Anda di halaman 1dari 10

ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA

“SINDROM GANGGUAN PERNAPASAN”

Dosen mata kuliah : Ibu Aspia Lamana, SKM, MPH.

OLEH :

Nama : Ayu Safitri

Nim : PO7124117004

Kelas : II A

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN AJARAN 2018/2019
A. Pengertian
Ganggugan napas pada bayi baru lahir adalah keadaan bayi yang sebelumnya
normal atau bayi dengan asfiksia yang telah menjalani resusitasi dan berhasil,
tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas, dengan masalah
sebgaia berikut.
1. Frekuensi napas bayi lebih dari 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu
atau lebih tanda tambahan gangguan napas.
2. Frekuensi napas bayi kurang dari 40 kali/menit.
3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).
4. Bayi Apnea (napas berhenti lebih dari 20 menit). Apnea merupakan salah
satu tanda bahaya atau “Danger Sign” yang harus segera ditangani di
mana pun bayi baru lahir tersebut berada (Depkes RI, 2008).

Sindrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang terdiri dari


dyspnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60
kali/menit, sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan
dan inspirasi. Sindrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang
terdiri dari dispnea atau hiperkapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari
60 kali/menit, sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan otot-otot
pernapasan pada inspirasi. RDS sering ditemukan pada bayi prematur.
Insidens berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya
semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi kejadian RDS pada bayi
tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin rendah pula
kejadian RDS atau sindrome gangguan napas

B. Etiologi
Gangguan napas dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi penanganan awal
kegawadaruratannya merupakan hal yang sangat penting.
Jenis penyebab gangguan napas.

1. Obstruksi saluran pernapasan bagian atas (atresia esophagus, atresia koana


bilateral)
2. Kelainan parenkim paru (penyakit membrane hialin, perdarahan paru-
paru)

3. Kelainan di luar paru (pneumotoraks, hernia diafragmatika)

Terjadi RDS (Respiratory Distress Syndrome) dapat disebabkan pula akibat


adanya cedera secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect).
Secara langsung, cedera terjadi langsung mengenai area paru-paru. Sedangkan
secara tidak langsung cedera terjadi ditempat lain ditubuh dan medioator
kimia yang dikeluarkan selama cedera masuk melalui aliran darah keparu-
paru. Secara indirect sepsis merupakan faktor resiko yang paling tinggi,
mikroorganisme dan produknya ( terutama endotoksin ) bersifat sangat toksik
terhadap parenkim paru dan merupakan faktor resiko terbesar kejadian RDS,
insiden sepsis menyebabkan RDS berkisar antara 30-50%. Secara direct
aspirasi dapat menyebabkan terjadinya RDS. Aspirasi cairan lambung
menduduki tempat kedua sebagai faktor risiko RDS (30%). Aspirasi cairan
lambung dengan pH yang tinggi dapat menyerang langsung epitel pada paru.

C. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap speenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor
kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut
disebebkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa
udara fungsional kapasitas residu fungsional (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Surfaktan sendiri merupakan kompleks lipoprotein yang terdiri dari fosfolipid
seperti lesitin, fosfatidil, gliserol, kolesterol, dan apoprotein (protein surfaktan
PS A, B, C, D) yang disintesis oleh sel epithelial alveolar tipe II yang semakin
banyak jumlahya seiring dengan umur kehamilan yang bertambah.
Komponen-komponen ini selanjutnya disimpan di dalam sel alveolar tipe II
yang akan dilepaskan ke dalam alveoli untuk mengurangi tegangan
permukaan dan mencegah kolaps paru sehingga membantu mempertahankan
statibilitas alveolar.
Bila sarfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap
mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan
parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan
berikuntnya dibutuhkan tekanan intratoraks yang lebih besar dengan sertai
usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali bernaaps menjadi sukar
seperti saat pertama kali bernaapas (saat kelahiran). Sebagai akibat janin lebih
anyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini dari pada yang ia
terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatkan kelelahan,
bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan
mempertahaknkan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelaktasis.
Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmomary
vascular resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal.
Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan
aliran darah pulmonal. Disamping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan
pembalikan parsial sirkulasi darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri
melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
Kolaps baru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventialsi pulmonal
yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksin
vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme anareobik.
RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah penyakit yang dapat sembuh
sendiri dan mengikuti masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam) dan jika tidak
ada kompliaksi paru akan membaik salam 72 jam. Proses perbaikan ini,
terutama dikaitkan dengan meningkatkan produksi dan ketersediaan materi
surfaktan.

