Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit berbasis lingkungan sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh

kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitas serta

perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan

munculnya penyakit-penyakit berbasis lingkungan, seperti: diare, ISPA, malaria,

DBD, TBC, yang masih mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan

merupakan pola penyakit utama di Indonesia.1 Penyakit berbasis lingkungan

berhubungan dengan sanitasi yang buruk dan masalah kesehatan lingkungan.

Pemberantasan penyakit ini harus lebih menonjolkan pendekatan promotif dan

preventif melalui perubahan kebiasaan dan gaya hidup. Puskesmas merupakan

unit pelayanan kesehatan yang di samping menonjolkan aspek kuratif, juga

menonjolkan aspek promotif dan preventif. Salah satu program puskesmas yang

menelaah masalah sanitasi lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan adalah

klinik sanitasi.2

Klinik sanitasi merupakan suatu upaya yang mengintegrasikan kesehatan

lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan pada

penduduk beresiko tinggi. Melalui klinik sanitasi, ketiga unsur pelayanan

kesehatan yaitu penyuluhan, pencegahan dan pengobatan dilaksanakan secara

terintegrasi melalui program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar

maupun di dalam gedung. Klinik sanitasi diharapkan meningkatkan efektifitas

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar guna meningkatkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


derajat kesehatan masyarakat dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan

kesehatan lingkungan, khususnya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.3

Mengingat begitu pentingnya program klinik sanitasi dalam mencapai

indikator kesehatan masyarakat maka penulis ingin menyusun makalah tentang

pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana gambaran umum penyakit berbasis lingkungan di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang?

b. Bagaimana upaya pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas

Ambacang?

c. Apa saja permasalahan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi di

Puskesmas Ambacang?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas

Ambacang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum penyakit berbasis lingkungan di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang

b. Mengetahui pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang

c. Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi di

Puskesmas Ambacang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Ambacang, analisis, dan diskusi

bersama pemegang program kesehatan lingkungan di Puskesmas Ambacang.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau

gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.4

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah keadaan lingkungan yang optimum

sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal

pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain adalah perumahan,

pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembangunan sampah,

pembuangan air kotor dan pencemaran. Ruang lingkup tersebut harus dijaga agar

dapat menjadi media yang baik untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi

manusia yang hidup di dalamnya.5

Penyakit berbasis lingkungan merujuk pada penyakit yang memiliki akar

atau hubungan yang erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada

sebuah ruang masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam

jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau

kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit

tersebut dihilangkan.5

Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat dituangkan dalam empat

simpul. Simpul pertama adalah sumber penyakit, yaitu virus, bakteri, parasit, dan

lainnya. Simpul kedua adalah komponen lingkungan yang menjadi media

transmisi penyakit tersebut, baik berupa udara, air, maupun binatang vektor.

Simpul ketiga adalah penduduk dengan berbagai variabel kependudukan, baik dari

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


segi pendidikan, kepadatan, perilaku, dll. Simpul keempat adalah penduduk yang

dalam keadaan sehat atau sakit setelah mendapat paparan komponen lingkungan.6

Gambar 2.1: Teori Simpul6

Kejadian penyakit adalah hasil dari hubungan interaktif manusia dengan

agen penyakit. Dalam hal ini kejadian penyakit dapat dibagi tiga, yaitu: kejadian

akut (gejala khas dan umumnya dirawat), subklinik (gejala tidak khas, tapi dengan

pemeriksaan tampak bahwa kelompok ini sedang sakit), dan subtle atau samar

(gejala tidak khas, baik secara laboratorium, maupun klinis. Muncul

sewaktu-waktu dalam bentuk KLB). Kejadian penyakit juga dipengaruhi oleh

simpul kelima, yaitu variabel iklim, topografi, temporal, dan suprasistem, seperti

keputusan politik seperti kebijakan makro yang dapat mempengaruhi semua

simpul.6

Penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA,

diare, DBD, malaria, tuberkulosis, penyakit kulit dan lainnya.7

a. ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)

ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, Haemophillus

influenzae, asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, dan lainnya. ISPA

dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan bekteri ketika

penderita batuk dan terhirup oleh orang lain. ISPA dapat dicegah dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan membuka jendela setiap

hari, menghindari polusi udara di dalam rumah seperti asap dapur dan asap

rokok, mengurangi kepadatan penghuni di rumah, menjaga kebersihan

rumah dan lingkungan di sekitarnya.7

b. Diare

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali

dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, ataupun

intoleransi makanan, gangguan psikis dan lainnya. Diare karena bakteri

Escherichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh adanya kontaminasi

makanan/minuman dengan bakteri E.coli yang dibawah oleh lalat yang

sebelumnya telah hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan, ataupun

melalui minuman yang tidak dimasak sampai mendidih, tangan yang

terkontaminasi bakteri E.Coli karena setelah buang air besar tidak mencuci

tangan dengan sabun. Diare dapat dicegah dengan menutup makanan agar

tidak dihinggapi lalat, tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan

dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar,

mencuci bahan makanan dengan air bersih, memasak air sampai mendidih

dan menggunakan air bersih yang memenuhi syarat.7

c. Demam berdarah dengue (DBD)

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue dan

ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti

berkembang biak di dalam dan di luar rumah seperti ember, drum,

tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng bekas yang

berisi air bersih, bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air. Upaya

praktis dalam pengendalian vektor dan pemberantasan penyakit DBD yaitu

dengan cara 3M plus yaitu menguras tempat penyimpanan air, menutup

rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat

menampung air, serta menaburkan bubuk larvasida pada tempat

penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan kelambu

saat tidur, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan

ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian

dalam rumah.7

d. Malaria

Malaria disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk

golongan protozoa, yang penularannya melalui vektor nyamuk Anopheles

sp. Faktor lingkungan yang ikut berperan dalam perkembangbiakan

nyamuk sebagai vektor penular malaria yaitu suhu udara, kelembaban

udara, curah hujan, . Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles yaitu

kolam ikan yang tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang

terisi air hujan, saluran air yang tidak mengalir dan lainnya. Malaria dapat

dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk, sama seperti

penganggulangan terhadap DBD.7

e. Penyakit Kulit

Penyakit kulit seperti kudis / skabies / budukan disebabkan oleh tungau

atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes Scabieii), tempat

berkembangbiaknya adalah di lapisan epidermis kulit dan membuat

terowong dibawah kulit sambil bertelur. Penularan skabies adalah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui perantara seperti

baju, handuk, sprei yang digunakan oleh penderita. Pencegahan skabies

dapat dengan menghindari pemakaian bersama-sama handuk, baju,

menjaga kebersihan personal dan lingkungan, serta mengurangi

kepadatan hunian.7

f. Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis, yang penularannya terutama melalui droplet. Ketika

penderita BTA positif batuk, bersih atau berbicara dengan memercikkan

ludah, bakteri TB akan ikut terbang ke udara. Selanjutnya bakteri dapat

masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang dihirup. Penyakit ini dapat

terutama menyerang paru-paru. Faktor yang ikut berpengaruh terhadap

penularan TB adalah keadaan imunitas seseorang dan lingkungannya,

seperti lingkungan perumahan yang padat, ventilasi rumah yang kurang,

dan sirkulasi udara yang buruk.7

2.2 Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi lingkungan merupakan suatu upaya/kegiatan yang

mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang

difokuskan pada penduduk yang menderita penyakit berbasis lingkungan dan

masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas

puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara aktif dan pasif di

dalam dan di luar puskesmas. Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya

pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan

ditetapkannya paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


promotif-preventif dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui klinik sanitasi,

ketiga upaya pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif dan kuratif dilakukan

secara terintergrasi dalam pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit

berbasis lingkungan didalam maupun diluar gedung.8

Klinik sanitasi merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah

kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan

bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi

tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian integral dari kegiatan puskesmas

dalam melaksanakan program yang bekerjasama dengan lintas program dan lintas

sektoral yang ada di wilayah kerja puskesmas.9

Wawancara dan penyuluhan dilakukan pada klinik sanitasi untuk mengenal

masalah lebih rinci, kemudian dilakukan upaya oleh petugas klinik sanitasi

sehubungan dengan hasil komunikasi penderita/pasien yang datang ke puskemas

tersebut. Setelah diketahui penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat,

selanjutnya dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan rumah

untuk mencari jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit

berbasis lingkungan yang muncul di masyarakat.5

Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas

dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis

lingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan,

khususnya pengendalian penyakit berbasis lingkungan guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.5

Terdapat beberapa pengertian yang harus dipahami dalam pelaksanaan

program klinik sanitasi selain dari pengertian klinik sanitasi, yaitu5:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


1. Pasien Klinik Sanitasi

Penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas yang

kemudian dirujuk oleh dokter ke ruang klinik sanitasi atau yang ditemukan

di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survey.

2. Klien Klinik Sanitasi

Masyarakat yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik

sanitasi namun bukan sebagai penderita penyakit, tetapi untuk berkonsultasi

tentang masalah yang berkaitan dengan penyakit berbasis

lingkungan/kesehatan lingkungan.

3. Konseling

Kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk

mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahannya yang

dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan konsultasi

penderita/pasien yang datang ke puskesmas.

4. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan sanitarian / tenaga kesling / tenaga

pelaksana klinik sanitasi untuk melakukan kunjungan ke rumah untuk

melihat keadaan lingkungan rumah sebagai tindak lanjut dari

kunjungan pasien atau klien ke ruang klinik sanitasi.

2.2.1. Tujuan Klinik Sanitasi9

Klinik sanitasi mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat masyarakat melalui upaya preventif, kuratif, dan

promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus-menerus.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien

serta masyarakat di sekitarnya) akan pentingnya lingkungan sehat dan

perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan.

3. Terciptanya keterpaduan lintas program-program kesehatan dan lintas

sektor terkait, dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap

penyakit-penyakit berbasis lingkungan.

4. Menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan

penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat.

5. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis

lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara

terpadu.

2.2.2 Sasaran Klinik Sanitasi9

Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah pada suatu sasaran yang

ditentukan, yaitu :

1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan

lingkungan yang datang ke puskesmas.

2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan

lingkungan yang datang ke puskesmas.

3. Lingkungan penyebab masalah bagi pasien/klien dan masyarakat

sekitarnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


2.2.3 Ruang Lingkup Klinik Sanitasi9

Ruang lingkup kegiatan sanitasi meliputi berbagai macam upaya, yaitu :

1. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka

pencegahan penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit.

2. Penyehatan perumahan/pemukiman dalam rangka pencegahan

penyakit ISPA, TB Paru, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

malaria.

3. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan

penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat

kerja.

4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit

saluran pencemaran atau keracunan makanan.

5. Penanganan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan

keracunan pestisida.

6. Pengamanan penyakit atau gangguan lainnya yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan.

2.2.4 Strategi Operasional Klinik Sanitasi9

Beberapa strategi operasional agar program klinik sanitasi dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, antara lain :

1. Pemajanan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh

masyarakat dan mengatasi dengan upaya promotif, preventif, dan

rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.

2. Masalah dalam tiap puskesmas tidaklah sama, baik antar lingkungan

ataupun antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami secara benar

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


mengenai peta masalah kesehatan yang berkenaan dengan kesehatan

lingkungan, agar penanganannya menjadi lebih spesifik dan

berorientasi pada hasil.

3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan

dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit

untuk menangani semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan,

baik luas wilayahnya maupun jenis penyakitnya.

4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program

dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas.

5. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat memalui kelembagaan

yang sudah ada seperti: PKK, LSM, LKMD.

6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknis dan pemberdayaan

untuk menciptakan kemandirian masyarakat, penyuluhan juga

dilakukan dengan pemberian contoh dan keteladanan.

7. Mengupayakan dukungan dan dengan meningkatkan swadaya

masyarakat termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah.

2.2.5 Kegiatan Klinik Sanitasi9

Klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas

oleh petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan masyarakat.

1. Dalam Gedung (indoor activity)

Semua pasien/klien datang berobat ke puskesmas melalui prosedur

pelayanan seperti: mendaftar di loket, selanjutnya akan mendapat kartu status,

diperiksa oleh petugas medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidan, perawat).

Apabila diketahui pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Pada ruang klinik sanitasi

pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan teknis, petugas mewawancarai

pasien tentang penyakit yang diderita dikaitkan dengan masalah kesehatan

lingkungan. Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam Kartu Status Kesehatan

Lingkungan. Kemudian petugas klinik sanitasi melakukan konseling tentang

penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan lingkungan.9

Petugas juga membuat janji dengan pasien dan keluarganya apabila

diperlukan untuk melakukan kunjungan rumah untuk melihat langsung faktor

resiko penyakit yang dialami pasien tersebut. Setelah konseling di ruang klinik

sanitasi, pasien dapat mengambil obat di apotek puskesmas (loket obat) kemudian

pasien diperbolehkan pulang.9

Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik sanitasi

menyampaikan segala permasalahan, cara penyelesaian masalah, hasil

monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dalam Mini Lokakarya

Puskesmas yang melibatkan seluruh penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan

satu bulan sekali. Dengan demikian diharapkan seluruh petugas puskesmas

mengetahui pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integritas

dalam lintas program.9

2. Luar Gedung (outdoor activity)

Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh petugas dengan membawa hasil

analisa keadaan lingkungan pasien/klien klinik sanitasi yang merupakan lanjut dari

kesepakatan antara petugas klinik sanitasi dengan pasien/klien yang datang ke

Puskesmas. Kunjungan rumah ini untuk mempertajam sasarannya karena pada saat

kunjungan petugas telah memiliki data pasti adanya sarana lingkungan bermasalah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


yang perlu diperiksa dan fakor-faktor perilaku yang berperan besar dalam proses

terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.9

Pada kunjungan tersebut dapat mengambil partisipasi perawat dari

puskesmas pembantu atau bidan desa, dan kader kesehatan lingkungan untuk

melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang telah diobati tersebut

(semacam kegiatan Perawatan Kesehatan Keluarga). Petugas klinik sanitasi

membawa kartu status kesehatan lingkungan/register yang telah diisi saat

kunjungan pasien ke ruang klinik sanitasi di puskesmas sebelumnya.9

Untuk keperluan monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik

sanitasi mengisi kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini

secara berkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa. Pada kunjungan ke

lapangan petugas klinik sanitasi mengajak kader kesehatan/kesehatan lingkungan,

kelompok pemakai air, PKK, dan berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa,

tokoh masyarakat, dan pihak terkait lainnya agar masyarakat turut berperan aktif

memecahkan masalah kesehatan yang timbul di lapangan mereka sendiri.

Diharapkan jika suatu saat timbul masalah penyakit berbasis lingkungan yang

sejenis, mereka dapat menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik

sanitasi maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat memberikan

penyuluhan kepada pasien/klien dan keluarganya serta tetangga-tetanggga pasien

tersebut.9

Pada kunjungan rumah tangga petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan

lintas program dan lintas sektor, apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan

sarana sanitasi dasar dengan biaya besar (seperti pembangunan sistem perpiaaan)

yang tidak terjangkau oleh masyarakat setempat, petugas klinik sanitasi melalui

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


puskesmas dapat mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti. Jika masalah di lapangan belum dapat

terpecahkan, maka dapat diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Bila diperlukan

koordinasi di Kabupaten/Kota, maka puskesmas dapat meminta bantuan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.9

2.2.6 Alur Rujukan Klinis Sanitasi9

Gambar 2.2 Skema Alur Rujukan Klinik Sanitasi9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Keterangan :

1. Pasien datang ke puskesmas, mendaftar di loket, diperiksa oleh

medis/paramedik jika indikasinya menderita penyakit berbasis

lingkungan maka dirujuk ke klinik sanitasi, di klinik sanitasi pasien

dikonseling, diberikan penyuluhan serta membuat perjanjian

kunjungan rumah untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan

yang dialaminya kemudian pasien mengambil obat di apotek kemudian

pulang.

2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini atau

pertemuan bulanan.

3. Petugas melakukan kunjungan rumah dengan memberikan implementasi

dan rekomendasi perbaikan lingkungan.

4. Klien datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah

kesehatan lingkungan yang dihadapi untuk mencari cara pemecahan

masalah.

5. Pemantauan wilayah setempat untuk dijadikan tolak ukur pelaksanaan

program klinik sanitasi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1.Gambaran Umum Puskesmas Ambacang

Puskesmas Ambacang didirikan pada tanggal 5 Juli 2006. Kepala

Puskesmas pertama adalah dr. Dewi Susanti Febri. Saat itu Puskesmas hanya

memiliki 15 orang staf. dr. Dewi Susanti Febri menjabat sebagai kepala

Puskesmas sampai bulan Maret 2009, dilanjutkan oleh dr. Hj. May Happy

sampai tahun 2012. Dari tahun 2012 hingga bulan Juli tahun 2018 dipimpin

oleh Trice Erwiza, S.KM, M.Kes, lalu setelah itu Puskesmas Ambacang

dipimpin oleh dr. Weni Fitria Nazulis.10

Puskesmas Ambacang berfungsi dalam menyelenggarakan pembangunan

berwawasan kesehatan. Visinya adalah menjadikan kecamatan sehat yang

mandiri dan berkeadilan. Visi ini dilaksanakan dengan beberapa misi, antara

lain: untuk mewujudkan visi ini Puskesmas Ambacang mengusung misi

pembangunan kesehatan di wilayah yang akan memberikan dukungan agar

tercapainya visi pembangunan nasional; menggerakkan pembangunan

berwawasan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang; mendorong

kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat; memelihara

dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan; dan memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,

keluarga, dan masyarakat serta lingkungannya. 10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


3.1.1 Keadaan Geografis

Secara geografis Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang berbatasan dengan

kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas

Ambacang, antara lain: 10

Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji

Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo

Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15" Lintang

Selatan dan +100° 23' 50.14" Lintang Utara, dan terletak pada ketinggian 57 m

dari permukaan laut. Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah sekitar

12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasar

Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan Kelurahan Lubuk

Lintah. 10

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


Dilihat dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang

terletak di Jalan Raya By Pass KM 8,5 Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan

Kuranji, Kota Padang (± 8 km dari pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan

roda dua atau roda empat pribadi maupun sarana angkutan umum berupa angkutan

kota, ojek, dan becak sehingga akses masyarakat ke puskesmas mudah. 10

3.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang yang menjadi

sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2018 adalah sebanyak 52.032 jiwa

dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2. Distribusi kependudukan menurut

kelurahan adalah sebagai berikut: 10

Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja


Puskesmas Ambacang tahun 2018 10
Jenis Kelamin
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ps. Ambacang 9.322 9.337 18.659
Anduring 7.434 7.445 14.879
Lubuk Lintah 5.394 5.406 10.800
Ampang 3.876 3.818 7.694

Jumlah 26.026 26.006 52.032

Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah sekitar 4.224 penduduk/km2.

Berdasarkan UU No.50 tahun 1960, angka ini menunjukkan bahwa wilayah kerja

Puskesmas Ambacang termasuk kategori kependudukan sangat padat. Selain itu

pertambahan jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang selama 7

tahun terakhir dari tahun 2010 (43.114 orang) s/d tahun 2018 dalah sebanyak

8.247 orang. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat maka

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


berbagai masalah dapat bermunculan, seperti masalah kesehatan terutama

penyakit infeksi. 10

Jumlah distribusi sasaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

selama tahun 2018 adalah sebagai berikut: 10

Tabel 3. 2 Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun 2018


Total
Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Bufas WUS PUS Lansia penduduk
Ps.Ambacang 336 1.615 363 347 349 4.216 3.637 1.245 18.659
Anduring 264 1.216 290 277 278 3.361 2.899 993 15.879
Lubuk Lintah 195 940 210 200 201 2.440 2.105 721 10.800
Ampang 141 743 150 142 143 1.740 1.502 513 7.694
Jumlah 936 4.514 1.013 966 966 11.757 10.143 3.633 52.032

Dari tabel diatas setiap puskesmas idealnya menangani maksimal 30.000

penduduk di wilayah kerjanya, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

terdapat 52.032 penduduk. Kapasitas rasio puskesmas terhadap penduduk di

Puskesmas Ambacang lebih besar dari yang seharusnya. Hal tersebut

menyebabkan kurang maksimalnya cakupan pelayanan tenaga kesehatan. 10

3.1.3 Sarana dan Prasarana

Puskesmas Ambacang telah memiliki sarana dan prasarana yang

mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas. Puskesmas ini telah memiliki

gedung permanen dua lantai yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan

kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan administrasi puskesmas. Selain itu

juga terdapat kendaraan operasional puskesmas yang dapat digunakan untuk

menjangkau sarana kesehatan lain dan tempat-tempat pelaksanaan

program-program puskesmas, seperti posyandu, posbindu, poskeskel, dan

sebagainya. 10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang antara lain sebagai

berikut: 10

a. Puskesmas : 1 buah

b. Puskesmas Pembantu : 1 buah

c. Pos Kesehatan Kelurahan : 1 perkelurahan (total 4)

d. Roda 2/roda 4 : 3/1

e. Klinik/k. Bersalin :4

f. RS Swasta :-

ANDURING

Gambar 3. 2 Geomapping Sarana Kesehatan Wilayah kerja Puskesmas


Ambacang10

Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Puskesmas

Ambacang:

a. Posyandu Balita : 29 Pos

b. Posyandu Lansia : 12 Pos

c. Posbindu : 12 Pos

d. Batra : 73 Batra

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


e. Poskestren : 1 Pos

f. Toga : 722 KK

g. Usaha Kesehatan Kerja : 83 UKK

h. Poskeskel : 4 unit

i. Pembinaan RT berPHBS : 890 RT

Persebaran posyandu di empat kelurahan wilayah kerja puskesmas

Ambacang, yaitu di Kelurahan Ampang terdapat 5 posyandu, di Kelurahan Lubuk

Lintah terdapat 8 posyandu, Kelurahan Anduring sebanyak 7 posyandu, dan

Kelurahan Pasar Ambacang sebanyak 9 posyandu. 10

Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan RI, yaitu 1

posyandu untuk 100 balita atau lansia. Dengan jumlah posyandu sebanyak 29 pos

se-wilayah kerja Puskesmas Ambacang dan jumlah bayi dan balita sebanyak

4.515 orang, maka 1 posyandu diasumsikan melayani 155 orang bayi/balita.

Begitu juga untuk posyandu lansia yang berjumlah 12 buah untuk total lansia

sebanyak 3.472orang, artinya satu posyandu lansia untuk 385 orang. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah posyandu masih belum ideal. 10

Puskesmas Ambacang memiliki 12 pos Posbindu diwilayah kerjanya.

Penyebaran Posbindu ini adalah sebagai berikut, 3 pos di Kelurahan Pasar

Ambacang yang terletak di Daerah Kayu Gadang, Simpang Koto Tingga,

Ketaping, 3 pos di Kelurahan Anduring yang terletak di R3R, sarang gagak, parak

jigarang,3 pos di Kelurahan Lubuk Lintah terletak di Karang Ganting, Cubadak

Air dan Kampung Sikumbang, 3 pos di Kelurahan Ampang terletak di Daerah

Karang Ganting, Kampung Jambak, dan Panti. Berdasarkan observasi yang telah

dilakukan tidak ada satu pun Posbindu yang memiliki pos mandiri, kegiatan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


posbindu dilakukan di rumah warga dengan fasilitas seperti meja, kursi, media

promosi kesehatan yang sangat minimal. 10

Tabel 3. 3 Fasilitas Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang10

Jenis Sekolah Jumlah


TK 8
SD 22
SMP 5
SMA 3
PT 1
Jumlah 39

3.1.4 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga

kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non kesehatan

dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang berobat di Puskesmas

Ambacang berjumlah 55 orang. 10

Secara kuantitatif, sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di

Puskesmas Ambacang sudah memenuhi standar rata-rata, dimana berdasarkan

lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 dijelaskan bahwa

jumlah minimal tenaga kesehatan untuk puskesmas nonrawat inap kawasan

perkotaan adalah 22 orang. Meskipun demikian, secara kualitatif tetap diperlukan

upaya peningkatan kualitas SDM di Puskesmas Ambacang melalui pendidikan

dan pelatihan, demi terwujudnya pengembangan upaya kesehatan yang lebih

baik.10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


Tabel 3. 4 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Ambacang10

Status Pegawai Pendidikan Terakhir Jumlah


Jenis PNS PTT Suka S2 S1 D D D Sederajat
Petugas Rela/ IV III SLTA
Honor I
Dokter 2 - 1 - 3 - - - - 3
Umum
Dokter Gigi 2 - - - 2 - - - - 2
Sarjana 2 - - - 2 - - - - 2
Kesmas
Bidan 13 1 3 - - 2 15 - - 17
Perawat 7 - 2 - 1 - 7 - 1 9
Perawat Gigi 1 - - - - - - - 1 1
Kesling 2 - - - - 1 1 - - 2
Analis - - 1 - - - 1 - - 1
Fungsional 1 - - - - - - - 1 1
Analis
Epidemiologi 1 - - - 1 - - - - 1
(SKM)
Apoteker 1 - - 1 - - - - 1
Asisten 2 - - - - - - - 2 2
Apoteker
Nutrition 2 - - - 1 - 1 - - 2
(AKZI/
SKM)
RR 3 - 2 - - - 2 - 3 5
Sopir/cleaning - - 3 - - - - - 2 3
Service
Jumlah 39 1 15 1 11 3 27 0 10 55

Dari segi rasio tenaga dengan penduduk, sumber daya manusia di

Puskesmas Ambacang relatif kurang memadai. Tenaga medis dokter umum

sebanyak 3 orang dengan rasio 1:52.032 jiwa, artinya 1 dokter melayani 17.344

orang. Angka tersebut sangat jauh dari ideal apabila dikaitkan dengan sistem

pelayanan kesehatan terpadu dimana satu dokter melayani maksimal 2500

penduduk. Menurut Standar Pelayanan Minimal (SPM), satu orang bidan

maksimal menangani 3.000 penduduk saja. Di Puskesmas Ambacang terdapat 17

bidan yang menangani 52.032 penduduk dengan rasio 1 : 3.060. Hal ini

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


memperlihatkan bahwa di Puskesmas Ambacang jumlah bidannya sudah

mencukupi. 10

3.2 Penyakit Berbasis Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

Pencapaian program kesehatan lingkungan tahun 2018 di Puskesmas

Ambacang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel: 3.5 Cakupan Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas


Ambacang Tahun 201810

NO Target Yang
Kegiatan Sasaran (%) yang Diperiksa MMS TMS
MMS
1 TPM 294 82 294 247(84,01%) 47(15,99)
2 TTU 144 92 144 138(93,83%) 6(6,17%)
3 SAB 8015 71 8015 7589(94,64 %) 426(5,32)
4 Rumah 8015 91 8015 4734(59,06%) 3281(40.9
4%)
5 Jamban 8015 81 8015 4734(59,06%) 3281(40,9
4%)
6 SPAL 7068 91 7068 2785(39%) 4283(61%)
7 Sampah 8015 91 8015 2931(36,56%) 4171(63,4
4%)
8 Depot Air 7068 100 40 40 (100%) -

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan kegiatan program kesehatan

lingkungan pada umumnya belum mencapai target, ditandai masih banyak yang

tidak memenuhi syarat kesehatan, diantaranya jumlah rumah dan jamban yang

tidak memenuhi syarat sebanyak 40,94 %, SPAL yang tidak memenuhi syarat

sebanyak 61 %, sampah yang tidak memenuhi syarat 63,44 %.10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


3.3 Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan,

penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik Sanitasi di

Puskesmas Ambacang merupakan bagian dari program Kesehatan Lingkungan.

Pelayanan di Klinik Sanitasi Puskesmas Ambacang meliputi konsultasi mengenai

penyakit berbasis lingkungan (ISPA, diare, DBD, cacingan, keracunan makanan,

TB paru, penyakit kulit, filariasis, dan lainnya) dan konsultasi mengenai masalah

kesehatan lingkungan lainnya (air, jamban, sampah, dan lainnya). Berikut adalah

tabel mengenai cakupan program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang pada

tahun 2018.

Tabel 3.6 Jumlah Kasus Penyakit Berbasis Lingkungan di Puskesmas


Ambacang Tahun 201810

No Diagnosis Penyakit Jumlah kasus di Puskesmas

1. ISPA 5789

2. TB Paru 31

3. Diare 266
5. Malaria 1

6. DBD 39

Berdasarkan tabel diatas dapa dilihat bahwa jumlah penyakit berbasis

lingkungan yang paling banyak di Puskesmas Ambacang selama tahun 2018

adalah ISPA, setelah itu diare, demam berdarah dengue, dan TB. 10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


Tabel 3.7 Jumlah Kunjungan ke Klinik Sanitasi Berdasarkan Diagnosis
Penyakit 10

Jumlah kunjungan ke Klinik


No Diagnosis Penyakit
Sanitasi
1. ISPA 550
2. TB Paru 25
3. Diare 176
4. Penyakit Kulit 296
5. Malaria 0
6. DBD 5
7. Keracunan 0
8. Kecacingan 0
9. Keluhan Akibat Kerja 0
10. Filariasis 0

Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa kunjungan ke klinik sanitasi pada tahun

2018 adalah sebanyak 1052 pasien dengan tiga diagnosis terbanyak adalah ISPA

(550 orang), penyakit kulit (296 orang), dan diare (176 orang).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


BAB 4
PEMBAHASAN

Klinik sanitasi merupakan suatu upaya yang mengintegrasikan kesehatan

lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan pada

penduduk beresiko tinggi. Melalui klinik sanitasi ketiga unsur pelayanan

kesehatan yaitu penyuluhan, pencegahan dan pengobatan dilaksanakan secara

terintegrasi melalui pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit

berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung.3

Berdasarkan Permenkes Nomor 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan

pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas, konseling merupakan salah satu

kegiatan pokok petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas, maka klinik sanitasi

menjadi kegiatan yang wajib dilaksanakan di Puskesmas.8

Untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas

Ambacang, semua pasien yang datang berobat melalui prosedur pelayanan seperti:

mendaftar di loket, selanjutnya akan mendapat status, diperiksa oleh petugas

medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidan, perawat). Apabila diketahui pasien

menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang

klinik sanitasi. Pada ruang klinik sanitasi petugas mewawancarai pasien tentang

penyakit yang diderita dikaitkan dengan masalah kesehatan lingkungan, setelah

mendapatkan masalah kesehatan lingkungan, pasien diberikan penyuluhan dan

bimbingan teknis.7

Petugas juga membuat janji dengan pasien dan keluarganya apabila

diperlukan untuk melakukan kunjungan rumah untuk melihat langsung faktor

risiko penyakit yang dialami pasien tersebut. Setelah konseling di ruang klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


sanitasi, pasien dapat mengambil obat di apotek kemudian pasien diperbolehkan

pulang.7. Kunjungan rumah bertujuan untuk pembenahan lingkungan sebagai

upaya penurunan angka penyakit berbasis lingkungan di masyarakat. Pelaksanaan

kunjungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Ambacang belum maksimal karena

terkendala trasnportasi dan jarak antar rumah yang cukup jauh.

Dari tabel 3.7 didapatkan bahwa cakupan kunjungan pasien ke klinik

sanitasi pada tahun 2018 adalah dengan diagnosis ISPA, diikuti penyakit kulit,

dan diare. Jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah kunjugan ke puskesmas

Ambacang yang dimuat pada tabel 3.6. Berdasarkan laporan dari pemegang

program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang, kunjungan ke klinik sanitasi

yang belum menjangkau semua pasien dengan penyakit berbasis lingkungan

disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, faktor petugas atau dokter yang lupa

merujuk pasien ke klinik sanitasi, dan jumlah pasien yang banyak. Hal ini dapat

lebih dioptimalkan dengan cara sosialisasi klinik sanitasi yang lebih gencar antar

lintas program dan pembiasaan dari petugas dalam merujuk pasien, serta dengan

membuat media informasi alur rujukan yang ditempel di balai pengobatan.

Dari data laporan akhir tahun Puskesmas Ambacang 2018 dan hasil

diskusi dengan pemegang program klinik sanitasi, belum ada klien yang datang

berkunjung ke klinik sanitasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya

sosialisasi tentang keberadaan klinik sanitasi. Informasi tentang keberadaan klinik

sanitasi di puskesmas baru dilakukan dengan menempel tulisan klinik sanitasi di

pintu masuk pojok ruang klinik sanitasi. Hal yang dapat dilakukan untuk memberi

tahu masyarakat tentang keberadaan klinik sanitasi adalah dengan menempel poster

yang berisi penjelasan tentang fungsi klinik sanitasi dan penyakit yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah

dengan sosilaisasi langsung ke masyarakat tentang program klinik sanitasi.

Klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang bertempat di sebuah ruang yang

digunakan bersama dengan pos penyakit tidak menular. Petugas klinik sanitasi

(sanitarian) terdiri dari dua orang. Sanitarian yang ada di Puskesmas Ambacang

memiliki latar belakang pendidikan cukup baik, terdiri dari sarjana sains terapan,

dan ahli madya kesehatan lingkungan. Dari hasil wawancara dengan pemegang

program klinik sanitasi, Sanitarian di Puskesmas Ambacang belum pernah

mendapat pelatihan tentang klinik sanitasi. Untuk menjalankan konseling di klinik

sanitasi, Puskesmas Ambacang sudah memiliki satu buah buku pedoman

kesehatan lingkungan, beberapa lembar balik berisi edukasi tentang perilaku sehat

dan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat mengabaikan perilaku hidup sehat

tersebut, sedangkan poster dan leaflet tentang kesehatan lingkungan yang menjadi

program klinik sanitasi dilaksanakan dengan kerjasama lintas program yaitu

program promosi kesehatan.

Kerjasama lintas program dilaksanakan melalui kegiatan lokakarya

bulanan Puskesmas. Kerjasama lintas sektor dilaksanakan pada kondisi yang

butuh penanganan lebih lanjut seperti pengadaan sarana dan prasarana kesehatan

lingkungan di masyarakat. Beberapa kerjasama yang pernah dilakukan adalah

program 1000 jamban dari Koramil dan program dana kotaku.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pelaksaaan Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang sudah berjalan

dengan cakupan pasien yang berkungjung belum meliputi semua kasus

penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang. Penyakit

terbanyak tahun 2018 adalah ISPA, diare, dan penyakit kulit. Klinik

sanitasi dikelola oleh dua orang sanitarian, dengan kegiatan diantaranya

konseling tentang kesehatan lingkungan dan kunjungan rumah untuk kasus

yang perlu inspeksi dan intervensi langsung ke lapangan.

2. Permasalahan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas

Ambacang tahun 2018 adalah angka kunjungan pasien klinik sanitasi tidak

sesuai dengan kunjungan pasien berobat ke puskesmas (berkaitan dengan

penyakit berbasis lingkungan), belum adanya klien yang datang ke klinik

sanitasi, kurangnya sosialisasi tentang keberadaan klinik sanitasi di

Puskesmas, serta keterbatasan transportasi sanitarian untuk melakukan

kunjungan rumah.

5.2 Saran

1. Meningkatkan kerjasama dengan petugas medis di balai pengobatan untuk

selalu merujuk pasien dengan penyakit berbasis lingkungan serta membuat

media informasi tentang alur pengobatan penyakit berbasis lingkungan.

2. Melakukan sosilalisasi kepada masyarakat tentang keberadaan klinik

sanitasi dan fungsinya

3. Pengadaan transportasi untuk melakukan kunjungan rumah berkala

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas.


Jakarta; 2001.
2. Jamarin V, Rasyid R, Rusjdi SR. Description of sanitation clinic
implementation in primary health care services in Bukittinggi. Jurnal
Kesehatan Ambacang 2016; 5(1): 154-157.
3. Sari E. Analisis sumberdaya organisasi dalam pelaksanaan program klinik
sanitasi puskesmas di kabupaten padang pariaman tahun 2012. http://
repository.unand.ac.id/20372/. Diakses Februari 2019.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan.
5. Oktalisa W. Gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada
masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang
Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2014 [skripsi].
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2014.
6. Achmadi UF. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta: Rajawali
Press; 2011.
7. Purnama GS. Penyakit berbasis lingkungan. Diktat kuliah ; 2017.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Standar pedoman
pelaksanaan klinik sanitasi untuk puskesmas Ditjen Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan.
9. Depkes RI. Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas. Jakarta; 2000.
10. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kota Padang
Tahun 2018.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


Case Report Session

Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang

Oleh:

Nur Aina Siddiq 1740312235

Preseptor:

Abdiana, SKM, M. Epid

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2019

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35

Anda mungkin juga menyukai