Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

LABA (INCOME)
“TUGAS INI DISUSUN GUNA MEMENUHI NILAI TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI”

Nama Anggota Kelompok III :

SINTYA AULLINA SARI (A1C116085)

YENI SEPTIANI (A1C116093)

NAUFAL TRISNA NUGRAHA (A1C115076)

KELAS F

S1 AKUNTANSI NON REGULER

UNIVERSITAS MATARAM

2019
LABA (INCOME)

A. TUJUAN PELAPORAN LABA


Pengertian laba yang dianut sekarang ini oleh struktur akuntansi adalah laba yang
merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Dalam kenyataannya, para
pemakai mempunyai konsep laba dan modal pengambilan keputusan yang berbeda-beda.
Sehingga, diharapkan interpterasi laba dapat digunakan sebagai berikut:
 Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
dalam tingkat kembalian atau investasi.
 Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
 Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
 Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
 Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
 Alat pengendalian terhadap debitor dala kontrak utang.
 Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
 Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
 Dasar pembagian dividen.

Dua pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba yaitu:


Satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Ini berusaha untuk
memformulasi konsep laba tunggal (umum) dan menyajikannya untuk memenuhi berbagai
tujuan secara umum. Inilah pendekatan yang ingin dicapai dalam merekayasa pelaporan
keuangan umum.
Beda tujuan beda laba. Dimana disini menjanjikannya secara jelas berbagai konsep laba
tersebut secara khusus.

B. KONSEP LABA KONVENSIONAL


Hendriksen dan Van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Kelemahannya yaitu:
 Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara
intutif dan ekonomik bermakna.
 Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
 Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatsasan (inkonsistensi) antarperusahaan.
 Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
 Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang
informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga
ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak.

C. KONSEP LABA DALAM TATARAN SEMANTIK


Konsep dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
diletakkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat
(useful) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi. Pemaknaan laba secara semantik
akhirnya akan menentukan pemaknaan laba secara sintaktik yaitu pengukuran dan
penyajiannya.

1. Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik di dalamnya ada tiga komponen harus
diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat sumber daya (investasi). Dalam akuntansi, laba
dimaknai oleh investor dalam bentuk kembalian atas investasi (ROI). Bagi manajemen,
sebagai pengukur efisiensi penggunaan sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset
(ROA). Bagi kreditorefisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat bunga (ROL). Jadi, laba
dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI, ROA, ROL sebagai
pengukur efisiensi.

2. Konfirmasi Harapan Investor


Perekayasaan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan
bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja
perusahaan memang terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana
untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya publik sebagai basis
keputusan investasinya melalui prediksi laba.
3. Estimator Laba Ekonomik
Perekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba
ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik. Artinya,
perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksi pula perubahan ekonomik perusahaan.
laba ekonomik adalah laba laba dari kaca mata investor karena keperluan untuk menilai
investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subjektif bergantung pada
karakteristik investor.

D. MAKNA LABA
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
o Kenaikan kemakmuran (wealth atau well-offness) yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga
atau perusahaan.
o Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (perioda) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
o Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarikoleh enitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

1. Laba dan Kapital


Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa. Jadi kapital dapat dipandang
sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi
dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensial jasa yang dapat dinimati
dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.

2. Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau investor) berhak
mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital (investasi)
dipertahankan keutuhanya atau pilih seperti sedia kala (recovered). Arti penting atau
konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagai berikut :
 Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
 Memisahkan dan membedakan transaksi operasi dalam arti luas dengan transaksi
pendanaan dari pemilik.
 Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
 Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomik awal perioda akibat perubahan harga dan daya beli sehingga laba
ekonomik akat terukur pula.
 Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat kapital
pada saat tertentu ( awal dan akhir ).
 Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan
laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomik.

E. KONSEP LABA DALAM TATARAN SINTAKTIK


Makna semantik laba yang dikembangkan di atas akhirnya harus dapat dijabarkan dalam
tataran sintaktik. Pengukuran dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan
prosedur pengakuan ditambah cara mengungkapkan (disclosures) merupakan masalah pada
tataran sintaktik.
1. Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi (terutama
transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Keuntungan
pendekatan transaksi bagi akuntansi untuk pelaporan laba yaitu antara lain :
o Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis antara lain atas
dasar produk atau pelanggan untuk kepentingan manajerial.
o Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi ( utama, tambahan, dan luar
biasa ) dapat dipisahkan dan dilaporkan untuk kepentingan eksternal.
o Perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif
pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penjualan ( pendapatan ) dan biaya dengan
pihak eksternal.
o Jumlah rupiah serta jenis aset dan kewajiban secara automatis tersedia pada akhir
perioda.
o Karena perubahan nilai pasar aset tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan dapat
dipertahankan.
2. Pendekatan Kegiatan
Laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan
sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini pararel dengan konsep
penghimpunan atau pembentukan pendapatan (earning process) sebagai basis pengakuan
pendapatan. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan sendirinya laba) dapat dinyatakan
telah terbentuk (earned) bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan
dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas)

3. Pendekatan Pemertahanan Kapital


Dengan konsep ini, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik
waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen statemen keuangan diukur atas dasar
pendekatan aset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba adalah perubahan atau
kenaikan kapital dalam suatu perioda.

