Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.

3, Juli 2014

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEMAMPUAN MEMAKNAI


HIDUP PADA NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS 1 SEMARANG

Dwi Heppy Rochmawati


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Kampus Unissula, Semarang
Email : dwiheppyrochmawati@gmail.com

ABSTRACT
Teenagers who have law problems will experience psychological changes that
affect the formation of their self concept and life meaning. The teenager prisoners
who have self concept disturbance will have inability of life meaning. The
research aims to draw the relation between self concept and life meaning ability
of the teenager prisoners at Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Semarang. This
study is a correlation analytic study using cross sectional design. The data were
analyzed using Pearson correlation and simple linier regression. The sampling
technique used total sampling. The result shows that 17 respondent have positive
self concept with high life meaning and 4 respondent have positive self concept
but low life meaning. One respondent has negative self concept with high life
meaning and 3 respondents have negative self concept and low life meaning. It is
concluded that there is a positive relation between self concept with life meaning
ability of the teenager prisoners (R = 0,533). The higher the number of self
concept, the higher the life meaning ability. Self concept contributes of 28.4% of
life meaning.

ABSTRAK
Remaja yang bermasalah dengan hukum akan mengalami suatu perubahan
psikologis yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri dan kemampuan
memaknai hidup yang dimilikinya sehingga berakibat pada ketidakmampuan
memaknai hidupnya. Penelitian ini bertujuan menggambarkan hubungan antara
konsep diri dan kemampuan memaknai hidup pada narapidana remaja di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas 1 Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
korelasi dengan menggunakan metode cross sectional. Data dianalisa
menggunakan korelasi pearson dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (68%) mempunyai konsep diri
positif dengan makna hidup tinggi dan 4 responden (16%) mempunyai konsep diri
positif dengan makna hidup rendah. Sebanyak 1 responden (4%) mempunyai
konsep diri negatif dengan makna hidup tinggi dan 3 responden (12%)
mempunyai konsep diri negatif dengan makna hidup rendah. Ada hubungan antara
konsep diri dengan kemampuan memaknai hidup pada narapidana remaja di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Hubungan bersifat positif dengan
kekuatan korelasi cukup (R = 0,533). Artinya semakin tinggi konsep diri maka
semakin tinggi makna hidup, dimana setiap kenaikan satu skor konsep diri akan
dapat meningkatkan 1,061 skor makna hidup. Konsep diri memberikan kontribusi
sebesar 28,4% (R2 = 0,284) terhadap makna hidup. Hubungan ini bermakna secara
statistik, ditunjukkan dengan nilai p value = 0,006 (< 0,05).
Kata kunci: Konsep diri, makna hidup, narapidana remaja.

198
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014

LATAR BELAKANG dilakukannya. Narapidana remaja harus


Menurut Erickson, remaja berada melakukan penyesuaian diri dengan
pada rentang usia 12-18 tahun. Tugas peraturan di dalam tahanan dan rutinitas
perkembangan psikosial yang harus kehidupan tahanan yang sama sekali
dilalui remaja adalah pembentukan berbeda dengan kehidupan sebelumnya,
identitas diri, pada masa ini remaja sehingga memunculkan emosi-emosi
mengalami pergolakan emosi yang labil. negatif yang akan mempengaruhi konsep
Menurut Tridhonanto (2010), apabila dirinya (Atmasasmita, 1995, dalam
tugas perkembangan pada masa remaja Yulianti, 2009). Oleh sebab itu, konsep
tidak terpenuhi atau gagal terpenuhi, diri merupakan hal penting dalam
maka menimbulkan kebingungan peran kehidupan remaja karena konsep diri
bahkan kekacauan identitas diri dan akan menentukan bagaimana seseorang
berpengaruh besar terhadap masa berperilaku menurut persepsinya.
berikutnya, seperti melakukan tindakan Menurut Bastaman (2007)
kriminalitas. kemunculan emosi-emosi negatif seperti
Berdasarkan data kriminalitas perasaan hampa, gersang, merasa tidak
Mabes Polri pada tahun 2007 tercatat memiliki tujuan hidup, merasa tidak
sekitar 3100 pelaku tindak kriminal berarti, bosan dan apatis akan
adalah remaja, pada tahun 2008 tercatat menimbulkan kehilangan kebermaknaan
sebanyak 3300 kasus yang dilakukan hidup. Hilangnya makna hidup akan
oleh remaja dan pada tahun 2009 tercatat membuat remaja tidak memiliki arah dan
sebanyak 4200 kasus kriminal dilakukan tujuan hidup serta mereka tidak tahu apa
pada remaja. Angka tersebut terus yang akan mereka lakukan di masa yang
mengalami peningkatan sepanjang tahun. akan datang. Sehingga dengan latar
Menurut Badan Pusat Statistik (2010) belakang inilah peneliti tertarik untuk
kenakalan remaja lebih banyak mengetahui hubungan antara konsep diri
dilakukan oleh laki-laki (93,5%) jika dengan kemampuan memaknai hidup
dibandingkan dengan remaja wanita pada narapidana remaja.
(6,5%). Tujuan penelitian ini adalah
Kasus tindak pidana dilakukan mengetahui hubungan antara konsep diri
oleh remaja laki-laki, yaitu sebanyak 55 dan kemampuan memaknai hidup pada
kasus (85%) pada sepanjang tahun 2011- narapidana remaja di Lembaga
2012 (Kejaksaan Negeri Semarang, Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
2012). Pada awal tahun 2013 terjadi
peningkatan sebesar 20% dari tahun METODE
sebelumnya. Data yang diperoleh dari Penelitian ini menggunakan
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) rancangan analitik korelasi dengan
Kelas I Semarang jumlah narapidana metode cross sectional. Populasi dan
remaja laki-laki sebanyak 926 (tahun sampel pada penelitian ini adalah semua
2010), 862 (tahun 2011), 714 (tahun narapidana remaja di Lembaga
2012) dan pada bulan Januari 2013 Pemasyarakatan kelas 1 Semarang yang
sebanyak 54 orang. Narapidana remaja berjumlah 25 remaja. Pengambilan
akan mengalami beberapa perubahan sampel menggunakan metode total
psikologis ketika mereka harus sampling. Pengambilan data
menjalani kehidupan di dalam tahanan menggunakan kuesioner dan wawancara.
sebagai akibat dari tindakan yang Teknik analisis data menggunakan

199
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014

analisis korelasi pearson dan regresi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Makna


linier sederhana. Hidup
Narapidana di Lembaga
HASIL Pemasyarakatan Kelas I Semarang
Usia responden terbanyak (n=25)
dalam penelitian ini adalah usia 19-21 Makna Jumlah Prosentase
tahun yaitu 19 responden (76%), Hidup (%)
sedangkan usia 14-18 tahun berjumlah 6 Tinggi 17 68,0
responden (24%). Pendidikan responden Rendah 8 32,0
terbanyak adalah tamat SMP yaitu 11 Total 25 100
responden (44 %) dan tidak sekolah/
putus sekolah sebanyak 2 responden (8 Berdasarkan tabel 2. di atas
%). Tindak kejahatan yang banyak menunjukkan hasil bahwa dari 25
dilakukan oleh remaja adalah responden sebagian besar mempunyai
penganiayaan yaitu 9 responden (36%) makna hidup tinggi yaitu sebanyak 17
dan tindakan kejahatan yang responden (68%) dan makna hidup
frekuensinya rendah adalah pembunuhan rendah yaitu sebanyak 8 responden
dan teroris sebanyak 2 responden (8%). (32%).
Lama masa tahanan responden > 3 tahun
mempunyai nilai yang paling besar yaitu
18 responden (72%) dan lama masa
tahanan < 6 bulan sebanyak 1 responden
(4%). Pengukuran konsep diri positif
sebanyak 21 responden (84%) dan
konsep diri negatif sebanyak 4 responden
(16%). Pengukuran kemampuan Tabel 3. Hubungan Konsep Diri
memaknai hidup dari 25 responden dengan Makna Hidup Pada
sebagian besar mempunyai makna hidup Narapidana Remaja
tinggi yaitu 17 responden (68%) dan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
makna hidup rendah yaitu 8 responden Semarang (n=25)
(32%).
Variab R R2 Persama P
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Konsep el an Garis valu
Diri Narapidana di Lembaga e
Pemasyarakatan Kelas I Semarang Konsep 0,53 0,28 Makna 0,00
(n=25) Diri 3 4 Hidup = 6
Konsep Diri Jumlah Prosentase (%) Makna 1,293 +
Positif 21 84,0 Hidup 1,061
Negatif 4 16,0 (Konsep
Total 25 100 Diri)

Berdasarkan tabel 1. di atas Berdasarkan tabel 3. di atas


menunjukkan hasil bahwa responden hubungan antara konsep diri dan makna
yang memiliki konsep diri positif hidup narapidana remaja di Lembaga
sebanyak 21 responden (84%) dan Pemasyarakatan Kelas I Semarang
konsep diri negatif sebanyak 4 responden menunjukkan korelasi yang positif
(16%). dengan kekuatan/keeratan korelasi cukup
berarti (R = 0,533). Artinya semakin

200
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014

tinggi konsep diri maka semakin tinggi mereka membutuhkan pendidikan untuk
makna hidup, dimana setiap kenaikan mewujudkan cita-citanya. Mereka harus
satu skor konsep diri akan dapat tetap menjalani dan menerima sampai
meningkatkan 1,061 skor makna hidup. masa tahanan yang ditentukan berakhir.
Konsep diri memberikan kontribusi Apabila narapidana remaja dapat
sebesar 28,4% (R2 = 0,284) terhadap menyesuaikan diri dengan lingkungan
makna hidup. Hubungan ini bermakna tahanan, maka kondisi ini dapat
secara statistik (nilai p = 0,006). menunjang kenyamanan dan perbaikan
psikologis, perkembangan konsep diri
PEMBAHASAN dapat menjadi lebih positif. Konsep diri
Konsep Diri yang positif memberikan rasa berarti,
Konsep diri positif ditemukan menyeluruh dan konsisten pada
pada 21 responden (84%), 17 responden seseorang. Narapidana remaja yang
(68%) memiliki makna hidup tinggi dan menganggap tindakannya sebagai suatu
4 responden (16%) memiliki makna trauma dalam hidupnya, maka konsep
hidup rendah. Konsep diri negatif diri yang terbentuk cenderung negatif.
ditemukan pada 4 responden (16%), 1 Meskipun remaja tinggal dalam
responden (1%) memiliki makna hidup tahanan, sebagai wujud tanggung jawab
tinggi dan 3 responden (12%) memiliki lembaga pemasyarakatan terhadap
makna hidup rendah. generasi penerus, tetap diberikan
Menurut Perry & Potter (2009) bimbingan dan binaan kepada
dalam Alimul (2006) remaja yang narapidana remaja. Binaan yang
mempunyai konsep diri positif dapat diberikan kepada narapidana remaja di
menguasai pengalaman baru dan dalam tahanan meliputi binaan mental
pengalaman sebelumnya. Pengalaman dan binaan fisik. Binaan mental yang
masa lalu dapat mempengaruhi diberikan yaitu: binaan kepribadian,
perkembangan konsep diri seseorang. binaan sosial, binaan spiritual.
Pengalaman baru diperoleh saat individu Sedangkan binaan fisik yang diberikan
berinteraksi dengan lingkungan barunya. yaitu: membuat kerajinan handycraft,
Karakteristik konsep diri terbentuk membuat sepatu, tekstil seta kaligrafi.
karena ada perasaan mampu melakukan Melalui binaan tersebut diharapkan
sesuatu, hubungan personal dan mereka memiliki tanggung jawab besar
interpersonal, karakteristik personal yang terhadap apa yang mereka kerjakan
mempengaruhi harapan diri dan sehingga mereka dapat melaksanakan
perwujudan diri yang stabil dapat tugas dengan baik. Bisa menerapkan
mengarahkan pada tujuan perkembangan binaan tersebut untuk bekerja saat berada
masa dewasa. Selain itu, karakteristik di lingkungan masyarakat dan keinginan
dan pembentukan konsep diri remaja untuk meraih cita-cita untuk menjadi
juga dipengaruhi oleh interaksi sosial orang sukses yang bisa membahagiakan
dan pengaruh teman sebaya atau orang kedua orangtua mereka. Hal inilah yang
terdekat (Stuart, 2007). membuat konsep diri narapidana remaja
Remaja dihadapkan pada menjadi positif.
kenyataan bahwa mereka tinggal dalam
tahanan sebagai narapidana atas tindakan Kebermaknaan Hidup
yang telah mereka lakukan. Kenyataan Makna hidup tinggi ditemukan
ini sangat sulit bagi mereka karena tidak pada 18 responden (72%), 17 responden
lagi memiliki kebebasan. Sedangkan (68%) memiliki konsep diri positif dan 1
masa depan mereka masih panjang, responden di antaranya memiliki konsep

201
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014

diri negatif. Makna hidup rendah responden (12%) mempunyai konsep diri
ditemukan pada 7 responden (28%), 4 negatif dengan makna hidup rendah.
responden (16%) memiliki konsep diri Konsep diri positif menunjukkan
positif dan 3 responden (12%) memiliki adanya penerimaan diri dimana individu
konsep diri negatif. dengan konsep diri positif mengenal
Menurut Frankl (1985) dirinya dengan baik. Konsep diri yang
seseorang akan menemukan makna positif bersifat stabil dan bervariasi.
hidup melalui salah satu sumber makna Individu yang memiliki konsep diri
hidup yaitu kemampuan diri untuk positif dapat memahami dan menerima
menentukan sikap dan mengubah sejumlah fakta tentang dirinya sehingga
pemikiran di balik penderitaan akan ada evaluasi terhadap diri sendiri menjadi
hikmah yang tersembunyi. Makna hidup positif dan dapat menerima diri apa
bisa didapatkan melalui sebuah adanya. Individu yang memiliki konsep
penderitaan. Berada dalam tahanan diri positif akan merancang tujuan-tujuan
adalah penderitaan yang dirasakan oleh yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan
narapidana. yang memiliki kemungkinan besar untuk
Keberadaan dicapai, mampu menghadapi kehidupan
responden/narapidana remaja di dalam masa depan serta menganggap bahwa
tahanan, diakui telah menyebabkan hidup adalah suatu proses penemuan.
penderitaan dalam sebagian dan sisa Konsep diri positif yang terbentuk
perjalanan hidup mereka. Meskipun hal menjadikan narapidana remaja memiliki
itu terjadi akibat dari tindakan yang pikiran positif terhadap dirinya dan
mereka lakukan sendiri. Narapidana mempengaruhi peningkatan kemampuan
remaja mengaku tidak memiliki memaknai hidup.
kebebasan lagi dalam menentukan apa Hal ini sesuai dengan penelitian
yang ingin mereka lakukan. Kebebasan yang dilakukan oleh Yulana (2007)
bergerak, bermain bahkan menempuh tentang makna hidup pada pekerja seks
pendidikan lanjut, seluruh hari-hari komersial. Hasil penelitian
mereka habiskan di dalam tahanan dalam menunjukkan bahwa makna hidup PSK
jangka waktu yang lama. Hal ini berdasarkan pada tujuan hidup mereka
menjadikan mereka merasa bahwa hidup untuk menghidupi diri dan keluarga.
tidak bermakna. Namun demikian, pada Perilaku mereka terbentuk dari hasil
beberapa narapidana (yaitu 72%) pengalaman kegagalan menjalin
merasakan hidup yang bermakna karena hubungan dengan lawan jenis yang
mereka memiliki konsep diri yang didapat dari perjalanan hidup yang
positif. pernah dijalani. Pengalaman penderitaan
tersebut membuat mereka akhirnya
Hubungan antara Konsep Diri dengan menemukan sebuah makna bahwa
Kemampuan Memaknai Hidup kehidupan selanjutnya harus lebih baik
Hasil penelitian menunjukkan dari sebelumnya dan bahwa kehidupan
bahwa sebanyak 17 responden (68%) tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga
mempunyai konsep diri positif dengan untuk menghidupi keluarganya. Orang
makna hidup tinggi dan 4 responden lain memandangnya sebagai penderitaan
(16%) mempunyai konsep diri positif karena pekerjaan yang dijalaninya
dengan makna hidup rendah. Sebanyak 1 rendah dan hina, tetapi subyek
responden (4%) mempunyai konsep diri melihatnya sebagai sebuah perjuangan
negatif dengan makna hidup tinggi dan 3 untuk tetap mencapai kehidupan yang
penuh arti (meaningfull).

202
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014

Penelitian lain dilakukan oleh penelitian selanjutnya, dengan


Kirschbaum (1996) menjelaskan bahwa mengembangkan beberapa metode dan
nilai religius memainkan peran dalam jenis penelitian pada area dan responden
pengambilan keputusan untuk yang berbeda. Perlu dilakukan terapi
memberikan dukungan hidup terhadap spesialis jiwa yang sesuai, sehingga
klien dalam menemukan makna hidup. dapat meningkatkan kemampuan
Menurut Britton (2009), bahwa memaknai hidup pada narapidana remaja
kehidupan manusia dengan dilandasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1
sebuah kepercayaan harus menempati Semarang. Peran dan dukungan keluarga
posisi khusus dalam kehidupan secara kepada narapidana sangat penting, baik
keseluruhan, harus ada satu kekuatan ketika mereka berada dalam masa
untuk mencapai kebenaran, harus ada tahanan maupun pada saat narapidana
cara atau jalan bagi manusia untuk sudah dibebaskan dan kembali ke
mengetahui kebenaran dan kebaikan masyarakat.
yang diinginkan Tuhan. Ada dua
jaminan penting dalam agama, yaitu : DAFTAR PUSTAKA
hanya ada satu kebaikan dan satu Badan Pusat Statistik. (2010). Profil
keburukan absolut di atas dunia ini; dan Kriminalitas Remaja.
hanya kebaikan absolutlah yang http://www.bps.go.id/hasil_publika
memiliki kekuatan. Tuhan mempunyai si/flip_2011/4401003/files/search/s
rencana untuk kehidupan kita dan earchtext.xml. dperoleh 14 Januari
bagaimanapun caranya 2013.
kita harus mencoba menemukan rencana
tersebut dan berusaha menjalaninya Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi :
(Britton, 2009). Psikologi untuk Menemukan
Makna Hidup dan Meraih Hidup
SIMPULAN Bermakna. Jakarta: PT. Grafindo
Berdasarkan penelitian ini bahwa Persada.
karakteristik responden sebagian besar
berumur 19–21 tahun (76%), pendidikan Britton, K. (2009). Philoshophy and
hampir separuh (44%) adalah SMP, The Meaning of Life, Filsafat
berdasar tindak kejahatan yang sebagai Lentera Kehidupan.
dilakukan terbanyak adalah penganiyaan Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
(36%), dan lama masa tahanan sebagian
besar lebih dari 3 tahun (72%). Konsep
diri terbesar adalah positif yaitu (84%). Frankl, VE. (1985). Man's Search for
Kemampuan memaknai hidup lebih dari Meaning: An Introduction to
separuh adalah tinggi (68%). Ada Logotherapy. New York:
hubungan antara konsep diri dengan Washington Square Press. (Earlier
kemampuan memaknai hidup, artinya title, 1959: From Death-Camp to
semakin tinggi konsep diri maka Existentialism. Originally
semakin mampu memberikan makna published in 1946 as Ein
dalam hidup ditunjukkan dengan nilai p- Psycholog erlebt das
value 0,006. Konzentrationslager ), diperoleh
tanggal 23 Februari 2011.
SARAN
Hasil penelitian ini dapat Kirschbaum, M.S. (1996). Live Support
dijadikan data dasar bagi peneliti dan Decisions for Children : What Do

203
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014

Parent Value ?. Advance Nursing Tridhonanto, A. &. (2010). Meraih


Science, 19, 51-71. Sukses dengan Kecerdasan
Emosional. Jakarta: Elex Media
Perry, P. A., & Potter, A. G. (2005). Komputindo.
Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, Yulianti., Sriati Aat., & Widiasih,
dan Praktik edisi 4 volume 1. Restuning. (2009). Gambaran
Jakarta: EGC Penerbit Buku Orientasi Masa Depan
Kedokteran. Narapidana Remaja Sebelum dan
Setelah Pelatihan di Rumah
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Tahanan Negara Kelas I Bandung.
Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: Volume 10, Nomor XXI, halaman
EGC Penerbit Buku Kedokteran. 103. Diunduh 19 November 2012.

204

Anda mungkin juga menyukai