Anda di halaman 1dari 41

BIOMASSA DI JERMAN

MAKALAH BIOMASSA

Disusun oleh :

Kelompok II

Apriansyah (061440411697)

Muhammad Arifin (061440411705)

KELAS : 5-EGC

Dosen Pembimbing : Zurohaina, S.T., M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2016

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Biomassa di Jerman” ini dengan baik, serta tepat pada waktunya dalam
memenuhi penugasan yang telah diberikan dalam mata kuliah.
Dengan dibuatnya karya ilmiah ini, diharapkan pembaca dapat lebih
memahami biomassa sebagai sumber energi terbarukan yang sangat bermanfaat
untuk masa depan. Karena seperti kita tahu, selain kaya akan sumber daya mineral
jerman juga kaya akan sumber daya alam terbarukan terutama hasil hutannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih dari kata
sempurna dan membutuhkan banyak koreksi. Maka dari itu, saran dan kritik akan
kami terima dengan baik sebagai bekal untuk memperbaiki di hari esok.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat, apabila ada kurang
lebihnya kami minta maaf sebesar-besarnya.

Palembang, 30 September 2016

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar …..………………………………………………………………i

Daftar Isi ………………………………………………………………………….ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..1

1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………………..1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Biomassa ……………..………………………...……………………...……...2

2.1.1. Teknologi Konversi Biomassa Menjadi Energi …………………………..3

2.1.2 Pengembangan Energi Biomassa …………………………………………5

2.2 Perkembangan Biomassa Di Jerman ……………………………………..…...7

2.2.1.Bio Energy ………………………………………………………………....7

2.2.2. Minyak Lobak ……………………………………………………………..13

2.2.3. BTL Bahan Bakar ......................................................................................15

2.2.4. Bahan Bakar Ganggang(Biofuel Alga) ......................................................21

2.2.4.1. Bahan Bakar …….................................................................................22

2.2.4.2. Keuntungan Biofuel dari Alga dan Fasilitas Produksi di Jerman …….26

2.2.4.3. Proses Pembuatan Biodiesel Dari Mikro Alga ………………………..28

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….31

3.2 Saran …………………………………………………………………………...31

Daftar Pustaka …………………………………………………………………......32

ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Pengembangan sumber energi dapat diperbaharui, termasuk biomassa,
merupakan fundamental bagi kesinambungan ketersediaan energi masa depan.
Biomassa dapat memainkan peranan penting sebagai sumber energi yang dapat
diperbaharui, yang berfungsi sebagai penyedia sumber karbon untuk energi, yang
dengan menggunakan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menjaga
emisi pada tingkat yang rendah. Di samping itu, penggunaan energi biomassa pun
dapat mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan tata
air. Secara general, keragaman sumber biomassa dan sifatnya yang dapat
diperbaharui dapat berperan sebagai pengaman energi di masa mendatang
sekaligus berperan dalam keanekaragaman hayati.
Biomassa dapat digunakan untuk menyediakan berbagai vektor energi, baik
panas, listrik atau bahan bakar kendaraan. Namun demikian, energi biomassa
dapat berasal dari berbagai sumber daya dan mungkin juga rute konversi yang
beragam, sehingga dapat menimbulkan pemahaman yang kompleks dalam
implikasinya. Sejumlah isu memerlukan klarifikasi dalam rangka memahami
potensi biomass sebagai sumber energi yang berkesinambungan: mengenai
sumber daya dan ketersediaannya, aspek logistik, biaya-biaya rantai bahan baker,
dan dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain juga timbul pertanyaan berapa
kuantitas residu yang dapat digunakan dari suatu sumber biomassa, dimana dan
bagaimana harus dikembangkan, apa dan bagaimana kebutuhan infrastruktur
harus dipenuhi, kesemuanya memerlukan pertimbangan yang seksama.

1.2 Identifikasi masalah


Melihat dari latar belakang yang ada, maka menarik beberapa masalah
berdasarkan :
a) Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan digantikan dengan
biomassa
b) Potensi dan pengembangan biomassa di negara jerman

ii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biomassa

Potensi biomassa dapat digunakan sebagai sumber energi jumlahnya


sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya
potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan
limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti
bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga
keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan
karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan
terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena
seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya.
Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena
penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di
daerah perkotaan.
Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan
memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang
diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara
teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran
lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis. Kelebihan udara
dari jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air yang umumnya dinyatakan
dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah
udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu adalah rasio udara-bahan
bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan
jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut sebagai pembakaran sempurna.
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan
teknologi untuk mengkonversinya.

ii
Terdapat beberapa teknologi untuk konversi biomassa yang tentu saja
membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi
biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.
Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan
konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling
sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar.
Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk
kepraktisan dalam penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi
yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam
menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi
konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.

2.1.1 Teknologi Konversi Biomassa Menjadi Energi

Semua material organik mempunyai potensi untuk dikonversi menjadi


energi. Biomassa dapat secara langsung dibakar atau dikonversi menjadi bahan
padatan, cair atau gas untuk menghasilkan panas dan listrik (Gambar 1). Beberapa
pilihan teknologi konversinya adalah sebagai berikut:

ii
 Konversi biomassa pada ketel uap modern
Biomassa dibakar pada ketel uap modern untuk menghasilkan panas,
listrik atau kombinasi panas dan tenaga. Sistem ini secara komersial telah banyak
digunakan di Amerika Serikat, Australia, Finlandia dan German, walaupun secara
tipikal hanya menghasilkan 20% energi jika dibandingkan dengan bahan bakar
fosil.

 Proses anaerobik
Merupakan proses biologi yang konversi biomass baik padatan maupun
cair menjadi gas tanpa oksigen. Gas yang dihasilkan didominasi methane dan
CO2. Hasil ikutan berupa kompos dan pupuk untuk pertanian dan kehutanan.
Teknologi ini telah dikembangkan secara komersial di Europa dan Amerika utara.

ii
 Gasifikasi Biomassa
Gasifikasi merupakan konversi dengan menggunakan parsial oksidasi pada
suhu karbonisasi sehingga menghasilkan bahan bakar gas dengan level panas
berkisar antara 0,1-0,5 dari gas alam, tergantung proses gasifikasi yang
digunakan. Konversi ini lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan
dengan pembakaran langsung, bersih, dan efisien dalam pengoperasian. Produk
dari gasifikasi ini dapat juga di-reform untuk menghasilkan methanol dan
hydrogen. Teknologi ini sedang dalam awal komersial.
 Pyrolisis Biomassa
Pyrolysis merupakan pendegradasian panas pada biomassa tanpa oksigen,
untuk menghilangkan komponen volatile pada karbon. Hasil dari proses ini selalu
dalam bentuk gas, dan hasil penguapannya dapat menghasilkan bahan bakar cair
dan padatan sisa. Bahan bakar cair ini dapat menghasilkan panas dan listrik
apabila dibakar dalam ketel uap, mesin atau turbin. Produk lain dari proses
pyrolysis ini adalah berupa arang dan bahan kimia. Teknologi konversi pyrolysis
biomassa ini telah demonstrasikan di Europa selama 3 tahun, dari tahun 2002 -
2005.
 Pembuatan Arang
Penyiapan lahan baik pertanian maupun HTI (Hutan Tanaman Industri)
seringkali dengan cara pembakaran, selain beresiko kebakaran dan gangguan
pernafasan, cara inipun dapat menstimulus pemanasan global akibat peningkatan
konsentrasi CO2 di atmosfer. Dengan mengkonversinya menjadi arang tentunya
dapat meminimalkan emisi, pun menambah penghasilan masyarakat. Selain
digunakan sebagai sumber panas, arang pun dapat digunakan sebagai kondisioner
tanah untuk mempercepat terjadinya simbiotik antara akar dengan mikoriza, yang
berkontribusi pada percepatan pertumbuhan tanaman dan penyerapan emisi CO2
di atmosfir.

2.1.2 Pengembangan Energi Biomassa.


Penggunaan bahan bakar biomassa atau kayu sebagai bahan pensubstitusi
bahan bakar fosil merupakan salah satu peranan penting hutan. FAO

ii
mengestimasi bahwa penggunaan biomassa di negara berkembang berkontribusi
sekitar 15% dari total biaya energi yang diperlukan.
Pada tahun 2000, sekitar 18,4 GW energi biomassa telah diinstalasi di
negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and
Development), yang terdiri dari negara-negara di Amerika Utara, Europa dan
Pasifik. Amerika Serikat mendominasi 7.4 GW, salah satunya dikembangkan di
Wisconsin oleh Northern States Power Co. dengan kapasitas 75 MW.
Pengembangan energi dari biomassa perlu didukung teknologi konversi
yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
a. Pasar yang kompetitif perlu diciptakan sehingga residu biomassa dari
kehutanan dapat dimanfaatkan optimal, tanpa berefek negatif pada
keberlanjutan eksploitasi.
b. Pengembangan bioenergi dari biomassa harus diintegrasikan dengan
kebijakan terkait dari sektor energi, lingkungan, pertanian, dan kehutanan,
sehingga terjadi insentif yang merangsang pertumbuhan dari semua sektor
yang diintegrasikan.
c. Kebijakan yang dibuat harus berjangka panjang untuk merangsang
investasi, dan pemerintah harus menetapkan target dan ukuran kebijakan
yang menguntungkan semua pihak.
d. Kontinuitas penelitian, pengembangan, desiminasi, dan demonstrasi
terhadap tipe/jenis biomassa, manajemen, serta teknologi konversinya,
sehingga efektif dan efisien secara ekonomi dan ramah lingkungan dari
sisi ekologi.
Disamping iklim usaha yang kompetitif, pengembangan energi dari
biomassa yang berkesinambungan secara ekonomi, lingkungan dan sosial, harus
pula memperhatikan beberapa kriteria berikut:
a. Biomassa yang digunakan harus berasal dari sumber yang dapat
diperbaharui yang dikelola dengan manajemen yang berkelanjutan.
b. Biaya-biaya proses harus dijaga rendah untuk memastikan efisiensi
ekonomi.
c. Bahan input lain yang dipergunakan dalam rantai teknologi konversi yang
berasal dari sumber yang tidak dapat diperbaharui harus tetap rendah

ii
untuk menekan tingkat emisinya dan dengan tetap menggunakan teknologi
konversi terbaik.
d. Rancangan pengembangan bioenergi harus bermanfaat bagi pembangunan
masyarakat secara luas.

