LABA (INCOME)
“TUGAS INI DISUSUN GUNA MEMENUHI NILAI TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI”
KELAS F
UNIVERSITAS MATARAM
2019
LABA (INCOME)
1. Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik di dalamnya ada tiga komponen harus
diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat sumber daya (investasi). Dalam akuntansi, laba
dimaknai oleh investor dalam bentuk kembalian atas investasi (ROI). Bagi manajemen,
sebagai pengukur efisiensi penggunaan sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset
(ROA). Bagi kreditorefisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat bunga (ROL). Jadi, laba
dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI, ROA, ROL sebagai
pengukur efisiensi.
D. MAKNA LABA
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
o Kenaikan kemakmuran (wealth atau well-offness) yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga
atau perusahaan.
o Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (perioda) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
o Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarikoleh enitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
2. Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat dilekatkan pada suatu obyek
sehingga obyek tersebut dapat dibedakan besar- kecilnya (magnitudanya) dari obyek yang
lain atas dasar unit pengukur tersebut.
a. Skala Nominal. Adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan
perubahan daya beli dengan berjalanya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik.
Karena nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa, akuntansi atas dasar ini sering
disebut akuntansi dengan asumsi nilai rupiah konstan yang di Amerika disebut
“constant dollar accounting”.
b. Skala Daya Beli. Adalah skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal.
Perubahan skala pengukuran dari rupiah nominal ke rupiah daya beli secara substantif
tidak berpengaruh trehadap laba sebagai perubahan nilai ekonomi kapital tetapi yang
berubah adalah skala pengukuranya.
Selisih antara kos historis dan kos sekarang harus dibedakan dengan selisih akibat
dijabarkanya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang berbeda dengan kos
historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan harga barang
tertentu akibat perubahan selera,teknologi, dan fungsi.
4. Pengukuran Laba Dengan Mempertahankan Kapital
Ada tiga faktor penentuan nilai kapital (jenis, skala, dasar penilaian) yang saling
berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian kapital.
Berbagai pendekatan penilaian capital terhadap penentuan laba, yaitu:
a. Kapitalisasi aliran kas harapan. Pendekatan ini berpaut dengan pengukuran laba dari
kacamata pemegang saham atau investor sebagai entitas. Oleh karena itu, kapital disini
adalah kapital financial berupa nilai investasi yang tertanam di perusahaan yang
menjadi klaim pemegang saham.
b. Penilaian Pasar atas Perusahaan. Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital
financial serta merupakan alternatif kapitalisasialiran kas. Kapital diukur atas dasar
berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan
perusahaan dikurangi seluruh kewajiban.
c. Setara Kas Sekarang. Dasar pengukuran adalah gunggungan (sum) semua jumlah
rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua utang. ini berarti
bahwa harga pasar dianggap sebagai nilai kesempatan (opportunity value).
d. Harga Masukan Historis. Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba
diukur berdasarkan selisih aset bersih awal dan akhir perioda yang masing-masing
dinyatakan dalam kos historisnya. Hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung
sebagai selisih pendapatan dan biaya. Hal inilah yang dianut oleh akuntansi
konvensional.
e. Harga Masukan Sekarang. Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan
historis kecuali bahwa dalam pendekatan ini menilai komponen-komponen kapital awal
dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti
suatu aset adalah jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak
menguasai / memiliki aset bersangkutan.
f. Pemertahanan Daya Beli Konstan. Pengukuran dengan unit daya beli konstan ini
basisnya adalah kos historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli
konstan pada indeks dasar tertentu (dapat di indeks awal tahun, rata-rata, atau akhir
tahun).
G. KONSEP LABA DALAM TATARAN PRAGMATIK
Tataran pragmatic dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah
pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Teori
akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai informasi akuntansi.
a. Prediktor aliran kas ke investor. Aliran kas yangditerima atau diharapkan investor akan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untukmenciptakan kas yang cukup untuk
(a)membayar semua kewajiban pada saatnya, (b)mendanai kepreluan operasi, (c)
reinvestasi, (d)membayar bunga, dan (e)membayar deviden. Oleh karena itu, investor dan
kreditor harus memprediksi kemampuan melaba (earning power) jangka panjang.
Laba dan Harga Saham. Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba
dan harga saham. Bahwa laba merupakan predictor aliran kas ke investor sebenarnya
menunjukkan bahwa labamenentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor
digunakan untuk menentukanapa yang disebut nilai intrinsic (intrinsic value) sekuritas atau
saham.
b. Perkontrakan Efisien. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
kontrak. Aspek pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa
kontrak akan efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa
memandang aspek semantic (makna) laba tersebut.
c. Pengendalian Manajemen. Dalam tataran pragmatik, laba digunakan sebagai pengukur
kinerja divisi atau manajernya. Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem
pengendalian manajemen (management control system). Sistem ini dirancang untuk
meangarahkan perilaku manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau
divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga
tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan (goal
congruence).
d. Teori Pasar Efisien. Efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu
mekanisme penyediaan informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup
beroperasinya pasar modal. Pengertian merefleksi secara penuh adalah bahwa semua signal
yang tersedia telah tertangkap oleh pelaku pasar dan terefleksi dalam harga saham
ekluilibrium baru.
Bentuk Efisiensi Pasar
1. Bentuk lemah. Ini jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan
volume sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara public).
2. Bentuk semi-kuat. Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi
yang tersedia secara public termasuk data statement keuangan.
3. Bentuk kuat. Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi
termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi.
1. Pengujian Asosiasi. Studi asosiasi sering disebut juga studi koefisien respons laba.
Koefisien responlaba adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau
laba kejutan.Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi ato kolerasi antara laba dan
returntidak sempurna.
2. Pengujian Peristiwa. Fokus utama dalam pengujian peristiwa adalah pengumuman
laba bukan angkalaba. Sehingga, reaksi pasar siukur sebagai return abnormal atau
return kumulatifuntuk seluruh sampel perusahaan. Dapat disimpulkan, bahwa laba
mempunyaiefek pragmatik terhadap perilaku pasar modal.
I. Penyajian Laba
Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos
transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-
rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen
laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas