Teknik Relaksasi Campak
Teknik Relaksasi Campak
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Lingga Liwa Ati
NIM. ST14 035
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
SANGGUNG SUKOHARJO”.
Sukoharjo 35
Campak
Kampus
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Abstrak
Bayi yang mendapat imunisasi campak akan mengalami nyeri yang dapat
menimbulkan kecemasan yang berlebihan bahkan trauma, maka dari itu perlu
dilakukan tindakan atraumatic care seperti kompres es untuk menurunkan nyeri
sehingga tidak akan timbul kecemasan yang berlebihan bahkan trauma. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat
imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi
exsperiment post-test only with non-equivalent control group design yang
dilakukan di Desa Sanggung Sukoharjo. Teknik pengambilan menggunakan total
sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P value < 0,000 (P value<0,05),
artinya ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak
pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo. Kompres es terbukti sebagai
cara yang efektif, mudah dan hemat yang dapat dilakukan untuk menurunkan
tingkat nyeri terutama nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
Kompres es dapat meningkatkan endorphin dan menekan produksi prostalglandin
sehingga dapat meningkatkan ambang batas nyeri.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk
dan TBC. Imunisasi juga merupakan salah satu program pemerintah yang
perkembangan dari tahun 2010. Asia Tenggara pada tahun 2011 menjadi
menurut data dari Ditjen PPPL Kemenkes RI (2014) hanya mencapai 48,4%.
trauma tidak hanya pada anak namun juga dapat terjadi pada keluarga
(Razek & El-Dein, 2009). Kecemasan dan trauma yang ditimbulkan dari
potensi anak mengalami fobia terhadap jarum dan tindakan medis serta
dan trauma pada anak terutama nyeri yang disebabkan oleh injeksi imunisasi
(Lory, 2009 dalam Ismanto, 2015). Atraumatic care pada anak selain untuk
orang tua yang mendampingi anak (Subandi, 2012). Atraumatic care yang
salah satu metode dalam atraumatic care adalah dengan ice application atau
biasa disebut dengan kompres es. Menurut penelitian Jose & Umarani
(2013) kompres es terbukti dapat menurunkan persepsi nyeri pada anak usia
tindakan pengambilan darah vena pada anak yang dirawat di Rumah Sakit
lapangan selama ini adalah rasa takut dan cemas pada bayi dan ibu atau
ibu yang mendampingi bayi yang diimunisasi menyatakan bahwa takut dan
tidak tega bila melihat anaknya menangis saat di imunisasi. 3 dari 5 ibu juga
menyatakan bahwa tidak mau membantu memegang bagian tubuh bayi saat
Bidan desa juga menyatakan bahwa selama ini belum ada Standar
pada bayi dengan mengatakan bahwa ada hewan atau sesuatu yang menarik
dan akan diberikan ASI atau susu formula setelah dilakukan imunisasi.
Sampai saat ini belum ada intervensi khusus yang dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri serta respon tangisan histeris yang ditimbulkan saat
ASI atau susu formula, tidak pula dilakukan tindakan atraumatic care
seperti kompres es. Fenomena inilah yang membuat penulis tertarik untuk
perlakuan kompres es .
mahasiswi keperawatan.
campak.
LANDASAN TEORI
2.1 Imunisasi
7
2.1.3 Jenis Imunisasi
2008) yaitu:
a. Imunisasi Aktif
aktif ini berhasil, ketika tubuh terjadi infeksi maka tubuh secara
b. Imunisasi Pasif
a. Imunisasi Dasar
kematian dan kecacatan secara permanen saja yang saat ini dapat
1. Hepatitis B
3. Tubercolusis (TBC)
4. Difteri
DT.
5. Pertusis
imunisasi DPT.
7. Campak
kali pemberian yaitu pada saat bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi
imunisasi lanjutan.
bayi, balita dan anak-anak, ada beberapa kriteria yang tidak dapat
diberikan imunisasi, antara lain pada bayi, balita atau anak yang
sedang dalam kondisi imun yang menurun seperti pada anak yang
2015).
2.2 Nyeri
1. Berdasarkan durasi
a. Nyeri akut
yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan dan daerah
2. Berdasarkan tempatnya
a. Pheriperal pain
injeksi.
b. Deep pain
c. Refered pain
Refered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan
d. Central pain
pertama kali akan diterima oleh nosiseptor mekanis dan stimulus nyeri
menuju ke Sistem Syaraf Pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri
ini adalah cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis. Cornus
terbuka maka impuls nyeri akan diterima serta ambang nyeri akan
(Andarmoyo, 2013).
2.2.5 Intensitas Nyeri
untuk mengukur nyeri pada anak usia >2 bulan sampai 7 tahun
6 nyeri berat dan 7-10 nyeri berat sekali (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2014).
2. Skala Oucher
untuk mengukur skala nyeri pada anak-anak. Skala ini terdiri dari
skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak
yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Sangat
Hebat
2.3 Kompres Es
kulit dengan batas sebuah kain agar tidak menimbulkan rasa yang
terlalu dingin.
nyaman serta mengalihkan fokus perhatian dari stimulus nyeri (Hall &
Stockert, 2007). Kompres es yang dilakukan pada area kulit juga dapat
A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga menurunkan transmisi
penderita dengan:
1. Luka terbuka
Nama Hasil
Judul Penelitian Metode Penelitian Penelitian
Peneliti
Jisy Jose & Effect of ice - Desain penelitian Kompres es
Umarani application in yang digunakan terbukti dapat
(2013) reducing pain adalah quasi meminimalisir
perception of eksperimental. nyeri imunisasi
- Penelitian
toodlers during pada anak usia
dilakukan di klinik
immunization imunisasi. toodler.
- Sampel dipilih
dengan
menggunakan
teknik convenience
sampling dan
dibagi menjadi
kelompok kontrol
dan kelompok
eksperimen.
- Sampel terdiri dari
60 anak berusia
15-18 bulan.
- Sampel pada
kelompok
eksperimen
diberikan kompres
es (es dibungkus
kain katun)
sebelum dilakukan
imunisasi,
kompres dilakukan
disekitar area
penusukan selama
30 diikuti dengan
istirahat selama 60
detik dan diulang
dua kali kemudian
dilakukan
imunisasi.
- Tingkat nyeri
diamati dan diukur
menggunakan
FLACC Behavior
Pain Assessment
Scale.
- Kelompok control
dilakukan
imunisasi tanpa
diberikan kompres
es.
Navjot Effect of ice pack - Sampel berjumlah Kompres es
Kiran, applicationat the site 100 yang diambil terbukti murah,
Sukhjit prior to venipuncture secara random dan aman dan
Kaur dan on intensity of pain dibagi kedalam mampu
kelompok kontrol
Marwaha among children mengurangi
dan kelompok
(2013) perlakuan. tingkat nyeri
- Kompres es pada anak usia
dilakukan dengan pra sekolah
cara kantong es yang dilakukan
yang dilapisi kain prosedur
flannel diletakkan
±5cm di sekitar pengambilan
area penusukan darah vena.
yang dilakukan
sekitar 3 menit.
- Alat ukur
menggunakan
FLACC Behavior
Pain Assessment
Scale.
Gusgus Perbedaan dampak - Merupakan quasi Pemberian
Ghraha penggunaan EMLA eksperimen EMLA dan
Ramdhanie dan kompres dingin - Rancangan kompres dingin
(2013) terhadap tingkat penelitian posttest sama-sama
only dengan 1
nyeri anak usia dapat
kelompok
sekolah saat tindakan diberikan EMLA menurunkan
pungsi venadi RSU dan 1 kelompok tingkat nyeri
Dr. Slamet Garut diberikan kompres pada anak usia
dingin. sekolah yang
- Pendekatan dilakukan
sampling yang tindakan pungsi
dipakai adalah
vena.
non-probabilitas
dengan metode
consecutive
sampling dengan
jumlah sampel 50
anak usia sekolah.
- Alat ukur
menggunakan
wong baker pain
rating scale
- Kompres es
diberikan 3 menit
sebelum dilakukan
pungsi vena.
Endah Pengaruh pemberian - Penelitian Kompres es
Sulistiyani kompres es batu menggunakan terbukti dapat
(2009) terhadap tingkat quasi-eksperimen menurunkan
nyeri pada anak usia dengan rancangan nyeri pada
nonequivalent
pra-sekolah yang prosedur
control group after
dilakukan prosedur only design pemasangan
pemasangan infus di - 32 anak dalam infuse pada
RSUP Dr. kelompok kontrol anak pra
Ciptomangunkusumo dan 32 kelompok sekolah
Jakarta perlakuan
- Pengumpulan data
menggunakan 1
kuisioner dan
observasi
menggunakan
skala wong baker
pain faces
Sumber: Andarmoyo (2013), Hall & Stockert (2007), Saputra Lyndon (2013).
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berpengaruh diteliti
2.6 Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
jalannya eksperimen, sampel yang digunakan pada metode ini tidak boleh
diambil secara acak, desain ini menggunakan kelompok kontrol dan hanya
2015).
Keterangan:
24
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
penelitian ini adalah bayi usia 9 bulan yang menjalani vaksin campak
3.2.2 Sampel
yang dibagi menjadi 2 tahap pertemuan yaitu pada pukul 09.00 WIB
1. Nyeri
dilakukan perlakuan.
2. Kompres Es
dalam plastik tipis dan dilapisi dengan kain katun lalu dikompreskan
pada area yang akan di imunisasi selama 3-5 menit. bayi yang
lembar observasi.
penelitian untuk mengetahui kesamaan antara alat ukur dan objek yang
diukur (Sugiyono, 2015). Uji Reabilitas adalah uji yang dilakukan untuk
sama apabila digunakan pada obyek yang sama dalam waktu yang berbeda
(Sugiyono, 2015).
34
35
dan reliable untuk digunakan sebagai alat ukur nyeri pada bayi usia 9
bulan.
yaitu:
3. Peneliti membagi bayi yang datang pada pukul 09.00 WIB menjadi
kelompok perlakuan dan bayi yang datang pada pukul 15.00 WIB
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
pengukuran
4. Proccesing
5. Cleaning
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
analisa bivariat (Dahlan, 2008). Uji normalitas data pada penelitian ini
teknik Saphiro Wilk dengan hasil kelompok kontrol p> 0,05 (0,215>
independent t test.
terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan
3.7.1 Anonimity
data. Penulis akan mecantumkan inisial dan member nomor pada lembar
observasi.
3.7.2 Confidentiality
3.7.4 Justice
responden.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
(66,7%).
41
4.1.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
median, maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar
pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai
Nyeri
P Value
Mean Std. deviasi
Kelompok Kontrol 4,60 1,993
0,000
Kelompok Perlakuan 2,33 0,976
BAB V
PEMBAHASAN
mendapat imunisasi campak. Hal ini sesuai dengan Permenkes no. 42 tahun
peneliti jenis kelamin tidak mempengaruhi respon nyeri terutama pada bayi
usia 9 bulan. Hal ini sesuai dengan Andarmoyo (2013) bahwa jenis kelamin
5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu
nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan standar deviasi
1,993. Nilai minimum dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama
43
44
dengan kelompok perlakuan yang diberikan kompes es. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa setiap bayi yang diberi imunisasi campak melalui
stimulus nyeri akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan
oleh serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen menuju
ke sistem syaraf pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri ini adalah
cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis, Cornus dorsalis di anggap
juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus dorsalis terdapat jaras
askenden, apabila jaras askenden aktif atau terbuka maka impuls nyeri akan
bahwa salah satu manfaat dari kompres es adalah mengurangi nyeri. Kompres
es bila diberikan pada sumber nyeri seperti tusukan jarum dapat menurunkan
(Muttaqin, 2008). Menurut Hall & Stocker (2007) kompres es dapat memacu
45
test menunjukkan nilai P value < 0,05 (0,000<0,05) yang berarti Ho ditolak
saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.
Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian lain yang menyatakan bahwa
Local Anesthetics) pada anak usia sekolah yang dilakukan prosedur pungsi
serabut syaraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga
efektif dan efisien bila digunakan sebagai stimulasi kulit, terutama pada anak
stimulus nyeri akan berkurang (Ball & Blinder, 2003 dalam Sulistiyani,
merupakan metode murah, aman dan mampu mengurangi rasa nyeri saat
mendapatkan imunisasi hanya dengan prosedur seperti biasa yaitu bidan akan
penelitian.
47
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
disimpulkan:
1. Nilai mean, median dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada
kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00 dan standar
deviasi 1,993. Nilai tingkat nyeri maksimum pada kelompok kontrol yang
6.2 Saran
47
48
2. Bagi Masyarakat
atau yang mendampingi bayi saat imunisasi tidak akan merasa cemas
imunisasi campak.
DAFTAR PUSTAKA
Beyer Judith E, Villaruel Antonia M, Denyes Mary J. 2009. The Oucher: User’s
Manual and Technical Report. http://www.oucher.org/the_scales.html.
Diakses pada 15 Juni 2015.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2010/dokumen/2014/SDK/
Mibangkes/BUKU_SAKU_TH2013.pdf. Diakses pada 15 Juni 2015.
Ditjen PPPL Kemenkes RI. 2014. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. www.depkes.go.id /download.php?
file=download/...%20Des%2014.pdf, diakses pada 15 Juni 2015.
Dwienda Octa, Maita Liva, Saputri E. Maya, Yulviana Rina. 2014. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk
Para Bidan. Deepublish. Yogyakaarta. Hal 91-92.
Hall Amy, Stockert A. Patricia. 2007. Basic Nursing: Essentials for Practice.
Mosby Elsevier. Canada. Hal: 841-843.
Hockenberry, MJ. Wilson D. 2007. Wongs Nursing Care of Infant and Children
Edisi 8. Mosby Elsevier. St Louis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia . 2014. Penilaian Nyeri Dan Sedasi Pada Bayi dan
Anak. http://picunicu.org/wpcontent/uploads/2014/09/2_penilaian_nyeri_
dan_sedasi_pada_bayi_dan_anak-hari_kushartono.pdf. Diakses Pada 1
Desember 2015.
50
Jose Jisy, Umarani. 2013. Effect Of Ice Application in Reducing Pain Perception
Of Toodlers During Immunization. International Journal of Recent
Scientific Research 4(5): 630-633.
Kiran Navjot, Kaur Sukhjit, Marwaha. 2013. Effect of Ice Application at the Site
Prior to Venipuncture on Intensity of Pain Among Children. Nursing and
Midwifery Research Journal 9(4): 160-167.
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika. Jakarta. Hal: 525.
Oktarni, S. Rika. 2015. Panduan Lengkap Posyandu untuk Bidan dan Kader
Posyandu. Jakarta. Hal: 91.
Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Bina Rupa Aksara
Publisher. Tangerang. Hal: 210.