2.2 Perkembangan biomassa di jerman


2.2.1 Bio energy
Bioenergi sudah memberikan kontribusi pangsa terbesar dari pasokan
energi terbarukan, merupakan sumber penting untuk pertanian, kehutanan dan
daerah pedesaan secara keseluruhan.Bioenergi dapat mengurangi emisi gas rumah
kaca.

100 kota sudah mengandalkan terutama pada energi terbarukan. The FNR
memiliki "Panduan desa bioenergi" diterbitkan Sumber: FNR

Biomassa dapat berupa padat, cair atau bahan bakar gas yang
tersedia. biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan panas dan listrik serta
bahan bakar pengganti. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif
dan menggantikan bahan bakar fosil di banyak daerah. Selain itu, pasokan energi
mereka tidak tergantung pada fluktuasi pada hari atau tahun sumber angin dan
matahari.
Bioenergi dapat meningkatkan penggunaan daerah pertanian dan
kehutanan sehingga mempengaruhi struktur ekonomi negara di daerah
pedesaan. bioenergi individu sedang dikritik karena produksi pangan khususnya

ii
produksi biogas dibuat regional bertanggung jawab untuk budidaya yang amat
tinggi. Bioenergi ini dapat diperoleh tidak hanya dari bahan baku terbarukan,
tetapi juga dari residu biogenik dan limbah. aliran ini tersedia di seluruh dunia
dalam jumlah besar.Potensi yang belum dimanfaatkan untuk digunakan dalam
waktu yang akan datang
Kontribusi energi terbarukan dalam konsumsi energi primer pada tahun
2014 adalah 11,1 persen.Biomassa menyediakan pangsa 63,4 persen masih
kontribusi terbesar untuk produksi energi dari energi terbarukan dari tenaga angin
(hampir 13,0 persen) dan energi surya (fotovoltaik dan panas matahari) (9,7
persen) dan tenaga air (4,8 persen ).30,6 persen dari semua listrik dari sumber
terbarukan telah pulih pada tahun 2014 dari biomassa.Sekitar 29 miliar kWh
didapatkan dari konversi biogas, miliaran kWh listrik yang dihasilkan dari kayu
dan biomassa atau gasifikasi tanaman padat lainnya.Biogas tanaman dan tanaman
biomassa melambat pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Dengan demikian, biomassa dapat digunakan untuk pembangkit
listrik untuk mengimbangi produksi listrik berfluktuasi dari angin dan matahari,
telah memperkenalkan "didanai pemasaran langsung" di EEG 2012 Desain. Opsi
pendanaan ini menawarkan operator insentif untuk listrik di bursa daya untuk
dijual, terutama pada saat permintaan listrik tinggi. Pada tahun 2012 EEG secara
sukarela namun untuk kebanyakan sistem, pemasaran langsung adalah EEG pada
tahun 2014 secara bertahap wajib bagi semua.Akhir 2014 sudah 4.559 MW dari
kapasitas terpasang untuk produksi saat ini dikontrol yang tersedia.
Pangsa bioenergi pasokan panas terbarukan adalah sekitar 87 persen pada
tahun 2014.Bioenergi demikian jauh pemasok yang paling penting dari panas
terbarukan. biofuel terutama padat, terutama residu hutan berupa kayu bulat split
digunakan untuk menghasilkan panas.Sekitar 50 persen dari panas biogenik yang
disediakan oleh pembakaran kayu di rumah tangga, termasuk kompor, boiler kayu
gasifikasi dan pelet. Selain itu, panas dari Holzhackschnitzelfeuerungen dan
biogas dan minyak sayur disediakan tanaman CHP melalui jaringan pemanasan di
daerah perumahan dan komersial serta untuk bangunan umum. Untuk penyediaan
hutan panas proses dan kayu limbah industri yang digunakan, antara lain, di

ii
tempat dari industri woodworking. Juga fraksi biomassa energi dari limbah
kontribusi terhadap munculnya panas terbarukan di.

Pelet kayu bakar karbon-netral dan karena itu terutama ramah lingkungan,
sumber :. Sergej Toporkov - Fotolia.com

Di daerah mobilitas Biofuels menawarkan sebagian besar dari energi


terbarukan. Sebagai hasil dari pertumbuhan jumlah kendaraan listrik dalam
kombinasi dengan pangsa pertumbuhan energi terbarukan -on campuran listrik
Jerman tetapi juga penggunaan listrik terbarukan di sektor transportasi telah
meningkat sedikit. Penjualan biofuel meningkat pada tahun 2014 dibandingkan
tahun sebelumnya oleh hampir 4 persen menjadi 3,59 juta ton. Di sini, penjualan
biodiesel tumbuh sebelas persen menjadi 1,98 juta ton dan produksi biodiesel
domestik untuk sekitar tiga juta ton. Penjualan bioetanol meningkat pada tahun
2014 oleh dua persen menjadi 1,23 juta ton dan produksi dengan delapan persen
menjadi 727.000 ton.
Untuk mempromosikan penggunaan biofuel pemerintah federal telah
mengubah kuota biofuel: Sejak 2015, ekonomi bahan bakar tidak lagi
membutuhkan sejumlah menetap biofuel, tetapi mereka harus menyimpan
sejumlah gas rumah kaca melalui penjualan biofuel. Penjualan biometana di
sektor transportasi adalah pada tahun 2014 sekitar 550 GWh (2013: 533 GWh).
Di sektor energi terbarukan di Jerman total sekitar 360.000 orang bekerja,
dimana sekitar sepertiga di sektor bioenergi. 2014 energi telah diinvestasikan €
18800000000 di sektor terbarukan, yang EUR 2,4 miliar untuk tanaman bioenergi,
3,1 miliar euro untuk fotovoltaik dan panas matahari dan € 12300000000 untuk
turbin angin. Pendapatan dari pengoperasian pembangkit energi terbarukan adalah

ii
pada tahun 2014 dengan total 14,1 miliar euro. Dari memecahkan tanaman
bioenergi sendiri melalui pasokan, operasi dan pemeliharaan pendapatan sebesar
9,7 miliar euro. Fotovoltaik dan panas matahari yang 1,6 miliar euro dan turbin
angin 1,7 miliar euro pada penjualan dari operasi pabrik.
Dalam didanai dari BmEL 21 daerah bioenergi dari Jerman, nilai regional
dapat dideteksi dengan bioenergi lebih dari satu miliar euro dengan penelitian
ilmiah yang menyertainya yang diamanatkan. Di masing-masing daerah dapat
dicapai pada nilai regional dengan langkah-langkah bioenergi belum direalisasi
rata-rata lebih dari sepuluh juta euro per tahun. Investasi dalam proyek bioenergi
menarik terutama efek kerja menjadi - lebih dari 100 pekerjaan penuh waktu
diciptakan per daerah rata-rata, yang mengarah ke pendapatan tenaga kerja,
keuntungan pengusaha dan penerimaan pajak untuk kota. Bioenergi memperkuat
kekuatan ekonomi, dan mempromosikan pengembangan daerah pedesaan pada
khususnya.

Daerah yang diperlukan untuk bioenergi

Budidaya sumber daya terbarukan pada tahun 2013 di Jerman, sumber: FNR

Pada 2,2 juta hektar lahan untuk tanaman energi pada tahun 2015 di
Jerman pembangkit listrik yang sekarang 18,5 persen dari lahan atau 13,1 persen
dari seluruh lahan pertanian. Di Jerman pada tahun 2015 tumbuh di 1,4 juta hektar

ii
untuk tanaman biogas, dimana sekitar 900.000 hektar jagung. 616.000 hektar yang
diperintahkan untuk biodiesel dan 184.000 hektar menyumbang budidaya sereal
dan gula bit untuk produksi bioetanol.tanaman industri yang tumbuh pada
beberapa 268.000 hektar, termasuk untuk menemukan minyak dan pati tanaman,
tanaman serat serta tanaman obat dan aromatik. Sebagian besar lahan pertanian
digunakan untuk tanaman pakan ternak dan sereal untuk pakan ternak. Tingkat
swasembada di Jerman adalah sereal, daging dan susu untuk lebih dari 100 persen,
sedangkan telur, sayuran dan buah-buahan, ia sebagian signifikan lebih rendah.
Waktu yang diperlukan untuk produksi biomassa budidaya bioenergi
berasal sebagian besar dari dalam negeri pertanian dan kehutanan produksi dan
residu biogenik. Untuk memenuhi permintaan dalam industri minyak untuk
biofuel untuk campuran bahan bakar diesel dan bensin di bawah kewajiban kuota,
bagaimanapun, biofuel dan bahan baku biogenik untuk produksi bahan bakar
hingga batas tertentu diimpor. Asli diproduksi dan diimpor biofuel dan bahan
baku harus bekerja di bawah atas dasar pengujian yang diakui secara internasional
dan sertifikasi untuk menunjukkan produksi yang berkelanjutan mereka. Di
bidang biofuel padat, saldo ekspor-impor yang cukup kompensasi.
Pertanian Jerman sangat terlibat dalam produksi energi
terbarukan. Dengan demikian, di Jerman saat ini sekitar 8.000 biogas tanaman
dengan kapasitas terpasang lebih dari 3.800 megawatt (MW) beroperasi. Banyak
fasilitas yang dioperasikan oleh petani, bahkan dalam biogas komersial tanaman
petani yang terlibat sebagai pemasok substrat seperti pupuk cair atau silase
jagung. Selain itu, petani sering diinvestasikan dalam tanaman surya dan energi
angin atau memberikan permukaan siap.
Biofuel di sektor transportasi merupakan faktor penting dalam energi dan
kebijakan lingkungan dari Pemerintah Federal. Biofuel membuat kontribusi
penting untuk pasokan energi alternatif ekonomi dan konsumen dan
lingkungan. Dengan bioetanol misalnyamenurunkan hingga 70 persen gas rumah
kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil bisa diselamatkan. Persyaratan
hukum untuk penghematan GRK minimum ditingkatkan dari saat ini 35 persen
menjadi 50 persen pada tahun 2017 dan 60 persen pada tahun 2018. Biofuel dan
Keamanan Pangan mengalir di seluruh dunia dengan sekitar 162 juta ton sekitar 9

ii
persen dari panen gandum dunia dalam produksi biofuel. Namun, proporsi ini
bervariasi tergantung pada tanaman pertanian.Sekitar 17 persen dari panen jagung
dunia digunakan untuk produksi bahan bakar, dan sekitar 20 persen dari produksi
dunia tanaman gula (bit dan tebu). Untuk kelapa sawit, proporsi tanaman dunia
yang digunakan untuk keperluan energi adalah sekitar 4,7 persen. Tanaman
gandum Uni Eropa digunakan 2010 sekitar 3,3 persen untuk biofuel.

Sering ada biofuel dari yang pertama dan kedua, generasi kadang-kadang
ketiga, dibedakan. Klasifikasi ini bermasalah, karena tidak ada batas yang
jelas. Untuk produksi bahan bakar dari generasi pertama hanya buah (minyak,
gula, pati) digunakan untuk produksi bahan bakar, sebagian besar tanaman yang
digunakan sebagai pakan. Dengan bahan bakar generasi kedua hampir seluruh
tanaman yang digunakan, sebagian termasuk dicerna
keras selulosa . Dengan bahan bakar ganggang juga dituturkan oleh bahan bakar
dari generasi ketiga, sejak ganggang produktivitas biomassa secara signifikan
lebih tinggi per daerah dari tanaman. bahan bakar generasi kedua dan ketiga
memerlukan upaya teknis dan keuangan biasanya jauh lebih tinggi dan dapat
sejauh ini, kecuali biometana, tidak diproduksi secara ekonomis.

Faktor-faktor penting dalam mengevaluasi potensi dan keberlanjutan biofuel


profitabilitas (setara bahan bakar fosil) dan harga:

Perbandingan biofuel di Jerman

setara bahan jarak


kesetaraan
Yield / bakar tempuh
Biofuel bahan bakar
ha per wilayah [Km /
[L] [3] [* 1]
[l / ha] [* 2] ha] [3] [* 3]

minyak nabati 1590 23300 +


0.96 1526
(minyak rapeseed) l [3] 17600 [* 4]

ii
Biodiesel (rapeseed 1550 23300 +
0.91 1411
methyl ester) l [4] 17600 [* 4]

2760 22400 +
Bioetanol (Wheat) 0.65 1794
l [3] 14400 [* 4]

3540
Biometana 1.4 4956 67600
kg [4]

BTL (Biomass ke 4030


[4]
0.97 [* 5] 3909 64000
Liquid) l

2.2.2 Minyak Lobak

Rapeseed, colza atau Kolzaöl Kohlsaatöl) adalah minyak sayur dan diekstrak dari
biji minyak lobak(Brassica napus) atau lebih jarang dari biji yang terkait erat
Ölrübsens memenangkan (Brassica rapa subsp. oleifera).

Awalnya minyak rapeseed memiliki proporsi yang tinggi dari zat pahit dan
dipertanyakan nutrisi asam erusat dan karena itu tidak digunakan dalam diet,
tetapi terutama sebagai minyak lampu , pelumas dan bahan baku untuk produksi
sabun .Sejak pengembangbiakan varietas dengan tingkat yang lebih rendah dari
asam erusat dan zat pahit di tahun 1970-an dan 1980-an (penelitian dasar: Werner
Thies , Göttingen) rapeseed telah di seluruh dunia menjadi salah satu yang paling
penting di Jerman.Rapeseed dan minyak rapeseed produksi telah
dikalikan. Pemanfaatan awalnya didominasi makanan dan untuk aplikasi bahan
yang berbeda. Sejak akhir 1990-an, budidaya dan digunakan
sebagai biofuel ( bahan bakar minyak nabati , biodiesel ( rapeseed methyl ester ))
secara signifikan diperluas dan di Jerman saat ini penggunaan akhir utama.

ii
Rapeseed oil yang digunakan saat ini, terutama di Eropa, terutama untuk
produksi biofuel yang digunakan. Sebagian kecil digunakan sebagai bahan bakar
minyak nabati yang digunakan selama bagian yang lebih besar
dengan transesterifikasi menjadi biodiesel ( metil ester asam lemak [FAME] atau
lebih tepatnya rapeseed methyl ester diubah [RME]). Dalam hal ini, sebagai oleh-
produk, jumlah besar gliserol di. Di masa depan, penggunaan dalam bahan bakar
daripada yang minyak sayur terhidrogenasi diharapkan.

Bahan baku ( bahan baku terbarukan ) untuk bahan yang digunakan dalam
minyak rapeseed industri digunakan dalam banyak cara.Sebagian besar digunakan
untuk keperluan industri. Dalam industri farmasi dan kosmetik digunakan untuk
memproduksi salep medis dan formulasi kosmetik. aplikasi bahan untuk minyak
rapeseed tidak terbatas pada:

 Hidrolik , gigi dan minyak rantai ,


 minyak pelumas ,
 Bohrmilch " (pendingin pelumas untuk pengerjaan logam)
 oli mesin ,
 Membentuk minyak ,
 Lak dan cat ,
 pelarut ,
 Surfaktan dan plasticizer ,
 pakan ,
 pestisida dan
 RapsAsphalt .

Rapeseed oil awalnya diproduksi untuk keperluan teknis (sebagai pelumas,


dll). Untuk diet,. Sejak akhir abad kedua puluh, penggunaan minyak rapeseed
dalam makanan, seperti minyak nabati dan untuk produksi lemak yang dapat
dimakan (memiliki margarin ), sangat meningkat. Untuk menilai kualitas indrawi
( "pribumi") minyak rapeseed dingin dibentuk memiliki German Society for Fat
Sains (DGF), yang "DGF rapeseed Panel" (terlalu Jerman tentang: "Panel /
Komite penelaahan atas minyak rapeseed") dilengkapi dan setiap tahun

ii
penghargaan sejak 2006 DGF medali rapeseed untuk rasa yang sangat baik
rapeseed asli minyak nabati.

Budidaya lobak di Jerman

Pada awal tahun 1970-an budidaya di bawah 100.000 ha (<1% dari tanah yang
subur) signifikansi kecil. Dari tahun 1974 hingga 1976, yang disebut zero
rapeseed (0 grade) diperkenalkan, di mana asam erusat tinggi telah pemuliaan
sekarang dikurangi menjadi 0,5 sampai 1,5%. Pada 1986-1987, ganda nol
pemerkosaan (00 kelas) dan sekarang di bawah 0,1% asam erusat dan mengurangi
kadar zat pahit (itu glucosinolates ) diperkenalkan. areal meningkat sejak tahun
1986 oleh sekitar 400.000 ha menjadi 1,47 juta ha (12% dari tanah yang subur)
pada tahun 2009. Pada tahun-tahun 2002-2007, hasil rata-rata per hektar yang 2,9-
4, 3 t rapeseed. 2009 jumlah panen 6,21 juta ton tercapai. 2006/07 berada di
Jerman 6,5 juta ton rapeseed diproses. Kapasitas pengolahan dan kuantitas
sebenarnya diproses secara signifikan lebih tinggi daripada kuantitas diproduksi di
dalam negeri, yang mengapa sebagian besar ditutupi oleh impor. minyak
rapeseed diproduksi dan menyumbang 77% dari total produksi minyak nabati dan
lemak dari. 90% dari minyak itu diproses lebih lanjut. Sebagian besar minyak
rapeseed digunakan untuk aplikasi teknis seperti terutama untuk biofuel,
digunakan (1,58 juta ton). Dengan 21,8%, proporsi yang lebih kecil dari minyak
rapeseed telah diolah menjadi produk makanan (> 33% minyak nabati,> 25%
makanan, sekitar 25% margarin, sekitar 10% untuk apa pun). Di Jerman, proporsi
minyak rapeseed pada tahun 2007 adalah 11,2%. Namun pada tahun 2003 hanya
4,8%. Oleh minyak rapeseed tidak secara terbuka menyatakan, yang dijual di
bawah minyak label sayur, hasil keseluruhan adalah pangsa pasar minyak bunga
matahari yang sebanding.Sejak minyak rapeseed dianggap oleh kandungan tinggi
asam lemak tak jenuh yang berharga untuk makanan, diperkirakan akan terus
meningkat penting.

