Anda di halaman 1dari 40

BAB I

DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA


DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

1.1 Pendahuluan
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial.
Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu Persamaan
Diferensial dengan satu peubah bebas.

Contoh 1.1
Misal P adalah fungsi variabel bebas t yaitu P(t) memenuhi :
dp 
 kP  (1.1)
dt 
P(t  0)  P0 

dengan k  R (bilangan real) .

Persamaan (1.1) disebut persamaan differensial tingkat 1. Dikatakan


tingkat 1 karena notasi diferensial adalah diferensial pertama P(t)
terhadap t. Ada juga yang menyebut tingkat 1 sebagai orde 1. Pada buku
ini digunakan istilah tingkat 1. Notasi diferensial P(t) yang kedua ditulis

d2 d 3 P (t )
, diferensial P(t) yang ketiga/atau disebut tingkat 3 yang .
dt 2 dt 3
dP
Diferensial yang ada dalam persamaan (1.1) adalah sehingga
dt
persamaan (1.1) disebut persamaan diferensial tingkat satu.

PEMODELAN MATEMATIKA | 1
Persamaan diferensial (1.1) dapat pula ditulis sebagai

dP 
 kP  0  dP
dt  atau  kdt
P(t  0)  P0  P

Keadaan / kondisi P(t=0)=P0 disebut sebagai nilai awal P. Variabel


P sebagai variabel tak bebas dan t sebagai variabel bebas. Fungsi P(t)
yang memenuhi persamaan (1.1) disebut penyelesaian/solusi. Bagaimana
mendapatkan solusi tersebut ?
Jawab:
Perhatikan terlebih dahulu persamaan diferensial
dP
 kdt (1.2)
P
Ingat ruas kiri sebagai diferensial terhadap P saja dan ruas kanan
adalah diferensial k terhadap t saja.
dx 1
Pada kalkulus 2 kita mengenal  dx . Jika kita integralkan
x x
1
diperoleh  x dx  ln x  c 1 dengan c1 sebagai konstan sembarang. Jadi

untuk mendapatkan solusi dari suatu persamaan diferensial kita perlu


mengintegralkan persamaan (1.2) ruas kiri dan ruas kanan. Yaitu :
dP
 kdt
P
dP (1.3)
    kdt
 P 
dalam P saja dalam t saja

2 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Penyelesaian ruas kiri adalah

dP
 P
 P  c1 . (1.4)

(ingat bahwa P sebenarnya fungsi t tetapi tidak dimunculkan agar tidak


membingungkan). Sedangkan ruas kanan persamaan (1.1.3) adalah

 kdt  k  dt  kt  c .2 (1.5)

Ruas kiri dan ruas kanan sama pada persamaan (1.1.3). Jadi

ln P  c1  kt  c2 . (1.6)

Atau karena c1 dan c2 masih konstanta bebas, persamaan (1.6) dapat


ditulis

ln P  kt  C, dengan C  c2  c1 .

Tampak bahwa ln P  ln Pt   kt  c. Nilai C dapat ditentukan dari

nilai awal. Umumnya, kita lebih menyukai bentuk bentuk eksponensial,


akan tetapi tidak boleh berubah artinya. Yaitu

ln P  kt  C
dapat ditulis sebagai

 
ln P  ln e kt  ln C . (1.7)

Dari relasi
ln x  ln y  ln xy .

Sehingga persamaan (1.7) menjadi

ln P  ln Ce kt .
Jadi
P  Ce kt atau Pt   Ce kt .

PEMODELAN MATEMATIKA | 3
Pt  0  P0  Cek 0   C 1 =C.
Jadi
Pt  0  C  P0 .
Sehingga Persamaan (1.8) menjadi

Pt   P0 e kt . (1.9)

1.2 Pembelajaran dengan matakuliah kalkulus 1


Sebagai pembelajaran terhadap mata kuliah kalkulus maka perlu
diselidiki apa hubungan hasil tersebut dengan kalkulus 1. Dalam kalkulus
kita telah mengenal berbagai fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi polinomial, misalnya

 f. konstan, misal y  a
 f. linear, misal y  f(x)  ax  b


 f. kuadratik, misal y  f x   ax  bx  c
2

f. kubik, misal y  f x   ax 3  bx 2  cx  d .

b. Fungsi Eksponensial , ditulis y  f x   e x

c. Fungsi Trigonometri dalam bentuk umum :

y = Asin(B x) atau y = Acos (Bx)

Apa gunanya fungsi-fungsi tersebut ?.

Kita dapat menyatakan data dalam fungsi-fungsi tersebut. Dengan


persamaan diferensial berarti kita mencari solusi dari persamaan diferensial
sebagai fungsi yang kita harapkan. Jadi kesulitan yang muncul adalah
menyusun persamaan diferensial dengan solusi sebagai fungsi yang kita
harapkan.
Pada tulisan ini lebih diutamakan cara menyelesaikan berbagai
persamaan diferensial (bukan cara menyusun persamaan diferensial).

4 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Cara penyusunan data dalam persamaan diferensial disajikan dalam
kuliah pemodelan matematika.

1.2.1 Cara penyelesaian


Tipe 1.
dP
k konstan 
dt
Hal ini dapat ditulis
dP  kdt .
Pada bagian ini kita telah menyatakan persamaan diferensial secara
terpisah yaitu ruas kanan diferensial terhadap P saja dan diferensial
terhadap t saja pada ruas kanan . Oleh karena itu bentuk tersebut dapat
diintegralkan. Yaitu:

 dP   kdt.

Diperoleh P = kt + c dengan dengan c adalah konstan sembarang.


Diperoleh fungsi P yaitu fungsi linear terhadap t .

