Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering ( Dermawan,dkk.2010). Apendisitis akut
adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang membutuhkan pembedahan
darurat, dan mencakup pada setiap kelompok umur. Hipotesis penyebab paling umum
adalah adanya obstruksi lumen yang berlanjut kerusakan dinding apendiks dan
pembentukan abses.

Apendisitis dapat ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dengan risiko


menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8%. Insiden tertinggi dilaporkan
pada rentang usia 20-30 tahun. Kasus perforasi apendiks pada apendisitis akut
berkisar antara 20- 30% dan meningkat 32-72% pada usia lebih dari 60 tahun,
sedangkan pada anak kurang dari satu tahun kasus apendisitis jarang ditemukan.

Di dalam makalah ini kami akan membahasa seputar gangguan pencernaan


pada apendiks atau biasa dikenal dengan apendisitis yang meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan serta asuhan
keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Konsep Dasar

a) Apa definisi apendisitis?

b) Bagaiaman etiologi Apendisitis?

c) Bagaimana tanda dan gejala apendistis?

d) Bagaimana patofisiologi Apendisitis?


e) Bagaimana manifestasi klinis Apendisitis?

f) Bagaimana penatalaksanaan Apendisitis?

2. Konsep Keperawatan

a) Bagaimana tahap pengkajian apendisitis?

b) Bagaimana tahap diagnosa apendisitis ?

c) Bagaimana tahap intervensi apendisitis?

d) Bagaimana tahap Implementasi apendisitis?

e) Bagaimana tahap evaluasi apendisitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dasar dari apendisitis

2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari apendistis.


BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi Apendicitis

Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih


sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah illika kanan, di
bawah katup iliocaecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.
(Dermawan,dkk.2010)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(Appendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, namun bila terjadi infeksi yang bertambah parah, usus
buntu ini bisa pecah dan memerlukan laparotomi dengan peyingkiran umbai cacing
yang terinfeksi. (Nuari,2015)

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yaitu :

1. Apendisitis Akut :

a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh timbul


stiktur lokal

b. Apendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

2. Apendisitis Kronis

a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul struktur
lokal.

b. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan


pada usia tua.
B. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit appendik antara lain : (Dermawan,dkk. 2010)

1. Inflamasi akut pada Appendik dan edema.

2. Ulserasi pada mukosa

3. Obstruksi pada colon oleh fecalit ( Faeses yang keras )

4. Pemberian barium

5. Berbagai macam penyakit cacing ( cacing pita, cacing kermi, cacing tambang,
kalkuli)

6. Tumor atau benda asing seperti biji buah-buahan.

7. Striktur karena fibrosis pada dinding usus.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita apendisitis antara lain :
(Dermawan,dkk.2010)

1. Nyeri pada kuadran kanan bawah (Lokal pada titik mc burney) dengan nyeri
tekan lepas.

2. Demam ringan

3. Mual muntah

4. Anoreksia

5. Spasme otot abdomen- tungkai sulit untuk diluruskan.

6. Konstipasi atau diare.


D. Patofisiologi

Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum. Peradangan


pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau obstruksi lumen
(biasanya oleh fecalit/fases yang keras). Penyebab utama apendisitis adalah obstruksi
penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak, adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing
seperti cacing, striktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya keganasan (Karsinoma karsinoid). (Dermawan,dkk.2010).

Obstruksi apendiks itu menyebabkan muks yang diproduksi mukosa


terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena
itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umbilikus. (Dermawan,dkk.2010).

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritonium parietal setempat, sehingga menimbulkan
rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
(Junaidi : 1982 dalam Dermawan,dkk.2010).

E. Manifestasi Klinis Apendisitis

Apendisitis memiliki gejala yang khas yang terdiri dari : (Corwin, 2007 dalam
Nuari, 2015).

a. Mual, muntah dan nyeri hebat di perut kanan bagian bawah.

b. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau disekitar
pusar, lalu timbul mual dan muntah.
c. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah.

d. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam.

e. Demam bisa mencapai 37,8- 38,8 ℃

f. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh disemua bagian


perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ii nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa.

g. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat.

h. infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

i. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri

F. Penatalaksanaan

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.


Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik
laparoskopik, apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri
pascabedah lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka
yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen
dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosis dan
terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita. (Nurarif,2015)
PATHWAY
Invasi dan Multiplikasi HIPERTERMI Febris

Peradangan pada jaringan Kerusakan kontrol suhu


APPENDICITIS terhadap inflamasi

Operasi Secresi mucus berlebih


pada lumen apendik

Luka insisi ANSIETAS

ncisi
Kerusakan Jaringan Pintu masuk kuman

Ujung saraf terputus RESIKO INFEKSI

Pelepasan prostaglandin KERUSAKAN INTEGRITAS


JARINGAN

Stimulus dihantarkan
Spasme dinding apendik Tekanan intraluminal lebih
dari tekanan vena
Spinal Cord
NYERI
Hipoxia jaringan apendic
Cortex cerebri
Nyeri di persepsikan
Ulcerasi

Perforasi

RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI GASTROINTESTINAL
Akumulasi Sekret
Anestesi Reflek batuk