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan sering diosertai dengan
riwayat asfiksia pada waktu lahir atau gawat janin pada akhir kehamilan.
Adapun tanda dan gejalanya adalah :
1. Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
2. Pernapasana cepat/hiperapnea atau dyspnea dengan frekuensi pernapasan
lebih dari 60 kali/menit
3. Retraksi intercostal, epigastrium atau suprasternal pada inspirasi
4. Sianosis
5. Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada saat ekspirasi
6. Takikardi yaitu nadi 170 kali/menit
E. Penatalaksanaan
Bidan sebagai tenaga medis di lini terdepan diharapkan peka terhadap
pertolongan persalinan sehingga dapat mencapai well born baby dan well
health motheryang dapat dilakukan melalui tindakan diantaranya ;
1. Melakukan pengawasan se;ama hamil
Resiko terjadinya sindrom gawat pernafasan bisa dikurang jika persalinan
bisa ditunda sampai paru-paru bayi telah mampu menghasilkan surfaktan
dalam jumlah yang memadai. Obat obatan golongan tokolitik dapat
diberikan untuk menekan kontraksi uterus. Jika kemungkinan akan terjadi
persalinan prematur, maka dilakukan amniosentesis untuk mengetahui
kadar surfaktan (pengukuran resiko lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan
mature lung function). Jika diperkirakan bahwa paru-paru bayi belum
matang dan persalinan tidak dapat ditunda, maka diberikan kortikosteroid
kepada ibu minimal 24 jam sebelum waktu perkiraan persalinan.
Kortikosteroid akan melewati plasenta dan merangsang pembentukan
surfaktan oleh paru-paru janin.
2. Melakuakn perawatan ibu dan janin baru lahir
Setelah persalinan, kepada bayi yangmenderita sindroma ringan hanya
perlu diberikan oksigen. Pada sindrome yang lebih berat mungkin perlu
didukung oleh ventilator dan obat surfaktan. Obat surfaktan sangat
menyerupai surfaktan yang asli dan dapat diteteskan langsung kedalam
trakea bayi melalui suatu selang. Obat ini biasa memperbaiki angka
kelangsungan hidup bayi dengan cara mengurangi beratnya sindroma dan
resiko terjadinya kompliaksi. Pengobatan bisa dilanjutkan selama
beberapa hari sampai bayi mulai menghasilkan surfaktan sendiri.
Berdasarkan kriteria nilai APGAR maka perawat dapat melakukan penilaian
untuk mengambil tindakan yang tepat diantaranya melakukan rujukan medik
sehingga keselamatan bayi dapat ditingkatkan. Penatalaksanaan RDS atau
sindrom gangguan napas adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan jalan napas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa
steril
2. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kaki
hangat
3. Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernafas dengan
optimal
4. Apabila terjadi apneu lakukan nafas buatan dari mulut ke mulut
(menggunakan mouth barrier)
5. Longgarkan pakaian bayi
6. Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk kerumah sakit
7. Bayi rujuk segera kerumah sakit

F. Gambar
G. Pendokumentasian
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BY “Z”
UMUR 5 HARI DENGAN SINDROMA GANGGUAN PERNAPASAN

SUBYEKTIF (S) :
1. Identitas/biodata
Nama anak : By. Z Nama ibu : Ny. R
Jenis kelamin : laki-laki Umur ibu : 24 tahun
Tanggal lahir : 22 November 2018 Suku : Bugis
Alamat : Jl. Kembang Agama : Islam
Pekerjaan : Honorer
2. Status anak
Anak kandung
3. Riwayat postnatal
1 kali

a. Penyakit
1. Perdarahan : tidak ada
2. Pre eklamsia : ya
3. Eklamsi : ya
4. Penyakitm kelamin : tidak ada
b. Tatalaksana hidup sehat
1. Makanan : ibu mengatakan makan nasi, lauk pauk,
sayur, dan buah
2. Obat-obatan : ibu mengatakan tidak pernah minum
obat-obatan
3. Jamu : ibu mengatakan tidak pernah minum
jamu
4. Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok
OBYEKTIF (O) :
1. Riwayat persalinan sekarang :
a. Jenis persalinan : normal
b. Ditolong oleh : bidan
c. Lama persalinan : 20 jam
d. Ketuban pecah : ketuban pecah dini, spontan, jernih, dan
tidak berbau
e. Komplikasi persalinan :
 Ibu : tidak ada
 Bayi : tidak ada
2. Resusitasi
a. Penghisap lendir : ya
b. Ambu : tidak ada
c. Masase jantung : tidak ada
d. Oksigen : ya
e. Therapy : ya
3. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran : somnolen
b. Nadi : 60 kali/menit
c. Pernapasan : 20 kali/menit
d. Suhu : 35,5⁰C
4. Eliminasi
a. Miksi : bayi sudah kencing
b. BAB : bayi sudah BAB
ANALISA (A) :
Bayi Z berumur 14 hari dengan sindrom gangguan pernapasan, bayi
nampak kebiruan.
PENATALAKSANAAN (P) :
1. Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dan
kasa steril
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan
kain
3. Mengatur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernapas
dengan leluasa
4. Melonggarkan pakaian bayi
5. Memberikan lingkungan yang optimal
6. Memberikan oksigen
7. Memberikan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder
8. Pemberian surfaktan oksigen

SOAP
S : Data subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya bernapas dengan cepat
2. Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 22 November 2018
3. Ibu mengatakan bayinya rewel
O : Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
KU : bayi nampak kebiruan
Nadi : 60 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 35,5⁰C

B. Resusitasi
Penghisap lendir : ya
Ambu : tidak ada
Masase jantung : tidak ada
Oksigen : ya
Therapy : ya
A : Analisa
Bayi Z berumur 5 hari dengan sindrom gangguan pernapasan, bayi
nampak kebiruan.
P : Penatalaksanaan
1. Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dan
kasa steril.
Ibu mengerti dan memahami
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan
kain
Ibu mengerti danmelakukannya
3. Mengatur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernapas
dengan leluasa.
Ibu mengerti dan memahaminya.
4. Melonggarkan pakaian bayi
Ibu memahami dan melakukannya.
5. Memberikan lingkungan yang optimal
Ibu mengerti dan memahaminya.
6. Memberikan oksigen
7. Memberikan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder
Daftra Pustaka
Tando Marie Naomy. 2016. ASUHAN KEBIDANAN : NEONATUS, BAYI, &
ANAK BALITA. Jakarta : EGC
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Buku
kedokteran EGC
Wahyuni Sari. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta ; Buku
kedoktera EGC.
https://WWW.scrib.com/document/329748680/SINDROM-GANGGUAN-
PERNAPASAN

Anda mungkin juga menyukai