PENDAHULUAN
1
2
Formulir pelaporan insiden keselamatan pasien perlu ada pada rekam medis
rumah sakit karena dikhawatirkan pada waktu mendatang akan terjadi insiden
yang berkaitan dengan keselamatan pasien. Karena jika rumah sakit Bhayangkara
Lumajang memiliki formulir insiden keselamatan pasien maka akan mudah
didalam melakukan pelaporanya. Tetapi jika rumah sakit Bhayangkara Lumajang
tidak memiliki formulir insiden keselamatan pasien kemudian terjadi insiden
keselamatan pasien maka akan sulit untuk melaporkan insiden tersebut atau
bahkan insiden tersebut tidak dilakukan pelaporan. Hal ini seperti yang tertulis
pada penelitian Herawati dengan judul Budaya Keselamatan Pasien di Ruang
rawat Inap Rumah Sakit X Kabupaten Jember pada tahun 2015 menyatakan
bahwa pelaporan insiden keselamatan pasien masih jarang dilakukan dan jika
sudah pernah dilakukan maka belum terdapat pelaporan secara resmi. Selain itu
pelaporan mengenai insiden keselamatan pasien juga sangat dibutuhkan oleh
semua pihak rumah sakit pelaporan insiden keselamatan pasien yang jelas dapat
membantu mengidentifikasi akar permasalahan bagaimana insiden keselamatan
pasien tersebut terjadi dan faktor risiko penyebab insiden keselamatan pasien
sehingga kesalahan yang sama dapat dicegah di kemudian hari. Hal ini juga
diungkapkan pada penelitian Herawati dengan judul Budaya Keselamatan Pasien
di Ruang rawat Inap Rumah Sakit X Kabupaten Jember pada tahun 2015. Untuk
melakukan pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien dibutuhkan
formulir insiden keselamatan pasien.
Infeksi merupakan salah satu penyakit didalam dunia kesehatan yang
sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab utama morbiditas (kesakitan)
dan mortalitas (kematian) di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya.
Untuk melakukan pengendalian dan pencegahan terhadap infeksi dirumah sakit
perlu dilakukan surveilans. Surveilans merupakan prosedur sistematik didalam
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data yang mana
data tersebut bermanfaat untuk memantau dan menguraikan suatu peristiwa
kesehatan agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap
suatu masalah kesehatan.
3
pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa tingginya HaIs Menandakan penurunan
mutu pelayanan medis, memperpanjang lama rawat inap dan memperpanjang
biaya pelayanan kesehatan.
Pada rumah sakit Bhayangkara Lumajang selain penyakit infeksi menempati
10 besar penyakit rawat inap juga terdapat tingginya angka BTO (Bed Turn Over)
yang melebihi standar selama 3 tahun berturut – turut. Pada tahun 2015 nilai BTO
(Bed Turn Over) bernilai 96 kali, pada tahun 2016 bernilai 97 kali dan pada tahun
2017 berilai 81 kali sedangkan standar yang telah ditetapkan oleh Depkes RI yaitu
40-50 kali. Hal ini menggambarkan bahwa tempat tidur dirumah sakit
Bhayangkara Lumajang digunakan selama terus – menerus bahkan melebihi
standar yang telah ditetapkan oleh Depkes RI. Akibat dari tingginya nilai BTO
(Bed Turn Over) dapat mempengaruhi aspek klinis pasien. Salah satu dampak
negatif pada aspek klinis pasien yang diakibatkan oleh tingginya nilai BTO (Bed
Turn Over) adalah terjadinya infeksi nosokomial.hal ini disebutkan didalam
penelitian Lestari dan wulandari yang berjudul Penyebab Bed Turn Over (BTO) di
Instalasi Rawat Inap RSUD dr. M. Soewandhie pada tahun 2014
Berdasarkan data 10 besat penyakit rawat inap dan data BTO (Bed Turn
Over) tersebut maka rumah sakit Bhayangkara Lumajang perlu melakukan
surveilans. karena jika tidak dilakukan surveilans terhadap kejadian infeksi rumah
sakit Bhayangkara Lumajang maka rumah sakit Bhayangkara Lumajang akan sulit
untuk memprediksi dan mendeteksi penyebab terjadinya infeksi. Selain itu jika
rumah sakit Bhayangkara Lumajang tidak melakukan surveilans infeksi maka
akan sulit untuk melakukan perencanaan pembagunan pelayanan kesehatan.
Untuk melakukan surveilans infeksi perlu dilakukan pengumpulan data, salah satu
cara mengumpulkan data untuk dilakukanya surveilans infeksi adalah dengan
adanya formulir surveilans infeksi.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi didalam lingkungan
kerja yang dapat terjadi karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman ataupun
karena kesalahan manusia (human error). Salah satu cara untuk melakukn
penanggulangan terhadap kecelakaan kerja adalah dengan adanya program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Program keselamatan dan kesehatan kerja
5
akan berjalan efektif jika terdapat sistem pelaporan dan pencatatan mengenai
kecelakaan kerja.
Pada rumah sakit Bhayangkara Lumajang sering dijumpai adanya kejadian
petugas pingsan saat bekerja sehingga petugas tersebut harus dirawat dan diinfus
dan juga terdapat kejadian petugas jatuh saat melakukan tugasnya dirumah sakit.
kejadian petugas pingsan dan jatuh tersebut dapat terjadi karena petugas kelelahan
dan tergesa - gesa didalan menjalankan tugasnya karena pada beberapa profesi
petugas kesehatan di rumah sakit Bhayangkara Lumajang masih memiliki jumlah
petugas yang terbatas. dan pada rumah sakit Bhayangkara Lumajang pernah
terdapat petugas tiba – tiba mengalami diare saat bekerja untuk penyebab diare ini
tidak diketahui secara pasti karena banyak faktor yang dapat menyebabkan diare.
Tetapi salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian diare adalah Personal
Hygiene. Hal ini diungkapkan pada penelitian Handono dkk dengan judul Faktor
– Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di Desa Solor Kecamatan
Cermee Bondowoso pada tahun 2016. Selain itu pada rumah sakit Bhayangkara
Lumajang pernah terdapat petugas jatuh saat membenahi tandon air. Kejadian ini
disebabkan karena saat petugas mencoba turun dari tangga, tetapi tangga tersebut
goyah akibatnya menyebabkan petugas jatuh dari tangga.
Berdasarkan kejadian kecelakaan kerja tersebut maka rumah sakit
Bhayangkara Lumajang perlu melakukan pelaporan terhadap kejadian kecelakaan
kerja. Pencatatan dan pelaporan mengenai kecelakaan kerja pada rumah sakit
Bhayangkara Lumajang jika tidak dilakukan, apabila terjadi kecelakaan kerja akan
sulit untuk melakukan identifikasi mengenai penyebab kecelakaan kerja hal ini
disebutkan didalam penelitian Gunawan yang berjudul Analisis Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Studi Evaluasi Penanggulangan Kecelakaan
Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit Rama Bakti Estate, Kec Tapung Hilir, Kab
Kampar, Riau) pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa sebab – sebab
kecelakaan kerja harus ditemukan sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah dan
tidak terulang kembali. Selain itu, pada rumah sakit Bhayangkara Lumajang jika
terjadi kecelakaan kerja maka akan mempengaruhi pelayanan kepada pasien
karena yang melayani pasien adalah petugas dan jika petugasnya sakit akibat
6
bekerja, maka hal tersebut akan mempengaruhi pelayanan dirumah sakit. Hal ini
disebutkan didalam penelitian Ilyas dengan judul Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Implementasi KEPMENKES No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit pada tahun 2017.
Salah satu cara untuk melakakukan pencatatan dan pelaporan mengenai
kecelakaan kerja adalah dengan adanya formulir kecelakaan kerja.
Standar nasional akreditasi rumah sakit (SNARS) edisi 1 tahun 2017 pada
MIRM (Manajemen Informasi Rekam Medis) 4 memuat bahwa sistem
manajemen data dan informasi rumah sakit menyiapkan kumpulan serta
menentukan data dan informasi yang secara rutin (reguler) dikumpulkan sesuai
dengan kebutuhan profesional pemberi asuhan (PPA), kepala bidang / divisi,
kepala unit pelayanan, serta badan/pihak lain diluar runah sakit. Kumpulan data
tersebut terdiri atas data mutu dan insiden keselamatan pasien, data surveilans
infeksi, dan data kecelakaan kerja. Untuk melakukan pengumpulan terhadap data
mutu tidak diperlukan formulir sedangkan untuk melakukan pengumpulan data
pada data insiden keselamatan pasien, surveilans infeksi dan kecelakaan kerja
dibutuhkan sebuah formulir.
Berdasarkan uraian diatas maka pada rumah sakit Bhayangkara Lumajang
terdapat tiga permasalahan yaitu tidak terdapatnya formulir insiden keselamatan
pasien, tidak terdapatnya formulir surveilans infeksi dan tidak terdapat formulir
kecelakaan kerja. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Desain Formulir
Insiden Keselamataan Pasien, Surveilans infeksi dan Kecelakaan Kerja di Rumah
Sakit Bhayangkara Lumajang Berdasarkan standar nasional akreditasi rumah sakit
(SNARS) edisi 1 tahun 2017 di rumah sakit Bhayangkara Lumajang”. Tujuan dari
penelitian ini yaitu membuat formulir insiden keselamatan pasien, formulir
surveilans infeksi dan formulir kecelakaan kerja berdasarkan teori Huffman
(1999) berdasarkan aspek fisik, aspek anatomi dan aspek isi.
7
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulir insiden keselamatan
pasien, formulir surveilans infeksi dan formulir kecelakaan kerja berdasarkan
standar nasional akreditasi rumah sakit (SNARS) edisi 1 tahun 2017.
8
9
medis. Formulir ini merupakan salah satu formulir rekam medis rawat inap yang
diabadikan, digunakan sebagai ringkasan untuk mengetahui keadaan pasien saat
masuk sampai keluar rumah sakit. Formulir harus didesain sesuai ketentuan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna. Berdasarkan survei pendahuluan di rumah sakit
Perkebunan (Jember Klinik) PT. Nusantara Medika Utama, desain formulir
ringkasan masuk dan keluar belum sesuai dengan ketentuan serta kebutuhan
pengguna yang mengakibatkan ketidaklengkapan pengisian sehingga perlu adanya
kontrol formulir untuk selanjutnyadilakukan redesain formulir agar formulir yang
ada sesuai dengan ketentuan yang ada sesuai dengan ketentuan dari segala aspek.
Tujuan dari penelitian ini endesain ulang formulir ringkasan masuk dan keluar
berdasarkan kebutuhan pengguna dari aspek fisik, aspek anatomi dan aspek isi.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan metode pengumpulan data
berupa observasi, wawancara dan FGD (Focus Grup Discussion).
Hasil penelitian ini adalah desain ulang formulir ringkasan masuk dan
keluar baru berdasarkan aspek fisik yaitu bahan kertas menggunakan HVS 80
gram. Untuk aspek anatomi yaitu penambahan judul formulir, instruksi dan badan
formulir diberi garis – garis batas pengisian serta jenis huruf diseragamkan
menggunakan jenis times new roman ukuran 12 pt kecuali untuk judul ukuran
huruf lebih besar. Sedangkat untuk aspek isi terdapat penambahan item tanggal
dan jam masuk, tanggal dan jam keluar, identitas keluarga pasien, pindah kamar,
cara masuk dan cara keluar. Saran dari hasil desain formulir ringkasan masuk dan
keluar yang baru ini diharapkan dapat diterapkan serta dapat dievaluasi untuk
peneliti yang selanjutnya.
10
2.4 Formulir
2.4.1 Definisi Formulir
Formulir merupakan secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi yang
mana merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi
pelayanan kesehatan dengan cara mencatat suatu peristiwa yang tejadi pada
pelayanan kesehatan (Shofari dalam Kusumawardani 2016). Formulir berfungsi
sebagai data pendukung dari setiap prosedur dan instruksi kerja yang saling
berkaitan satu sama lain. Formulir memiliki berbagai macam jenis salah satunya
yaitu formulir rekam medis. Menurut Karimah dkk (2016) formulir rekam medis
merupakan formulir yang berfungsi sebagai alat pengumpulan data yang
berhubungan dengan pasien dirumah sakit.
Kejadian tidak cedera merupakan insiden yang sudah terpapar kepada pasien
tetapi insiden tersebut tidak mengakibatkan pasien cedera.
Contoh: pasien minum parasetamol dan tidak ada reaksi apapun tetapi
dokter tidak meresepkan parasetamol.
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Kejadian tidak diharapkan merupakan insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien. Kejadian tidak diharapkan (KTD) dapat terjadi pada semua tahapan
dalam memberikan pelayanan mulai dari diagnosis, pencegahan dan pengobatan.
Kejadian tidak diharapkan (KTD) ada yang dapat dicegah (Preventable adverse
event) dan ada yang tidak dapat dicegah (Unpreventable adverse event). Kejadian
tidak diharapkan yang dapat dicegah berasal dari suatu kesalahan proses asuhan
pasien. Sedangkan kejadian yang tidak diharapkan (KTD) yang tidak dapat
dicegah adalah suatu kesalahan akibat dari adanya komplikasi yang tidak dapat
dicegah.
Contoh: pasien tertusuk jarum, pasien jatuh, keracunan obat, salah pemberian
obat, pasien meninggal saat melahirkan dan opersai yang mengakibatkan luka dan
cacat.
Pada fasilitas pemberi pelayanan kesehatan apabila terjadi insiden yang
berhubungan dengan keselamatan pasien harus melakukan penanganan terhadap
insiden tersebut baik itu insiden yang tergolong berat atau pun insiden yang
tergolong ringan. Penanganan terhadap insiden keselamatan pasien dilakukan agar
kejadian tersebut tidak terulang sehingga keselamatan pasien dapat terjamin.
Penanganan insiden keselamatan pasien dilakukan dengan mula - mula
membentuk tim keselamatan pasien yang mana tim tersebut ditetapkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam melakukan penaganan insiden
tersebut tim keselamatan pasien melakukan beberapa kegiatan, kegiatan tersebut
yaitu pelaporan, verifikasi, investigasi dan analisis penyebab insiden.
Menteri kesehatan RI menyatakan bahwa setiap insiden harus dilakukan
pelaporan internal paling lambat 2x24 jam dengan menggunakan formulir yang
sesuai standar PERMENKES RI Nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan
pasien. Selain dilakukanya pelaporan internal, pada kejadian insiden keselamatan
pasien juga harus dilakukan pelaporan eksternal. Pelaporan eksternal tersebut
15
dilaporkan dari rumah sakit kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien. Sistem
pelaporan rumah sakit yang baik sangat diperlukan untuk membangun budaya
keselamatan pasien karena data yang valid dan akurat dapat digunakan sebagai
dasar dalam memperbaiki sistem pelayanan dan pencegahan terhadap kejadian
insiden keselamatan pasien agar insiden mengenai keselamatan pasien tersebut
tidak terulang kembali. Arfan dalam Gunawan dkk (2015) menyatakan bahwa
komunikasi, persepsi terhadap standar operasional prosedur (SPO), supervisor,
pengetahuan terhadap keselamatan, stress kerja, dan kelelahan kerja berpengaruh
terhadap pelaporan insiden keselamatan pasien.
sebelumnya telah dilakukan. Selain pelaporan pada internal, rumah sakit juga
hasrus melaporkan hasil surveilans ke komisi pencegahan dan pengendalian
infeksi rumah skait.
e. Diseminasi informasi
Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat edaran,
laporan berkala dan forum pertemuan, dan publikasi ilmiah. Diseminasi informasi
dapat juga dilakukan jika petugas surveilans terlibat aktif dalam perecanaan,
pelaksanaan, monitoring evaluasi progran dengan menyampaikan hasil dari suatu
analisis.
e. Pencegahan dan pengendalian
Setelah melakukan diseminasi informasi maka langkah yang berikutnya
yaitu pencegahan dan pengendalian dari suatu masalah kesehatan.
tentang keselamatan dan kesehatan kerja belum ada, kalaupun sudah ada,
tetapi belum diterapkan secara tegas.
b. Kondisi pekerjaan, berupa:
1) Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaanya juga tidak tepat;
2) Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya, namun di sisi lain fasilitas
keselamatan kerja sangat kurang.
3) Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena tidak tersedianya unsur
pendukung keselamatan dan kenyamanan kerja;
4) Tidak tersedianya prosedur manual petunjuk kerja;
5) Kurangnya kontrol, evaluasi dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja secara
ruin.
c. Kondisi karyawan berupa:
1) Keterampilan karyawan dalam hak K3 yang rendah;
2) Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima;
3) Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3, serta
tingginya derajat stress kerja dan depresi;
4) Kecanduan merokok, minuman keras dan narkoba.
d. Kondisi fasilitas perusahaan, berupa:
1) Ketersediaan fasilitas yanf kurang cukup (jumlah dan mutu)
2) Kondisi ruangan kerja yang kurang nyaman;
3) Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan;
4) Tidak tersedianya fasilitas asuransi kecelakaan;
5) Kurangnya pelatihan dan sosialisasi tentang pentingya keselamatan kerja di
kalangan karyawan.
Usaha untuk mengenal faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja dilakukan
dengan mengadakan pemeriksaan, pengecekan, dan penyelidikan. Menurut
Armstrong dalam Hamali (2018) faktor –faktor penyebab kecelakaan kerja yang
terdiri dari:
a. Faktor sistem kerja
Faktor – faktor yang menyebabkan kecelakaan dalam sistem kerja adalah
sebagai berikut:
1) Pembuatan mesin yang tidak aman, pabrik, dan proses kerja.
2) Tata letak yang tidak baik.
3) Mesin – mesin yang tidak mempunyai sistem pengaman atau tidak
sempurna.
4) Kerusakan pabrik, bahan – bahan yang kasar dan tajam, atau kondisi kerja
seperti tergelincir atau keadaan yang mengandug minyak gemuk, benda-
20
terciptanya sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ditempat kerja mencegah
dan mengurangi kecelakaan kerja seta penyakit akibat kerja. Selain itu tujuan dari
manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
Manajemen risiko dilakukan dengan cara menentukan konteks kegiatan
yang akan dikelola risikonya, mengidentifikasi bahaya potensial, menganalisis
risiko, mengevaluasi risiko, pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, serta
memantau dan menelaah ulang risiko. Salah satu cara melakukan analisis risiko
adalah dengan adanya pelaporan kecelakaan kerja. Salah satu cara melakukan
pelaporan kecelakaan kerja adalah dengan cara mengumpulkan data kecelakaan
kerja. Dan salah satu cara mengumpulkan data kecelakaan kerja adalah dengan
adanya formulir kecelakaan kerja.
Menurut menteri kesehatan (2016) setiap rumah sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan mengenai penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan
kerja di rumah sakit. Pencatatan dan pelaporan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit dapat dilakukan secara bulanan dan tahunan.
Implementasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit perlu diterapkan
karena berkaitan dengan kualitas pelayanan di rumah sakit, akreditasi rumah sakit,
dan berkaitan dengan program pemerintah tentang rumah sakit untuk
meningkatkan keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit.
didimpan dan diabadikan. Bahan yang digunakan untuk formulir minimal HVS 80
gram. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya menggunakan bahan yang mudah ditulis
agar tidak menyebabkan kesulitan saat menulis formulir.
2. Bentuk
Menurut riyadhy dalam wardhani (2016) bentuk formulir disesuaikan
dengan standar dan disesuakan dengan formulir lain agar mudah didalam
melakukan penyimpanannya. Biasanya formulir memiliki bentuk persegi panjang.
3. Warna
Warna kertas yang biasanya digunakan untuk formulir yaitu warna putih.
Warna tinta yang diunakan pada sebagian tulian yang terdapat didalam formulir
dapat digunakan untuk penegasan terhadap kalimat tetentu. Tinta yang dipilih
harus memberikan kontras yang semestinya pada kertas dan hendaknya
memberikan cetakan yang jelas, seragam dan rata. Penggunaan tinta lebih dari
satu warna dapat menambah biaya daklam pembuatan formulir dan dapat
mempersulit proses fotokopi, mikrofilm dan scanning ke sistem pencitraan optis
(Huffman. 1999).
4. Kemasan
Kemasan formulir adalah tempat yang digunakan untuk meyinpan formulir
agar formulir tidak mudah robek dan rusak. Untuk formulir rekam medis kemasan
untuk menyimpan yaitu sampul dokumen rekam medis. Dan untuk formulir lain
tidak dilindungi didalam sampul.
b. Aspek anatomi
Didalam aspek anatomi terdapat beberapa aspek, aspek tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Formulir (Heading)
Kepala (Heading) adalah bagian yang mencerminkan judul atau informasi
tentang formulir. Posisi standar dari judul adalah kiri-atas, tengah, kanan-atas,kiri-
bawah, atau kanan-bawah. Sebuah sub judul harus digunakan jika judul utama
memerlukan penjelasan atau kualifikasi lebih lanjut. Informasi lain mengenai
formulir mencakup identifikasi formulir, tanggal penerbitan dan nomor halaman.
Jika formulir terdiri dari beberapa halaman terpisah atau tercetak dihalaman balik,
identifikasi harus berada pada kedua sisi dan setiap halaman.
2. Pendahuluan (Introduction)
Bagian ini menjelaskan tujuan formulir. Terkadang tujuan ditunjukkan oleh
judul sehingga tujusn tidak diperlukan ada lagi. Tetapi jika penjelasan lebih lanjut
25
dari judul diperlukan, maka pernyataan yang jelas dapat dimasukkan kedalam
formulir untuk menjelaskan tujuanya.
3. Perintah (Instruction)
Instruksi harus singkat dan beradapada bagian atas formulir. Tujuanya
adalah agar pengguna dapat menentukan jumlah formulir yang akan dicopy, siapa
yang harus mengajukan formuir dan kepada siapa copyan formulir dikirimkan dan
bagaimana cara pengisian formulir. Instruksi tidak boleh diletakkan diantara ruang
– ruang isian formulir karena hal ini dapat membuat formulir terkesan berantakan
dan mempersulit pengisian.