Peristaltik usus Depresi sistem KETIDAKEFEKTIFAN


Respirasi BERSIHAN JALAN NAFAS

Distensi abdomen Anorexia

GANGGUAN RASA Mual & Muntah KETIDAKSEIMBANGAN


NYAMAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH

RISIKO KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN ( TEORI )

A. Pengkajian appendicitis

1. Wawancara

Pengkajian menurut Wong(2003), antara lain : (Nuari,2015)

a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar


keperut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium di rasakan
dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri di rasakan terus menerus,
dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang
menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual ,dan muntah, panas.
b. Riwat kesehatan masalah lalu biasanya berhubungan masalah. Kesehatan
klien sekarang di tanyakan kepada orang tua .
c. Diet, kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi .

2. Pemeriksaan fisik :

a. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan /sedang/berat.


b. Sirkulasi: Takikardia.
c. Respirasi : Takipnoe, pernafasan dangkal.
d. Aktivitas /istrahat: Malaise.
e. Eliminasi : Konstipasi pada awal, diare kadang kadang
f. Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kelakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
g. Nyeri /kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc.burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi eksistensi kaki kanan/ posisi duduk tegak.
h. Demam lebih dari 38◦c
i. Data psikologisklien Nampak gelisah
j. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan
k. Pada pemeriksaan rectal toucherakan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi
l. Berat badan sebagai indicator untuk rnentukan pemberian obat .

3. Pemeriksaan penunjang

a. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan


mungkin terlihat “ilealataucaecal ileus “ (gambaran garis permukaan cairan
udah di sekumatau ileum )
b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate
c. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal
d. Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil
e. Pada anema barium apendiks tidak terisi
f. Ultrasound : fekalit non kalsifikasi, apendiks non perforasi, absesa pendiks.
g. Pemeriksaan radiologi : ( Nurarif, 2015 )
- Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit
- Ultrasonografi (USG). CT Scan
- Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen, dan
apendikogram.
h. Pemeriksan laboratorium ( Nurarif, 2015 )
Kenaikan sel darah putih (Leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. Jika
terjadi peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi ( Pecah)
B. Diagnosa keperawatan appendicitis

a. Hipertermi b.d respon system dari imflamasi gastrointestinal


b. Nyeri b.d respon inflamasi appendicitis, kerusakan jaringan lunak pasca
bedah
c. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurangnya
asupan makanan yang adekuat
d. Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entry kuman pasca bedah
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
C. Intervensi keperawatan appendicitis

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut b.d Dalam waktu 3x24 jam terjadi 1. Kaji nyeri dengan
iritasi saluran penurunan skala nyeri. PQRST.
gastrointestinal Kriterial hasil : 2. Kaji kemampuan klien
 Skla nyeri berkurang. mengontrol nyeri .
 Tidak bengkak dan 3. Lakukan manajemen
hipertermi nyeri :
 TTV dalam batas normal  Istrahatkan pasien
 Ajarkan teknik
relaksasi pernapasan
pada saat nyeri
muncul
 Ajarkan teknik
distraksi saat nyeri
timbul
4. Kolaborasi dengan
dokter: pemberian
analgesik
2. Resiko ketidak Dalamwaktu 3x24 jam nafsu 1. Kaji status nutrisi
seimbangan nutrisi makan timbul kembali dan pasien
kurang dari status nutrisi terpenuhi. 2. Berinutrisi dalam
kebutuhan b.d Criteria hasil : keadaan lunak, porsi
anoreksia,  Status nutrisi terpenuhi sedikit tapi sering
penurunan intake  Nafsu makan klien timbul 3. Pantau berat badan
makanan, mual kembali tiap hari
dan muntah .  Berat badan normal 4. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
nutrisi
5. Kolaborasi dengan
medis: pemakaian
penghambat H2
(seperti cimetidine/
ranitidi )

3. Intoleransi Dalam waktu 3x24 jam klien 1. Observasi TTV


aktivitas b.d menunjukan perbaikan 2. Tingkat aktivitas
kelelahan umum terhadap aktifitas. sesuai toleransi
Criteria hasil : 3. Pertahankan tirah
 Mengeksresikan baring, ciptakan
pemahaman tentang lingkungan yang
pentingnya perubahan nyaman.
tingkat aktifitas
 Meningkatkan aktivitas yang
di lakukan sesuai dengan
perkembangan kekuatan otot
D. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang di lakukan meliputi tindakan mandiri dan


kolaborasi perawat.
E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan pada pasien dengan appendicitis meliputi evaluasi/


catatan perkembangan yang dialami oleh pasien setelah di berikan implementasi
keperawatan.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)

Kasus

Tn.A usia 40 tahun dirawat di ruang melati RS. Kota Kendari dengan diagnosa
post op.Apendistis 1 hari yang lalu. Ketika dikaji Tn.A mengatakan nyeri dibagian
bekas operasi dengan skala 6 ketika bergerak dan nyerinya hilang timbul. Hasil
pengkajian tekanan darah : 120/80 mmHg, Frekuensi nadi : 100x/menit, frekuensi
napas : 20x/Menit, Suhu : 37,6℃. Tampak merah pada daerah sekitar bekas operasi
Tn.A.