2.2.3 BTL bahan bakar ( "Biomass-to-Liquid"biofuel sintetis)


BTL bahan bakar ( "Biomass-to-Liquid"biofuel sintetis)dapat dibuat
dari berbagai bahan baku organik. Mereka termasuk dalam kelompok bahan bakar
sintetis ( XTL-bahan bakar ). bahan bakar BTL dapat disesuaikan dengan

ii
kebutuhan spesifik dari mesin modern dan, misalnya, menggantikan bahan bakar
diesel. bahan bakar BTL tersedia masih dalam pengembangan dan belum tersedia
di pasar.
Secara kimiawi identik dengan bio-etanol. Namun, selulosa digunakan
sebagai bahan baku. Ini menyumbang sebagian besar dari biomassa, tapi belum
dapat digunakan karena aksesibilitas enzimatik. upaya saat ini untuk
mengembangkan metode yang juga tetap tanaman, seperti jerami atau kayu, yang
bahan bakar etanol dapat diambil secara ekonomis.
bahan bakar dari minyak tanah ke menggantikan bahan bakar fosil. Dasar
mungkin berbeda minyak terhidrogenasi nabati seperti rapeseed -,Palm -
atau jatropha . Bahkan ganggang dengan kandungan minyak tinggi dibahas
sebagai dasar untuk perkembangan masa depan. Para perencana menganggap
bahwa "bio-fuel" di awal dapat digunakan sebagai bahan bakar biasanya
digunakan dari 2015; penerbangan uji pertama dengan biodiesel atas dasar minyak
sayur terhidrogenasi(HVO) di sektor penerbangan sipil itu pada Januari 2009
oleh Air New Zealand sebagai gantinya. Lufthansa dan KLM penerbangan diatur
dari pertengahan 2011 pada beberapa penerbangan di udara penumpang komersial
50 -% -. Milik bio-minyak tanah berbaur [8] [9] [10] Pada bulan September 2014,
dipimpin Lufthansa penerbangan pertama dijadwalkan Eropa dengan biofuel
berdasarkan gula oleh . [11] Berbagai organisasi lingkungan, termasuk bintang
hutan hujan, penerbangan uji mengkritik berat dan menarik perhatian bahwa
proyek ini tidak ramah iklim atau diterima secara sosial. Karena untuk minyak
nabati, khususnya minyak sawit, akan memotong terlalu sering hutan hujan dan
rawa dikeringkan. Menurut sebagian para ahli, hal ini menyebabkan efek yang
lebih berbahaya daripada bahan bakar konvensional.

Produksi BTL biasanya dimulai untuk mengeringkan biomassa kandungan


air yang tinggi. Bahan awal dapat (baik limbah biomassa seperti jerami atau sisa
kayu dan khusus tumbuh untuk tanaman produksi bahan bakar tanaman
energi sedemikian. Seperti perkebunan rotasi pendek yang digunakan). Setelah
diperlukan tergantung pada proses dan tanaman rekayasa shredding dan
membersihkan bagian-bagian tanaman adalah gasifikasi. Perlu dicatat bahwa
sering hanya nilai-nilai kalor dari zat yang digunakan dianggap. Karena ini tetapi

ii
ditentukan oleh massa, kepadatan yang berbeda dari bahan, misalnya, untuk
diangkut dalam jerami untuk secara signifikan lebih besar dan mengarah ke
diproses Volume material, jika dilihat sebagian besar mengabaikan. Jadi beech
dan cemara memiliki memang hampir nilai kalori yang sama dari sekitar 15 MJ /
kg, kepadatan tapi (volume) secara signifikan berbeda: 0,77 dan 0,44 kg
/ dm3 . Mengingat kebutuhan besar untuk diangkut dan diproses volume juga
pengolahan limbah, tumbuh cepat biomassa atau jerami harus dilihat secara kritis.

Gasifikasi

Langkah pertama adalah untuk derajat yang berbeda selesai termal retak
yang dalam menangani metode sintetik ini pirolisis . Pada suhu sekitar 200 ° C
untuk lebih dari 1000 ° C, struktur fisik dan kimia dari biomassa diubah. rantai
molekul panjang dibelah oleh pengaruh panas. Ia melukis banyak cairan dan gas
yang berbeda hidrokarbon panjang rantai lebih pendek dan dengan kursus
progresif juga meningkatkan karbon monoksida , karbon dioksida , karbon dan
air. Sementara penuh oleh (atmosfer) oksigen kekurangan oksidasimenjadi karbon
dioksida dan air dicegah, dapat sifat tambahan dari produk pirolisis selain kondisi
proses utama temperatur, tekanan dan waktu tinggal di reaktor juga disediakan
kimia reaktan dan katalis pengaruh. varian lain dari gasifikasi adalah
mungkin. Jika reaksi dilakukan dalam larutan cairan yang reaktan secara
bersamaan, salah satu berbicara tentang solvolisis , dalam suasana hidrogen di sisi
lain oleh hidrogenolisis .

Proses carbo-V [ Sunting | Sumber Sunting ]

Prosedur khusus ini didasarkan pada proses dua langkah, dimana pertama
di 400-500 °C biomassa kental ke dalam kokas ( biochar ) dan ter gas
karbonisasi terurai.Sementara kokas bio dihapus, terjadi pada sekitar 1500 ° C
merupakan gasifikasi aliran yang tertahan dari karbonisasi, sehingga semakin
lama hidrokarbon dalam molekul sederhana dan dengan demikian menjadi tar-
bebas gas sintesis dapat diuraikan. Suhu tinggi gas ini kemudian digunakan untuk
biochar habis dan hancur sekarang 900 ° C juga menjadi gas . Bahan baku dapat
digunakan lebih luas dari proses lainnya. Gas baku sehingga mengakibatkan

ii
adalah tar-bebas dan setelah dedusting dan mencuci kualitas yang sama seperti
dari gas alam yang dihasilkan gas sintesis .

Pencairan

Jika pirolisis kurang lengkap, diproduksi bukan gas, produk cair, juga
dikenal sebagai minyak pirolisis disebut. Metode ini bisa, untuk. Contoh,
digunakan untuk yang di bahan baku dengan kepadatan rendah, seperti. Seperti
jerami transportability peningkatan. Ini mungkin diikuti gasifikasi dari pabrik
produksi BTL.

Sintesis

Langkah berikutnya adalah langkah sintesis, di mana produk fisi disusun


oleh reaksi kimia untuk bahan bakar BTL dalam gas sintesis. Sebagian besar
temuan dalam proses Fischer-Tropsch dibutuhkan sintesis terbuka untuk produksi
bahan bakar BTL.

Proses ini adalah di pabrik percontohan Choren Industries


GmbH diterapkan. Di sini, proses Carbo-V untuk produksi biogas dengan yang
dikembangkan oleh Shell Shell Tengah distilasi Sintesis, maju adalah proses
Fischer-Tropsch , gabungan. Shell diproduksi sehingga pada skala industri di
Bintulu Malaysia sudah GTL -Fuel dari gas alam dan campuran itu nya "V-
Power" -Fuel di tanaman lain dalam skala sementara yang lebih kecil
adalah pabrik di Gussing (Austria) [4] . Berikut ini adalah fluidized bed gasifikasi
kayu syngas yang dihasilkan, yang saat ini sedang dibakar bahkan dalam sebuah
mesin. Pada instalasi pembangkit Fischer-Tropsch bekerja. Dari musim semi
tahun 2007 harus ada bahan bakar gas di sebuah pompa bensin. bahan bakar cair
yang akan ditawarkan sejak musim gugur tahun 2007.

ii
Skema proses untuk produksi bahan bakar BTL

Manfaat

 Meningkatkan neraca perdagangan luar negeri di banyak


bergantung pada impor minyak negara dengan mengurangi impor
minyak.
 bahan bakar BTL memiliki keunggulan yang sama dengan energi
terbarukan lainnya, seperti
 Pengurangan emisi CO2 fosil
 Konservasi bahan bakar fosil
 kemerdekaan yang lebih besar dari impor energi
 Penguatan ekonomi daerah
 Untuk produksi BTL dapat secara teoritis setiap tanaman yang
tersedia biomassa dapat digunakan, seperti limbah sayuran, daun
kering, residu kayu dan biomassa belum dimanfaatkan lainnya. Ini
juga berguna (misalnya. Seperti penggunaan bahan baku untuk
produksi makanan) dan menghadapi persaingan
yang dihindari. Namun, ini juga memiliki potensi bahan bakar
BTL terbatas.
 Kenaikan tahunan di Jerman adalah sekitar 65 juta m3, yang sesuai
dengan kenaikan 4% massa. Sekitar seperempat dari konsumsi

ii
Diesel tahunan dengan demikian bisa dibahas dalam
teori. Namun, ada penggunaan bersaing Standar diesel atau bensin
mesin dapat mengambil bahan bakar BTL yang tepat tanpa
modifikasi, sementara biofuel lainnya (ethanol, minyak sayur)
mungkin memerlukan penyesuaian. Infrastruktur yang ada
(SPBU) masih dapat digunakan.