PEMODELAN MATEMATIKA | 5
Tipe 2 .
dP
 kP .
dt
yang mempunyai penyelesaiaan Pt   Ce
kt
sebagaimana pada
penjelasan di atas. Bagaimana perilaku Pt  saat t   ?. Perhatikan
bahwa nilai P(t) tergantung dari parameter pada eksponen. Hal ini dapat
ditulis dalam bentuk simbol sebagai berikut
  , ketika t  
P(t )  
 0 , ketika t  

Tanda  menunjukkan bahwa saat C dan k positif maka P(t) bernilai


positif dan negatif ketika C negatif dan k positif. Sedangkan P(t) bernilai 0
ketika k negatif baik C positif maupun negatif.

Tipe 3. (persamaan diferensial logistik)

dP  P 
 k P1  
dt  K 
K,k : parameter (i)

Untuk dapat menyelesaikan persamaan diferensial ini, marilah kita


lakukan tahap demi tahap.
Tahap 1
Dapatkah dipisahkan ? Diselidiki sebagai berikut.
Ruas kanan : kdt  merupakan diferensia l dalam t

dP 1
Ruas kiri :  dP .
 P  P
P1   P1  
 K  K

6 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Jadi persamaan diferensial logistik dapat dipisahkan yaitu ruas kiri
diferensial dalam P dalam dan ruas kanan diferensial dalam t. Jadi dapat
diintegralkan masing-masing untuk mendapatkan fungsi P dari kiri dan
mendapatkan fungsi t dari kanan. Yaitu
dP
  P
  kdt . (*)
P1  
 K

Tahap 2. Mengintegralkan masing-masing ruas.

1
Ruas kiri :  dP  ?
 P
P 1  
 K

Kita mengatakan bentuk ini merupakan bentuk tidak standard


karena tidak mengikuti bentuk rumus baku yang biasa muncul. Oleh
karena itu perlu dicari bentuk standard yang mirip. Bentuk standard
yang dimaksud adalah

1 du
 u du   u
 ln u  c . (**)

PEMODELAN MATEMATIKA | 7
 P
A1    BP
 
1 K
menyamakan penyebut
 P   P
P 1   P 1  
 K  K
 P
1  A1    BP
 K

 A
1  A   B  P
 K
Dengan menyamakan ruas kiri dan ruas kanan diperoleh
A
1  A dan B   0.
K

1
Karena A  1 maka B  . Sehingga
K
1
1 1
  K .
 P P  P
P 1   1  
 K  K
Oleh karena itu
1
1 1
dP  dP  K dP .
 P P 1
P
P 1  
 K K

Jadi bentuk (*) pada ruas kiri ditulis sebagai


1
1 1
  P  dP   P dP   KP dP . (a)
P1   1
 K K
Suku pertama ruas kanan sudah standard (lihat **) yaitu
1
 P dP  ln P  c . 1 (b)

8 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Jadi

1
1 1
  P  dP   P dP   KP dP (a)
P1   1
 K K

Suku pertama ruas kanan sudah standard (lihat *) yaitu

1
1 1
 KP dP  K  P dP . (***)
1 1
K K
1 P
Bentuk disubstitusi yaitu U  1  .
P K
1
K
Cara memilih bentuk yang disubstitusi tidak ada aturan khusus. Anda
perlu banyak berlatih (jam terbang dalam menyelesaikan soal).
Selanjutnya perlu semua ekspresi dalam integral terhadap variabel baru
1
yang digunakan dalam substitusi. Yaitu perlu dU yaitu dU   dP
K
atau dP=-KdU. Jadi persamaan (***) menjadi
1 1 1 dU dU

K 1 P
dP  ( K ) 
K U

U
  ln U  C2

K
 1 
= -ln 1  P   C2 (c)
 K 

Kesimpulan: dari hasil (a)-(c) dapat diperoleh

PEMODELAN MATEMATIKA | 9
Kita tulis ulang yang sudah kita pelajari yaitu
1
1 1
  P  dP   P dP   KP dP
P 1   1
 K K

 P
 ln P  ln 1    C1  C2
 K
P
 ln  C , dengan C  C1  C2 .
 P
1  
 K
Persamaan (**) menjadi
P
ln  C  kt  c atau
 P
1  
 K
P ~ ~
ln  kt  C dimana C konstan sembarang dari c-C.
 P
1  
 K
Hingga saat ini , P(t) belum dinyatakan secara eksplisit. Umumnya, kita
lebih menyukai bentuk eksponen, sehingga solusi ini masih disederhanakan
yaitu

P ~ ~ P ~
ln  ln e kt  ln C  ln Ce kt sehingga  Ce kt
 P  P
1   1  
 K  K
P ~ PK ~
 Ce kt atau  Ce kt
K P
  
K  P 
K K
 PK  Ce kt K  P   CKe kt  PCe kt .
~ ~ ~

 ~
 ~
 P K  Ce kt  CKe kt Jadi

10 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


~
CKe kt
P
~ .
K  Ce kt  (s.1)
~
Untuk mendapatkan skalar C maka gunakan nilai awal yang

biasanya harus diketahui atau sebagai input. Sebutlah pada t=0 nilai P0

diketahui. Jadi
~ ~
CKek ( 0) CK
P0  
 ~
K  Ce k ( 0 ) 
K C
~
atau
 ~ ~
 ~ ~
P0 K  C  CK atau P0 K  P0C  CK .
Sehingga
~ ~ ~
P0 K  CK  P0C  C ( K  P0 ) .
Jadi
~ KP0
C . (s.2)
K  P0
Jadi substitusikan persamaan (s.2) ke persamaan (s.1) diperoleh
~ ~
CKekt 1 / C Kekt Kekt Kekt
P ~  
~ kt

