Ai Mardhiyah, SKp.,Mkes
OLEH
KELOMPOK PEMINATAN KMB ANGKATAN XI
NO NAMA NIM
1 Alfian 220120160022
2 Duti Yuriszkah 220120160051
3 Frana Andrianur 220120160042
4 Gina Nurdina 220120160048
5 Ismatul Quddus 220120160035
6 Putu Inge Ruth Suantika 220120160001
7 Rahmi Muthia 220120160029
8 Ridha Wahdini 220120160011
9 Rosliana Dewi 220120160002
10 Siti Khadijah 220120160031
11 Vina Vitniawati 220120160036
12 Yuniko Febby Husnul Fauzia 220120160057
13 Zikran 220120160007
i
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
BAB II TINJAUN PUSTAKA...................................................................................................4
2. 1. Student Oral Case Analysis ( OSCA)..........................................................................4
2. 2. Ujian komprehensif / ObjectiveStructured Long Examination Record (OSLER)......8
BAB III TABEL ANALISA ARTIKEL...................................................................................16
3.1. Analisa Artikel SOCA...............................................................................................16
3.2. Analisa Artikel OSLER.............................................................................................23
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................35
3.3. Student Oral Case Analysis (SOCA)........................................................................35
3.4. OSLER......................................................................................................................36
BAB V PENUTUP...................................................................................................................39
5.1. Simpulan........................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................40
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan dalam upaya
menumbuhkan profesionalisasi dalam keperawatan. Pendidikan tenaga keperawatan di
Indonesia bertujuan untuk menyediakan tenaga kesehatan dalam kualitas dan kuantitas yang
sesuai, yang memiliki ciri budi luhur, tangguh, cerdas, terampil, mandiri, memiliki rasa
kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, berpikir kritis, disiplin serta
berorientasi kepada masa depan sesuai asas profesionalisme masing-masing. Salah satu cara
untuk mencetak perawat yang profesional yaitu dengan melakukan proses pembelajaran
klinik dengan berbagai metode pembelajaran.
Pembelajaran klinis adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada tatanan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Keliat B.A, 2000). Kegiatan pembelajaran klinik sangat
penting bagi mahasiswa program pendidikan keperawatan. Menurut Nursalam (2008),
pembelajaran klinik merupakan jantungnya proses pendidikan pada program pendidikan
keperawatan. Dalam lingkungan pembelajaran klinik diperlukan observasi langsung dan
pemberian umpan balik untuk membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang harapkan.
Selain itu pula diperlukan evaluasi dalam pembelajaran klinis untuk menilai kompetensi
mahasiswa. Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan evaluasi terhadap
pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik tidak sama dengan pembelajaran di kelas atau
pun di laboratorium. Mahasiswa yang melaksanakan praktik biasanya terbagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 8-12 mahasiswa untuk setiap bagian. Masing-
masing bagian melaksanakan praktik klinik selama tiga sampai dengan empat minggu,
tergantung kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dan bobot SKS yang harus ditempuh
pada setiap bagian.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran klinik ada kecenderungan dilaksanakan pada
minggu terakhir di setiap siklusnya. Pengelolaan evaluasi pada setiap bagian bisa saja
berbeda, akan tetapi prinsip, syarat, alat dan model evaluasi sebaiknya dipahami instruktur
klinik. Sehingga evaluasi yang dilaksanakan benar-benar mampu menilai pembelajaran yang
telah dilaksanakan.Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif atau
keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi indikator suatu institusi, bahkan
turut menentukan apakah suatu program masih layak dipertahankan seandainya berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan adalah kurang memuaskan. Oleh karena itu baik tidaknya
2
Dari kedua jenis metode penilaian dalam pembelajaran klinis tersebut terdapat
kelebihan dan kekurangan. Apakah kedua metode tersebut cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran klinis mahasiswa keperawatan? Maka dari itu, perlu dilakukan telaah literatur
untuk mengetahui sejauh mana metode SOCA dan OSLER bisa dilaksanakan dalam
pembelajaran klinis mahasiswa keperawatan.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
oleh Thorburn dan Collin 2006, menyebutkan bahwa dengan oral examinationkita dapat
melihat kemampuan dasar mahasiswa dibanding ujian dengan written assessment.Kelebihan
oral examinationdapat menilai pengambilan keputusan, problem solvingmahasiswa
disarankan oleh Wass dkk,2003. Oral examinationdapat menjadi valid ketika digunakan pada
ujiankompetensi klinik dari pada written assessment.
Berikut ini adalah kelebihan oral examination yang dirumuskan oleh Davis dan
Karunathilake tahun 2005:
1. Direct personal contact (kontak langsung antara penguji dan mahasiswa)
2. Menilai kemampuan problem solving, reasoning dan pengambilan keputusan
3. Aman dan menguji kompetensi klinik.
4. Menilai profesionalisme dan etika
5.Menggali pengetahuan
6. Lebih fleksibel untuk berpindah dari satu area ke area yang lainnya
7.Feedback untuk kurikulum
8.Kemampuan mengkaitkan pertanyaan dan kebutuhan masing-masing mahasiswa
Kelemahan metode oral examinations adalah rendahnya eliabilitas, di sini menurut
para ahli lebih banyak terkait dengan penguji dari pada waktu ujian.Misalnya pertanyaan
yang ditanyakan kepada mahasiswa berbeda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa
lainnya. Pada penilaian oral examinationsdipengaruhi juga oleh keterampilan komunikasi
mahasiswa dari pada pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (Niehous,2012).
Hasil dari penelitian Goldney dan McFlare, mendapatkan bahwa mahasiswa yang
sukses ujian oral examinationbiasanya mahasiswa yang memiliki kemampuan pendekatan
yang baik dengan penguji.Penelitian oleh Niehous dkk.(2011), menyarankan bahwa oral
examination tidak dianjurkan sebagai gold standar tetapi menjadi tantangan untuk menilai
peranan oral examination pada ilmu yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal dan
sintesis pengetahuan.
Pada penelitian ini Niehous dkk., juga mendapatkan tidak adanya perbedaan nilai
mahasiswa yang jelek pada ujian oral examinationdengan metode
assessmentlainnya.Mahasiswa yang mendapat nilai jelek pada oral examinationjuga
mendapat nilai jelek pada metode lainnya.Dari hasil ini dapat kita lihat bahwa metode
assessment ini masih bisa digunakan tetapi pada ilmu atau keterampilan tertentu. Pendapat
lain mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara nilai mahasiswa dengan kemampuan
komunikasi. Menurut Norcini dan McKinley 2007, dari segi keterampilan komunikasi, baik
oral atau written assessment tidak bisa menilai keterampilan komunikasi karena dalam ujian
tersebut tidak berhadapan dengan pasien (Norcini, 2007).
Luiz dan Bashook (2008), mendapatkan bahwa kemampuan komunikasi mahasiswa
tidak ada hubungannya dengan hasil penilaian dalam oral examination.Oral examination yang
diberikan berfokus pada kemampuan pengambilan keputusan dan tidak pada kemampuan
6
komunikasi.Biaya yang dikeluarkan untuk penilaian oral examinationini juga cukup tinggi,
waktu dan energi yang dikeluarkan juga banyakterpakai, diperberat lagi dengan
reliabilitasnya rendah dalam menilai kompetensi (Davis, 2005).Banyaknya energi yang
terpakai ini meliputi persiapan memilih penguji, jumlah penguji, menyamakan persepsi,
pelaksanaan ujian minimal 20 menit untuk satu sesi.Para peneliti juga mendapatkan adanya
ancaman terhadap penampilan mahasiswa pada saat ujian adalah adanya stres. Oral
examinationlebih menyebabkan stres dari pada metode assessmentyang lain.
Namun, penelitian oleh Kshirsagar (2011), mendapatkan bahwa oral
examination(Structued Oral Structured Oral Examination) menyenangkan bagi mahasiswa.Ini
berarti oral examinationmasih diterima oleh mahasiswa dan tidak sepenuhnya menyebabkan
kecemasan terhadap mahasiswa. Perolehan nilai mahasiswa pada oral examination
dipengaruhi olehbanyak faktor, diantaranya adalahperbedaan putusan oleh penguji,
kasusyang digunakan, kecemasan mahasiswamenghadapi ujian dan kondisi ujiansendiri
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranyaadalah perbedaan putusan oleh penguji, kasus
yang digunakan, kecemasan mahasiswa menghadapi ujian dan kondisi ujian sendiri.
2.1.3. Tahapan Pelaksanaan Student Oral Case Analysis
SOCA merupakan suatu bentuk oral examination atau ujian lisan yang merupakan
metode penilaian dengan cara mahasiswa berhadapan langsung dengan seorang atau
beberapa penguji. Dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai variasi yang disesuaikan
dengan institusi pendidikan masing-masing.
Menurut penjelasan mengenai tahapan pelaksanaan SOCA di Universitas Lampung
yang terdapat dalam penelitian oleh Lisiswanti (2014), ujian ini berlangsung selama 20
menit hingga 1 jam.Dalam ujian tersebut, penguji menggunakan suatu blueprint penilaian,
dan kemudian membuat pertanyaan terstruktur.Selanjutnya penguji memberikan suatu kasus
(long case atau short case) kepada mahasiswa, kemudian mahasiswa diberikan pertanyaan
terkait kasus tersebut (Lisiswanti, 2014).
Terdapat banyak tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan oral examination,
diantaranya adalah persiapan struktur, administrasi, pemberian nilai dan pengambilan
keputusan.Persiapan yang diperlukan dalam melaksanakan oral examination cukup
lama.Persiapan meliputi memilih penguji yang memahami materi yang diujikan.Kemudian
mengembangkan pertanyaan dan kasus, dan melatih penguji.Penguji yang baru dapat dilatih
dengan pelatihan yang berlanjut dengan menggunakan video penilaian terhadap mahasiswa,
peer review oleh teman sejawat dan memeriksa dengan teliti (Crisostomo, 2011).
Berdasarkan penelitian Putranti (2016) mengenai validitas dan reliabilitas ujian SOCA
di Universitas Lampung, pelaksanaan SOCA dilakukan sesudah semua blok berjalan dalam 1
7
semester. Penyusunan SOCA di universitas yang diteliti tersebut disusun dengan level yang
berbeda disesuaikan dengan konten blokyang berlangsung. SOCA level pertama adalah
presentasi kasus untuk blok sejenis bio-etik dimana mahasiswa diajak untuk melihat langsung
kasus-kasus etik yang mungkin terjadi di tataran klinis, dan membuat makalah terkait hal itu
kemudian mempresentasikannya. SOCA level kedua berkaitan dengan kasus klinis namun
dengan pertanyaan yang lebih terfokus pada ilmu kedokteran dasar seperti patofisiologi.
SOCA level ketiga adalah level tertinggi dimana mahasiswa dihadapkan dengan managemen
pasien (Putranti, 2016).
Pengembangan protokol SOCA yang terdapat dalam penelitian Wardoyo (2010)
menyebutkan bahwa modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan SOCA dalam setting klinis
ke setting pra-klinis. Kasus nyata dalam setting klinis dimodifikasi dengan skenario kasus,
dan presentasi ‘SOAP’ (subjective, objective, assessment, plan and prognosis) dalam setting
klinis dimodifikasi dalam skema pendek / flowchart. Dalam penelitian ini juga, terdapat
penjelasan mengenai alokasi waktu pelaksanaan SOCA, yang dijelaskan dalam tabel berikut:
Mahasiswa akan memasuki ruang ujian secara acak, dan memilih satu skenario dalam
amplop tertutup. Skenario merupakan cerita pendek tentang kasus pasien.Mahasiswa
kemudian mempresentasikan rancangan skema/ flowchart sesuai kasus, diikuti dengan
menjawab 4 sampai 5 pertanyaan dari penguji.Penilaian dilakukan terhadap skema yang
dibuat, presentasi, dan jawaban mahasiswa (Wardoyo, et al., 2010).
Sepuluh item ini: Dalam riwayat mencakup empat item, pemeriksaan fisik ada
tiga item, manajemen dan ketajaman klinis terdiri tiga item (Tabel 1). Untuk setiap
individual, pemeriksa memutuskan mengkaji keseluruhan untuk pasien dan kemudian
mendiskusikannya dengan rekan penguji mereka dan berada ruang kelas bersama.
Selesai (complete) untuk setiap nilai item dan disetujui juga untuk keseluruhan
(Boursicot et al, 2007). OSLER menjamin bahwa semua aspek kompetensi pengkajian
sama dari semua yang mengkaji, hal ini akan membantu memastikan standarisasi
lebih baik (Thornton, 2012).
11
EXTENDED CRITERION
REFERENCED GRADING EXTENDED MARKING SCHEME
SCHEME
80 OUTSTANDING
75 EXCELLENT OVERALL
P+ 70 EXCELLENT IN MOST RESPECTS
65 VERY GOOD OVERALL
60 VERY GOOD IN MOST RESPECTS
55 GOOD SOUND OVERALL
P
50 ADEQUATE
45 POOR
35 VETO MARK
P-
This candidate requires a further period of
training.
The pass mark is 50 : Marks should be given in 5s (e.g. 80,75, 65, 60 etc) in accordance
with the above guidelines.
Untuk item yang sedang dalam investigasi, pemeriksa diminta untuk menilai
kemampuan peserta didik untuk membuat investigasi yang sesuai pada kasus dalam
12
rentetan pertanyaan yang logis . Seringkali, investigasi yang tepat pada saatnya dapat
disarankan namun urutannya tidak sesuai baik dalam hal pada pasien atau dalam hal
biaya. Selain itu penguji juga memiliki kesempatan untuk menilai kemampuan peserta
didik untuk secara logis mengurutkan proses pemikirannya dalam waktu yang singkat.
Ini merupakan keterampilan tambahan yang penting dalam kegiatan praktek
selanjutnya. Manajemen adalah keterampilan selanjutnya yang akan dinilai pada
peserta didik. Disini mahasiswa bisa mempraktekkan bagaimana manajmen dalam
praktek, dan mahasiswa bisa membunuh pasien atau dapat menyembuhkan pasien.
Penguji memiliki kewajiban untuk tidak memberikan kepada peserta didik untuk
melakukan praktek klinik jika mahasiswa belum siap turun di masyarakat.
Karena kasus yang banyak dan panjang sangat bervariasi dalam tingkat
kesulitan, perlu bagi penguji untuk membuat pertimbangan dalam mebuat kesulitan
dalam pembuatan kasus. Jjika Tidak melakukan hal itu akan secara serius dapat
membahayakan validity dan reability dalam aspek penilaian. Kesulitan kasus telah
dibagi menjadi 'kasus standar', yang merupakan kasus tunggal, kasus 'Sulit', yang
mencakup tiga masalah dan kasus 'sangat sulit', dengan lebih dari tiga masalah.
Namun, akan diapresiasi bahwa satu masalah bisa menjadi kasus yang sangat sulit.
Oleh karena itu penguji harus menilai kesulitan dalam konteks kasus yang
bersangkutan dan akan jadi jelas bahwa keputusan ini harus dibuat sebelum memulai
penilaian pada peserta didik.
& Marshall, 1971). Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena hanya sedikit penguji
dalam pelatihan terhadap metode yang pada gilirannya sering kali tidak memiliki
objektivitas dan validitas. Sebelum pemberian tanda pada OSLER, sistem penilaian
telah diadopsi sebelumnya.
Oleh karena itu, prestasi mahasiswa dinilai sebagai P + (sangat bagus), P
(cukup) dan P - (di bawah cukup) untuk masing-masing dari 10 item diikuti oleh nilai
keseluruhan untuk kinerja yang lengkap. Ini adalah sebagian besar penguji secara
naluriah membuat keputusan penilaian awal. Ini dapat digambarkan sebagai metode
yang disarankan oleh kriteria diperpanjang untuk mahasiswa yang diukur
berdasarkan kriteria untuk penilaian klinis pada sarjana atau pascasarjana.
Setelah memutuskan nilai yang sesuai untuk masing-masing item dan
kemudian nilai keseluruhan, penguji yang menggunakan OSLER kemudian berada
dalam posisi untuk memilih tanda yang sesuai dari daftar tanda yang ditentukan, yang
masing-masing didukung dengan tanda tertulis tertulis pada (Gambar 2). Sebagai
penguji individu setelah memutuskan nilai dan marking pada keseluruhan
mahasiswa, kemudian berada dalam posisi untuk berdiskusikan dengan rekan penguji
lainnya untuk beberapa waktu, sehingga penguji menyetujui nilai untuk masing-
masing dari 10 item individual, nilai keseluruhan dan akhirnya tanda yang disepakati.
Kombinasi penilaian dan jumlah penandaan sampai 138 keputusan formal dibuat
untuk setiap calon individu saat kedua penguji diperhitungkan.
jam tanpa didampingi penguji kemudian diuji selama sekitar 20-30 menit. Traditional
long case memiliki beberapa kekuarngan diantaranya: 1) waktu yang diperlukan lama,
2) penguji tidak berkonsentrasi sepenuhnya menilai performa klinik mahasiswa
karena disibukkan dengan cek list yang harus dilengkapi, 3) format penialaian yang
tidak reliabel. Untuk mengatasi berbagai kekurangan inilah OSLER disusun. OSLER
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa terkait pengelolaan kasus
secara menyeluruh. OSLER dianggap lebih reliabel karena memiliki format yang
singkat namun tetap memperhatikan esensi dari evaluasi long case. OSLER sebagai
metode evaluasi dalam pendidikan profesi kedokteran terdiri atas sepuluh item
penilaian dimana 4 item terkait riwayat penyakit pasien, 3 item untuk mengevaluasi
kemampuan melakukan pemeriksaan fisik dan 3 item untuk mengevaluasi
kemampuan menatalaksana pasien. Dapat dilihat bahwa penekanan OSLER adalah
pada kemampuan komunikasi mahasiswa dengan pasien. (Gleeson, 1997).
Penggunaan OSLER sebagai metode ujian komprehensif dalam pembelajaran
klinis keperawatan belum banyak diterapkan. Berdasarkan evidence yang kami
dapatkan, metode OSLER ini baru diujicobakan pada mahasiswa keperawatan dalam
bentuk ujian simulasi di kampus. Kriteria evaluasi yang digunakan mengadopsi NMC
(Nursing & Midwifery Council) standards for pre-registration nursing education.
Standar NMC ini terdiri dari 4 aspek yaitu: 1) Professional values, 2) Communication
and Interpersonal Skills, 3) Nursing Practice and Decision Making dan 4) Leadership,
Management and team Working. Setelah menjalani ujian OSLER, mahasiswa
diinterview terkait pendapat mereka mengenai OSLER. 90% responden menyatakan
setuju terkait penggunaan OSLER sebagai metode evaluasi dan menyatakan bahwa
OSLER memberikan mereka gambaran yang lebih real dan menyeluruh terkait
penatalaksanaan kasus. Disamping itu, mereka mengharapkan agar metode ini
diterapkan sebagai evaluasi pembelajaran klinis (Galanouli et al, 2016).
Di Indonesia, banyak institusi pendidikan keperawatan yang menerapkan
metode evaluasi long case sebagai ujian komprehensif mahasiswa ners diakhir setiap
stase. Berdasarkan panduan yang kami unduh dari Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY), metode long case digunakan sebagai metode evaluasi diakhir
setiap stase. Long case examination di UMY ini bertujuan untuk menilai sejauhmana
pemahaman teori mahasiswa terhadap kasus yang ditangani dan asuhan keperawatan
yang dilakukan secara komprehensif. Pemilihan kasus dan pengkajian dilakukan
sehari sebelum pelaksanaan long case. Mahasiswa wajib melengkapi pengkajian dan
15
BAB III
TABEL ANALISA ARTIKEL
Vleuten, Cess Royal tanggung jawab pribadi. diterapkan pembelajaran yang akan ditanyakan. Pada
Van Der. College Pada tahun 1998 peserta melakukan dua pada tahun memiliki reabilitas pada saat ujian hendaknya
(2003). of ujian lisan berturut turut dengan jeda di 1997 dan 1998 setiap soal yang sesuai diberikan wakut yang
Achieving General. antara ujian. Setiap ujian diuji oleh dua dengan target yang cukup lama untuk
acceptable pemerikdsan dengan budaya yang diinginkan penguj mengambil keputusan
reliability in berbeda-beda. dengan syarat sumber memberikan jawaban
oral Masing-masing ujian berlangsung selama daya manusia dan pada penguji.
examinations 30 menit. Penguji akan memberikan prasarana terpenuhi
:
pertanyaan sekitar 5 menit. Kemudian untuk syarat melakukan
an analysis
kedua nilai akan dijumlah dan dirata- soca
of the Royal
ratakan untuk melihat lulus tidaknya
College of
General peserta.
Practitioners
membership
examination’
s oral
component.
Medical
Education;37
:126–131
3 Sari, Mahasiswat Content Validity Dilakukananal - Content Validity Metodepenilaian SOCA
SyilviaMustika. ingkat 3 Pembuatanblueprint isiskorelasiant Hasiltinjauanahli/ dinilaicukup valid
2013. SarjanaKed dengantinjauanahlisecarakualitatif. arahasilujian narasumberterkaitmenu danreliabeldalammengujia
ValiditasdanReli okteran Concurrent-Validity SOCAdengan njukanbahwametodepen spekkognitifmahasiswa.
abilitasMetodeP yang Dilakukananalisiskorelasiantarahasilujian MCQ. ilaian SOCA cukup Namunmasihdiperlukanpe
enilaianStudent’ sedangmen SOCA dengan MCQ, valid ngkajianlebihmendalamme
s Oral Case empuh danuntukmenentukanreliabilitasdigunaka untukmenilaikemampua ngenaifaktor yang
Analysis Blok nperhitungankoefisien Kappa (inter- nkognitifmahasiswa, dapatmempengaruhivalidit
(SOCA) SistemHem raterreliability) terutamadalamkemamp asdanreliabilitasmelaluipe
padaMahasiswa atologidan denganmencariderajatkesamaanantara uananalisis.Hasiltinjaua nelitianpsikometriklainnya
TahapSarjanaKe Imunologi data nilaidariduapenguji SOCA. nahli yang .
dokteran.JurnalP Klinik, FK Untukmenentukanujikorelasi yang telahmenunjukanbahwa
endidikanKedok UNJANI digunakanantarahasilujian SOCA scenario SOCA yang
teran Indonesia. danMCQ digunakandalamcukup
21
kurikulum sarjana.
- Hampir semua siswa
(n=19)sepakat bahwa OSCE
memperbaiki pemahaman
mereka tentang kebutuhan untuk
menjadi kompeten dalam
keterampilan klinis.
-Sebanyak 16 siswa sepakat
bahwa OSCE itu stres tapi juga
bermanfaat.
-Beberapa peserta menyebutkan
kelemahan OSCE adalah tidak
natural namun umumnya
mengakui bahwa, terlepas dari
sifat tidak natural, perlu, karena
tidak semua keterampilan dapat
dipraktikkan dalam setting klinis
4. Pandangan siswa tentang
OSLER sebagai metode
penilaian
- Peserta positif tentang ujian
OSLER, dengan 18 dari 20
27
3 Examiner and Jumlah Metode penelitian Penelitian ini Ada perbedaan yang signifikan Penelitian ini sudah
simulated patient sampel menggunakan nilai menyatakan bahwa antara skor empati dari 94 mencakup
ratings of empathy in penelitian ini empati dari pelaksanaan skor empati pada mahasiswa melewati bagian pembahasan yang
medical student final sebanyak 133 ujian dan simulasi pada ruang OSCE yang pertama dari ujian berurutan, komprehensif dan
year clinical mahasiswa pasien sebagai nilai bermakna berdasarkan nilai OSCE keterbatasan
examination: are they kedokteran di formatif hanya dalam berhubungan dengan digabungan dengan nilai OSLER penelitian ini
useful? (2014). Inggris. pemeriksaan tahun OSLER dan dan 39 mahasiswa dengan pemeriksaan klinis
Terdiri dari terakhir di kedokteran pemeriksaan klinis memberikan hukuman yang dapat menimbulkan
pengumpulan Inggris. Ujian akhir secara keseluruhan cukup untuk memicu kehadiran pertenyaan apakah
informasi, mereka pada Mei 2012. dari pertemuan mahasiswa pada bagian kedua. empati benar-benar
pemeriksaan pasien. Kami juga Temuan ini menunjukkan bahwa dapat dinilai secara
fisik, menemukan bahwa peringkat empati terkait dengan memadai. Metode
pemecahan pasien simulasi kinerja klinis yang diukur dalam penelitian ini
masalah, secara efektif dapat dengan penguji independen. tidak dijelaskan
mengelola menilai empati dan Keterlibatan pasien yang secara rinci
diagnosis, memberikan memberikan simulasi mampu bagaimana cara
dan wawasan berharga memberikan skor penilaian pengambilan data
hubungan interaksi klinis yang klinis yang berarti. Hal ini dan jenis penelitian
dengan berkorelasi baik memberikan bukti awal bahwa yang mereka
pasien. dengan pengamatan peringkat empati seperti dapat gunakan.
penguji klinis. berguna untuk belajar formatif.
32
4 Successive objective Jumlah Penelitian ini kami Mahasiswa sepakat Menggunakan modifikasi Jenis penelitian
long-case assessment sampel pada menerapkan penilaian bahwa spektrum OSLER sering dan teratur di tidak dijelaskan
as a driver of penelitian ini setiap dua minggu di pasien adalah tepat penilaian klinis dengan dalam metode
clerkship learning – 119 pelayanan klinis dan adil, sehingga penekanan pada umpan balik penelitian, hasil dan
Evaluation through mahasiswa menggunakan meningkatkan individual layak, dapat diterima pembahasan
perception sarjana modifikasi OSLER dan anamnesis dan dan memiliki dampak signifikan penelitian sudah
questionnaire (2011). kedokteran. lebih dari rotasi klinis 6 keterampilan yang positif pada pendidikan. menggambarkan
minggu. Modifikasi presentasi (96,6%), Penilaian memiliki peran tujuan dari
termasuk penyediaan keterampilan pendidikan di atas penelitian, secara
umpan balik individual. pemeriksaan klinis memungkinkan fakultas untuk keseluruhan
Proses penilaian di (89%) dan menilai efikasi dari kurikulum sistematika
evaluasi oleh para siswa keterampilan mereka dan untuk mengukur penulisan sudah
dan dosen melalui penalaran klinis pengetahuan dan klinis baik dan mencakup
kuesioner untuk (90,7%). keterampilan siswa. pembahasan yang
mengukur apa yang Penilaian sering dan terus komprehensif.
mereka rasakan menerus dengan menggunakan
terhadap pendidikan, OSLER dimodifikasi dengan
kelayakan dan umpan balik sebagai alat untuk
penerimaan. meningkatkan belajar di praktik
klinis dalam kedokteran telah
dianggap efektif dan layak oleh
mahasiswa dan pembimbing
33
sekitar 30%
siswa adalah
lulusan), dan
spiral dan
sistem
berbasis
program
6 From OSCE TO Sampel siswa 1. Perbandingan OSCE 1. Gambaran 1. Siswa positif penggunaan Penelitian ini
OSLER- APilot Study keperawatan OSLER sebagai penggunaan OSCE dan atau OSLER memiliki sampel
2. metode penilaian
To Evaluate The tahun ketiga OSCE sebagai metode untuk yang sedikit yaitu
keterampilan klinis 2. Gamaran
OSLER AsA (n = 230) menilai keterampilan klinis. 21 siswa sehingga
dan kompetensi Penggunaan
Potential dalam satu Yang lebih tradisional tidak mewakili
dalam keperawatan OSLER
Replacement From Lembaga populasi nya.
3. Perbandingan
sarjana. Penelitian
An OCSE In A Year 2 Pendidikan 2. OSCE adalah pilihan untuk
penggunaan
ini dilakukan
Nursing Tinggi penilaian tahun pertama
3. Persetujuan Etika OSCE dan
Programme / Inggris
Penelitian Sekolah OSLER
Traynor / 2014 (HEI). Ada 3. OSLER sebagai metode
tempat untuk pilihanPenilaian tahun kedua
30 siswa dan karena dianggap sesuai
21 sukarela dengan penilaian yang lebih
untuk holistik
berpartisipasi
35
36
BAB IV
PEMBAHASAN
3.4. OSLER
menjadi lebih objektif, valid dan reliabel. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Cookson (2011) yang mengatakan bahwa kemampuan
mengeneralisis OSLER lebih tinggi dari pada OSCE yaitu OSLER adalah 0,63
setelah empat pasien dan 0,77 setelah delapanpasien sedangkan OSCE kurang dapat
diandalkan (0,38 setelah enam stasiun dan 0,55 setelah 12). Hanya ada akorelasi
lemah antara OSLER dan OSCE. Hal ini juga sesuai dengan literature review yang
dilakukan oleh Ponammperuma (2009) menyebutkan keuntungan dari metode
OSLER adalah kemampuannya untuk dapat menilai peserta secara keseluruhan
(holistic), namun kelemahan OSLER adalah ketidakmampuan untuk menerapkan
kurikulum secara luas serta keandalan yang rendah, jumlah kasus yang terbatas,
durasi ujian yang lama. Sehingga sebelum metode OSLER ini direkomendaasikan
dalam penilaian klinis mahasiswa perlu adanya modifikasi seperti format yang
terstruktur dan menandai
skema, meningkatkan jumlah penguji, melakukan observasi terhadap tingkah laku
peserta, dan meningkatkan jumlah kasus.
Modifikasi OSLER perlu dilakukan untuk meningkatkan metode OSLER
dalam evaluasi belajar. Penelitian Yeow, Choo, Khir and Loh (2011) menyatakan
bahwa menggunakan modifikasi OSLER sering dan teratur di penilaian klinis
dengan penekanan pada umpan balik individual layak, dapat diterima dan memiliki
dampak signifikan yang positif pada pendidikan. Penilaian atau evaluasi memiliki
peran dalam pendidikan untuk menilai efikasi dari kurikulum mereka dan untuk
mengukur pengetahuan dan klinis keterampilan mahasiswa. Selain itu evaluasi
belajar mahasiswa dengan menggunakan metode OSLER yang dimodifikasi
mendapatkan unpan balik sebagai alat untuk meningkatkan belajar di praktik klinis
dalam kedokteran dan OSLER telah dianggap efektif dan layak oleh mahasiswa dan
pembimbing klinis (Yeow, Choo, Khir and Loh, 2011).
Dalam penerapan metode OSLER juga membutuhkan empati dari
pembimbing klinis, agar proses evaluasi belajar berjalan dengan baik. Menurut
penelitian Wright, McKendree, Morgan, Allgar, and Brown (2014) menyatakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor empati dari 94 mahasiswa
melewati bagian pertama dari ujian berurutan, berdasarkan nilai OSCE digabungan
dengan nilai OSLER dan 39 mahasiswa dengan memberikan hukuman yang layak
agar memicu mereka untuk hadir pada bagian kedua. Temuan ini menunjukkan
bahwa peringkat empati terkait dengan kinerja klinis yang diukur dengan penguji
39
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, SOCA merupakan
metode evaluasi yang dalam bentuk ujian lisan, bertujuan untuk mengetahui kemampuan
analisa mahasiswa dalam bentuk kognitif, kemudian disampaikan kepada penguji
berdasarkan kasus yang diberikan. Sementara, metode OSLER adalah metode evaluasi
yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa secara komprehensif, baik secara
komunikasi, keterampilan dan kemampuan dalam mengambil keputusan klinis, dengan
tepat, cepat dan terpecaya. Penggunaan metode evaluasi OSLER ini sebagai pengganti
metode tradisional long case yang memiliki kelemahan dalam pelaksanaannya, berupa
pelaksanaan yang cukup lama, penguji tidak berkonsentrasi sepenuhnya menilai performa
klinik mahasiswa karena disibukkan dengan cek list yang harus dilengkapi, dan format
penialaian yang tidak reliabel. Oleh karena itu, diganti dengan format OSLER yang lebiha
tepat, mudah, komprehensif dan reliabel. Adapun jenis format OSLER sebagai berikut:
Melalui format ini, pelaksanaan evaluasi pada mahasiswa lebih efektif waktu, lebih
terstruktur dan lebih terpercaya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Seng CY, Hoon eng K.(2006).Practical guide to medical student assessment.World
Scientific. Singapore.
