Anda di halaman 1dari 10

STABILITAS OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian)
dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan (shelf-life). Sediaan obat yang stabil adalah suatu sediaan yang
masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan
dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat.
Jenis stabilitas merupakan kondisi yang dipertahankan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan obat. Beberapa jenis perubahan
stabilitas produk farmasi yang diperlukan untuk dipertimbangkan adalah
perubahan fisika, kimia dan mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi
penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan,
kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap, bentuk dan ukuran
partikel. Stabilitas kimia meliputi degradasi formasi produk, kehilangan
potensi (bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet,
antioksidan dan lain-lain). Stabilitas mikrobiologi meliputi
perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan nonsteril, sterilisasi dan
perubahan efektivitas pengawet. Stabilitas Mikrobiologi meliputi
perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan, sterilisasi dan perubahan
efektivitas pengawet. Stabilitas Terapi meliputi efek terapi tidak berubah.
Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan
kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan
yang digunakan untuk formulasi sediaan) dan faktor faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban dan cahaya.
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien
menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi
efek terapi aktif. farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

ia merupakan produk yang stabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal


kedaluwarsa. apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-
obatan, pemilihan wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut,
mengantisipasi interaksi ketika pencampuran beberapa bahan obat,
persiapan, dan menginformasikan kepada pasien setiap perubahan yang
mungkin terjadi setelah obat telah diberikan

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi
setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari
pengusaha obat sampai ke pasien. Ahli farmasi harus mengetahui
ketidakstabilan potensial dari obat yang dibuatnya. Dokter dan penderita
harus diyakinkan bahwa obat yang tertulis atau digunakannya akan sampai
pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek
pengobatan yang diinginkan (Martin, dkk, 1993).
Laju atau kecepatan suatu reaksi diberikan sebagai ±, artinya
terjadi penambahan atau pengurangan konsentrasi C dalam selang waktu dt.
Menurut hukum aksi massa, laju suatu reaksi kimia sebanding dengan hasil
kali dari konsentrasi molar reaktan yang masing-masing dipangkatkan
dengan angka yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-zat yang ikut
serta dalam reaksi. Laju berkurangnya masing-masing komponen reaksi
diberian dalam bentuk jumlah mol ekuivalen masing-masing komponen
yang ikut serta dalam reaksi. Laju reaksi adalah laju kecepatan suatu reaksi
dc
yang dierikan sebagai ± . Artinya terjadi penambahn (+) dan pengurangan
dt

(-) konsentrasi C dalam selang waktu dt. (Martin, dkk, 1993)


Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuan perubahan
konsentrasi per periode waktu. Misalnya, mol per liter per jam, dan laju
reaksi kimia yang terjadi dalam larutan biasanya sebanding dengan
konsentrasi spesies reaksi. (Martin, 1971)
Dari hukum aksi massa, suatu garis lurus didapat bila laju reaksi
diplot sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan dipangkatkan dengan bilangan
tertentu. Orde reaksi keseluruhan adalah jumlah pangkat konsentrasi-
konsentrasi yang menghasilkan sebuah garis lurus. Orde bagi tiap reaktan
adalah pangkat dari tiap konsentrasi reaktan (Martin, 1993)
Perbedaan orde reaksi dilihat dari nilai K dan waktu paruh yaitu :
(Martin, 1993)

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

1. Orde nol
2,303 a
K= log (a−µ)
t
0,693
t½ = K

2. Orde satu
2,303 b (a−µ)
K = t (a−b) log a(b−µ)
1
t½ =
aK

3. Orde dua
Ao−At
At = Ao – Kot atau K = t
½ Ao
t½ = Ko

Konstanta k yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan


reaksi elementer, disebut konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap
perubahan dalam kondisi reaksi, seperti temperature, pelarut, atau sedikit
perubahan dari suatu komponen yang terlibat dalam reaksi akan
menyebabkan hukum laju reaksi mempunyai harga yang berbeda untuk
konstanta laju spesifik. Secara eksperimen, satu perubahan konstanta laju
spesifik berhubungan terhadap perubahan dalam kemiringan garis yang
diberikan oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta laju spesifik
merupakan kebermaknaan fisik yang penting, karena perubahan dalam
konstanta ini menggambarkan suatu perubahan pada tingkat molekul
sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi (Martin, dkk, 1993).
Konstanta laju yang didapatkan dari reaksi-reaksi yang
mengandung sejumlah langkah molekularita yang berbeda merupakan
fungsi konstata laju spesifik untuk berbagai bentuk langkah setiap
perubahan dalam sifat-sifat dari satu langkah yang disebabkan modifikasi
pada kondisi reaksi itu atau pada sifat-sifat dari molekul yang terlibat dalam
langkah-langkah ini, akan menyebabkan perubahan harga konstanta laju
keseluruhan. Pada saat variasi dalam konstanta laju reaksi keseluruhan dapat
digunakan untuk memberikan informasi yang berguna mengenai suatu
reaksi. Segala sesuatu yang memengaruhi konstanta laju spesifik akan

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

mempengaruhi laju lainnya, maka sulit untuk memberikan arti variasi dalam
konstanta laju keseluruhan untuk reaksi ini (Martin, dkk, 1993)
Hal tersebut juga berkaitan dengan waktu paruh obat. Waktu paruh
suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran
kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas,
asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, dan faktor-faktor lain yang dapat
menyebabka rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan
oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian species,, atau perpindahan atom-
atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi. Waktu
paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai
setengahnya dari konsentrasi mula-mula. Obat yang sama dapat
menunjukkan orde penguraian yang berbeda pada konsidi yang berbeda.
Walaupun penguraian hidrogen peroksida, misalnya dengan katalis ion
iodine adalah sau orde pertama, telah ditemukan bahwa penguraian larutan
yang distabilkan dengan berbagai pereaksi dapat menjadi orde-nol. Dalam
hal ini, di mana reaksi tidak tergantung pada konsentrasi obat, penguraia
mungkin akibat kontak dengan dinding wadah atau berbagai faktor luar
lainnya (Martin, dkk, 1993)
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya:
1. Metode substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde
reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan
dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan
sesuai dengan orde tersebut.
2. Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde
reaksi tersebut. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis
lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log
(a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua
akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t


menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi
mula-mulanya,reaksi adalah orde ketiga.
3. Metode waktu paruh
Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi
awal, Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a;
waktu paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a = b sebanding dengan
1/a dari dalam reaksi orde ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan
1/a². Umumnya berhubungan antar hasil di atas memperlihatkan
waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh reaktan sama.
(Martin, 1983).
Faktor –faktor yang mempengaruhi terhadap laju reaksi (Martin,
1993):
a. Temperature
Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira dua atau tiga
kalinya tiap kenaikan 10°C . pengaruh temperature terhadap
laju ini diberikan dengan persamaan yang pertama kali
dikemukakan oleh Arrhenius, K = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇 atau log K = log A
−𝐸𝐴
= 1/ RT. Dimana adalah laju reaksi spesifik, A adalah
2,303

konstanta, yang disebut faktor frekuensi, Ea adalah energy


aktivitas, R adalah konstanta gas, 1,987 kal/derajat mol dan E
adalah temperature absolute.
b. Kekuatan ion
Dalam suatu reaksi antar ion, reaktan A dan B mempunyai
muatan ZA dan ZB dan kompleks teraktivasi (A-B)n mempunyai
muatan (ZA + ZB). Suatu reaksi yang melibatkan ion dan dapat
dinyatakan sebagai :
AZA + BZB (A…..B)+(ZA+ZB) produk

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

c. Konstanta dielektrik
Efek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju reaksi yang
diekstrapolarikan sampai pengenceran tidak terbatas yang
pengaruh kekuatannya ion adalah mol, sering merupakan
informasi yang diperlukan dalam pengembangan obat baru.
d. Katalis asam-basa spesifik
Larutan sejumlah obat mengalami percepatan penguraian pada
penambahan asam atau basa jika larutan obat didapar,
penguraian tidak akan dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi
asam/basa yang berarti, sehingga reaksi diperkirakan dikatalis
oleh ion hydrogen atau hidroksil.
e. Katalis asam-basa umum
Dalam kebanyakan system yang penting untuk farmasi dapat
digunakan untuk mempertahankan pH pada larutan tertentu.

Reaksi penguraian yang terjadi pada bahan obat dapat digolongkan


hidrolisis reaksi air dengan ester seperti etil asetat dan dengan amida
seperti prokanamida dikenal sebagai hidrolisis, akan tetapi redaksi antara
air dan ion-ion garam dari asam lemak dan basa lemah juga disebut
hidrolisis iodik contoh hidrolisis pada aspirin, dimana ditemukan oleh
Edwan (Martin, 1993).

Cara mengatasi penguraian yang terjadi pada bahan obat, dengan


menyesuaikan pH larutan/ jenis dapar dan deglarasi reduksi merupakan
percepatan electron oksidasi sering memiliki indikasi bebas difusi reaksi-
reaksi berantai (Martin, 1993).

Analisis kestabilan yang dipercepat, dahulu banyak perusahaan


farmasi mengandakan evaluasi mengenali stabilitas sediaan farmasi
dengan pengamatan selama 1 tahun lebih. Sesuai dengan waktu yang
diperlukan dalam penggunaanya. Metode seperti dapat memakan waktu
dan tidak ekonomis penelitian yang dipercepatkan dalam temperature

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

tinggi juga banyak dilakukan dibanyak perubahan tetapi juga banyak


dilakukan dibanyak perusahaan tetapi kentarinya sering merupakan criteria
larutan yang tidak didasarkan dalam prinsip-prinsip ketika kimia teknikmi
K untuk pengurangan obat yang dengan larutan pada berbagai temperature
yang dinaikkan diperoleh dengan memplot beberapa fungsi konstanta
terhadap waktu (Martin, 1993).

Metode pengujian yang didasarkan pada hukum Arrhenius hanya


berlaku jika penguraian merupakan fenomena terminal dengan energy
aktivitas sekuat 10 sampai 30 kkal/mol. Jika penguraian karena membeku
kontaminasi oleh mikroorganisme. Guncangan yang terlalu kuat selama
pengangkutan. Pengenilitian tentang temperature yang diuraikan ternyata
kurang berguna untuk merupakan unsur produk (Martin, 1993).

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

BAB 3 METODE KERJA

3.1. Alat Praktikum


Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah timbangan,
labu takar 100 mL, labu takar 50 mL, labu takar 10 mL,
spektrofotometer, kuvet, gelas kimia 100 mL, batang pengaduk,
sendok tanduk, gelas ukur 10 mL, vial, oven, spoit 1 mL, stopwatch,
dan botol semprot.
3.2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
parasetamol, sirup parasetamol, air, larutan NaOH 0,1 N, dan kertas
timbang.
3.3. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan. Disiapkan beberapa vial untuk setiap
menit. Disiapkan oven hingga suhu 60°C. Dimasukkan setiap vial
dengan 5 mL sirup parasetamol. Dimasukkan vial yang telah diisikan
sirup parasetamol ke dalam oven. Setelah itu, pada menit ke 0, 30, 60,
90, 120, 150, dan 180 diambil setiap 1 vial. Diencerkan sirup
parasetamol 1 mL dengan NaOH hingga batas 10 mL. Kemudian
diambil 1 mL yang telah diencerkan di masukkan ke dalam gelas ukur
50 mL dan ditambahkan aquadest hingga batas tanda. Setelah itu
diambil 1 mL dari larutan yang telah diencerkan dan dimasukkan
kedalam gelas ukur 10 mL dan diencerkan kembali dengan aquadest
hingga batas tanda. Diukur kadar sirup parasetamol dengan alat
spektrofotometer.

4C FARADILLA KARIM
STABILITAS OBAT

4C FARADILLA KARIM

Anda mungkin juga menyukai