4. Isi (Body)
Didalam isi terdapat beberapa item, item tersebut antara lain:
a) Margins
Margin merupakan jarak antara tepi formulir dengan area isi formulir. Batas
margin minimum harus disediakan 2/16” (inches) atau 0,3173 cm pada bagian
atas , 3/6” atau 1,27 cm pada bagian bawah dan 3/10” atau 0,762cm pada sisi-sisi.
b) Spacing
Spacing adalah ukuran area isian data. Untuk spacing yang dibuat dengan
tulisan tangan, berikan horizontal spacing 1/10” atau 0,254 cm sampai 1/12” atau
0,21167 cm per-karakter. Vertikal spacing memerlukan 1/4” atau 0,635 cm sampai
1/3” atau 0,84667 cm. Desain kotak yang digunakan memerlukan 1/3” atau
0,84667 cm.
c) Rules
Sebuah rule adalah sebuah garis vertikal atau horizontal. Rules membagi
formulir atas bagian – bagian logis, mengarahkan penulis untuk memasukkan data
pada tempat yang semestinya, menginstruksikan penulis mengenai panjang yang
diinginkan dari data yang dimasukkan, membimbing pembaca melalui
komunikasi dan menambah daya tarik fisik formulir.
d) Type Style
Jenis huruf ini penting didalam hal keterbacaan dan penonjolan. Item-item
dengan tingkat kepentingan yang sama hendaknya dicetak dengan huruf yang
sama di semua bagian formulir. Biasanya jenis italic dan bold digunakan untuk
penekanan, tapi terbatas pada kata-kata yang memerlukan penekan khusus.
e) Penutup (Close)
Bagian ini merupaka sebuah penutup didalm formulir. Dan pada bagian ini
terdapat tanda tangan untuk autentikasi danpersetujuan.
c. Aspek isi
26
Didalam aspek isi terdapat beberapa item, item tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan item
Item – item yang tercantum didalam formulir harus item yang lengkap. Agar
informasi yang didperlukan dapat terpenuhi. Item ini menyesuaikan pada struktur
data atau isi rekam medis.
2. Pengelompokan
Pengelompokan data menurut kelompok item pada suatu formulir.
Terkelompoknya data pada suatu formulir dapat membantu pengisian sesuai
dengan kelompok data masing – masing.
3. Urutan
Urutan pengelompokan data dan item pada formulir. Apabila dalm
pengelompokan item data tidak disusun secara sistematis maka akan meyulitkan
pengguna formulir dalam melakukan pengisian.
4. Istilah
Penggunaan istilah dalam desain formulir harus menggunakan istilah yang
standar, khususnya standar dirumah sakit tersebut. Untuk mendapatkan istilah
yang standar dapat dilakukan pembuatan surat keputusan tentenag pemberlakuan
istilah yang ada dirumah sakit. Istilah harus didefinisikan didalam keputusan
tersebut, hal ini penting untuk menghindari salah prsepsi pada istilah yang
digunakan.
5. Singkatan
Penggunaan singkatan dalam desain formulir harus menggunakan singkatan
yang standar. Singkatan tersebut harus disepakati dan dipahami oleh seluruh
sumber daya di rumah sakit.
6. Simbol
Pengisian simbol didalam formulir harus sesuai dengan standar. Untuk
mendapatkan simbol yang standar dapat dilakukan pemnuatan surat keputusan
tentang pemberlakuan simbol yang ada dirumah sakit.
7. Cara pengisian
Bagaimana proses dan suatu formulir baik menggunakan manual dengan
tulisan tangan atau pengetikan menggunakan mesin, penetapan pemgisian
formulir juga dilakukan sehingga jelas siapa yang akan mengisis formulir
tersebut.
pasien. Disisi lain pelaporan juga akan menjadi awal dari proses pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama terung kembali.
Didalam melakukan pelaporan terhadap kejadian insiden keselamatan
pasien rumah sakit perlu menetapkan beberapa item – item antara lain sebagai
berikut:
a. Kebijakan
b. Alur pelaporan insiden keselamatan pasien
c. Formulir pelaporan
d. Prosedur pelaporan insiden keselamatan pasien
e. Insiden yang harus dilaporkan atau kejadian yang sudah terjadi, potensial
terjadi ataupun yang nyaris terjadi
f. Siapa saja yang membuat laporan
g. Batas waktu pelaporan
Selain laporan internal, rumah sakit juga wajib membuat laporan eksternal
yang mana laporan eksternal tersebut dilaporkan kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
sakit harus menyusun manajemen risiko fasilitas dan lingkungan yang meliputi
enam bidang, bidang – bidang tersebut antara lain:
a. Keselamatan dan keamanan
Keselamatan merupakan keadaan tertentu yang berhubungan dengan
gedung, halaman, lantai, dan peralatan rumah sakit yang tidak menimbulkan
bahaya atau risiko bagi staf dan tenaga kesehatan lainya.. Sedangkan keamanan
merupakan perlindungan terhadap kehilangan, perusakan, dan penggunaan akses
oleh mereka yang tidak berwewenang. Didalam penyelenggaraan kesehatan
rumah sakit harus menjaga keselamatan dan keamanan di tempat kerja agar tidak
terjadi kecelakaan kerja.
b. Bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya
Bahan berbahaya dan beracun (B3) meliputi penanganan, penyimpanan dan
penggunaan terhadap bahan radioaktif serta bahan berbahaya yang mana bahan
tersebut harus dibuang secara aman.
c. Manajemen penanggulangan bencana
Manajemen penanggulangan bencana meliputi risiko kemungkinan terjadi
bencana, respons rumah sakit jika terjadi wabah, respon rumah sakit jika terjadi
bencana dan keadaan emergensi, serta evaluasi lingkungan secara terintegrasi.
d. Sistem proteksi kebakaran
Sistem proteksi kebakaran meliputi perlindungan terhadap properti, staf dan
tenaga kesehatan lainya dari kebakaran dan asap.
e. Peralatan medis
Peralatan medis meliputi peralatan yang digunakan yang mana peralatan
tersebut dipelihara serta digunakan untuk mengurangi risiko.
f. Sistem penunjang
Sistem penunjang meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainya yang
berfungsi untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
Peraturan perundang – undangan dan pemeriksaan/inspeksi yang berwenang
menentukan bagaimana fasilias atau peralatan dirancang, digunakan, dan
dipelihara. rumah sakit juga harus mematuhi ketentuan yang berlaku tersebut
sebagai bagian dari tanggungg jawab mereka terhadap staff dan tenaga kesehatan
lainya. Selain itu rumah sakit harus mematuhi peraturan perundang – undangan
termasuk mengenai bangunan dan proteksi kebakaran. Serta rumah sakit harus
memahami fasilitas fisik yang dimiliki secara proaktif untuk mengumpulkan data
33
dan membuat strategi untuk mengurangi risiko dan meningkatkan keamanan bagi
staf dan tenaga kesehatan lainya agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
2.10.1 Motto
Besama kita berubah menjadi lebih baik.
2.10.2 Visi
Menjadi rumah sakit unggulan dibidang kedokteran kepolisian di wilayah
kabupaten Lumajang.
2.10.3 Misi
1. Memberikan dukungan kesehatan yang profesional dengan
mengedepankan kedokteran kepolisian dalam rangka mendukung tugas
operasional POLRI.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna pada masyarakat POLRI
dan umum di wilayah kabupaten Lumajang dan sekitarnya dengan dilandasi
kedisiplinan, ikhlas, taggap, transparan dan profesional dalam rangka
menuju masyarakat sehat.
3. Mengembangkan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
identifikasi faktor dan penyusunan teori menjadi ciri khas utama dari penelitian
ini. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah yang akan diteliti masih belum
jelas, berfungsi untuk mengetahui adanya masalah – masalah yang masih
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori –
teori yang sebelumnya, untuk memastikan kebenaran dari suatu data dan untuk
meneliti sejarah perkembangan.
Penelitian ini memiliki masalah terdapat insiden keselamatan pasien tetapi tidak
terdapat formulir insiden keselamatan pasien, tingginya penyakit infeksi dan nilai
BTO (Bed Turn Over) tetapi tidak pernah dilakukan surveilans infeksi, terdapat
36
kecelakaan kerja tetapi tidak terdapat pencatatan dan pelaporan. Input dari
penelitian ini yaitu aspek fisik, aspek anatomi, aspek isi dan Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Tahun 2017. Aspek fisik meliputi
bahan, bentuk, warna, dan kemasan. Sedangkan aspek anatomi meliputi heading
(kepala formulir), introduction (pendahuluan), instruction (perintah), dan isi
(body). Isi (body) meliputi margins, spacing, rules, type style dan close (penutup).
Sedangkan aspek isi meliputi kelengkapan item, pengelompokkan, urutan, istilah,
singkatan, simbol dan cara pengisian. Proses dari penelitian ini yaitu
mengidentifikasi kebutuhan pengguna berdasarkan aspek fisik, aspek anatomi dan
aspek isi, merancang formulir berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna.
Otput dari penelitian ini yaitu formulir insiden keselamatan pasien, surveilans
infeksi dan kecelakaan kerja berdasarkan Standar Nasional akreditasi Rumah
Sakit Edisi 1 tahun 2017.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
37
3.4 Definisi Istilah
No Variabel Definisi istilah Cara Pengumpulan Data Indikator
1. Aspek fisik Aspek atau penilaian yang digunakan untuk mendesain Observasi a.Bahan
formulir yang meliputi bahan, bentuk, ukuran dan warna yang Wawancara b. Bentuk
berpengaruh dalam penyimpanan berkas c.Warna
d. Kemasan
2. Aspek Anatomi Aspek atau peneilaian yang untuk diguakan mendesain Observasi a.Kepala formulir (Heading)
formulir yang meliputi heading, introduction, body, dan close Wawancara b. Pendahuluan
yang berkaitan dengan tata letak dan penjelasan dalam (Introduction)
pengisian formulir. c. Perintah (Instruction)
d. Isi (Body) meliputi
1) Margins
2) Spacing
3) Rules
4) Type Style
5) Penutup (Close)
3. Aspek Isi Aspek atau penilaian yang digunakan untuk mendesain Observasi a.Kelengkapan item
formulir yang meliputi kelengkapan butir data dan terminologi Wawancara b. Pengelompokkan
c.Urutan
d. Istilah
e.Singkatan
f. Simbol
g. Cara Pengisian
1. Kebutuhan Hasil dari proses wawancara yang digunakan sebagai bahan Wawancara
Pengguna tambahan didalam merancang desain formulir insiden Observasi
keselamatan pasien, surveilans infeksi dan kecelakaan kerja FGD (Focus Grup Discussion)
38
39
Menentukan rumusan
masalah
Menentukan tujuan
penelitian
Menentukan
instrumen penelitian
Pengumpulan data
meliputi observasi dan
wawancara
Analisis Data
Desain Formulir
Tidak
Sesuai
Kebutuhan
Revisi Desain
Uji keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),
dan confirmability (obyektifitas) .
a. Uji credibility (validitas internal)
Uji kredibilitas adalah uji kepercayaan data. Didalam penelitian ini cara
yang digunakan untuk uji credibility adalah uji triangulasi. Uji triangulasi
merupakan pengecekan data dari berbagai sumber, teknik dan waktu. Pada
penelitian ini uji triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan
teknik. Triangulasi sumber merupakan uji pengecekan data dari sumber
yang berbeda – beda. Sumber dari penelitian ini yaitu petugas rekam medis,
dokter, perawat dan petugas farmasi. Pada penelitian ini triangulasi sumber
digunakan untuk mengecek data pada aspek fisik, aspek anatomi dan aspek
isi. Sedangkan triangulasi metode yaitu uji pengecekan data menggunakan
metode yang berbeda – beda. Metode pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan FGD (Focus Grup
Discussion). Triangulasi metode ini berfungsi untuk mengetahui kebenaran
data dari aspek fisik, aspek anatomi dan aspek isi.
