Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.Hernia merupakan keadaan yang
lazim terlihat oleh semua dokter, sehungga pengetahuan umum tentang manifestasi,
gambaran fisik dan penatalaksanaan hernia sangat penting. 1,2,3
Pada masa lampau, kebayakan hernia diterapi dengan terapi penunjang,
namun saat ini hampir semua hernia diterapi dengan pembedahan, kecuali jika ada
kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Dari hasil penelitian pada populasi hernia
ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya
terjadi pada pria.
Hernia ingunal indirek merupakan hernia yang palingsering ditemukan yaitu
sekitar 50% sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis sekitar 15%.
Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan 2% penduduk wanita
menderita hernia inguinal didalam hidupnya, dengan hernia inguinal indirek yang
sering terjadi.Insidens hernia inguinal pada bayi dan anak-anak antara 1 dan 2%.
Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%.
Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibanding laki-laki sama (10%).3,4
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak-
anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa
adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk-
batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dan sebagainya.4
Jika pada masalalu kekambuhan pasca bedah merupakan masalah, sekarang
hal ini sudah jarang terjadi, dengan pengecualian hernia berulang atau hernia besar
yang memerlukan pengguanaan materi prosthesis.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari kutis, lemak
subkutis, fasia skarpa, muskulus obligus eksterna, muskulus obligus abdominis
interna, muskulus abdominis tranversal, fasia transversalis, lemak peritoneal,
peritoneum.4

Gambar 1. Anatomi Dinding abdomen


Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial
bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.Obligus eksternus. Atapnya ialah
aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.1,2,4

Gambar 2. Regio Inguinalis

2.2 Pengertian Hernia


Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan, melalui cacat congenital atau
akuisita dalam parietas musculoaponeurotik dinding abdomen, yang normalnya tidak
dapat dilewati.Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi.1,3
2.3 Klasifikasi Hernia1,2,3,5
a. Berdasarkan terjadinya
 Hernia bawaan atau congenital
 Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan arah penonjolan
 Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut
,pinggang, atau perineum
 Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen winslaow atau resesus
retrocaecalis.

c. Berdasarkan tempatnya:
 Hernia Inguinalis :adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(region Inguinalis)
 Hernia femoralis : adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
 Hernia umbilikalis : adalah hernia isi perut yang tampak di daerah perut.
 Hernia diafragmatik: adalah hernia yang masuk melalui lubang diafragma
ke dalam rongga dada.
 Hernia ventralis : hernia yang tombul akibat insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau yang terpisah akibat tegangan
abnormal.
 Hernia epigastrika : hernia yang timbul antara umbilicus dan prosesus
sifoideus.
 Hernia parastomal : hernia yang melalui lubang yang sama yang dibentuk
untuk kolostomi atau ileostomi
 Hernia spigelian : hernia melalui fasia spigelian
 Hernia obturator : hernia yang berjalan melalui canalis obturator didalam
pelvis
 Hernia lumbalis : hernia yang timbul dalam daerah lumbalis melalui
dinding abdomen posterior
 Hernia skiatika : hernia yang keluar melalui foramen skiatika mayor
 Henia perineum : hernia melalui otot fasia lantai perineum
 Hernia interparietalis : hernia yang kantongnya menjorok kedalam celah
antara lapisan dinding perut

d. Berdasarkan sifatnya
 Hernia reponibel yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum
abdominalis lagi tanpa operasi.
 Hernia ireponibel yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
 Hernia akreta yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong
hernia.
 Hernia inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.

e. Berdasarkan isinya
 Hernia adipose adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
 Hernia richter adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian
dinding ususnya saja yang terjepit di dalam cincin hernia.
 Sliding hernia adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebagian dari
dinding kantong hernia.
 Hernia littre adalah adanya divertikulum meckel dalam kantong hernia
2.4 Klasifikasi Hernia Inguinalis1,2,4,6

 Hernia inguinalis indirek


Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang,menonjol keluar dari annulus
inguinalis ekternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam
muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur
lain dalam funikulus spermatikus. Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut. Penutunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka.
Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalamiobliterasi), akan
timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang
menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuista.

 Hernia inguinalis direk (medialis)


Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke
anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri
vena epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang
kuat, hernia ini tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai
ke skrotum. Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang
sudah lanjut usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk
sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi atau inkaserata.
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah
peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di
trigonom Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya
sering ditemukan pada perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau
gangguan jaringan-jaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari
saraf ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala
yang sering dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya
menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan
pekerjaan yang sangat berat.

2.5 Etiologi Hernia Inguinalis1,3,4,5


Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki
dibanding perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain:
1.Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2.Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3.Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi,
dan asites,
4.Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5.Defisiensi otot,
6.Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit
sistemik.

Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan


pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan
tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak
dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi
anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia
tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten
bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain,
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.Dalam keadaan relaksasi otot dinding
perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya
bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi.Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Anak yang menjalani
operasi hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan mendapat hernia
kontralateral pada usia dewasa (16%).Bertambahnya umur menjadi faktor risiko,
dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra
abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
2.6 Patofisiologis1,5,6
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Ovarium juga turun kedalam pelvis
dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga abdomen. Bagian kranial
gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan bagian inferior
gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke
dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia mayor
melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal nuck.Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis
kongenital.
Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris
resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil,batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi tali sperma pada laki- laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada
yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan
Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Jika kantong hernia terdiri atas usus
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas
jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan
strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontiniu, daerah benjolan menjadi
merah.

2.7 Diagnosa Hernia Inguinale1,2,3,6


A. Anamnesa
 Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
atau perut bagian bawah pada scrotum atau labium mayor pada wanita.yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring.
 Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipatan paha
biasanya diketahui orang tuanya.
 Keluhan nyeri jarang dijumpai. Jika ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong
hernia.
 Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi
berdiri.Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita diminta untuk melakukan
manuver valsava
 Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
 Tanda tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tidak
ditemukan tanda radang.

Palpasi
 Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bula tidak tampak benjolan
penderita diminta mengejan atau melakukan maneuver valsava
 Tentukan konsistensinya
 Lakukan reposisi(bias masuk atau tidak)
 Kompresable umumnya (+)

Auskultasi
 Ditemukan suara bising usus diatas benjolan

C. Pemeriksaan Khusus
 Zieman’s Test
Penderita dalam keadaan berdiri atau jika kantong hernia berisi,masukkan
terlebih dahulu kedalam cavum abdomen.Untuk Memeriksa bagian kanan
digunakan tangan kanan dan sebaliknya.Test ini dapat dilakukan pada
penderita laki lakiu dan perempuan.
Dengan jari kedua yangan pemeriksa diletakkan diatas annulus inguinalis
internus (1,5 cm diatas pertengahan siasdan tuberculum pubicum),jari ketiga
diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan jari keeempat pada fossa
ovalis.Penderita diminta mengejan,maka akan timbul dorongan pada salah satu
jari tersebut diatas.Bilamana terdapat dorongan poda jari kedua berarti hernia
inguinalis lateralis, bila pada jari ketigfa berarti hernia inguinalis medialis dan
bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.

 Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada laki laki.dengan menggunakan jari telunjuk
atau kelingking, skrotum di invaginasikan meneyelusuri annlulus eksternus
sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita diminta
batuk.Jika ada dorongan tatu tekanan imbul pada ujung jari maka didapatkan
hernia inguinalis lateralis,bila pada samping jari maka didapatkan hernia
inguinalis medialis.

 Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau dalam posisi berdiri.setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut,ibu jari kita ditekankan pada
annulus internus.penderita diminta mengejan atau meniup dengan hidung atau
mulut tertutup.Bila benjolan keluar pada waktu mengejan berarti hernia
inguinalis medialis dan bila benjolan tidak keluar berarti hernia inguinalis
lateralis.
D. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intraperitoneal yang meningkat
sebagai penyebab timbulnya hernia.
 Rectum toucher : BPH, Stenosis anal, tumor recti
 Thorak foto : batuk kronik,tumor paru
 USG abdomen : asites, tumor abdomen
 Genetalia eksterna : striktur uretra,phymosis

2.8 Diagnosa Banding1,4,6


 Hidrokel testis
 Limfadenopati
 Abses inguinal
 Varikokel
 Hematom karena trauma
 Lipoma
 Tumor testis

2.9 Komplikasi1,3
 Terjadi perlekatan antara isi hernia dan kantung hernia sehinga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Pada keaadan ini belum ada terjadi
obstruksi.
 Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Sehingga cincin hernia menjadi relative sempit menimbulkan
obstruksi usus keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
 Bila inkarserata dibiarkan maka timbul edem sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulate.
 Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh drah dan menimbulkan nekrosis
 Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung
muntah dan obstipasi.
 Bila isi perut terjepit dapat terjadi syock, demam, asidosis metabolik, abses.

2.10 Tata Laksana1,3,4


a) Non Operatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata,kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena
cincin hernia yang lebih elastis).
Indikasi:
 Bila menolak operasi
 Disertai penyakit berat yang dapat meningkat tekanan intraabdominal
(asites, sirosis hepatis, tumor paru)
 Hernia inguinalis medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi
dahulu faktor penyebabnya)

Reposisi dilakukan secara bimanual.Tangan kiri memegang hernia


membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara
yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai
sekarang. Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.

b) Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional.
Indikasi operatif:
 Hernia inguinalis dengan omplikasi inkarserata ataupun strangulate
 Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau
irreponibilis)
 Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dang mengganggu

Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.


 Herniotomi : dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
 Hernioplastik : dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis.
Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra
indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral
dilakukan dalam satu tahap,terutama pada hernia inguinalis sinistra.
Untuk tindakan bedah ini terdiri dari 3 metode :
- Bassini : menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis .funikulis
spermatikus tetap berada di kanalis inguinalis
- Halstedt : jahitan seperti metode bassini tetapi funikulus
spermatikus berada diatas aponeurosis MOE dibawah kulit
- Fergusson : conjoint tendon dijahitkan pada ligamnentum inguinal
di atas funikulus spermatikus, kecuali pada daerah anulis eksternus
dimana tempat funikulus keluar menuju scrotum.
Saat ini sering digunakan prolen mesh(mersilen mesh) untuk menutup
atau memperkuat dinding belakang canalis inguinalis.
 Hernioraphy : herniotomy disertai hernioplasty.

2.11 Komplikasi Post Operasi1,5,6


 Hematoma (pada luka atau pada skrotum)
 Infeksi pada luka operasi
 Nyeri kronis
 Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
 Rekurensi/residif
 Cedera v.femoralis,n.ilioinguinalis,n.iliofemoralis,duktus deferens, atau buli
buli.

2.12 Prognosis2,6
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan.Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi kecuali pada hernia berulang atau hernia besar yang memerlukan
penggunaan materi prosthesis.Pada kasus herbia, yang terpenting adalah
mencegah factor predisposisinya.

BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia.Secara umum diklasifikasikan menjadi, hernia eksterna, hernia intraparietal,
hernia interna, hernia reponibel (reducible hernia), hernia ireponibel (inkarserata) dan
hernia strangulasi.
Berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi hernia inguinalis,
hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia paraumbilikalis, hernia ventralis, hernia
epigastrika, hernia lumbalis, hernia Littre, herniaSpeighel, hernia obturatoria, hernia
perinealis, hernia pantalon. Gambaran klinik dan penegakkan diagnosis pada hernia
tergantung dari perkembangan dan lokasi hernia.
Penatalaksanaan hernia ada dua yaitu konservatif dan operatif, tergantung dari
gambaran klinis dan jenis hernia. Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita
serta ketepatan penanganan.Tapi pada umumnya baik.

Anda mungkin juga menyukai