Anda di halaman 1dari 23

BAB V

GAYA BELAJAR

Mengapa kita semua begitu berbeda sekaligus mirip pada saat yang sama?
Apa yang terjadi dengan gaya kita setelah tumbuh dewasa? Apakah gaya kita
berubah atau tetap sama sepanjang hidup kita?
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut sugihartono, dkk belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan
dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi
yang relative permanen atau menetap kerana adanya interaksi individu dengan
lingkungannya.
Menurut behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi, antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi, stimulus dan
respon (Budiningsih, 2005).
Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan suatu aktifitas yang
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan
struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk didalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya (Budiningsih, 2005). Jadi
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mempengaruhi tingkat
pemahaman seseorang.
Gaya belajar merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam
melaksanakan tugas belajarnya baik dirumah, masyarakat maupun sekolah. Ketika
seseorang dalam proses belajar sudah menemukan gaya belajar yang sesuai
dengan dirinya maka akan memudahkan anak untuk memahami materi yang
disampaikan guru.
1. Pandangan Umum Model-Model Gaya Belajar
Model VAK adalah dasar bagi Neuro-Linguistic Programming (NLP-
kajian tentang “kata-kata dan saraf”), yang memperhitungkan melalui
modalitas (indra) mana orang-orang memproses dan menyimpan informasi.
Diciptakan pada 1970-an, model in sekarang digunakan secara luas untuk
konseling, pembelajaran, dan pelatihan komunikasi. Dimana:

1. Visual (belajar dengan cara melihat)


Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung belajar
melalui hubungan visual (penglihatan). Dengan demikian dalam gaya
belajar visual yang sifatnya eksternal, ia menggunakan materi atau media
yang bisa dilihat atau mengeluarkan tanggapan indera penglihatan. Materi
atau media yang bisa digunakan adalah buku, poster, majalah, rangka
tubuh manusia, peta, dan lain-lain. Sedangkan gaya belajar visual yang
bersifat internal adalah menggunakan imajinasi sebagai sumber informasi.
Dalam gaya belajar visual ini tentunya mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Oleh karena itu anak akan mempunyai kelebihan di bidang
tertentu.
 Kelebihan:
a. Rapi dan teratur
b. Mempunyai sifat yang teliti dan detail ketika mengerjakan
sesuatu.
c. Biasanya tidak terganggu jika harus belajar di dalam keributan
atau keramaian, anak tetap akan berkonsentrasi ketika harus
belajar di tempat ramai.
d. Tulisan tangan relative rapi dan bagus.
e. Cenderung suka membaca
 Kekurangan:
a. Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak
pandai dalam memilih kata-kata.
b. Mengingat dalam instruksi verbal.
c. Kurang menyukai berbicara.
d. Biasanya sukar menginggat suatu informasi yang diberikan secara
lisan.

Peserta didik yang memiliki kemampuan gaya visual, mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut :
a. Rapi dan teratur dalam mngerjakan tugas
b. Berbicara dengan tempo yang cepat
c. Teliti dan rinci dalam mengerjakan tugas
d. Biasanya lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang
didengar
e. Memiliki kemampuan dalam mengeja huruf dengan baik
f. Tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika
sedang belajar
g. Biasanya menyukai membaca dan tekun dalam membaca
h. Biasanya lebih senang membaca daripada dibacakan oleh orang
lain
i. Sering lupa dalam menyampaikan pesan verbal
j. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau
“tidak”
k. Biasanya lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat dan
gambar ) daripada music
l. Biasanya sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan,
tetapi sulit menuliskannya dalam tulisan
m. Senantiasa melihat dan memperhatikan gerak bibir seseorang
yang berbicara kepadanya
n. Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan
sesuatu
o. Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang
menyukai untuk mendengarkan orang lain
Cara belajar visual :
a. Catatan dan hands out
b. Buku berilustrasi
c. Baca sendiri
d. Gunakan warna untuk pointers
e. Gambar, peta, grafik, table, dll
f. Belajar ditempat yang sepi
g. Menghafal dengan asosiasi gambar
h. Multimedia
i. Ide gambar dan diagram