K  Ce 1 / C   K  P0  kt    K  P0  kt 
 K      
A  e kt  
  KP   e    P   e 
  0    0  
K  P0
dengan A=
P0
Kekt K  P0
Jadi P(t )  dengan . (s.3)

Ae kt
 P0
Solusi ini (bentuk persamaan (s.3)) yang biasa digunakan dalam
pemodelan (Stewart, Kalkulus II,1998).
Contoh 1.3
1. Perhatikan
dy
 xy .
dx
Apakah persamaan diferensial ini dapat disusun terpisah sebagai-
mana dimaksud pada penjelasan di atas? Jika ya lakukan pemisahan
(tidak perlu diintegralkan), sebutkan manakah yang variabel bebas dan
tak bebas

PEMODELAN MATEMATIKA | 11
Jawab:

Disini y :variabel tak bebas ; x :variabel bebas.

Persamaan diferensial tersebu merupakan persamaan diferensial


dapat dipisahkan yaitu

dy
 xdx

y diferensial dalam
x saja
diferensial dalam y saja

 t u  2  . Apakah dapat dipisahkan ?.


du
2. Perhatikan
dt

Jawab:

Variabel u adalah variabel tak bebas dan t adalah variabel bebas.


Persamaan diferensial dapat dipisahkan yaitu

 t u  2 atau ditulis
du du
 tdt . Selesaikan ya.
dt u2

Latihan soal 1.1

Tuliskan variabel bebas dan tak bebas untuk masing-masing soal


berikut. Selidiki apakah metode pemisahan variabel dapat digunakan?.
Jika ya selesaikan, dan jika tidak berikan penjelasan anda.

dy dy e 3 x
3.  y2 4.  5. yy   x
dx dx 4 y 3

12 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


dy tet xy
6.  7. y  
dt y 1  y 2 2 Iny

du dz
8.  2  2u  t  tu 9.  etz  0
dt dt

Kesimpulan

Selama ini kita telah belajar persamaan diferensial dapat dipisahkan.


Secara umum dapat ditulis

 f P g t  atau
dP
 g t  dt .
dp
dt f P 

Jadi ruas kiri diferensial dalam P saja dan ruas kanan sebagai
diferensial dalam t saja.
Akan tetapi tidak semua persamaan diferensial dapat disajikan
dalam persamaan diferensial terpisah. Oleh karena itu perlu dikembangkan
teknik penyelesaian yang lain.

1.2.2 Faktor Integral


Contoh 1.4 Perhatikan masalah nilai awal

t 2 y   ty  1 dengan y1  2 .

Disebut masalah nilai awal karena persamaan diferensial tersebut


ditentukan nilai awal yaitu pada t  1 maka y  2 yang ditulis y1  2 .

Perhatikan t y   ty  1.
2

PEMODELAN MATEMATIKA | 13
Sebelum memperkenalkan teknik lain, apakah persamaan diferensial dapat
diselesaikan dalam bentuk persamaan diferensial terpisah?
Jika ya, ikuti cara penyelesaian Persamaan Diferensial terpisah.

t 2 y  ty  1 .

Pada bentuk ini variabel bebas t dan yang tak bebas y. Atau yang dicari
dy
adalah y(t). Selain itu y   .
dt

dy
Bentuk t
2
 ty  1 dicoba disajikan dalam bentuk U(P)dP=f(t)dt.
dt

dy  1  tydt
dy
Ditulis t 2  1  ty atau t 2

dt   
memuat t dan y memuat t dan y

Jadi tidak dapat diselesaikan secara terpisah. Bagaimana cara


menyelesaikannya ?
Penyelesaian Persamaan Diferensial yang tidak dapat terpisah
diselesaikan dengan cara faktor integral (J. Stewart, kalkulus 2, hal 48-49).
Persamaan Diferensial sebagai bentuk umum Persamaan Diferensial
yang dapat diselesaikan dengan faktor integral adalah sebagai berikut:

 Pt U  Qt 
dU
(1.10.a)
dt

disebut persamaan diferensial tingkat 1 dengan P dan Q sebagai fungsi


kontinu pada selang yang diberikan.
Variabel bebas adalah t dan variabel tak bebas adalah U. Jadi kita
dU
perlu mencari U(t). Koefisien harus 1. Metode faktor integral
dt
diperkenalkan dengan menggunakan contoh 4 di atas yaitu selesaikan:

14 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


t 2 y   ty  1, y1  2 . (1.10.b)

dy
Perhatikan t y   ty  1 . Tanda y  disini berarti y  
2
. Sehingga
dt
dy
t 2 y   ty  1 dapat ditulis t 2  ty  1 . Bentuk tersebut harus disusun
dt
dalam bentuk umum (persamaan 1.10.a), yaitu :
dy
t2  ty  1 (1.10.c)
dt
1 dy
Kedua ruas dikalikan 2
karena koefisien belum 1. Sehingga
t dt
persamaan (1.10.c) dapat ditulis sebagai
1  2 dy  1
2 
t  ty  1  2
t  dt  t
dy 1 1
  y 2
dt t t

Dengan mengikuti notasi pada bentuk umum persamaan (1.10.a), maka


diperoleh:

Pt   dan Qt   2 .


1 1
t t

Oleh karena sudah standard maka metode faktor integral dapat


digunakan. Akan tetapi kita belum menyelesaikan persamaan diferensial
tersebut sejauh ini. Untuk itu metode faktor integral akan dijelaskan lebih
lanjut.

Kesimpulan (metode faktor integral)

Soal harus memiliki bentuk persamaan diferensial linear tingkat satu


yang umum yaitu:

PEMODELAN MATEMATIKA | 15
 Pt U  Qt  .
dU
(1.7.d)
dt
Faktor integral disimbolkan I t  yaitu

P t dt
I t   e  . (1.8)

Kedua ruas persamaan (1.1.7.d) dikalikan dengan I t  yaitu

 dU 
  Pt U  I t   Qt I t  . (1.9)
 dt 

Kemudian selesaikan persamaan (1.9) dengan mengintegralkan.

Contoh 1.5

Kembali pada contoh 1.4 : t y   ty  1, y1  2 .


2

y  y  2 , y 1  2 .
1 1
Dapat ditulis sebagai
t t

Bentuk soal menjadi

dy 1 1 (1.14)
  y 2.
dt t t

Mengikuti bentuk umum persamaan (1.12) maka diperoleh

Pt   dan Qt   2 .


1 1
t t

1
Sehingga disusun I t   e
 t dt .

1 1
Bentuk  t dt dicari yaitu  t dt  ln t  c .
1

Jadi

16 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


1
 t dt
I t   e  e Int c1
 e Int  e c1  K1e Int dan K1  e c1
 K 1t
Untuk selanjutnya digunakan K1  1. Kalikan kedua ruas dengan

faktor integral I t  pada persamaan (1.14) yaitu:

dy 1
t y .
dt t
Integralkan kedua ruas dalam t. Diperoleh

 dy  1
 t dt  y  dt   t dt . (1.15)

Perhatikan bahwa sesungguhnya y = y(t). Oleh karena itu akan

 dy  d .
menyusun t  y  dalam bentuk sebagai dan kita akan mencari
 dt  dt
yang harus termuat dalam tanda kurung akan tetapi tidak merubah
makna. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kita dapat menyusun
persamaan (1.15) dalam bentuk umum sebagai berikut :
d .
 dt  .  c . (1.16)
dt
d ty dt dy dy
Kita mengetahui bahwa  y t  yt . Oleh karena itu
dt dt dt dt
ty dt  1
persamaan (1.15) menjadi d dt  t dt . Selesaikan ruas kiri dan

kanan diperoleh :
1
ty  c1   dt  ln t  c2
t
ty  ln t  K dengan K  c2  c1 .

PEMODELAN MATEMATIKA | 17
Jadi penyelesaian umum untuk contoh 1.5 adalah
ln t K
y  .
t t

Agar memenuhi nilai awal y1  2 maka K harus ditentukan.

Untuk t  1 maka y 1 


ln 1 K
1

1
 2  ln 1  K  0  K .

Jadi K = 2. Sehingga penyelesaian yang memenuhi nilai awal adalah

ln t 2
y  atau ty  ln t  2 .
t t

1.2.3 Pengenalan MATLAB

Kegiatan Inovasi 1.1

Pada bagian ini anda akan belajar bagaimana menggambar kurva


yang akan muncul pada berbagai kegiatan menggunakan MATLAB:

clear
close all
v=[3 4] %tulis vektor dengan ukuran 1 x 2
A=[5 6;7 8]
%perkalian matriks vektor
w=A*v'

%menggambar fungsi
x=linspace(0,2*pi,100);
y=sin(x)
figure
plot(x,y)
figure
plot(x,y,'r*')

18 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


y2=x.*sin(x) %sering
figure
plot(x,y2,'go')
XMIN=-1;
XMAX=2.1*pi;
YMIN=-6;
YMAX=5;
axis([XMIN XMAX YMIN YMAX])

Kegiatan Inovasi 1.2


Carilah penyelesaian dan ilustrasikan penyelesaian dengan MATLAB
Catatan: jika tidak ada domain, maka definisikan sendiri domain
dari penyelesaian PDB tersebut.

Contoh 1.5.1

1. y   2 y  2e
x

Jawab :
Jawaban analitik dilakukan dengan Faktor integral, sebut faktor
integral adalah

I ( x)  e   e
P ( x ) dx 2 xdx
 e2x .
Kalikan soal dengan I(x) sebagai faktor integral diperoleh

e 2 x y   e 2 x 2 y  e 2 x 2e x . (a)

Kemudian nyatakan ruas kiri dalam bentuk 1 diferensial yaitu

d  2 x dy 
e 2x y  e 2x 2 y  e .
dx  dx 
Integralkan kedua ruas pada persamaan ditulis

 dx e y dx  2 e
d 2x 2x
.e x dx

e 2 x y  2  e 3 x dx .

2 3x 2 
Oleh karena itu e y  e  K atau y   e 3 x  K  / e 2 x
2x

3 3 

PEMODELAN MATEMATIKA | 19
Jadi
2 x
y e  Ke  2 x .(b)
3

Perhatikan bahwa pada kegiatan rutin anda hanya berhenti


pada jawaban tersebut. Pada kegiatan inovasi anda diminta untuk
mengekspresikan berbagai bentuk solusi akan tetapi belum ada
nilai tertentu yang diberikan. Program untuk menampilkan berbagai
solusi ditunjukkan berikut ini:
clear
close all
n=100; %banyaknya titik
x=linspace(0,2*pi,n);
K=1;
y=2/3*exp(x)+K*exp(2*x)
figure
plot(x,y,'r*')

Masalah dalam menggambar persamaan (b):


Tidak ada batas domain x. Oleh karena itu kita perlu memilih
x agar tampilan gambar lebih bisa digambar dengan masuk akal.
Perhatikan Gambar 1.1 .

2 x
Gambar. 1.1 Ilustrasi y  e  Ke  2 x dengan K=1.
3

20 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Skala pada sumbu vertikal Gambar 1.1 bisa jadi dianggap
terlalu besar dibandingkan skala pada sumbu horizontal. Selain itu
evolusi solusi pada x=0 hingga x=4 kurang terbedakan secara
signifikan. Untuk itu pemilihan sumbu horizontal (domain x terlalu
besar), misalkan diperkecil dari x=0 hinggax = 1 maka luaran
program ditunjukkan pada Gambar 1.2.

2 x
Gambar 1.2 Ilustrasi y  e  Ke  2 x , K=1 dengan
3
domain [0,1].

Dari Gambar 1.2 tampilan lebih dapat memberikan ilustrasi


lebih baik karena setiap perubahan x mulai dari x=0, solusi
terbedakan secara signifikan. Jelas bahwa untuk x semakin besar
maka solusi tetap semakin besar secara positif tanpa harus meng-
gambarkan solusi untuk x yang cukup besar. Secara matematis
dapat ditulis :
2 x
lim y  e  Ke  2 x   .
x  3

PEMODELAN MATEMATIKA | 21
Hal ini dikarenakan suku pertama menuju tak hingga sedangkan
suku ke-2 justru semakin kecil.

Kegiatan Inovasi 1.2


Dengan menggunakan dfield7.m, kita tidak perlu menyelesaikan
Soal * tetapi justru mendapatkan solusi lebih banyak untuk
berbagai nilai K dimana tidak ada nilai pasangan (x,y) tertentu
sehingga K perlu dihitung.

Latihan Inovasi 1.3

Kerjakan dengan cara untuk soal-soal di bawah ini yang sama


seperti contoh di atas (selesaikan manual, gunakan MATLAB dan
dfield7.m untuk soal soal berikut dengan memperhatikan bahwa tampilan
solusi haruslah pantas (good looking)/ jangan asal ada. Perhatikan skala
sumbu horizontal dan sumbu vertikal.
1. y  x  5 y

2. y   2 xy  x

3. y   2 xy  x

4. xy   2 y  e x
2

  
5. y  cos x  y sin x  sin 2 x ;    x  
 2 2
6. 1  xy  xy 
dy
7.  2 xy  x 2
dx
dy
8. x 2  2 xy  cos x
dx

22 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


II. Selesaikan masalah nilai awal berikut

 2u  0.1, u 0   1.0 .
du
1.
dt

 2u  0.1t , u 0   0 .
du
2.
dt

 u  t , u 0   0 .
du
3.
dt

Akan tetapi pada Contoh tersebut nilai K hanya 1 macam.


Kita dapat menggambar solusi dengan berbagai nilai K.
Contoh : Solusi pada soal no. 2 akan berbentuk

1 1
y ( x)   x   Ke 5 x .
5 25
Program MATLAB untuk menggambar perlu menginput nilai K,
sebutlah K=1, yaitu
clear
close all
x=linspace(-1,1,100);
K=1;
y=-1/5*x-1/25+K*exp(5*x);
figure
plot(x,y)
axis([-1 1 -10 40])

Luaran program ditunjukkan pada Gambar berikut.

PEMODELAN MATEMATIKA | 23
Gambar 1.3 Kurva y ( x)   1 x  1  Ke 5 x
5 25
Perhatikan bahwa axis/sumbu diatur agar tampilan cukup bagus.
Kemudian kita akan menggambar untuk K lebih dari 1 macam nilai yang
ditulis pada vektor K.
K=[-3 -2 -1 1 2 3]
%gambar untuk berbagai nilai K dalam 1 layar
for i=1:6
y=-1/5*x-1/25+K(i)*exp(5*x);
figure(2)
plot(x,y)
hold on
end
hold off

Gambar 1.4 Ilustrasi y ( x)   1 x  1  Ke5 x untuk


5 25
berbagai nilai K yaitu -3, -2, -1, 1, 2, 3.

24 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Menentukan solusi dengan bantuan dfield7.m

Prosedur penggunaan dfield7.m :


dy
(i) Soal perlu ditulis dalam bentuk  f ( x, y )
dx
(ii) Kita tidak perlu menyelesaikan karena penyelesaian akan

dibentuk oleh medan vector yang muncul pada layar.

Untuk menggunakan dfiled7.m maka kita perlu mendefinisikan


minimum dan maksimum x serta minimum dan maksimum y. Tampilan
dari dfield7.m
Contoh 1.5.2: Soal no.2 sudah berbentuk standart untuk dfield7.m yaitu:
dy
 f ( x, y )  x  5 y .
dx
Jendela dfield7.m akan berbentuk menurut jendela pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Jendela dfield7.m

Tampilan ditunjukkan pada Gambar 1.6.

PEMODELAN MATEMATIKA | 25
Gambar 1.6 Tampilkan medan vektor dari dfield7.m

Untuk mendapatkan solusi maka kita tinggal klik kursor pada layar
maka akan muncul kurva-kurva dimana kita menempatkan kursor
sebagaimana contoh berikut.

Gambar 1.7 Beberapa kurva penyelesaian untuk dy/dx=x + 5y

26 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Pada Gambar 1.7 tersebut ada berbagai solusi tanpa harus menge-
tahui nilai awal/nilai batas dari kasus tersebut. Kurva-kurva yang
muncul merupakan kurva solusi dimana gradient dari kurva tersebut
diberikan oleh medan vektor yang terbentuk dari soal.
1.2.4 Soal dan jawab
Jawab :

Ingat kenali bentuk umumnya soal terlebih dahulu dalam bentuk


PD Biasa Terpisah atau PD Linear Orde 1 dengan Faktor integral.
Jawaban II.1

 2u  0.1, u 0   1.0
du
dt
du
Perhatikan  2u  0.1 .
dt

Dapat ditulis

du
 dt dapat sebagai PD terpisah  (a)
2u  0.1

Solusi yang diinginkan adalah u  ut  (yang dicari)

Ruas kiri :

 f u du dengan f u  
du 1
. Bagaimanakah
2u  0.1 2u  0.1
menyelesaikan
du
 2u  0.1  ? .

PEMODELAN MATEMATIKA | 27
Bentuk ini belum standard terhadap bentuk standard

d .
 .  ln .  c1 . (b)

du
Jadi  2u  0.1 perlu disusun dalam bentuk standard yaitu dengan
dP dP
substitusi. Misal P  2u  0.1 sehingga  2 . Jadi du  .
du 2
Sehingga

du 1 dP
 2u  0.1  2  P
. (c)

Persamaan (c) sudah berbentuk standard seperti persamaan (b).


Jadi
du 1 dP 1 1
 2u  0.1  2 
P 2
 ln P  c1  ln 2u  0.1  c1 .
2
(d)

Ruas kanan dari persamaan adalah dt sehingga  dt  t  c 2 .

Jadi
1
ln 2u  0.1  c1  t  c 2 .
2
1
Jadi ln 2u  0.1  t  K , dengan K  c 2  c1 . Dengan kata lain
2
ln 2u  0.1  2t  C, dengan c =2K. (e)

28 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Disini u tidak dinyatakan sebagai fungsi t secara eksponen. Jika
dikehendaki, ditunjukkan pada berikut ini. Ingat

e ln x  x .
Gunakan pada persamaan (e) diperoleh

ln 2u  0.1  2t  c
2u  0.1  e 2t c  e 2t .e c karena e a b  e a  eb .

Sehingga kita dapat menulis sebagai

2u  0.1  Ae2t , A  ec .
Atau 2u  Ae 2t  0.1 sehingga

Ae2t  0.1
u
2
Untuk mendapatkan A perlu digunakan u0  1.0 .

A1  0.1
1  2  A  0.1  2  0.1  A
2

Diperoleh A = 1.9. Jadi

1.9e 2t  1
u .
2
Kesimpulan

Persamaan Diferensial yang telah kita pelajari, persamaan diferensial


tingkat satu sebagai
1. 1 PD Terpisah
2. PD Linear Tingkat Satu dengan Faktor Integral
Dapat diketahui penyelesaian persamaan diferensial biasa (PDB)

orde 1 yang berbentuk dy  P( x) y  Q( x) secara umum adalah


dx

PEMODELAN MATEMATIKA | 29
y ( x)  e 
 P ( x ) dx  P ( x ) dx dx .
 Q( x ) e (1.20)

1.3 PD orde -2 (linear dan koefisien konstan)


Kita akan mengembangkan penggunaan (1.19) pada penyelesaian
PDB order 2 linear tak homogen dengan contoh. Bentuk umum PD linear
orde-2 dengan koefisien konstan adalah

d2y dy
a 2
 b  cy  d .
dx dx

Contoh 1.6. Misal perlu diselesaikan (Holmes, 1995. hal.31)

d2y dy
2
  y  1 dengan y(0) = y(1) =1. (1.20.1)
dx dx

Bentuk PDB adalah PDB tak homogen orde-2 linear dengan


koefisien konstan. Cara penyelesaian dengan metode ekspansi ditunjuk-
kan pada (Parhusip, 2010) dan penyusunan penyelesaian dengan metode
faktor integral. Cara faktor integral akan kita bahas disini. Kita susun
bentuk PD yang difaktorkan dengan menggunakan notasi D = d/dx maka

(1.21) dapat ditulis sebagai ( D  D  1) y  1 . Persamaan karakteristik


2

adalah m   m  1  0. Menggunakan rumus abc diperoleh :


2

Sebut m1.     1   dan m2     1   .


2 2
(1.20.2)
2 4 2 4

Dengan (1.22) maka persamaan (1.21) dapat ditulis dalam bentuk

( D  m1 )( D  m2 ) y  1 . (1.20.3)

30 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Ingat bahwa bentuk kuadrat ax 2  bx  c  ( x  x1 )( x  x2 ) dimana

x1 dan x2 adalah akar-akar dari persamaan ax 2  bx  c  0 . Hal inilah


yang digunakan pada persamaan (1.23).

Sebut u = ( D  m2 ) y maka dapat disusun ( D  m1 )u  1 atau

Du  (m1 )u  1.

Sehingga

 m1dx dx  e m1x e m 1 x dx  e 1 e m1 x  C e m1x   1  C e m1x .


m x
u ( x)  e 
 m1dx
 1e   m1
1
m1
1

Untuk mendapatkan y(x) maka digunakan

( D  m2 ) y = u atau Dy + (- m2 )y = u
1
y=   C1e m1 x .
m1
Lagi , kita menggunakan persamaan faktor integral sehingga dapat
diperoleh:

y ( x)  e 
 P ( x ) dx  P ( x ) dx    m2 dx   m2dx
 Q( x) e dx  e  u( x) e dx
= 1 + 1 C1e m x + C2 e 2 .
mx
1

m1 m 2 m1  m2

Jadi dengan menggunakan persamaan (1.20.2) dapat ditulis penyelesai-


an eksak yaitu
1 1 mx
y(x)= + C1e m x + C2 e 2 1

m1 m 2 m1  m 2

1 =  1  C3 e m x  C 2 e m x .
1 2
(1.23)
 1  C1e m1x  C 2 e m2 x
 2
2 1
4

dengan m1.     1  
2
dan  2 . (Ingat bahwa m1 m2
m2    1 
2 4 2 4
adalah perkalian akar-akar dari persamaan kuadrat m 2  m  1  0 ).
Syarat batas yaitu y(0) = y(1) = 1 digunakan untuk mencari C 3 dan C2 .

PEMODELAN MATEMATIKA | 31
Untuk y(0) =1 maka y(0) =  1  C3  C2 =1 sehingga C3  C2  2 .
Dengan menggunakan syarat batas y(1) = 1 diperoleh
C3 e m1  C 2 e m2  2 . (1.20.5)

Oleh karena itu mencari C 3 dan C2 dapat dilakukan dengan

menyelesaikan sistem persamaan linear atau dengan substitusi. Diperoleh

 e m2  1   e m1  1 
C3  2 m1  dan C2  2 m  . (1.20.5)
e e e e
m2 m2
 
1

Diperoleh penyelesaian eksak yaitu

y ( x )  1  C3e m1x  C2 e m2 x

 e m2  1  m1x  e m1  1  m2 x
y( x)  1  2 m1 e  2 m e
e e e e
m2 m2
 
1

dengan C 3 dan C2 dinyatakan pada persamaan (1.25). Pada Gambar 1.8

ditunjukkan penyelesaian eksak untuk berbagai   0.

2
Gambar 1.8 Penyelesaian eksak untuk soal contoh d y   dy  y  1
dx 2 dx
dengan y(0) = y(1) =1. untuk nilai   0.001 ,   0.01
dan   0.1 .

32 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


1.4 Studi stabilitas
1.4.1 Persamaan diferensial linear
Persamaan diferensial linear untuk pertumbuhan/peluruhan ditulis
secara umum dalam bentuk
dx(t )
 x(t ).
(1.21)
dt

Penyelesaian x(t) dapat menunjukkan sebarang objek yang


dipelajari.
Persamaan diferensial (1.21) dikatakan linear karena x(t) muncul
pada ruas kanan. Persamaan (1.21) dikatakan homogen karena fungsi
konstan x(t )  0 juga merupakan penyelesaian. Secara elegan, penyelesaian

masalah persamaan (1.21) ditulis dalam bentuk teorema berikut ini.

Teorema 1.1

Terdapat penyelesaian yang tunggal untuk masalah nilai awal


persamaan (1.26) dengan nilai awal x(0)  x0 yaitu

x(t )  x e .
0
t
(1.22)

Sebagai konsekuensi dari Teorema 1.1 tampak bahwa ada beda


kualitatif penyelesaian pada persamaan (1.21) yang tergantung pada nilai
  0 atau   0 . Anggap bahwa x  0 . Hal ini berakibat
0

lim lim   ,   0
x(t )  x0et   (1.23)
t  t   0,   0
Persamaan (1.23) menjelaskan bahwa ketika   0 berarti penyelesaian
tumbuh secara eksponensial. Ketika   0 berarti bahwa penyelesaian
meluruh secara eksponensial (exponential decay). Disini  menunjukkan
laju pertumbuhan. Dapat disimpulkan bahwa penyelesaian menjadi

PEMODELAN MATEMATIKA | 33
takterbatas ketika t atau penyelesaian menjadi 0 untuk 0
pada t  .

Persamaan diferensial linear tak-homogen

Perhatikan persamaan diferensial

dx .
 2 x  6 (1.24)
dt
Tampak bahwa x(t) = 0 bukan merupakan penyelesaian. Oleh sebab
itu, persamaan diferensial pada persamaan (1.29) disebut tak-homogen.
Dapat dibuktikan bahwa fungsi konstan x(t) = -3. Persamaan (1.29) dapat
diselesaikan dengan menggunakan Teorema 1.1.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan transformasi

y(t )  x(t )  3 (1.25)

Persamaan diferensial harus dinyatakan dalam bentuk persamaan


diferensial dengan peubah tak bebas y(t). Yaitu

dy dx . (1.26)
  2 x  6  2 y
dt dt

Dengan menggunakan Teorema 1.1 dapat diperoleh bahwa penyelesaian


persamaan (1.31) yaitu

y (t )  y 0 e 2t . (1.27)

34 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Jadi penyelesaian persamaan diferensial (1.24) yaitu
x(t )  y(t )  3  y e  3 .
0
2 t

(1.28)

untuk setiap konstan y 0


.
Tampak bahwa
lim lim
x(t )  ye 2 t
 3  3,
t  t 
0

yang berarti tidak nol ataupun tak hingga. Kita dapat menyatakan dalam
bentuk yang lebih umum sebagai berikut.

Sebarang bentuk persamaan diferensial dalam bentuk

dx
 x(t )   (1.29)
dt

juga dapat diselesaikan yang serupa seperti di atas yaitu dengan


menggunakan transformasi


y (t )  x(t )  (1.30)

Dengan menggunakan persamaan (1.30) diperoleh

dy dx   (1.31)
  x(t )      y (t )      y (t )
dt dt  
Penyelesaian persamaan (1.31) menggunakan Teorema 1.1 yaitu

t 
y(t )  y e untuk sebarang konstan y0 dan x(t )  y0 e  .
t
0

Tampak bahwa limit x(t ) ketika t   adalah   /  ketika   0
.

PEMODELAN MATEMATIKA | 35
1.4.2 Bidang fase dan solusi setimbang (titik ekuilibrium)
Lemma 1.2
Perhatikan persamaan diferensial
dx(t )
 g ( x(t )).
dt
Penyelesaian x(t )  x adalah solusi setimbang jika hanya jika g ( x )  0
0 0

dx(t )
atau  0.
dt

Solusi setimbang x(t )  x dikatakan stabil asimtotik jika semua


0

penyelesaian x(t) dengan nilai awal yang didekat x mempunyai limit


0

x ketika t   . Dengan simbol ditulis


0

lim
x(t )  x0 .
t 

Solusi setimbang x(t )  x dikatakan tidak stabil jika trayektori


0

mulai didekat x
0
bergerak menjauh dari x 0
.

Catatan:

Perhatikan perbedaan nilai awal x(0) dan notasi solusi setimbang

x(t )  x mempunyai makna berbeda. Nilai awal adalah nilai x(t) pada t
0

= 0 (awal pengamatan) sedangkan solusi setimbang x(t )  x adalah


0

dx(t )
nilai x(t) yang memenuhi  0.
dt

36 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Contoh 1.6
Perhatikan persamaan diferensial pada persamaan
dx
 x  g ( x(t ))
dt
Solusi setimbang adalah x = 0. Solusi setimbang ini asimtotik stabil
ketika   0 dan tidak stabil ketika   0 .
Contoh 1.7

 x  x 2   g ( x(t ))
dx
(1.35)
dt
dengan  suatu konstan.
Kita akan menggunakan notasi
dg
g ' ( x) 
dx
untuk mempelajari solusi setimbang.
(1) Solusi setimbang dicari yaitu titik yang memenuhi dx  0 .
dt
Diperoleh persamaan

x (  x )  0 .
2

Diperoleh x = 0, x , dan x   . Kita mempunyai 3 titik


ekuilibrium. Ingat bahwa x = 0 bukan nilai awal, akan tetapi merupakan
titik setimbang. Sifat solusi setimbang dapat dipelajari dengan
memperhatikan keadaan/perubahan di sekitar solusi setimbang tersebut.
Gunakan pendekatan dengan persamaan garis antara 2 titik dengan g( x0 )

= 0 diperoleh

g ( x)  g ( x )( x  x ) ,
'
0 0
(1.36)

dengan x0 merupakan notasi untuk solusi setimbang.

PEMODELAN MATEMATIKA | 37
Tampak bahwa ketika g ' ( x0 )  0 , maka g (x) negatif ketika x  0 dan

positif ketika x  x Secara sama, jika


0
g ' ( x0 )  0 , maka g (x) positif

ketika x  0 dan negatif ketika x  x . Jadi penyelesaian dekat x0 lebih


0

cepat meninggalkan x
0
ketika g ( x )  0 . Keadaan-keadaan tersebut
'
0

disajikan dalam bentuk Teorema berikut ini.

Teorema 1.3 Jika x0


adalah solusi setimbang untuk suatu

persamaan diferensial maka

dx(t )
 g ( x(t ))
dt

Jika g ' ( x0 )  0 maka solusi setimbang adalah stabil asimtotik, dan

jika dg ( x 0 )  0 maka solusi setimbang tidak stabil.


dx

Contoh 1.8

Penyelesaian Contoh 1.7 ditunjukkan dalam bentuk grafik dengan


menggunakan free software pplane7.m yang ditunjukkan pada Gambar 1.9.

Gambar 1.9 Penyelesaian dari masalah nilai awal dx  x  x   g ( x(t )) 2

dt
dengan   1.

38 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika


Sebagaimana telah ditunjukkan bahwa terdapat 3 solusi setimbang
pada Gambar 1.9 yaitu

x  0 , x  1, x  1. ketika   1. Beberapa analisa ditunjukkan pada


0 0 0

studi berikut ini.

(i) Studi solusi setimbang disekitar x  0.


0

Pada sekitar x  0 , telah ditunjukkan bahwa g ( x )  x (1  x )  0 .


0 0 0
2
0

Ketika x0  x  1 dengan x  0 maka


0

dg
g ' ( x)   1  x 2  1.
dx
Jadi menurut Lemma 1.2, titik x  0 tidak stabil pada x  x  1. Secara
0 0

sama ketika  1  x0  0 dengan x  0 , diperoleh 0  g ( x)  1. Menurut


0
'

Teorema 1.1 diperoleh bahwa solusi setimbang tidak stabil.

(ii). Studi solusi setimbang di sekitar x  1.


0

Pada sekitar x  1 dengan x  1 diperoleh 0 < g ' ( x)  1 . Oleh


0

karena itu menurut Teorema 1.1, solusi setimbang x  1 adalah


0

solusi setimbang tidak stabil.

(iii). Studi solusi setimbang di sekitar x  1.


0

Pada sekitar x  1 dengan x  x


0 0
diperoleh g ( x)  0 . Oleh
'

karena itu menurut Teorema 1.1, solusi setimbang x  1 adalah solusi


0

setimbang stabil asimtotik.

PEMODELAN MATEMATIKA | 39
Kegiatan Inovasi 1.4

Pada soal Kegiatan Inovasi 1.3 anda sudah diminta untuk mencari
penyelesaian baik yang umum maupun berdasarkan input yang diberikan.
Oleh karena itu tentukan :

(i). Solusi setimbang tiap soal

(ii) Sifat solusi setimbang masing-masing

(ii) Tandai lokasi solusi setimbang pada ilustrasi penyelesaian yang


anda punya.

Petunjuk:

a. Solusi yang digambar haruslah memuat solusi setimbang agar


dapat menjelaskan solusi setimbang yang diperoleh.

b. Contoh:

Untuk solusi setimbang dari

y   x  5 y  f ( x, y )

berarti perlu diselesaikan x +5y= 0 yaitu y= -x/5 (ingat bahwa solusi


setimbang adalah solusi sehingga dy/dx =0). Sifat solusi setimbang
ditentukan oleh
d d
f ( x, y )  ( x  5 y)  1
dx dx

yang selalu positif untuk setiap sembarang x. Jadi solusi setimbang y=-x/5
merupakan solusi setimbang tidak stabil.

40 | Dasar-Dasar Pemodelan Matematika

Anda mungkin juga menyukai