Kekurangan

 Potensi di biomassa sebelumnya tidak terpakai terbatas. Ekspansi


yang komprehensif produksi BTL akan menyebabkan penggunaan
intensif dari tanah dan kompetisi, seperti lahan pertanian dan
kehutanan harus semakin digunakan untuk tujuan ini.
 Biaya produksi untuk BTL akan sangat dievaluasi, sehingga daya
saing dengan bahan bakar konvensional muncul mungkin dengan
metode produksi saat ini hanya ketika dukungan keuangan.
 Biofuel lain, yang dalam pembangunan adalah etanol
selulosa . Untuk produksi, seperti bahan baku yang diperlukan
seperti untuk BTL. Tidak jelas metode yang tepat.
 Transformasi termal pergi tergantung pada proses dan produk
(listrik, panas, nafta hilang) 30 sampai 60% dari data yang
disimpan dalam energi biomassa. Hasil bahan bakar per hektar
dengan demikian belum tentu lebih tinggi dari biofuel lain dan
dapat sangat bervariasi tergantung pada bahan awal dan
proses. Selain itu, biaya panen, transportasi, merobek-robek dan
sebaliknya dianggap.
 Karena kepadatan energi dari bahan awal yang direncanakan
(jerami, alang-alang, bambu, pohon-pohon yang tumbuh cepat)
rendah, untuk diproses volume dibandingkan dengan bahan bakar
fosil, tetapi juga untuk memperlambat pertumbuhan kayu keras
secara signifikan lebih besar.

ii
 Daerah tangkapan terbatas untuk bahan baku volume besar
(transportasi) membutuhkan unit pembangkit yang lebih kecil
dengan efisiensi sehingga lebih rendah.

2.2.4 Bahan bakar ganggang (biofuel alga)

Biofuel alga merupakan alternatif untuk bahan bakar fosil cair yang
menggunakan ganggang sebagai sumber minyak yang kaya energi. Juga, bahan
bakar ganggang merupakan alternatif sumber biofuel umum dikenal, seperti
jagung dan tebu. Beberapa perusahaan dan instansi pemerintah mendanai upaya
untuk mengurangi biaya modal dan operasional dan membuat produksi bahan
bakar ganggang komersial. seperti bahan bakar fosil, bahan bakar ganggang
melepaskan CO 2 ketika dibakar, tapi tidak seperti bahan bakar fosil, bahan bakar
ganggang dan biofuel lainnya hanya melepaskan CO2 baru-baru ini dihapus dari
atmosfer melalui fotosintesis sebagai ganggang atau tanaman tumbuh. Krisis
energi dan krisis pangan dunia telah memicu minat algaculture(pertanian
ganggang) untuk membuat biodiesel dan lainnya biofuel menggunakan tanah
tidak cocok untuk pertanian. Di antara karakteristik yang menarik bahan bakar
alga 'adalah bahwa mereka dapat tumbuh dengan dampak minimal pada air
tawar sumber, dapat diproduksi dengan menggunakan garam dan air limbah ,
memiliki tinggi titik nyala , dan biodegradable dan relatif tidak berbahaya untuk
lingkungan jika tumpah. Biaya alga per satuan massa lebih dari tanaman generasi
kedua biofuel lainnya karena biaya modal dan operasional yang tinggi, tetapi
diklaim menghasilkan antara bahan bakar 10 dan 100 kali lebih per satuan luas .
The Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan bahwa jika bahan bakar
ganggang diganti semua bahan bakar minyak di Amerika Serikat, itu akan
membutuhkan 15.000 mil persegi (39.000 km 2), yang hanya 0,42% dari peta
AS, atau sekitar setengah dari luas tanah Maine . Ini adalah kurang
dari 1/7 wilayah jagung dipanen di Amerika Serikat pada tahun 2000.

Menurut kepala Biomassa Organisasi Algal, bahan bakar ganggang bisa


mencapai paritas harga dengan minyak pada 2018 jika diberikan produksi kredit
pajak . Namun, pada 2013, Exxon Mobil Chairman dan CEO Rex

ii
Tillerson mengatakan bahwa setelah melakukan menghabiskan sampai $ 600 juta
selama 10 tahun pada pengembangan dalam usaha patungan dengan J. Craig
Venter 's Synthetic Genomics pada tahun 2009, Exxon ditarik kembali setelah
empat tahun (dan $ 100 juta dolar AS) ketika menyadari bahwa bahan bakar
ganggang adalah "mungkin lebih" dari 25 tahun jauh dari kelayakan
komersial. Di sisi lain, Solazyme dan Sapphire Energy sudah mulai penjualan
komersial biofuel alga tahun 2012 dan 2013, masing-masing,
dan Algenol berharap untuk menghasilkan secara komersial pada tahun 2014.

2.2.4.1 Bahan Bakar

Alga dapat dikonversi menjadi berbagai jenis bahan bakar, tergantung


pada teknik dan bagian dari sel-sel yang digunakan. The lipid , atau bagian
berminyak dari biomassa alga dapat diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel
melalui proses yang sama dengan yang digunakan untuk minyak nabati lainnya,
atau dikonversi di kilang ke dalam "drop-in" pengganti bahan bakar berbasis
minyak bumi. Atau atau mengikuti ekstraksi lipid, yang karbohidrat isi dari
ganggang dapat difermentasi menjadi bioetanol atau butanol bahan bakar .

Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar diesel yang berasal dari hewan atau
tumbuhan lipid (minyak dan lemak). Penelitian telah menunjukkan bahwa
beberapa spesies alga dapat menghasilkan 60% atau lebih dari berat kering
mereka dalam bentuk minyak. Karena sel-sel tumbuh dalam suspensi berair, di
mana mereka memiliki akses yang lebih efisien untuk air, CO2 dan dilarutkan
nutrisi, mikroalga mampu menghasilkan sejumlah besar biomassa dan minyak
yang dapat digunakan baik dalam tingkat tinggi kolam alga
atau photobioreactors . Minyak ini kemudian dapat diubah menjadi biodiesel yang
bisa dijual untuk digunakan dalam mobil. Produksi regional mikroalga dan
pengolahan menjadi biofuel akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat
pedesaan.

ii
Biobutanol

Butanol dapat dibuat dari ganggang atau diatom hanya menggunakan


tenaga surya biorefinery . Bahan bakar ini memiliki kepadatan energi 10% lebih
sedikit daripada bensin, dan lebih besar dari yang baik etanol atau metanol . Pada
kebanyakan mesin bensin, butanol dapat digunakan di tempat bensin tanpa
modifikasi. Dalam beberapa tes, konsumsi butanol mirip dengan bensin, dan
ketika dicampur dengan bensin, memberikan kinerja dan ketahanan korosi yang
lebih baik daripada etanol atau E85 .

Limbah hijau yang tersisa dari ekstraksi minyak alga dapat digunakan
untuk menghasilkan butanol. Selain itu, telah menunjukkan bahwa makroalga
(rumput laut) dapat difermentasi oleh Clostridia bakteri genus untuk butanol dan
pelarut lainnya.

Biogasoline

Biogasoline adalah bensin yang diproduksi dari biomassa . Seperti bensin


yang diproduksi secara tradisional, berisi antara 6 ( heksana ) dan 12 ( dodekana )
atom karbon per molekul dan dapat digunakan dalam mesin pembakaran
internal .

Metana

Metana , konstituen utama dari gas alam dapat diproduksi dari alga dalam
berbagai metode, yaitu Gasifikasi , Pirolisis dan Anaerobic Digestion . Dalam
Gasifikasi dan Pirolisis metode metana diekstrak di bawah suhu tinggi dan
tekanan. Anaerobic Digestion adalah metode langsung terlibat dalam
dekomposisi ganggang menjadi komponen sederhana kemudian mengubahnya
menjadi asam lemak menggunakan mikroba seperti bakteri acidific diikuti dengan
menghapus setiap partikel padat dan akhirnya menambahkan metanogen bakteri
untuk merilis campuran gas yang mengandung metana. Sejumlah penelitian telah
berhasil menunjukkan bahwa biomassa dari mikroalga dapat dikonversi menjadi
biogas melalui pencernaan anaerobik. Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan keseimbangan energi secara keseluruhan dari operasi budidaya
mikroalga, telah diusulkan untuk memulihkan energi yang terkandung dalam

ii
limbah biomassa melalui pencernaan anaerobik menjadi metana untuk
menghasilkan listrik.

Etanol

The Algenol sistem yang sedang dikomersialisasikan


oleh BioFields di Puerto Libertad , Sonora , Meksiko menggunakan air laut dan
knalpot industri untuk memproduksi etanol.Porphyridium cruentum juga telah
terbukti berpotensi cocok untuk produksi etanol karena kapasitas untuk
mengumpulkan sejumlah besar karbohidrat.

Hydrotreating untuk bahan bakar transportasi

Alga dapat digunakan untuk menghasilkan ' green diesel ' (juga dikenal
sebagai diesel terbarukan, minyak hydrotreating sayur atau hidrogen yang
diturunkan diesel terbarukan) melalui proses kilang hydrotreating yang memecah
molekul pendek hidrokarbon rantai yang digunakan dalam diesel engine . ia
memiliki sifat kimia yang sama seperti diesel berbasis minyak bumi yang berarti
bahwa ia tidak memerlukan mesin baru, pipa atau infrastruktur untuk
mendistribusikan dan penggunaan. Ini belum diproduksi dengan biaya yang
kompetitif dengan minyak bumi . Sementara hydrotreating saat ini jalur yang
paling umum untuk menghasilkan hidrokarbon bahan bakar seperti melalui
dekarboksilasi / dekarbonilasi, proses alternatif yang menawarkan sejumlah
keunggulan penting selama hydrotreating. Dalam hal ini, karya Crocker et al. dan
Lercher et al. adalah sangat penting. untuk .

Bahan bakar jet

Kenaikan bahan bakar jet harga yang menempatkan tekanan berat pada
perusahaan penerbangan, menciptakan insentif untuk penelitian bahan bakar jet
alga. Asosiasi Transportasi Udara Internasional, misalnya, mendukung penelitian,
pengembangan dan penyebaran bahan bakar alga. Tujuan IATA adalah untuk
anggotanya menjadi menggunakan 10% bahan bakar alternatif pada 2017.

Percobaan telah dilakukan dengan biofuel penerbangan oleh Air New


Zealand , Lufthansa , dan Virgin Airlines.Pada bulan Februari 2010, Defense
Advanced Research Projects Agency mengumumkan bahwa militer AS akan

ii
mulai memproduksi minyak skala besar dari kolam alga menjadi bahan bakar
jet. Setelah ekstraksi dengan biaya $ 2 per galon, minyak akan disempurnakan
pada kurang dari $ 3 per galon. Sebuah operasi penyulingan skala yang lebih
besar, yang memproduksi 50 juta galon per tahun, diharapkan untuk masuk ke
produksi pada tahun 2013, dengan kemungkinan lebih rendah per biaya galon
sehingga bahan bakar berbasis alga akan kompetitif dengan bahan bakar
fosil. Proyek-proyek, yang dijalankan oleh perusahaan SAIC dan General
Atomics , diharapkan untuk menghasilkan 1.000 galon minyak per acre per tahun
dari kolam alga.

Kebanyakan biofuel memiliki keseimbangan CO2 yang jauh lebih baik


daripada rekan-rekan fosil mereka berbasis minyak bumi. peningkatan emisi atas
seluruh produksi dan rantai pemanfaatan Hal ini terutama berlaku untuk biofuel
dari 2 dan 3 Generation. Di antara bahan bakar generasi ke-3 saat ini semua jenis
bahan bakar ganggang dihitung. Penggunaan intensif dalam kehidupan sehari-hari
membutuhkan banyak penelitian.Penerbangan sipil sedang mempersiapkan
sekarang untuk penggunaan bahan bakar seperti pengganti minyak tanah sebelum
dan berusaha untuk meningkatkan kinerja lingkungan penerbangan

Pabrik pesawat Boeing selama beberapa tahun diinvestasikan dalam


pengembangan biofuel untuk mengurangi "ransel ekologi" (LCA) dari
penerbangan jarak jauh. asam lemak (minyak) dari organisme air dikonversi ke
biodiesel . tidakada perubahan pada turbin pesawat made to order.Meskipun
penerbangan termasuk dalam Skema Perdagangan Emisi (ETS), yang merupakan
Skema Perdagangan Emisi UE pada Januari 2012, biofuel dalam penerbangan
sipil akan terus memperoleh pentingnya Jerman Lufthansa AG telah diterima
dalam seminggu terakhir, kemitraan di mana perusahaan Neste Oil, Lufthansa
akan memasok NExBTL biofuel. Hal ini bertentangan dengan rencana Boeing
generasi 2 biofuel, yang dihasilkan dari minyak jarak pagar dan akan
meningkatkan kinerja lingkungan dari maskapai.Dalam biodiesel dari minyak
jarak pagar, Biofuels 2 dan 3 Generasi memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan bahan bakar dari generasi 1. Sementara bahan bakar dari
generasi ke-2 terutama berfokus pada teknologi produksi baru dan penggunaan

ii
bahan-bahan yang sebelumnya digunakan tanaman, jatuh untuk biofuel generasi
ke-3 secara harfiah semuanya kembali ke dalam air dan sudah diatur untuk mikro
dan makroalga.Pertumbuhan alga sangat mengesankan dan melampaui tanaman
tradisional beberapa kali, bagaimanapun, tanaman darat memberikan komposisi
kompleks lebih banyak kemungkinan untuk menggabungkan material dan
penggunaan energi. Mungkin tren global jangka panjang memimpin.Tanaman
terutama digunakan material dan sebagai makanan dan memberikan alga terutama
bioenergi. Tapi itu spekulasi pada tren jangka panjang dan variasi regional kaleng
mint.

2.2.4.2 Keuntungan dari biofuel dari alga dan fasilitas produksi di


Jerman

Di Jerman ada beberapa proyek yang lebih besar untuk budidaya


ganggang,. Tujuan dari sistem biasanya kombinasi dari produksi produk bio-
energi dan dukungan perlindungan iklim. Proyek-proyek yang diteliti secara
mendalam, tetapi daftar ini menjadi terutama gambaran dari proyek yang
ada. Mungkin dapat ditemukan di proyek beberapa proyek

Algae Pertanian di blok / Sachsen-Anhalt

Berikut ini menurut pertanian ganggang terbesar Prof. Steinberg di Eropa.Ada


dibudidayakan di rumah kaca 1,2 hektar dengan sistem tabung gelas mikroalga
500 km. Alga terutama digunakan untuk produksi makanan dan makanan
suplemen

 Sistem budidaya ganggang Niederaussem dekat Cologne

Dalam pilot plant fotobioreaktor 6.000 kg alga kering / tahun pada 1000
m2. efek yang penting adalah CO 2 capture oleh ganggang, yang memberikan
kontribusi untuk perlindungan iklim. Produksi biofuel adalah dari RWE Power
AG, yang, Forschungszentrum Jülich dan Phytolutions GmbH mendukung Jacobs
Universitas Bremen.

ii
 Algae pertanian di Senftenberg / Brandenburg

Mirip dengan proyek RWE di Niederaussem mengoperasikan Vattenfall Eropa


Pertambangan & Generation dan Perusahaan untuk pertambangan dan teknik sipil
(GMB) pertanian ganggang di Senftenberg. Di sini, gas buang yang (terutama
karbon dioksida) dari pembangkit listrik lokal yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroalga. Tinggi permintaan CO 2 dari mikroalga dan karbon
dioksida yang tersimpan sistem CCS mungkin bisa dikombinasikan dalam jangka
menengah. untuk ganggang klaster di Berlin-Brandenburg untuk pengembangan
lebih lanjut dari bioenergi dari ganggang.

 Produksi mikroalga "Term" di Hamburg

Kota Hamburg dan E. ON Hanse AG mengoperasikan pabrik, di mana


tujuannya adalah budidaya mikroalga dan konversi karbon dioksida untuk
biomassa. Untuk pemulihan satu kilogram biomassa alga (bahan kering?!) Yang
terlibat dalam proyek ini ditambahkan sekitar 2 kg CO 2.

Penelitian tentang alga Chlorella hijau menang Hadiah Nobel dan mempercepat
pengembangan bioenergi

ii
2.2.4.5 Proses pembuatan biodiesel dari mikro alga

Dalam proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku mikro alga ada
beberapa tahapan proses yang harus dilakukan yaitu proses pembudidayaan alga,
proses pemanenan alga, proses ekstraksi minyak alga, dan terakhir proses
transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.

a. Proses Kultivasi

Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu
menggunakan open pond (kolam terbuka) dan fotobioreaktor.
Penggunaan fotobioreactor (PBR) lebih menguntungkan dibandingkan dengan
sistem kolam terbuka. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan PBR
dibandingkan sistem kolam yaitu:
· Produktivitas lebih tinggi
· Mencegah dan mengurangi kontaminasi
· Adanya proses pencahayaan dan pengadukan memberikan hasil yang lebih baik
· Kondisi pertumbuhan dapat dikontrol selalu (pH, pencahayaan, karbondioksida,
temperature)
· Mencegah penguapan air
· Menghasilkan konsentrai sel yang lebih tinggi

b. Proses Harvesting

Pemanenan alga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan
penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Permasalahannya adalah,
pengembangbiakan mikroalga memiliki kepekatan yang encer, biasanya kurang
dari 500 mg/l dalam basis massa organik kering, dan memiliki ukuran sel yang
sangat kecil. Untuk memproses mikroalga menjadi biodiesel, mikroalga harus
dijadikan ke dalam bentuk pasta terlebih dahulu, yaitu sekitar 15% padatan.
Teknik-teknik seperti flocculation, microstraining, filtering,
sedimentation, dan centrifugation biasa digunakan untuk pemanenan mikroalga.

ii
Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan, bergantung pada ukuran mikroalga dan
kualitas produk yang diinginkan, untuk menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.