b. Uji transferbility (validitas eksternal)
Uji transferbility merupakan uji validitas eksternal didalam penelitian
kualitatif. Uji transferbility (uji validitas eksternal) merupakan uji ketepatan
yang mana untuk mengetahui dapat atau tidaknya hasil penelitian diterapkan
ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Pada penelitian ini uji
transferbility dilakukan dengan cara menguraikan hasil penelitian secara
rinci dan jelas.
c. Dependability (reliabilitas)
Uji dependability merupakan uji penelusuran terhadap catatan hasil
penelitian. Didalam penelitian ini uji dependability dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keselurahan proses dari hasil penelitian. Auditor
pada penelitian ini yaitu dosen pembimbing.
44
d. Confirmability (obyektifitas)
Uji confirmability merupakan pengujian hasil penelitian yang dikaitkan
dengan proses penelitian. Uji confirmability ini dilakukan bersamaan dengan uji
dependability. Uji confirmability ini dilakukan dengan cara konsultasi dengan
dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Nova Pawestri. 2017. Analisis Desain Formulir Sectio Caesarea di RSUD
Genteng Banyuwangi Tahun 2016. Jember: Politeknik Negeri Jember.
45
FS, A, K., P, Satyabakti., N, Arbianti. 2015. “Perbedaan Risiko Multidrug
Resistance Organism Menurut Faktor Risiko dan Kepatuhan Hand
Hygiene” Dalam Jurnal Berkala Epidemiologi. 3. Hal. 277-289.
Joseph, M., H, Sasanti., R,H. 2016. “Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Pemerintah dalam Upaya Pencegahan dan Pangendalian Infeksi di
Indonesia”. Dalam Jurnal Kefarmasian Indonesia. Hal. 137-146.
46
Kementrian Kesehatan RI (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tentang Keselamatan Pasien.
Lolita, Sella. 2016. Analisis Kebutuhan Tempat Tidur Tiap Kelas di Rawat Inap
Rumah Sakit Djatiroto Kabupaten Lumajang. Jember: Universitas Jember.
47
Prabowo, A., H, S. “Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-book) Oleh
Pemustaka Di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang”. Dalam Jurnal Ilmu
Perpustakaan. 2. Hal. 1-9.
Tri, Yennike Herawati. 2015. “Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit X Kabupaten Jember”. Dalam Jurnal IKESMA. 11. Hal. 52-60.
48
Metode Service Quality Function Deployment di RSD Kalisat Jember”.
Dalam Jurnal manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. 2. Hal. 16-25.
49
50
LAMPIRAN
53
(……………………….) (……………………….)
Peneliti
(Amelia Agustiningrum)
Lampiran 2 Lembar wawancara petugas rekam medis dan kepala rekam medis
58
A. Identifikasi
Lokasi: Rumah sakit Bhayangkara Lumajang
Materi: Aspek fisik, aspek anatomi, dan aspek isi
Responden: Kepala rekam medis dan petugas rekam medis
B. Aspek yang diamati
1. Aspek fisik
No. Pertanyaan Responden Hasil
dilindungi dengan
sampul? Jika iya maka
sampul seperti apa yang
akan digunakan? Jika
tidak maka alasanya
mengapa?
2. Aspek anatomi
No. Pertanyaan Responden Hasil
5. Apakah penambahan
instruction atau
petunjuk pengisian
formulir perlu
ditambahkan?
Mengapa?
6. Bagaimana margin
kertas yang diinginkan
pada formulir insiden
keselamatan pasien,
surveilans infeksi dan
kecelakaan kerja?
7. Bagaimana spacing
yang dibutuhkan untuk
area entry data pada
formulir insiden
keselamatan pasien,
surveilans infeksi dan
kecelakaan kerja?
8. Bagaimana rules yang
dibutuhkan pada
formulir insiden
keselamatan pasien,
surveilans infeksi dan
kecelakaan kerja
mengenai panjang yang
diinginkan dari data
yang akan dimasukkan?
9. Apa jenis huruf (type
style) yang diinginkan
pada formulir insiden
keselamatan pasien,
surveilans infeksi dan
kecelakaan kerja?
9. Dimanakah letak
61
autentikasi pada
formulir insiden
keselamatan pasien,
surveilans infeksi dan
kecelakaan kerja?
2. Aspek isi
a. aspek isi formulir insiden keselamatan pasien
No. Pertanyaan Responden Hasil
1. Apakah pada formulir
insiden keselamatan
pasien perlu
mencantumkan nama
pasien, nomor rekam
medik, umur, jenis
kelamin, ruang
perawatan, penaanggung
biaya pasien, dan
tanggal masuk rumah
sakit dan jam masuk
perlu dicantumkan?
2. Apakah tanggal dan
waktu insiden, insiden
yang terjadi dan
kronologis insiden perlu
dicantumkan?
3. Apakah jenis insiden
dan orang pertama yang
melaporkan insiden
perlu dicantumkan?
4. Apakah insiden
menyangkut pasien,
tempat insiden, dan
insiden yang terjadi
62
insiden keselamatan
pasien perlu dilakukan
pengelompokkan item –
item data?
12. Apakah pada formulir
insiden keselamatan
pasien perlu dilakukan
urutan item – item yang
saling berkaitan?
13. Apakah pada formulir
insiden keselamatan
pasien perlu
ditambahkan istilah,
singkatan dan simbol?
14. Apakah pada formulir
insiden keselamatan
pasien perlu
ditambahkag cara
pengisian?
berkaitan?
dicantumkan?
pengisian?
A. Identifikasi
Lokasi: Rumah sakit Bhayangkara Lumajang
Materi: Aspek isi formulir insiden keselamatan pasien, surveilans infeksi.
dan kecelakaan kerja
Responden: dokter dan perawat
B. Aspek yang diamati
2. Aspek isi
a. aspek isi formulir insiden keselamatan pasien
No. Pertanyaan Responden Hasil
1. Apakah pada formulir
insiden keselamatan
pasien perlu
mencantumkan nama
pasien, nomor rekam
medik, umur, jenis
kelamin, ruang
69
perawatan, penaanggung
biaya pasien, dan
tanggal masuk rumah
sakit dan jam masuk
perlu dicantumkan?
2. Apakah tanggal dan
waktu insiden, insiden
yang terjadi dan
kronologis insiden perlu
dicantumkan?
3. Apakah jenis insiden
dan orang pertama yang
melaporkan insiden
perlu dicantumkan?
4. Apakah insiden
menyangkut pasien,
tempat insiden, dan
insiden yang terjadi
pada pasien sesuai kasus
penyakit perlu
diicantumkan?
5. Apakah tindakan yang
segera dilakukan setelah
insiden terjadi dan nama
pemberi tindakan perlu
dicantumkan?
6. Apakah item jenis
kejadian yang sama
pernah terjadi di unit
kerja lain dan tindakan
yang diambil juga perlu
dicantumkan?
7. Apakah grading risiko
kejadian perlu
dicantumkan?
70
ditambahkag cara
pengisian?
ruangan perlu
dicantumkan?
7. Apakah pada formulir
surveilans infeksi jenis
infeksi perlu
dicantumkan?
8. Apakah pada formulir
surveilans infeksi nama
pengisi formulir perlu
dicantumkan?
9. Apakah pada formulir
surveilans infeksi perlu
dilakukan
pengelompokkan item –
item data?
9. Apakah pada formulir
surveilans infeksi perlu
dilakukan urutan item –
item yang saling
berkaitan?
10. Apakah pada formulir
surveilans infeksi perlu
ditambahkan istilah,
singkatan dan simbol?
11 Apakah pada formulir
surveilans infeksi perlu
ditambahkag cara
pengisian?
dicantimkan?
Petunjuk pengisian
1. pengisian lembar observasi semata – mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Pada lembar observasi telah disediakan kriteria yang akan dilakukan observasi
dan keterangan hasil observasi yang telah didapatkaan.
3. Semua hasil observasi yang telah peneliri dapatkan akan dirahasiakan.
Lampiran 2 Lembar observasi aspek fisik, aspek anatomi dan aspek isi
LEMBAR PEDOMAN OBSERVASI
A. Identifikasi
Lokasi: Rumah sakit Bhayangkara Lumajang
B. Aspek yang diamati aspek fisik, aspek anatomi dan aspek isi
1. Aspek fisik
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
2. Aspek anatomi
No. Pertanyaan Responden Hasil
78
3. Aspek isi
No. Pertanyaan Responden Hasil
1. Adanya kelengkapan
item pada item – item
formulir rekam medis
yang meliputi:
a. Adanya data sosial
pasien
b. Adanya data klinis
pasien
79
2. Adanya
pengelompokkan data
pada formulir rekam
medis
3. Adanya urutan
pengelompokkan data
menurut item
4. Adanya singkatan,
istilah dan simbol pada
formulir rekam medis
5. Adanya cara pengisian
formulir pada formulir
rekam medis
Petunjuk umum
1. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada informan atas kesediaanya
dalam meluangkan waktu untuk datang pada FGD (Focus Grup
Discusson).
80
b) Aspek anatomi
No. Responden Hasil
1. Bagaimanakah menurut anda tentang letak kepala
formulir (heading) pada formulir tersebut?
Apakah pada kepala formulir (heading) perlu
ditambahkan item lagi?
2. Bagaimana menurut anda tentang pendahuluan
(introduction) pada formulir tersebut? Apakah
pendahuluan (introduction) sudah sesuai dengan
kebutuhan anda?
3. Bagaimanakah menurut anda tentang perintah
(instruction) pada formulir tersebut? Apakah
perintah (instruction) tersebut sudah sesuai
dengan kebutuhan anda?
4. Apakah margin dari formulir tersebut sudah
sesuai dengan kebutuhan anda? Apakah margin
formulir tersebut perlu diganti?
5. Apakah spacing dari formulir tersebut sudah
sesuai dengan kebutuhan anda? Apakah spacing
pada formulir perlu diganti?
6. Apakah rules pada formulir tersebut sudah sesuai
83
c) Aspek isi
No. Responden Hasil
1. Apakah pada formulir tersebut item –itemnya
sudah sesuai dengan kebutuhan anda? Apakah
terdapat item yang perlu ditambahkan?
2.. Apakah pada formulir tersebut pengelompokkan
itemnya sudah sesuai dengan kebutuhan anda?
3. Bagaimanakah menurut anda tentang urutan pada
formulir tersebut? Apakah urutan pada formulir
tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan anda?
4. Bagaimanakah menurut anda tentang istilah pada
formulir tersebut? Apakah terdapat istilah yang
perlu ditambahkan atau dikurangi?
5. Bagaimanakah menurut anda tentang singkatan
pada formulir tersebut? Apakah terdapat singkatan
yang perlu ditambahkan atau dikurangi?
6. Bagaimanakah menurut anda tentang simbol pada
formulir tersebut? Apakah terdapat simbol yang
perlu ditambahkan atau dikurangi?
7. Bagaimanakah menurut anda tentang cara
pengisian pada formulir tersebut? Apakah terdapat
cara pengisian tersebut sudah sesuai dengan
kebutuhan anda?
84