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Gaya belajar ini cenderung menggunakan pendengaran/audio
sebagai sarana mencapai keberhasilan dalam belajar. Gaya belajar auditori
yang bersifat eksternal adalah dengan mengeluarkan suara atau ada suara.
Mereka dapat membaca keras, mendengarkan rekaman kuliah, diskusi
dengan teman, mendengarkan musik, kerja kelompok, dan lain-lain. Gaya
auditori yang bersifat internal adalah memerlukan suasana yang tenang-
hening sebelum mempelajari sesuatu. Setelah itu diperlukan perenungan
beberapa saat terhadap materi apa saja yang telah dikuasai dan yang
belum.
 Kelebihan:
a. Ketika harus mempresentasikan hasil pekerjaannya maka dapat
melaksanakannya dengan baik.
b. Mudah menirukan ucapan oranglain dengan waktu yang relatif
cepat.
c. Mempunyai tata bahasa yang baik.
d. Mudah menginggat nama orang.
e. Suka berbicara.
f. Tidak takut ketika harus berbicara didepan kelas, akan menonjol
ketika terjadi diskusi dikelas.
g. Berbicara dalam irama yang berpola
 Kekurangan:
a. Kurang baik ketika membaca (membaca relatif pelan).
b. Kurang bisa menginggat ketika dibacakan tidak dengan
disuarakan.
c. Kurang baik ketika menulis karangan.
d. Sulit diam untuk waktu yang relatif lama.
e. Mudah terganggu oleh keributan.

Peserta didik yang memiliki kemampuan gaya auditori, mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja atau belajar
b. Biasanya mudah terganggu oleh keributan atau suara yang berisik
ketika sedang belajar
c. Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca
d. Biasanya lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada
membaca sendiri
e. Jika membaca biasanya dengan menyaringkan suara
f. Seseorang yang mengalami keseulitan untuk menuliskan sesuatu,
tapi pandai dalam bercerita
g. Biasanya fasih dalam bercerita
h. Lebih menyukai seni music dibandingkan seni yang lainnya
i. Cara belajarnya dengan mendengarkan (dibacakan) kemudian
mendiskusikan.
j. Seseorang yang senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan
sesuatu secara panjang lebar
k. Terkadang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan visualisasi
l. Pandai mengeja dan mengucapkan kata-kata secara keras
m. Lebih menyukai humor atau gurauan lisan daripada membaca
komik atau buku humor.
n. Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam
kelompok
o. Mengenal banyak sekali lagu / iklan TV
p. Suka berbicara.
q. Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.
r. Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja
dibacanya
s. Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis
t. Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya.

Cara belajar auditory :


a. Lebih mengutamakan mendengarkan penjelasan guru ketika
sedang menerangkan
b. Merekam lebih efektif
c. Berpartisipasi dalam pidato, diskusi dan presentasi
d. Membaca dengan bersuara, merangkai materi dengan music
e. Menghafal dengan bersuara
f. Menulis dengan bersuara atau mendiktekan

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Orang yang bergaya belajar kinestetik belajar melalui gerakan-


gerakan sebagai sarana memasukkan informasi ke dalam otaknya.
Penyentuhan dengan bidang objek sangat disukai karena mereka dapat
mengalami sesuatu dengan sendiri. Gaya belajar jenis ini yang bersifat
eksternal adalah melibatkan kegiatan fisik, membuat model, memainkan
peran, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan gaya belajar kinestetika yang
bersifat internal menekankan pada kejelasan makna dan tujuan sebelum
mempelajari sesuatu hal.
Dalam pelaksanaannya penggunaan gaya belajar ini tentunya akan
menimbulkan suatu kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan
kekurangannya adalah sebagai berikut:
 Kelebihan:
a. Biasanya anak cenderung berpenampilan rapi.
b. Mempunyai kelebihan dalam bidang olahraga.
c. Menyukai pekerjaan di laboraturium.
d. Koordinasi antara mata dan tangan bagus.\

 Kekurangan:
a. Cenderung frustasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan
kuliah dalam jangka waktu yang relatif lama, oleh karena itu
mereka break (istirahat) dalam waktu kuliah berlangsung.
b. Kemampuan kurang dalam mengeja atau spelling.
c. Menggunakan jari telunjuk ketika membaca.
d. Tidak dapat mengerti geografi, kecuali sudah berkali-kali datang
ketempat tersebut.

Peserta didik yang memiliki kemampuan gaya kinestik, mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berbicara dengan perlahan
b. Biasanya menanggapi perhatian fisik
c. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
d. Seseorang yang menyukai gerak ( secara fisik)
e. Cara belajarnya melalui praktek langsung
f. Cara menghafalkan sesuatu dengan berjalan atau melihat
langsung
g. Menggunakan jari menunjukkan kata ketika sedang membaca
h. Seseorang yang banyak menggunakan bahasa tubuh
i. Tidak dapat duduk diam disuatu tempat untuk waktu yang lama
j. Mengalami kesulitan membaca peta kecuali orang tersebut pernah
mengunjunginya
k. Biasanya tulisannya jejek
l. Lebih menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan diri
m. Ingin melakukan segala sesuatu dengan segala hal

Cara belajar teknik kinestik :


a. Aktifitas fisik selama menghafal atau belajar
b. Berbicara lambat, angota tubuh begerak
c. Membaca dengan jari
d. Umum ke khusus

VISUAL AUDITORI KINESTETIK


a. Cenderung melihat a. Mampu mengingat a. Menyentuh segala
sikap, gerakan, dan dengan baik penjelasan sesuatu yang
bibir guru yang guru di depan kelas, dijumpainya,
sedang mengajar atau materi yang termasuk saat belajar
b. Bukan pendengar didiskusikan dalam b. Sulit berdiam diri atau
yang baik saat kelompok/ kelas duduk manis, selalu
berkomunikasi b. Pendengar ulung: anak ingin bergerak
c. Saat mendapat mudah menguasai c. Mengerjakan segala
petunjuk untuk materi iklan/ lagu di sesuatu yang
melakukan sesuatu, televisi/ radio memungkinkan
biasanya akan c. Cenderung banyak tangannya aktif.
melihat teman-teman omong Contoh: saat guru
lainnya baru d. Tak suka membaca menerangkan
kemudian dia sendiri dan umumnya pelajaran, dia
yang bertindak memang bukan mendengarkan sambil
d. Tak suka bicara pembaca yang baik tangannya asyik
didepan kelompok karena kurang dapat menggambar
dan tak suka pula mengingat dengan baik d. Suka menggunakan
mendengarkan orang apa yang baru saja objek nyata sebagai
lain. Terlihat pasif dibacanya alat bantu belajar
dalam kegiatan e. Kurang cakap dalm e. Sulit menguasai hal-
diskusi Kurang mengerjakan tugas hal abstrak seperti
mampu mengingat mengarang/ menulis peta, symbol dan
informasi yang f. Senang berdiskusi dan lambang
diberikan secara lisan berkomunikasi dengan f. Menyukai praktek/
e. Lebih suka peragaan orang lain percobaan
daripada penjelasan g. Kurang tertarik g. Menyukai permainan
lisan memperhatikan hal-hal dan aktivitas fisik
VISUAL AUDITORI KINESTETIK
f. Dapat duduk tenang baru dilingkungan
ditengah situasi yang sekitarnya, seperti
ribut dan ramai tanpa hadirnya anak baru,
terganggu adanya papan
pengumuman di pojok
kelas, dll

Model sistem 4MAT dikembangkan pada awal 1980-an dan didasarkan


pada dominasi otak-kanan dan otak-kiri, yang memberikan wawasan mengenai
cara manusia pertama kali menerima dan kemudian memproses informasi. Ini
berfungsi sebagai model untuk pengajaran dan digunakan disekolah-sekolah
untuk meningkatkan teknik-teknik intruksional.
Model Dunn dan Dunn dikembangkan untuk membantuanak-anak yang
“dirugikan di bidang pendidikan”. Penelitian dimulai pada akhir 1960-an untuk
mengidentifikasi preferensi preferensi individu pada para pelajar selama
berlangsungnya proses belajar. Merupakan model pembelajaran yang paling
komprehensif dan paling cermat diteliti dan tersedia dalam dua versi: LSI
(Learning Styles Inventory) untuk anak-anak sekolah dan PEPS (Productivity
Environmental Preference Survey) untuk orang dewasa.
Brain Quadrants dari Hermann Brain Dominance Model menjabarkan
preferensi-preferensi untuk fungsi mental dan dominasi otak. Didasarkan pada
penelitian yang berkaitan dengan otak, model ini diciptakan pada akhir 1970-
an dan digunakan dalam pelatihan manajemen untuk meningkatkan kreativitas
dan produktivitas orang-orang.
Gregorc Enegic Model of Mindstyles, yang diciptakan pada
pertengahan 1970-an, menyajikan cara yang terorganisasi untuk
mempertimbangkan bagaimana pikiran bekerja. Model ini mengidentifikasi
empat kualitas yang terdapat didalam empat aliran mediasi dasar. Butler
menyempurnakannya, dan model ini digunakan bagi strategi-strategi
intruksional untuk meningkatkan pengajaran kelas.
Working Style Analysis didasarkan atas model asli Dunn dan Dunn,
tetapi telah dikembangkan dalam dua wilayah: indriawi dan dominasi otak
kiri/kanan. Model ini diciptakan bersama pada 1993, dikomputerkan di
selandia baru pada 1994, dan terutama bisa diterapkan pada orang-orang
ditempat kerja dan untuk perencanaan karier.

2. Gaya Belajar Analitis Dan Holistis

Penelitian terhadap Model Gaya Belajar dari Dunn dan Dunn telah
membuktikan bahwa tipe orang yang memproses dengan otak kiri (analitis)
lebih menyukai lingkungan belajar dan bekerja yang: sunyi, pencahayaan yang
terang, dan dirancang secara formal. Mereka tidak memerlukan makanan
camilan, dan bisa belajar dengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan
kehadiran figur yang berwenang.

Sebaliknya, kebanyakan tipe orang yang memproses dengan otak-kanan


lebih menyukai “penglihatan”: kebisingan atau musik, pencahayaan redup,
rancangan informal, makanan camilan, mobilitas dan interaksi dengan rekan
lain di tempat kerja atau selama belajar atau ketika sedang berkonsentrasi.
Perbedaan lain gaya belajar Analitis dan Holistis
ANALITIS HOLISTIS
Belahan otak kiri Belahan otak kanan (R.sperry)
Refleksi/analitis Impulsif/global (Dunn dan Dunn)
Berurutan Sekaligus (Dunn dan Prashing)
Introver Ekstrover (R. Ornstein)
Peraih tingkat tinggi Peraih tingkat rendah (R. Ornstein)
Tenang dan berhati-hati Membebaskan (R. Ornstein)
Jalur-tunggal Jalur-memajemuk (A. Gore)
c. Maskulin Feminin (J. Nicholson)
Otak-kiri logis Otak kanan intuitif (H. Alder)
Kotak dan segitiga Lingkaran dan garis bergelombang
(S. Dellinger)
S dan C tinggi D dan I tinggi (profil DISC)
Bagian akademik Kegiatan Kreatif (G. Dryden)