Chemical flocculation dan bioflocculation dilakukan untuk menghasilkan


densitas massa mikroalga yang lebih mudah untuk dipindahkan. Dalam
teknik bioflocculation, mikroalga mulai membentuk kumpulan atau koloni alga
dalam kondisi tertentu pada sistem yang timbul. Selain itu, bioflocculation dapat
didorong dengan menggunakan biakan mikroba non-alga. Dalam chemical
flocculation, bahan kimia seperti ferric chloride, aluminium sulfate, ferric sulfate,
polymeric flocculants, chitosan digunakan untuk membentuk formasi koloni alga.
Kekurangan dari metode ini adalah biaya pengadaan bahan kimia yang digunakan.

Kedua teknik flocculation biasanya diikuti dengan sedimentasi, filtrasi


ataupun centrifugasi. Dalam proses sedimentasi, mikroalga yang tersuspensi
dikumpulkan oleh gaya gravitasi, sehingga menghasilkan konsentrasi massa
mikroalga yang lebih mudah untuk dipindahkan. Centrifugasi merupakan metode
yang biasa digunakan untuk memperoleh mikroalga dalam jumlah besar. Efisiensi
dari metode ini bergantung pada jenis mikroalga yang digunakan, pengaturan
kedalaman, dan waktu tinggal dari cell slurry. Metode ini memiliki kebutuhan
energi yang paling besar dibandingkan dengan metode yang lainnya.

Filtrasi dapat dilakukan di dalam tekanan atau vakum jika ukuran alga
tidak mendekati ukuran bakteri. Filter mikro (biasanya berukuran 25-20 μm)
dapat digunakan untuk spesies spirulina. Jika flocculation dilakukan sebelum
filtrasi, maka efisiensi filtrasi yang dihasilkan akan meningkat.

c. Proses Ekstraksi Minyak Alga

Terdapat dua metode yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi minyak
dari alga, yaitu :
a. Ekstraksi minyak menggunakan pelarut heksana
Minyak alga dapat diekstraksi menggunakan senyawa kimia. Benzena dan eter
dapat digunakan sebagai pelarut, namun senyawa kimia yang paling sering
digunakan adalah heksana dengan titik didih yang berada antara 65-69oC, yang
relatif lebih murah. Ekstraksi menggunakan pelarut dibandingkan dengan

ii
ekstraksi secara mekanis memiliki kelebihan yaitu menghasilkan minyak yang
lebih banyak (hampir 99%) dan membutuhkan biaya operasi yang lebih kecil.
b. Ekstrasi minyak dengan CO2 superkritis
Metode ekstraksi ini menggunakan CO2 superkritis sebagai pelarut. Sebuah
senyawa dikatakan berada dalam keadaan superkritis ketika senyawa tersebut
telah melewati suhu dan tekanan kritisnya. Untuk CO2, titik kritisnya berada pada
suhu 304.1 K dan tekanan 73.8 bar. Diluar batas titik kritisnya, sebuah senyawa
tidak dapat dikatakan sebagai gas atau cair; lalu, viskositas, konstanta dielektrik
dan kapasitas panas, bersama dengan sifat-sifat lain berbeda jauh dari sifat pada
fasa uap atau cairnya. Perubahan-perubahan ini yang memberikan CO2 superkritis
sifat pelarut dan ekstraksinya.

d. Proses Transesterifikasi
Untuk mensintesis minyak alga menjadi biodiesel dilakukan dengan proses
transesterifikasi dengan bantuan katalis untuk mempercepat reaksi. Secara garis
besar ada 3 macam transesterifikasi dengan katalis yang dapat digunakan, yaitu:
o Transesterifikasi Katalis Basa
o Transesterifikasi Katalis Asam
o Transesterifikasi Menggunakan Enzim
Proses transesterifikasi menggunakan katalis basa merupakan proses yang paling
umum dipakai di industri sampai saat ini. Selain itu, proses ini juga menghasilkan
biodiesel dengan kualitas cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bakar. Dari
sisi teknologi, banyak sekali teknologi yang berkembang untuk proses
transesterifikasi ini, mulai dari proses perlakuan awal bahan baku (pretreatment),
proses transesterifikasi, proses pemisahan biodiesel dan gliserol, proses
pemisahan dan recovery metanol, proses pemisahan gliserol, hingga proses
purifikasi biodiesel dengan air untuk meningkatkan kemurnian biodiesel.

ii
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

 Biomassa dapat berupa padat, cair atau bahan bakar gas yang
tersedia
 Biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan panas dan listrik
serta bahan bakar pengganti. Hal ini dapat dijadikan sebagai
sumber energi alternatif dan menggantikan bahan bakar fosil di
banyak daerah

 Rapeseed, colza atau Kolzaöl Kohlsaatöl) adalah minyak sayur dan


diekstrak dari biji minyak lobak(Brassica napus) atau lebih jarang
dari biji yang terkait erat Ölrübsens memenangkan (Brassica
rapa subsp. oleifera).

 BTL bahan bakar ( "Biomass-to-Liquid"biofuel sintetis)dapat


dibuat dari berbagai bahan baku organik. Mereka termasuk dalam
kelompok bahan bakar sintetis ( XTL-bahan bakar ).
 Proses pembuatan BTL meliputi
Gasifikasi
Proses carbo-v
Pencairan
Sintesis
 biofuel alga merupakan alternatif untuk bahan bakar fosil cair yang
menggunakan ganggang sebagai sumber minyak yang kaya energi. Juga,
bahan bakar ganggang merupakan alternatif
 proses pembuatan biodiesel dari mikroalga meliputi
kultivasi
harvesting
Proses Ekstraksi Minyak Alga
Proses Transesterifikasi

ii
DAFTAR PUSTAKA

 https://de.wikipedia.org/wiki/BtL-Kraftstoff&usg (diakses
tanggal 2 oktober 2016)
 https://de.wikipedia.org/wiki/Algenkraftstoff (diakses
tanggal 2 oktober 2016)
 http://www.eclareon.com/de/technologie-
bioenergie&prev=search (diakses tanggal 2 oktober 2016)
 https://de.wikipedia.org/wiki/Rapsöl (diakses tanggal 2
oktober 2016)
 http://rsuwardjono.blogspot.co.id/2013/04/biodiesel-dari-
alga-solusi-bagi.html (diakses tanggal 2 oktober 2016
 http://www.jie.or.jp/biomass/AsiaBiomassHandbook/Indon
esian/Part-3_I.pdf diakses pada 19 maret 2014
 Andrews, R., Kunlei L., Mark C., Czarena C., and Aubrey
S. 2008. Feasibility of capture and utilization of
C02 from kentucky power plants by algae systems.
Technical Review of the Literature Related to the
Cultivation and Harvesting of Algae for CO2
Fixation and the Co-Production of Fuels and
Chemicals. University of Kentucky. USA. 21 pp.
 Becker, W.:Microalgae in Human and Animal Nutrition,
p.312-35. In Richmond, A. (ed.), Handbook of
Microalgae Culture. Blackwell, Oxford(2004).
 Handayani, N.A. dan Ariyanti, D. 2012. Potensi Mikroalga
sebagai Sumber Biomasa dan Pengembangan
Produk Turunannya. Jurnal TEKNIK – Vol. 33
No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697

ii
LAMPIRAN

PERTANYAAN

1. Sebutkan dan jelaskan proses pembuatan biodiesel dari mikroalga


2. Sebutkan manfaat dari BTL (biomassa to liquid)
3. Sebutkan cara pembuatan BTL (biomassa to liquid)
JAWABAN
1. Dalam proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku mikro alga ada beberapa
tahapan proses yang harus dilakukan yaitu proses pembudidayaan alga, proses
pemanenan alga, proses ekstraksi minyak alga, dan terakhir proses
transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.

a. Proses Kultivasi

Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu
menggunakan open pond (kolam terbuka) dan fotobioreaktor.
Penggunaan fotobioreactor (PBR) lebih menguntungkan dibandingkan dengan
sistem kolam terbuka. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan PBR
dibandingkan sistem kolam yaitu:
· Produktivitas lebih tinggi
· Mencegah dan mengurangi kontaminasi
· Adanya proses pencahayaan dan pengadukan memberikan hasil yang lebih baik
· Kondisi pertumbuhan dapat dikontrol selalu (pH, pencahayaan, karbondioksida,
temperature)
· Mencegah penguapan air
· Menghasilkan konsentrai sel yang lebih tinggi

b. Proses Harvesting

Pemanenan alga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan
penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Permasalahannya adalah,
pengembangbiakan mikroalga memiliki kepekatan yang encer, biasanya kurang
dari 500 mg/l dalam basis massa organik kering, dan memiliki ukuran sel yang

ii
sangat kecil. Untuk memproses mikroalga menjadi biodiesel, mikroalga harus
dijadikan ke dalam bentuk pasta terlebih dahulu, yaitu sekitar 15% padatan.
Teknik-teknik seperti flocculation, microstraining, filtering,
sedimentation, dan centrifugation biasa digunakan untuk pemanenan mikroalga.
Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan, bergantung pada ukuran mikroalga dan
kualitas produk yang diinginkan, untuk menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.

Chemical flocculation dan bioflocculation dilakukan untuk menghasilkan


densitas massa mikroalga yang lebih mudah untuk dipindahkan. Dalam
teknik bioflocculation, mikroalga mulai membentuk kumpulan atau koloni alga
dalam kondisi tertentu pada sistem yang timbul. Selain itu, bioflocculation dapat
didorong dengan menggunakan biakan mikroba non-alga. Dalam chemical
flocculation, bahan kimia seperti ferric chloride, aluminium sulfate, ferric sulfate,
polymeric flocculants, chitosan digunakan untuk membentuk formasi koloni alga.
Kekurangan dari metode ini adalah biaya pengadaan bahan kimia yang digunakan.

Kedua teknik flocculation biasanya diikuti dengan sedimentasi, filtrasi


ataupun centrifugasi. Dalam proses sedimentasi, mikroalga yang tersuspensi
dikumpulkan oleh gaya gravitasi, sehingga menghasilkan konsentrasi massa
mikroalga yang lebih mudah untuk dipindahkan. Centrifugasi merupakan metode
yang biasa digunakan untuk memperoleh mikroalga dalam jumlah besar. Efisiensi
dari metode ini bergantung pada jenis mikroalga yang digunakan, pengaturan
kedalaman, dan waktu tinggal dari cell slurry. Metode ini memiliki kebutuhan
energi yang paling besar dibandingkan dengan metode yang lainnya.

Filtrasi dapat dilakukan di dalam tekanan atau vakum jika ukuran alga
tidak mendekati ukuran bakteri. Filter mikro (biasanya berukuran 25-20 μm)
dapat digunakan untuk spesies spirulina. Jika flocculation dilakukan sebelum
filtrasi, maka efisiensi filtrasi yang dihasilkan akan meningkat.

c. Proses Ekstraksi Minyak Alga

Terdapat dua metode yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi minyak
dari alga, yaitu :
a. Ekstraksi minyak menggunakan pelarut heksana

ii
Minyak alga dapat diekstraksi menggunakan senyawa kimia. Benzena dan eter
dapat digunakan sebagai pelarut, namun senyawa kimia yang paling sering
digunakan adalah heksana dengan titik didih yang berada antara 65-69oC, yang
relatif lebih murah. Ekstraksi menggunakan pelarut dibandingkan dengan
ekstraksi secara mekanis memiliki kelebihan yaitu menghasilkan minyak yang
lebih banyak (hampir 99%) dan membutuhkan biaya operasi yang lebih kecil.
b. Ekstrasi minyak dengan CO2 superkritis
Metode ekstraksi ini menggunakan CO2 superkritis sebagai pelarut. Sebuah
senyawa dikatakan berada dalam keadaan superkritis ketika senyawa tersebut
telah melewati suhu dan tekanan kritisnya. Untuk CO2, titik kritisnya berada pada
suhu 304.1 K dan tekanan 73.8 bar. Diluar batas titik kritisnya, sebuah senyawa
tidak dapat dikatakan sebagai gas atau cair; lalu, viskositas, konstanta dielektrik
dan kapasitas panas, bersama dengan sifat-sifat lain berbeda jauh dari sifat pada
fasa uap atau cairnya. Perubahan-perubahan ini yang memberikan CO2 superkritis
sifat pelarut dan ekstraksinya.

d. Proses Transesterifikasi
Untuk mensintesis minyak alga menjadi biodiesel dilakukan dengan proses
transesterifikasi dengan bantuan katalis untuk mempercepat reaksi. Secara garis
besar ada 3 macam transesterifikasi dengan katalis yang dapat digunakan, yaitu:
o Transesterifikasi Katalis Basa
o Transesterifikasi Katalis Asam
o Transesterifikasi Menggunakan Enzim
Proses transesterifikasi menggunakan katalis basa merupakan proses yang paling
umum dipakai di industri sampai saat ini. Selain itu, proses ini juga menghasilkan
biodiesel dengan kualitas cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bakar. Dari
sisi teknologi, banyak sekali teknologi yang berkembang untuk proses
transesterifikasi ini, mulai dari proses perlakuan awal bahan baku (pretreatment),
proses transesterifikasi, proses pemisahan biodiesel dan gliserol, proses
pemisahan dan recovery metanol, proses pemisahan gliserol, hingga proses
purifikasi biodiesel dengan air untuk meningkatkan kemurnian biodiesel.

ii
2. Sebutkan manfaat dari BTL(biomassa to liquid)

 Meningkatkan neraca perdagangan luar negeri di banyak


bergantung pada impor minyak negara dengan mengurangi impor
minyak.
 bahan bakar BTL memiliki keunggulan yang sama dengan energi
terbarukan lainnya, seperti
 Pengurangan emisi CO2 fosil
 Konservasi bahan bakar fosil
 kemerdekaan yang lebih besar dari impor energi
 Penguatan ekonomi daerah
 Untuk produksi BTL dapat secara teoritis setiap tanaman yang
tersedia biomassa dapat digunakan, seperti limbah sayuran, daun
kering, residu kayu dan biomassa belum dimanfaatkan lainnya. Ini
juga berguna (misalnya. Seperti penggunaan bahan baku untuk
produksi makanan) dan menghadapi persaingan
yang dihindari. Namun, ini juga memiliki potensi bahan bakar
BTL terbatas.
 Kenaikan tahunan di Jerman adalah sekitar 65 juta m3, yang sesuai
dengan kenaikan 4% massa. Sekitar seperempat dari konsumsi
Diesel tahunan dengan demikian bisa dibahas dalam
teori. Namun, ada penggunaan bersaing Standar diesel atau bensin
mesin dapat mengambil bahan bakar BTL yang tepat tanpa
modifikasi, sementara biofuel lainnya (ethanol, minyak sayur)
mungkin memerlukan penyesuaian. Infrastruktur yang ada
(SPBU) masih dapat digunakan.

3. Sebutkan dan jelaskan cara pembuatan BTL (biomassa to liquid)!

ii
Gasifikasi

Langkah pertama adalah untuk derajat yang berbeda selesai termal retak
yang dalam menangani metode sintetik ini pirolisis . Pada suhu sekitar 200 ° C
untuk lebih dari 1000 ° C, struktur fisik dan kimia dari biomassa diubah. rantai
molekul panjang dibelah oleh pengaruh panas. Ia melukis banyak cairan dan gas
yang berbeda hidrokarbon panjang rantai lebih pendek dan dengan kursus
progresif juga meningkatkan karbon monoksida , karbon dioksida , karbon dan
air. Sementara penuh oleh (atmosfer) oksigen kekurangan oksidasimenjadi karbon
dioksida dan air dicegah, dapat sifat tambahan dari produk pirolisis selain kondisi
proses utama temperatur, tekanan dan waktu tinggal di reaktor juga disediakan
kimia reaktan dan katalis pengaruh. varian lain dari gasifikasi adalah
mungkin. Jika reaksi dilakukan dalam larutan cairan yang reaktan secara
bersamaan, salah satu berbicara tentang solvolisis , dalam suasana hidrogen di sisi
lain oleh hidrogenolisis .

Proses carbo-V

Prosedur khusus ini didasarkan pada proses dua langkah, dimana pertama
di 400-500 °C biomassa kental ke dalam kokas ( biochar ) dan ter gas
karbonisasi terurai.Sementara kokas bio dihapus, terjadi pada sekitar 1500 ° C
merupakan gasifikasi aliran yang tertahan dari karbonisasi, sehingga semakin
lama hidrokarbon dalam molekul sederhana dan dengan demikian menjadi tar-
bebas gas sintesis dapat diuraikan. Suhu tinggi gas ini kemudian digunakan untuk
biochar habis dan hancur sekarang 900 ° C juga menjadi gas . Bahan baku dapat
digunakan lebih luas dari proses lainnya. Gas baku sehingga mengakibatkan
adalah tar-bebas dan setelah dedusting dan mencuci kualitas yang sama seperti
dari gas alam yang dihasilkan gas sintesis .

Pencairan

Jika pirolisis kurang lengkap, diproduksi bukan gas, produk cair, juga
dikenal sebagai minyak pirolisis disebut. Metode ini bisa, untuk. Contoh,
digunakan untuk yang di bahan baku dengan kepadatan rendah, seperti. Seperti
jerami transportability peningkatan. Ini mungkin diikuti gasifikasi dari pabrik
produksi BTL.

ii
Sintesis

Langkah berikutnya adalah langkah sintesis, di mana produk fisi disusun


oleh reaksi kimia untuk bahan bakar BTL dalam gas sintesis. Sebagian besar
temuan dalam proses Fischer-Tropsch dibutuhkan sintesis terbuka untuk produksi
bahan bakar BTL.

Proses ini adalah di pabrik percontohan Choren Industries


GmbH diterapkan. Di sini, proses Carbo-V untuk produksi biogas dengan yang
dikembangkan oleh Shell Shell Tengah distilasi Sintesis, maju adalah proses
Fischer-Tropsch , gabungan. Shell diproduksi sehingga pada skala industri di
Bintulu Malaysia sudah GTL -Fuel dari gas alam dan campuran itu nya "V-
Power" -Fuel di tanaman lain dalam skala sementara yang lebih kecil
adalah pabrik di Gussing (Austria) [4] . Berikut ini adalah fluidized bed gasifikasi
kayu syngas yang dihasilkan, yang saat ini sedang dibakar bahkan dalam sebuah
mesin. Pada instalasi pembangkit Fischer-Tropsch bekerja. Dari musim semi
tahun 2007 harus ada bahan bakar gas di sebuah pompa bensin. bahan bakar cair
yang akan ditawarkan sejak musim gugur tahun 2007.

Skema proses untuk produksi bahan bakar BTL

ii

Anda mungkin juga menyukai