim (Sutrisno T, 2006).

2.1.2 Proses Pengolahan Air

1. Pengolahan Physics : Suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk

mengurangi/menghilangkan kotoran kotoran yang kasar, penyisihan

lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam

air yang akan diolah.

11
2. Pengolahan Kimia : Suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan

zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya.

3. Pengolahan Bakteriologis : Suatu tingkat pengolahan untuk membunuh

bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum (Soehartono, 2005).

2.1.3 Parameter Kualitas air

Parameter untuk menentukan Kualitas air dapat dilihat dari sifat fisis air,

Kimia dan secara biologis. Hal ini dapat memudahkan agar dapat mengetahui

kondisi air tersebut tidak tercemar dan dapat diperuntukkan sesuai kebutuhan.

Parameter mikrobiologi merupakan parameter yang membatasi jumlah maksimum

E.coli dan total bakteri koliform per 100 ml sampel. Parameter fisik adalah

parameter yang berkaitan dengan kondisi fisik air seperti bau, warna, total zat

padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa dan suhu. Parameter kimiawi adalah

parameter yang bersangkutan dengan kandungan unsur atau zat kimia yang

berbahaya bagi manusia, yang terdiri dari kimia organik dan anorganik,

diantaranya adalah besi dan pH. Kandungan kimia dalam air harus ditekan

seminimal mungkin karena beberapa diantaranya sangat berhubungan langsung

dengan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Mentri No.

492/MENKES/PER/IV/2010 karena keterbatasan biaya penelitian, peneliti

membatasi jumlah parameter yang akan dilakukan pengujian untuk diukur

kualitas air sumur gali yang digunakan oleh warga Desa Tuafanu Kecamatan

Kualin Kab. TTS.

Berikut penjelasan beberapa parameter kualitas air yang digunakan pada

penelitian ini, yaitu :

12
1. Bau

Parameter ini dilakukan pada saat dilapangan dengan cara organolenik

pengamtan langsung dilapangan dengan organ tubuh yaitu indra pencium.

2. Warna (Color)

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan

tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta

tumbuh-tumbuhan.

3. Kekeruhan (Turbiditas)

Air yang digunakan untuk minum hendaknya air yang jernih. Air keruh

disebabkan oleh butiran-butiran koloid dari tanah liat. Untuk mengukur kekeruhan

air digunakan Turbidimeter dengan satuan mg/l. Standar yang ditetapkan oleh

U.S. Public Health Service mengenai ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan

skala silikat (Sutrisno, 2006). Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya

bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan

bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. Apabila kondisi air semakin keruh,

maka cahaya matahari yang masuk ke permukaan air semakin berkurang dan

mengakibatkan menurunnya proses fotosintesis oleh tumbuhan air. Dengan

demikian suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan berkurang dari proses

fotosintesis. Bahan-bahan terlarut dalam air juga menyerap panas yang

mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air

berkurang. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:

a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)

b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton

13
c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal

dari daun-daun tumbuhan yang terekstrak)

4. pH (Derajat Keasaman)

pH (power hydrogen) merupakan ukuran aktifitas ion hydrogen dan

didefenisikan sebagai minus (negatif) logaritma konsentrasi ion H. pH

didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+] yang

mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut

netral, basa atau asam. Air dengan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7

termasuk basa. pH merupakan variabel kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi

sepanjang hari. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus

dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat

mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam

melakukan koagulasi kimiawi, pelunakan air (water softening) dan pencegahan

korosi. PH air dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan

melihat tingkat keasaman atau kebasaan air, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen

pada proses pengasaman dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses

pembasaan. Pengukuran pH juga dapat menggunakan pH meter, kertas lakmus

dan kalorimeter. PH meter pada dasarnya menentukan kegiatan ion hydrogen

menggunakan elektroda yang sangat sensitif terhadap kegiatan ion merubah signal

arus listrik. Cara ini praktis, teliti dan dapat digunakan di lokasi sampling

(Linsley,1995).

14
Gambar 2.2 pH meter untuk mengukur kadar pH air
5. Alkalinitas

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa

penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap

pengasaman. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),

bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO33-), fosfat (PO43-), silika (SiO44-),

dan sebagainya. Dalam air alam, alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh

adanya bikarbonat, sisanya oleh karbonat dan hidroksida (Linsley, 1995).

Air leding memerlukan ion alkalinitas dalam konsentrasi tertentu. Kalau

kadar alkalinitas tinggi dibandingkan dengan kadar kesadahan akan menyebabkan

air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya alkalinitas yang

rendah dan tidak seimbang dengan sadahan maka dapat menyebabkan kerak

CaCO3 (kalsium karbonat) pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang

basah pipa. Air irigasi tidak boleh mengandung kadar alkalinitas tinggi.

Berdasarkan Effendi (2000) Nilai alkalinitas berkaitan jenis perairan yaitu

perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/l CaCO3 disebut sebagai

perairan lunak (Soft water), sedangkan perairan yang nilai alkalinatasnya lebih

dari 40 mg/l CaCO3 disebut sebagai perairan keras (Hard water). Perairan dengan

15
nilai alkalinitas yang tinggi lebih produktif daripada dengan perairan yang nilai

alkalinitasnya rendah.

6. TDS (Total Dissolved Solid)

Menurut Fardiaz (1992), Total padatan terlarut (TDS) menunjukkan

banyaknya partikel padat yang terdapat di dalam air. Padatan ini terdiri dari

senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air, mineral dan garam-

garamnya. Tingginya nilai parameter TDS dapat mengindikasikan bahwa daerah

tersebut telah terjadi penggundulan hutan, dan akan mengakibatkan

pendangkalan/sedimentasi di dalam sungai. TDS adalah benda padat yang terlarut,

yaitu semua mineral, garam, logam serta kation-anion yang terlarut di air,

termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum,

konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion

di dalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau

perbandingan rasio berat ion terhadap air (Santoso, 2008). Menurut Permenkes

No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar TDS

yang diperbolehkan adalah 500 mg/l.

Air yang mengandung TDS tinggi, sangat tidak baik untuk kesehatan

manusia. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Bila terlalu banyak

mineral anorganik di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya

waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian

tubuh. Misalnya bila mengendap di mata akan mengakibatkan katarak, bila di

ginjal akan mengakibatkan batu ginjal atau batu empedu, di pembuluh darah akan

mengakibatkan pengerasan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke dan lain-

lain (Wahyu Nugroho dan Setyo Purwoto, 2013). Pengukuran TDS dapat

16
dilakukan dengan menggunakan TDS meter yaitu dengan menekan tombol on/off,

kemudian alat dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur dan secara otomatis

akan terukur hasil kadarnya.

Gambar 2.3 alat TDS meter

7. TSS (Total Suspended Solid)

Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan

oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran

partikel koloid.

8. Konduktivitas atau Daya Hantar Listrik (DHL)

Menurut Mc Neely et al, (1979) dalam Wardhani (2002), Daya Hantar

Listrik (DHL) menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan aliran listrik.

Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air, oleh karena itu

kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan DHL.

Konduktivitas/conductivity adalah sering disebut juga daya hantar listrik

(DHL) maksudnya adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk

meneruskan listrik. Senyawa organik adalah penghantar listrik (konduktor) yang

baik, sedangkan senyawa anorganik adalah penghantar listrik yang lemah.

Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam

Umhos/cm (Us/Cm). Dalam arti lain, konduktivitas adalah kemampuan

menghantarkan panas, listrik dan suara. Semua logam kebanyakan penghantar

yang baik karena terdiri dari elektron-elektron.

17
Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total konsentrasi ion, valensi

konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran. Biasanya makin tinggi

konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Air murni atau

air yang bagus adalah air yang sulit dalam menghantarkan atau mengalirkan

listrik.Walaupun dalam baku mutu air tidak ada batasnya, tetapi untuk nilai-nilai

yang ekstrim perlu diwaspadai (Mahida, 1984).

Konduktivitas air ditetapkan dengan mengukur tahanan listrik antara dua

elektroda dan membandingkan tahanan ini dengan tahanan suatu larutan potasium

klorida pada suhu 25oC. Bagi kebanyakan air, konsentrasi bahan padat terlarut

dalam miligram per liter sama dengan 0,55- 0,7 kali hantaran dalam mikroumhos

per sentimeter pada suhu 25oC. Nilai yang pasti dari koefisien ini tergantung pada

jenis garam yang ada didalam air (Linsley, 1995).

9. Kesadahan (Hardness)

Kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam

air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam

karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang

tinggi, sedangkan air lunak merupakan air dengan kadar mineral yang rendah.

Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion

logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana

untuk menentukan kesadahan air dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan

menghasilkan busa yang banyak, sedangkan pada air sadah, sabun tidak

menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit busa. Kesadahan air yang tinggi

akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat

memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air

18
pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki.

Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang

tinggi dalam air.

Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat

menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan

mineral yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga dapat

menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur

sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri,

kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian.

Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun

dengan menggunakan resin penukar ion. Kesadahan umum atau "General

Hardness" (GH) merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+)

dan ion magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula

mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan

relatif sulit diukur sehingga diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan dalam

satuan ppm kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan

menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH

sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Di Amerika, kesadahan

pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan

Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan

konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2,8 dH = 50 ppm. Perlu diperhatikan

bahwa kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan satuan CaCO3.

Kesadahan Total (dalam air tawar) merupakan istilah yang digunakan untuk

meggambarkan proporsi ion Magnesium dan Kalsium.

19
Tabel 2.3. Kriteria Selang Kesadahan
Kriteria kesadahan : Kekerasan : Kesadahan
(dH) (ppm)
Sangat rendah (sangat lunak) : 0 - 4 : 0 - 70
Rendah (lunak) : 4- 8 : 70 - 140
Sedang : 8 – 12 : 140 - 210
Agak tinggi (agak keras) : 12 – 18 : 210 - 320
Tinggi (keras) : 18 – 30 : 320 - 530

10. Biological Oxygent Demand (BOD) dan Chemical Oxygent Demand

(COD)

Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari

penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik

dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD. Biological Oxygen

Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan jumlah

oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau

mengoksidasi bahan organik dalam air. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah

merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air,

tetapi mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik

tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi,

berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang

tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik),

oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan

organik dalam air.

BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah

oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai

20
secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20 derajat Celcius. BOD5

500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram oksigen akan dihabiskan oleh

mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu 20o.

Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas air dilihat dari

kadar BOD adalah: Erat kaitannya dengan BOD adalah COD. Dalam bahan

buangan, tidak semua bahan kimia organik dapat diuraikan oleh mikroorganisme

secara cepat.

Bahan organik dalam air bersifat:

a. Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari

b. Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari

c. Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi

Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat

diuraikan oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena

itu hasil uji COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.

11. Penghitungan Bakteri Golongan Koli (Total coliform)

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan

untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air

ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri

patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya (anonim, 2007).

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa,

air permukaan, maupun air tanah. bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan

kondisi yang mempengaruhinya. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

haruslah bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coliform tidak merupakan

bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh

21
bakteri patogen (Soemirat, 2000). Apabila air yang mengandung bakteri patogen

ini terminum maka dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit

tersebut diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa,

penyakit disentri basiler.

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, bakteri

Coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah <50

MPN (Most Probable Number)/100 ml sampel, sedangkan kadar maksimum total

Coliform yang diperbolehkan untuk air minum yang diatur di dalam Permenkes

No. 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah 0 MPN/100 ml sampel. Bakteri Coliform

adalah golongan bakteri intestinal, yaitu bakteri yang hidup di dalam saluran

pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri

patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri Coliform fecal (bakteri coliform tinja)

adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform

fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti

berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Contoh bakteri Coliform

adalah Eserchia coli dan Entrobacter aerogenes.

Berdasarkan kandungan bakterinya, kualitas air bersih menurut SK Dirjen

PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air

Tahun 2000/2001 (dalam Cut Khairunnisa, 2012), dapat dibedakan ke dalam

kategori sebagai berikut :

a. Air bersih kelas A kategori baik mengandung total Coliform

kurang dari 50.

b. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung total

Coliform 51- 100.

22
c. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung total Coliform 101-

1000.

d. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung total Coliform

1001-2400.

e. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung total

Coliform lebih 2400.\

2.2 Sumur

Di Indonesia cakupan pelayanan air bersih masih rendah. Perusahaan

penyedia air bersih atau PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) hanya mampu

memasok kebutuhan di kota-kota. Akibatnya, sebagian besar masyarakat yang

tidak terjangkau oleh pelayanan air bersih umumnya menggunakan air tanah atau

air permukaan untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Hartono,2004). Namun,

kedua sumber air ini sering kali hanya dapat memenuhi kebutuhan secara

kuantitatif. Pada umumnya, di Pedesaan air diperoleh dari sumber sumur. Sumur

merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk, baik di perkotaan

maupun di pedesaan.

Air yang baru didapat dari sumur masih diperlukan beberapa proses untuk

dapat digunakan sebagai keperluan sehari-hari. Misalnya Air yang diperoleh dari

sumur berasal dari dalam tanah. Semakin dalam air dari dalam tanah, air relative

lebih bersih. Namun, air tersebut juga masih mengandung kotoran dari dalam

tanah dan air tersebut juga belum begitu bersih. Air sumur yang akan digunakan

untuk air minum disaring terlebih dahulu agar kotorannya berkurang. Agar air

bisa diminum, air perlu dimasak supaya bakteri yang terkandung dalam air

tersebut bisa hilang.

23
Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Sumur dangkal (shallow well)

Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan air hujan,

terutama pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan kelemahan utama pada

mudahnya jenis sumur ini terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari

kegiatan mandi, cuci, dan kakus. Tingkat kedalaman sumur dangkal ini

biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari permukaan tanah.

2. Sumur Dalam (Deep Well)

Sumber air sumur dalam berasal dari proses purifikasi alami air hujan

oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan sumber

airnya tidak terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi

persyaratan sanitasi. Air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air

kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan

tanah.

Berikut merupakan perbedaan sumur dangkal dan sumur dalam secara

umum :

Tabel 2.4 Perbedaan Sumur dangkal dan sumur dalam

No. Pembeda Sumur Dangkal Sumur Dalam


1. Sumber air Air permukaan Air tanah
2. Kualitas air Kurang baik Baik
3. Kualitas bakteriologi Kontaminasi Tidak terkontaminasi

4. Persediaan Kering pada musim Ada sepanjang tahun


kemarau
Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan

masyarakat, karena ± 45% masyarakat mempergunakan jenis sarana air bersih ini

24
Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan

terlindung dari kontaminasi air kotor. Sumur sehat harus terhindar dari

pencemaran salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan

jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepag pit) dan sumber-sumber

pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan

tanah.

2.2.1 Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan

tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relative

dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi

melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran

manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena

lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi

dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi,

misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.

Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak

terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI,

1985). Keberadaan sumber air ini harus dilindungi dari aktivitas manusia ataupun

hal lain yang dapat mencemari air. Sumber air ini harus memiliki tempat (lokasi)

dan konstruksi yang terlindungi dari drainase permukaan dan banjir. Bila sarana

air bersih ini dibuat dengan memenuhi persyaratan kesehatan, maka diharapkan

25
pencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas air yang diperoleh menjadi lebih

baik (Waluyo, 2009: 137).

Dari segi kesehatan penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara

pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya,

pencegahan-pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat

fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa

pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari

sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya

dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah minimal 10

meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding)

sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Indan,

2000: 45).

2.3 Pencemaran Air

Tanpa pengolahan, kualitas fisik, kimiawi dan biologis air permukaan dan

air tanah di sebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi standar (Peraturan

Menteri Kesehatan No.: 416/1990 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.:

907/2002) sehingga tidak layak untuk diminum. Air dapat tercemar jika kualitas

atau komposisinya baik secara langsung atau tidak langsung berubah oleh

aktivitas manusia sehingga tidak lagi berfungsi sebagai air minum, keperluan

rumah tangga, pertanian, rekreasi atau maksud lain seperti sebelum terkena

pencemaran. Polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan

normal (Kumar, 1997). Ciri-ciri yang mengalami polusi sangat bervariasi

tergantung dari jenis dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi

26
(Sumengen, 1987). Akibatnya Banyak wilayah di Indonesia yang menderita

kekeringan rutin tiap tahunnya, bahkan banyak pula yang krisis air bersih.

Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari – hari dapat menyebabkan kualitas air

(mutu) menurun sehingga air tersebut tidak dapat dibagi lagi seperti yang

diharapkan. Adapun beberapa ciri air yang tercemar (Soehartono, 2005) yaitu :

- Warna tidak jernih atau bening (Keruh)

- Berbau dan berasa

- Ada endapan pada air

- Suhu air tidak normal

- pH cenderung tidak normal

Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang

Penetapan Baku Mutu Lingkungan, adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya

tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah

tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1). Terakumulasinya

polutan-polutan ke air baik secara langsung maupun tak langsung akan

menurunkan kualitas air baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Air

memiliki daya dukung untuk memurnikan sendiri, terutama air tanah dalam yaitu

melalui filtrasi pori tanah maupun akar-akar tanaman, akan tetapi jika polutan

dalam volume banyak atau memiliki dosis tinggi seperti limbah B-3 (bahan

berbahaya beracun) maka akan melampaui daya dukung yang dimiliki perairan

tersebut. Penurunan kualitas air tersebut apabila melampaui ambang batas (baku

27
mutu) yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya, maka air tersebut dikatakan

tercemar (Sundra, 2006).

Pencemaran air tanah umumnya terjadi oleh tingkah-laku manusia seperti

oleh zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan

pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran air juga disebabkan oleh pestisida,

herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan sehingga mutu air

berkurang (Supardi,2003). Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya

karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak

sesuai dengan kebutuhan tertentu. Pencemaran pada air tanah juga dapat

disebabkan oleh adanya kandungan logam-logam di dalam air tanah tersebut, baik

yang bersifat toksik maupun esensial.

Gambar 2.4 Ilustrasi Sumber Pencemaran air

Air merupakan substrat yang paling parah akibat pencemaran. Berbagai

pencemaran baik yang berasal dari :

1. Sumber domestik (rumah tangga), pemukiman, kota, pasar, jalan dan

lainnya.

2. Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian serta sumber lainnya).

28
Sumber pencemaran tersebut banyak memasuki badan air. Secara

langsung ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan berpengaruh

terhadap kualitas air. Dengan demikian kualitas air akan menjadi

kurang/tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

2.4 Logam-logam Berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5

gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai

afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92

dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Atau dapat dikatakan Logam berat

adalah logam-logam toksik yang mempunyai densitas 5 gr/cm3 atau lima kali lebih

besar daripada densitas air.

Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk bahan

penyusun lapisan tanah bumi. Logam berasal dari kerak bumi. Logam di gunakan

oleh manusia untuk berbagai jenis peralatan dan berperan penting dalam sejarah

peradaban manusia. Logam mula mula diambil dari pertambagan dalam kerak

bumi, kemudian di cairkan dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logam murni.

Logam ini kemudian dibentuk sesuai dengan yang di kehendaki misalnya,

sebagai perhiasan(emas, perak), peralatan pertanian (besi), dan dapat digunakn

sebagai bahan pengganti energi minyak (uranium). Logam berat tidak dapat diurai

atau dimusnahkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup

melalui makanan, air minum, dan udara. Logam berat berbahaya karena

cenderung terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Logam-logam tertentu

dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam

lingkungan (air, tanah, dan udara). Sumber utama kontaminan logam berat

29
sesungguhnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya

semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar akan

mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun

dan buah).

Logam berat masih termasuk dalam golongan dengan kriteria yang sama

dengan logam-logam lain. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia

yang ada di bumi.

Logam-logam ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Logam berat essensial; yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat

dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah berlebihan, logam tersebut dapat

menimbulkan efek toksik atau beracun. Contohnya adalah seng (Zn),

tembaga (Cu), besi (Fe), kobalt (Co), mangan (Mn) dan sebagainya.

2. Logam berat tidak essensial; yakni logam yang keberadaaanya dalam tubuh

masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik. Contohnya

adalah timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), krom (Cr), arsen (As) dan

lain-lain.

Sedangkan dilihat dari aspek biologi, logam dibagi atas 3 kelompok, yaitu

logam ringan, logam transisional dan metalloid. Logam ringan secara normal

ditranspor sebagai kation yang mobile dalam larutan encer, seperti Na, K dan Ca.

Logam transisional adalah logam yang esensial pada konsentrasi rendah, tetapi

dapat menjadi toksik pada konsentrasi tinggi, misalnya Fe, Cu, Co dan Mg.

Metaloid adalah logam yang umumnya tidak diperlukan untuk aktivitas

metabolisme dan toksik terhadap sel pada konsentrasi yang rendah, misalnya Hg,

Pb, Sn, Se dan As (Clark, 2002).

30
Sebagian besar logam seperti Fe, Pb, Zn, Al & Cu mudah terlarut dan

sangat mobile pada pH < 5 (Stumn & Morgan, 1996). Pada pH 6,5-7 adalah

merupakan pH yang ideal. Unsur-unsur hara akan relativ banyak tersedia pada pH

tersebut. Sedangkan pada pH rendah unsur-unsur seperti Al, Mn & Fe akan

bersifat racun. Keberadaan logam-logam dalam badan perairan dapat berasal dari

sumber-sumber alamiah dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-

sumber logam alamiah yang masuk ke dalam badan perairan bisa berupa

pengikisan dari batu mineral yang banyak di sekitar perairan. Pada air permukaan

jarang ditemui kadar Fe >1 mg/l, tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh

lebih tinggi.

2.4.1 Logam Besi

Besi memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih

keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk

logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis

7.86g.cm-3dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe)

adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan

bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui

penguraian kimia. Besi termasuk logam yang mempunyai titik lebur 2450o C.

Besi terdapat dalam bijih besi hematite, magnetite, limonite, dan pyrite (FeS),

sedangkan di dalam air umumnya dalam bentuk senyawa garam ferri atau

garam ferro. Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai adalah FeO, FeSO 4,

FeSO4.7H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 dan lainnya, sedangkan senyawa ferri

yang sering dijumpai yakni FePO4, Fe3O3, FeCl3, Fe(OH)3 dan lainnya. Air

minum dibatasi maksimum 0,3 mg/liter, hal ini ditetapkan bukan berdasarkan

31
alasan kesehatan semata tetapi ditetapkan berdasarkan alasan masalah warna,

rasa, serta alasan estetika lainnya. Manusia dan makhluk hidup lain dalam

kadar tertentu memerlukan zat besi sebagai nutrisi tetapi untuk kadar yang

berlebihan perlu dihindari. Garam ferro misalnya ferro sulfat (FeSO4) dengan

konsentrasi 0,1 – 0,2 mg/liter dapat menimbulkan rasa yang tidak enak pada

air minum. Standar air minum WHO menetapkan kadar besi dalam air

minum maksimum 0,1 mg/liter (Said, 2005). Besi (Fe) yang berbentuk Ferro

(Fe2+) dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah kekuning-

kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan seperti minyak.

Keberadaan besi dalam air bersamaan dengan mineral mangan, tetapi besi

didapatkan lebih sering daripada mangan. Air permukaan biasanya kandungan

zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/liter, tetapi untuk air tanah

kandungan zat besinya sangat bervariasi dari konsentrasi yang rendah sampai

konsentrasi yag tinggi (1 – 10 mg/liter) (Said, 2005).

Logam besi disamping karena kelimpahannya yang cukup banyak

dialam, adalah merupakan salah satu logam yang paling reaktif dan paling vital

bagi mahluk hidup. Dalam system peredaran darah, dengan kadar tertentu besi

berada dalam sel darah merah (Erythrocyte) dan bertugas untuk mengikat Oksigen

( O2 ) yang sangat penting bagi proses pembakaran yang terjadi dalam sel2 tubuh.

Fungsi zat besi yaitu Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan

menghilangkan racun dari tubuh. Besi (Fe) dibutuhkan tubuh dalam pembentukan

hemoglobin. Efek jika kekurangan zat besi biasanya bagian bawah kelopak mata

berwarna pucat dan mudah lelah. Sedangkan jika tubuh kelebihan zat besi dapat

menyebabkan pembengkakan pada hati dan mengurangi kemampuan tubuh untuk

32
menyerap zat tembaga. Zat besi yang berlebihan juga dapat mencegah

penyerapan obat. Sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan jika sedang

mengkonsumsi suatu obat agar khasiat obat tidak terbuang percuma.

2.4.1.1 Pengaruh Besi (Fe) Terhadap Kesehatan Manusia

Zat besi (Fe) adalah merupakan suatu komponen dari berbagai enzim

yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh meskipun

sukar diserap (10-15%). Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin yaitu

sekitar 75%, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan

mengantarkannya ke jaringan tubuh. Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam

tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh

memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang

melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah

kesehatan. Menurut Hasrianti dalam Rawa (2015), besi merupakan salah satu

logam berat yang kurang beracun, namun bila dalam jumlah besar logam ini dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Air minum yang mengandung besi cenderung

menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh,

tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering

disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. (Slamet 2004 dalam Jusmanizah

2011).

Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi

muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah,

radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis ginjal,

sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam – hitaman, sakit

kepala, gagal hati, hepatitis, mudah emosi, hiperaktif, hipertensi, infeksi,

33
insomnia, sakit liver, masalah mental, rasa logam di mulut, myasthenia gravis,

nausea, nevi, mudah gelisah dan iritasi, parkinson, rematik, sikoprenia, sariawan

perut, sickle-cell anemia, keras kepala, strabismus, gangguan penyerapan vitamin

dan mineral, serta hemokromatis. (Parulian, 2009 dan Paul C. Eck, Et.al., 1989).

Besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan haemoglobin sehingga

jika kekurangan besi (Fe) akan mempengaruhi pembentukan haemoglobin

tersebut. Besi (Fe) juga terdapat dalam serum protein yang disebut

dengan“transferin” berperan untuk mentransfer besi (Fe) dari jaringan yang satu

ke jaringan lain. Besi (Fe) juga berperan dalam aktifitas beberapa enzim seperti

sitokrom dan flavo protein. Apabila tubuh tidak mampu mengekskresikan besi

(Fe) akan menjadi akumulasi besi (Fe) karenanya warna kulit menjadi hitam.

Debu besi (Fe) juga dapat diakumulasi di dalam alveori menyebabkan

berkurangnya fungsi paru-paru. Kekurangan besi (Fe) dalam diet akan

mengakibatkan defisiensi yaitu kehilangan darah yang berat yang sering terjadi

pada penderita tumor saluran pencernaan, lambung dan pada menstruasi.