Barrows, H.S. & Feltouich, D.J. (1987) The clinical reasoning process, Medical
Education, 21, pp. 86-91
Bustamam, Nurfitri. (2009). EvaluasiPengetahuan Dan Keterampilan Mahasiswa
Menggunakan Student Oral Case Analysis Sebagai Instrumen Penilaian. Prociding
Book The 2nd Jakarta Meeting In Medical Education. FKUI. Jakarta
Cookson, 2011, A final clinical examination using a sequential design to improve cost-
effectiveness, Medical Education 2011:45: 741–747doi:10.1111/j.1365-
2923.2010.03926.x
Crisostomo, A.C. (2011). The effect of standardization on the reliability of the Philippine
board surgery oral examinations.Journal of Surgical Education. 68(2):138-42
Davis MH, karunathilake I. (2005). The Place Of The Oral Examination Intoday’s
Assessment Systems. Medical Teacher 27(4):294-7
Dornan T, Mann Karen, Scherpbier A, Spencer J. (2011). Medical Education Theory And
Practice. Churchill Livingstone: Elsevier.
Downing MS. (2004). Reability: On The Reproducibility Of Assessment Data. The metric of
medical education.Medical Education 38:1006-12
Gleeson. (1997). Assessment of clinical competence using the Objective Structured Long
Examination Record (OSLER). AMEE Medical Education Guide. Medical Teacher,
Vol. 19, No. 1
Keliat B.A. (2000). Metoda Bimbingan Klinik di Rumah Sakit. Jakarta: Rineka Cipta
Kshirsagar SV, Fulari SP. (2011) Structured Oralexamination-Student’s Perspective.
AnatomicaKarnata. Medical education 5:28-31
Lisiswanti, Rika. (2014). TheBenefit And Weakness Of Oral Examination In Medical
Education.Juke Volume 4 Nomor 8
Ludbrook, J. & Marshall, V.R. (1971) Examiner training for clinical examinations,
British Journal of Medical Education, 5, pp 152-155
Marks M, Murto SH, Dent AJ, Harden RM. (2009 ). A Practical guide for medical teachers:
Performance Assessment. Churchill livingstone; Elsevier.
Niehaus, DJH et al. (2012).Applicability and fairness of the oral examination in
undergraduate psychiatry training in South Africa. Afr J Psychiatry 2012;15:119-123.
42
Putranti, Rizka A., Emilia, O & Suryadi, Efrayim. (2016). Validitas Dan Reliabilitas Ujian
Soca (Student Oral Case Analysis): Studi Di Salah Satu Fakultas Kedokteran Di
Indonesia. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, Vol. 5 No. 3
Sari, S.M. (2013). Validitas dan Reliabilitas Metode Penilaian Student’s Oral Case Analysis
(SOCA) pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran. Jurnal Pendidikan Kedokteran
Indonesia. Vol 2 No 2 Juni 2013.
Sobel RK. (2005). Medicine as a second language. NEJM. 2005;352:1945-6.
SOCA Manual. Available from: http://
medapps.medicine.merger.edu//mu_medicine/academics/.../bmpmanual.pdf . The New
England Journalof Medicine. 12; 352(19):1945-6.
Thorburn M, Collin D. (2006). Accuracy And Authenticity Of Oral And Written Assessments
In High-Stakes School Examinations. The Curriculum Journal 17(1):33-25
Traynor, Marian. Et al. 2016. Evaluating the objective structured long examination record
for nurse education. British Journal of Nursing, 2016, Vol 25, No 12.
Traynor. M, 2014, From OSCE TO OSLER- A Pilot Study To Evaluate The OSLER As A
Potential Replacement From An OCSE In A Year 2 Nursing Programme.,14th
Healthcare Interdisciplinary Research Conference 2013 (HIRC2013) ,AISHE-J: The All
43