F. PENGUKURAN ATAU PENILAIAN KAPITAL


Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual yang bersifat
ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan yaitu unit/skala pengukur dan dasar pengukur.
1. Jenis Kapital
Berkaitan dengan karakteristik dan wujud kapital dari kacamata yang menguasai serta
apa yang dimaksud harus dipertahankan untuk menentukan laba. Ada 2 jenis kapital, yaitu:
 Kapital Finansial. Adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut. Pada umumnya kapital
financial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau pemegang obligasi.
Tingkat kembalian atas capital ini dirumuskan:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
𝑅𝑂𝐴 =
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎
 Kapital Fisis. Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau
dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis (physical productive capacity) yaitu
kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
 Perbedaan utama antara 2 kosep diatas adalah :
a. Perlakuan terhadap pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau kewajiban
yang ditanggung selama suatu perioda seandainya pengaruh tersebut diakui.
b. Dalam konsep kapital financial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau
rugi menahan atau penahanan dan dilaporkan melalui statemen laba-rugi.
c. Dalam konsep kapital fisis, pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan
tidak masuk dalam statemen laba-rugi

2. Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat dilekatkan pada suatu obyek
sehingga obyek tersebut dapat dibedakan besar- kecilnya (magnitudanya) dari obyek yang
lain atas dasar unit pengukur tersebut.
a. Skala Nominal. Adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan
perubahan daya beli dengan berjalanya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik.
Karena nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa, akuntansi atas dasar ini sering
disebut akuntansi dengan asumsi nilai rupiah konstan yang di Amerika disebut
“constant dollar accounting”.
b. Skala Daya Beli. Adalah skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal.
Perubahan skala pengukuran dari rupiah nominal ke rupiah daya beli secara substantif
tidak berpengaruh trehadap laba sebagai perubahan nilai ekonomi kapital tetapi yang
berubah adalah skala pengukuranya.

3. Dasar atau Atribut Pengukuran


Dua dasar penting yang berpaut dengan penentuan laba yaitu:
a. Kos Historis. Merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam sistem pembukuan. Kos historis dipilih biasanya karena kos tersebut
obyektif dan dapat diuji kebenaranya (verifiable).
b. Kos Sekarang. menunjukan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan
kondisinya atau penggantinya yang setara (ekuivalenya).

Selisih antara kos historis dan kos sekarang harus dibedakan dengan selisih akibat
dijabarkanya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang berbeda dengan kos
historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan harga barang
tertentu akibat perubahan selera,teknologi, dan fungsi.
4. Pengukuran Laba Dengan Mempertahankan Kapital
Ada tiga faktor penentuan nilai kapital (jenis, skala, dasar penilaian) yang saling
berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian kapital.
Berbagai pendekatan penilaian capital terhadap penentuan laba, yaitu:
a. Kapitalisasi aliran kas harapan. Pendekatan ini berpaut dengan pengukuran laba dari
kacamata pemegang saham atau investor sebagai entitas. Oleh karena itu, kapital disini
adalah kapital financial berupa nilai investasi yang tertanam di perusahaan yang
menjadi klaim pemegang saham.
b. Penilaian Pasar atas Perusahaan. Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital
financial serta merupakan alternatif kapitalisasialiran kas. Kapital diukur atas dasar
berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan
perusahaan dikurangi seluruh kewajiban.
c. Setara Kas Sekarang. Dasar pengukuran adalah gunggungan (sum) semua jumlah
rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua utang. ini berarti
bahwa harga pasar dianggap sebagai nilai kesempatan (opportunity value).
d. Harga Masukan Historis. Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba
diukur berdasarkan selisih aset bersih awal dan akhir perioda yang masing-masing
dinyatakan dalam kos historisnya. Hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung
sebagai selisih pendapatan dan biaya. Hal inilah yang dianut oleh akuntansi
konvensional.
e. Harga Masukan Sekarang. Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan
historis kecuali bahwa dalam pendekatan ini menilai komponen-komponen kapital awal
dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti
suatu aset adalah jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak
menguasai / memiliki aset bersangkutan.
f. Pemertahanan Daya Beli Konstan. Pengukuran dengan unit daya beli konstan ini
basisnya adalah kos historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli
konstan pada indeks dasar tertentu (dapat di indeks awal tahun, rata-rata, atau akhir
tahun).
G. KONSEP LABA DALAM TATARAN PRAGMATIK
Tataran pragmatic dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah
pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Teori
akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai informasi akuntansi.
a. Prediktor aliran kas ke investor. Aliran kas yangditerima atau diharapkan investor akan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untukmenciptakan kas yang cukup untuk
(a)membayar semua kewajiban pada saatnya, (b)mendanai kepreluan operasi, (c)
reinvestasi, (d)membayar bunga, dan (e)membayar deviden. Oleh karena itu, investor dan
kreditor harus memprediksi kemampuan melaba (earning power) jangka panjang.
Laba dan Harga Saham. Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba
dan harga saham. Bahwa laba merupakan predictor aliran kas ke investor sebenarnya
menunjukkan bahwa labamenentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor
digunakan untuk menentukanapa yang disebut nilai intrinsic (intrinsic value) sekuritas atau
saham.
b. Perkontrakan Efisien. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
kontrak. Aspek pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa
kontrak akan efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa
memandang aspek semantic (makna) laba tersebut.
c. Pengendalian Manajemen. Dalam tataran pragmatik, laba digunakan sebagai pengukur
kinerja divisi atau manajernya. Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem
pengendalian manajemen (management control system). Sistem ini dirancang untuk
meangarahkan perilaku manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau
divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga
tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan (goal
congruence).
d. Teori Pasar Efisien. Efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu
mekanisme penyediaan informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup
beroperasinya pasar modal. Pengertian merefleksi secara penuh adalah bahwa semua signal
yang tersedia telah tertangkap oleh pelaku pasar dan terefleksi dalam harga saham
ekluilibrium baru.
 Bentuk Efisiensi Pasar
1. Bentuk lemah. Ini jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan
volume sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara public).
2. Bentuk semi-kuat. Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi
yang tersedia secara public termasuk data statement keuangan.
3. Bentuk kuat. Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi
termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi.

 Laba Sebagai Signal


Laba akuntansi yang diumumkan dari statemen keuangan merupakan salah satu
signaldari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Oleh karena itu,
informasi tentang laba dibutuhkan oleh investor untukmemprediksi laba di masa depan.

 Pengujian Kandungan Informasi Laba


Laba kejutan merepresentasi informasi yang belum terungkap dalam pasar, sehingga
pasar akan bereaksi pada saat pengumuman. Laba dalam analisis ini biasanya laba per
saham. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return
sahamsuatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne, 1989:26):
Return =R=Deviden + (Harga Akhir-Harga Awal) / Harga Awal

1. Pengujian Asosiasi. Studi asosiasi sering disebut juga studi koefisien respons laba.
Koefisien responlaba adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau
laba kejutan.Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi ato kolerasi antara laba dan
returntidak sempurna.
2. Pengujian Peristiwa. Fokus utama dalam pengujian peristiwa adalah pengumuman
laba bukan angkalaba. Sehingga, reaksi pasar siukur sebagai return abnormal atau
return kumulatifuntuk seluruh sampel perusahaan. Dapat disimpulkan, bahwa laba
mempunyaiefek pragmatik terhadap perilaku pasar modal.

H. Laba dan Teori Entitas


1. Entitas Usaha Bersama. Semua pelaku ekonomi menanggung usaha bersama sehingga
mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang (stake holders) dan
perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat, pancang, atau pusat (nexus).
2. Entitas Usaha atau Bisnis. Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang
sebagai orang atau badanusaha sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari
investor, kreditor, dan pihak eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian
akuntansi dan menjadi subjek laporan
3. Entitas Investor. Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen
(management associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama
investor. Dan oleh karenanya laporan keuangan harus dilaksanakan untuk
kepentingan kedua kelompok tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor
4. Entitas Pemilik. Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa)
sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap
sebagai pihak luar.Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik
pribadi pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham.
5. Entitas Pemilik Residual. Pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa.
Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka
dipandang sebagai biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut
ini : Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual
6. Entitas Pengendali. Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi
lebih berkaitandengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini
menitiberatkan pandangannyakepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi
perusahaan tanpa memperhatikanpemilikan seperti konsep kesatuan yang lain.
7. Entitas Dana. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program,atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas dana
dapat dinyatakandalam persamaan berikut ini : Aset = Pembatasan penggunaan asset.

I. Penyajian Laba
Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos
transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-
rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen
laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas

Anda mungkin juga menyukai