A. Pengkajian

Analisa data

Symtom Etiologi Problem


Ds : Operasi Nyeri Akut
- Pengkajian Nyeri
P : Post Op. Apendisitis Luka insisi
Q : Nyeri hilang timbul
R : Bagian bekas Kerusakan Jaringan
operasi
S : Skala 6 Ujung saraf terputus
T : Ketika Bergerak
Do : Pelepasan prostaglandin
- TTV : TD 120/80
mmHg, N 100X/mnt, Stimulus dihantarkan
RR 20x/mnt, S 37,6℃
Nyeri di persipsakan
DS : Operasi Risiko infeksi
- Mengatakan nyeri pada area
bagian bekas operasi Luka insisi pembedahan
DO :
- TTV : TD 120/80 Pintu masuk kuman
mmHg, N 100X/mnt,
RR 20x/mnt, S 37,6℃
- Tampak merah pada
daerah sekitar bekas
operasi

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera biologi ditandai dengan :

Ds : Pengkajian Nyeri ( P : Post Op. Apendisitis, Q : Nyeri hilang timbul, R :


Bagian bekas operasi, S : Skala 6, T : Ketika Bergerak )
Do : TTV : TD 120/80 mmHg, N 100X/mnt, RR 20x/mnt, S 37,6℃

2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan post operasi ditandai dengan:

Ds : Mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi


Do : TTV : TD 120/80 mmHg, N 100X/mnt, RR 20x/mnt, S 37,6℃. Tampak merah
pada daerah sekitar bekas operasi
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTRVENI(NIC)

Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri :


berhubungan keperawatan selama 2 X 24 jam a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan Agens diharapakan nyeri dapat teratasi komperensif yang meliputi
cedera biologi dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, onset/
1. KontrolNyeri durasi, frekuensi, kualitas,
indikator awal Target
intensitas, atau beratnya nyeri
Melaporkan 2 4
nyeri yang dan factor pencetus
terkontrol b. Gunakan tindakan pengontrol
nyeri sebelum nyeri bertambah
2. Tingkat Nyeri
indikator awal Target berat.
Melaporkan 2 4
c. Ajarkan prinsip- prinsip
keparahaan
Nyeri yang manajemen nyeri.
berkurang
d. Evaluasi bersama pasien dan tim
atau
terkontrol. kesehatan lainnya,
PemberianAnalgesik
a. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis dan
frekuensi obat analgesic yang
diberikan.
b. Cek adanya alergi obat.
c. Tentukan pilihan obat analgesic
( Narkotika, non narkotika, atau
NSAID), berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri.
d. Evaluasi keefektifan analgesic
dengan internal yang teratur
pada setiap setelah pemberian
khususnya setelah pemberian
pertama kali, juga observasi
adanya tanda dan gejala efek
samping (mis : depresi
pernafasan, mual dan muntah,
mulut kering dan konstipasi)
e. Dokumentasikan respon
terhadap analgesic dan adanya
efek samping.
Risiko infeksi area Setelah dilakukan asuhan Perlindungan Infeksi
pembedahan keperawatan selama 2 X 24 jam a. Periksa kulit dan selaput lendir
berhubungan diharapakan tidak terjadi risiko untuk adanya kemerahan,
dengan post operasi infeksi pada area pembedahan kehangatan ekstrim atau drainase.
dengan kriteria hasil : b. Periksa kondisi sayatan bedah.
1. Nyeri c. Tingkatkan asupan nutrisi yang
indikator awal Target cukup.
Melaporkan 2 4 d. Ajarkan pasien dan keluarga
nyeri yang
teratasi pasien mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
2. Penyembuhan luka melaporkannya kepada pemberi
indikator awal Target layanan kesehatan.
Melaporkan 2 4 e. Ajarkan pasien dan keluarga
penyembuhan
luka bagaiman cara menghindari
pembedahan infeksi.
yang efektif
Perawatan luka
a. Monitor karakteristik luka,
termasuk drainase, warna,
ukuran, dan bau.
b. Berikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka.
c. Pertahankan teknik balutan steril
ketika melakukan perawatan luka
dengan tepat.
d. Periksa luka setiap kali
perubahan balutan.
e. Anjurkan pasien atau anggota
keluarga pada prosedur
perawatan luka.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Deden, Rahayuningsih Tutik. 2010 KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH (SISTEM PENCERNAAN) Penerbit Gosyen Publishing :
Yogyakarta
Herdman, T.Heather. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan
:DefinisidanKlasifikasi 2018-2020, Ed.11 Penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.
Nuari Nian Afrian. 2015 “ Buku ajar Asuhan Keperawatan pada gangguan
sistem Gastrointestinal” CV. Trans Info Media : Jakarta Timur
NurjanahIntansari, TumanggorRoxsana Devi 2013 Nursing Interventions
Classification (NIC) Mocomedia : Indonesia
NurjanahIntansari, TumanggorRoxsana Devi 2013 Pengukuran Outcomes
Kesehatan (NOC) Mocomedia : Indonesia
Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2015 “ Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1“Mediaction
Publishing Jogjakarta : Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai