Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.

SN (A)
HIPERBILIRUBINEMIA
DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS
MATA KULIAH
KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
HERLINA BIAWAN 1811020320
SITI SADIAH 1811020333
SRI RAHAYU 1811020346
AGUS SUBARKAH 1811020346

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1 REGULER B


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2018/2019
LAPORAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN PADA NEONATUS

I. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin
direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Jadi, Hiperbilirubun adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir
selama minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin
bayi.Ditemukan sekitar 25-50% bayi normal dengan kedaan
hiperbilirubinemia.Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan ikterus
neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata (sklera) pada
beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin.
Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan
keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pad usia inilah kadar bilirubin yang tinggi
dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat bayi.

II. KLASIFIKASI
UJI KRAMER
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk penilaian
ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang di mulai dari
kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit pergelangan
kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak kaki dan
telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain. Kemudian penilaian
kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar.
Cara ini juga tidak menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru
lahir. Nomor urut menunjukkan arah meluasnya ikterus
Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut kramer
Derajat Perkiraan
ikterus Daerah ikterus kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga 11,4 mg/dl
tungkai atas (di atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

Bilirubin Ensefalopati Dan kernikterus


Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukkan kepada manifestasi klinis yang
mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin pada system syaraf pusat yaitu basal ganglia
dan pada berbagai nuclei batang otak. Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan
neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak
terutama di ganglia basalis, pons, dan serebelum.
A. Ikterus Fisiologik
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon, 1996),
(Tarigan, 2003) dalam (Schwats, 2005) :
1. Timbul pada hari kedua - ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
4. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis tertentu.

B. Ikterus Patologik
Menurut (Tarigan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly
menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Karakteristik Hiperbilirubinemia sebagai berikut
Menurut (Surasmi, 2003) :
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD
dan sepsis).
5. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia,
sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
C. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nukleus
merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit
hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus
secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara kronik.

III. ETIOLOGI
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya
perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi
toxoplasma. Siphilis.

IV. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan.Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air
tapi mudah larut dalam lemak.Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.Kelainan yang terjadi di
otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih
dari 20mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia.
(Markum, 1991)
V. PATHWAYS

VI. MANIFESTASI KLINIS


1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Reflek hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologic
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
12. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

VII. KOMPLIKASI
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
1. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14
mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang
tidak fisiologis.
2. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
3. Protein serum total.
B. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
C. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan
atresia billiari.

IX. PENATALAKSANAAN
A. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI).
B. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin.
C. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
D. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi.Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam
empedu.Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
E. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
F. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi
untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada
billirubin dari billiverdin.
G. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.
H. Terapi Obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang
menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi
timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

X. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi). Reflek
hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor).
Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin
resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina)
perubahan warna urine dan feses. Pemeriksaan fisik.
2. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan
darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran
pencernaan, ibu menderita DM.
3. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
4. Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, perpisahan dengan anak.
5. Hasil Laboratorium :
a. Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.
B. DIAGNOSA
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi
berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
C. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1 Kerusakan Setelah dilakukan Pressure Management
integritas kulit b.d. tindakan keperawatan 1. Anjurkan pasien untuk
efek dari selama …x24 jam menggunakan pakaian
phototerapi. diharapkan integritas yang longgar
kulit kembali baik / 2. Hindari kerutan pada
normal. tempat tidur
Tissue Integrity : Skin 3. Jaga kebersihan kulit
and Mucous Membranes agar tetap bersih dan
Kriteria Hasil : kering
 Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien
baik bisa setiap 2 jam sekali
dipertahankan 5. Monitor kulit akan
 Tidak ada luka / lesi adanya kemerahan.
pada kulit 6. Oleskan lotion /
 Perfusi jaringan baik minyak / baby oil pada

 Menunjukkan daerah yang tertekan

pemahaman dalam 7. Mandikan pasien

proses perbaikan dengan sabun dan air

kulit dan mencegah hangat

terjadinya cedera
berulang
 Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan MONITOR CAIRAN
kekurangan volume tindakan keperawatan 1. Tentukan riwayat
cairan b.d. selama .......x24 jam jumlah dan tipe intake
phototerapi. diharapkan tidak ada cairan dan eliminasi
resiko kekurangan cairan 2. Tentukan
pada klien. kemungkinan faktor
Kriteria Hasil : resiko daari
1. TD dalam rentang ketidakseimbangan
yang diharapkan cairan (hipertermia,
2. Tekanan arteri rata- terapi diuretik,
rata dalam rentang kelainan renal, gagal
yang diharapkan jantung, diaporesis,
3. Nadi perifer teraba disfungsi hati)
4. Keseimbangan intake 3. Monitor berat badan
dan output dalam 24 4. Monitor serum dan
jam elektrolit urine
5. Suara nafas tambahan 5. Monitor serum dan
tidak ada osmolaritas urine
6. Berat badan stabil 6. Monitor BP, HR, RR
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan Pencegahan jatuh
cedera b.d. tindakan keperawtan 1. Kaji status neurologis
meningkatnya selama …x 24 jam 2. Jelaskan pada pasien
kadar bilirubin diharapkan tidak ada dan keluarga tentang
toksik dan resiko cidera. tujuan dari metode
komplikasi  Risk control pengamanan
berkenaan Kriteria hasil : 3. Jaga keamanan
phototerapi. 1. Klien terbebas dari lingkungan keamanan
cidera pasien
2. Klien mampu 4. Libatkan keluiarga
menjelaskan metode untuk mencegah
untuk mencegah bahaya jatuh
injuri/ cidera 5. Observasi tingkat
3. Klien mampu kesadaran dan TTV
memodifikasi gaya 6. Dampingi pasien
hidup untuk
mencegah injuri.
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
4 Gangguan Setelah dilakukan Fever treatment
temperature tubuh tindakan keperawtan 1. Monitor suhu
(Hipertermia) selama …x 24 jam sesering mingkin
berhubungan diharapkan suhu dalam 2. Monitor warna dan
dengan terpapar rentang normal. suhu kulit
lingkungan panas.  Termoregulation 3. Monitor tekanan
Kriteria hasil : darah, nadi, dan
 Suhu tubuh dalam respirasi
rentang normal 4. Monitor intake dan
 Nadi dan respirasi output
dalam batas normal
 Tidak ada perubahan
warna kulit
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

Daftar Pustaka

http://www.docstoc.com/docs/159606809/Anak---Hiperbilirubin
http://growupclinic.com/2012/05/07/penanganan-terkini-hiperbilirubinemia-atau-
penyakit-kuning-pada-bayi-baru-lahir/
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DAN NEONATUS

A. PENGKAJIAN
Dilakukan oleh : 1. Herlina Biawan ( 1811020320 )
2. Siti Sadiah ( 1811020333 )
3. Sri Rahayu ( 1811020346 )
4. Agus Subarkah ( 1811020360 )
Tempat : Ruang Perinatologi RS Banyumas
Tgl pengkajian : 03 April 2019
Diagnosa : BBLR, CB, SMK, Spontan
Tgl masuk RS : 02 April 2019
No. RM : 870485
BB : 2488 gr

I. Identitas
a. Nama : By. Ny. SN (A)
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. TTL/usia : 1 hari
d. Pekerjaan ayah/ibu : Swasta
e. Pendidikan ayah/ibu : SMP
f. Agama : Islam
g. Alamat/no telp : Kaliori 01/01 Kalibagor
h. Suku/bangsa : Jawa

II. Keluhan Utama:


ikterik
III. Keluhan Tambahan:
Bayi lahir dari Ibu G4P3A0 umur ibu 35 tahun, UK 37+2 minggu, tanggal 02 April
2019 jam 08.30 WIB ketuban pecah warna jernih. jam 08.40 WIB bayi lahir
dengan Spontan. BB lahir 2488 gram, PB 44 cm, A/S 8/9/10. Saat dilakukan
pengkajian bayi tampak lemah, suhu badan 37,7 oC,

IV. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal
Jumlah kunjungan : 4X
Periksa di bidan/dokter : Bidan
Penkes yang didapat :
HPHT :
Kenaikan BB selama hamil : 12 kg
Komplikasi kehamilan : Tidak ada
Komplikasi obat : Tidak ada
Obat-obatan yang didapat : Tablet Fe ( zat besi )
Riwayat Hospitalisasi :-
Golongan darah ibu :A
Pemeriksaan kehamilan/skreening maternal:

b. Natal
Awal persalinan : 08.30 WIB
Lama persalinan : 10 menit
Komplikasi persalinan : tidak ada
Terapi yang diberikan : oksitoksin
Cara melahirkan : spontan
Tempat melahirkan : Rumah Sakit
Usia gestasi : 37+2 minggu

c. Post natal
Usaha bernapas : spontan
Kebutuhan resusitasi : tidak ada resusitasi
Obat-obatan yang diberikan : vitamin K, salep mata, vaksin hep B
Interaksi bayi dengan orang tua : tidak ada
Trauma lahir : tidak ada
Keluarnya urin/BAB : belum keluar
Respon fisiologis yang bermakna : menangis

V. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit DM (-) hipertensi (-) asma (-)
VI. Riwayat Sosial
Sistem pendukung yang dapat dihubungi: ayah bayi
Hubungan orang tua dengan bayi: keluarga
Anak yang lain: -
Anak ke Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
1 Lahir meninggal 1 jam -
2 Lahir meninggal
3 Umur 5 tahun Imunisasi lengkap
4 Lahir sekarang Hepatitis B
Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih dan nyaman
Masalah sosial yang penting : Tidak terdapat masalah sosial yang berarti

VII. Keadaan dan Kesehatan Saat ini


a. Diagnosa medis : BBLR, CB, SMK, Spontan
b. Tindakan operasi : tidak ada
c. Obat-obatan :-
d. Tindakan keperawatan : terlampir
e. Hasil laboratorium : TRANSCUTAN BILIRUBIN hasil 6,9 mg/dl
f. Hasil rontgen : tidak ada
g. Data tambahan : Sonde 25cc/ 2 jam

VIII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum: cukup
Kesadaran: composmentis
Tanda vital
HR: 145 x/menit RR: 36 x/menit Suhu: 37,7 oC

Ukuran Saat lahir Saat ini


Berat badan 2488 gr 2470 gr
Panjang badan 44 cm 44 cm
Lingkar kepala 31 cm 31 cm
Lingkar dada 29 cm 29 cm
Lingkar perut 28 cm 27 cm
Lingkar lengan atas 9 cm 9 cm
a. Refleks: menggenggam (+), menghisap lemah
b. Tonus/aktivitas: Aktif, tenang, menangis kuat
c. Kepala/leher
1. Fontanela anterior: lunak, datar
2. Sutura sagitalis: tepat
3. Gambaran wajah: simetris
4. Molding: tidak aca caput succudaneum dan chepalohematom
d. Mata: bersih, sclera ikterik, konjungtiva tidak anemis
e. THT
1. Telinga: normal
2. Hidung:tidak ada cuping hidung, tidak ada obstruksi
3. Palatum: normal
f. Mulut: mukosa lembab, terpasang OGT ukuran 5
g. Abdomen
1. Bentuk: lunak dan datar
2. Lingkar perut: 29 cm
3. Liver:< 2 cm
4. Bising usus : 16x/menit
h. Thoraks
1. Gerakan: simetris
2. Retraksi: derajat 0
3. Klavikula: normal
i. Paru-paru
1. Suara napas: sama kanan kiri, bersih
2. Bunyi napas: terdengar di semua lapang paru
3. Respirasi: 36 x/menit
j. Jantung
1. Bunyi Normal Sinus Rythm (NSR): 145 x/menit
2. Suara jantung: regular
k. Ekstremitas:
1. Gerak: semua ekstremitas gerak
2. Ekstremitas atas dan bawah: simetris
l. Umbilikus: tali pusat masih basah
m. Genital: labia minor menonjol
n. Anus: paten
o. Spina: normal
p. Kulit: akral dingin, capillary refill < 2 detik
q. Suhu:
1. Suhu cuvis: 41 oC
2. Suhu kulit: 37,7 oC

IX. Ringkasan Riwayat Keperawatan


By. Ny. SN (A) berumur 1 hari dengan diagnosa medis BBLR, CB, KMK. By.
Ny. SN (A) lahir pada usia ibu 35 th, Uk 37+2 minggu, BB lahir 2488 gr. Bayi
tampak lemah, HR: 145 x/menit, RR: 36 x/menit, Suhu kulit: 37,7 oC, Suhu cuvis:
41 oC, Refleks hisap lemah, bayi terpasang OGT ukuran 5, bising usus 16 x/ menit.
Ps mendapatkan sonde 25 CC tiap 2 jam.

ANALISA DATA
NO DATA OBJEKTIF / DATA SUB DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: Ibu ps mengatakan ps minum ASI hanya sedikit Ikterik Neonatorium

DO: Sklera dan lengan terlihat kuning


Reflek hisap belum masih lemah
BB mengalami penurunan

2. DS: Ibu ps mengatakan badan ps teraba hangat Hipertermi bd suhu


Sb: 37,7 ,suhu cuvis 41 C lingkungan tinggi dan efek
fototerapi
DO: Ps mendapatkan fototerapi 1X24 jam

3. DS : -

DO: Ps terpasang OGT dan mendapatkan diit sonde Resiko kekurangan volume
5 cc/ 2 jam cairan b.d tidak adekuatnya
intake cairan, efek fototerapi

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan NOC NOC
1 Ikterik Neonatorium b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Fototerapi: neonates
neonatus mengalami keperawatan maka a. Kaji ulang riwayat maternal
dan bayi mengenai adanya
kesulitan transisi didapatkan kriteria:
faktor resiko terjadinya
kehidupan ekstra uterin, 1.Adaptasi bayi baru hiperbilirubinemia.
b. Observasi adanya tanda
keterlambatan lahir
(warna) kuning.
pengeluaran mekonium, a.warna kulit (5) c. Periksa kadar serum bibirubin,
sesuai kebutuhan, sesuai
penurunan berat badan b.Mata bersih (5)
protocol dan permintaan
tidak terdeteksi, pola c.Kadar bilirubin (5) dokter.
d. Edukasikan keluarga
makan tidak tepat dan
mengenai prosedur dalam
usia ≤ 7 hari. 2.Organisasi perawatan isolasi.
e. Tutup mata bayi, hindari
(pengelolaan) bayi
penekanan yang berlebihan.
premature f. Ubah posisi bayi setiap 4 jam
per protokol.
a.warna kulit (5)
3. Fungsi hati, resiko 2. Monitor tanda vital
a. Monitor nadi, suhu, dan
gangguan.
frekuensi pernafasan dengan
a.Pertumbuhan dan tepat.
b. Monitor warna kulit, suhu,
perkembangan bayi
dan kelembaban.
dalam batas normal. (5)
b.Tanda-tanda vital bayi
dalam batas normal. (5)

2 Hipertermi suhu setelah dilakukan asuhan 1.Temperatur regulation ( pengaturan


b.d
keperawatan, maka
lingkungan tinggi dan suhu)
didapatkan kriteria:
efek fototerapi 1. Termoregulasi. a. Monitor suhu minimal tiap 2
a. Berkeringat saat jam.
panas. (5) b. Rencanakan monitoring suhu
b. Gemetaran saat secara kontinyu.
dingin. (5) c. Monitor nadi dan RR.
c. Tingkat d. Monitor warna dan suhu kulit.
pernafasan. (5) e. Sesuaikan suhu yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
2. Kontrol resiko : f. Monitor tanda-tanda
hipertermi hipertermi dan hipotermi.
a. Teridentifikasiny g. Tingkatkan cairan dan nutrisi.
a tanda dan gejala h. Berikan antipiretik jika perlu.
hipertermi. (5) i. Gunakan kasur yang dingin
b. Modifikasi dan mandi air hangat untuk
lingkungan untuk perubahan suhu tubuh yang
mengontrol suhu sesuai.
tubuh (5)
2. Manajemen demam
a. Monitor suhu secara kontinyu
b. Monitor keluaran cairan.
c. Monitor warna kulit dan suhu.
d. Monitor masukan dan
keluaran.

3. Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan


cairan b.d tidak adekuatnya keperawatan maka a. Monitor berat badan.
intake cairan, efek didapatkan kriteria : b. Timbang popok.
fototerapi c. Pertahankan catatan intake dan
Keseimbangan cairan. output yang akurat.
d. Monitor vital sign.
a. Intake dan output e. Dorong masukan oral.
seimbang dalam 24 f. Monitor pernafasan, tekanan
jam. darah dan nadi.
b. Turgor kulit g. Monitor status hidrasi (
membaik kelembaban membrane mukosa,
nadi adekuat tekanan darah
ortostatik).
h. Monitor warna kuantitas dan
banyaknya keluaran urin.
i. Berikan cairan yang sesuai.
j. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan.
k. Monitor berat badan.
B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/Jam Diagnosis Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu Ikterik Neonatorium 1) Melakukan pengkajian ulang mengenai S: - Dokter mengatakan kuning pada tubuh bayi
03 April riwayat maternal dan bayi mengenai Masih ada.
2019 adanya faktor resiko terjadinya - Perawat ruang mengatakan bayi masih
hiperbilirubinemia. membutuhkan fototerapi.
2) Mengobservasi tanda-tanda ikterik.
3) Menutup mata bayi dengan penutup O: - Tampak kuning pada sclera, kuku, wajah,
warna hitam, dan hindari penekanan. Leher, pusar, paha dan lengan.
4) Mengubah posisi bayi tiap 4 jam. - Fototerapi masih dilanjutkan
5) Memonitor warna kulit, suhu dan - Kulit masih kering.
kelembaban
A: masalah ikterik neonatorium belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi 1) memonitor suhu tubuh bayi setiap 3 jam


Secara kontinyu. S: - Bayi rewel dan sering menangis.
2) Memonitor tanda-tanda hipertermi dan - Perawat ruangan mengatakan peningkatan
Hipotermi dari hasil pengukuran suhu. suhu pada bayi sudah berkurang.
3) Memonitor warna kulit dan suhu.
4) Meningkatkan nutrisi dan cairan setiap O: - Suhu 37,20C
3 jam - Fototerapi dilanjutkan
- Monitor suhu tetap dilanjutkan
- Bayi sudah tidak berkeringat lagi.

A: Masalah Hipertermi sudah teratasi

P: Intervensi lanjutkan
Resiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan S: - Bayi rewel dan menangis
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
Yang adekuat. O: - Kulit masih terasa kering
3) Mempertahankan masukan per oral agar - Turgor kulit kurang elastic.
Cairan dan nutrisi terpenuhi melalui ASI. - Mukosa kering
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Urine berwarna pekat
Output serta menilai warna dan - Reflek rooting kuat
Konsistensi urine bayi.
A: Masalah resiko kekurangan cairan belum
Teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
24 Juni 3
2015
21.05 1. Melakukan hand hygne setiap interaksi S: -
dengan bayi O: bayi menangis, masih lemah, umbilical terpasang infuse
22.00 2. Melakukan personal hygne kondisi bersih
Respon A: risiko infeksi
S: - P: lanjutkan intervensi
O: bayi tampak menangis 1) Pertahankan umbilical tetap bersih dan kering
22.00 3. Mengganti popok bayi 2) Ganti popok atau pakaian jika kotor
Respon 3) Lakukan hand hygne sebelum dan sesudah berinteraksi dengan
S: - pasien
25 Juni O: bayi sudah BAK dan BAB
2015
05.00 1. Mengkaji kebersihan lingkungan
05.03 2. Mengkaji kebersihan umbilical
Respon
S: -
O: umbilical tampak bersih
Tgl/Jam No. Dx Tindakan Evaluasi (SOAP) Paraf
25 Juni 3 1. Melakukan personal hegiene S: -
15 Respons
08.15 S: - O: Bayi menangis lemah, umbilical kering, terpasang infus.
O: Bayi menangis lemah, kulit memerah.
2. Melakukan perawatan tali pusat dengan A: Resiko infeksi belum teratasi
08.17 alcohol
Respons P: lanjutkan intervensi
S: - 1. Pertahankan umbilical tetap kering
O: Bayi menangis lemah, umbilical bersih, 2. Jika basah, ganti alas tidur, bedag, pempers
08.50 masih terpasang infus. 3. Cuci tangan, hand heagyene jika akan setiap melakukan perawatan
3. Hand heagiene setiap pemeriksaan vital bayi.
13.30 sign bayi dengan alcohol 70 % dan atau
mencuci tangan.
4. Menjaga kebersihan tempat tidur bayi
membersihkan dengan menggunakan
klorin.

Tgl/Jam No. Dx Tindakan Evaluasi (SOAP) Paraf


25 juni 3 1. Melakukan personal heagyene S: -
15 Respons:
14.10 S: - O: bayi menangis lemah, umbilical bersih, tidak ada tanda infeksi
O: bayi menangis lemah
2. Melakukan hand heagyene setiap A: resiko infeksi belum teratasi
14.10 berinteraksi dengan bayi
Respons: P: lanjutkan intervensi
S: - 1. Pertahankan umbilical tetap bersih dan kering
O: - 2. Gati popok, baju bolong, alas tidur jika basah
18.30 3. Membersihkan sekitar anus 3. Cuci tangan hnd heagyene setiap mau berinteraksi dengan bayi
Respons:
S: -
O: bayi menangis lemah
18.35 4. Mengganti popok dan baju serta gedong
bayi
Respons:
S: -
O: bayi BAB dan popok baju, bedong
sudah diganti.
5. Mengkaji kebersihan umbilical
Respons:
S:-
O: umbilical bersih, tidak ada tanda infeksi. Commented [hp1]: Apakah tidak ada pemberian obat?

Tgl/Jam No. Dx Tindakan Evaluasi (SOAP) Paraf


25 juni 3 S: -
15
22.00 1. Memonitor keadaan umum bayi O: bayi tampak lemah dan menangis
Respons: HR: 152 x/menit, suhu: 36,5 OC
S: - Reflek hisap lemah
O: bayi tampak tenang dan lemah, bayi
menangis keras. A: resiko infeksi belum teratasi
2. Memeriksa tanda-tanda vital
05.00 S: - P: lanjutkan intervensi
O: HHR 152 X/menit, suhu: 36,5 OC, BB: 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
1700 gr, RR: 47X/menit. 2. Kelola terapi antibiotik
3. Melakukan personal heagyene
Respons:
S: -
O: bayi nangis
4. Mengkaji kebersihan umbilical
Respons:
S: -
O: umbilical bersih
Tgl/Jam No. Dx Tindakan Evaluasi (SOAP) Paraf
26 Juni 3 1. S : -
2015 O : popok ganti 1x pada malam hari, injeksi amphicilin 2x75mg
22.00 1. Mencuci tangan sebelum perawatan A: risiko infeksi
22.30 bayi P : hentikan intervensi
2. Mengganti popok bayi
Respon
S: -
O: bayi tenang, popok ganti 1x pada
27 Juni malam hari
2015
05.00 1. Memberikan injeksi amphicilin
2x75mg
Respon
S: -
O: injeksi masuk via selang infus

Anda mungkin juga menyukai