Defisiensi besi (Fe) menimbulkan gejala anemia seperti kelemahan, fatigue, sulit

bernafas waktu berolahraga, kepala pusing, diare, penurunan nafsu makan, kulit

pucat, kuku berkerut, kasar dan cekung serta terasa dingin pada tangan dan

kaki. (Rumapea, 2009 dan Siregar, 2009).

Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l juga akan menyebabkan terjadinya iritasi

pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan

menyebabkan air berbau seperti telur busuk (Slamet,2004). Logam Fe merupakan

logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan

34
oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan efek

racun.

2.4.1.2 Pencemaran Besi (Fe) Terhadap Lingkungan

Air yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi

kurang dari 0,3 mg/L sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum (Mahyudi, 2010). Secara kualitas, ditemukan beberapa penyimpangan

terhadap parameter kualitas air bersih, baik kualitas fisik, kimia, biologi, ataupun

radioaktif. Penurunan kualitas air diantaranya diakibatkan oleh adanya kandungan

besi yang sudah ada pada tanah karena lapisan-lapisan tanah yang dilewati air

mengandung unsur-unsur kimia tertentu, salah satunya adalah persenyawaan besi.

Terkadang ada air sumur yang berwarna kuning ini disebabkan karena air tersebut

mengandung zat besi (Fe). Besi dalam air berupa ion Fe2+ kemudian besi di bak

penampungan air tersebut ber interaksi dengan udara bebas sehingga teroksidasi

menjadi ion Fe3+ dan berwarna kuning. Besar kecilnya kandungan besi dapat

dilihat dari intensitas warna kuning yang terbentuk. Besi merupakan salah satu

unsur pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan besi dalam air tanah

biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral terutama oksida,

sulfida karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam tersebut (Benefield,

1992). Selain dapat menganggu kesehatan manusia, air yang mengandung kadar

Fe (Besi) yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah

juga mengakibatkam karat pada peralatan yang terbuat dari logam serta dapat

memudarkan bahan celupan dan tekstil (Effendi, H. 2003 dalam Fakhreni, 2011).

Air tanah mengandung besi terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah

35
dipompakan keluar dan kontak dengan udara (oksigen) maka besi (Fe2+) akan

teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat mengendap

dan berwarna kuning kecoklatan. Hal ini dapat menodai peralatan porselen dan

cucian. Bakteri besi (Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi fero (Fe2+)

sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan mengendapkan ferrihidroksida.

Pertumbuhan bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi ferro)

menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.

Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki – tangki besi adalah akibat

dari beberapa kodisi, di antaranya : 1) Akibat pengaruh pH yang rendah (bersifat

asam), dapat melarutkan logam besi. 2) Pengaruh akibat adanya CO2 agresif yang

menyebabkan larutnya logam besi. 3) Pengaruh banyaknya O2 yang terlarut

dalam air yang dapat pula. 4) Pengaruh tingginya temperature air akan melarutkan

besi-besi dalam air. 5) Kuatnya daya hantar listrik akan melarutkan besi. 6)

Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi.

Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri

(Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut

dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe (OH)3,

FeO, Fe2O3 dan lain-Iain. Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks,

pembentukan kompleks dan metabolisme oleh mikroorganisme. Besi dengan

bilangan oksidasi rendah, yaitu Fe (II) umum ditemukan dalam air tanah

dibandingkan Fe (III) karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari

atmosfer, konsumsi oksigen bahan organik dalam media mikroorganisme

sehingga menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Air tanah yang

mengandung besi (II) mempunyai sifat unik. Dalam kondisi tidak ada

36
oksigen air tanah yang mengandung besi (II) jernih,begitu mengalami

oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah

menjadi ion ferri dengan reaksi sebagai berikut :

4 Fe2+ + O2 + 10H2O 4Fe(OH)3 8H+

Tingginya kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan keadaan

struktur tanah. Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi

tiga (Fe3+). Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau

FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa besi

dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri di samping dapat pula

berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir air dari besi

atau endapan – endapan buangan industri.

2.4.2 Logam Mangan (Mn)

Mangan merupakan unsur logam yang termasuk golongan VII, dengan berat

atom 54,93, titik lebur 12470C, dan titik didihnya 20320C (BPPT, 2004). Menurut

Slamet (2007), mangan (Mn) adalah metal berwarna kelabu-kemerahan, di alam

Mn umumnya ditemui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi.

Air yang mengandung Mn berlebih menimbulkan rasa, warna

(coklat/ungu/hitam), dan kekeruhan (Fauziah, 2010). Dalam jumlah yang kecil

(<0,5 mg/l) , mangan (Mn) dalam air tidak menimbulkan gangguan kesehatan,

melainkan bermanfaat dalam menjaga kesehatan otak dan tulang, berperan dalam

pertumbuhan rambut dan kuku, serta membantu menghasilkan enzim untuk

metabolisme tubuh untuk mengubah karbohidrat dan protein membentuk energi

yang akan digunakan (Achmad, 2010). Tetapi dalam jumlah yang besar (>0,5

37
mg/l) , mangan (Mn) dalam air minum bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul

berupa gejala susunan syaraf, insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka

sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng/mask

(Slamet, 2007).

2.4.2.1 Pengaruh Mangan Terhadap Kesehatan Manusia

Konsentrasi maksimum mangan (Mn) dalam air minum adalah 0.05

mg/L. Fungsi utama dalam tubuh komponen enzim. Akibat kelebihan mangan

(Mn) menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak

menimbulkan lemah pada kaki, otot muka kusam, dan dampak lanjutan bagi

manusia yang keracunan mangan (Mn), bicaranya lambat dan hyperrefleks.Efek

mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala keracunan

mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf.

2.4.3 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu. Unsure

logam ini memebentuk Kristal dengan warna kemerahan.dalam table periodik

unsur-unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan

mempunyai bobot atau berat atom (BA) 63,546. Unsur tembaga di alam dapat

ditemui di alam dalam bentuk bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan

persenyawaan atau sebagai padat dalam bentuk mineral.

2.4.3.1 Pengaruh Tembaga pada Kesehatan Manusia

Sesuai dengan sifat logam tembaga yang beracun, tembaga yang

keterdapatannya melebihi ambang batas dapat mengakibatkan keracunan akut

maupun kronis. Seseorang yang mengalami keracunan akut karena tembaga akan

38
mengalami muntah-muntah yang terjadi berulang-ulang dan adanya rasa terbakar

di epigastrum. Penderita juga akan mengalami diare pada beberapa hari.

Sedangkan yang mengalami keracunan kronis akibat dosis tembaga yang

berlebihan dalam tubuh akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dan

pengendapan Cu pada kornea mata. Keracunan yang sebabkan oleh tembaga juga

dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

2.4.4 Logam Chrome (Cr)

Salah satu logam yang termasuk dalam golongan transisi adalah kromium.

Kata kromium berasal dari bahasa Yunani (= Chroma) yang berarti warna. Dalam

struktur kimia, kromium dilambangkan dengan simbol “Cr”. Kromium adalah

logam non ferro yang dalam tabel periodik termasuk grup VIB dan lebih mulia

dari besi. Mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Berat atom : 52,01 amu

2. Nomor atom : 24

3. Titik cair : 1920 0C

4. Valensi : 2; 3; 6;

5. Titik didih : 2260 0C

6. Koef. Muai panas : 6,20 in/0C

7. Daya hantar panas : 38,5 Cal/m jam.

Sifat lain yang sangat menonjol adalah mudah teroksidasi dengan

udara membentuk lapisan kromium oksida pada permukaan. Lapisan tersebut

bersifat kaku, tahan korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca.

39
2.4.4.1 Pengaruh Chrome pada Kesehatan Manusia

Dalam badan perairan, krom dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara

alamiah dan non alamiah. Masuknya krom secara alamiah dapat terjadi

disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi atau pengikisan yang terjadi

pada batuan mineral. Disamping itu debu-debu dan partikel-partikel krom yang

diudara akan dibawa turun oleh air hujan. Masuknya krom yang terjadi secara non

alamiah lebih merupakan dampak atau efektivitas yang dilakukan

manusia.Sebagai logam berat, krom termasuk logam yang mempunyai daya racun

tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh logam krom ditentukan oleh valensi ionnya.

Ion Cr(VI) merupakan bentuk logam krom yang paling dipelajari sifat racunnya,

bila dibandingkan dengan ion-ion Cr(II) dan Cr(III). Sifat racun yang dibawa oleh

logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan

kronis.

Keracunan yang disebabkan oleh senyawa-senyawa ion krom pada

manusia ditandai dengan kecenderungan terjadinya pembengkakan pada hati.

Tingkat keracunan krom pada manusia diukur melalui kadar atau kandungan krom

dalam urine, kristal asam khromat yang sering digunakan sebagai obat untuk kulit.

Akan tetapi penggunaan senyawa tersebut seringkali mengakibatkan keracunan

yang fatal. Sumber-sumber krom yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat

berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga (Heryando,

Palar, 2004).

40

Anda mungkin juga menyukai