3. Mengenali Gaya Belajar Peserta Didik


1. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa
Guru masa kini tahu bahwa berbagai cara dimana para siswa belajar
sangat bervariasi. Seoarang siswa memiliki kekuatan dan kelemahan
tertentu yang dapat dibangun dan ditingkatkan melalui pengajaran yang
efektif. Pelajaran berbasis proyek dengan teknologi adalah cara yang tepat
untuk menggunakan kekuatan siswa untuk membantunya menjadi pemikir
yang lebih baik dan pelajar yang lebih mandiri.
Berbagai tugas proyek yang mengijinkan siswa untuk menggunakan
gaya belajarnya sendiri bagaimanapun bukan jalur langsung menuju
pemikiran tingkat tinggi. Adalah mungkin untuk membuat berbagai produk
yang mencerminkan pemikiran yang dangkal. (Ennis, 2000).
Bagaimanapun, berbagai factor yang memotivasi berasosiasi dengan pilihan
saat gaya belajar individu dibahas dalam proyek, menyarankan bahwa
mengajarkan kecakapan berpikir dalam konteks gaya belajar individu
meningkatkan kemungkinan bahwa para siswa akan mempelajarinya.
Penggunaan teknologi dalam proyek juga memberikan berbagai
kesempatan bagi siswa untuk membuat berbagai pilihan tentang bagaimana
mereka mereka belajar, mengijinkan mereka untuk mengambil keuntungan
dari berbagai kekuatan gaya belajar mereka. Menggunakan software dan
hardware untuk membuat video, slide shows, publikasi dan komposisi
musik dapat membantu para siswa mempelajari berbagai kecakapan berpikir
dan subyek isi masalah dalam berbagai cara yang mengakui berbagai bakat
dan minat mereka.
Kita telah memahami bahwa setiap peserta didik memiliki modalitas
belajar atau gaya belajar yang berbeda-beda. Dalam praktik pembelajaran,
kita tidak diperkenankan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana
yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang berbeda
kecenderungannya dengan kita akan merasa dirugikan. Inilah yang disebut
dengan “mall praktik mengajar” yang akan merusak jiwa (mental) anak dan
berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya generasi dimasa
mendatang. Untuk itulah tenaga pendidik (terutama guru) harus berupaya
mengenali gaya belajar peserta didiknya, dan akhirnya kita implementasikan
dalam proses pembelajaran.

2. Mengetahui Cara Belajar Siswa

Dalam praktiknya juga tidak mudah mengetahui gaya belajar siswa.


Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar
siswa,
Cara pertama: menggunakan observasi secara mendetail terhadap
setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas.
Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang
mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang
“kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka
sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang
cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara
sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang
lebih menonjol.
Cara kedua: Dengan memutar film, menunjukkan gambar atau
poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar
mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai
kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-
spasial akan lebih tertarik dan antusias.
Cara ketiga: Dengan metode pembelajaran menggunakan praktik
atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias
dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat
bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga
lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui
kecenderungan gaya belajar yang mereka miliki.
Cara keempat: Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian
yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya
terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan
model rumah ini, pertama adalah melakukan praktik langsung dengan
mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-
potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah
secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk
tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut
dari awal hingga akhir. Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan
melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui
gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara
keseluruhan. Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis
mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan
tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar
kinestetik akan langsung mempraktikkan dengan mencoba-coba
menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu
melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan
terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih
memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.
Cara Kelima: Dengan melakukan survey atau test gaya belajar.
Namun demikian, alat survey ataupun test ini biasanya mengikat pada satu
konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan test
tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang
dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena menggunakan metodologi
yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau test psikologi semacam ini
mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk
segera mengetahui gaya belajar siswa.
Menurut Don Schuster, profesor di lowa State University, sistem
pengajaran yang revolusioner jelas mampu mempercepat proses belajar
dengan cara:
1) Menggunakan sugesti-sugesti yang seperti iklan untuk menghindari
penghalang-penghalang umum dari proses belajar cepat;
2) Membuat siswa merasa santai dan menjadikan proses belajar
menyenangkan;
3) Menjadikan pembelajaran yang secara dramatis mampu membantu
siswa membuat perumpamaan yang nyata;
4) Mengulang pelajaran dengan cara yang tenang diiringi musik barok
yang ritmis.
3. Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda

Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan kecenderungan


kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya, saatnya sebagai guru kita
menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana kita menyesuaikan
diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi
melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan
kemampuan belajar mereka adalah:
1) Biarkan mereka duduk di bangku paling depan sehingga mereka bisa
langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan
tulis,
2) Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart
menjelaskan sesuatu,
3) Putarkan film,
4) Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus
dihafalkan,
5) Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar,
6) Tulis ulang apa yang ada di papan tulis,
7) Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan,
8) Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan
menggunakan diagram dan warna,
9) Beri kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa
untuk mencatat dengan aneka warna.
Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih banyak menyerap
informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk
memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah:
1) Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll),
2) Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras,
3) Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka, membuat diskusi kelas,
4) Menggunakan rekaman,
5) Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata,
6) Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata
pelajaran,
7) Belajar berkelompok.

Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan kinestetik, guru


hendaknya melakukan hal-hal berikut :
1) Gunakan selalu alat bantu visual/alat peraga/media yang bisa dilihat,
diraba, dimanipulasi siswa saat mereka belajar agar merangsang rasa
ingin tahu siswa
2) Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam
kelas
3) Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya
secara bertahap
4) Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam
kelas
5) Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret

4. Hubungan antara gaya belajar peserta didik dengan hasil belajar peserta
didik

Hasil belajar peserta didik berkaitan dengan pencapaian peserta didik


dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang
direncanakan. Tujuan yang direncanakan ini bisa berupa nilai semester atau
nilai ulangan harian. Namun bukan hanya sekedar nilai semester atau nilai
ulangan harian melainkan perubahan tingkah laku (dari ketidak-tahuan)
peserta didik. Hasil belajar ini terjadi karena evaluasi yang dilakukan oleh
guru.
Guru sebagai seseorang yang mengevaluasi hasil belajar peserta
didik sebaiknya melakukan perubahan jika hasil evaluasi menunjukkan hasil
yang kurang baik. Ada banyak strategi yang dapat dilakukan pendidik dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik, diantaranya :
 Untuk peserta didik yang menonjol tipe visual
a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b. Gunakan warna untuk hal-hal penting.
c. Ajak peserta didik untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e. Ajak peserta didik untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke
dalam gambar.
 Untuk peserta didik yang menonjol tipe auditory
a. Ajak peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di
dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b. Memotivasi peserta didik untuk membaca materi pelajaran dengan
keras.
c. Gunakan musik untuk mengajarkan peserta didik.
d. Diskusikan ide dengan peserta didik secara verbal.
e. Biarkan peserta didik merekam materi pelajarannya ke dalam kaset
dan memotivasi peserta didik untuk mendengarkannya sebelum
tidur.
 Untuk peserta didik yang menonjol tipe kinestik :
a. Jangan paksakan peserta didik untuk belajar sampai berjam-jam.
b. Ajak peserta didik untuk belajar sambil mengeksplorasi
lingkungannya (contohnya:saat mempelajari materi statistic,
peserta didik diajak untuk mengamati kendaraan roda empat yang
melintas dalam waktu 30 menit, setelah pengamatan selesai
pendidik bisa menanyakan berapa kendaraan yang melintas apabila
waktu yang digunakan hanya 5 menit, nah disini peserta didik
mengetahui konsep rata-rata suatu data).
c. Gunakan warna terang untuk hal-hal penting dalam bacaan. Cocok
atau tidaknya antara gaya belajar peserta didik dengan gaya
pengajaran yang dilakukan oleh pendidik sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik.
5. Implementasi gaya belajar dalam pembelajaran

Pada dasarnya karakter siswa yang satu berbeda dengan siswa


lainnya dan kemampuan tiap anak dalam menguasai serta memahami suatu
bahan pelajaran berbeda-beda pula. Dalam hal ini siswa merupakan
individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis,
tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan individual ini
berpengaruh pada cara belajar dan hasil belajar. Karenanya, perbedaan
individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran yaitu
dengan memperhatikan gaya belajar siswa dengan cara pengelompokan
berdasarkan gaya belajar.
Dalam proses pembelajaran di kelas, hendaknya guru tidak hanya
memperhatikan strategi dalam mengajarnya saja tapi juga memperhatikan
perbedaan karakteristik masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru
dapat mengarahkan mereka untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang
mereka miliki sehingga dapat dengan mudah menerima pelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Upaya yang dapat dilakukan pengajar adalah
memperhatikan gaya belajar siswa dengan cara pengelompokan berdasarkan
gaya belajar.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pengajar adalah
memperkenalkan siswa untuk mengenali gaya belajarnya sendiri dengan
mempergunakan angket gaya belajar, kemudian setelah guru
menganalisisnya, hasil angket disampaikan kepada siswa dan mereka
dianjurkan mengambil langkah-langkah belajar yang sesuai dengan gaya
belajarnya.
Guru memberikan pembelajaran yang beragam sehingga
mengakomodasi ketiga jenis gaya belajar, yang harus dilakukan guru
terhadap siswa yaitu:
1. Siswa gaya belajar visual :
a. Memberikan pembelajaran dengan menggunakan beragam bentuk
grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran.
Perangkat grafis itu berupa slide, film, gambar ilustrasi, catatan,
coretan-coretan, dan kartu gambar dengan warna warni menarik
yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara
berurutan.
b. Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan
simbol/warna.
c. Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa
selanjutnya siswa mendefinisikan dengan bahasanya sendiri.
d. Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media
pembelajaran.
e. Pergunakan setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai
sumber pembelajaran.

2. Siswa gaya belajar auditorial :


a. Menerapkan pembelajaran dengan berdiskusi kelompok dan
menjelaskan pokok bahasan dengan panjang lebar yang kemudian
oleh siswa diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk
kemudian didengarkan dan dipahami, atau siswa dapat juga
menggunakan tape perekam yang digunakan untuk merekam bacaan
atau catatan yang dibacakan atau penjelasan guru untuk kemudian di
dengar kembali.
b. Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi,
volume suara, ataupun kecepatannya.
c. Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan
(jelaskan berulang-ulang).
d. Tutor sebaya.
e. Sekali-kali, ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk percakapan,
pendiktean, diskusi, atau rekaman audio yang bisa didengar siswa.
f. Selingi dengan musik.

3. Siswa gaya belajar kinestetik :


a. Memberikan pembelajaran dengan cara selalu berorientasi pada fisik
dan banyak bergerak.
b. Belaar melalui pengalaman dengan menggunakan model atau alat
peraga, belajar di
c. Menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di
lapangan.
d. Saat membimbing secara perorangan biasakan berdiri/duduk di
samping siswa.
e. Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam
kelas.
f. Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya
secara bertahap.
g. Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam
kelas.
h. Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret.

Sebaiknya guru dapat melayani semua siswa dengan ketiga gaya


belajar tersebut. Guru membantu setiap siswa untuk melibatkan seluruh
gaya belajar yang dimilikinya, karena dengan melibatkan seluruh gaya
belajar tersebut akan dapat membantu siswa untuk memahami materi
pelajaran yang diterimanya. Pada pembelajaran ini, guru akan mengalami
kerepotan di awal pembelajaran pada saat menyiapkan bahan ajar karena
guru harus bisa melayani keperluan siswa sesuai gaya belajarnya. Hal ini
berarti guru harus menyampaikan bahan ajar dengan cara yang bervariasi.
Jika bahan ajar disampaikan sesuai dengan jenis gaya belajar maka siswa
yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Contoh yang dapat diaplikasikan dalam merangsang ketiga gaya
belajar adalah sumber belajar untuk siswa (bahan ajar dan LKS) dan
instrumen pembelajaran disesuaikan dengan ketiga gaya belajar. Selain itu
dapat juga dengan cara guru menugaskan setiap siswa, misalnya bagi siswa
visual dapat diberikan tugas/proyek untuk membuat peta pikiran atau bisa
juga membuat power point tentang materi yang akan dipelajari. Bagi siswa
auditorial dapat ditugaskan membuat rekaman suara (berupa nyanyian)
tentang materi yang akan dipelajari. Bagi siswa kinestetik, guru dapat
menugaskan kepada mereka untuk membuat ringkasan mengenai percobaan
tentang materi yang akan dipelajari.
Aktivitas-aktivitas yang berbeda memerlukan cara berpikir yang
berbeda pula, jadi keuntungan untuk mengetahui dominasi otak adalah cara
dominan yang mana yang dapat dilakukan dan apa yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan cara berpikir yang lain. Siswa yang berbakat
tampaknya dapat belajar dengan cara yang sama baik secara visual,
auditorial, dan kinestetik. Mereka lebih seimbang dalam mengunakan
belahan otak kanan dan otak kiri.
Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk belajar dan
berhubungan dengan temannya dengan mengembangkan gaya belajar yang
paling tidak disukai. Siswa visual dapat mengembangkan cara-cara
auditorial dan kinestetik dengan berbicara mengenai berbagai hal dan
melakukannya dengan gerakan tubuh. Misalnya setelah menghadiri suatu
seminar, siswa visual menceritakan kepada temannya secara terperinci
dengan menggunakan tangan dan tubuhnya untuk menekankan hal-hal dan
informasi penting.
Siswa auditorial, menunggu sampai seminar selesai kemudian
membuat peta pikiran dari informasi yang ditangkap, dengan menggunakan
beraneka macam warna, simbol, dan grafik. Seperti orang-orang visual,
siswa juga dapat mengembangkan cara kinestetik dengan melakukan
konsep-konsep kunci dengan gerakan tubuh atau dengan benar-benar
membentuk model untuk mendemonstrasikannya, kalau ini memungkinkan.
Siswa kinestetik, juga dapat membuat peta pikiran dari materi yang
didapatkan dan menarik gambaran dari hal tersebut (siswa kinestetik suka
menggambar) untuk mengembangkan gaya visual siswa. Lalu berbicara
dengan suara keras, dengan mengatur atau mengubah-ubah nada dan keras
suara untuk menekankan bagian-bagian penting dan mencoba untuk
berbicara dengan irama.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Gunawan, Genius Lesrning. 2004. Strategy Petunjuk Proses Mengajar.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
DePorter, Bobbi dan Mike Henarcki. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Dryden, Gordon dan Jeannette Vos. The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ennis, R. H. (2000). Goals for a critical thinking curriculum and its assessment. In
A. L. Costa (Ed.), Developing minds: A resource book for teaching
thinking, (pp. 44-46). Alexandria, VA: ASCD.
Prashnig, Barbara. 2007. The Power of Learning Styles. Bandung: Kaifa.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Wiyono, Ketang dan Abidin Pasaribu. 2014. Modul Belajar dan Pembelajaran.
Indralaya : Universitas Sriwijaya.

Diah. 2012. Macam-macam Gaya Belajar.


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-gaya-belajar-
karakteristik.html (online) diakses pada 18 November 2014
Gusrayani, diah. Gaya Belajar Siswa. http://file.upi.edu/Direktori/KD-
ZMEDANG/197808222005012003-
DIAH_GUSRAYANI/Buku_Ajar_BI/bab2-gaya_belajar_siswa.pdf
(online) diakses pada 19 November 2014
HR, Mansur. 2014. Mengenal Gaya Belajar Peserta Didik.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/259_MENGENAL%20GB%20
PESERTA%20DIDIK.pdf (online) diakses pada 19 November 2014
Anonim. Gaya Belajar.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/GAYA%20BELAJAR.pdf
(online) diakses pada 19 November 2014
Anonim. 2007. Gaya Belajar.
http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/id/id/do
cuments/project-design/skills/styles.pdf (online) diakses pada 19
November 2014
Sudarno. Tahun. Mengenali Gaya Belajar Siswa Untuk Menciptakan Suasana
Pembelajaran Yang Kondusif Dan Menyenangkan. http://guraru.org/guru-
berbagi/mengenali_gaya_belajar_siswa_untuk_menciptakan_suasana_pem
belajaran_yang_kondusif_dan_menyenangkan/ (online) diakses pada 18
November 2014
Handayani , Arini. 2014. Gaya Belajar.
http://sdplusalamin.wordpress.com/2014/05/08/gaya-belajar/. (online)
diakses pada 20 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai