Anda di halaman 1dari 4

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Membahas masalah pendidikan merupakan permasalahan yang tidak pernah tuntas untuk
dibicarakan, karena ia menyangkut persoalan manusia. Ajaran Islam memiliki tiga fondasi
pokok yaitu akidah, syari'ah, dan akhlak. Akidah berkenaan dengan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan manusia dalam rangka menabdikan diri kepada Allah SWT. Sedangkan akhlak
adalah perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kesehariannya berkaitan dengan
hubungannya dengan Allha SWT, manusia atau makhluk lainnya.

Ketiga fondasi pokok itu berkaitangan antara satu dengan yang lain sehingga ia menjadi satu
kesatuan. Akidah tidak banyak artinya jika seseorang tidak menjalankan syari'ah, begitu
sebaliknya dan juga syari'ah tidak berarti jika ia tidak berakhlak. Akidah juga terkait erat
dengan akhlak. Dalam hadist Nabi dikatakan betapa eratnya kaitan antara akidah dengan
akhlak. Misalnya, Rasulullah SAW menyebutkan, "Bahwa siapa yang beriman kepada Allah
SWT dan hari akhirat adalah akidah, sedangkan berkata baik adalah akhlak. Syari'ah lebih
dikhususkan kepada ibadah, menjelaskan bahwa ibadah terkait erat dengan akhlak, misalnya
seluruh ibadah mahdhah telah ditetapkan Allah SWT ada kaitannya dengan akhlak. Dengan
demikian, Islam telah menempatkan kedudukan akhlak itu amat penting bagi kehidupan
manusia.

Generasi muda yang dimaksudkan disini yaitu identik dengan remaja. Remaja dibagi menjadi
tiga kategori Remaja awal (12-15), Remaja pertengahan (15-18), Remaja akhir (18-21).
Melihat kepada rentangan usia seperti ini maka jiwa mereka masih labil, mudah terpengaruh,
belum kuatnya landasan kepribadian. Dikarenakan itu pulalah sering mereka mudah terkena
pengaruh-pengaruh negatif.

Terdapat beberapa perubahan atau ciri – ciri yang terjadi selama masa remaja yaitu :

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama terutama hormon yang terjadi
pada mas remaja. Dari segi kondosi sosial, peningkatan emosional ini merupakan tanda awal
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak
tuntutan dan tekanan ng ditujukan pada masa remaja. Misalnya, mereka diharapkan tidak lagi
bertingkahlaku seperi anak – anak, mereka juga harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbebtuk seiring berjalannya waktu dan akan
nampak kelas pada remaja akhir yang duduk di wal awal masa kulia.

2.Perbahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja meras tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
perencanaan dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3.Perubaha dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama
masa remaja banyak hal – hal yang menarik bagi dirinya di bawa dari masa kanak- kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal itu juga dikerenak anadanya
tanggung jawab yang lebih besar di masa remaja, maka remaja diharapkan remaja untuk
dapat mengarahkan keterkaitan mereka pada hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi
dalam hubunga dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu
dari jenis kelamin yang sama, tetapi dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4.Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak – kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5.Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu
sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisilain mereka takut akan tanggung jawab
yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk
memikul tanggung jawab tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan generasi muda terjerembab dalam dekadensi moral. Faktor
yang dominan dalam hal ini ialah pengaruh rumah tangga, lingkungan, teman sebaya, serta
faktor-faktor negatif lainnya yang muncul di luar diri mereka.

Cara Mengatasi Hal-hal Negatif bagi Remaja

·Melakukan kegiatan yang positif

·Mengekpresikan potensi diri melelui kegiatan yang menunjang kehidupan yang akan datang.

·Bersosialisasi dengan orang yang lebih pintar baik itu dalam bidang sosial, akademik,
maupun dibidang yang lain.

·Selalu mendekatkan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk menjaga jangan sampai generasi muda terjerumus ke jurang dekadensi moral, maka
seluruh penanggung jawab pendidikan harus bertanggung jawab, seperti orang tua, guru, dan
tokoh masyarakat. Mereka mesti diberdayakan guna membentuk akhlak remaja.

Ajaran Islam banyak sekali memuat ajaran-ajran pembentukan akhlak mulia tersebut, karena
pembentukan akhlak mulia itu adalah merupakan misi Islam, sebagaimana bunyi hadis Nabi
SAW:

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia". Dan Rasulullah SAW
diutus untuk menjadi rahmat semesta alam. Keberadaan muslim di dunia pada dasarnya ialah
dilihat dari akhlaknya. Ketaatan beribadah saja tidak cukup, jika tidak diikuti dengan
kemuliaan akhlak.

Tantangan akhlak generasi muda dapat kita bagi pada dua bagian, pertama tantangan yang
bersifat intern, yaitu datang dari dalam diri remaja itu sendiri. Tantangan ini terkait dengan
pendidikan akhlak yang diterimanya itu lemah maka akan berpengaruhlah kepada pribadinya.
Lahirlah pribadi yang lemah akhlaknya. Karena lemah akhlak itu maka mudahlah
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang datang dari luar diri manusia.
Jalur yang ditempuh untuk meraih kedua hal tersebut ialah lewat pendidikan. Pendidikan itu
terbagi dalam tiga macam.

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada


umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2. Pendidikan nonformal

a. Pengertian

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.Pendidikan nonformal paling banyak terdapat
pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang
banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu,
ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.

b. Sasaran

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan


pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

c. Fungsi

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan


pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.

d. Jenis

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.

Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim,
sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.

3. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:

•Pendidikan dimulai dari keluarga

•Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal dimulai dari
keluarga

•Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.

•Anak harus dididik dari lahir

Dalam rangka membentuk generasi muda Islam yang berakhlakul karimah, beriman, berilmu,
beramal, tidak bisa lepas dari peranan pendidikan manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya
dalam konsep pendidikan di Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah: Manusia beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
memiliki kemampuan dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Agar tujuan pendidikan itubderhasil diraih oleh generasi muda bangsa Indonesia, maka
diprogramkanlah lewat jalur pendidikan informal, formal, dan nonformal dan pendidikan
tentang pengetahuan -pengetahuan agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai